Pengenalan
Depresiasi atau penyusutan adalah penurunan nilai properti fisik seiring dengan
berlalunya waktu dan penggunaan. Lebih khusus lagi, penyusutan adalah konsep akuntansi
yang menetapkan pengurangan tahunan terhadap pendapatan sebelum pajak sehingga
pengaruh waktu dan penggunaan terhadap nilai aset dapat tercermin dalam laporan keuangan
perusahaan.
Suatu properti dapat didepresiasi jika memenuhi hal-hal berikut persyaratan dasar:
Harta tak berwujud adalah harta pribadi seperti hak cipta, paten, atau waralaba. Kami
tidak akan membahas penyusutan aset tak berwujud dalam bab ini karena proyek-proyek
teknik jarang memasukkan kelas properti ini.
e) Recovery Period
Jumlah tahun di mana dasar properti dipulihkan melalui proses akuntansi.
Untuk metode penyusutan klasik, periode ini biasanya adalah masa manfaat. Di
bawah MACRS, periode ini adalah kelas properti untuk Sistem Penyusutan Umum
(General Depreciation System/GDS), dan ini adalah masa manfaat untuk Sistem
Penyusutan Alternatif (Alternative Depreciation System/ADS).
f) Recovery Rate
Persentase (dinyatakan dalam bentuk desimal) untuk setiap tahun periode
pemulihan MACRS yang digunakan untuk menghitung penyusutan tahunan
pengurangan.
g) Salvage Value (SV)
Estimasi nilai suatu properti pada akhir masa manfaatnya. Merupakan harga
jual yang diharapkan dari suatu properti ketika aset tersebut tidak lagi dapat
digunakan secara produktif oleh pemiliknya. Istilah nilai sisa bersih digunakan ketika
pemilik akan mengeluarkan biaya untuk membuang properti, dan arus kas keluar ini
harus dikurangi dari arus kas masuk untuk mendapatkan SV bersih akhir. Berdasarkan
MACRS, SV dari properti yang dapat disusutkan didefinisikan sebagai nol.
h) Masa manfaat
Masa yang diharapkan (estimasi) dimana suatu aset tetap akan digunakan
dalam perdagangan atau bisnis untuk menghasilkan pendapatan. Ini bukan berapa
lama properti akan bertahan tetapi berapa lama pemilik berharap untuk
menggunakannya secara produktif.