FAKULTAS TEKNIK
MEDAN
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya,
kami dapat menyelesaikan tugas berjudul "Tugas Ekonomi Teknik Rangkuman Bab 7 William
G Sullivan Depresiasi." Rangkuman ini merupakan hasil dari upaya kami dalam menyelesaikan
tugas matakuliah Ekonomi Teknik.
Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang
telah membantu dan memberikan dukungan selama proses pembuatan tugas ini. Terima kasih
kepada dosen kami, Prof. Dr. Ir. Muhammad Turmuzi MS. yang telah mengajarkan dan
mengarahkan kami dalam pengerjaan tugas ini. Tanpa ilmu dan bimbingan beliau, kami tidak
akan mampu menyelesaikan tugas rangkuman ini.
Akhir kata, kami berharap rangkuman ini dapat memberikan kontribusi kecil dalam
pemahaman kepada definisi dan perhitungan depresiasi pada sistem ekonomi. Kami sadar
bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, namun kami berharap bahwa dapat memberikan
inspirasi bagi pembacanya.
Semoga rangkuman ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian. Terima kasih.
Kelompok 3
BAB 7
DEPRESIASI DAN PAJAK PENGHASILAN
7.1 Pengenalan
Depresiasi atau penyusutan adalah penurunan nilai properti fisik seiring dengan
berlalunya waktu dan penggunaan. Lebih khusus lagi, penyusutan adalah konsep akuntansi
yang menetapkan pengurangan tahunan terhadap pendapatan sebelum pajak sehingga pengaruh
waktu dan penggunaan terhadap nilai aset dapat tercermin dalam laporan keuangan perusahaan.
Suatu properti dapat didepresiasi jika memenuhi hal-hal berikut persyaratan dasar:
Harta tak berwujud adalah harta pribadi seperti hak cipta, paten, atau waralaba. Kami
tidak akan membahas penyusutan aset tak berwujud dalam bab ini karena proyek-proyek teknik
jarang memasukkan kelas properti ini.
e) Recovery Period
Jumlah tahun di mana dasar properti dipulihkan melalui proses akuntansi.
Untuk metode penyusutan klasik, periode ini biasanya adalah masa manfaat. Di bawah
MACRS, periode ini adalah kelas properti untuk Sistem Penyusutan Umum (General
Depreciation System/GDS), dan ini adalah masa manfaat untuk Sistem Penyusutan
Alternatif (Alternative Depreciation System/ADS).
f) Recovery Rate
Persentase (dinyatakan dalam bentuk desimal) untuk setiap tahun periode
pemulihan MACRS yang digunakan untuk menghitung penyusutan tahunan
pengurangan.
g) Salvage Value (SV)
Estimasi nilai suatu properti pada akhir masa manfaatnya. Merupakan harga jual
yang diharapkan dari suatu properti ketika aset tersebut tidak lagi dapat digunakan
secara produktif oleh pemiliknya. Istilah nilai sisa bersih digunakan ketika pemilik akan
mengeluarkan biaya untuk membuang properti, dan arus kas keluar ini harus dikurangi
dari arus kas masuk untuk mendapatkan SV bersih akhir. Berdasarkan MACRS, SV
dari properti yang dapat disusutkan didefinisikan sebagai nol.
h) Masa manfaat
Masa yang diharapkan (estimasi) dimana suatu aset tetap akan digunakan dalam
perdagangan atau bisnis untuk menghasilkan pendapatan. Ini bukan berapa lama
properti akan bertahan tetapi berapa lama pemilik berharap untuk menggunakannya
secara produktif.
Modified Accelerated Cost Recovery System (MACRS) adalah metode untuk menghitung
depresiasi suatu asset yang terdiri dari 2 sistem yang digunakan dalam perhitungan depresiasi,
yaitu General Depreciation System (GDS) dan Alternate Depreciation System (ADS). Ketika
suatu asset masuk kedalam perhitungan depresiasi MACRS, informasi-informasi berikut wajib
diketahui, yaitu :
Contoh beberapa property yang dapat dikenakan depresiasi yang umum digunakan dalam usaha
dan bisnis dapat dilihat pada Tabel 7.2, yang dimana pada kolom ke-2 terdapat kalsifikasi
properti. Kemudian pada kolom ke-3 terdapat Class life, GDS Recovery Period dan ADS
Recovery Period.
Tabel 7.2 MACRS Class Lives and Recovery Periods
Dalam penggunaan GDS, berikut adalah informasi mengenai Property Class dan Reecovery
Period yang diberikan :
Sementara itu dalam penggunaan ADS, informasi yang diberikan adalah sebagai berikut :
1. Untuk property milik pribadi, ADS Recovery Period nya dapat terlihat pada kolom
terakhir pada sebelah kanan Tabel 7.2, dan pada umumnya sama dengan Class Life dari
property tersebut
2. Bila ada property yang tidak masuk kedalnm kategori manapun, maka akan di Depresiasi
denagn ADS Recovery Period sebesar 12 Tahun.
3. Nilai ADS Recovery Period untuk Non-Residental Real Property adalah sebesar 40
Tahun.
1. GDS untuk Properti Pribadi kategori 3, 5, 7 dan 10 tahun: Metode DB 200% dengan
peralihan ke Metode SL apabila Metode SL memberikan deduksi yang lebih besar.
2. GDS untuk Properti Pribadi kategori 15 dan 20 tahun: Metode DB 150% dengan
peralihan ke Metode SL apabila Metode SL memberikan deduksi yang lebih besar.
3. GDS untuk Non-Residental Real Property dan Residental Rental Property : Moetode SL
selama periode GDS Recovery Period.
4. ADS : Metode SL untuk Properti Pribadi dan Properti Nyata selama periode ADS
Recovery Period
Contoh perhitungan GDS Recovery Rate (rk) untuk keenam kategori Properti Pribadi
dengan metode DB 200% dapat dilihat pada Tabel 7.3, termasuk perhitungan Setengah Tahun
pada tahun pertama dan tahun terakhir dan peralihan dari metode DB ke metode SL ketika
metode SL memberikan deduksi yang lebih besar.
𝑑𝑘 = 𝑟𝑘 𝑥 𝐵; 1 ≤ 𝜃 ≤ 𝑁
Dimann rk adalah recovery rate untuk tahun ke-k dari tabel 7.3
Tabel 7.3 GDS Recovery Rate (rk) untuk keenam kategori Properti Pribadi
Tabel 7.4 menunjukkan rangkuman mengenai aturan utama GDS dibawah MACRS,
termasuk didalamnya beberpa contoh kasus khusus. Gambar 7.1 menunjukkan diagram alir
perhitungan deduksi depresiasi menggunakan MACRS, termasuk didalamnya kondisi
pemilihan digunakannya GDS atau ADS. Pada umunya akan digunakan GDS, kecuali jika
terdapat suatu kondisi khusus yang mengharuskan menggunakan ADS.
Tabel 7.4 Metode Perhitungan Depresiasi dengan menggunakan GDS
Contoh 7.7
Perusahaan Bus La Salle telah memutuskan untuk membeli bus baru seharga $85.000
dengan tukar tambah bus lama mereka. Bus lama memiliki BV sebesar $10.000 pada saat tukar
tambah. Bus baru akan digunakan selama 10 tahun sebelum dijual kembali. Perkiraan SV pada
saat itu diperkirakan sebesar $5.000.
Pertama, kita harus menghitung Basis Harga (B). Basisnya adalah harga beli asli bus
ditambah BV bus lama yang ditukar tambah [Persamaan (7-11)]. Dengan demikian, basisnya
adalah $85.000 + $10.000, atau $95.000. Jika dilihat pada Tabel 7-2 dapat ditentukan bahwa
bus termasuk kelas aset 00.23, oleh karena itu bus memiliki Recovery Period selama sembilan
tahun. Pada contoh akan dilakukan perhitungan menggunakan metode klasik dan metode GDS
dengan jangka waktu 5 tahun.
Jawaban 1: Metode SL
Dalam penggunaan Metode SL digunakan jangka waktu 9 tahun walaupun bus akan digunakan
selama 10 tahun, dengan menggunakan Persamaan (7.2) dan (7.4) diperoleh
$95.000 − $5.000
𝑑𝑘 = = $10.000; 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑘 = 1 ℎ𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎 9
9 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛
Metode SL
EOY, k dk BVk
0 - $95.000
1 $10.000 $85.000
2 $10.000 $75.000
3 $10.000 $65.000
4 $10.000 $55.000
5 $10.000 $45.000
6 $10.000 $35.000
7 $10.000 $25.000
8 $10.000 $15.000
9 $10.000 $5.000
Dapat dilihat bahwa tidak ada depresiasi setelah tahun ke-9 karena jangka waktunya hanya 9
tahun. Nilai BV aakhir akan tetap pada $5.00 hingga bus dijual;.
Jawaban 2: Metode DB
2
𝑅= = 0,2222
9
Metode DB 200%
EOY, k dk BVk
0 - $95.000
1 $21,111 $73,889
2 $16,420 $57,469
3 $12,771 $44,698
4 $9,932 $34,765
5 $7,726 $27,040
6 $6,009 $21,031
7 $4,674 $16,357
8 $3,635 $12,722
9 $2,827 $9,895
Dalam contoh ini akan digunakan Metode DB 200%. Karena metode DB tidak memungkinkan
mencapai BV = 0, maka akan dilakukan peralihan menjadi Metode SL agar diperoleh BV =
$5.000 pada akhir masa jangka waktu 9 tahun bus tersebut.
EOY Beginning- of- SL Method (BV9 Depreciation
k Year BV 200% DB Method = $5,000) Amount Selected
1 $95,000 $21,111 $10,000 $21,111
2 73,889 16,420 8,611 16,420
3 57,469 12,771 7,496 12,771
4 44,698 9,933 6,616 9,933
5 34,765 7,726 5,953 7,726
6 27,040 6,009 5,510 6,009
7 21,031 4,674 5,344 5,344°
8 15,687 3,635 5,344 5,344
9 10,344 2,827 5,344 5,344
Untuk contoh dalam penggunaan GDS, akan digunakan perhitungan untuk (a) bus dijual pada
tahun ke-5 dan (b) bus dijual pada tahun ke-6
Metode DB 200%
EOY, k Faktor dk BVk
0 - - $95.000
1 0.200 $19.000 $76,000
2 0.3200 $30,400 $45,600
3 0.1920 $18,240 $27,360
4 0.1152 $10,944 $16,416
5 0.0576 $5,472 $10,944
(b) Bus dijual pada tahun ke-6
Metode DB 200%
EOY, k Faktor dk BVk
0 - - $95.000
1 0.200 $19.000 $76,000
2 0.3200 $30,400 $45,600
3 0.1920 $18,240 $27,360
4 0.1152 $10,944 $16,416
5 0,1152 $10,944 $5,472
6 0.0576 $5,472 $0
Dapat dilihat bahwa diantara kedua kasus, bahwa dari tahun ke-1 hingga tahun ke-4 tidak
berubah. Jika bus dijual pada tahun ke-5, hanya setengah dari depresiasi normal yang diambil,
jika bus dijual pada tahun ke-6, pada akhir periode, jumlah depresiasi terakhir tidak dibagi 2.
Perbandingan antara metode dapat dilihat pada Gambar 7.3 yang dimana diplot kan grafik
anatar Waktu (Tahun) terhadap nilai BV tahun tersebut. Nilai PW (10%) tiap metode juga
dihitung, pada umumnya nilai PW dari depresiasi yang lebih tinggi lebih diinginkan, maka dari
itu dapat dilihat bahwa metode MACRS lebih menarik bagi perusahaan.
Gambar 7.3 Grafik antara Waktu terhadap Nilai BV dan Nilai PW dari tiap Metode
7.6 Pajak Penghasilan (PPh)
MARR setidaknya harus berupa biaya modal rata-rata tertimbang yang disesuaikan dengan
pajak (WACC). Berikut adalah cara menghitung WACC:
WACC = 𝜆(1 − 𝑡)𝑖𝑏 + (1 − 𝜆)𝑒𝑎
Dimana:
λ = modal perusahaan yang dipinjam dari pemberi pinjaman
t = tarif pajak penghasilan efektif dalam desimal
𝑖𝑏 = bunga sebelum pajak yang dibayarkan atas modal pinjaman
𝑒𝑎 = biaya modal ekuitas setelah pajak
Seringkali nilai yang lebih tinggi dari WACC diberikan pada MARR setelah pajak
untuk mencerminkan biaya peluang modal, risiko yang dirasakan dan ketidakpastian proyek
yang dievaluasi, dan isu-isu kebijakan seperti pertumbuhan organisasi dan kepuasan pemegang
saham.
Penghasilan badan usaha kena pajak di setiap akhir tahunnya dengan menghitung
pendapatan kotor. Korporasi dapat mengurangi dari pendapatan kotor semua biaya operasional
biasa dan yang diperlukan untuk menjalankan bisnis kecuali investasi modal. Pengurangan
depresiasi diperbolehkan setiap masa pajak untuk memulihkan investasi modal secara
konsisten dan sistematis. Maka dari itu,
Penghasilan kena pajak = Laba kotor - Semua biaya kecuali penanaman modal -
Pengurangan depresiasi.
Struktur tarif pajak penghasilan badan federal pada tahun 2006 ditunjukkan pada Tabel
7-5. Bergantung pada kelompok pendapatan kena pajak yang dimiliki suatu perusahaan untuk
suatu tahun pajak, tarif federal marjinal dapat bervariasi dari 15% hingga maksimum 39%.
Namun perlu diperhatikan bahwa tarif pajak rata-rata tertimbang atas penghasilan kena pajak
= $335.000 adalah 34%, dan tarif pajak rata-rata tertimbang atas penghasilan kena pajak =
$18.333.333 adalah 35%. Oleh karena itu, jika suatu badan mempunyai penghasilan kena pajak
untuk suatu tahun pajaklebih besar dari$18.333.333, pajak federal dihitung dengan
menggunakan tarif tetap sebesar 35%.
Contoh 7-9 Menghitung Pajak Penghasilan
Misalkan sebuah perusahaan untuk suatu tahun pajak mempunyai pendapatan kotor
sebesar $5.270.000, pengeluaran (tidak termasuk modal) sebesar $2.927.500, dan pengurangan
penyusutan sebesar $1.874.300. Berapakah penghasilan kena pajak dan pajak penghasilan
federal untuk tahun pajak tersebut, berdasarkan Persamaan (7-14) dan Tabel 7-5?
Penyelesaian:
= $468.200
Total $159.188
Total kewajiban pajak dalam kasus ini adalah $159.188. Sebagai catatan tambahan, kita
dapat menggunakan tarif tetap sebesar 34% dalam contoh ini karena tarif pajak rata-rata
tertimbang federal pada penghasilan kena pajak = $335.000 adalah 34%. Sisa penghasilan kena
pajak sebesar $133.200 di atas jumlah ini termasuk dalam golongan pajak 34% (Tabel 7-5).
Jadi kita punya 0,34($468.200) = $159.188.
Untuk menggambarkan perhitungan tarif pajak penghasilan efektif (T) untuk perusahaan
besar berdasarkan pertimbangan pajak pendapatan federal dan negara bagian, namun
asumsikan tarif pajak pendapatan federal yang berlaku adalah 35% dan tarif pajak pendapatan
negara bagian adalah 8%. Selanjutnya asumsikan kasus umum di mana penghasilan kena pajak
dihitung dengan cara yang sama untuk kedua jenis pajak, kecuali bahwa pajak penghasilan
negara bagian dapat dikurangkan dari penghasilan kena pajak untuk tujuan perpajakan federal,
namun pajak penghasilan federal tidak dapat dikurangkan dari penghasilan kena pajak untuk
tujuan perpajakan negara bagian. Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut, persamaan umum tarif
pajak penghasilan efektif adalah
Dalam contoh ini, tarif pajak penghasilan efektif untuk perusahaan adalah
Tarif pajak penghasilan efektif pada peningkatan penghasilan kena pajak merupakan hal
yang penting dalam studi ekonomi teknik. Konsep yang memplot tarif pajak pendapatan federal
dan tanda kurung dan menunjukkan pendapatan kena pajak tambahan (inkremental) dan pajak
pendapatan federal yang akan dihasilkan dari proyek rekayasa yang diusulkan. Dalam hal ini,
perusahaan diasumsikan memiliki penghasilan kena pajak lebih besar dari $18.333.333 untuk
tahun pajaknya. Konsep yang sama, bagaimanapun, berlaku untuk perusahaan yang lebih kecil
dengan penghasilan kena pajak yang lebih kecil pada tahun pajaknya.
7.8 Keuntungan (Kerugian) atas Pelepasan Aset
Ketika aset terdepresiasi (depreciable asset) (properti pribadi atau real berwujud)
dijual, maka MV jarang sama dengan BV-nya [Persamaan (7-1)].
Secara umum keuntungan (kerugian) penjualan properti yang dapat disusutkan adalah
nilai pasar dikurangi nilai bukunya pada saat itu,
Ketika penjualan menghasilkan keuntungan, hal ini sering disebut sebagai perolehan
kembali depresiasi (depreciation recapture). Tarif pajak atas keuntungan (kerugian) pelepasan
harta pribadi yang dapat disusutkan biasanya sama dengan penghasilan atau kerugian biasa,
yaitu tarif pajak penghasilan efektif, t.
Ketika suatu aset modal (capital asset) dijual atau ditukar, keuntungan (kerugian)
disebut sebagai keuntungan (kerugian) modal (Capital gain (loss)). Contoh aset modal (capital
asset) adalah saham, obligasi, emas, perak, dan logam lainnya, serta properti nyata seperti
rumah. Karena analisis ekonomi teknik jarang melibatkan keuntungan (kerugian) modal yang
sebenarnya (actual capital gain (loss)), rincian yang lebih kompleks dari situasi ini tidak
dibahas lebih lanjut.
Sebuah perusahaan menjual peralatan selama tahun pajak berjalan seharga $78.600. Catatan
akuntansi menunjukkan bahwa basis biayanya, B, adalah $190.000 dan akumulasi
penyusutannya adalah $139.200. Asumsikan tarif pajak penghasilan efektif adalah 0,40 (40%).
Berdasarkan informasi ini, tentukan:
Penyelesaian:
Tarif pajak dan peraturan yang mengaturnya mungkin rumit dan dapat berubah, namun,
setelah tarif dan peraturan tersebut diterjemahkan ke dalam dampaknya terhadap ATCF,
analisis setelah pajak selanjutnya akan relatif mudah.
Jika:
𝑅𝑘 = pendapatan (dan tabungan) dari proyek (ini adalah arus kas masuk dari proyek selama
periode k);
𝐸𝑘 = arus kas keluar selama tahun k untuk biaya yang dapat dikurangkan;
𝑑𝑘 = jumlah semua biaya non-kas, atau buku, selama tahun k, seperti penyusutan;
t = tarif pajak penghasilan efektif atas penghasilan biasa (ordinary income) (federal, negara
bagian, dan lainnya), dengan t diasumsikan tetap konstan selama masa studi;
Karena penghasilan kena pajak adalah (𝑅𝑘 − 𝐸𝑘 − 𝑑𝑘 ), maka konsekuensi pajak penghasilan
biasa, selama tahun k dihitung dengan Persamaan (7-18):
Oleh karena itu, ketika 𝑅𝑘 > (𝐸𝑘 + 𝑑𝑘 ), timbul kewajiban pajak (yaitu arus kas negatif). Apabila
𝑅𝑘 < (𝐸𝑘 + 𝑑𝑘 ), maka terjadi penurunan jumlah pajak (satu kredit).
Dalam analisis ekonomi proyek teknik, ATCF pada tahun k dapat dihitung dalam
bentuk 𝐵𝑇𝐶𝐹𝑘 (BTCF pada tahun k):
Maka,
Kolom A terdiri dari informasi yang sama yang digunakan dalam analisis sebelum
pajak, yaitu pendapatan tunai (atau tabungan)(𝑅𝑘 ) dikurangi biaya yang dapat
dikurangkan(𝐸𝑘 ). Kolom B berisi penyusutan yang dapat diklaim untuk tujuan perpajakan
(𝑑𝑘 ). Kolom C adalah penghasilan kena pajak atau jumlah yang dikenakan pajak penghasilan.
Kolom D berisi pajak penghasilan yang dibayarkan (atau diselamatkan). Terakhir, kolom E
menunjukkan ATCF yang akan digunakan secara langsung dalam analisis perekonomian
setelah pajak.
Catatan yang perlu diperhatikan mengenai definisi BTCF (dan ATCF) untuk proyek
adalah secara berurutan pada saat ini. BTCF didefinisikan sebagai pendapatan tahunan (atau
tabungan) yang dapat diatribusikan untuk suatu proyek dikurangi pengeluaran kas tahunannya.
Pengeluaran ini tidak termasuk bunga dan arus kas keuangan lainnya. Alasannya adalah arus
kas proyek seharusnya dianalisis secara terpisah dari arus kas keuangan. Termasuk beban
bunga dengan arus kas proyek tidak benar ketika kumpulan modal perusahaan digunakan untuk
melakukan proyek engineering. Mengapa? Kumpulan modal perusahaan terdiri dari modal
hutang dan modal ekuitas. Karena MARR biasanya menggunakan biaya modal rata-rata
tertimbang sebagai batas bawahnya, pendiskontoan MARR untuk investasi dari kumpulan
modal memperhitungkan biaya modal utang (bunga). Oleh karena itu, tidak perlu mengurangi
biaya bunga dalam menentukan BTCF, hal ini berarti menghitung dua kali biaya bunga yang
terkait dengan modal utang.
Gambar 7-5 Format umum (lembar kerja) untuk analisis setelah pajak; menentukan ATCF
Ringkasan proses penentuan ATCF setiap tahun dalam periode penelitian N-tahun
disajikan pada Gambar 7-5. Format Gambar 7-5 ini menyediakan cara yang mudah untuk
mengatur data dalam studi setelah pajak.
Judul kolom pada Gambar 7-5 menunjukkan operasi aritmatika untuk menghitung
kolom C, D, dan E ketika k = 1, 2, ..., N. Ketika k = 0, investasi modal biasanya terlibat, dan
perlakuan pajaknya (jika ada) diilustrasikan dalam contoh berikut. Tabel ini harus digunakan
dengan konvensi + untuk arus kas masuk atau tabungan dan - untuk arus kas keluar atau
peluang yang hilang.
Misalkan aset dengan dasar biaya $100.000 dan periode pemulihan ADS selama lima tahun
disusutkan berdasarkan Sistem Penyusutan Alternatif (Alternate Depreciation System) (ADS)
MACRS, sebagai berikut:
Tahun 1 2 3 4 5 6
Pengurangan
$10,000 $20,000 $20,000 $20,000 $20,000 $10,000
Penyusutan
Jika tarif pajak penghasilan efektif perusahaan tetap konstan sebesar 40% selama periode enam
tahun ini, berapakah PW penghematan setelah pajak yang dihasilkan dari penyusutan ketika
MARR = 10% per tahun (setelah pajak)?
Penyelesaian:
𝑃𝑊(10%) = $28.947,83
Aset pada Contoh 7-12 diharapkan menghasilkan arus kas masuk bersih (pendapatan bersih)
sebesar $30.000 per tahun selama periode enam tahun, dan MV terminalnya dapat diabaikan.
Jika tarif pajak penghasilan efektif adalah 40%, berapa jumlah yang mampu dibelanjakan
perusahaan untuk aset ini dan masih mendapatkan MARR? Apa arti dari kelebihan apa pun
dari jumlah yang terjangkau dengan dasar biaya $100.000 seperti yang diberikan pada Contoh
7-12? [Setara PW setelah pajak]
Penyelesaian:
Setelah ditambahkan PW penghematan pajak dihitung pada Contoh 7-12, jumlah yang
terjangkau adalah
Total PW = $28.947 + $78.395 = $107.343
Dengan cara yang sama dapat diperoleh menggunakan format sebagai berikut:
(𝑨)
(𝑬) = (𝑨) + (𝑫)
BTCF (𝑩) (𝑪) = (𝑨) − (𝑩) (𝑫) = −𝟎, 𝟒(𝑪)
ACTF
EOY Pendapatan Pengurangan Pendapatan Pajak
Pendapatan
Sebelum Penyusutan Kena Pajak Pendapatan
Setelah Pajak
Pajak
0 -$100.000 -$100.000
1 30.000 $10.000 $20.000 -$8.000 22.000
2 30.000 20.000 10.000 -4.000 26.000
3 30.000 20.000 10.000 -4.000 26.000
4 30.000 20.000 10.000 -4.000 26.000
5 30.000 20.000 10.000 -4.000 26.000
6 30.000 10.000 20.000 -8.000 22.000
PW (10%) of ATFC = $7.343
7.10 Ilustrasi Perhitungan Pajak (After Tax Cash Flow/ATCF)
Ilustrasi perhitungan ATCF, serta banyak situasi umum yang mempengaruhi pajak
penghasilan. Semua masalah termasuk asumsi bahwa beban (tabungan) pajak penghasilan
terjadi pada waktu yang sama (tahun) sebagai pendapatan atau beban yang menimbulkan pajak.
Tujuannya, membandingkan dampak dari berbagai situasi, IRR atau PW setelah pajak di
hitung. Pada contoh 7.15, 7.16, 7.17 bahwa semakin cepat pengurangan penyusutan di lakukan,
semakin menguntungkan IRR dan PW setelah pajak jadi.
Contoh 7.15 Menghitung PW dan IRR After Tax Cash Flow
Mesin baru tertentu jika digunakan diperkirakan biaya $180.000. Hal ini di harapkan dapat
mengurangi biaya operasional tahunan bersih sebesar $36.000/ tahun untuk 10 tahun dan
memiliki MV senilai $30.000 pada akkhir tahun ke 10.
a. Mengembangkan ATCFs dan BTCFs
b. Hitung IRR sebelum pajak dan sesudah pajak. Asumsikan bahwa perusahaan tersebut
termasuk dalam kelompok pendapatan kena pajak federal sebesar $335.000 hingga
$10.000.000 dan tarif pajak pendapatan negara bagian adalah 6%. Pajak pendapatan negara
bagian dapat dikurangkan dari pajak federal penghasilan. Mesin ini berada di kelas property 5
tahun MACRS (GDS).
c. Hitung PW setelah pajak bila MRR setelah pajak =10% per tahun.
Penyelesaian:
Diketahui:
• After tax MARR=10%
• Kelas properti = 5 Tahun
• Federal tax= 34%=0,43
• State tax =6%=0,06
• Biaya dasar =$180.000
• MV =$30.000
• Annual savings= $36.000
• N=10 tahun
= $17.21
Maka, PW (10%) pada ATCF adalah $17.21.
𝑃 𝑃
Menghitung IRR (10%)= −$180.000 + $36.000 (𝐹 , 𝑖, 1) + $44,208 (𝐹 , 𝑖, 2) +
𝑃 𝑃 𝑃 𝑃
$35.453 (𝐹 , 𝑖, 3) + $30.200 (𝐹 , 𝑖, 4) + $30.200 (𝐹 , 𝑖, 5) + $26.260 (𝐹 , 𝑖, 6) +
𝑃 𝑃 𝑃 𝑃
$22.320 (𝐹 , 𝑖, 7) + $22.320 (𝐹 , 𝑖, 8) + $22.320 (𝐹 , 𝑖, 9) + $10.600 (𝐹 , 𝑖, 10) = 12%
Secara sederhana, EVA adalah selisish antara laba yang diperoleh dari operasi
perusahaan setelah dikurangi pajak penghasilan (NOPAT) pada tahun tertentu dan biaya pajak
sebesar modal selama setahun itu. Cara lain untuk mengestimasi EVA adalah selisih aata
pengembalian modal dan biaya modal. Metrik EVA dapat digunakan untuk mengukur
penambahan kekayaan yang didapatkan dari modal yang diusulkan. Defenisi tahunan EVA
adalah sebagai berikut:
EVAk = (Laba operasional bersih setelah pajak)k – (biaya modal yang digunakan
untuk menghasilkan keuntungan)k
Dimana
N = Priode
Rumus Untuk Net Operating Profit After Tax (NOPATk) adalah sebagai berikut:
Pertimbangan investasi modal yang diusulkan berikut dalam proyek rekayasa dan
menentukannya
Penyelesaian