a) Faktor Fisik
Nilai aset perusahaan dapat menyusut dikarenakan penggunaan
yang terlalu sering (wear and tear), usia barang yang sudah tua
(deterioration and decay), dan berbagai kerusakan.
Faktor-faktor yang
Menyebabkan
b) Faktor Fungsional
Penyusutan Aset
Penyusutan nilai aset juga dapat disebabkan oleh
ketidakmampuan aktiva untuk memenuhi kebutuhan
produksi, sehingga aset tersebut perlu diganti dengan
yang baru.
Faktor-faktor dalam penyusutan
Dimana:
HP = Harga perolehan
NS = Nilai sisa
N = Taksiran umur kegunaan
b) Metode Jam Jasa (Service Hours Method)
Metode ini didasarkan pada anggapan bahwa aktiva ( terutama mesin) akan cepat rusak bila digunakan
sepenuhnya dibanding dengan penggunaan yang tidak sepenuhnya. Dalam cara ini beban depresiasi dihitung,
dengan dasar satuan jam jasa. Beban depresiasi periodic besarnya akan sangat tergantung pada jam jasa yang
digunakan. Rumus untuk menghitung besarnya penyusutan metode satuan jam jasa adalah sebagai berikut :
Penyusutan per jam = (Harga perolehan – Nilai residu) / Taksiran jam jasa
Penyusutan per tahun = Penyusutan per jam x Jam penggunaan
Dimana:
n = umur ekonomis
NS = Nilai sisa
HP =Harga Perolehan
3) Metode Saldo Menurun Berganda (Double Declining Balance Method)
Dalam metode ini, beban depresiasi tiap tahunnya menurun. Untuk dapat menghitung beban depresiasi yang
selalu menurun, dasar yang digunakan adalah persentase depresiasi dengan cara garis lurus. Persentase ini
dikalikan dua dan setiap tahunnya dikalikan pada nilai buku aktiva tetap. Karena nilai buku selalu menurun
maka beban depresiasi juga selalu menurun.
Impairment atau penurunan nilai adalah penurunan permanen nilai manfaat masa depan dari
aset jangka panjang. Penurunan nilai bisa terjadi karena perubahan nilai pasar aset, lingkungan
bisnis, peraturan pemerintah, dll. Perusahaan harus menyesuaikan ke bawah aset yang
dilaporkan karena nilai bukunya melebihi nilai wajar atau nilai terpulihkan (recoverable
value).
Impairment atau penurunan nilai terjadi nilai tercatat aset melebihi nilai terpulihkan. Nilai
terpulihkan adalah nilai yang lebih tinggi antara nilai wajar dikurangi dengan biaya penjualan
dan nilai pakai. Kerugian penurunan nilai merupakan selisih antara nilai tercatat dikurangi
dengan nilai terpulihkan. Kerugian tersebut diakui dalam laporan laba rugi pada saat
terjadinya.
Penurunan nilai didasarkan pada prinsip konservatisme dan kehati-hatian. Aset tidak boleh
dicatat overstated, dari nilai dapat diperoleh kembali. Sesuai definisi aset adalah manfaat ekonomi
yang di masa depan yang diharapkan akan mengalir dalam suatu entitas. Aset harus disajikan
sebesar nilai yang mencerminkan manfaat ekonomi yang akan diperoleh di masa depan. Saat nilai
yang akan diperoleh di masa depan lebih rendah dari nilai tercatat, maka aset tersebut harus
diturunkan.
Pengukuran penurunan nilai dapat dilakukan untuk satu unit aset tunggal maupun satu
kelaompok aset. Ada aset yang dapat menghasilkan arus kas independen dari aset atau kelompok
aset lain. Jika satu aset dapat menghasilkan arus kas independen maka pengukuran penurunan nilai
dilakukan berdasarkan unit aset tersebut. Namun ada beberapa aset yang dapat menghasilkan arus
kas jika berada dalam kelompok aset, sehingga penurunan nilai dilakukan untuk satu unit
penghasil kas. Contoh unit penghasil kas adalah investasi asosiasi, investasi di anak perusahaan,
suatu unit pabrik.
Deplesi
Deplesi adalah biaya non tunai yang menurunkan nilai aset secara berkala, melalui biaya
terjadwal. Proses mengubah barang yang ada menjadi barang baru disebut proses produksi.
Deplesi menunjukkan seberapa banyak kuantitas yang diproduksi dalam proses produksi.
Umumnya, deplesi digunakan dalam industri kayu, pertambangan, dan minyak dan gas.
● Untuk mengetahui sisa stok sumber daya setelah dimanfaatkan atau akibat kerusakan.
● Mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya.
● Sebagai bahan perencanaan pembangunan masa akan datang.
● Mencegah dan mengurangi kelangkaan sumberdaya.
Akuntansi Revaluasi
Manfaat :
1. Neraca menunjukan posisi kekayaan yang wajar.
2. Kenaikan nilai aset tetap, mempunyai konsekuensi
naiknya beban penyusutan aset tetap yang
dibebankan ke dalam laba rugi, atau dibebankan ke
harga pokok produksi.
Kendala :
Kegiatan revaluasi ini tergolong kegiatan yang tidak
mudah untuk dilaksanakan dan memerlukan biaya yang
besar untuk membayar jasa penilai.
Dasar Hukum Revaluasi Aset
Saat revaluasi aset mampu menunjukkan angka yang cukup positif, dimana nilai dari
buku aset tetep terapresiasi karena penyesuaian terhadap nilai yang berlaku di pasar,
maka tingkat kenaikan nilai tersebut tidak bisa dicatat dalam laporan laba rugi. Kenaikan
tersebut harus dicatat sebagai kredit pada akun khusus dalam laporan ekuitas yang
bernama Revaluation Surplus.
Di dalamnya akan terdapat berbagai kenaikan tiap aset tetap karena revaluasi hingga
aset tetap tersebut siap dijual, disumbangkan, ataupun dibuang.
Tapi, jika ada penurunan nilai aset tetap, maka nilai penurunan tersebut harus
didebit dalam akun Revaluation Surplus. Namun, jika nilai penurunannya ternyata jauh
melebihi nilai surplus, maka harus ditulis dalam akun impairment loss.
Selanjutnya, nilai aset tetap yang sudah direvaluasi tersebut akan menjadi nilai
dasar yang baru untuk didepresiasi. Tindakan depresiasi ini harus terus dilakukan pada
aset tetap dengan nilai buku yang baru, pada umur ekonomis yang sebelumnya masih
tersisa.
Penyajian dan Analisis
Penyajian Properti, Pabrik, Peralatan, dan
Sumber Daya Alam
Perusahaan seharusnya mengungkapkan dasar penilaian (biasanya biaya historis) untuk properti, pabrik, peralatan, dan
sumber daya alam bersama dengan perjanjian, hak gadai, dan komitmen lainnya yang berhubungan dengan aktiva ini.
Properti, pabrik, peralatan, dan sumber daya alam yang saat ini digunakan sebagai aktiva produksi dalam bisnis (seperti
fasilitas menganggur atau tanah yang dipegang sebagai investasi) harus dipisahkan dari aktiva yang digunakan dalam
operasi.
Apabila aktiva disusutkan, maka akun penilaian yang biasanya disebut akumulasi penyusutan dikredit. Penggunaan
akun akumulasi penyusutan mengizinkan para pemakai laporan keuangan untuk melihat biaya awal aktiva dan jumlah
penyusutan yang telah dibcbankan sebagai beban pada tahun lalu. Apabila aktiva dideplesi, maka beberapa perusahaan
menggunakan akun Akumulasi Deplesi. Namun, banyak perusahaan hanya mengkredit akun sumber daya alam secara
langung. Dasar pemikiran untuk pendekatan ini adalah bahwa sumber daya alam dikonsumsi secara fisik dan oleh karena
itu, pengurangan langsung biaya sumber daya alam adalah tepat.
Karena dampak yang signifikan dari metode
penyusutan yang digunakan terhadap laporan
keuangan, maka pengungkapan yang harus dibuat
yaitu Beban penyusutan untuk periode berjalan,
saldo kelas utama dari aktiva yang dapat
disusutkan, menurut sifat dan fungsi, akumulasi
penyusutan baik menurut kelas utama aktiva yang
dapat disusutkan maupun dalam jumlah total, dan
suatu uraian umum tentang metode yang
digunakan dalam menghitung penyusutan
berkaitan dengan kelas utama aktiva yang dapat
disusutkan
Untuk sumber daya alam, diperlukan persyaratan pengungkapan khusus yang berhubungan dengan
industri minyak dan gas. Perusahaan yang melakukan aktivitas ini harus mengungkapkan dalam laporan
keuangannya hal-hal berikut:
1. Metode dasar akuntansi untuk biaya yang dikeluarkan dalam aktivitas produksi minyak dan gas
(misalnya, biaya penus versus upaya yang berhasil).
2. Cara mendisposisi biaya yang berhubungan dengan aktivitas produksi minyak dan gas (misalnya,
membebankan dengan segera versus penyusutan dan deplesi)
Perusahaan publik, sebagai tambahan atas dua pengungkapan yang diwajibkan, harus memasukkan
sejumlah skedul yang melaporkan kuantitas cadangan sebagai informasi tambahan, seperti: biaya yang
dikapitalisasi, aktivitas akuisisi, cksplorasi, dan pengembangan, serta ukuran yang terstandardisasi atas
arus kas bersih masa depan yang didiskontokan yang berhubungan dengan kuantitas cadangan minyak dan
gas yang telah dibuktikan.
Analisis Properti, Pabrik, Peralatan dan
Sumber Daya Alam