Anda di halaman 1dari 27

Penyusutan, Penurunan

Nilai dan Deplesi

Dosen Pengampu: Hastanti Agustin Rahayu, SE, M.Acc, Ak,


CA, BKP
ANGGOTA KELOMPOK 13:

01 ALFIA ROYANI (08010220001)

02 ANIS ZULIFATUR ROHMA (08010220002)

03 ANNISA TRIENDYA LAILY (08010220003)


Konsep Penyusutan

Menurut Kieso, Weygant dan Warfield penyusutan


adalah suatu alat dalam alokasi biaya, yaitu sebagai
proses dalam mengalokasikan biaya aktiva berwujud
ke beban dengan cara yang sistematis dan rasional
selama periode yang diharapkan mendapat manfaat
dari penggunaan aktiva tersebut.
Faktor-faktor dalam penyusutan

a) Faktor Fisik
Nilai aset perusahaan dapat menyusut dikarenakan penggunaan
yang terlalu sering (wear and tear), usia barang yang sudah tua
(deterioration and decay), dan berbagai kerusakan.
Faktor-faktor yang
Menyebabkan
b) Faktor Fungsional
Penyusutan Aset
Penyusutan nilai aset juga dapat disebabkan oleh
ketidakmampuan aktiva untuk memenuhi kebutuhan
produksi, sehingga aset tersebut perlu diganti dengan
yang baru.
Faktor-faktor dalam penyusutan

a) Harga Perolehan (Acquisition Cost)


Ini merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap biaya penyusutan aset.
Harga perolehan mengacu pada biaya total untuk membeli aset. Biaya inilah
yang menjadi dasar penghitungan seberapa besar depresiasi yang harus
dialokasikan per periode akuntansi.
b) Nilai Residu (Salvage Value)
Faktor-faktor yang
Memengaruhi biaya Nilai residu adalah nilai jual kembali suatu aset pada akhir masa manfaatnya
penyusutan bila aktiva itu dijual, ditukarkan atau cara-cara lain ketika aktiva tersebut
sudah tidak dapat digunakan lagi.
c) Umur Ekonomis Aktiva (Economic Life)
Umur ekonomis aktiva adalah periode waktu yang diharapkan selama aset
tetap berguna bagi pemiliknya.
Metode-Metode Penyusutan

a) Metode Garis Lurus (Straight Line Methode)


Metode ini adalah metode yang paling sederhana dan banyak digunakan. Dalam metode ini beban depresiasi tiap
periode jumlahnya sama. Perhitungan depresiasi dengan garis lurus ini didasarkan pada anggapan-anggapan, yaitu:
1) Kegunaan ekonomis dari suatu aktiva akan menurun secara proporsional setiap periode.
2) Biaya reparasi dan pemeliharaan tiap-tiap periode jumlahnya relatif sama.
3) Kegunaan ekonomis berkurang karena lewatnya waktu.
4) Penggunaan aktiva tiap periode relatif tetap.

Dimana:
HP = Harga perolehan
NS = Nilai sisa
N = Taksiran umur kegunaan
b) Metode Jam Jasa (Service Hours Method)
Metode ini didasarkan pada anggapan bahwa aktiva ( terutama mesin) akan cepat rusak bila digunakan
sepenuhnya dibanding dengan penggunaan yang tidak sepenuhnya. Dalam cara ini beban depresiasi dihitung,
dengan dasar satuan jam jasa. Beban depresiasi periodic besarnya akan sangat tergantung pada jam jasa yang
digunakan. Rumus untuk menghitung besarnya penyusutan metode satuan jam jasa adalah sebagai berikut :

Penyusutan per jam = (Harga perolehan – Nilai residu) / Taksiran jam jasa
Penyusutan per tahun = Penyusutan per jam x Jam penggunaan

c) Metode Hasil Produksi (Productive Output Method)


Dasar teori yang dipakai adalah bahwa suatu aktiva itu dimiliki untuk menghasilkan produk, sehingga
depresiasi juga didasarkan pada jumlah produk yang dihasilkan. Dalam metode ini umur kegunaan aktiva
ditaksir dalam satuan jumlah unit hasil produksi. Beban depresiasi dihitung dengan dasar satuan hasil
produksi, sehingga depresiasi tiap periode akan berfluktuasi sesuai dalam hasil produksi.
d) Metode Beban Berkurang (Reducing Charge Methods)
Dalam metode ini beban depresiasi tahun-tahun pertama akan lebih besar daripada beban depresiasi tahun-tahun
berikutnya. Metode ini didasarkan pada teori bahwa aktiva yang baru akan dapat digunakan dengan lebih efisien
dibandingkan dengan aktiva yang lebih tua.
1) Metode Jumlah Angka Tahun (Sum of Year's Digits Method)
Dalam metode ini depresiasi dihitung dengan cara mengalikan bagian pengurang yang setiap tahunnya selalu
menurun dengan harga perolehan dikurangi nilai residu. Bagian pengurang ini dihitung sebagai berikut :
Pembilang = bobot untuk tahun yang bersangkutan
Penyebut = jumlah angka tahun selama umur ekonomis aktiva atau jumlah angka bobot

2) Metode Saldo Menurun (Declining Balance Method)


Dalam cara ini beban depresiasi periodik dihitung dengan cara mengalikan tarif yang tetap dengan nilai buku
aktiva. Tarif ini dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Dimana:
n = umur ekonomis
NS = Nilai sisa
HP =Harga Perolehan
3) Metode Saldo Menurun Berganda (Double Declining Balance Method)
Dalam metode ini, beban depresiasi tiap tahunnya menurun. Untuk dapat menghitung beban depresiasi yang
selalu menurun, dasar yang digunakan adalah persentase depresiasi dengan cara garis lurus. Persentase ini
dikalikan dua dan setiap tahunnya dikalikan pada nilai buku aktiva tetap. Karena nilai buku selalu menurun
maka beban depresiasi juga selalu menurun.

4) Metode Tarif Menurun (Declining Rate on Cost Method)


Selain metode metode yang telah diuraikan sebelumnya, kadang dijumpai cara menghitung depresiasi
dengan menggunakan tarif ( % ) yang selalu menurun. Tarif (%) ini setiap periode dikalikan dengan harga
perolehan. Penurunan tarif setiap periode dilakukan tanpa menggunakan dasar yang pasti, tetapi ditentukan
berdasarkan kebijaksanaan pimpinan perusahaan.
Penurunan Nilai Aset

Impairment atau penurunan nilai adalah penurunan permanen nilai manfaat masa depan dari
aset jangka panjang. Penurunan nilai bisa terjadi karena perubahan nilai pasar aset, lingkungan
bisnis, peraturan pemerintah, dll. Perusahaan harus menyesuaikan ke bawah aset yang
dilaporkan karena nilai bukunya melebihi nilai wajar atau nilai terpulihkan (recoverable
value).

Impairment atau penurunan nilai terjadi nilai tercatat aset melebihi nilai terpulihkan. Nilai
terpulihkan adalah nilai yang lebih tinggi antara nilai wajar dikurangi dengan biaya penjualan
dan nilai pakai. Kerugian penurunan nilai merupakan selisih antara nilai tercatat dikurangi
dengan nilai terpulihkan. Kerugian tersebut diakui dalam laporan laba rugi pada saat
terjadinya.
Penurunan nilai didasarkan pada prinsip konservatisme dan kehati-hatian. Aset tidak boleh
dicatat overstated, dari nilai dapat diperoleh kembali. Sesuai definisi aset adalah manfaat ekonomi
yang di masa depan yang diharapkan akan mengalir dalam suatu entitas. Aset harus disajikan
sebesar nilai yang mencerminkan manfaat ekonomi yang akan diperoleh di masa depan. Saat nilai
yang akan diperoleh di masa depan lebih rendah dari nilai tercatat, maka aset tersebut harus
diturunkan.

Pengukuran penurunan nilai dapat dilakukan untuk satu unit aset tunggal maupun satu
kelaompok aset. Ada aset yang dapat menghasilkan arus kas independen dari aset atau kelompok
aset lain. Jika satu aset dapat menghasilkan arus kas independen maka pengukuran penurunan nilai
dilakukan berdasarkan unit aset tersebut. Namun ada beberapa aset yang dapat menghasilkan arus
kas jika berada dalam kelompok aset, sehingga penurunan nilai dilakukan untuk satu unit
penghasil kas. Contoh unit penghasil kas adalah investasi asosiasi, investasi di anak perusahaan,
suatu unit pabrik.
Deplesi

Deplesi adalah biaya non tunai yang menurunkan nilai aset secara berkala, melalui biaya
terjadwal. Proses mengubah barang yang ada menjadi barang baru disebut proses produksi.
Deplesi menunjukkan seberapa banyak kuantitas yang diproduksi dalam proses produksi.
Umumnya, deplesi digunakan dalam industri kayu, pertambangan, dan minyak dan gas.

Faktor utama yang mempengaruhi deplesi adalah sebagai berikut:

● Akuisisi – Memperoleh atau menyewakan hak atas tanah.


● Eksplorasi – Menjelajahi sumber daya alam.
● Pengembangan – Mengembangkan lebih banyak sumur untuk mendapatkan lebih banyak
output.
● Restorasi – Biaya yang dikeluarkan untuk kembali ke kondisi semula.
Tujuan Perhitungan Deplesi

● Untuk mengetahui sisa stok sumber daya setelah dimanfaatkan atau akibat kerusakan.
● Mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya.
● Sebagai bahan perencanaan pembangunan masa akan datang.
● Mencegah dan mengurangi kelangkaan sumberdaya.
Akuntansi Revaluasi

Revaluasi adalah penilaian kembali atas aset


tetap yang dimiliki oleh perusahaan (entitas). Hal ini
dilakukan akibat adanya kenaikan nilai aset tetap di
pasaran atau karena rendahnya nilai aset tetap
dalam laporan keuangan perusahaan akibat
dievaluasi.
Kenaikan atau penurunan nilai aset
menyebabkan nilai aset tetap pada laporan
keuangan menjadi tidak wajar. Maka dari itu,
penilaian kembali aset dilakukan agar perusahaan
dapat melakukan perhitungan penghasilan dan
biaya secara lebih wajar, dengan begitu nilai dan
kemampuan perusahaan yang sebenarnya akan
terlihat.
Tujuan penilaian kembali :
Tujuan penilaian kembali aset tetap perusahaan
dimaksudkan agar perusahaan dapat melakukan
perhitungan penghasilan dan biaya lebih wajar sehingga
mencerminkan kemampuan dan nilai perusahaan yang
sebenarnya.

Manfaat :
1. Neraca menunjukan posisi kekayaan yang wajar.
2. Kenaikan nilai aset tetap, mempunyai konsekuensi
naiknya beban penyusutan aset tetap yang
dibebankan ke dalam laba rugi, atau dibebankan ke
harga pokok produksi.

Kendala :
Kegiatan revaluasi ini tergolong kegiatan yang tidak
mudah untuk dilaksanakan dan memerlukan biaya yang
besar untuk membayar jasa penilai.
Dasar Hukum Revaluasi Aset

Dasar hukum mengenai revaluasi aset telah dicantumkan pemerintah dalam


Undang-Undang (UU) Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan. Dalam Pasal 19
Ayat UU 36/2008 tertulis:
1. Menteri Keuangan berwenang menetapkan peraturan tentang penilaian kembali
aktiva dan faktor penyesuaian apabila terjadi ketidaksesuaian antara unsur-
unsur biaya dengan penghasilan karena perkembangan harga.
2. Atas selisih penilaian kembali aktiva sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diterapkan tarif pajak tersendiri dengan Peraturan Menteri Keuangan sepanjang
tidak melebihi tarif pajak tertinggi.
Aset yang bisa Direvaluasi
Perlu digaris bawahi bahwa tidak semua aset suatu perusahaan bisa direvaluasi. Aset
yang bisa direvaluasi merupakan aset tetap berwujud yang ada di Indonesia. Aset
tersebut juga harus dimiliki dan digunakan agar bisa mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan yang didalamnya merupakan objek pajak, seperti aset properti.
Properti seperti bangunan adalah salah satu aset tetap berwujud yang keberadaannya
jelas berada di wilayah tertentu di Indonesia. Sehingga, revaluasi aset bisa dilakukan
berdasarkan nilai pasar ataupun nilai wajar properti tersebut.
Penilaian kembali aset tetap perusahaan juga harus dilakukan berdasarkan nilai pasar
ataupun nilai wajar yang sedang berlaku saat penilaian kembali dilakukan. Penilaian ini
hanya bisa dilakukan oleh perusahaan jasa ahli penilai yang sudah diakui ataupun sudah
mengantongi izin dari pemerintah. Penilaian kembali aset ini disarankan untuk dilakukan
secara teratur agar nilai aset yang tertulis tidak berbeda jauh dengan nilai pasar yang
sedang berlaku.
Jika aset yang dimiliki adalah jenis aset yang nilainya tidak cepat berubah secara
signifikan, maka penilaian kembali aset tetap ini bisa dilakukan tiga hingga lima tahun
sekali. Tapi, jika aset tersebut adalah aset yang terus mengalami perubahan harga
secara signifikan, maka disarankan untuk melakukan penilaian kembali aset setiap tahun.
Manfaat Revaluasi Aset

1. Menunjukkan posisis kekayaan


yang wajar
2. Mengontrol modal
Fungsi Revaluasi Aset
1. Untuk menyiapkan penjualan aset
3. Menarik minat investor tetap pada pihak lain.
4. Meringankan kewajiban pajak 2. Untuk melakukan negosiasi pada
5. Membantu perusahaan yang nilai wajar aset tetap sebelum
berencana melakukan merger perusahaan diakuisisi atau di
merger dengan perusahaan lain.
3. Untuk bisa memperbarui nilai pasar
dari aset tetap yang terus
meningkat sejak pembelian awalnya.
4. Untuk memastikan agar perusahaan
mempunyai dana yang cukup untuk
mengganti aset tetap di akhir usia
ekonomisnya.
Pencatatan Revaluasi

Saat revaluasi aset mampu menunjukkan angka yang cukup positif, dimana nilai dari
buku aset tetep terapresiasi karena penyesuaian terhadap nilai yang berlaku di pasar,
maka tingkat kenaikan nilai tersebut tidak bisa dicatat dalam laporan laba rugi. Kenaikan
tersebut harus dicatat sebagai kredit pada akun khusus dalam laporan ekuitas yang
bernama Revaluation Surplus.

Di dalamnya akan terdapat berbagai kenaikan tiap aset tetap karena revaluasi hingga
aset tetap tersebut siap dijual, disumbangkan, ataupun dibuang.

Tapi, jika ada penurunan nilai aset tetap, maka nilai penurunan tersebut harus
didebit dalam akun Revaluation Surplus. Namun, jika nilai penurunannya ternyata jauh
melebihi nilai surplus, maka harus ditulis dalam akun impairment loss.

Selanjutnya, nilai aset tetap yang sudah direvaluasi tersebut akan menjadi nilai
dasar yang baru untuk didepresiasi. Tindakan depresiasi ini harus terus dilakukan pada
aset tetap dengan nilai buku yang baru, pada umur ekonomis yang sebelumnya masih
tersisa.
Penyajian dan Analisis
Penyajian Properti, Pabrik, Peralatan, dan
Sumber Daya Alam
Perusahaan seharusnya mengungkapkan dasar penilaian (biasanya biaya historis) untuk properti, pabrik, peralatan, dan
sumber daya alam bersama dengan perjanjian, hak gadai, dan komitmen lainnya yang berhubungan dengan aktiva ini.
Properti, pabrik, peralatan, dan sumber daya alam yang saat ini digunakan sebagai aktiva produksi dalam bisnis (seperti
fasilitas menganggur atau tanah yang dipegang sebagai investasi) harus dipisahkan dari aktiva yang digunakan dalam
operasi.

Apabila aktiva disusutkan, maka akun penilaian yang biasanya disebut akumulasi penyusutan dikredit. Penggunaan
akun akumulasi penyusutan mengizinkan para pemakai laporan keuangan untuk melihat biaya awal aktiva dan jumlah
penyusutan yang telah dibcbankan sebagai beban pada tahun lalu. Apabila aktiva dideplesi, maka beberapa perusahaan
menggunakan akun Akumulasi Deplesi. Namun, banyak perusahaan hanya mengkredit akun sumber daya alam secara
langung. Dasar pemikiran untuk pendekatan ini adalah bahwa sumber daya alam dikonsumsi secara fisik dan oleh karena
itu, pengurangan langsung biaya sumber daya alam adalah tepat.
Karena dampak yang signifikan dari metode
penyusutan yang digunakan terhadap laporan
keuangan, maka pengungkapan yang harus dibuat
yaitu Beban penyusutan untuk periode berjalan,
saldo kelas utama dari aktiva yang dapat
disusutkan, menurut sifat dan fungsi, akumulasi
penyusutan baik menurut kelas utama aktiva yang
dapat disusutkan maupun dalam jumlah total, dan
suatu uraian umum tentang metode yang
digunakan dalam menghitung penyusutan
berkaitan dengan kelas utama aktiva yang dapat
disusutkan
Untuk sumber daya alam, diperlukan persyaratan pengungkapan khusus yang berhubungan dengan
industri minyak dan gas. Perusahaan yang melakukan aktivitas ini harus mengungkapkan dalam laporan
keuangannya hal-hal berikut:

1. Metode dasar akuntansi untuk biaya yang dikeluarkan dalam aktivitas produksi minyak dan gas
(misalnya, biaya penus versus upaya yang berhasil).
2. Cara mendisposisi biaya yang berhubungan dengan aktivitas produksi minyak dan gas (misalnya,
membebankan dengan segera versus penyusutan dan deplesi)

Perusahaan publik, sebagai tambahan atas dua pengungkapan yang diwajibkan, harus memasukkan
sejumlah skedul yang melaporkan kuantitas cadangan sebagai informasi tambahan, seperti: biaya yang
dikapitalisasi, aktivitas akuisisi, cksplorasi, dan pengembangan, serta ukuran yang terstandardisasi atas
arus kas bersih masa depan yang didiskontokan yang berhubungan dengan kuantitas cadangan minyak dan
gas yang telah dibuktikan.
Analisis Properti, Pabrik, Peralatan dan
Sumber Daya Alam

1 Rasio perputaran aktiva

Rasio perputaran aktiva mengukur seberapa efisien perusahaan menggunakan


aktivanya untuk menghasilkan penjualan. Rasio ini ditcntukan dengan membagi
penjualan bersih dengan rata-rata total aktiva selama periode berjalan. Jumlah
yang dihasilkan adalah jumlah dolar penjualan yang diproduksi olch setiap dolar
yang diinvestasikan dalam aktiva.
Analisis Properti, Pabrik, Peralatan dan
Sumber Daya Alam
2 Rasio marjin laba terhadap penjualan

Rasio marjin laba tehadap penjualan digunakan untuk menganalisis penggunaan


property, pabrik, dan peralatan. Rasio ini dihitung dengan cara laba bersih dibagi
dengan penjualan bersih. Dengan menghubungkan marjin laba terhadap penjualan
dengan perputaran aktiva selama satu periode, kita dapat memastikan seberapa
menguntungkan aktiva digunakan selama periode tertentu.
Analisis Properti, Pabrik, Peralatan dan
Sumber Daya Alam
3 Tingkat pengembalian atas Aktiva

Tingkat pengembalian atas aktiva dapat sccara langsung dihitung dengan


membagi laba bersih dengan rata-rata total aktiva. Tingkat pengembalian identik
dengan tingkat pengembalian yang dihitung dengan mengalikan marjin laba
terhadap penjualan dengan perputaran aktiva. Tingkat pengembalian atas aktiva
mrupakan pen gukuran yang baik bagi profitabilitas karena mengkombinasikan
pengaruh marjin laba dan perputaran aktiva.
Thank you

Anda mungkin juga menyukai