1. PENDAHULUAN
Depresiasi merupakan penurunan nilai dari suatu barang atau properti sebagai akibat
berlangsungnya waktu dan pemakaian. Menurut Warren, Reeve, Dan Fees (2005;395)
“penurunan harga perolehan karena menurunnya kegunaan sejalan dengan berlalunya
waktu dalam penggunaan di sebut penyusutan (depreciation)”.
Depresiasi didefinisikan sebagai :“Sejumlah biaya yang harus disediakan oleh seseorang
atau suatu perusahaan atau unit-unit tertentu pada setiap periode waktu untuk melakukan
penggantian dari mesin, peralatan, ataupun fasilitas-fasilitas lain setelah umur dari mesin,
peralatan, ataupun fasilitas-fasilitas lain tersebut dilampaui”.
Karena depresiasi merupakan penurunan nilai, maka perlu didefinisikan arti nilai yang
sebenarnya. Nilai merupakan suatu pengertian komersial dari semua pendapatan yang
diterima sebagai akibat adanya kegiatan usaha ditinjau dari waktu sekarang.
Besarnya beban penyusutan mempengaruhi besar kecilnya laba yang akan diperoleh.
Oleh karena itu perlunya mengetahui pengertian dari depresiasi itu sendiri. Depresiasi
pada suatu properti atau asetbiasanya disebabkan oleh faktor-faktor berikut:
1. Kerusakan fisik akibat pemakaian dari alat atau properti tersebut
2. Kebutuhan produksi atau jasa yang lebih baru dan lebih besar
3. Penurunan kebutuhan produksi atau jasa
4. Properti atau aset tersebut menjadi barang usang karena adanya perkembangan
teknologi
5. Penemuan fasilitas-fasilitas yang bisa menghasilkan produk yang lebih baik
dengan ongkos yang lebih rendah dan tingkat keselamatan yang lebih memadai.
Seperti yang telah diuraikan di atas suatu aset akan mengalami peyusutan (depresiasi).
Definisi dari aset yang mengalami penyusutan (depresiasi) itu sendiri dalam akuntansi
adalah semua aktiva (aset) berwujud yang dimiliki dan digunakan oleh perusahaan untuk
membantu operasi perusahaan dalam menghasilkan barang dan jasa.
2. AKUNTANSI DEPRESIASI
Dengan bahasa yang lebih spesifik, depresiasi bisa dikatakan sebagai beban tahunan
yang ditujukan untuk menutupi nilai investasi awal dikurangi nilai sisa selama masa
pakai ekonomis dari aset atau properti yang didepresiasi. Jadi sebetulnya depresiasi
adalah pengeluaran bukan tunai yang mempengaruhi aliran kas melalui pajak
pendapatan.
Akuntansi depresiasi adalah alat untuk mengalokasikan nilai terdepresiasi dari suatu aset
selama umur depresiasinya. Akuntansi depresiasi akan memberikan :
1. Pengembalian modal yang telah di investasikan pada properti
2. Estimasi nilai (jual) dari aset yang didepresiasi
3. Depresiasi maksimum yang diperbolehkan oleh undang-undang pajak
Karena tujuan 2 dan 3 bisa mengakibatkan angka depresiasi yang sangat berbeda maka
biasanya perusahaan membuat dua buah laporan keuangan yang didasarkan pada dua
metode depresiasi akuntansi.
Besarnya nilai suatu depresiasi dalam suatu tahun buku biasanya tercantum dalam neraca
pada bagian aktiva (sebelah kiri). Nilainya dibuat dalam tanda negatif dibawah jumlah
aktiva sehingga secara langsung akan mengurangi nilai total dari aktiva tetap. Dengan
demikian maka depresiasi termasuk dalam pengeluaran sebelum pajak (tax deductible
expense).
Aktiva (assets) = Passiva (liabilities) + kepemilikan (Ownership) (2.1)
Dimana :
Aktiva adalah barang-barang bernilai uang yang dimiliki perusahaan.
Passiva adalah barang-barang bernilai uang yang dihutang perusahaan.
Kepemilikan adalah kekayaan atau apa saja yang dimilki perusahaan.
Nilai awal atau sering juga disebut dasar depresiasi (depreciation base) adalah
harga wal dari suatu properti atau aset yang terdiri dari harga beli, ongkos
pengiriman, ongkos instalasi, dan ongkos-ongkos lain yang terjadi pada saat
menyiapkan aset atau properti tersebut sehingga siap pakai.
Nilai sisa adalah nilai perkiraan suatu aset pada akhir umur depresiasinya.
Nilai sisa biasanya merupakan pengurangan dari nilai jual suatu aset tersebut dengan
biaya yang dibutuhkan untuk mengeluarkan atau memindahkan aset tersebut. Dan
dapat dinyatakan :
Nilai sisa = nilai jual – ongkos pemindahan (2.2)
Nilai buku suatu aset pada suatu saat adalah nilai investasi setelah dikurangi
dengan nilai total depresiasi sampai saat itu. Karena biasanya depresiasi dibebankan
tiap tahun maka nilai buku dihitung pada akhir tahun sesuai dengn konvensi akhir
periode. Sedangkan nilai jual suatu aset mengacu pada jumlah uang yang bisa
diperoleh bila aset tersebut dijual pada pasar bebas. Hampir bisa dipastikan nilai
buku suatu aset tidak sama dengan nilai jualnya. Bahkan bangunan-bangunan
komersial atau tanah harga jualnya selalu naik manakala nilai bukunya akan turun
karena depresiasi. Nilai jual satu aset lebih pentung dipertimbangkan pabila kita
melakukan studi ekonomi teknik untuk mengambil keputusan yang berkaitan dengan
alternatif-alternatif investasi.
3. METODE PENYUSUTAN (DEPRESIASI)
Aktiva tetap berwujud dapat disusutkan dalam beberapa metode, oleh karena itu
pemilihan metode penyusutan yang akan dipakai terhadap suatu aktiva berwujud
harus dipertimbangkan dengan baik. Metode penyusutan yang dipilih dan dianggap
tepat untuk jenis aktiva tertentu, belum dapat dipastikan akan tepat untuk diterapkan
pada jenis aktiva lain karena perbedaan sifat dan pola penggunaan aktiva tersebut.
Beberapa metode penyusutan yang digunakan untuk melakukan perhitungan beban
penyusutan periodik menurut Standar Akuntansi Keuangan (2004;17.3) antara
lain :
A. Metode berdasarkan Faktor Waktu
1. Penyusutan Garis Lurus (Straight Line Method)
2. Penyusutan Pembebanan Menurun (dipercepat) (Reducing Charge Method)
a. Metode Jumlah Angka Tahun (Sum Of Years Digit Method)
b. Metode Saldo Menurun (Declining Balance Method)
c. Metode Saldo Menurun Ganda (Double Declining Balance Method)
B. Metode Berdasarkan Faktor Penggunaan / Berdasarkan Kegiatan / Pembebanan
Variabel
1. Metode Jam Pemakaian / Unit Jam Jasa (Service Hours Method)
2. Metode Output Produksi / Jumlah Unit Produk (Productive Output Method)
C. Metode Depresiasi Khusus
1. Metode berdasarkan Tarif Kelompok atau Tarif Komposit Penyusutan
Kelompok (Group And Composite Method)
2. Metode Anuitas (Annuity Method)
3. Metode Penggantian Dan Penempatan (Replacement And Location Method)
4. Sistem Persediaan (Inventory System)
Diantara metode-metode yang telah di uraikan diatas, yang sering digunakan adalah:
1. Metode Garis Lurus (Straight Line = SL).
2. Metode Jumlah Angka/digit Tahun (Sum Of Year Digit = SOYD).
3. Metode Keseimbangan Menurun (Declining Balance = DB).
4. Metode Dana Sinking (Sinking Found = SF).
5. Metode Unit Produksi (Production Unit = UP).
Dt = (3.1)
Dimana :
Dt = besarnya ongkos depresiasi pada tahun ke-t
P = ongkos awal dari aset yang bersangkutan
S = nilai sisa dari aset tersebut
n = masa pakai (umur) dari aset tersebut dinyatakan dalam tahun
Contoh 3.1
sebuah perusahaan membeli alat transportasi dengan harga Rp. 38 juta dan biaya pengiriman
dan uji coba alat besarnya adalah Rp. 1 juta. Masa pakai ekonomis dari alat ini adalah 6 tahun
dengan perkiraan nilai sisa sebesar Rp. 3 juta. Gunakanlah metode depresiasi garis lurus
untuk menghitung :
a. Nilai awal dari alat tersebut.
b. Besarnya depresiasi tiap tahun.
c. Nilai buku alat tersebut pada akhir tahun kedua dan akhir tahun ke lima.
d. Buat tabel jadwal depresiasi dan nilai buku selama masa pakainya.
e. Plot nilai buku terhadap umur dari alat tersebut.
Solusi :
a. Nilai awal dari alat tersebut adalah harga ditambah biaya pengiriman dan nilai uji
cobanya yaitu :
P = Rp. 38 juta + Rp. 1 juta = Rp. 39 juta
b. Besarnya depresiasi tiap tahun :
Dt =
Dt =
= Rp. 6 juta
c. Nilai buku pada akhir tahun ke dua :
BVt = P - t [Dt]
BVt = Rp. 39 juta – 2xRp. 6 juta
BVt = Rp. 27 juta
Nilai pada akhir tahun ke lima :
BVt = Rp. 39 juta – 5xRp. 6 juta
BVt = Rp. 9 juta
Apabila aset memiliki usia 5 tahun maka jumlah tahunnya adalah 1+2+…+5=15
Hubungan tersebut di atas dapat dinyatakan sebagai :
Dt =
Atau
= 1 + 2 + 3 +...+ (n-1) + n
= ... (3.4)
Dt = ... (3.5)
=P–(P-S)+(P–S)
= ... (3.7)
Dimana :
Dt = Besarnya depresiasi pada tahun ke – t
SOYD = Jumlah digit tahun dari 1 sampai N
Bvt = Nilai buku aset setelah tahun ke – t
t = Tahun ( t = 1,2,...,N )
P = Ongkos awal
S = Nilai sisa
n = masa pakai ( umur ) aset dalam tahun
Contoh 3.2
Dengan menggunakan data-data pada contoh 3.1, gunakanlah metode depresiasi SOYD untuk
menghitung besarnya depresiasi dan nilai buku tiap tahun. Plot juga besarnya nilai buku
terhadap umur peralatan tersebut.
Solusi
a. Jumlah digit tahun ( SOYD ) = = = 21
D1 =
Bvt =
Bv1 =
t= ... (3.13)
atau bila kita ingin mengetahui tingkat depresiasi pada saat itu maka jawabannya bisa
diperoleh dengan menggunakan formula :
d= 1 ... (3.14)
Persentase maksimum yang diperbolehkan dipakai pada metode DB adala 200% dari
tingkat depresiasi garie lurus. Jadi bila metode garis lurus mendepresiasi suatu aset dengan
tingkat 1/N tiap tahunnya maka persentase tetap maksimum yang diperbolehkan dipakai pada
metode DB adalah 2/N.bila suatu perusahaan menggunakan batas maksimum ini maka
metode DB secara lebih spesifik dinamakan metode DDB (double declining balance).
Contoh 3.3
Selesaikan kembali persoalan 3.1 dengan metode DDB
Solusi
Dengan menggunakan DDB maka tingkat depresiasi yang dipakai adalah 200% dari tingkat
depresiasi dengan garis lurus.
Tingkat depresiasi SL = 1/N = 1/6, maka tingkat depresiasi DDB = 1/3.
Depresiasi pada tahun pertama didapat dari :
D1 = d x BV0 = d x P
= 1/3 x Rp. 39 juta
= Rp. 13 Juta
Nilai buku pada akhir tahun pertama :
BV1 = BV0 – D1 = P - D
= Rp. 39 Juta – Rp. 13 Juta
= Rp. 26 Juta
contoh 3.4
dengan soal sebelumnya, hitunglah depresiasi serta nilai bukunya selama periode depresiasi
dengan MARR sebesar 12% dengan metode depresiasi sinking fund.
Solusi
a. Besarnya
depresiasi tiap tahun bisa dihitung dengan mencari nilai depresiasi dasarnya yaitu :
A = (P-S)(A/F, i%, n)
A = (Rp. 39 Juta – Rp. 3 Juta)(A/F, 12%, 6)
A = (Rp. 36 Juta)(0,12323)
A = Rp. 4,436 Juta.
b. Besarnya
depresiasi pada tahun pertama adalah sama dengan nilai depresiasi dasar yaitu Rp.
4,436 Juta atau :
Dt = (P-S)(A/F, i%, n)(F/P, i% t-1)
Dt = Rp. 36 juta(A/F, 12%, 6)(F/P, 12% 0)
Dt = Rp. 36 juta(0.12323)(1)
Dt = Rp. 4,436 juta
c. Nilai buku
BVt = P – A( F/A,i%,t)
BVt = Rp. 39 Juta - Rp. 4,436 Juta (F/A,12%,1)
BVt = Rp. 34,654 Juta.
d. Jadwal depresiasi dan nilai buku metode sinking fund
Jadwal depresiasi dan nilai buku
Nilai Buku Akhir
Akhir Tahun Depresiasi Tahun
Tahun
(Rupiah) (Rupiah)
0 0 39,000 Juta
1 4,436 Juta 34,564 Juta
2 4,968 Juta 29,596 Juta
3 5,565 Juta 24,031 Juta
4 6,232 Juta 17,799 Juta
5 6,980 Juta 10,819 Juta
6 7,819 Juta 3,000 Juta
Dt = ... (3.19)
Contoh 3.5
Dengan soal-soal sebelumnya ditambah dengan menyesuaikan alat ini selama 6 tahun
berturut-turut (dalam meter kubik) mengantarkan 8000, 12000, 18000, 8000, 4000,2000
Dengan metode unit produksi tentukan besarnya depresiasi dan nilai buku tiap tahun.
Solusi
a. Total unit produksi selama 6 tahun adalah :
U = 8000 + 12000 + 18000 + 8000 + 4000 + 2000
U = 52000.
b. Nilai yang akan terdepresiasi selama 6 tahun adalah :
P - S = Rp. 39 juta – Rp. 3 Juta
P - S = Rp. 36 juta
c. Dengan demikian Dt dan BVt selama 6 tahun berturut-turut adalah :
Dt =
BVt = Rp. 33,46 juta – Rp. 8,31 Juta = Rp. 25,15 Juta
Perbandingan metode depresiasi terlihat pada grafik antara waktu dan nilai buku aset
pada metode –metode depresiasi yang berbeda berikut ini :
DAFTAR PUSTAKA
Dipohusodo, Istimawan. 1996. “Manajemen Proyek dan Konstruksi-Jilid 1”, Cetakan
Pertama, Penerbit PT Kanisius, Yogyakarta.
Pujawan, I Nyoman. 1995. “Ekonomi Teknik edisi 1”, Penerbit PT Guna Widya, Jakarta.
Fitriani, Heni, S.T., M.T. 2006. “Diktat Mata Kuliah Ekonomi Rekayasa”, Penerbit
Universitas Sriwijaya, Palembang.
Newell, Michael W. 2002. “Preparing for the project management professional (PMP)
certification exam”, Second Edition, AMACOM publication, United States of
America.
Rostiyanti, Susy Fatena. 2002. “Alat Berat Untuk Proyek Konstruksi”, Penerbit Rineka
Cipta. Jakarta.
Parikesit, Danang, Prof., Dr., Ir., M.Sc. “Ekonomi Teknik”, Penerbit Universitas Gajah
Mada, Jogjakarta.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2004. “Standar Akuntansi Keuangan”, Penerbit Salemba Empat.
Jakarta.
Wikipedia. 2009. “Depreciation”, diakses melalui :
“http://en.wikipedia.org/wiki/Depreciation”.