Anda di halaman 1dari 23

DEPRESIASI

1. PENDAHULUAN
Depresiasi merupakan penurunan nilai dari suatu barang atau properti sebagai akibat
berlangsungnya waktu dan pemakaian. Menurut Warren, Reeve, Dan Fees (2005;395)
“penurunan harga perolehan karena menurunnya kegunaan sejalan dengan berlalunya
waktu dalam penggunaan di sebut penyusutan (depreciation)”.

Depresiasi didefinisikan sebagai :“Sejumlah biaya yang harus disediakan oleh seseorang
atau suatu perusahaan atau unit-unit tertentu pada setiap periode waktu untuk melakukan
penggantian dari mesin, peralatan, ataupun fasilitas-fasilitas lain setelah umur dari mesin,
peralatan, ataupun fasilitas-fasilitas lain tersebut dilampaui”.

Karena depresiasi merupakan penurunan nilai, maka perlu didefinisikan arti nilai yang
sebenarnya. Nilai merupakan suatu pengertian komersial dari semua pendapatan yang
diterima sebagai akibat adanya kegiatan usaha ditinjau dari waktu sekarang.

Besarnya beban penyusutan mempengaruhi besar kecilnya laba yang akan diperoleh.
Oleh karena itu perlunya mengetahui pengertian dari depresiasi itu sendiri. Depresiasi
pada suatu properti atau asetbiasanya disebabkan oleh faktor-faktor berikut:
1. Kerusakan fisik akibat pemakaian dari alat atau properti tersebut
2. Kebutuhan produksi atau jasa yang lebih baru dan lebih besar
3. Penurunan kebutuhan produksi atau jasa
4. Properti atau aset tersebut menjadi barang usang karena adanya perkembangan
teknologi
5. Penemuan fasilitas-fasilitas yang bisa menghasilkan produk yang lebih baik
dengan ongkos yang lebih rendah dan tingkat keselamatan yang lebih memadai.

Seperti yang telah diuraikan di atas suatu aset akan mengalami peyusutan (depresiasi).
Definisi dari aset yang mengalami penyusutan (depresiasi) itu sendiri dalam akuntansi
adalah semua aktiva (aset) berwujud yang dimiliki dan digunakan oleh perusahaan untuk
membantu operasi perusahaan dalam menghasilkan barang dan jasa.
2. AKUNTANSI DEPRESIASI
Dengan bahasa yang lebih spesifik, depresiasi bisa dikatakan sebagai beban tahunan
yang ditujukan untuk menutupi nilai investasi awal dikurangi nilai sisa selama masa
pakai ekonomis dari aset atau properti yang didepresiasi. Jadi sebetulnya depresiasi
adalah pengeluaran bukan tunai yang mempengaruhi aliran kas melalui pajak
pendapatan.

Akuntansi depresiasi adalah alat untuk mengalokasikan nilai terdepresiasi dari suatu aset
selama umur depresiasinya. Akuntansi depresiasi akan memberikan :
1. Pengembalian modal yang telah di investasikan pada properti
2. Estimasi nilai (jual) dari aset yang didepresiasi
3. Depresiasi maksimum yang diperbolehkan oleh undang-undang pajak

Karena tujuan 2 dan 3 bisa mengakibatkan angka depresiasi yang sangat berbeda maka
biasanya perusahaan membuat dua buah laporan keuangan yang didasarkan pada dua
metode depresiasi akuntansi.

Besarnya nilai suatu depresiasi dalam suatu tahun buku biasanya tercantum dalam neraca
pada bagian aktiva (sebelah kiri). Nilainya dibuat dalam tanda negatif dibawah jumlah
aktiva sehingga secara langsung akan mengurangi nilai total dari aktiva tetap. Dengan
demikian maka depresiasi termasuk dalam pengeluaran sebelum pajak (tax deductible
expense).
Aktiva (assets) = Passiva (liabilities) + kepemilikan (Ownership) (2.1)
Dimana :
Aktiva adalah barang-barang bernilai uang yang dimiliki perusahaan.
Passiva adalah barang-barang bernilai uang yang dihutang perusahaan.
Kepemilikan adalah kekayaan atau apa saja yang dimilki perusahaan.

2.1 kriteria aset yang mengalami penyusutan


Menurut Hartanto (2002;314) kriteria aset / aktiva tetap yaitu :
a. Dimiliki atau dikuasai oleh perusahaan
b. Mempunyai bentuk fisik
c. Memberikan manfaat di masa yang akan datang
d. Dipakai atau digunakan secara aktif didalam kegiatan normal perusahaan, atau
dimiliki tidak sebagai suatu investasi atau untuk dijual kembali.
e. Mempunyai manfaat relatif permanen (lebih dari satu periode akuntansi atau
lebih dari satu tahun)

2.2 klasifikasi aset / aktiva


Menurut Sofyan S. Harahap (1992;22-24) aset / aktiva tetap dapat dikelompokkan
dalam:
1. Sudut Substansi
a. Aktiva berwujud seperti tanah, gedung, mesin dan lain-lain.
b. Aktiva tidak berwujud seperti hak cipta, hak paten, Franchise dan lain-lain.
2. Sudut Disusutkan atau tidak
a. Aktiva tetap yang dapat disusutkan seperti gedung, mesin, peralatan dan
lain-lain
b. Aktiva tetap yang tidak dapat disusutkan seperti tanah.
3. berdasarkan jenis
Aktiva tetap berdasarkan jenis seperti tanah, bangunan, gedung, mesin,
kendaraan inventaris.

2.3 Pengeluaran pengeluaran selama penggunaan Aktiva tetap (aset)


Selama menggunakan aktiva tetap (aset) untuk kegiatan usahanya, perusahaan sering
kali mengadakan pengeluaran-pengeluaran yang berhubungan dengan penggunaan
aset tersebut, pengeluaran-pengeluaran tersebut biasanya ditujukan untuk :
1. Mempertahankan kesinambungan kerja
2. Menambah masa manfaat (umur ekonomis)
3. Meningkatkan kapasitas dan efisiensi

Pengeluaran-pengeluaran selama penggunaan aktiva tetap tersebut menurut Kusnadi


(2000;275) antara lain :
1. Perawatan (Maintenance)
2. Reparasi (Repair)
3. Perancangan kembali (Rearrangement)
4. Penggantian (Replacement)
5. Penambahan dan perbaikan (Addition and Betterment)
2.4 Penyusutan aset (Depresiasi)
2.4.1 Definisi Penyusutan
Depresiasi didefinisikan sebagai :“Sejumlah biaya yang harus disediakan oleh
seseorang atau suatu perusahaan atau unit-unit tertentu pada setiap periode waktu
untuk melakukan penggantian dari mesin, peralatan, ataupun fasilitas-fasilitas lain
setelah umur dari mesin, peralatan, ataupun fasilitas-fasilitas lain tersebut
dilampaui”.
Depresiasi akan tergantung pada :
1. Ongkos investasi
2. Waktu pemakaian awal
3. Estimasi pada masa pakai
4. Nilai sisa / salvage value
5. Metode depresiasi yang dipakai

2.4.2 Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Depresiasi


Menurut Zaki Baridwan (2004;307), ada tiga faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam menentukan beban penyusutan setiap perode yaitu:
1. Harga perolehan (Cost)
Yaitu uang yang dikeluarkan atau hutang yang timbul dan biaya-biaya
yang lain yang terjadi dalam perolehan aset siap untuk digunakan.
2. Nilai Sisa (Salvage Value)
Yaitu jumlah yang diterima bila aset itu dijual, ditukarkan atau cara-cara
lain untuk aset tersebut sudah tidak dapat dipergunakan lagi dikurangi
biaya biaya yang terjadi pada saat penjualan atau pertukaran.
3. Taksiran Umur Kegunaan (Usefull Life)
Yaitu kegunaan suatu aktiva yang dipengaruhi oleh cara-cara pemeliharaan
dan kebijaksanaan yang dianut dalam penyusutan. Taksiran manfaat ini
biasa dinyatakan dalam satuan periode waktu, satuan hasil produksi atau
satuan jam kerjanya.

2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan Metode Penyusutan


Faktor faktor yang mempengaruhi pemilihan metode penyusutan menurut
Hendriksen yang bukunya dialih bahasakan oleh Widjajanto Nugroho (1991;90)
adalah sebagai berikut :
1. Hubungan antara penurunan / depresiasi dengan penggunaan dan waktu
a. Nilai aktiva menurun karena fungsi penggunaan dan bukan sebagai
fungsi terlewatkannya waktu, gunakan metode beban variabel.
b. Manfaat mendatang akan menurun sebagai suatu fungsi waktu
ketimbang sebagai fungsi penggunaan, gunakan metode garis lurus.
2. Pengaruh keusangan
Keusangan bukan merupakan faktor yang penting dalam menetapkan usia
aktiva, gunakan metode beban variabel.
3. Pola biaya reparasi dan pemeliharaan
a. Biaya reparasi dan pemeliharaan bersifat proporsional terhadap
penggunaan, gunakan metode beban variabel.
b. Biaya reparasi dan pemeliharaan bersifat konstan sepanjang usia aktiva,
gunakan metode garis lurus.
c. Biaya reparasi dan pemeliharaan bersifat konstan dan menurun
sepanjang usia aktiva, gunakan metode beban meningkat.
d. Biaya reparasi dan pemeliharaan meningkat, gunakan metode beban
menurun.
4. Tingkat efisiensi aset yang bersangkutan
a. Efisiensi operasi relatif konstan sepanjang usia aktiva, gunakan metode
garis lurus.
b. Efisiensi operasi relatif konstan atau meningkat sepanjang usia aktiva,
gunakan metode beban meningkat.
c. Efisiensi operasi menurun sepanjang usia aktiva, gunakan metode
beban menurun.
5. Kemungkinan perubahan dalam tingkat pendapatan
a. Pendapatan bersifat proporsional terhadap penggunaan, gunakan
metode beban variabel.
b. Pendapatan relatif konstan sepanjang usia aktiva, gunakan metode
garis lurus.
c. Pendapatan bersifat konstan atau meningkat sepanjang usia aktiva,
gunakan metode beban meningkat.
d. Pendapatan menurun atau ketidakpastian mengenai pendapatan
selama tahun-tahun belakangan. Gunakan metode beban menurun.

2.6 Jenis-jenis Depresiasi


2.6.1 Depresiasi Fisik :
Sebagai akibat dari penggunaan/operasi yang mengakibatkan
menurunnya kemampuan secara fisis yang berarti kemampuan operasional
dari suatu barang/peralatan menurun. Salah satu cara untuk mengurangi
kecepatan menurunnya kemampuan fisis suatu barang/peralatan adalah dengan
melakukan perawatan yang baik.
Kerusakan fisik yang terjadi pada aset elemen bangunan sipil,
Kerusakan ini mengurangi kemampuan dari elemen bangunan sipil untuk
berfungsi seperti yang diinginkan. Dan dapat diklasifikasikan dalam:
1. Kerusakan dalam aksi dari elemen tersebut, misalnya : Korosi metal,
pelapukan kayu, dekomposisi kimiawi, perilaku bakteri – tidak tergantung
pada penggunaan.
2. Kerusakan karena penggunaan aset, misalnya : Abrasi, kejut, vibrasi,
benturan.

2.6.2 Depresiasi Fungsional :


Permintaan suatu produk yang meningkat dan tidak simbang dengan
kapasitas produksinya, sehingga perusahaan tidak dapat lagi sepenuhnya
melakukan fungsi pemilikan atas permintaan. Seperti :
 Penggantian alat yang lebih ekonomis karena permintaan lebih besar –
economies of density dan economies of scale.
Depresiasi fungsional ini Tidak terjadi karena pengurangan kemampuan
aset untuk berfungsi seperti yang diinginkan melainkan dari permintaan yang
dibutuhkan. Seperti :
 Aset tersebut sudah usang.

2.6.3 Depresiasi Teknologi :


Adanya penemuan baru mengakibatkan peralatan yang sudah ada menjadi
tidak ekonomis lagi yang disebabkan oleh kemajuan teknologi.

2.7 Dasar Perhitungan Depresiasi


Berbagai pengeluaran yang terjadi pada saat produksi adalah termasuk
pengeluaran yang dikurangkan dari pendapatan sebelum pendapatan tersebut
dikenakan pajak (tax deductible). Sebagai contoh pengeluaran-pengeluaran yang
berkaitan dengan tenaga kerja, bahan, perawatan, asuransi, tingkat bunga, dan
sebagainya dikurangkan secara langsung pada saat dipakai sehingga pendapatan
yang kena pajak telah dikurangi terlebih dahulu dengan pengeluaran-pengeluaran
diatas. Disisi lain pemakaian fasilitas-fasilitas produksi seperti gedung, mesin-mesin,
kendaraan, hak paten, dan sebagainya ukanlah pengeluaran yang terjadi secara
langsung seperti halnya item-item diatas, tetapi merupakan pengeluaran tak langsung
sehingga diwujudkan dalam bentuk depresiasi.Untuk melakukan depresiasi pada
suatu properti diperlukan data-data yang berkaitan dengan ongkos awal, umur
ekonomis, dan nilai sisa dari properti tersebut.

Nilai awal atau sering juga disebut dasar depresiasi (depreciation base) adalah
harga wal dari suatu properti atau aset yang terdiri dari harga beli, ongkos
pengiriman, ongkos instalasi, dan ongkos-ongkos lain yang terjadi pada saat
menyiapkan aset atau properti tersebut sehingga siap pakai.

Nilai sisa adalah nilai perkiraan suatu aset pada akhir umur depresiasinya.
Nilai sisa biasanya merupakan pengurangan dari nilai jual suatu aset tersebut dengan
biaya yang dibutuhkan untuk mengeluarkan atau memindahkan aset tersebut. Dan
dapat dinyatakan :
Nilai sisa = nilai jual – ongkos pemindahan (2.2)
Nilai buku suatu aset pada suatu saat adalah nilai investasi setelah dikurangi
dengan nilai total depresiasi sampai saat itu. Karena biasanya depresiasi dibebankan
tiap tahun maka nilai buku dihitung pada akhir tahun sesuai dengn konvensi akhir
periode. Sedangkan nilai jual suatu aset mengacu pada jumlah uang yang bisa
diperoleh bila aset tersebut dijual pada pasar bebas. Hampir bisa dipastikan nilai
buku suatu aset tidak sama dengan nilai jualnya. Bahkan bangunan-bangunan
komersial atau tanah harga jualnya selalu naik manakala nilai bukunya akan turun
karena depresiasi. Nilai jual satu aset lebih pentung dipertimbangkan pabila kita
melakukan studi ekonomi teknik untuk mengambil keputusan yang berkaitan dengan
alternatif-alternatif investasi.
3. METODE PENYUSUTAN (DEPRESIASI)
Aktiva tetap berwujud dapat disusutkan dalam beberapa metode, oleh karena itu
pemilihan metode penyusutan yang akan dipakai terhadap suatu aktiva berwujud
harus dipertimbangkan dengan baik. Metode penyusutan yang dipilih dan dianggap
tepat untuk jenis aktiva tertentu, belum dapat dipastikan akan tepat untuk diterapkan
pada jenis aktiva lain karena perbedaan sifat dan pola penggunaan aktiva tersebut.
Beberapa metode penyusutan yang digunakan untuk melakukan perhitungan beban
penyusutan periodik menurut Standar Akuntansi Keuangan (2004;17.3) antara
lain :
A. Metode berdasarkan Faktor Waktu
1. Penyusutan Garis Lurus (Straight Line Method)
2. Penyusutan Pembebanan Menurun (dipercepat) (Reducing Charge Method)
a. Metode Jumlah Angka Tahun (Sum Of Years Digit Method)
b. Metode Saldo Menurun (Declining Balance Method)
c. Metode Saldo Menurun Ganda (Double Declining Balance Method)
B. Metode Berdasarkan Faktor Penggunaan / Berdasarkan Kegiatan / Pembebanan
Variabel
1. Metode Jam Pemakaian / Unit Jam Jasa (Service Hours Method)
2. Metode Output Produksi / Jumlah Unit Produk (Productive Output Method)
C. Metode Depresiasi Khusus
1. Metode berdasarkan Tarif Kelompok atau Tarif Komposit Penyusutan
Kelompok (Group And Composite Method)
2. Metode Anuitas (Annuity Method)
3. Metode Penggantian Dan Penempatan (Replacement And Location Method)
4. Sistem Persediaan (Inventory System)

Diantara metode-metode yang telah di uraikan diatas, yang sering digunakan adalah:
1. Metode Garis Lurus (Straight Line = SL).
2. Metode Jumlah Angka/digit Tahun (Sum Of Year Digit = SOYD).
3. Metode Keseimbangan Menurun (Declining Balance = DB).
4. Metode Dana Sinking (Sinking Found = SF).
5. Metode Unit Produksi (Production Unit = UP).

3.1 Metode Garis Lurus (Straight Line Method)


Metode ini banyak digunakan karena kesederhanaannya. Dengan metode ini harga
perolehan dialokasikan sejalan dengan berjalannya waktu dan mengakui beban
periodik yang sama selama usia manfaat harta. Menurut Zaki Baridwan (2004;309)
perhitungan depresiasi dengan metode garis lurus didasari pada anggapan-anggapan
berikut ini:
1. Kegunaan ekonomis dari suatu aktiva akan menurun secara proporsional
setiap periode.
2. Biaya reparasi dan pemeliharaan tiap tiap periode jumlahnya relatif tetap.
3. Kegunaan ekonomis berkurang karena terlewatnya waktu.
4. Penggunaan (kapasitas) aktiva tiap-tiap periode relatif tetap.
Dengan anggapan seperti diatas, metode garis lurus sebaiknya digunakan
untuk menghitung depresiasi gedung, mebel dan alat-alat kantor. Biaya depresiasi
yang dihitung dengan cara ini jumlahnya setiap periode tetap, tidak menghiraukan
kegiatan dalam periode tersebut.
Dalam metode ini ongkos depresiasi merupakan harga yang konstan (tetap),
sehingga nilai buku (book value) besarnya berkurang secara linier akibat adanya
depresiasi .
Besarnya depresiasi per tahun dihitung dengan rumus :

Dt = (3.1)

BVt = P - t [Dt] (3.2)


d = 1/n (3.3)

Dimana :
Dt = besarnya ongkos depresiasi pada tahun ke-t
P = ongkos awal dari aset yang bersangkutan
S = nilai sisa dari aset tersebut
n = masa pakai (umur) dari aset tersebut dinyatakan dalam tahun
Contoh 3.1
sebuah perusahaan membeli alat transportasi dengan harga Rp. 38 juta dan biaya pengiriman
dan uji coba alat besarnya adalah Rp. 1 juta. Masa pakai ekonomis dari alat ini adalah 6 tahun
dengan perkiraan nilai sisa sebesar Rp. 3 juta. Gunakanlah metode depresiasi garis lurus
untuk menghitung :
a. Nilai awal dari alat tersebut.
b. Besarnya depresiasi tiap tahun.
c. Nilai buku alat tersebut pada akhir tahun kedua dan akhir tahun ke lima.
d. Buat tabel jadwal depresiasi dan nilai buku selama masa pakainya.
e. Plot nilai buku terhadap umur dari alat tersebut.
Solusi :
a. Nilai awal dari alat tersebut adalah harga ditambah biaya pengiriman dan nilai uji
cobanya yaitu :
P = Rp. 38 juta + Rp. 1 juta = Rp. 39 juta
b. Besarnya depresiasi tiap tahun :

Dt =

Dt =

= Rp. 6 juta
c. Nilai buku pada akhir tahun ke dua :
BVt = P - t [Dt]
BVt = Rp. 39 juta – 2xRp. 6 juta
BVt = Rp. 27 juta
Nilai pada akhir tahun ke lima :
BVt = Rp. 39 juta – 5xRp. 6 juta
BVt = Rp. 9 juta

d. Tabel jadwal depresiasi terlihat pada tabel 3.1. berikut :


Akhir Tahun Depresiasi tahun Nilai buku akhir tahun
(Rupiah) (Rupiah)
0 0 39 juta
1 6 juta 33 juta
2 6 juta 27 juta
3 6 juta 21 juta
4 6 juta 15 juta
5 6 juta 9 juta
6 6 juta 3 juta
e. Grafik nilai buku terhadap umur alat

3.2 Metode Jumlah Angka Tahun (Sum Of Year Digit = SOYD).


Metode ini menghasilkan ongkos depresiasi yang pada awal periode paling besar,
sedangkan pada tahun-tahun berikutnya makin mengecil hingga akhir umur
ekonomisnya. Ongkos depresiasi setiap tahun dihitung dengan membagi sisa umur
hidup pada awal tahun terhadap jumlah angka tahun dari umur hidup seluruhnya dan
dikalikan dengan jumlah ongkos yang didepresiasikan. Ini berarti metode SOYD
membebankan depresiasi yang lebih cepat dari metode SL.

Apabila aset memiliki usia 5 tahun maka jumlah tahunnya adalah 1+2+…+5=15
Hubungan tersebut di atas dapat dinyatakan sebagai :

Dt =

Atau
= 1 + 2 + 3 +...+ (n-1) + n

= ... (3.4)

Dt = ... (3.5)

Bvt = ... (3.6)


Saat...
, maka :

=P–(P-S)+(P–S)

= ... (3.7)

Dimana :
Dt = Besarnya depresiasi pada tahun ke – t
SOYD = Jumlah digit tahun dari 1 sampai N
Bvt = Nilai buku aset setelah tahun ke – t
t = Tahun ( t = 1,2,...,N )
P = Ongkos awal
S = Nilai sisa
n = masa pakai ( umur ) aset dalam tahun

Contoh 3.2
Dengan menggunakan data-data pada contoh 3.1, gunakanlah metode depresiasi SOYD untuk
menghitung besarnya depresiasi dan nilai buku tiap tahun. Plot juga besarnya nilai buku
terhadap umur peralatan tersebut.
Solusi
a. Jumlah digit tahun ( SOYD ) = = = 21

Besarnya depresiasi pada tahun pertama :


Dt =

D1 =

D1 = = Rp. 10,286 Juta

Besarnya depresiasi pada tahun kedua :


D2 = = Rp. 8,571 Juta

Dan selanjutnya sampai D6 terlihat pada tabel 3.2.


b. Untuk perhitungan nilai buku setiap akhir tahun bisa dilkukan dengan mengurangi
langsung nilai buku akhir tahun sebelumnya dengan besarnya depresiasi pada tahun
bersangkutan. Atau dihitung dengan rumus.
Perhitungan nilai buku dengan menggunakan rumus (3.7) :

Bvt =

Bv1 =

Bv1 = Rp. 28,714 Juta


Dan selanjutnya sampai Bv6 terlihat pada tabel 3.2.
c. Tabel 3.2 Jadwal depresiasi dan nilai buku
Jadwal depresiasi dan nilai buku
Nilai Buku Akhir
Akhir Tahun Depresiasi Tahun
Tahun
(Rupiah) (Rupiah)
0 0 39,000 Juta
1 6 / 21 x 36 Juta = 10,286 Juta 28,714 Juta
2 5 / 21 x 36 Juta = 8,571 Juta 20,143 Juta
3 4 / 21 x 36 Juta = 6,857 Juta 13,286 Juta
4 3 / 21 x 36 Juta = 5,143 Juta 8,143 Juta
5 2 / 21 x 36 Juta = 3,429 Juta 4,714 Juta
6 1 / 21 x 36 Juta = 1,714 Juta 3,000 Juta

d. Grafik nilai buku Vs umur aset dengan metode SOYD


3.3 Metode Keseimbangan Menurun ( DB )
Seperti halnya metode jumlah digit tahun, metode keseimbangan menurun juga
menyusutkan nilai suatu aset lebih cepat pada tahun-tahun awal dan secara progresif
menurun pada tahun-tahun berikutnya. Metode ini bisa dipakai bila umur aset lebih dari 3
tahun. Besarnya depresiasi pada tahun tertentu dihitung dengan mengalikan suatu persentase
tetap dari nilai buku aset tersebut pada akhir tahun sebelumnya.
Metode ini mengalokasikan penyusutan berdasarkan persentase umur ekonomis terhadap
nilai buku (bukan cost) aset yang bersangkutan (book value approach), sehingga
menghasilkan jumlah pembebanan penyusutan yang menurun.
Metode ini digunakan sebagai asumsi berikut :
1. Metode ini menetapkan biaya penyusutan yang tertinggi pada tahun pertama dari
pemakaian aset dan penyusutan untuk tahun tahun berikutnya semakin menurun
(berdasarkan berlalunya waktu).
2. Pengaruh keusangan yang relatif cepat
3. Efisiensi operasi semakin menurun yang menyebabkan naiknya biaya operasi lainnya,
sedangkan turunnya efisiensi berakibat pada pemakaian bahan bakar, bahan baku,
dan tenaga kerja yang lebih banyak.
4. Beban reparasi dan pemeliharaan meningkat.
5. Kontribusi pendapatan yang menurun atau ketidakpastian mengenai pendapatan
selama tahun-tahun belakangan.

Karaktristik metode ini adalah sebagai berikut :


1. Digunakan pada saat diamsusikan bahwa nilai aset menurun lebih cepat di awal
usianya dibandingkan dengan di akhir usianya.
2. Apabila nilai sisa diamsusikan nol, maka metode ini tidak akan bisa mencapainya
meskipun usia aset demikian lamanya.

Dengan demikian maka besarnya beban depresiasi pada tahun ke –t adalah:


Dt = dBVt-1 ... (3.8)
Dimana :
D = tingkat depresiasi yang ditetapkan
BVt-1 = nilai buku aset pada akhir tahun sebelumnya (t-1)
Nilai buku pada akhir tahun ke-t akan menjadi :
BVt = BVt-1 - Dt ... (3.9)
Dengan mensubstitusikan persamaan (3.8) ke persamaan (3.9) maka akan diperloeh :
BVt = BVt-1 - dBVt-1
BVt = BVt-1 (1- d) ... (3.10)
Dengan rumus rekursif 3.10, besarnya beban depresiasi pada tahun ke-t juga bisa dinyatakan
dengan :
Dt = d(1-d)t P ... (3.11)
Demikian pula nilai buku pada akhir tahun ke-t bisa diekspresikan dengan :
BVt = (1-d)t P ... (3.12)
Untuk mendapatkan jawaban kapan suatu aset akan mencapai nilai buku tertentudimana nilai
buku suatu aset (BVt) akan sama dengan suatu nilai (F) setelah t tahun, dimana :

t= ... (3.13)

atau bila kita ingin mengetahui tingkat depresiasi pada saat itu maka jawabannya bisa
diperoleh dengan menggunakan formula :

d= 1 ... (3.14)

Persentase maksimum yang diperbolehkan dipakai pada metode DB adala 200% dari
tingkat depresiasi garie lurus. Jadi bila metode garis lurus mendepresiasi suatu aset dengan
tingkat 1/N tiap tahunnya maka persentase tetap maksimum yang diperbolehkan dipakai pada
metode DB adalah 2/N.bila suatu perusahaan menggunakan batas maksimum ini maka
metode DB secara lebih spesifik dinamakan metode DDB (double declining balance).
Contoh 3.3
Selesaikan kembali persoalan 3.1 dengan metode DDB
Solusi
Dengan menggunakan DDB maka tingkat depresiasi yang dipakai adalah 200% dari tingkat
depresiasi dengan garis lurus.
Tingkat depresiasi SL = 1/N = 1/6, maka tingkat depresiasi DDB = 1/3.
Depresiasi pada tahun pertama didapat dari :
D1 = d x BV0 = d x P
= 1/3 x Rp. 39 juta
= Rp. 13 Juta
Nilai buku pada akhir tahun pertama :
BV1 = BV0 – D1 = P - D
= Rp. 39 Juta – Rp. 13 Juta
= Rp. 26 Juta

Jadwal depresiasi dengan Metode DDB


Nilai Buku Akhir
Akhir Tahun Depresiasi Tahun
Tahun
(Rupiah) (Rupiah)
0 0 39,00 Juta
1 1 / 3 x 39,00 Juta = 13,00 Juta 26,00 Juta
2 1 / 3 x 26,00 Juta = 8,67 Juta 17,33 Juta
3 1 / 3 x 17,33 Juta = 5,78 Juta 11,56 Juta
4 1 / 3 x 11,56 Juta = 3,85 Juta 7,70 Juta
5 1 / 3 x 7,70 Juta = 2,57 Juta 5,14 Juta
6 1 / 3 x 5,14 Juta = 1,71 Juta 3,42 Juta
Dari tabel dapat dilihat bahwa nilai buku aset pada akhir umur depresiasinya lebih
besar dari yang ditetapkan. Oleh karena itu besarnya depresiasi pada akhir tahun ke-6 harus
disesuaikan dengan sedemikian rupa sehingga nilai buku pada akhir tahun ke-6 adalah Rp. 3
Juta. Dengan demikian maka besarnya depresiasi pada tahun ke-6 bukannya Rp. 1,171 juta,
tetapi Rp. 2,14 juta. Seperti tabel selanjutnya.
Jadwal depresiasi dengan Metode DDB
Nilai Buku Akhir
Akhir Tahun Depresiasi Tahun
Tahun
(Rupiah) (Rupiah)
0 0 39,00 Juta
1 1 / 3 x 39,00 Juta = 13,00 Juta 26,00 Juta
2 1 / 3 x 26,00 Juta = 8,67 Juta 17,33 Juta
3 1 / 3 x 17,33 Juta = 5,78 Juta 11,56 Juta
4 1 / 3 x 11,56 Juta = 3,85 Juta 7,70 Juta
5 1 / 3 x 7,70 Juta = 2,57 Juta 5,14 Juta
6 5,14 – 3,00 Juta = 2,14 Juta 3,00 Juta
3.4 Metode Depresiasi Sinking Fund ( SF )
Asumsi dasar metode ini adalah penurunan nilai suatu aset semakin cepat dari
suatu saat ke saat berikutnya. Peningkatan ini diakibatkan karena disertakannya konsep
nilai waktu dari uang sehingga besarnya depresiasi akan meningkat seirama dengan
tingkat bunga yang berlaku.
Dengan sifat yang demikian maka pemakaian metode ini tidak akan
menguntungkan bila ditinjau dari sudut pajak yang harus di tanggung perusahaan. Alasan
ini menyebabkan metode ini jarang dipakai.
Diperlukan informasi mengenai Equal-payment-series-sinking fund atau (A/F,i,n)
dengan i adalah interest dan n adalah tahun perhitungan/pengembalian.

A = (P-S)(A/F, i%, n) ... (3.15)


Depresiasi terdiri dari dua komponen :
– Aset terdepresiasi – saat nilai awal P, nilai sisa F, umur n dan interest i, maka
nilainya adalah (P-F) (A/Fi,n) .
– Interest yang diterima dari aset yang dihitung setiap awal tahun.

Dt = (P-S)(A/F, i%, n)(F/P, i% t-1) ...(3.16)

Dimana nilai buku pada periode t dapat dirumuskan :


BVt = P – A(F/A,i%,t) ...(3.17)
BVt = P – (P-S)(A/F, i%, n)(F/A,i%,t) ...(3.18)

contoh 3.4
dengan soal sebelumnya, hitunglah depresiasi serta nilai bukunya selama periode depresiasi
dengan MARR sebesar 12% dengan metode depresiasi sinking fund.

Solusi
a. Besarnya
depresiasi tiap tahun bisa dihitung dengan mencari nilai depresiasi dasarnya yaitu :
A = (P-S)(A/F, i%, n)
A = (Rp. 39 Juta – Rp. 3 Juta)(A/F, 12%, 6)
A = (Rp. 36 Juta)(0,12323)
A = Rp. 4,436 Juta.
b. Besarnya
depresiasi pada tahun pertama adalah sama dengan nilai depresiasi dasar yaitu Rp.
4,436 Juta atau :
Dt = (P-S)(A/F, i%, n)(F/P, i% t-1)
Dt = Rp. 36 juta(A/F, 12%, 6)(F/P, 12% 0)
Dt = Rp. 36 juta(0.12323)(1)
Dt = Rp. 4,436 juta

c. Nilai buku
BVt = P – A( F/A,i%,t)
BVt = Rp. 39 Juta - Rp. 4,436 Juta (F/A,12%,1)
BVt = Rp. 34,654 Juta.
d. Jadwal depresiasi dan nilai buku metode sinking fund
Jadwal depresiasi dan nilai buku
Nilai Buku Akhir
Akhir Tahun Depresiasi Tahun
Tahun
(Rupiah) (Rupiah)
0 0 39,000 Juta
1 4,436 Juta 34,564 Juta
2 4,968 Juta 29,596 Juta
3 5,565 Juta 24,031 Juta
4 6,232 Juta 17,799 Juta
5 6,980 Juta 10,819 Juta
6 7,819 Juta 3,000 Juta

a. Grafik metode sinking fund


3.5 Metode
Depresiasi Unit Produksi (UP)
Apabila penyusutan suatu aset lebih ditentukan oleh intensitas pemakaiannya
dibandingkan dengan lamanya alat tersebut dimiliki maka depresiasinya bisa didasarkan atas
unit produksi atau unit output dari aset atau properti tersebut. Pada prinsipnya, unit produksi
bisa dinyatakan dari salah satu ukuran berikut :
a. Output produksi, misalnya volume atau berat dari material yang dipindahkan oleh
suatu alat pengangkutan material pada tahun tertentudibandingkan dengan berat atau
volume material yang diperkirakan bisa dipindahkan selama masa pakai dari alat
tersebut.
b. Hari operasi, menunjukan jumlah hari operasi suatu aset selama tahun tertentu
dibandingkan dengan ekspektasi total hari operasi dari aset tersebutselama masa
pakainya.
c. Proyeksi pendapatan, menunjukan estimasi pendapatan pada tahun tertentu dari suatu
aset yang disewakan dibandingkan dengan estimasi pendapatan dari penyewaan alat
tersebut selama masa pakainya.
Perhitungan dengan metode depresiasi dengan metode UP dapat dirumuskan sebagai berikut :

Dt = ... (3.19)

Maka nilai buku pada akhir tahun ke-t diberikan oleh :

BVt = P – ... (3.20)

Contoh 3.5
Dengan soal-soal sebelumnya ditambah dengan menyesuaikan alat ini selama 6 tahun
berturut-turut (dalam meter kubik) mengantarkan 8000, 12000, 18000, 8000, 4000,2000
Dengan metode unit produksi tentukan besarnya depresiasi dan nilai buku tiap tahun.

Solusi
a. Total unit produksi selama 6 tahun adalah :
U = 8000 + 12000 + 18000 + 8000 + 4000 + 2000
U = 52000.
b. Nilai yang akan terdepresiasi selama 6 tahun adalah :
P - S = Rp. 39 juta – Rp. 3 Juta
P - S = Rp. 36 juta
c. Dengan demikian Dt dan BVt selama 6 tahun berturut-turut adalah :
Dt =

BVt = Rp. 39 juta – Rp. 5,54 Juta = Rp. 33,46 Juta


Dt =

BVt = Rp. 33,46 juta – Rp. 8,31 Juta = Rp. 25,15 Juta

d. Dan seterusnya dapat ditabelkan :


Jadwal depresiasi dengan Metode UP
Nilai Buku Akhir
Akhir Tahun Depresiasi Tahun
Tahun
(Rupiah) (Rupiah)
0 0 39,00 Juta
1 8 / 52 x 36,00 Juta = 5,54 Juta 33,46 Juta
2 12 / 52 x 36,00 Juta = 8,31 Juta 25,15 Juta
3 18 / 52 x 36,00 Juta = 12,46 Juta 12,69 Juta
4 8 / 52 x 36,00 Juta = 5,54 Juta 7,15 Juta
5 4 / 52 x 36,00 Juta = 2,77 Juta 4,38 Juta
6 2 / 52 x 36,00 Juta = 1,38 Juta 3,00 Juta

e. Grafik Nilai Buku Vs Umur Asset Dengan Metode UP


4. Perbandingan Metode-Metode Depresiasi
Semua metode depresiasi yang dibahas memiliki karakteristik sendiri yaitu :
1. Metode Garis Lurus, adalah metode yang paling mudah cara perhitungannya dan
cukup banyak dipakai metode ini mengakibatkan nilai buku suatu aset menurun
dengan kecepatan tetap.
2. Metode Jumlah Digit Tahun (SOYD) dan Metode Keseimbangan Menurun (DB atau
DDB) adalah metode-metode dipercepat, artinya menimbulkan depresiasi yang lebih
besar pada tahun-tahun awal periode depresiasi, kedua metode ini menguntungkan
ditinjau dari segi pembayaran pajak. Pada umumnya metode DB (terutama DDB)
lebih cepat menurunkan nilai buku dibandingkan dengan metode SOYD.
3. Metode depresiasi sinking fund, adalah metode terbalik dengan metode DB atau
SOYD, karena besarnya depresiasi justru lebih kecil dari tahun-tahun
awaldibandingkan dengan tahun-tahun berikutnya. Dari segi beban pajak metode ini
tidak memberikan keuntungan sehingga hampir tidak ada perusahaan yang
menggunakannya
4. Metode unit produksi, metode ini tidak memiliki pola yang jelas karena besarnya
depresiasi akan tergantung pada penjadwalan produksi, bukan pada masa pakai aset
atau alat yang bersangkutan. Oleh karenanya metode ini bisa mempercepat atau
memperlambat depresiasi.

Perbandingan metode depresiasi terlihat pada grafik antara waktu dan nilai buku aset
pada metode –metode depresiasi yang berbeda berikut ini :
DAFTAR PUSTAKA
Dipohusodo, Istimawan. 1996. “Manajemen Proyek dan Konstruksi-Jilid 1”, Cetakan
Pertama, Penerbit PT Kanisius, Yogyakarta.
Pujawan, I Nyoman. 1995. “Ekonomi Teknik edisi 1”, Penerbit PT Guna Widya, Jakarta.
Fitriani, Heni, S.T., M.T. 2006. “Diktat Mata Kuliah Ekonomi Rekayasa”, Penerbit
Universitas Sriwijaya, Palembang.
Newell, Michael W. 2002. “Preparing for the project management professional (PMP)
certification exam”, Second Edition, AMACOM publication, United States of
America.
Rostiyanti, Susy Fatena. 2002. “Alat Berat Untuk Proyek Konstruksi”, Penerbit Rineka
Cipta. Jakarta.
Parikesit, Danang, Prof., Dr., Ir., M.Sc. “Ekonomi Teknik”, Penerbit Universitas Gajah
Mada, Jogjakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2004. “Standar Akuntansi Keuangan”, Penerbit Salemba Empat.
Jakarta.
Wikipedia. 2009. “Depreciation”, diakses melalui :
“http://en.wikipedia.org/wiki/Depreciation”.

Anda mungkin juga menyukai