Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

BENEFIT COST RASIO, DEPRESIASI DAN BREAK EVENT POINT

Disusun oleh :

Andre Kencana Sinuhaji

2016710150153

FAKULTAS TEKNIK MESIN KONVERSI ENERGI


UNIVERSITAS JAYABAYA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur sa ya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Makalah dengan judul Benefit
Cost Rasio, Depresiasi dan Break Event Point pada Tahun Akademik 2017/2018 ini, dengan
baik dan tepat waktu.
Tidak lupa penyusun juga mengucapkan terima kasih atas bantuan Bapak Aji
Dikdoyo selaku dosen mata kuliah sistem perancangan sistem fluida , teman-teman, dan lain-
lainnya yang membantu dalam proses menyelesaikan makalah ini.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penyusun. Penyusun yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan
saran dan kritik membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan makalah utilitas ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan dan pengalaman bagi penyusun.

Depok, 10 Februari 2018

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

Metode benefit cost ratio adalah salah satu metode yang sering digunakan dalam

tahap-tahap evaluasi awal perencanaan investasi sebagai analisis tambahan dalam rangka

menvalidasi hasil evaluasi yang telah dilakukan dengan metode lainnya. di samping itu

metode ini sangat baik dilakukan dengan metode lainnya. dan metode ini sangat baik

dilakukan dalam rangka mengevaluasi proyek-proyek pemerintah yang berdampak langsung

pada masyarakat banyak ( Giatman,MSIE ,Drs. M. , 2006)

Depresiasi adalah penurunan nilai fisik barang dengan berlalunya waktu

danpemakaian. Lebih spesifik lagi, depresiasi adalah konsep akuntansi yang menentukan

suatureduksi tahunan terhadap pendapatan sebelum pajak, dengan demikian efek waktu

danpemakaian atas nilai aset dapat direfleksikan di dalam laporan keuangan perusahaan.

Reduksidepresiasi tahunan bertujuan untuk menyesuaikan nilai tahunan yang dipakai dalam

suatuaset dalam proses produksi dari pendapatan berdasarkan umur ekonomis aktual aset.

Break Even Point merupakan suatu teknik analisa untuk mempelajari hubungan antara

Biaya Tetap, atau suatu keadaan dimana dalam suatu operasi perusahaan tidak mendapat

untung maupun rugi/ impas (penghasilan = total biaya). Break Event Point menyatakan

volume penjualan dimana total penghasilan tepat sama besarnya dengan total biaya, sehingga

perusahaan tidak memperoleh keuntungan dan juga tidak menderita kerugian.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Benefit Cost Rasio


Benefit cost ratio adalah perbandingan nilai ekuivalensi semua manfaat terhadap nilai
ekuivalen semua biaya. Perhitungan nilai ekuivalen dapat dilakukan menggunakan salah
satu dari analisis nilai sekarang, nilai pada waktu yang akan dating atau nilai tahunan.
B/C = PWmanfaat/PWbiaya = FWmanfaat/FWbiaya = AWmanfaat/AWbiaya
Analisis Terhadap Alternatif Tunggal
Jika B/C ≥ 1, alternatif layak diterima. Jika B/C < 1, alternatif tidak layak diterima.
Contoh:
Pembelian suatu mesin seharga Rp.20.000.000 akan memampukan perusahaan untuk
berhemat sebesar Rp.6.000.000 per tahun. Mesin tersebut diperkirakan memiliki usia
pakai 5 tahun dan memiliki sisa akhir usia pakai sebesar Rp.4.000.000. Jika pemilik
perusahaan menghendaki tingkat pengembalian minimal 15% per tahun, apakah
pembelian tersebut layak dilakukan?
Penyelesaian:
B/C = (6000000 + 4000000(A/F,15%,5))/(20000000(A/P,15%,5)
B/C = (6000000 + 4000000(0,14832))/(20000000(0,29832))
B/C = 1,11
Oleh karena nilai B/C ≥ 1, pembelian peralatan baru tersebut dianggap menguntungkan.
Benefit Cost Ratio dengan Inkremental
Untuk melakukan analisis benefit cost ratio terhadap lebih dari satu alternatif, harus
dilakukan cara inkremental seperti pada analisis rate of return. Kriteria pengambilan
keputusan berdasarkan nilai B/C yang diperoleh. Jika dua alternatif yang dibandingkan
diperoleh nilai B/C ≥ 1, maka alternatif dengan biaya yang lebih besarlah yang dipilih.
Namun jika dari dua alternatif yang dibandungkan diperoleh B/C < 1, maka alternatif
dengan biaya yang lebih kecil yang dipilih.
Contoh:
Sebuah perusahaan akan membeli sebuah mesin untuk meningkatkan pendapatan
tahunannya. Dua alternatif mesin dengan usia pakai masing-masing 8 tahun ditawarkan
kepada perusahaan.

Nilai Sisa di
Keuntungan Per
Mesin Harga Beli (Rp.) Akhir Usia Pakai
Tahun (Rp.)
(Rp.)

X 2,500,000 750,000 1,000,000

Y 3,500,000 900,000 1,500,000

Dengan MARR 15% per tahun, tentukan mesin yang harus dibeli.
Penyelesaian:
Urutan alternatif: DN, X, Y
Membandingkan DN dengan mesin X

Inkremental
Tahun DN (1) Mesin X (2)
((3)=(2)-(1))

0 0 -2,500,000 -2,500,000

1 s.d 7 0 750,000 750,000

8 0 1,750,000 1,750,000

B/C = (750000(P/A,15%,8) + 1000000(P/F,15%,8))/2500000


B/C = (750000(4,48732) + 1000000(0,32690))/2500000
B/C = 1,48
Oleh karena nilai B/C ≥ 1, pembelian mesin X layak dilakukan.
Membandingkan mesin X dengan mesin Y

Inkremental
Tahun Mesin X (1) Mesin Y (2)
((3)=(2)-(1))

0 -2,500,000 -3,500,000 -1,000,000

1 s.d 7 750,000 900,000 150,000

8 1,750,000 2,400,000 650,000

B/C = (150000(P/A,15%,8) + 500000(P/F,15%,8))/1000000


B/C = (150000(4,48732) + 500000(0,32690))/1000000
B/C = 0,84
Oleh karena nilai B/C < 1, pilih mesin X.

2.2 Depresiasi
2.2.1 Metode Penentuan Depresiasi
1. Metode Garis Lurus (Straight Line Method)
Metode depresiasi paling sederhana, beban depresiasi per periode besarnya
sama (tetap). Metode ini mengasumsikan bahwa aset terdepresiasi secara konstan
setiap tahunnya selama umur manfaatnya.
B  SVN
dk 
N
d k'  k  d k untuk 1  k  N dan BVk  B  d k'
dimana: N = umur manfaat
B = basis harga, termasuk penyesuaian
dk = pengurangan depresiasi pada tahun ke k (1 ≤ k ≤ N)
BVk = nilai buku pada akhir tahun ke k
SVN = perkiraan nilai sisa pada akhir tahun ke N
d’k = depresiasi kumulatif selama tahun ke k

Contoh Soal Metode Garis Lurus :


Mesin cetak pada sebuah perusahaan periklanan mempunyai basis harga sebesar
$1,000,000 dan umur manfaat 5 tahun. Diperkirakan alat tersebut mempunyai nilai
sisa sebesar $100,000. Tentukan jumlah depresiasi tahunan menggunkan metode
garis lurus. Tabelkan jumlah depresiasi tahunan dan nilai buku alat tersebut pada
setiap akhir tahun.
Penyelesaian:
Contoh perhitungan untuk tahun ke-5:
($1, 000, 000  $100, 000)
d3   $180, 000
5
3($1, 000, 000  $100, 000)
d '3   $540, 000
5
3($1, 000, 000  $100, 000)
BV3  $1, 000, 000   $460, 000
5
Tabulasi depresiasi dan nilai buku setiap tahunnya:
Akhir tahun Depresiasi Akumulasi Depresiasi Nilai Buku tahun ke-k
0 - - 1,000,000
1 180,000 180,000 820,000
2 180,000 360,000 540,000
3 180,000 540,000 460,000
4 180,000 720,000 280,000
5 180,000 900,000 100,000

2. Metode Keseimbangan Menurun (Declining Balance Method)


Disebut juga metode persentase konstan atau formula Matheson, dengan asumsi bahwa
biaya depresiasi tahunan adalah suatu persentase yang tetap dari nilai buku awal tahun. Rasio
depresiasi tersebut dilambangkan dengan R (0 ≤ R ≤ 1), dimana R = 2/N (jika digunakan
200% DB) atau R = 1.5/N (jika digunakan 150% DB).
Penyusutan Tahunan = Tarif Penyusutan x Nilai Buku pada Awal Tahun
Persamaan- persamaan yang berlaku untuk metode DB:
d1 = B(R)
dk = B( 1 – R)k - 1 (R)
dk = B [ 1− ( 1 −R)k ]
BVk = B (1−R)k
BVN = B (1−R)N
Kelima persamaan tidak memuat term SV (nilai sisa).

Contoh Soal Metode Keseimbangan Menurun (Declining Balance Method) :


CV. Matahari Fajar membeli peralatan pada tanggal 3 Januari 2007 seharga Rp. 50.000.000,
dengan nilai sisa diperkirakan sebesar 5% dari harga perolehan. Umur ekonomis 4 tahun
(nilai sisa tidak digunakan hanya jebakan saja). Tentukan depresiasi menggunakan metode
declining balance!.
Penyelesaian:
- Depresiasi 2007 ={ ( 100% /4) x 2 } x Rp. 50.000.000= Rp. 25.000.000,-
- Jurnal pada tanggal 31 Desember 2007 :
D : Beban Depresiasi-Peralatan = Rp. 25.000.000,-
K : Akumulasi Depresiasi-Peralatan=Rp. 25.000.000
- Depresiasi 2008 = 50% x ( Rp. 50 jt – 25 jt ) = Rp. 12.500.000
- Jurnal pada tanggal 31 Desember 2008 :
D : Beban Depresiasi-Peralatan =Rp. 12.500.000
K : Akumulasi Depresiasi-Peralatan=Rp. 12.500.000
- Depresiasi 2009 = 50% x (Rp 50 jt-25jt-12,5jt) = Rp. 6.250.000
- Jurnal pada tanggal 31 Desember 2009 :
D : Beban Depresiasi-Peralatan =Rp. 6.250.000
K : Akumulasi Depresiasi-Peralatan=Rp. 6.250.000
- Depresiasi 2010 = Rp.50 jt – 25jt-12,5jt-6,25jt = Rp. 6.250.000
- Jurnal pada tanggal 31 Desember 2010 :
D : Beban Depresiasi-Peralatan =Rp. 6.250.000
K : Akumulasi Depresiasi-Peralatan=Rp.6.250.000

3. Metode Jumlah Angka Tahun (Sum of The Years Digits Method)


Digit yang digunakan pada metode SYD adalah sisa umur manfaat dari aset. Faktor
depresiasi adalah sisa umur aset dibagi dengan jumlah total digit. Persamaan umum untuk
mencari biaya depresiasi tahunan:
dk = ( B – S N ) [2 ( N – k + 1 ) ] [ N ( N + 1 ) ]
depreciable cost = original cost − salvage value
book value = original cost − accumulated depreciation

Contoh Soal Metode Jumlah Angka Tahun (Sum of The Years Digits Method)
Hitung depresiasi untuk 3 tahun pertama serta book value untuk tahun ke 3, jika diketahui
first cost = $ 25.000 dengan salvage value = $ 4.000 dan umur = 8 tahun.
Penyelesaian :
D1 = (8 - 1 + 1) /36 x (25.000 - 4.000) = $ 4.667
D2 = (8 – 2 +1) /36 x (25.000 - 4.000) = $ 4.083
D3 = (8 - 3 + 1) / 36 x (25.000 - 4.000) = $ 3.500
Nilai depresiasi berkurang (D1>D2>D3)
BV3 = 25.000 - 3 (3 - 3/2 + 1/2) /36x (25.000 - 4.000)
BV3 = 25.000 - ( 3 (7) x(21.000)) = $ 12750

4. Metode Produksi Unit


Semua depresiasi yang dibahas di sini berdasarkan pada waktu yang sudah lewat
(tahun) yang mana teori tersebut menyatakan bahwa nilai barang yang menurun sebagian
besar merupakan fungsi dari waktu. Apabila penurunan nilai kebanyakan karena fungsi
penggunaan, depresiasi berdasarkan metodenya mungkin tidak tercermin dalam bentuk tahun.
Metode produksi unit biasa digunakan dalam kasus seperti ini.

Contoh Soal Metode Produksi Unit


Sebuah mesin dibeli pada tanggal 2 Januari 2001 dengan harga Rp $16,000 dan ditaksir dapat
digunakan selama 10,000 jam dengan nilai residu $ 1.000. Carilah tingkat depresiasi per jam
penggunaan, dan carilah nilai bukunya setelah beroperasi selama 5.000 jam !

Penyelesaian :

Setelah 5,000 jam,

5. Keseimbangan Menurun yang Dialihkan ke Garis Lurus


Karena metode keseimbangan menurun tidak pernah mencapai BV yang nol, maka
diperbolehkan untuk berpindah dari metode ini ke metode garis-lurus sehingga SVN aset akan
menjadi nol (atau jumlah – jumlah lain yang diinginkan).
Tahap-tahap perhitungan :
- Nilai Buku Permulaan Tahun (Bv) diperoleh dari nilai permulaan tahun sebelum k
dikurangi dengan nilai jumlah depresiasi yang dipilih untuk tahun sebelum k
- Metode 200% declining balance dihitung dengan persamaan:
(2/N) x Nilai Buku Permulaan Tahun k
- Metode Garis Lurus dihitung dengan cara:
Nilai Buku Permulaan Tahun k/ (N-tahun sebelumnya)
- Jumlah Depresiasi yang dipilih berdasarkan perbandingan nilai terbesar dari dari
Metode 200% declining balance dan Metode Garis Lurus untuk tahun k

C. Modified Accelerated Cost Recovery System (MACRS)


MARCS terdiri dari dua system untuk menghitung reduksi depresiasi. System
utamanya disebut General Depreciation System (GDS) dan system kedua disebut Alternative
Depreciation System (ADS). Umumnya,periode pemulihan dengan ADS lebih lama dan
hanya mengunakan metode depresiasi garis-lurus. Namun jika diseleksi dulu setiap barang
yang dinilai dengan GDS dapat didepresiasi dengan ADS.
Informasi-informasi yang dibutuhkan untuk menghitung depresiasi dengan MACRS adalah:

1. Basis harga (B)


2. Tanggal atau waktu saat properti atau aset mulai digunakan
3. Kelas properti dan periode perolehan.
4. Metode yang akan digunakan (ADS atau GDS)
5. Konvensi waktu yang diberlakukan (setengah tahun)

 General Depreciation System (GDS)


Dengan GDS, informasi dasar tentang kelas barang dan periode pemulihan adalah
sebagai berikut:
- Kelas barang pribadi GDS 3, 5, 7, dan 10 tahun: metode keseimbangan menurun
200% yang dialihkan ke metode garis lurus jika metode tersebut memberikan reduksi
yang lebih besar.
- Kelas barang pribadi 15 dan 20 tahun: Metode keseimbangan menurun 150% yang
dialihkan ke metode garis lurus jika metode tersebut memberikan reduksi yang lebih
besar.
- Kelas barang riil non-residental dan residental GDS: Metode garis lurus terhadap
periode pemulihan GDS tetap
 Alternative Depreciation System (ADS)
- Periode perolehan ADS diperlihatkan pada kolom terakhir Tabel 7.2
- Untuk properti personal yang tidak cocok dengan kelas aset yang ada, didepresiasi
menggunakan periode perolehan 12-tahun ADS
- Periode perolehan ADS untuk properti riil non-residential adalah 40 tahun

2.3 Break Event Point


Jenis Biaya Berdasarkan Break Even (Titik Impas). Biaya yang dikeluarkan
perusahaan dapat dibedakan sebagai berikut:

1. Variabel Cost (biaya Variabel)


Variabel cost merupakan jenis biaya yang selalu berubah sesuai dengan
perubahan volume penjualan, dimana perubahannya tercermin dalam biaya variabel total.
Dalam pengertian ini biaya variabel dapat dihitung berdasarkan persentase tertentu dari
penjualan, atau variabel cost per unit dikalikan dengan penjualan dalam unit.
2. Fixed Cost (biaya tetap)
Fixed cost merupakan jenis biaya yang selalu tetap dan tidak terpengaruh oleh
volume penjualan melainkan dihubungkan dengan waktu(function of time) sehingga
jenis biaya ini akan konstan selama periode tertentu. Contoh biaya sewa, depresiasi,
bunga. Berproduksi atau tidaknya perusahaan biaya ini tetap dikeluarkan.
3. Semi Varibel Cost
Semi variabel cost merupakan jenis biaya yang sebagian variabel dan sebagian tetap,
yang kadang-kadang disebut dengan semi fixed cost. Biaya yang tergolong jenis ini misalnya:
Sales expense atau komisi bagi salesman dimana komisi bagi
Laboratorium Pengembangan Akuntansi 43
salesman ini tetap unutk range atau volume tertentu, dan naik pada level yang lebih tinggi.

2.3.1 Menentukan Break Even Point (BEP) / Titik Impas

• Mathematical Approach
BEP-Rupiah =Total Fixed Cost x Harga jual / unit
Harga jual per unit - variable
cost

BEP-Unit = Fixed Cost


Harga Jual – Variabel Cost
BEP untuk produk ganda = FC/ [(1-v/c)xWi]
Keterangan :
Biaya Tetap(FC) adalah biaya yang jumlahnya tetap walaupun usaha anda tidak sedang
berproduksi seperti biaya gaji karyawan, biaya penyusutan peratalan usaha, biaya asuransi.
Dll.
Biaya Variable (VC) adalah biaya yang jumlahnya akan meningkat seiring dengan
peningkatan jumlah produksi. Misalnya bahan baku, bahan bakar, biaya listrik dll.
Harga per unit adalah harga jual barang atau jasa yang dihasilkan.
Biaya Variable per unit adalah total biaya variable dibagi dengan jumlah unit yang di
produksi atau dengan kata lain biaya rata-rata per unit.
Margin Kontribusi per unit adalah selisih harga jual per unit dengan biaya variable per unit.
Wi: presentasi dari total penjualan (Rp) tiap produk, disebut bobot kontribusi margin.
1. Contoh 1
Fixed Cost suatu toko sepatu : Rp.500.000,-
Variable cost Rp.10.000 / unit
Harga jual Rp. 20.000 / unit
Maka BEP per unitnya adalah

BEP = Fixed Cost


Harga Jual – Variabel Cost

BEP = Rp.500.000
20.000 – 10.000

= 50 unit

Artinya perusahaan perlu menjual 50 unit sepasang sepatu agar terjadi break even point. Pada
pejualan unit ke 51, maka toko itu mulai memperoleh keuntungan.
Contoh BEP untuk menghitung berapa uang penjualan yang perlu diterima agar terjadi BEP :

Total Fixed Cost


__________________________________ x Harga jual / unit
Harga jual per unit - variable cost
Dengan menggunakan contoh soal sama seperti diatas maka uang penjualan yang harus
diterima agar terjadi BEP adalah
Rp.500.00 x Rp.20.000 = Rp.1.000.000,
20.000 – 10.000
2. Contoh 2
Sebuah perusahaan yang diberi nama “Usaha Maju” memiliki data-data biaya dan rencana
produksi seperti berikut ini :
a. Biaya Tetap sebulan adalah sebesar Rp.140juta yaitu terdiri dari :
biaya gaji pegawai + pemilik = Rp.75,000,000
biaya penyusutan mobil kijang = Rp. 1,500,000
biaya asuransi kesehatan = Rp.15,000,000
biaya sewa gedung kantor = Rp.18,500,000
biaya sewa pabrik = Rp.30,000,000
b. Biaya variable per unit Rp. 75,000.00 yaitu terdiri dari :
biaya bahan baku = Rp.35,000
biaya tenaga kerja langsung = Rp.25,000
biaya lain = Rp.15,000
c. Harga Jual per Unit Rp.95,000.
Sekarang mari kita hitung berapa tingkat BEP usaha tersebut baik dalam unit maupun dalam
rupiah :
BEP unit adalah
= Biaya Tetap / (harga per unit – biaya variable per unit)
= Rp.140juta / (Rp.95,000 – Rp.75,000)
= Rp.140juta / Rp.20,000
= 7,000 unit

BEP Rupiah adalah


= Total Fixed Cost x Harga jual / unit
Harga jual per unit - variable cost
= Rp.140 juta x Rp. 95.000
Rp.95.000 – Rp.75.000
= Rp.140 juta x Rp. 95.000
Rp. 20.000
= Rp 665.000.000

Penjelasan perhitungan BEP :


Untuk dapat beroperasi dalam kondisi BEP yaitu laba nol, perusahaan Usaha Maju harus
dapat menghasilkan produk sebanyak 7,000 unit dengan harga Rp.95,000 unit, maka jumlah
penjualannya akan menjadi Rp.665.000.000
Aplikasi BEP untuk penghitungan target laba.
Dengan mengetahui kapan perusahaan melewati tingkat BEP, maka anda sebagai manager
atau pemilik Usaha Maju Terus akan dapat menghitung berapa minimal penjualan untuk
mendapatkan laba yang anda targetkan, yaitu dengan cara menambahkan laba yang
ditargetkan tersebut dengan biaya tetap yang anda miliki.
Misalkan target laba anda sebulan adalah Rp.75 juta, maka minimal penjualan yang anda
harus capai adalah sebagai berikut :
BEP – Laba = (Biaya Tetap + Target Laba) / (Harga per unit – Biaya Variable/ unit)
= (Rp.140juta + Rp.75juta) / (Rp.95,000 – Rp.75,000)
= Rp.215juta / Rp.20,000
= 10,750 unit
Mari kita buktikan perhitungan tersebut diatas, apakah benar dengan menjual sebanyak
10,750 unit Usaha Maju Terus akan mendapatkan laba sebesar Rp.75,000,000.
A . Penjualan Rp.1.021.250.000
B. Dikurangi:
1. biaya tetap
Rp. 140.000.000
2. biaya variabel (10.750xRp.75.000)
Rp. 806.250.000
Total biaya
Rp. 946250000
C. Laba/Rugi
Rp. 75.000.000

Kesimpulan : Terbukti.
• Graphical Approach
Secara grafis titik break even ditentukan oleh persilangan antara garis total revenue dan garis
total cost.

2.4 Keterbatasan Analisis Break Even Point

Analisis break even dapat dirasakan manfaatnya apabila titik break even dapat
dipertahankan selama periode tertentu. Keadaan ini at dipertahankan apabila biaya-biaya dan
harga jual dalah konstan, karena naik turunnya harga jual dan biaya akan mempengaruhi titik
break even. Dalam kenyataan analisis ini agak sukar untuk diterapkan. Oleh sebab ini bagi
analis perlu diketahui bahwa analisis break even mempunyai limitasi-limitasi tertentu, yaitu:
• Fixed cost haruslah konstan selama periode atau range of out put tertentu
Laboratorium Pengembangan Akuntansi 45
• Variabel cost dalam hubungannya dengan sales haruslah konstan
• Sales price perunit tidak berubah dalam periode tertentu
• Sales mix adalah konstan

Berdasarkan limitasi-limitasi tersebut, BREAK EVEN POINT (BEP) akan bergeser atau
berubah apabila:
1. Perubahan FC, terjadi sebagai akibat bertambahnya kapasitas produksi, dimana
perubahan ini di tandai dengan naik turunnya garis FC dan TC-nya, meskipun perubahannya
tidak mempengaruhi kemiringan garis TC. Bila FC naik BEP akan bergeser keatas atau
sebaliknya.
2. Perubahan pada variabel cost ratio atau VC per unit, dimana perubahan ini akan
menentukan bagaimana miringnya garis total cost. Naiknya biayaVC per unit akan
menggeser BEP keatas atau sebaliknya.
3. Perubahan dalam sales price per unit
Perubahan ini akan mempengaruhi miringnya garis total revenue (TR). Naiknya harga jual
per unit pada level penjualan yang sama walaupun semua biaya adalah tetap, akan menggeser
kebawah atau sebaliknya.
4. Terjadinya perubahan dalam sales mix

Apabila suatu perusahaan memproduksi lebih dari satu macam produk maka komposisi atau
perbandingan antara satu produk dengan produk lain (sales mix) haruslah tetap. Apabila
terjadi perubahan misalnya terjadi kenaikan 20% pada produk A sedangkan produk B tetap
maka BEP pun akan berubah.
BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan

BCR, Depresiasi, BEP di buat untuk meramalkan keuangan, barang, investasi dan

lain-lainnya agar di dapat melihat apakah sesuatu di katagorikan untung, rugi atau impas.
DAFTAR PUSTAKA

http://chalisjr.blogspot.co.id/2016/03/makalah-tentang-analisis-break-event.html

https://www.scribd.com/doc/40604988/Makalah-Analisa-Break-Even-Point

https://www.scribd.com/doc/75314903/Makalah-Depresiasi-kel-5

https://ekariy.wordpress.com/2016/03/24/makalah-bep-break-even-point/

https://batangsungkai.wordpress.com/2012/05/30/benefit-cost-ratio/

Anda mungkin juga menyukai