Anda di halaman 1dari 163

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/326414065

0-Buku Matematika Keuangan

Book · July 2018

CITATIONS READS
0 142

1 author:

Herispon Herispon
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Riau, Pekanbaru
20 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Herispon Herispon on 16 July 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 2
Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 3
BAB I

PENDAHULUAN

Perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin maju saat ini, semakin terlihat
bahwa antara bahwa antara satu disiplin ilmu dengan ilmu lainnya saling berkaitan baik
dengan ilmu sosial, tehnologi, eksakta, yang saling ketergantungan, saling mengisi,
saling melengkapi dalam perkembangannya. Matematika sebagai salah satu disiplin ilmu
yang mandiri mempunyai aplikasi yang luas dalam bidang-bidang lain, sehingga
matematika berguna sebagai alat bantu dalam pemecahan aneka problem.
Matematika keuangan yang berguna sebagai alat bantu pemecahan berbagai
persoalan dalam masalah keuangan, baik dalam perusahaan-perusahaan, asuransi, dan
perbankan. Namun sesuai dengan peran matematika sebagai alat bantu dalam
pembahasannya nanti tidaklah dilakukan pembahasan dalil-dalil / konsep-konsep secara
mendetail, melainkan hanya pembahasan dalil-dalil/ konsep-konsep dari berbagai
masalah keuangan secara singkat dan gamblang.
Singkatnya pendekatan matematis yang digunakan dalam memecahkan berbagai
persoalan keuangan dan perusahaan memberikan beberapa keuntungan yaitu :
1. Bahasa yang dipergunakan lebih ringkas dan tepat.
2. Kaya akan dalil-dalil matematis sehingga mempermudah pemecahannya.
3. Mendorong kita untuk menyatakan asumsi-asumsi secara jelas sebagai suatu
prasyarat untuk mempergunakan dalil-dalil matematis, agar terhindar dari
asumsi-asumsi yang tidak diinginkan.
4. Memungkinkan kita untuk mempergunakan sebanyak n variabel.
Secara keseluruhan kita dapat menyamakan pendekatan matematis sebagai suatu
“model transportasi” yang dapat membawa kita dari sekumpulan dalil (titik asal) ke
sekumpulan kesimpulan (tujuan) dalam waktu singkat. Secara umum mengatakan
kepada kita bahwa “bila anda bermaksud pergi kesuatu tempat sejauh 5 km, anda akan
lebih senang untuk memilih naik kenderaan (naik mobil) dari pada berjalan kaki, kecuali
jika anda memiliki banyak waktu atau ingin berolah raga” (Apha C. Chiang, 1989 : 4 ).
Dalam perkembangannya seperti yang dijelaskan diatas bahwa matematika telah
masuk keberbagai aspek ilmu, kalau dulu kita mengenal matematika telah terbayang
akan perhitungan aljabar, aritmetika, dan geometirka namun sekarang aplikasi
matematika telah berkembang lebih luas lagi seperti ; dalam bidang ekonomi dikenal
dengan matematika ekonomi atau matematika bisnis, dalam bidang keuangan dikenal
dengan matematika keuangan, dan terdapat juga kombinasi ilmu matematika dengan
ekonomi, statistik yang dikenal dengan ekonomitrik.
Dalam matematika dikenal adanya 1) operasi bilangan yang mencakup ; bilangan
asli, bilangan bulat, bilangan rasional, bilangan irrasional, bilangan nyata dalam bentuk
desimal, bilangan irrasional dalam bentuk desimal, bilangan rasional mempunyai akhir,
desimal bilangan rasional berulang. 2) sifat medan bilangan nyata. 3) sifat urutan
bilangan nyata, dan lainnya.

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 4


1. Operasi Bilangan.

Bilangan sangat erat hubungannya dengan berhitung, atau bilangan merupakan


unsur yang penting dalam berhitung, sedang berhitung merupakan cabang matematika.
Dalam kehidupan sehari-hari bilangan berperan sebagai alat komunikasi dalam bidang
atau kegiatan ekonomi dan kegiatan keuangan.
Sistem bilangan nyata (real) membahas unsur bilangan, struktur bilangan, dan
sifat-sifat bilangan. Bilangan-bilangan nyata seluruhnya kita perlukan, tetapi dalam
matematika yang dipergunakan tidak hanya bilangan-bilangan nyata, sebenarnya alasan
untuk istilah nyata adalah karena ada juga bilangan khayal (imajiner) yang berhubungan
dengan akar kuadrat bilangan negatif.

a. Bilangan Asli.

Disebut bilangan asli karena pertambahannya secara alami dan dipergunakan


dalam proses menghitung, seperti : 1, 1+1, 1+1+1, 1+1+1+1, 1+1+1+1+1,
1+1+1+1+1+1, … sehinga dalam matematika disederhanakan akan menjadi ;
1,2,3,4,5,6,...,. Kemudian penjumlahan dua bilangan asli selalu memberikan bilangan
asli yang baru, dan penjumlahannya selalu memberikan hasil. Misal : 5 ditambah 7 sama
dengan 12. Sebaliknya pada operasi pengurangan tidak dapat dilakukan setiap saat.
Misal : 5 dikurang 7 karena disebelah kiri 5 hanya terdapat 4 bilangan. Jika pengurangan
tidak selalu mungkin, maka disebelah kiri dari bilangan asli diletakan bilangan baru
yang disebut bilangan bulat/asli negatif, sehingga pengurangan akan selalu mungkin.
Lihat pola berikut :

3 bilangan asli positif


2
1
-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5
-1
-2
Bilangan asli negatif -3

Sisi kiri Sisi kanan

b. Bilangan Bulat.

Bilangan bulat adalah bilangan yang terdiri dari bilangan asli positid dan
bilangan asli negatif. Misal ( -5, -4, -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, 4, 5 ).

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 5


c. Bilangan Rasional.

Bilangan rasional terdiri dari bilangan bulat dan bilangan pecahan. Bilangan
rasional juga dapat dinyatakan sebagai hasil antara bilangan bulat dengan bilangan asli.
2 1
Contoh : bilangan rasional : - , -1, 0, 2, ., kemudian dapat dilihat contoh dari
3 5
bilangan rasional dalam desimal berulang seperti : 0,121212, 0,135135. Dan juga
bilangan rasional dalam desimal berakhir seperti : 0,25, 3,75, 2,95.

d. Bilangan Irrasional

Adalah bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan bilangan bulat dan bilangan
pecahan, dan tidak dapat dinyatakan dalam bentuk desimal berulang dan desimal
berakhir. Contoh : 7 , 3 2 , log 4, 2 + log 2,  ,  , dan sebagainya.

e. Bilangan Nyata (real)

Bilangan nyata adalah semua bilangan yang ada baik bilangan rasional maupun
1
bilangan irrasional, contoh : 3, 2 - log 3, 7 , 4 - 7 , 0 , -3, , dan sebagainya.
5
Dengan demikian dari operasional-operasinal bilangan yang telah diuraikan
diatas maka dapat dilihat polannya dalam struktur bilangan sebagai berikut :

Bilangan Nyata

Bil. Rasional Bil. Irrasional

Bil. Pecahan Bilangan Bulat

Negatif Nol Asli

Prima Komposit

Sumber : N. Nababan ( 2004 : 3 )

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 6


2. Bilangan Nyata Dalam Bentuk Desimal

Setiap bilangan rasional dapat ditulis dalam bentuk desimal yaitu dengan cara
pembilang dibagi dengan penyebut, sehingga diperoleh suatu bilangan desimal.
1 3 5
Misal : = 0,25 = 0,75 = 1,6666
4 4 3
3 1 2
= 0,375 = 0,333 = 0,400
8 3 5

a. Bilangan Irrasional Dalam Bentuk Desimal


Misal :  = 3,1428., 17 = 4,123105, 2 = 1,4142, 3 = 1,73205

b. Desimal Bilangan Rasional Mempunyai Akhir


1 3 7
Misal : = 0,25 = 0,75 = 0,77
4 4 9

c. Desimal Bilangan Rasional Berulang


191 123
Misal : = 1,929292 = 0,123123123
99 999

3. Sifat Medan Bilangan Nyata.

Setiap bilangan nyata a, b, dan c harus memenuhi syarat atau sifat-sifat sebagai
berikut :

1. Hukum Komutatif : a + b = b + a, ab = ba
2. Hukum Asosiatif : (a+b) + c = a + (b + c), (ab) c = a (bc)
3. Hukum Distributif : a (b+c) = ab + ac, (a+b) c = ac + ab
4. Ada elemen identitas 0 dan 1 yang memenuhi a+0 = a, a . 1 = a
5. Ada elemen balikan (invers) –a dan a-1 yang memenuhi a+ (-a) = 0 dan a.a-1 =1

4. Sifat Urutan Bilangan Nyata

Setiap bilangan nyata a, b, dan c dapat diurutkan sebagai berikut :

1. Trikotomi, Yaitu antara bilangan nyata dan pasti berlaku salah satu diantara a > b,
a = b, a < b.
2. Ketransitifikasi : a < b dan b < c, maka a < c
3. Penambahan : a < b menjadi a + c < b + c
4. Penggandaan : a < b menjadi ac < bc atau c > 0
a < b menjadi ac > bc atau c < 0

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 7


5. Ratio

Ratio dari dua besaran dinyatakan dengan unit yang sama sebagai hasil baginya.
Misal : Ratio 15 terhadap 105 = 15/105 = 1/7 = 1 : 7
136 terhadap 16 = 17/2 = 17 : 2
1.500.000 terhadap 500.000 = 1.500.000 / 500.000 = 3/1 = 3 : 1
Laba bersih = Rp 9.165.200
Total Assets = Rp 68.739.000
Ratio = 9.165.200 / 68.739.000 = 1 : 7,5

6. Penyusutan

Penyusutan adalah hilangnya nilai akhir dari aktiva tetap selama dipakai. Biaya
yang dikeluarkan untuk ini disebut beban penyusutan (akumulasi depresiasi). Metoda
dalam penyusutan ini ada beberapa metode yang dapat digunakan salah satunya adalah
straigth line method.
Contoh :
Mesin dengan harga perolehan Rp. 2.000.000, umur ekonomis 6 tahun, dengan nilai sisa
Rp 500.000. Tentukan penyusutan rata-rata tahunan, dan skedul penyusutan yang
menunjukkan nilai buku.
Jawab :
Total nilai penyusutan = harga perolehan - nilai sisa
= 2.000.000 - 500.000
= 1.500.000
Penyusutan rata-rata tahunan = 1.500.000 / 6
= 250.000

Umur Beban Penyusutan Jml Biaya Penyusutan Nilai buku

0 0 0 2.000.000
1 250.000 250.000 1.750.000
2 250.000 500.000 1.500.000
3 250.000 750.000 1.250.000
4 250.000 1.000.000 1.000.000
5 250.000 1.250.000 750.000
6 250.000 1.500.000 500.000

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 8


7. Persen

Bentuk dari persen dinyatakan dengan simbol % yang berarti perseratus


1 25 1
Misal : = 0,25 = 25 % 0,0525 = 5 %
4 100 4
1 1
= 0,50 = 50 % = 0,125 = 12,5 %
2 8
11
= 2,75 = 275 % 3 = 3,00 = 300 %
4
9 3
= 1,125 = 112,5 % 75 % = 0,75 = 8 % = 0,08
8 4

8. Potongan Harga

Potongan harga adalah pengurangan dari harga tertulis dalam faktur (biasanya
dalam %) dari harga bruto.
Misal :
Harga bruto dari sebuah mesin adalah Rp 350.000,-. Dan potongan harga yang diberikan
adalah 40 %. Berapakah harga neto faktur ?
Jawab :
Potongan = 350.000 (0,40) = 140.000
Harga neto = 350.000 - 140.000 = 210.000

9. Harga Eceran
Adalah harga yang berlaku pada penjualan akhir terhadap konsumen.

Latihan dan Penyelesaian

1. +7 + (+5) = + (7+5) = +12 dan -6 + (-9) = - (6+9) = -15

2. + 13 + (-5) = + (13 – 5 ) = + 8 dan + 4 + (- 18 ) = - (18 – 4 ) = - 14

3. 14 - ( -6 ) = 14 + 6 = 20 dan - 8 – (-9) = -8 + 9 = 1
- 8 – 7 = - 8 + (-7) = -15
3 (2) = 2+2+2 = 6 = 3+3 = 2(3)

4. 7 + (-3) + 2 – (-4) = 7 -3 + 2 + 4 = 10
5 – (-2) + 0 – 4 =5+2–4 =3
7 (-2) (5) = - ( 7 . 2. 5 ) = - 70
6 (-3) (4) (-2) = + ( 6.3.4.2 ) = 144
12 + ( -4) = 12 - 4 = 8
- 20 – ( + 5) = - ( 20 – 5 ) = - 15

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 9


5. ( 5 – 4 ) + ( 6 + 3 ) – 10 = 1 + 9 – 10 = 0

6.  10 ( 6 – 7 ) + 3,5  20 = 10 (-1) + 3,5 = 20


= ( -10 + 3,5 ) 20
= - 6,5 x 20 = - 130

 2 3  6 11   2 x5  3x7  6 x13  11x5 


7.      =  
 7 5  5 13   7 x5  5 x13 
 10  21  78  55   31  133 
=      
 35  65   55  65 
31x133 4123
=   1,8123
35 x65 2275

8. Seorang Rentenir meminjam uang dari Bank sebesar Rp 2.000.000,- dengan bunga 2
% per bulan, kemudian uang itu dibungakan lagi kepada orang lain dengan bunga 5
% per bulan. Berapakah keuntungan setelah satu tahun ?.
Jawab :
Jumlah uang yang kembali ke Bank
= Rp 2.000.000 + 24/100 x 2.000.000 = 2.000.000 + 480.000 = Rp 2.480.000
Jumlah uang yang diterima rentenir
= Rp 2.000.000 + 60/100 x 2.000.000 = 2.000.000 + 1.200.000 = Rp 3.200.000
Keuntungan yang diperoleh rentenir
=Rp 3.200.000 - Rp 2.480.000 = Rp 720.000

Latihan :

Sederhanakanlah soal berikut.


1 2  4  6  10
1. (6–3)+2(5– ) 2.
2 10  5  3
3.  2 + 3  3 + 2 

4. Apakah masing-masing soal dibawah ini benar atau salah


2 2
a. – 2 < 4 e. <
7 8
1 1 1
b. > f. 2 <
2 4 2
c. – 4 > -6 g. 100 < 101
1 1
d. <
100 101

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 10


5. Ubahlah bilangan nyata berikut menjadi desimal
11
a. d.  2 - 3 2
20
 20
b. e. 7  6 - 2 
35
11,5 1
c. f.
40 ( 6  3) 2

6. Ubahlah bilangan rasional berikut menjadi desimal

111 279 2356


a. b. c.
112 33 7068

7. Tuliskan setiap bentuk berikut ini dalam persen


a. 0,05 e. 0,76375 i. 1/5
b. 0,08 f. 0,54545 j. 1/6
c. 0,055 g. 0,1257 k. 5/8
d. 0,082 h. 2,3784 l. 7/8

8. Tuliskan bentuk persen berikut kedalam desimal


a. 4 % e. 0,5 % i. 87 ½ %
b. 10 % f. 0,75 % j. 127,5 %
c. 62 % g. 1/4 % k. 0,8 %
d. 85 % h. 3/8 % l. 0,25 %

------------------

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 11


BAB II

EKSPONEN DAN LOGARITMA

1. Pengertian

1. Perpangkatan (eksponen)
Suatu bilangan yang dapat dipergunakan untuk menyingkat bilangan yang besar atau
panjang, terutama untuk bilangan puluhan.

2. Pengakaran
Suatu bilangan yang dilakukan untuk mengetahui variabel atau bilangan tertentu
yang telah diketahui nilai pangkatnya.

3. Logaritma
Suatu bilangan yang digunakan untuk mencari pangkat suatu bilangan tertentu yang
nilai bilangan itu telah diketahui.
Perhitungan matematika terhadap hubungan ketiga unsur ini (perpangkatan,
pengakaran, dan logaritma) sangat erat dan terdapat keterikatan. Dengan demikian
perhitungan perpangkatan suatu variabel atau bilangan dapat diselesaikan dengan
bantuan pemakaian kaidah-kaidah pengakaran atau logaritma, begitupun sebaliknya
perhitungan pengakaran suatu bilangan dapat diselesaikan dengan bantuan perpangkatan
atau logaritma (Albari , 2003 : 15-19).

Ad.1. Kaidah / Sifat Perpangkatan.

Bentuk umumnya adalah am = x artinya bahwa apabila suatu bilangan ( a )


dikalikan dengan bilangan yang sama sampai beberapa kali ( m ), maka akan diperoleh
hasil operasi sejumlah bilangan tertentu ( x ).
Jadi a disebut bilangan pokok / basis
m disebut bilangan pangkat /eksponen
x disebut bilangan hasil perpangkatan / radikan
Adapun kaidah-kaidah perpangkatan sebagai berikut : yang berkaitan dengan,

1). Bilangan khusus.


a. a1 = a contoh : 21 = 2 51 = 5
b. om = o 02 = 0 04 = 0

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 12


2). Operasi perkalian
a. am. an = am+n Contoh : 23 22 = 23+2 = 25 = 32
b. (am)n = amn (23)2 =23.2 =26 = 64
c. (ab)m = am bm (2.3)2 = 22 . 32 = 4.9 = 36

3). Operasi pembagian


1/bm = b-m contoh : 1/8 = 1/23 = 2-3
(a/b)m = am / bm (2/3)2 = 22 / 32 = 22 . 3-2
am / an = am-n 32 / 35 = 32-5 = 3-3 = 1/33

4). Operasi pangkat berpangkat


n 2
am = a k contoh 4 3 =49 = 262.144

ad.2. Kaidah Pengakaran.

Bentuk umum suatu pengakaran adalah m x = a. Dapat diduga bahwa


pengakaran adalah bentuk lain dari perpangkatan. Radikan atau akar dari suatu bilangan
( x ) tidak lain adalah basis ( a ) yang sesuai atau memenuhi bilangan tersebut.
Berkenaan dengan pengakar atau pangkat akarnya ( m ), dengan demikian apabila pada
perpangkatan yang dicari adalah x nya, maka pada pengakaran yang dicari adalah a nya.
Adapun kaidah dari pengakaran yang berkaitan dengan :
1) Pembagian
1 1
m 3
a =am contoh : 5 = 53
n 2
m 3
an =am 52 =53

m m m 6 3 1
a/b = a / b = = 3
8 4 2

2) Perkalian
m m m
a.b = a . b contoh : 24 = 4.6 = 4 . 6 =2 6
n mn 3 2.3 6
m a = a 2 12 = 12 = 12

Pengoperasian kaidah-kaidah pengakaran tersebut dapat dilakukan bersama sama


dengan operasi perkalian, pembagian, penjumlahan dan pengurangan. Operasi perkalian
dan pembagian dalam bentuk akar mensyaratkan adanya bilangan pengakar (pangkat
akar) yang sama. Sedangkan pada operasi penjumlahan dan pengurangan disamping
syarat diatas juga perlu adanya kesamaan bilangan yang diakar.

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 13


Contoh : operasi perkalian.
3
3 3 3 3 3 3 3
2 . 4 = 2.4 = 8 = 2 = 2 = 2
5 2 . 2 6 = 5.2 2 . 6 = 10 12

Contoh : operasi pembagian


1 5 3
2 5 /4 3 = dan 3 16 / 3
4 = 42 / 3
4 = 3
4
2 3

Contoh : operasi penjumlahan


2 + 2 =2 2
5 125 + 3 5 = 5 52 .5 + 3 5 = 5.5 5 + 3 5 = (25+3) 5 = 28 5

Contoh : operasi pengurangan


3
3  3 81 = 3
3 - 3
32.3 = 3
3 - 3 3 = (1-3) 3 3 = -2 3 3
3 40 - 160 = 3 4.10 - 16.10 = 3 22.10 - 42.10 = 3.2 10 - 4 10
= (6-4) 10 = 2 10 .

Ad.3. Kaidah / Sifat Logaritma

Logaritama merupakan proses kebalikan dari perpangkatan dan atau pengakaran.


Bentuk umum logaritma adalah a log x = m dapat dijelaskan.
Perpangakatan Pengakaran Logaritma
m m a
a =x x =a log x = m
Penjelasan.
1) m sebagai hasil logaritma
Adalah pangkat dari basis dalam perpangkatan atau pengakar (pangkat) dari akar
dalam perpangkatan.
2) x merupakan bilangan logaritma
Adalah hasil pangkat dalam perpangkatan atau radikan dalam pengakaran
3) a hasil pengakaran
Adalah sebagai basis dalam perpangkatan dan logaritma

Contoh :
a
log x = m am = x x =a m

2
a. log 8 = 3 karena 23 = 8
atau 8 =2 3

3 4 4
b. log 81 = 4 3 = 81 81 = 3
4
c. Jika log x = 5 maka 45 = x sehingga x = 1024
a
d. Jika log 64 = 2 maka a2 = 64 sehingga a = 64 = 8

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 14


2. Jenis-Jenis Logaritma.

1. Logaritma Biasa ( common logarithm)


Karena ditemukan oleh Herry Briggs (1561-1630), maka disebut Logaritma Briggs
yaitu bentuk logaritma yang mempunyai basis bilangan 10. Logaritma ini sering
ditulis tanpa mencantumkan bilangan 10 tersebut, sehingga notasinya menjadi log x
, yang setara dengan 10 log x , log 50 = 10 log 50, 10 log 15 = log 15 saja.
2. Logaritma Alam ( natutral logarithm )
Karena ditemukan oleh John Napier (1550 – 1617), maka disebut Logaritma napier,
yaitu bentuk logaritma yang mempunyai basis bilangan alam 2,718281 yang sering
disingkat dengan 2,72 atau e saja. Logaritma ini sering ditulis dengan ln ( baca :
loun ), sehingga notasinya menjadi ln x yang mempunyai arti sama seperti e log x , ln
20 menjadi e log 20 atau e log 30 menjadi ln 30 saja.
3. Logaritma Umum
Yaitu bentuk logaritma yang mempunyai basis bilangan selain bilangan 10 dan
bilangan alam, tetapi lazimnya berupa bilangan positif dan tidak sama dengan satu (
a > 0 dan a  1 ). Notasi matematisnya sesuai dengan bentuk umumnya adalah
3
log 15 , 1,5 log 30 dan seterusnya.
Adapun kaidah-kaidah logaritma yang berkaitan dengan :
1) Bilangan khusus
a. a log a = 1 karena a1 = a
contoh : 3 log 2 = 1 10 log 10 = 1
b. a log 1 = 0 karena a0 = 0
Contoh : 2 log 1 = 1 10 log 1 = 0
2) Perpangkatan
a. m log am = m karena am = am
Contoh : 2 log 23 = 310 log 102 = 2
b. a log bm = m. a log b
Contoh : 2 log 83 = 3 . 2 log 8 = 3.2 log 23 = 3.3.2 log 2 = 3.3 = 9
c. a a log x = x
3 2
Contoh : 2 2 log 8 = 2 2 log 2 = 2 3 log 2
= 23 =8

2 9
9 9 log 81 = 9 9 log 9 = 9 2 log 9 = 92 = 81
3) Perubahan bentuk
a
log x = n log x : n log a
Contoh :
2
log 5 = 10 log 5 : 10 log 2 = log 5 : log 2 = 0,6990 : 0,3010 = 2,3223.
3
log 11 = log 11 : log 3 = 1,0414 : 0,4771 = 2,1828
4) Operasi penjumlahan
a
log x + a log y = alog xy
Contoh : 2log 4 + 2log 6 = 2log 4.6 = 2log 24
log 2 + log 5 = log 2 . 5 = log 10 =1

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 15


5) Operasi pengurangan
a
log x - alog y = alog x / y
Contoh : 2log 10 - 2log 5 = 2log 10 / 5 = 2log 2 = 1
3
log 15 - 3log 3 = 3log 15 / 3 = 3log 5
6) Operasi perkalian
a
log x . xlog a = 1
Contoh : 2log 3 . 3log 2 = (log 3 : log 2)(log 2 : log 3) = 1
a
log x . xlog 2 = a log 2
Contoh : 2 log 3 . 3 log 5 = (log 3 : log 2)(log 5 : log 3) = log 5 : log 2
= 2 log 5
3
log 9 . 9 log 27 = ( 3 log 9 ) ( 3 log 27 : 3 log 9 ) = 3 log 29
= 3 log 33 = 3.

Contoh eksponen :
a.a = a2 1 = 25/25 = 25-5 = 20
a.a.a.a = a4 2-5 = 1/25 = 1/32
2.2.2 = 23 = 8 1/3-4 = 34 = 81
3.3.3.3 .3 = 35 = 243 95 / 9-3 = 95 . 93 = 98
2.2.2.2.3.3.3 = 24 . 33 = 432
2.2.2.2.5.5.5 = 24 .53 = 2000
9.9.9.9 = 81.81 = (81)2 = 94

Operasi logaritama
Logaritma dengan basis a, dari suatu bilangan positif x dapat ditulis log a x atau a logx
adalah suatu pangkat  dimana : a  = x.
Contoh : log 2 32 = 5 sebab 25 = 32
Log 5 125 = 3 sebab 53 = 125
Dalam penggunaan, kita akan mengambil basisnya 10 dan menuliskan dengan log X
saja untuk menggantikan log 10 X. Menurut definisi :
Log 1000 = 3 sebab 10 3 = 1000
Log 100 = 2 sebab 102 = 100
1
Log 10 = 1 sebab 10 = 10
Log 1 = 0 sebab 100 = 1
-1
Log 0,1 = -1 sebab 10 = 0,1
Log 0,01 = -2 sebab 10-2 = 0,01
Contoh : diberikan log 2 = 0,30130
log 3 = 0,477121
maka :
log 6 = log 2 .3 = log 2 + log 3
0,778151 = 0,301031 + 0,477121
Log 60 = log 6.10 = log 6 + log 10
1,778151 = 0,778151 + 1,00000
Log 600 = log 6. 102 = log 6 + log 102
2,77815 = 0,778151 + 2,00000

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 16


Latihan dan Penyelesaian.

1. Hitunglah a = 1000a = 5000


Jawab.
Dengan melogaritmakan kedua ruas maka :
Log 1000 a = log 5000
a log 1000 = log 5000
a log 10 3 = log 5. 10 3
a.3 = log 5 + log 10 3
a.3 = 0,6990 + 3
0,6990  3
a =
3
a = 1,2330

2. Hitunglah x, jika x = 3 log 4


Jawab.
x = log 4 : log 3
= 0,6021 : 0,4771
= 1,2620

3. Tentukan nilai x, jika 5 x-2 = 625


Jawab.
Dengan melogaritmakan kedua sisi persamaan, maka :
Log 5 x-2 = log 625
(x – 2) log 5 = log 625
x - 2 = log 625 : log 5
x – 2 = 2,7959 : 0,6990
x–2 = 4
x = 6
Bukti : 5 6-2 = 5 4 = 625

4. Carilah x untuk log ( 4 x + 150 ) = 2,7404


Jawab : Dengan meng antilog kan masing-masing sisi, maka :
4 x + 150 = 550
4x = 400
x = 100

5. Sederhanakanlah.
3
125 = (125) 1/3 = ( 5 3 )1/3 = 5 3.1/3 = 51 = 5

4
1296 = (1296) ¼ = (6 4) ¼ = 6 4. ¼ = 6

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 17


Latihan

1. Ubahlah bentuk-bentuk berikut kedalam bentuk yang lebih sederhana dan


selesaikanlah.
a. 32 . 33 : 34 d. ( 42 )3 : (1/4)-6
b. ( 23 : 52 ) ( 2/5 )-3 e. ( 42 . 52 : 102)
c. 56 : 57 : 53 f. ( 2.3 )5 : ( 32 . 33)

2. Sederhanakan dan selesaikan bentuk berikut ini


a. ( 52/3)9/2 d. ( 4 x 3 125 ) ( 5 . 4 )
b. 61/5 . 64/5 . 62/5 e. ( 2 4
80 : 4 5 ) – 2
c. ( 9 ) ( 43 64 ) f. 94/6 – 62/6

3. Ubahlah nilai-nilai berikut kedalam bentuk logaritma


a. 4 625 c. 1024 : 43/2
b. 34 d. 63 . 64 . 6-5

4. Hitunglah logaritma dari


a. 2584 c. 75,96
b. 350,36 d. 1,0258

5. Tentukan anti log ( log N ) dari


a. log N = 0,361917 c. log N = 1,788695
b. log N = 2,856684 d. log N = 3,856934

----------------

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 18


BAB III

BANJAR DAN DERET

1. Pengertian

Dalam ilmu berhitung sering dijumpai hasil yang menunjukkan barisan angka-
angka dengan pola tertentu. Barisan tersebut ada yang mempunyai pola perubahan yang
teratur dan dapat dirumuskan dalam rumus matematika. Ada juga pola perubahan yang
tidak teratur, sehingga tidak / belum dapat dinyatakan dalam suatu rumus matematika.
Barisan yang demikian dinyatakan sebagai suatu banjar.
Banjar adalah sebagai suatu fungsi dengan wilayah (domain) himpunan bilangan
asli, yang terdiri dari suku-suku berurut, dan mempunyai pola perubahan tertentu antar
suku-sukunya. Deret adalah jumlah dari suku-suku berurut tersebut. Apabila bilangan
asli merupakan bilangan satu, dua, tiga, dan seterusnya serta nilai suku-suku dari
bilangan asli banjar dinyatakan sebagai “a” maka suatu banjar dapat digambarkan
sebagai berikut :
Banjar : a1 a2 a3 a4 a5 ,…, an
Deret : a1 + a2 + a3 + a4 + a5 ,…, an
Berdasarkan pada bentuk umum tersebut banjar dan deret dapat dibedakan menurut :
1) Banyaknya suku-suku yang menyusunnya
2) Pola perubahan antar suku-sukunya

Menurut banyaknya suku-suku yang menyusunnya, maka banjar dibedakan


menjadi bentuk sebagai berikut :
1) Banjar berhingga
Yaitu banjar yang banyaknya suku-suku sudah tertentu atau dibatasi banyaknya,
seperti contoh berikut : a1 a2 a3 a4 a5 ,…, an
2) Banjar tak berhingga
Yaitu banjar yang banyak suku-sukunya tidak tertentu atau tidak dibatasi banyaknya
seperti contoh : a1 a2 a3 a4 a5 ,…, an, ….
Menurut pola perubahan antar suku – sukunya, maka banjar dapat dibedakan
menjadi :
1) Banjar hitung (aritmatik)
Contoh : 1, 2, 3, 4, 5, atau 1, 3, 5, 7
2) Banjar ukur (geometrik)
Contoh : 1, 4, 8, 10, 18
3) Banjar harmonis
Contoh : 1, 1/3, 1/5, 1/7
Yang akan diuraikan disini adalah banjar hitung (aritmatik) dan banjar ukur (geometrik),
sedangkan banjar harmonis tidak dibahas.

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 19


ad. 1. Banjar dan Deret Hitung

Banjar hitung atau banjar aritmatik adalah banjar yang mempunyai selisih (beda)
yang selalu sama antara suku – suku yang berurutan. Sedangkan deret hitung adalah
jumlah dari nilai suku – suku banjar hitung tersebut. Secara matematika definisi tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut :
Suku : 1 , 2 , 3 , 4 ,…, n
Banjar hitung : a + (1-1) b, a + (2-1) b, a + (3-1) b, a + (4-1) b, … , a + (n-1)b
Menjadi : a , a+b , a + 2b , a + 3b , … , a + (n-1)b
Dengan demikian nilai suku tertentu ( ke n ) dari banjar hitung dapat diketahui dengan
menggunakan rumus :

Sn = a + ( n – 1) b
Dimana :
a = nilai suku pertama
b = selisih (beda) antar suku berurut
n = urutan suku
Sn = nilai suku ke n
Dari definisi deret hitung dan rumus suku ke n tersebut, maka dapat diperoleh rumus
deret sampai suku ke n sebagai berikut :
Misalkan: deret sampai suku ke 2, maka :
D2 = S1 + S2
= a + (a+b)
= 2a + b atau
2
= 2a + ( 2-1 ) b, tahap ini hanya modifikasi bentuk saja, karena jika
2
Disederhanakan kembali hasilnya tetap 2a + b.
Jika 2 = n, maka
n 2na n
D2 = na + (n-1) b =  (n  1)b
2 2 2
n
=  2 a + ( n-1 ) b  jadi untuk memperoleh nilai sampai suku
2
ke n disebut deret hitung dengan rumus :

n
Dn =  2 a + ( n-1 ) b 
2

Apabila dari unsur ( 2a ) dijabarkan kembali menjadi ( a + a ), sedangkan terdapat


Sn = a + ( n-1 ) b, sehingga rumus deret tersebut diatas dapat dimodifikasi menjadi :

n
Dn = ( a + Sn )
2

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 20


Contoh :
Apabila dari suatu banjar hitung diketahui bahwa suku pertama adalah 1000, dan suku
kelima 920, maka tentukan besarnya :
a. Selisih banjar hitung
b. Urutan suku dan deretnya, jika nilai pada suku tersebut adalah 100
c. Bentuk banjar sampai suku ke 5.
Jawab.
a. Dari a = 1000 dan S5 = 920 maka :
Sn = a + (n–1)b
920 = 1000 ( 5 -1 ) b
-80 = 4b
b = -20
Sehingga pola banjar hitungnya adalah Sn = 1000 + ( n – 1 ) ( -20 )

b. Dari rumus Sn diatas maka :


100 = 1000 + ( n-1 ) (-20)
-900 = -20 n + 20
-920 = -20n
n = 46
Sehingga deret sampai suku ke 46 adalah :
n
Dn = ( a + Sn )
2
46
D46 = ( 1000 + 100 )
2
= 23 ( 1100)
D46 = 25300

c. Bentuk banjar sampai suku ke 5 adalah :


Suku : 1, 2, 3, 4, 5
Nilai : 1000, 980, 960, 940, 920

ad. 2. Banjar dan Deret Ukur.

Adalah banjar yang mempunyai nilai pengganda atau perbandingan (ratio) antara
suku yang berurutan yang selalu sama (tetap). Dengan demikian deret ukur adalah
jumlah nilai dari suku-suku banjar ukur tersebut. Dalam notasi matematikanya adalah :
Suku : 1 , 2 , 3 ,…, n
Banjar ukur : a. r , a . r , a . r3-1, … , a . rn-1
1-1 2-1

Menjadi : a , a.r , a.r2 , … , a . rn-1


Sehingga nilai pada suku tertentu (ke n) dari suatu banjar ukur dapat diperoleh dengan
menggunakan rumus :

Sn = a . rn-1

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 21


Dimana : a = nilai suku pertama banjar uku
r = pengganda (ratio) antara suku berurutan
n = urutan suku
Sn = nilai suku ke n
Dari definisi deret ukur dan rumus Sn tersebut diatas, maka dapat ditentukan nilai deret
ukur sampai dengan suku ke n sebagai berikut; Misalkan ditetapkan pencarian deret
sampai suku ke 2, maka :
D2 = a + ar
rD2 = a r + a r2 -
D2 – rD2 = a - a r2
(1-r) D2 = a ( 1 – r2)
D2 = a ( 1 – r2)
1–r
Jika 2 = n, maka rumus deret ukur menjadi :

Dn = a ( 1 – rn ) rumus ini digunakan apabila /r/ < 1 syarat 1


1–r
Apabila proses pencarian rumus deret dibalik, yaitu D2 ditetapkan sebagai pengurang
dari rD2, maka hasil eliminasi persamaannya bisa diubah menjadi : rD2 - D2 = ar2 – a,
sehingga rumus deret ukur dapat berubah menjadi :

Dn = a ( rn - 1) rumus ini digunakan apabila /r/ > 1 syarat 2


r–1
Tapi dalam praktek kedua macam syarat tersebut sering diabaikan, karena hasil akhir
perhitungan dapat diperoleh sama. Selanjutnya melalui manipulasi matematis, maka
dengan dasar dua rumus deret dan nilai suku ke n diatas dapat dilakukan modifikasi
rumusan sebagai berikut :

Dn = ( a - rSn )
1–r

Dn = ( rSn - a)
r–1
Contoh :
Dari suatu banjar ukur : 1, 2, 4, … , Sn akan dibuktikan apakah benar : a=1, r=2, D3=7.
Jawab, Apabila digunakan data S2 dan S3, maka :
Pada S2 2 = a r 2-1 = a r a = 2/r
Pada S3 4 = a r3-1 = a r2 sehingga :
4 = (2/r) r2 4 = 2r r =2
Untuk a = 2/r, maka : a = 2/2, a = 1

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 22


Adapun deret ukur sampai dengan suku ke 3 dapat dihitung sebagai berikut :
Rumus : 1

Dn = a ( rn - 1 ) D3 = 1 ( 23 – 1 ) = 7/1 D3 = 7
r-1 2-1
Rumus : 2

Dn = a ( 1 - rn ) D3 = 1 ( 1 - 23 ) = -7/-1 D3 = 7
1- r 1-2
Rumus : 3

Dn = ( rSn - a ) D3 = 2 (4) – 1 ) = 7/1 D3 = 7


r-1 2-1
Rumus : 4

Dn = ( a - rSn ) D3 = 1 - 2 (4) = -7/-1 D3 = 7


1-r 1–2

Contoh :
Apabila dari suatu banjar diketahui bahwa suku pertamanya adalah 2, sedangkan suku
keempat adalah 54, maka tentukanlah :
a. Pengganda dari banjar ukur tersebut
b. Urutan suku dan deretnya, jika nilai pada suku tersebut adalah 486
c. Buatlah banjarnya sampai suku ke 6
Jawab.

a. Dari a = 2 dan S4 = 54 maka : 54 = 2 r4-1 27 = r3 33 = r3 r =3

b. Pada Sn = 486 maka : 486 = 2.3n-1


243 = 3n-1 35 = 3n-1 n - 1 = 5 n=6
Atau dengan menggunakan sifat logaritma sebagai berikut :
486 = 2.3n-1
243 = 3n-1
Log 243 = (n-1) log 3
2,3856 = ( n-1) 0,4771
2,3856 / 0,4771 = n - 1
5 = n–1
n = 6
Sehingga deret ukurnya sampai suku ke 6 tersebut adalah :
D6 = 3 ( 486 ) - 2 = 1458 - 2 = 728
3 -1 2
c. Suku-suku dari banjar ukur sampai dengan suku ke 6 adalah :
2, 6, 18, 54, 162, 486 = 2, 6, 18, 54, 162, 486

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 23


2. Penerapan dalam Ekonomi dan Keuangan

Soal dan pembahasan.


.
1. Produksi barang X pada bulan pertama dari PT. Maju adalah sebesar 500 unit.
Dengan adanya penambahan modal kerja dari setiap laba penjualan yang ditahan,
maka jumlah tenaga kerja dan pembelian bahan baku dapat ditingkatkan, sehingga
pada bulan-bulan selanjutnya jumlah produksi selalu bertambah sebanyak 100 unit.
Berapa jumlah produksi pada akhir tahun pertama. Berapa jumlah produksi sampai
dengan akhir tahun pertama
Jawab.
Jika a = 500, b = 100, n = 12

Sn = a + (n–1)b
= 500 + ( 12 – 1 ) 100
= 500 + 1100
S12 = 1600 (jumlah produksi pada akhir tahun pertama)

n
Dn = ( a + Sn )
2
= 12/2 ( 500 + 1600)
= 6 ( 2100 )
D12 = 12600 (jumlah produksi sampai dengan tahun pertama)
Atau
D12 =
n
2a  (n  1)b  D12 = 12/2  2 (500) + (12-1) 100
2
= 6 (1000 + 1100)
= 12600

2. Pada akhir tahun 2006 jumlah penduduk kota Pekanbaru diketahui berjumlah
875.000 jiwa, dimana tingkat pertumbuhan (rate of growth) penduduk kota
Pekanbaru setiap tahun diperkirakan 3,4 % pertahun. Berapa jumlah penduduk kota
Pekanbaru pada tahun 2011 ?.
Jawab.
(1  r n )
Jn = a , bila jumlah penduduk saat ini = a = 875.000 jiwa
1 r
Tingkat pertumbuhan = r = 3,4 %, n = 5 tahun

(1  0,034 5 ) 1  0,000000045
Jn = 875.000 = 875.000
1  0,034 0,966

Jn = 905.797,06 jika dibulatkan menjadi 905.800 jiwa.

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 24


3. CV. Kita membukukan penerimaan dari penjualan barang produksinya pada tahun
ketiga sebesar Rp 600.000.000,-. Sedangkan pada tahun ke 7 adalah Rp
1.200.000.000. Apabila penerimaan penjualan selalu bertambah dengan jumlah yang
sama dari suatu tahun ke tahun berikutnya, maka hitunglah :
a. Tambahan penerimaan setiap tahunnya.
b. Berapakah penerimaan pada tahun pertama
c. Kapan dapat diperoleh penerimaan sebanyak Rp 1.650.000.000,-.
Jawab.
a. Tambahan penerimaan setiap tahun.
Sn = a + (n–1)b
Maka :
S3 = 600 a + ( 3-1 )b = 600 a + 2 b = 600
S7 = 1.200 a + ( 7-1 )b = 1.200 a + 6 b = 1.200
- 4 b = -600
b = 150
Jadi tambahan penerimaan setiap tahun adalah Rp 150.000.000.

b. Besar penerimaan pada tahun pertama


Pada S3 = 600 , maka : a + 2 (150 ) = 600
a + 300 = 600
a = 600 – 300
a = 300
Jadi besar penerimaan pada tahun pertama adalah Rp 300.000.000,-.

c. Pada Sn = 1.650 juta dan Sn = a + ( n-1 ) b maka :


1.650 = 300 + ( n-1 ) 150
1.650 = 300 + 150n – 150
1.500 = 150n
n = 1500 / 150
n = 10
Jadi angka penerimaan Rp 1.650.000.000,-.akan tercapai pada tahun ke 10.

4. Tuan A bermaksud meminjam uang disuatu bank sebesar Rp 2.000.000. Apabila


dana tersebut dapat diangsur setiap bulan sebanyak 20 kali, dengan ditambah
pembayaran bunga atas sisa pinjaman sebesar 1,5 % perbulan. Berapa jumlah bunga
yang harus dibayar Tuan A.
Jawab.
Angsuran pinjaman setiap bulan = 2.000.000 : 20 = 100.00
Pembayaran bunga pada bulan pertama = 1,5 % x 2.000.000 = 30.000
Pembayaran bunga pada bulan kedua = 1,5 % x (2.000.000 – 100.000)
= 28.500
Penurunan pembayaran bunga perbulan = 30.000 - 28.500 = 1.500

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 25


Maka jumlah bunga adalah :
Dn = 2a  (n  1)b 
n
D12 = 20/2  2 (30.000) + (20-1) - 1.500
2
= 10 (60.000 – 28.500)
= Rp 315.000
Jadi jumlah bunga yang harus dibayar Tuan A sampai dengan lunasnya pinjaman
sebanyak Rp 315.000,-.

5. Suatu perusahaan menghasilkan barang A dan barang B. Pada tahun keempat


produksi barang A sebanyak 4000 unit, sedangkan pada tahun ke 8 sebanyak 6000
unit. Untuk barang B produksi tahun ke 2 adalah sebesar 2500 unit dan 5500 unit
pada tahun ke 5. Dari data tersebut tentukanlah pada tahun berapa produksi barang A
akan sama banyak dengan produksi barang B diperusahaan tersebut.
Jawab.

Sn = a + ( n – 1 ) b
S4 4000 = a + ( 4 -1 ) b 4000 = a + 3b
S8 6000 = a + ( 8 –1) b 6000 = a + 7b
- 2000 = - 4b
b = 500
S4 4000 = a + 3 ( 500 )
4000 = a + 1500
a = 4000 - 1500
= 2500
Jadi pada barang A : Sn = 2500 + ( n – 1 ) 500

Barang B
S2 2500 = a + ( 2 -1 ) b 2500 = a + b
S8 5500 = a + ( 5 –1) b 5500 = a + 4b
- 3000 = - 3b
b = 1000
S2 2500 = a + ( 1000 )
2500 = a + 1000
a = 2500 - 1000
= 1500
Jadi pada barang B : Sn = 1500 + ( n – 1 ) 1000

Barang A = Barang B Sn A = S n B
2500 + ( n – 1 ) 500 = 1500 + ( n – 1 ) 1000
2500 + 500n - 500 = 1500 + 1000n - 1000
2000 - 500 = 1000n - 500 n
1500 = 500 n
n = 1500 / 500
n = 3

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 26


Pada barang A : S3 = 2500 + (3 – 1) 500 = 3500
Pada barang B : S3 = 1500 + (3 – 1) 1000 = 3500
Jadi produksi barang A dan barang B akan sama besarnya adalah pada tahun ke 3
yaitu pada produksi 3500 unit.

Latihan.

1. Penduduk Propinsi Riau saat ini adalah sebanyak 4.000.000,- jiwa, dan diperkirakan
setiap tahun akan mengalami pertumbuhan (rate of growth) sebesar 3,0 % berapa
jumlah penduduk Propinsi Riau pada 5 tahun mendatang ?.
2. Seorang rentenir meminjam uang dari Bank sebesar Rp 3.000.000,- dengan bunga 2
% perbulan atau 24 % pertahun, untuk masa pinjam selama 5 tahun. Kemudian
rentenir itu meminjamkan seluruhnya uang itu kepada si A dengan bunga 2,5 %
perbulan. Dari data tersebut :
a. Tentukan besarnya pengembalian kepada Bank
b. Tentukan besarnya penerimaan rentenir dan berapa keuntungan yang
diperolehnya.
3. Seorang pengusaha akan membeli sebidang tanah. Ada dua calon lokasi tanah.
Lokasi I harganya Rp 100 juta dengan luas 1 ha, lokasi II harganya Rp 200 juta
dengan luas 1 ha. Harga jual lokasi I bertambah 20 % pertahun, sedangkan harga jual
lokasi II bertambah 40 % pertahun setelah 5 tahun. Lokasi mana yang paling
menguntungkan ?.
4. Pada tahun ke 3 barang yang diproduksi PT. Imam sebanyak 4000 unit, sedangkan
jumlah produksinya sampai dengan tahun ke 6 sebanyak 21.000 unit. Dari data
tersebut tentukanlah berapa produksi pada tahun pertama ? dan kapan perusahaan
tidak berproduksi lagi ?.

Jawab.
(1  r n )
1. Jn = a , bila jumlah penduduk saat ini = a = 4.000.000 jiwa
1 r
Tingkat pertumbuhan = r = 3,0 %, n = 5 tahun

(1  0,035 ) 1  0,000000024
Jn = 4.000.000 = 4.000.000
1  0,03 0,97

Jn = 4.123.711,24 jiwa.

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 27


2. a. Besarnya pengembalian ke Bank
= Rp 3.000.000 + 24/100 x Rp 3.000.000 x 5
= Rp 6.600.000
b. Penerimaan Rentenir
= Rp 3.000.000 + 30/100 x Rp 3.000.000 x 5
= Rp 7.500.000
Keuntungan yang diperoleh rentenir
= Rp 7.500.000 - Rp 6.600.000
= Rp 900.000,-

3. Lokasi I harga Rp 100 juta luas 1 ha


Harga jual bertambah 20 % pertahun, dan setelah 5 tahun harganya akan menjadi
sebesar = Rp 100.000.000 + 20/100 x Rp 100.000.000 x 5
= Rp 100.000.000 + Rp 100.000.000
= Rp 200.000.000,-

Jika setelah 10 tahun ;


= Rp 100.000.000 + 20/100 x Rp 100.000.000 x 10
= Rp 100.000.000 + Rp 200.000.000
= Rp 300.000.000,-

Lokasi II harga Rp 200 juta luas 1 ha


Harga jual bertambah 40 % setelah 5 tahun ;
Berarti dari tahun ke 1 sampai tahun ke 5 harganya = Rp 200.000.000,-
Jika dari 5 tahun sampai 10 tahun harga jualnya ;
= Rp 200.000.000 + 40/100 x Rp 200.000.000 x 5
= Rp 200.000.000 + Rp 400.000.000
= Rp 600.000.000,-

4. Sn = S3 = 4000 Sn = a + (n–1)b
4000 = a + (3–1)b
4000 = a + 2b
a = 4000 - 2b

D6 = Dn = 21.000 Dn = n/2 2a + ( n-1) b


21.000 = 6/2 2a + ( 6-1) b
21.000 = 3 2a + 5 b
21.000 = 6a + 15 b

Substitusi S3 ke D6 21.000 = 6 (4000 – 2b) + 15 b


21.000 = 24.000 -12b + 15 b
-3000 = 3b
b = -1000 (penurunan produksi pertahun)

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 28


Pada S3 : a = 4000 - 2 b 4000 = a + 2b
4000 = a + 2 ( -1000)
4000 = a – 2000
a = 6000 (produksi tahun ke 1)

Sehingga : Sn = 6000 + (n-1) (-1000)


Pada Sn = 0, maka : 0 = 6000 + (n-1) (-1000)
0 = 6000 - 1000 n + 1000
1000 n = 7000
n = 7000 / 1000
n = 7

Jadi produksi barang PT. Imam pada tahun pertama adalah sebanyak 6000 unit,
dengan penurunan produski pertahun sebanyak 1.000 unit sehingga pada akhir
tahun ke tujuh tidak beroperasi lagi.
Dapat dilihat pola :
Tahun 1 = 6000
Tahun 2 = 5000
Tahun 3 = 4000
Tahun 4 = 3000
Tahun 5 = 2000
Tahun 6 = 1000
Tahun 7 = 0

-------------

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 29


BAB IV

BUNGA DAN NILAI UANG

1. Pengertian

Banyak hal yang berhubungan dengan perhitungan bunga dan nilai uang.
Perhitungan bunga menyangkut dengan bunga pinjaman dari sumber dana yang berasal
dari luas usaha seperti ; Bank konvensional, lembaga keuangan lainnya, ataupun
perorangan. Demikian pula dengan perhitungan nilai uang, baik dalam bentuk nilai
sekarang (present value) atau dalam bentuk nilai masa datang (future value), yang pada
umumnya tingkat bunga digunakan sebagai indikator.
Seseorang akan bersedia mengorbankan uangnya pada saat ini bila tingkat bunga
diperhitungkan sebagai kompensasi disebut juga „time value of money”, dapat dijelaskan
bahwa yang mempunyai nilai adalah uang atau uang mempunyai nilai dari waktu
kewaktu, tapi harus diingat bahwa nilai uang tersebut dari waktu kewaktu tidaklah sama,
maka timbullah kompensasi atas nilai uang yang dapat disebut bunga.
Contoh : Rp 1.000 pada tanggal 1 Januari menjadi Rp 1.200 pada tanggal 1
Februari, ini berarti telah diberikan kompensasi sebesar Rp 1200 – Rp 1000 = Rp
200/Rp1000 = 0,2 atau 20 %.
Pada umumnya setiap orang lebih menghargai nilai uang Rp 1.000 saat ini bila
dibandingkan Rp 1.000 satu tahun kemudian, keadaan ini akan diakui dan berlaku pada
seseorang maupun masyarakat secara keseluruhan, disebut juga “time preference”.

2. Perhitungan Bunga.

Dalam sistem perbankan konvensional bunga dapat merupakan biaya dana (cost
of fund) atau biaya modal (cost of capital). Besar kecil jumlah bunga yang merupakan
beban terhadap peminjam (debitur) sangat tergantung pada waktu, jumlah pinjaman, dan
tingkat bunga yang berlaku. Dalam matematies of finance dikenal 3 bentuk perhitungan
bunga yaitu :
1. Bunga Tunggal ( simple interest )
2. Bunga Majemuk (compound interest )
3. Anuitas (anuity)
Dalam pembahasan selanjutnya, yang akan dibahas pada bab ini adalah perhitungan
bunga tunggal dan perhitungan bunga majemuk, sedangkan anuity dibahas tersendiri
pada bab berikutnya.

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 30


2.1. Bunga Tunggal (Simple Interest)

a. Pengertian bunga.

1. Bunga adalah uang yang dibayarkan untuk penggunaan uang pinjaman atau
tambahan uang bila modal diinvestasikan.
2. Bunga merupakan biaya modal, besar kecilnya jumlah bunga yang merupakan beban
terhadap peminjam (debitur) sangat tergantung pada jumlah pinjaman, dan besaran
bunga yang berlaku.
Besaran tingkat bunga ini ditetapkan dalam bentuk persentase ( % ) atau dalam
bentuk desimal (0,00).

Contoh :
a. Si A meminjam Rp 500.000 dari si B dengan suatu perjanjian bahwa pada akhir
bulan ke enam si A membayar pada si B sebesar pokok pinjaman Rp 500.000 dan
ditambah Rp 12.500. Jumlah yang Rp 12.500 ini dikatakan bunga.
b. Si C membeli obligasi 10 tahun senilai Rp 1.000.000 dari PT. XYZ. Obligasi
tersebut : i) dibayar kembali setelah 10 tahun sebanyak Rp 1.000.000, ii) dibayar
dengan jumlah yang sama dengan Rp 15.000 tiap tiga bulan selama 10 tahun, setara
dengan 40 kali pembayaran. Dan pembayaran Rp 15.000 pertiga bulan dikatakan
bunga.
Dalam perhitungan bunga ini waktu yang digunakan tergantung kepada
pemakainya, misalnya waktu 1 tahun dihitung selama 365 hari atau 366 hari, atau waktu
1 tahun dihitung selama 360 hari ini adalah untuk mempermudah dalam penggunaannya
karena dapat dipakai dalam penentuan waktu 1 bulan yaitu 360 dibagi 12 bulan = 30
hari.

b. Perhitungan Bunga Tunggal.

Jika hanya pokok pinjaman yang berbunga selama masa transaksi, bunga yang
harus dibayar pada akhir jatuh tempo dikatakan bunga tunggal. Atau besar kecilnya
jumlah bunga yang diterima oleh kreditur/pemberi pinjaman tergantung pada besar
kecilnya modal (principal), bunga (interest rate), dan jangka waktu. Perhitungan bunga
tunggal dapat ditulis dalam rumus :

B = M p t

Dimana : B = bunga
M = Modal /pokok
p = bunga (interest rate)
t = waktu / periode
Dan jumlah akumulasinya diberikan oleh : S = M + B = M + p t = M ( 1 + p t ),
dimana S adalah nilai akumulasi dari M.

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 31


Contoh :
Tentukan bunga tunggal dari Rp 750, untuk 4 % dalam waktu ½ tahun. Dan berapakah
nilan akumulasinya ?
Jawab.
B = M pt Nilai akumulasi
= 750 (0,04) (6/12) S = M + B
= Rp 15 = 750 + 15 = Rp 765

c. Bunga Tunggal Sebenarnya dan Bunga Tunggal Pendekatan.

Perhitungan pada bunga tunggal dapat juga berdasarkan pada periode waktu
dalam 1 tahun, yang dapat dibedakan yaitu :
a. Bunga tunggal sebenarnya.
Bunga tunggal sebenarnya dihitung dengan menganggap bahwa satu tahun sesuai
dengan hari kalender yakni 365 hari.
b. Bunga tunggal pendekatan.
Bunga tunggal pendekatan dihitung dengan dasar bahwa satu tahun itu dihitung
sebanyak 360 hari.

Contoh :
Tentukan bunga tunggal sebenarnya dan bunga tunggal pendekatan dari Rp 2.000 untuk
50 hari dengan bunga 5 %.
Jawab.
B = Mpt
= 2.000 ( 0,05 ) ( 50/365) = Rp 13,70 (BT sebenarnya)

B = Mpt
= 2.000 (0,05) 50/360) = Rp 13,89 (BT pendekatan)

d. Waktu Sebenarnya dan Waktu Pendekatan.

Jika pada perhitungan bunga tunggal sebenarnya dan bunga tunggal pendekatan
waktu dalam satu tahun yang diukur, sedangkan pada waktu sebenarnya dan waktu
pendekatan yang dihitung adalah jumlah hari dalam satu bulan yang sebenarnya atau
pendekatannya yang diukur, yaitu :
a. Waktu sebenarnya.
Adalah waktu atau hari yang dihitung menurut hari yang sebenarnya dari seluruh
jumlah hari dalam kalender.
b. Waktu pendekatan.
Adalah waktu atau hari dengan menganggap bahwa tiap bulan terdiri dari 30 hari.

Contoh :
Tentukan waktu sebenarnya dan waktu pendekatan dari 20 Juni 2006 sampai 24 Agustus
2006.

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 32


Jawab.
Waktu sebenarnya Juni = 10 hari
Juli = 31 hari
Agustus = 24 hari
= 65 hari

Waktu pendekatan Juni = 10 hari


Juli = 30 hari
Agustus = 24 hari
= 64 hari
Contoh :
Tentukan bunga tunggal sebenarnya dan bunga tunggal pendekatan dari Rp 2.000 untuk
6 % dari tanggal 20 April 2006 sampai tanggal 1 Juli 2006 dengan menggunakan ; a)
waktu sebenarnya, b) waktu pendekatan.
Jawab.
Waktu sebenarnya April = 10 hari Waktu pendekatan April = 10 hari
Mei = 31 hari Mei = 30 hari
Juni = 30 hari Juni = 30 hari
Juli = 1 hari Juli = 1 hari
= 72 hari = 71 hari

- Bunga tunggal sebenarnya pada waktu sebenarnya


B = M p t
= Rp 2.000 (0,06) (72/365) = Rp 23,67
- Bunga tunggal sebenarnya pada waktu pendekatan
B = M p t
= Rp 2.000 (0,06) (71/365) = Rp 23,34
- Bunga tunggal pendekatan pada waktu sebenarnya
B = M p t
= Rp 2.000 (0,06) (72/360) = Rp 24
- Bunga tunggal pendekatan pada waktu pendekatan
B = M p t
= Rp 2.000 (0,06) (71/360) = Rp 23,66

3. Nilai Tunai dari Hutang

Nilai tunai dari hutang yang dibayarkan pada hari jatuh tempo dikatakan sebagai
nilai tunai dari hutang. Seperti yang digambarkan oleh rumus berikut :
Dari S = M (1+pt)
S
Didapatkan M = yang merupakan nilai tunai dari S
1  pt
dalam t tahun dengan bunga tunggal sebesar p.

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 33


Contoh :
Tentukan nilai tunai untuk bunga tunggal 6 % dari Rp 1500 dalam waktu 9 bulan.
Jawab.
S = 1500, p = 0,06 t = 9/12 = ¾
Maka :
S = M (1 + pt)
1500 = M  1 + (0,06) (9/12)
1500 = M ( 1,045)
M = 1500 / 1,045
= Rp 1.435, 41

Perhitungan bunga tunggal dapat juga dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
B = f ( P. i. n )
Dimana :
B = bunga
P = Modal/principal
i = interest rate (tingkat bunga)
n = jangka waktu (periode)

Contoh :
Apabila jumlah pinjaman sebesar Rp 5.000.000 dengan tingkat bunga 18 % pertahun.
Untuk menentukan jumlah bunga selama 3 tahun, 2 bulan, 40 hari. Selesaikan dan
tentukan bunga pada masing-masing waktu tersebut.
Jawab.
Bunga selama 3 tahun Bunga untuk 2 bulan
B = f ( P. i. n ) B = f ( P. i. n )
= Rp 5.000.000 x 18/100 x 3 = Rp 5.000.000 x 18/100 x 2/12
= Rp 2.700.000 = Rp 150.000

Bunga untuk 40 hari


B = f ( P. i. n )
= Rp 5.000.000 x 18/100 x 40/360
= Rp 100.000

Selanjutnya dari perhitungan bunga tunggal ini dapat juga dihitung berapa
principal/modal, menentukan tingkat bunga (interest rate), menentukan jangka
waktu/periode sebagai berikut :
B
a. Untuk menentukan principal/modal : P =
i.n
B
b. Untuk menentukan interest rate : i =
P.n
B
c. Untuk jangka waktu : n =
P.i

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 34


d. Menentukan total penerimaan : S = P + B atau S = P + (P.i.n)
e. Menentukan bunga (Rp) : B = S - P
f. Menentukan penerimaan : P = S - B
Dimana S = jumlah penerimaan.

Contoh :
Hitunglah nilai-nilai yang tidak diketahui dalam tabel berikut :

No Principal Interest rate Periode Bunga (Rp) Penerimaan


1 6.000.000 18 % 2 tahun ? ?
2 ? 10 % ? 250.000 5.250.000
3 7.000.000 ? 50 hari ? 7.145.033

Jawab.

1. B = P. i. n B = 6.000.000 x 18/100 x 2 = Rp 2.160.000


S = P + B S = 6.000.000 + 2.160.000 = Rp 8.160.000

2. P = S–B P = 5.250.000 - 250.000 = Rp 5.000.000


B 250 .000
n = n = = 0,5 x 12 = 6 bulan
P.i 5.000 .000 x0,1

3. B = S - P B = 7.145.033 - 7.000.000 = Rp 145.033


B 145.033
i = i = = 0,15 = 15 %
P.n 50
7.000.000 x
360
sehingga tabel akan terisi sebagai berikut :

No Principal Interest rate Periode Bunga (Rp) Penerimaan


1 6.000.000 18 % 2 tahun 2.160.000 8.160.000
2 5.000.000 10 % 6 bulan 250.000 5.250.000
3 7.000.000 15 50 hari 145.033 7.145.033

Soal dan penyelesaian

1. Tentukan bunga tunggal dari sejumlah Rp 1.000


a. 4 ½ % untuk 1 tahun
b.5 ¼ % untuk 2 tahun
c. 3 ½ % untuk ½ tahun
d.6 % untuk 8 bulan
e. 4 % untuk 15 bulan
f. 5 % untuk 10 bulan

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 35


Jawab.
a. B = Mpt S = M + B
= 1.000 (0,045)(1) = 1.000 + 45
= Rp 45 = Rp 1.045

b. B = Mpt S = M + B
= 1.000 (0,0525)(2) = 1.000 + 105
= Rp 105 = Rp 1.105

c. B = Mpt S = M + B
= 1.000 (0,035)(6/12) = 1.000 + 17,5
= Rp 17,5 = Rp 1.017,5

d. B = Mpt S = M + B
= 1.000 (0,06)(8/12) = 1.000 + 40
= Rp 40 = Rp 1.040

e. B = Mpt S = M + B
= 1.000 (0,04)(15/12) = 1.000 + 50
= Rp 50 = Rp 1.050

f. B = Mpt S = M + B
= 1.000 (0,05)(10/12) = 1.000 + 41,67
= Rp 41,67 = Rp 1.041,67

2. Tentukan tingkat bunga tunggal dari :


a. Rp 2.000 dalam satu tahun menjadi 2.110
b. Rp 720 menjadi Rp 744 dalam 10 bulan

Jawab.
a. M = 2.000 , S = 2110 , B = S - M , B = 2.110 – 2.000 = 110, t = 1 tahun
B = M pt
110 = 2.000 ( p ) ( 1 )
110 = 2.000 p
P = 110/2000 = 0,055 = 5½%

b. M = 720, S = 744 , B = S - M , B = 744 - 720 = 24, t = 10 bulan


B = M pt
24 = 720 ( p ) ( 10/12 )
24 = 600 p
P = 24/600 = 0,04 = 4 %

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 36


3. Si A membeli sebuah radio seharga Rp 79.950. Ia membayar sebesar Rp 19.950
sebagai uang muka dan setuju membayar sisanya ditambah beban tambahan Rp
2.000 dalam 3 bulan. Berapakah % bunga tunggal yang dibayar ?
Jawab.
Dengan anggapan bahwa si A membayar Rp 2.000 bunga untuk Rp 79.950 – 19.950
= Rp 60.000 untuk 3 bulan diperoleh. Demikian M = 60.000, B = 2.000 , t = 3
bulan
B = Mpt
2.000 = 60.000 ( p ) ( 3/12 )
2.000 = 15.000 p
p = 2.000/15.000 = 0,13333 = 13,33 %

4. Dalam waktu berapakah Rp 2.000 menjadi Rp 2125 dengan bunga tunggal 5 %


Jawab.
S = 2.125 , M = 2.000 , B = S – M B = 2.125 – 2.000 = 125 p = 5 %

B = M p t
125 = 2.000 (0,05) t
125 = 100 t
T = 125/100 = 1,25 adalah 1 ¼ tahun = 1 tahun 3 bulan

5. Berapakah waktu yang dibutuhkan agar uang menjadi dua kali bila bunga tunggal
sebesar 5 %.
Jawab.
Anggap M = 1 , S = 2 , B = S - M , B = 2 – 1 = 1
B = M p t
1 = ( 1 ) (0,05) t
1 = 1/0,05 = 20 tahun

6. Tentukan waktu sebenarnya dan waktu pendekatan dari 25 Januari 2006 sampai 15
Mei 2006.
Jawab.
Waktu sebenarnya Waktu pendekatan
Januari = 6 Januari = 6
Pebruari = 28 Pebruari = 28
Maret = 31 Maret = 30
April = 30 April = 30
Mei = 15 Mei = 15
= 110 = 109

7. Bandingkan bunga sebenarnya dan bunga pendekatan (biasa) dari Rp 2.500 untuk 5
% dari 15 April 2006 sampai 25 Juli 2006 dengan waktu sebenarnya atau waktu
pendekatan.

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 37


Jawab.
Bunga sebenarnya dengan waktu sebenarnya
B = Mpt
= 2.500 (0,05) (101/365) = Rp 34,59
Bunga pendekatan dengan waktu pendekatan
B = M p t
= 2.500 (0,05) (100/360) = Rp 34,72

8. Untuk tiap nota berikut, tentukan tanggal jatuh tempo dan nilai akhirnya.:
Nilai awal Tanggal Tempo Bunga %
a Rp 2.500 1 Maret 4 bulan 6%
b Rp 3.000 15 Juni 150 hari 4%
Jawab.
a. Jatuh tempo adalah tanggal 1 Juli
Nilai akhir S = M (1 + pt) B = S - M
S = 2.500 ( 1 + 0,06 (4/12) = 2550 – 2500
S = 2.500 ( 1,02) = Rp 50
S = Rp 2.550
b. Jatuh tempo adalah tanggal 12 Nopember
Nilai akhir S = M (1 + pt) B = S - M
S = 3.000 ( 1 + 0,06 (150/365) = 3.074 – 3.000
S = 3.000 ( 1,0246) = Rp 74
S = Rp 3.074

9. Berapa jumlah yang diinvestasikan hari ini dengan bunga 5 % akan menjadi Rp
1.000.000 dalam 8 bulan ?
Jawab.
S = 1.000.000 , p = 0,05 , t = 8 bulan
Dengan mengadakan penyesuaian pada rumus :
S 1.000.000
S = M ( 1 + p t ) menjadi M = = = Rp 968.054,21
1  pt 8
1  (0,05)( )
12

10. Promes nominal Rp 3.000 selama 10 bulan dengan bunga 6 % dibuat hari ini.
Tentukan nilainya setelah 4 bulan sejak hari ini jika uang bertambah 5 %.
Jawab.
Nilai jatuh tempo promes : S = M (1+pt)
= 3.000 ( 1 + 0,06 (10/12)
= 3.000 ( 1,05 )
= Rp 3.150

Nilai sekarang dari Rp 3.150 ( dari 105/100 x Rp 3.000), untuk tempo selama 10
bulan – 4 bulan = 6 bulan dengan bunga 5 %.
Jawab.

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 38


S 3.150
S = M ( 1 + p t ) menjadi M = = = Rp 3.073
1  pt 6
1  (0,05)( )
12

Latihan.

1. Tentukan bunga tunggal dari sejumlah


a. Rp 750 selama 9 bulan untuk 5 ½ %
b. Rp 1.800 selama 10 bulan untuk 4 ½ %
c. Rp 600 selama 5 bulan untuk 6 %
d. Rp 900 selama 4 bulan untuk 3 ¾ %

2. Tentukan tingkat bunga tunggal jika Rp 1.650 menjadi :


a. Rp 1.677,50 dalam 4 bulan
b. Rp 1.705,00 dalam 10 bulan

3. Berapakah jumlah yang diinvestasikan dalam 8 bulan, jika bunga yang dihasilkan :
a. Rp 48 untuk 6 %
b. Rp 50 untuk 5 %

4. Berapa lamakah untuk penanaman Rp 3.000 agar :


a. Bertambah Rp 90 dengan bunga tunggal 4 %
b. Menjadi Rp 3.100 dengan bunga tungal 5 %

5. Tentukan bunga sebenarnya dan bunga pendekatan / biasa dari :


a. Rp 900 untuk 120 hari sebesar 5 %
b. Rp 1.200 selama 100 hari sebesar 6 %
c. Rp 1.600 selama 72 hari sebesar 4 %
d. Rp 3.000 selama 146 hari sebesar 3 %
e. Rp 1.000 dari tanggal 6 Agustus 2006 s/d 7 Nopember 2006 dengan bunga 4 %.

6. Tentukan tanggal jatuh tempo dan nilai jatuh tempo untuk tiap promes berikut ini :
Nilai awal tanggal Tempo Bunga %
Rp 2.000 25 April 3 bulan 0
Rp 3.000 5 Maret 8 bulan 5½%
Rp 1.250 10 Juni 4 bulan 5%
Rp 2.300 1 Januari 7 bulan 6%
Rp 1.600 10 Februari 120 hari 4%
Rp 3.200 28 Nopem 45 hari 7¾%

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 39


4. Bunga Tunggal dan Nilai Uang.

a. Nilai masa datang

Misal :
Andi mempunyai uang sebanyak Rp 5.00.000. Ia akan meminjamkan uangnya
kepada Ali dengan tingkat bunga 12 % pertahun. Ali mengembalikan pinjaman itu
bersama bunganya kepada Andi setelah 2 tahun. Berapa rupiah yang harus diberikan
kepada Andi ?.

Jawab.
Bunga selama 2 tahun adalah 2 x 12 % = 24 %
Jumlah uang yang harus dikembalikan :
= Rp 500.000 + 24/100 x Rp 500.000
= Rp 500.000 + Rp 120.000
= Rp 620.000,-.
Yang berarti si Ali membayar bunga kepada si Andi adalah Rp 60.000 setahun.
Perhitungan bunga seperti ini disebut perhitungan bunga tunggal, seperti
pembahasan diatas.
Secara umum penentuan nilai uang masa datang dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :

FV = P + i. n. P = P ( 1 + i. n ) atau
FVi,n = P + i. n. P = P ( 1 + i. n ) menjadi
FVi,n = P ( 1 + i. n ) (1)
Dimana :
FVi,n = nilai uang sesudah waktu n dengan bunga i
P = modal / pinjaman / penerimaan
i = suku bunga ( % )
n = satuan waktu / periode / jangka waktu

Contoh :
Andi mempunyai uang sebanyak Rp 5.00.000. Ia akan meminjamkan uangnya
kepada Ali dengan tingkat bunga 12 % pertahun. Ali mengembalikan pinjaman itu
bersama bunganya kepada Andi setelah 2 tahun. Berapa rupiah yang harus diberikan
kepada Andi ?.

Jawab.
FVi,n = P ( 1 + i. n )
FV12%,2th = Rp 500.000 ( 1 + 0,12 x 2 )
= Rp 500.000 ( 1,24 )
= Rp 620.000,-.

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 40


b. Nilai masa sekarang

Persoalan diatas menghitung nilai masa datang, kadang-kadang dipersoalkan berapa


harus kita sediakan uang sekarang, jika kita menginginkan sejumlah uang tertentu
dimasa datang. Nilai masa sekarang dapat ditulis dengan rumus :
FVi ,n 1
PV = atau PV = FV (2)
1  i.n (1  r) n
Dimana :
PV = nilai sekarang / nilai saat ini
FV = nilai dimasa datang
i = tingkat bunga
n = periode /jangka waktu

c. Nilai sekarang dan masa datang berdasarkan pembayaran seri.

Perhitungan nilai sekarang dan nilai masa datang telah dijelaskan, kadang-kadang
perhitungan ini dikaitkan dengan pembayaran seri / cicilan dengan pembayaran
jumlahnya sama, andaikan pembayaran seri sebanyak R persatuan waktu saat
pembayaran dianggap merupakan akhir periode sebelumnya atau awal periode
sesudahnya adalah sama. Setiap akhir periode atau sebelum awal periode
sesudahnya, bunga dihitung atas dasar modal awal (P), hal ini dapat dilihat pada
gambar berikut :

1 2 3 4 n-4 n-3 n-2 n-1 n

0 R R R R R R R R R

Perhitungan-perhitungan pembayaran seri dengan jumlah sama :

FVi,1 = R
FVi,2 = R + R (1+i) = 2 R + i R =R(2+i)
FVi,3 = R + R (1+i) + R (1+2i) = R (3+3i)
FVi,4 = R + R (1+i) + R (R + 2i) + R (1 + 3i) = R(4+6i)
FVi,n = R ( 1 + 1 + i + 1 + 2i + 1 + 3i + …+ 1 + (n-1) i 
= n R + i R ( 1 + 2 + 3 + … + n – 1)
n 1
1
= n R + iR  k = n R + i R  n (n-1)
k 1 2
= n R  1 + i/2 (n-1)
FVi,n = n R  1 + i/2 (n-1) (3)

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 41


Dapat dihitung P sebagai berikut :
 i 
nR1  (n  1)
P =
FVi ,n
=  2  atau
1  i.n 1  in
nR  i 
P = 1  (n  1) (4)
1  in  2 

Jika nilai nilai R sekarang dihitung, maka ekuivalensi :


n n
nR 1
PR =   nR (5)
k 1 1  ik k 1 1  ik

d. Potongan Harga ( Diskonto )

Seseorang membuat promes dengan nilai pinjaman = P, S = nilai jatuh tempo


promes, t = tahun waktu jatuh tempo dan d = bunga tahunan. Jika pihak yang
meminjamkan (misalkan bank) mengambil bunga dimuka (diskonto), maka diskonto
adalah :

D = S. d. t sehingga P = S–D
= S - S.d.t
= S ( 1 – d.t)

e. Bunga Biasa dan Bunga Eksak

Bunga biasa, dihitung dengan basis bahwa 1 tahun = 360 hari.


Rumus : Ib = P. i. tb
Bunga eksak, dihitung dengan basis bahwa 1 tahun = 365 hari
Rumus : Ie = P. i. te
Dimana :
P = jumlah pinjaman
te = waktu eksak
tb = waktu biasa
i = bunga pinjaman ( % )

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 42


Soal dan pembahasan

1. Si A menyimpan uangnya dibank sebesar Rp 5.000.000 dengan bunga 18 %


pertahun, perhitungan bunga setiap akhir tahun. Berapa jumlah uangnya setelah 3
tahun ?.
Jawab.
P = 5.000.000 , i = 18 % , n = 3 tahun
FVi,n = P ( 1 + i.n )
FV18%,3th = 5.000.000 ( 1 + 0,18 x 3 )
= 5.000.000 (1,54)
= Rp 7.700.000
Jadi jumlah uang setelah 3 tahun adalah Rp 7.700.000,-.

2. Bila si A menginginkan agar jumlah uangnya menjadi Rp 10.000.000 setelah 3


tahun. Berapa bunga uangnya setiap tahun ?.
Jawab.
Dalam soal ini P = Rp 5.000.000 , FVi,3 = 10.000.000 , i = ?
FVi,3 = P ( 1 + i. n )
10.000.000 = 5.000.000 ( 1 + i. 3)
1 + i. 3 = 10.000.000 / 5.000.000
3. i = 2–1
i = 1/3
i = 0,33 atau 33 %
Jadi bunga (i) setiap tahun adalah 33 %

3. Tuan B menginginkan jumlah uangnya setelah 4 tahun menjadi Rp 3.600.000 dengan


bunga 20 %. Berapa jumlah uang yang harus disimpan mula-mula ?.
Jawab.
FVi ,n
PV = maka : FV20%,4 = P ( 1 + i.n )
1  i.n
3.600.000 = P ( 1 + 20/100 x 4 )
3.600.000 = P ( 1,8 )
P = 3.600.000 / 1,8
P = Rp 2.000.000,-.
Jadi uang yang disimpan mula-mula adalah sejumlah Rp 2.000.000,-.

4. Tuan A meminjamkan uangnya sebesar Rp 1.000.000 pertahun kepada Tuan B


selama 3 tahun dengan bunga biasa 12 %. Tuan A dan Tuan B membuat perjanjian
bahwa pada akhir tahun ketiga, uang beserta bunga harus dikembalikan. Jika
peminjaman diberikan setiap awal tahun berapakah yang harus dikembalikan Tuan B
tersebut ?.

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 43


Jawab.
R = 1.000.000 , i= 12 % , n = 3 tahun
FVi,n = n R  1 + i/2 (n-1)
FV12%,3th = 3 x 1.000.000  1 + 0,12/2 (3-1) 
= 3.000.000 ( 1,12 )
= Rp 3.360.000
Jadi jumlah uang yang harus dikembalikan Tuan B adalah :
= Rp 3.360.000 - Rp 1.000.000
= Rp 2.360.000,-.

5. Berdasarkan pada soal nomor 4 hitunglah jumlah uang sekarang ( PR ) adalah :


Jawab.
n n
nR 1
PR =   nR
k 1 1  ik k 1 1  ik
3
3x1.000.000  1 1 1 
PR = 
k 1 1  0,12 k
 3.000.000   
 1,12 1,24 1,36 
= Rp 3.000.000 ( 0,89 + 0,81 + 0,74 )
= Rp 3.000.000 ( 2,44 )
= Rp 7.320.000,-.
Jadi jumlah uang sekarang adalah : Rp 7.320.000,-.

6. Adi meminjamkan uangnya kepada Paijo sebanyak Rp 100.000 perbulan selama 12


bulan. Adi dan Paijo membuat perjanjian bahwa pada akhir bulan ke 12 uang beserta
bunganya harus dikembalikan dengan perhitungan bunga biasa, tingkat bunga 12 %.
Jawab.
Jika pengembalian pada akhir bulan ke 12, maka n = 13.
Diketahui R = 100.000 , i= 12 %
FVi,n = n R  1 + i/2 (n-1)
FV12%,13 = 13 x 100.000  1 + 0,12/2 (13-1) 
= 1.300.000 ( 1,72 )
= Rp 2.236.000
Pada akhir bulan ke 12, R = 0 maka jumlah uang yang harus dikembalikan Paijo ke
Andi pada akhir bulan ke 12 :
= FV12%,13 - 100.000
= 2.236.000 - 100.000
= Rp 2.136.000,-.
Jadi Andi menerima uang yang dipinjamkannya kepada Paijo adalah sebesar Rp
2.136.000,-.

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 44


7. Pada contoh soal nomor 6 FV12%,13 = Rp 2.136.000. Hitunglah P menurut rumus :
FVi ,n FV12%,12 2.136 .000
a. P = = = = Rp 875.409,8
1  i.n 1  0,12 x12 1  1,44

n n
nR 1
b. PR = 
k 1 1  ik
 nRk 1 1  ik

 1 1 1 
PR = 12x100.000   ...  
 1  0,12 1  0,24 1  1,44 
= Rp 1.200.000 ( 7,16 )
= Rp 8.592.000,-.

8. Hitunglah bunga biasa dan bunga eksak suatu pinjaman sebesar Rp 5.000.000 selama
80 hari dengan bunga 18 % pertahun.
Jawab.
P = Rp 5.000.000 , i= 18 %
Bunga biasa : Ib = P. i. tb
= 5.000.000 x 0,18 x 80/360
= Rp 199.800

Bunga eksak : Ie = P. i. te
= 5.000.000 x 0,18 x 80/365
= Rp 197.100

9. Si Badu meminjamkan uangnya selama 90 hari dengan bunga 20 % pertahun bunga


biasa, uangnya menjadi Rp 240.000. Hitunglah bunga eksak uangnya.
Jawab.
i= 20 % , Ib= 240.000 , P = ?
240 .000
Ib = P. i. tb maka : P = Ib / i. Ib maka P =
90
0,20 x
360
P = Rp 4.800.000
Dengan demikian bunga eksak adalah :
Ie = P. i. te
= 4.800.000 x 0,20 x 90/365
= Rp 236.712,-.

10. PT. Rasa Madu mendiskontokan weselnya Rp 2.000.000 ke bank pada tanggal 20
Agustus 2006 dengan diskonto 18 %. Hitunglah nilai diskonto dan nilai pinjaman
setelah 60 hari.
Jawab : D = S. d. t Nilai pinjaman
= 2.000.000 x 0,18 x 60/360 P =S-D
= Rp 60.000 = 2.000.000 – 60.000
= Rp 1.940.000,-.

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 45


5. Bunga Majemuk (Compound Interest).

Bunga majemuk biasanya dilakukan dalam waktu yang relatif panjang dan dalam
perhitungan bunga biasanya dilakukan lebih dari satu periode. Bunga majemuk adalah
bunga yang terus menjadi modal apabila tidak diambil pada waktunya. Perhitungan
bunga majemuk dilakukan secara reguler dengan interval tertentu, seperti : setiap harian,
bulanan, mingguan, kwartal, semesteran, dan tahunan. Tingkat bunga setiap interval
adalah tingkat bunga setahun dibagi dengan interval yang digunakan. Misal tingkat
bunga dalam setahun adalah 24 % maka pada :
a. Interval Tahunan (annual) = 24 / 1
b. Interval Semesteran = 24 / 2
c. Interval Kuartalan (kwartely) = 24 / 4
d. Interval Bulanan (monthly) = 24 / 12
e. Interval Mingguan = 24 / 52
f. Interval Harian (daily) = 24 /360 atau 24 / 365
Dalam suatu penyelesaian transaksi yang dilakukan untuk suatu periode waktu tertentu,
bunga dapat dihitung menurut dua jalan yaitu :
1. Bunga yang harus dibayar untuk suatu interval waktu tertentu. (misalnya untuk
obligasi dibayar dengan cek atau kupon). Pokok bertambah dengan bunga tetap tidak
berubah, karena bunga dibayar tidak berubah untuk sepanjang waktu dari transaksi.
Disini kita berbicara mengenai bunga tunggal.
2. Untuk suatu interval tertentu bunga yang harus dibayar ditambahkan kedalam pokok,
artinya bunga yang digabungkan pada pokok dan juga dikenakan bunga. Jadi pokok
akan meningkat secara periodik dan bunga yang digabungkan kepada pokok juga
bertambah secara periodik selama masa transaksi. Disini kita berbicara mengenai
bunga majemuk.

Contoh :

1. Diketahui jumlah principal (modal) sebesar Rp 1.000.000, tingkat bunga 5 %.


Tentukan bunga tunggal selama 3 tahun.
Jawab.
B = Mpt
= 1.000.000 (0,05)(3)
= Rp 150.000,-.

2. Seseorang meminjamkan uang sebesar Rp 100.000 dengan tingkat bunga 12 %


pertahun dan dimajemukan setiap 6 bulan selama 2 tahun. Berapakah jumlah modal
setelah 2 tahun ?.
Jawab.
Modal = Rp 100.000
Bunga 6 bulan ke I ( 6 % x 100.000) = Rp 6.000+
Jumlah modal = Rp 106.000

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 46


Modal = Rp 106.000
Bunga 6 bulan ke II ( 6 % x 106.000) = Rp 6.360+
Jumlah modal = Rp 112.360
Bunga 6 bulan ke III ( 6 % x 112.360) = Rp 6.741,6+
Jumlah modal = Rp 119.101,6
Bunga 6 bulan ke IV ( 6 % x 119.101,6) = Rp 7.146,1+
Jumlah modal setelah 2 tahun = Rp 126.247,7

Atau dapat juga dibuat dalam bentuk tabel sebagai berikut :

No Interval Modal Tingkat bunga Nilai akhir


1 6 bulan 100.000 6.000 106.000
2 12 bulan 106.000 6.360 112.360
3 18 bulan 112.360 6.741,6 119.101,6
4 24 bulan 119.101,6 7.146,1 126.247,7

Sejalan dengan perhitungan diatas, formula yang digunakan dalam perhitungan


bunga majemuk pada prinsipnya dapat dilakukan sebagai berikut :

S = P ( 1 + r )n
S 1
P = S ( 1 + r )-n atau P = atau P = S
(1  r ) n (1  r) n
1/ n
S
r =    1x100%
P
log S  log P
n =
log(1  r )
dimana :
S = jumlah penerimaan
P = nilai sekarang (present value)
n = periode / waktu
r = tingkat bunga per periode waktu

Nilai ( 1 + r )n disebut : compounding interest faktor (CIF). CIF adalah suatu


billangan yang digunakan untuk menilai nilai uang pada masa yang akan datang
(future value).
1
Nilai ( 1 + r )-n atau disebut discount faktor / interest faktor. DF / IF
(1  r) n
adalah suatu bilangan untuk menilai nilai uang dalam bentuk nilai sekarang (present
value) dari sejumlah penerimaan pada n tahun.
Besar kecilnya jumlah uang dimasa yang akan datang maupun jumlah uang pada saat
ini tergantung pada besar kecilnya tingkat bunga dan jangka waktu yang digunakan.

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 47


3. Seorang investor meminjamkan uang sebesar Rp 5.000.000 selama 8 tahun dengan
tingkat bunga 18 % pertahun dan dimajemukan setiap 6 bulan.
Diminta :
a. Jumlah pengembalian setelah 8 tahun
b. Nilai sekarang dari jumlah penerimaan
c. Besar tingkat bunga setahun
d. Lamanya jangka waktu/periode.
Jawab.
Diketahui : P = 5.000.000 , r = 18 % , n= 16

S = P ( 1 + r )n
= Rp 5.000.000 ( 1 + 0,09)16
= Rp 19.851.529,5

P = S ( 1 + r )-n
= 19.851.529,5 ( 1 + 0,09 )-16
= Rp 19.851.529,5 ( 0,25186976)
= Rp 5.000.000

1/ n
S
r =    1x100%
P
1 / 16
 19.851.529,5 
=    1x100% = 9 % (semesteran)
 5.000.000 

log S  log P log19.851.529,5  log 5.000.000


n = =
log(1  r ) log(1  0,09)
7,297795  6,698970
= = 16 maka 16/2 = 8 tahun.
0,037426498

Perlu diperhatikan bahwa tingkat bunga yang sama akan memberikan hasil yang
berbeda, apabila frekwensi bunga majemuk yang dilakukan dalam satu tahun juga
berbeda, seperti contoh no. 4 berikut :

4. Bank A menerima tingkat bunga deposito sebesar 18 % pertahun dan dimajemukan


setiap bulan. Bank B juga menerima tingkat bunga deposito sebesar 18 % pertahun
dan dimajemukan setiap 6 bulan. Hitunglah bunga efektif dari masing-masing bank.
Jawab.
Bunga efektif / efective rate dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
m
 r
Er = 1    1
 m

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 48


Dimana :
Er = bunga efektif
r = tingkat bunga
m = periode interval majemuk.

m
 r
Efektive rate bank A ErA = 1    1
 m

12
 0,18 
= 1  1 = 19,56 %
 12 

m
 r
Efektive rate bank B ErB = 1    1
 m
2
 0,18 
= 1  1 = 18,81 %
 2 

Jadi dapat dilihat bahwa effective rate bank A lebih besar dari bank B yaitu sebesar
0,75 %, ini diakibatkan oleh interval pemajemukan bunga yang dimiliki masing-
masing bank.

5. Apabila pada 5 tahun mendatang seorang pegawai ingin mempunyai jumlah


tabungan sebanyak Rp 3.000.000. Tingkat bunga adalah 10 % (konstan). Berapa
jumlah uang pada tahun ini yang perlu ditabungnya.
Jawab.
Persoalan ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Fn Fn
P = atau P =
(1  r ) n
 r
m. n

1  
 m
Dimana :
P = jumlah nilai yang ditabung sekarang
Fn = jumlah yang diterima pada n tahun yang akan datang
r = tingkat bunga
n = periode waktu
m = frekwensi pembayaran bunga
Soal tersebut dapat dijawab dalam interval tahunan, semesteran, kuartalan, bulanan,
dan harian.

Pembayaran bunga tahunan


3.000.000
P = = Rp 1.862.763,97
(1  0,1) 5

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 49


Pembayaran bunga semesteran
3.000.000
P = 2.5
= Rp 1.841.739,76
 0,1 
1  
 2 
Pembayaran bunga kuartalan
3.000.000
P = 4.5
= Rp 1.830.812,83
 0,1 
1  
 4 
Pembayaran bunga bulanan
3.000.000
P = 12 .5
= Rp 1.823.365,78
 0,1 
1  
 12 
Pembayaran bunga harian
3.000.000
P = 365 .5
= Rp 1.819.716,60
 0, 
1  
 365 

Soal latihan

1. Pada tahun ini seorang mahasiswa mempunyai uang kas sebanyak Rp 2.000.000,-.
Apabila uang tersebut dibiarkan tersimpan pada bank selama 3 tahun, dan akan
memperoleh bunga sebesar 12 % pertahun. Maka berapa besar tabungan mahasiswa
tersebut jika pembayaran bunga masing-masing dilaksanakan ; dengan interval
tahunan, semesteran, kuartalan, bulanan, mingguan, dan harian.
2. Amin mempunyai uang sebanyak Rp 1.000.000 yang akan ditabung dalam bentuk
deposito triwulanan, tabanas, atau tabungan harian, dan akan diambil 5 tahun
mendatang ketika amin lulus sarjana. Apabila simpanan deposito memberikan bunga
18 % pertahun, tabanas 17 % dan tabungan harian 14 % pertahun. Maka mana
tabungan yang paling menguntungkan ?
3. Seorang pemuda pada tahun ini menabung ke suatu bank sebesar Rp 200.000, untuk
mendapatkan bunga tahunan atau harian sebesar 18 % pertahun, dari permasalahan
tersebut ;
a. Berapakah jumlah tabungannya pada tahun ke 10 ?
b. Bila pada tahun ke 5 pemuda tersebut diberi uang kas Rp 475.000 sebagai
pengganti tabungannya, apakah tawaran tersebut diterima atau ditolak ?
4. Jika anda ditawari uang Rp 150.000 yang diberikan sekarang atau Rp 250.000 yang
akan diterima pada 5 tahun mendatang, mana yang anda pilih apabila ;
a. Tingkat bunga 10 % pertahun
b. Tingkat bunga 12 % pertahun.

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 50


6. Perhitungan Bunga Efektif, Sliding Rate, dan Flat Rate.

Perhitungan Bunga Efektif.

a. Bunga dibayar diakhir periode


Contoh :
Diketahui suatu pinjaman Rp 30.000.000, bunga 16 % dan dibayar pada akhir
pinjaman (periode tahun).
Bunga = Rp 30.000.000 x 16 % = Rp 4.800.000
Bunga Efektif = Rp 4.800.000 / Rp 30.000.000 x100 % = 16 %.

b. Bunga dibayar dimuka


Contoh :
Diketahui suatu pinjaman Rp 30.000.000, bunga 16 % dan dibayar dimuka.
Bunga = Rp 30.000.000 x 16 % = Rp 4.800.000
Penerimaan pinjaman = Rp 30.000.000 - Rp 4.800.000 = Rp 25.200.000
Bunga efektif = Rp 4.800.000 / Rp 25.200.000 x 100 % = 19 %

c. Pinjaman jenis kredit line


Misalkan pinjaman Rp 400.000.000, tapi harus menyisihkan saldo kompensasi
dengan bunga 13 % dari pinjaman yang digunakan dan 10 % untuk pinjaman yang
tidak digunakan. Bunga pinjaman 18 % setahun. Pinjaman yang dimanfaatkan Rp
275.000.000.

Saldo kompensasi :
13 % x Rp 275.000.000 = Rp 35.750.000
10 % x Rp 125.000.000 = Rp 12.500.000
Jumlah = Rp 48.250.000

Bunga efektif adalah :

BungaPinjamanxPinjamanSesungguhnya
Bunga efektif = x100%
PinjamanSesungguhnya SaldoKompensasi

18% x 275.000.000
= x100 %
275.000.000  48.250.000

= Rp 49.500.000 / Rp 226.750.000 x100 %

= 21,8 %.

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 51


Perhitungan Sliding Rate.

Sliding rate atau bunga menurun adalah beban bunga yang dibayarkan / yang
diterima dari periode yang satu keperiode berikutnya jumlahnya selalu menurun.
Misal :
Besar pinjaman adalah sebesar Rp 120.000.000 selama 6 bulan, dengan bunga 18 % per
tahun, jadi besar bunga per bulan adalah 1,5 %. Cicilan pokok adalah Rp 120.000.000 :
6 = Rp 20.000.000. Lihat tabel berikut :

Bunga Cicilan Cicilan


Bulan Pokok 1,5 % Pokok Pokok + Saldo
1,5 % x b bunga Pokok
d+c b-d
a b c d E f
1 120.000.000 1.800.000 20.000.000 21.800.000 100.000.000
2 100.000.000 1.500.000 20.000.000 21.500.000 80.000.000
3 80.000.000 1.200.000 20.000.000 21.200.000 60.000.000
4 60.000.000 900.000 20.000.000 20.900.000 40.000.000
5 40.000.000 600.000 20.000.000 20.600.000 20.000.000
6 20.000.000 300.000 20.000.000 20.300.000
6.300.000 120.000.000 126.300.000

Perhitungan Flat Rate.

Flat rate atau bunga tetap adalah beban bunga yang dibayarkan / yang diterima
dari periode yang satu keperiode berikutnya jumlahnya selalu sama.

Misal :
Besar pinjaman adalah sebesar Rp 120.000.000 selama 6 bulan, dengan bunga 18 % per
tahun, jadi besar bunga per bulan adalah 1,5 % x Rp 120.000.000. Cicilan pokok adalah
Rp 120.000.000 : 6 = Rp 20.000.000. Lihat tabel berikut :

Bunga Cicilan Cicilan


Bulan Pokok 1,5 % Pokok Pokok + Saldo
1,5 % x b bunga Pokok
d+c b-d
a B c d E f
1 120.000.000 1.800.000 20.000.000 21.800.000 100.000.000
2 100.000.000 1.800.000 20.000.000 21.800.000 80.000.000
3 80.000.000 1.800.000 20.000.000 21.800.000 60.000.000
4 60.000.000 1.800.000 20.000.000 21.800.000 40.000.000
5 40.000.000 1.800.000 20.000.000 21.800.000 20.000.000
6 20.000.000 1.800.000 20.000.000 21.800.000
10.800.000 120.000.000 130.800.000

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 52


BAB V

ANUITAS

1. Pengertian.

Anuitas adalah suatu rangkaian pembayaran dengan jumlah yang sama besar
pada setiap interval pembayaran. Besar kecilnya jumlah pembayaran pada setiap interval
tergantung pada jumlah pinjaman, jangka waktu, dan tingkat bunga. Tingkat bunga pada
setiap interval tergantung pada interval bunga majemuk yang dilakukan seperti ; setiap
hari, setiap bulan, setiap kuartal, setiap semester, setiap tahun. Interval pembayaran
adalah waktu antara dua pembayaran berturut dari anuitas. Tempo/masa anuitas adalah
waktu dari permulaan interval pembayaran pertama sampai akhir dari interval
pembayaran yang terakhir. Cicilan tahunan adalah seluruh jumlah pembayaran yang
dibuat dalam satu tahun.
Jika masa anuitas sudah pasti maka disebut anuitas tertentu (annuity certain) dan
jika masa anuitas bergantung pada beberapa event maka disebut anuitas tidak tertentu
(contingent annuity). Anuitas sederhana tertentu dilakukan pembayaran pertama pada
akhir interval pertama, pembayaran kedua pada akhir interval kedua, dan seterusnya.
Suatu anuitas yang pembayarannya berlanjut terus menerus disebut perpetuity, nilai
masa depan suatu perpetuitas menjadi tak terhingga, karena pembayaran periodiknya
menjadi tak terhingga.
Dilihat dari bentuknya anuitas ini dapat dibagi atas 3 (tiga) bagian sebagai
berikut :
1. Simple Anuitas (anuitas sederhana), dibagi dalam 3 jenis yaitu :
a. Ordinary anuitas
b. Anuitas Due
c. Deferred Anuitas
2. Complex Anuity (anuitas kompleks) dibagi dalam 3 jenis yaitu :
a. Compleks Ordinary
b. Compleks Due
c. Compleks Deferred
3. Anuitas Perpetuitas ( anuitas berlanjut terus / tak terhingga ).

2. Simple Anuitas.

Simple anuitas adalah sebuah anuitas yang mempunyai interval yang sama antara
waktu pembayaran dengan waktu dibunga majemukan. Dilihat dari tanggal
pembayarannya anuitas ini dapat dibagi atas 3 bagian yaitu :

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 53


a. Ordinary Anuitas.

Adalah suatu anuitas yang diperhitungkan pada setiap akhir interval seperti akhir
bulan, akhir kuartal, akhir setiap 6 bulan, dan akhir tahun. Untuk menghitung present
value, future value, maupun jumlah anuitas dapat dilkukan dengan rumus sebagai
berikut:

1  (1  i )  n 
An = R  
 i 
 (1  i ) n  1
Sn = R  
 i 

 i 
R = An  n 
1  (1  i ) 
 i 
R = Sn  
 (1  i )  1
n

Dimana :

An = nilai sekarang (present value)


Sn = jumlah pembayaran (future value)
R = anuitas (cicilan / angsuran)
i = tingkat bunga setiap interval
n = jumlah interval pembayaran.

a.1. Present Value (nilai sekarang)

Nilai sekarang (present value) merupakan nilai sekarang dari sebuah anuitas dan
identik dengan nilai awal dari penanaman modal. Apabila jumlah penerimaan sebesar
Rp 100.000, dan bunga sebesar Rp 20.000, maka present valuenya adalah Rp 100.000 –
Rp 20.000 = Rp 80.000. Contoh dalam perhitungan ordinary anuitas adalah sebagai
berikut :
Si A mencicil pinjaman sebesar Rp 50.000 pada setiap akhir bulan selama 6
bulan dengan tingkat bunga 18 % pertahun. Berpakah nilai sekarangnya (PV-
nya).

1,5 %
R1 R2 R3 R4 R5 R6

50 50 50 50 50 50

R= 50.000 , i = 18%/12 = 1,5 % = 0,015 , n = 6

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 54


1  (1  i )  n 
An = R  
 i 
1  (1  0,015) 6 
An = 50.000   = 50.000 (5,6971872)
 0,015 
= Rp 284.859,36

Jadi nilai sekarang dari jumlah cicilan si A selama 6 bulan adalah Rp 284.859,36.
Perhitungan tersebut diatas dapat pula dibuat dalam bentuk tabel sebagai berikut :

Jumlah
Pengembalian Jumlah
Bln Anuitas Bunga 1,5 % Pokok Pengembalian Sisa Kredit
Pinjaman Kumulatif
1 2 3 4 5 6
(3x6) (2–3) (4+4) (6–4)
0 50.000 0 0 0 284.859,36
1 50.000 4.272,89 45.727,11 45.727,11 239.132,25
2 50.000 3.586,98 46.413,02 92.140,13 192.719,23
3 50.000 2.890,78 47.109,22 139.249,35 145.610,01
4 50.000 2.184,15 47.815,85 187.065,20 97.794,16
5 50.000 1.466,91 48.533,09 235.598,29 49.261,07
6 50.000 738,92 49.261,07 284.859,36

Nilai sekarang dari soal diatas juga dapat dihitung dengan menggunakan
perhitungan bunga majemuk (compund interest method) sebagai berikut :

0 1 2 3 4 5 6
(anuitas)
50.000 (1+0,015)-1 = 49.261,08
50.000 (1+0,015)-2 = 48.533,08

50.000 (1+0,015)-3 = 47.815,85


50.000 (1+0,015)-4 = 47.109,22
50.000 (1+0,015)-5 = 46.413,02
50.000 (1+0,015)-6 = 45.727,11
Jumlah P V = 284.859,36

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 55


a.2. Anuitas dari PV

Anuitas dari present value sebenarnya sama dengan jumlah angsuran pada setiap
interval. Jumlah angsuran pada setiap interval dari jumlah pinjaman tergantung pada
besar kecilnya tingkat bunga dan jangka waktu yang digunakan.
Contoh :
Seorang investor merencanakan membangun rumah murah untuk dijual secara cicilan
kepada konsumen. Biaya pembangunan diperhitungkan sebesar Rp 12.000.000. Berapa
besar nilai cicilan yang dibebankan kepada konsumennya, bila tingkat bunga setahun 15
% dan dimajemukan setiap bulan selama 3 tahun.
Jawab.
Diketahui An = 12.000.000,-. , i= 15 % / 12 = 0,0125 , n=36
 i 
R = An  n 
1  (1  i ) 
 0,0125 
R = Rp 12.000.000  36 
1  (1  0,0125) 
= Rp 12.000.000 (0,034664448)
= Rp 415.973,37

a.3. Jumlah Penerimaan (future amount)

Jumlah penerimaan dari serangkaian pembayaran bukanlah berarti kumulatif dari


jumlah pembayaran pada setiap interval, akan tetapi diperhitungkan bunga secara bunga
majemuk (compound interest) dari sejumlah uang yang dicicil. Jumlah pembayaran pada
interval pertama diperhitungkan bunga pada akhir interval kedua, sehingga jumlah
penerimaan pada akhir interval kedua adalah sebesar 2 kali setoran ditambah bunga pada
setoran pertama.
Contoh :
Berdasarkan soal diatas.
Bila jumlah cicilan pada setiap akhir bulan sebesar Rp 415.973,37 dengan tingkat bunga
15 % dan dimajemukan pada setiap bulan selama 3 tahun. Berapakah jumlah penerimaan
investor.
 (1  i ) n  1
Sn = R  
 i 
 (1  0,0125 ) 36  1
Sn = Rp 415.973,37  
 0,0125 
= Rp 415.973,37 ( 45.1155055)
= Rp 18.766.848,66.

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 56


Berdasarkan pada hasil perhitungan diatas, jumlah pembayaran pada akhir
interval sebesar Rp 18.766.848,66 tetapi bila dilihat dari pengeluaran nasabah hanya
sebesar Rp 415.973,37 x 36 bulan = Rp 14.975.041,32. Ini berarti besarnya yang
merupakan beban selama 3 tahun adalah : Rp 14.975.041,32 – Rp 12.000.000 = Rp
2.975.041,32. Dipihak lain bunga efektif yang diterima investor diperhitungkan sebesar
Rp 18.766.848,66 – Rp 12.000.000 = Rp 6.766.848,66. Berdasarkan pada uraian
tersebut, bunga yang akan dibayarkan oleh konsumen / nasabah sebesar Rp 2.975.041,32
dan bunga yang diterima oleh investor Rp 6.766.848,66.

a.4. Tingkat bunga.

Untuk menghitung besarnya tingkat bunga, apabila PV yang diketahui dapat


diselesaikan dengan menggunakan bantuan lampiran 3 dan untuk jumlah penerimaan
digunakan lampiran 5.
Bila PV yang diketahui :
1  (1  i )  n  An
 
 i  R
Bila jumlah penerimaan yang diketahui :
 (1  i ) n  1 Sn
 
 i  R
Contoh :
Jika diketahui jumlah PV sebesar Rp 969.482 dengan anuitas Rp 150.000 pada setiap
akhir kuartal selama 2 tahun. Untuk menentukan besarnya tingkat bunga pada setiap
kuartal atau setiap tahun dapat diselesaikan sebagai berikut :

Diketahui : An = 969.482 , R = 150.000 , n = 2x4 = 8

1  (1  i )  n  An 1  (1  i ) 8  969.482
  , maka   = 6,463213333
 i  R  i  150.000
1  (1  i )  n 
Nilai discount faktor untuk   dapat dilihat dalam lampiran 3 pada n = 8
 i 
dimana nilainya 6,463212760. Dengan demikian pada kolom tersebut i = 5 % dan
tingkat bunga setahun (nominal rate) 4 x 5 = 20 % (dimajemukan 4 kali setahun).
Apabila nilai i tidak tersedia dalam lampiran, nilai i dapat dihitungkan dengan
menggunakan sistem interpolasi.

Contoh :
Seorang pengusaha menyetor uang pada bank sebesar Rp 445.000 dan diambil kembali
secara cicilan setiap akhir 6 bulan sebesar Rp 50.000 dalam waktu 5 tahun. Berapakah
besarnya interest rate / nominal rate ?
Diketahui : An = 445.000 , R= 50.000 , n = 2 x 5 = 10

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 57


1  (1  i )  n  An 1  (1  i ) 10  445.000
   maka    8,9000000
 i  R  i  50.000
Apabila dilihat dalam lampiran 3 untuk nilai i = 8,9 pada n =10 nilai tidak
tersedia, yang mendekati nilai tersebut adalah 8,98258501 pada i = 2 % dan 8,75206393
pada i = 2,5 %. Dengan demikian nilai i dapat ditulis sebagai berikut : 2 % < i < 2,5 %.
Untuk mengetahui nilai i secara pasti dapat dilakukan dengan cara interpolasi yang
dihitung sebagai berikut :

Tingkat bunga Discount rate Persamaan


1  (1  i )  n 
i  
 i 

2% 8,98258501 (1)
8,90000000 (2)
2,5 % 8,75206393 (3)

(2)  (3) x  2,5% x  2,5% 0,14793607


  
(1)  (3) 2%  2,5%  0,5% 0,23052108
0,14793607
X – 2,5 % = - (0,5%)
0,23052108
X – 2,5 % = -0,003208731
X = 0,025 – 0,003208731
X = 0,021791269 atau 2,18 % sama dengan tingkat bunga
2 x 2,18 % = 4,36 sama dengan nominal rate.

a.5. Menentukan Jangka Waktu.

Untuk menentukan jangka waktu dari sebuah anuitas sama halnya dengan
menentukan tingkat bunga. Apabila PV, tingkat bunga, dan jumlah anuitas dapat
diketahui maka jangka waktu dari pinjaman dapat diselesaikan dengan menggunakan
cara tertentu.
Contoh :
Seorang pegawai negeri menerima uang dari bank sebesar Rp 1.653.298 dari hasil
setoran sebesar Rp 50.000 pada akhir setiap kuartal dengan bunga 20 % setahun. Berapa
lama pegawai tersebut melakukan penyetoran.

Diketahui : Sn = 1.653.298 , i = 20/4 = 5 % , R = 50.000 , n=?

 (1  i ) n  1 Sn  (1  0,05) n  1 1.653.298
   , maka    33,065960
 i  R  i  50.000

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 58


Nilai 33,065960 dapat dilihat dalam lampiran 5 pada i = 5 % dan pada n = 20. Dengan
demikian lamanya pegawai tersebut melakukan penyetoran adalah 20 kuartal atau sama
dengan 20 : 4 = 5 tahun. Apabila pada tingkat bunga 5 % tidak tersedia nilai 33,065960.
Carila nilai i yang mendekati nilai hitung sehingga n berada antara kedua nilai. Untuk
mendapatkan nilai n secara pasti gunakan metode interpolasi.

b. Anuitas Due.

Anuitas due adalah sebuah anuitas yang pembayaran dilakukan pada setiap awal
interval. Awal interval pertama merupakan perhitungan bunga yang pertama dan awal
interval kedua merupakan perhitungan bunga yang kedua dan seterusnya. Dalam anuitas
due ditambahkan satu compounding faktor (1+i) baik untuk PV atau FV.
Pertambahan satu compounding faktor pada anuitas due adalah sebagai akibat
pembayaran yang dilakukan pada awal setiap interval maka nilai yang dihitung dengan
menggunakan anuitas due selalu lebih besar bila dibandingkan dengan ordinary anuitas.

b.1. Perhitungan PV.

Untuk menghitung present value dari sebuah anuitas due dapat dilakukan dengan
menggunakan formula sebagai berikut :
1  (1  i )  n 
An(ad) = R  .(1  i )
 i 
1  (1  i )  ( n 1) 
An(ad) = R   1
 i 
1  (1  i )  ( n 1)

An(ad) = R  R
 i 
Contoh :
Sebuah perusahaan yang bergerak dalam alat bangunan ingin memperoleh uang secara
kontinyu sebesar Rp 1.500.000 dari bank pada setiap awal kuartal selama satu tahun.
Berapa jumlah dana yang harus disetor pada bank apabila tingkat bunga diperhitungkan
sebesar 18 % pertahun.
Jawab :
Diketahui : R=1.500.000 , i = 18/4 = 4,5 % , n = 4

1  (1  i )  n 
An(ad) = R  .(1  i )
 i 
1  (1  0,045) 4 
An(ad) = 1.500.000  .(1  0,045)
 0,045 
An(ad) = 1.500.000 (3,58752577) (1,045) = Rp 5.623.447.

Nilai discount faktor 3,58752577 dapat dilihat pada lampiran 3 pada i = 4,5 % dan n = 4.

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 59


b.2. Jumlah Pembayaran (future amount)

Formula yang digunakan untuk menghitung jumlah pembayaran dalam anuitas


due adalah sebagai berikut :
 (1  i ) n  1
Sn(ad) = R  .(1  i )
 i 
 (1  i ) ( n 1)  1 
Sn(ad) = R   1
 i 
 (1  i ) ( n 1)

Sn(ad) = R  R
 i 
Contoh :
PT. Bank Mandiri disebuah kota baru-baru ini memberikan fasilitas penjualan kenderaan
roda dua secara kredit pada guru-guru SD. Tingkat bunga diperhitungkan sebesar 12 %
pertahun dan cicilan dilakukan setiap awal bulan sebesar Rp 70.000 selama 3 tahun.
Berapakah besarnya jumlah pembayaran ?
Diket : R = 70.000 , i = 12/12 = 1 % , n = 12 x 3 = 36 bln

 (1  i ) n  1
Sn(ad) = R  .(1  i )
 i 
 (1  0,01) 36  1
Sn(ad) = 70.000  .(1  0,01)
 0,01 
= 70.000 (43,07687836) (1,01)
= Rp 3.045.535,-.

b.3. Hubungan antara PV dengan Jumlah Pembayaran.

Hubungan antara Present Value dengan Future Value dari sebuah anuitas due
sama halnya dengan hubungan yang terdapat dalam perhitungan bunga majemuk.
Present Value merupakan modal dasar. Future Value merupakan penjabaran dari bunga
majemuk. Dalam perhitungan bunga majemuk jumlah penerimaan dihitung dengan
rumus : S = P ( 1 + i )n .
Sedangkan Present Value dihitung dengan rumus : P = S ( 1 + i ) -n . Sejalan
dengan formula bunga majemuk, anuitas due Sn (ad) merupakan FV dan An (ad)
merupakan PV dengan demikian formula yang digunakan dalam hubungan ini adalah :
PV An(ad) = Sn (ad) ( 1 + i )-n
FV Sn(ad) = An (ad) ( 1 + i )n
Apabila diketahui nilai PV dari anuitas due, jumlah penerimaan pada akhir interval dapat
diketahui tanpa menghitung besarnya anuitas pada setiap interval dan hubungan ini tidak
dapat diterapkan pada ordinary anuitas maupun bentuk anuitas lainnya seperti defered
anuitas.

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 60


b.4. Anuitas, Jangka Waktu, dan Tingkat Bunga.

Penentuan anuitas dalam sebuah anuitas due dapat dihitung apabila nilai PV dan
FV (jumlah penerimaan) dari transaksi pinjaman diketahui, disamping tingkat bunga
dan lamanya pinjaman. Apabila diketahui nilai PV, untuk menghitung besarnya anuitas
dapat digunakan rumus :
i
R = n
(1  i ) 1 apabila jumlah penerimaan diketahui dapat
1  (1  i )
digunakan rumus :
i
R = (1  i) 1 untuk menentukan jangka waktu dari sebuah
1  (1  i)  1
n

anuitas due, sama halnya dengan menentukan n pada ordinary anuitas. Lamanya jangka
waktu dari suatu pinjaman dapat diselesaikan dengan menggunakan rumus :
1  (1  i )  ( n 1) 
Bila An (ad) diketahui rumus : R  R
 i 
 (1  i ) n  1
Bila Sn (ad) diketahui rumus : R  .(1  i )
 i 
Contoh :
Seorang pimpinan perusahaan telah melakukan penyetoran pinjaman secara cicilan pada
bank sebesar Rp 500.000 pada setiap awal bulan. Tingkat bunga pinjaman
diperhitungkan sebesar 18 % pertahun. Berapa bulan harus diadakan penyetoran untuk
menutupi pinjaman sebesar Rp 10.000.000,-.
Diket : R = 500.000 , i = 18/12 = 1,5 % , An = 10.000.000 , n = ?

1  (1  i )  ( n 1) 
An (ad) = R  R
 i 
1  (1  0,015)  ( n 1) 
10.000.000 = 500.000    500.000
 0,015 
1  (1  0,015)  (n 1)  10.000.000  500.000 
  =    19
 0,015   500.000 
Untuk menentukan atau mengetahui lamanya penyetoran, lihat lampiran 3 :
Pada n = 22, i = 1,5 % nilai = 18,62082437
Pada n = 23, i = 1,5 % nilai = 19,33086145
Sementara nilai 19 tidak ada pada tabel. Dengan demikian untuk mengembalikan kredit
sebesar Rp 10.000.000 membutuhkan waktu selama 22 bulan lebih atau dapat ditulis
sebagai berikut : 22 bulan < n < 23 bulan.
Cara interpolasi : Periode Discount Rate Persamaan
22 18,62082437 (1)
? 19, (2)
23 19,33086145 (3)

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 61


(2)  (3) X  23 X  23  0,33086145
  
(1)  (3) 22  23 1  0,71003708
 0,33086145
X - 23 = - (1)
 0,71003708
X - 23 = - (1) (0,46597772) , (1) = (0,01) (0,46597772)
X - 23 = - 0,004659777
X = 0,23 - 0,004659777
X = 0,2253 , 22, 53 bulan

c. Deferred Anuitas.

Defered anuitas adalah series (anuitas) yang pembayarannya dilakukan pada


akhir setiap interval. Perbedaan antara ordinary anuitas dengan defered anuitas terletak
dalam hal penanaman modal, dimana dalam perhitungan defered anuitas ada masa
tenggang waktu (grace period) yang tidak diperhitungkan bunga.

Illustrasi.
Pemerintah Jepang memberikan pinjaman pada Pemerintah Indonesia sebesar Rp 10
miliar pada tanggal 1 Januari 2000. Dengan persetujuan bersama antara kedua
pemerintah, bunganya mulai diperhitungkan sejak 1 Januari 2005. Ini berarti dari 1
Januari 2000 sampai dengan 1 Januari 2005 adalah merupakan grace period. Persoalan
demikian dalam matematika keuangan disebut dengan defered anuitas. Untuk
menentukan nilai PV dan FV dapat dihitung dengan rumus :
1  (1  i )  n  t
An (da) = R   (1  i )
 i 
 (1  i ) n  1
Sn (da) = R  
 i 
t adalah tenggang waktu yang tidak dihitung bunga.

Contoh :
Seorang petani membuka usaha dalam bidang peternakan dan untuk membiayai usaha
tersebut ia meminjam uang pada bank dengan tingkat bunga 12 % pertahun, dan
dimajemukan setiap kuartal. Pinjaman tersebut harus dikembalikan secara cicilan mulai
pada akhir kuartal ketiga sebesar Rp 400.000, selama 5 kali angsuran. Berapa besar
jumlah pinjaman ?
Diket : R = 400.000 , I = 12/4 = 3 % , n = 5 , t = 2
1  (1  i )  n  t
An (da) = R   (1  i )
 i 
1  (1  0,03) 5  2
An (da) = 400.000   (1  0,03)
 0,03 
= 400.000 ( 4,5797072 ) ( 0,942595909 ) = Rp 1.726.725,308.

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 62


Jumlah PV dari defered anuitas sebenarnya sama dengan jumlah PV dari ordinary
anuitas yang dikalikan dengan nilai discount faktor dari masa tenggang waktu.

1  (1  i )  n 
An = R  
 i 
1  (1  0,03) 5 
A5 = 400.000  
 0,03 
= 400.000 ( 4,5797072 )
= Rp 1.831.882,88

An (da) = An x discount faktor t


= 1.831.882,88 x ( 1 + 0,03 )-2
= 1.831.882,88 ( 0,942595909 )
= Rp 1.726.725,308. lihat pola berikut :

A5 = 1.831.882,88

A7 (da) = 1.726.725

0 1 2 3 4 5 6 7
400 400 400 400 400

tenggang waktu

Nilai PV dari defered anuitas juga sama dengan jumlah PV secara keseluruhan dikurangi
dengan nilai PV dari tenggang waktu sebagai berikut :

An (da) = A7 - A
1  (1  i )  n  1  (1  i )  t 
An (da) = R   - R  
 i   i 
1  (1  0,03) 7
1  (1  0,03) 2 
= 400.000   - 400.000  
 0,03   0,03 
= 400.000 ( 6,230282967 ) – 400.000 ( 1,9134697 )
= 2.492.113,187 - 765.387,88
= Rp 1.726.725,307,-.

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 63


3. Complex Anuity (anuitas kompleks).

Anuitas komplek adalah merupakan sebuah rentetan pembayaran dari sebuah


pinjaman dengan jumlah yang sama pada setiap interval. Perbedaan anuitas komplek
dengan dengan anuitas biasa, terletak pada sistem perhitungan bunga majemuk pada
setiap interval pembayaran.
Dalam anuitas biasa perhitungan bunga majemuk dengan interval pembayaran
mempunyai interval yang sama. Dalam anuitas kompleks antara interval pembayaran
dengan interval bunga majemuk mempunyai interval yang berbeda. Apabila interval
pembayaran dilakukan pada setiap bulan, mungkin dimajemukan pada setiap kuartal
atau sebaliknya apabila interval pembayaran dilakukan setiap kuartal, perhitungan bunga
majemuk dilakukan pada setiap bulan. Lihat pola berkut :

Anuitas Kompleks

Pembayaran 12 x setahun
bln

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
kuartal
k1 k2 k3 k4
dimajemukan 4 kali setahun

Simple Anuitas

Pembayaran 4 x setahun
kuartal

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Bln 1 2 3 4
Dimajemukan 4 x setahun

Seperti terlihat dalam gambar atau pola diatas kompleks anuitas pembayaran dari
sebuah anuitas dilakukan pada setiap bulan dan dimajemukan setiap kuartal. Dalam pola
atau gambar simple anuitas antara pembayaran dan dibungamajemukan mempunyai
interval yang sama yaitu masing-masing pada setiap kuartal (3 bulan). Jika dilihat dari
tanggal pembayaran, kompleks anuitas dapat dibagi atas tiga bagian yaitu :

a. Compleks Ordinary Anuity

Pembayaran anuitas dalam perhitungan complex ordinary anuity dilakukan pada


akhir setiap akhir interval, dimana besar kecilnya anuitas tergantung pada besar kecilnya
pinjaman (principal), tingkat bunga, jangka waktu, dan frekwensi bunga majemukdalam
satu tahun.

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 64


a.1. Present Value.

Untuk menentukan PV dalam complex ordinary anuity adalah :

1  (1  i )  nc   i 
An(c) = R   
  (1  i )  1
c
 i
Dimana c adalah perbandinngan antara frekwensi bunga majemuk dalam satu
tahun dengan frekwensi pembayaran dalam satu tahun. Sebagai ilustrasi, untuk
mendapatkan besaran nilai n, c, dan nc dalam rumus diatas dapat dikuti dalam
bentuk tabel berikut :

Interval Periode Jangka Jumlah Jumlah Jumlah


Pembayaran Bunga Waktu n c nc
Majemuk
1 Kuartal 1 Bulan 3 Tahun 12 3 36
1 Tahun 1 Kuartal 3 Tahun 3 4 12
1 Bulan 1 Kuartal 3 Tahun 36 1/3 12
6 Bulan 1 Kuartal 3 Tahun 6 2 12
1 Kuartal 1 Tahun 3 Tahun 12 ¼ 3
1 Bulan 1 Tahun 3 Tahun 36 1/12 3
1 Bulan 6 Bulan 3 Tahun 3 2 6

Contoh :
Seorang petani merencanakan meminjam uang pada bank untuk membiayai rencana
perluasan usaha dalam sub sektor perikanan. Berdasarkan pada perkiraaan dan
perhitungan benefit, ia mampu mengembalikan pinjaman sebesar Rp 76.015 pada setiap
akhir kuartal selama 2 tahun dengan tingkat bunga pinjaman sebesar 18 % pertahun dan
dimajemukan pada setiap bulan. Berapa besar jumlah kredit yang dapat dipinjam oleh
petani tersebut ?
Diketahui : R = 76.015 , n = 2x4=8 (kuartal) , c= 12/4 =3, nc = 3x8=24
i =18/12 = 1,5 %

1  (1  i )  nc   i 
An(c) = R   
  (1  i )  1
c
 i
1  (1  0,015) 24   0,015 
An(c) = 76.015   
  (1  0,015)  1
3
 0,015
= Rp 76.015 (20,03040537) (0,32838296)
= Rp 499.999,5942 dibulatkan menjadi Rp 500.000,-.

Dari contoh ini dimana interval pembayaran dilakukan pada setiap 3 bulan dan
interval bunga dimajemukan pada setiap bulan. Untuk menyamakan interval
pembayaran dengan interval bunga majemuk dapat dilakukan sebagai berikut :

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 65


 i   0,015 
B = R   B = 76.015   = Rp 24.962,02
 (1  i )  1  (1  0,015)  1
c 3

Rp 24.962,02 adalah cicilan perbulan

Dengan adanya perubahan ini, present value (jumlah pijaman) dapat dihitung
dengan menggunanakan formula simple ordinary anuity dengan cara sebagai berikut :

1  (1  i )  nc 
An = B  
 i 
1  (1  0,015) 24 
A24 = 24.962,02  
 0,015 
= 24.962,02 (20,03040537)
= Rp 500.000,-.

a.2. Jumlah Penerimaan.

Jumlah penerimaan ( Snc) dalam complex ordinary anuity dapat dihitung apabila
PV atau anuitas dari sebuah pinjaman diketahui.Formula yang digunakan adalah sebagai
berikut :
1  (1  i )  nc   i 
Snc = R   
  (1  i )  1
c
 i
Nilai compounding faktor perpangkat nc dapat dilihat dalam lampiran 4 dengan
asumsi nc = n. Perubahan perhitungan dari complek ordinary anuity menjadi simple
ordinary anuity dapat dilakukan dengan jalan yang sama seperti yang dilakukan
sebelumnya. Untuk mengubah nilai Anc dan Snc dalam complek ordinary anuity juga
dapat digunakan rumus :
 (1  r ) n  1 1  (1  r )  n 
Sn = R   dan An = R  
 r   r 
Kembali pada contoh diatas, sebelumnya tingkat bunga majemuk dilakukan pada
setiap bulan dan diubah menjadi 3 bulan untuk menyamakan interval bunga majemuk
dengan interval pembayaran, ini berarti r adalah merupakan perubahan i dari setiap
bulan menjadi setiap 3 bulan (kuartal). Perubahan ini dapat dilakukan dari i perbulan
(1,5%) menjadi i setiap 3 bulan dengan menggunakan compount interest ( 1 + i )n atau (
1 + 1,5 % )3 dengan cara sebagai berikut :
1  (1  i) c  n 
1  (1  r )  n   
Anc = R   = R 
 r  (1  i ) c
 1 
 
 (1  r )  1
n
Snc = R  
 r 

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 66


 (1  0,015) 3 8  1
Snc = 76.015  
 (1  0,015) 3  1 
 
= 76.015 ( 9,4027603 )
= 714.750,82

Present Value
1  (1  i) c  n 
1  (1  r )  n   
Anc = R   = R 
 r  (1  i ) c
 1 
 
1  (1  0,015) 3 8 
1  (1  r )  n   
= R   = 76.015 
 r  (1  0 ,015 ) 3
 1 
 
= 76.015 ( 6,577643808 )
= 499.999,5941 dibulatkan menjadi 500.000,-.

1  (1  r )  n 
Atau Anc = R  
 r 
1  (1  0,0456784 ) 8 
= 76.015 R  
 0,0456784 
= 76.015 ( 6,577643137 )
= 500.000

Dalam perhitungan pertama i perbulan adalah 18 / 12 = 1,5 % dan interval


pembayaran setiap 3 bulan selama 2 tahun, berarti n = 8. Dalam perhitungan kedua i
dihitung setiap 3 bulan berarti r = ( 1+i )3 -1 dimana interval pembayarannya setiap
kuartal terdiri dari 3 bulan, berarti n selama 2 tahun = 24 bulan. Dengan demikian i
perbulan = 1,5 %, i perkuartal = 4,56784 %, dan i pertahun = 19,56182 %, dimana
nominal rate adalah 18 %. Perlu diperhatikan kenaikan i yang dihitung dalam interval
kumulatif adalah sebagai akibat dari effektif rate.

b. Compleks Anuity Due.

Complek anuity due adalah pembayaran yang dilakukan pada setiap awal
interval. Perbedaan antara simple anuity due dengan complek anuity due juga terletak
pada interval bunga, dimana dalam complek anuity due frekwensi bunga majemuk tidak
sama dengan frekwensi pembayaran didalam satu tahun, oleh karena itu dalam
i
perhitungan nilai baik PV dan FV harus dikalikan dengan discount faktor
1  (1  i ) c
sebagai kompensasi, rumus yang digunakan sebagai berikut :

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 67


1  (1  i )  n   i 
Anc = R   c 
 i  1  (1  i ) 
 (1  i ) n  1  i 
Snc = R   c 
 i  1  (1  i ) 

Untuk menghitung tingkat bunga, jangka waktu dan anuitasnya sama dengan
cara menghitung pada complek ordinary anuity.

c. Compleks Deferred

Sistem pembayaran anuitas yang dilakukan dalam complek deferred anuity juga
dilakukan pada setiap akhir interval, seperti akhir bulan, akhir kuartal, akhir setiap 6
bulan, maupun akhir tahun. Perbedaan antara anuitas ini dengan complek anuitas
sebelumnya terletak pada tenggang waktu yang tidak diperhitungkan bunga.

Contoh :
Seorang mahasiswa meminjam uang pada bank sebesar Rp 800.000 dalam rangka
menutupi biaya perkuliahannya. Ia berjanji akan mengembalikan pinjaman tersebut
secara cicilan selama 5 tahun dan pengembalian pinjaman dilakukan setelah 3 tahun dari
meminjam. Bunga diperhitungkan sebesar 12 % pertahun dan dimajemukan setiap 6
bulan sekali. Berapakah besarnya pembayaran yang harus dikembalikan pada bank
setiap akhir tahun ?

Diketahui : Anc = 800.000 , n = 5 , c = 2 / 1 = 2 (bunga dimajemukan dua kali


setahun dan pembayaran setiap tahun) , nc = 2 x 5 = 10 , t = 2 (dilakukan
pembayaran pertama 3 tahun dari meminjam, ini berarti 1 tahun terakhir telah
diperhitungkan bunga karena dalam complek deferred anuity pembayaran dilakukan
pada akhir interval , i = 12 / 2 = 6 % (karena dimajemukan 2 kali setahun). Dan
rumusnya adalah :

1  (1  i )  nc   i  ct
Anc (da) = R    . (1+i)
  (1  i )  1
c
 i

 (1  i ) nc  1  i 
Snc (da) = R   
  (1  i )  1
c
 i

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 68


Karena yang diminta adalah berapa jumlah pembayaran yang harus dikembalikan
pada setiap akhir tahun, maka rumusnya adalah :

 i   (1  i ) c  1 ct
 nc    . (1+i)
R = Anc (da) 
1  (1  i )   i 
 0,06   (1  0,06) 2  1 . 2.2
10    ( 1 + 0,06 )
= 800.000 
1  (1  0 , 06 )  0,06 
= 800.000 ( 0,13586795 ) ( 2,06 ) ( 1,26247696 )∞
= 282.681,70 ( adalah cicilan setiap tahun )

 (1  i ) nc  1  i 
Snc (da) = R   
  (1  i )  1
c
 i
 (1  0,06)10  1  0,06 
= 282.681,70   
  (1  0,06)  1
2
 0,06
= 282.681,70 ( 13,18079494 ) ( 9,485436893 )
= 1.808.723,068 ( total pembayaran ).

4. Anuitas Perpetuitas ( anuitas berlanjut terus / tak terhingga ).

Suatu anuitas yang pembayarannya berlanjut terus disebut perpetuitas


(perpetuity). Nilai masa depan suatu perpetuitas menjadi tak terhingga, karena
pembayaran periodiknya menjadi tak terhingga. Menurut rumus anuitas dapat dituliskan
dalam bentuk rumus sebagai berikut :
1  (1  i )  n 
A = R   Jika pembayaran berlanjut terus artinya n ∞, maka
 i 
nilai sekarang suatu anuitas menjadi :
1  (1  i)   1  0  R
A = R   menjadi = R   maka : A =  
 i   i  i

Contoh :
Hitunglah nilai sekarang, jika pembayaran terus berlanjut sebesar Rp 600.000,-. Dengan
tingkat bunga 6 %.
Jawab :
A = 600.000 / 0,06
= Rp 10.000.000

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 69


BAB VI

DISKONTO TUNGGAL

Pengertian

Diskonto tunggal merupakan selisih dari jumlah sebenarnya yang dibayarkan


dari sejumlah nilai tunai yang ditawarkan, misal nilai tunai Rp 1000, dan jumlah
sebenarnya yang dibayar adalah Rp 950, berarti terdapat selisih nilai yaitu Rp 50, yang
Rp 50 ini disebut dengan diskonto tunggal.
Pembahasan dalam materi diskonto tunggal ini sebenarnya berkaitan dengan
pehitungan bunga tunggal yang telah dibahas pada bab sebelumnya, sehingga dalam
pembahasan diskonto tunggal ada tiga aspek yang akan diuraikan yaitu :
1. Sebagai laju pertambahan bunga.
2. Sebagai laju pertambahan diskonto
3. Nota diskonto

Ad.1. Sebagai laju pertambahan bunga

Nilai tunai (M) dari jumlah A yang dibayar dihari yang berlainan sudah dibahas
pada bab sebelumnya, dapat di interpretasikan sebagai nilai diskonto dari A, maka
D = A – M dinamakan diskonto tunggal dari A pada suatu laju bunga atau diskonto
sebenarnya dari A.
Maka dari :
M
A = menjadi A = M ( 1 + pw ) maka M (nilai tunai) adalah :
1  pw
A
M =
1  pw
Contoh :
Tentukan nilai tunai untuk bunga tunggal 6 % dari Rp 1500 yang harus dibayar dalam 9
bulan. Berapakah diskonto sebenarnya ?.
Jawab :
Diketahui A = 1500 ,p=6% , w = 9 bulan ( 9/12 = 0,75)
Maka dari :
A 1500
M = = = 1500 / 1,045 = Rp 1.435,41
1  pw 1  0,06(0,75)
Rp 1.435,41 adalah nilai tunainya ( M )

D = A -M
= 1500 - 1435,41
= Rp 64,59 adalah diskonto tunggalnya (D).

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 70


Ad.2. Sebagai laju pertambahan diskonto

Laju pertumbuhan diskonto didefinisikan sebagai perbandingan antara diskonto


yang diberikan dalam satu unit waktu ( misal 1 tahun) terhadap sejumlah diskonto yang
diberikan. Laju pertambahan diskonto tahunan dinyatakan sebagai persentase. Diskonto
tunggal juga disebut bank diskonto ( D ) pada jumlah A, untuk waktu (w) tahun. Untuk
laju diskonto P diberikan oleh ( D = A. p. w ) dan nilai tunai dari A diberikan oleh :
M = A - D maka M = A – D = A – A. p. w = A ( 1 – pw ).

Contoh :
Tentukan diskonto tunggal pada hutang Rp 1500 jangka waktu 9 bulan dengan laju
diskonto 6 %. Berapakah nilai tunai dari hutang tersebut ?.
Jawab :
Diketahui : A = 1500 , p= 6 % , w = 9 bulan
D = A pw D = 1500 x 0,06 x 9/12 = Rp 67,50
M = A–D M = 1500 - 67,50 = Rp 1432,50

Ad.3. Sebagai nota diskonto.

Perhitungan nota diskonto berhubungan dengan surat berharga jangka pendek


atau dengan suatu janji kesanggupan membayar (promes) oleh suatu bank kepada pihak
lain. Promes dapat dijual sekali atau beberapa kali sebelum jatuh tempo, setiap pembeli
memberikan diskonto dari nilai akhir promes untuk waktu dari tanggal dijual sampai
waktu jatuh tempo dengan suatu laju diskonto.

Contoh :
Tentukan proses penjualan 5 bulan sebelum waktu pembayaran suatu promes pada
Hartono dimana laju diskonto 8 %.
Lihat surat promes berikut :
Pekanbaru, 1 Januari 2006
Delapan bulan setelah tanggal tersebut bayarkan kepada Marlis atau order uang
sejumlah empat ratus ribu rupiah. Bunga 4 %.
( Amran)

Jawab :

1/1 4/1 1/9

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 71


Besarnya bunga = 400.000 ( 0,04 ) ( 8/12) = Rp 10.666,67
Nilai akhir = 400.000 + 10.666,67 = Rp 410.666,67
Periode diskonto 5 bulan.
Diskonto = 410.666,67 ( 0,08 ) ( 5/12 ) = Rp 13.688,89
Pendapatan = 410.666,67 - 13.688,89 = Rp 396.977,78

Soal dan penyelesaian.

1. Diketahui nilai total dari kupon obligasi Rp 1200, jatuh tempo 1 bulan, uang
bertambah 6 % dengan bunga tunggal. Diminta :
a. Berapakah nilai hari dari kupon obligasi (M)
b. Berapakah diskonto sebenarnya (D)
Jawab :
A = 1200 , p= 6 % , w = 1 bulan A = M(1+pw)
a. M = A / ( 1 + pw ) = 1200 / 1 + (0,06) (1/12) = 1200 / 1,05
= Rp 1.194,03
b. D = A - M
= 1.200 - 1194,03
= Rp 5,97

2. Tentukan nilai pada 1 Mei dari promes Rp 1.500 dibayar 15 Juni, yang bertambah
dengan bunga tunggal 5 %. Berapakah diskonto yang sebenarnya.
Jawab :
Nilai tunai per 1 Mei
Diketahui A = 1500 , p=5 % , w = 45 hari.
M = A / ( 1 + pw )
= 1500 / ( 1 + (0,05) (45/360)
= 1500 / 1,00625
= Rp 1.490,68
Diskonto yang sebenarnya :
D = A - M
= 1.500 - 1.490,68
= Rp 9,32

3. Untuk diskonto tunggal 5 % tentukanlah nilai hari ini dari :


a. Rp 1.000 dalam tempo 1 tahun dari hari ini
b. Rp 1.200 dalam tempo setengah tahun
c. Rp 800 dalam tempo 3 bulan
Jawab :
a. D = A p w D = 1.000 (0,05) (1) D = Rp 50
M = A – D M = 1.000 – 50 D = Rp 950

b. D = A p w D = 1.200 (0,05) (6/12) D = Rp 30


M=A -D M = 1.200 - 30 M = Rp 1.170

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 72


c. D = A p w D = 800 (0,05) (3/12) D = Rp 10
M=A -D M = 800 - 10 M = Rp 790

4. Sebuah bank membebani bunga 6 % (sebagai diskonto tunggal) Jika X


menandatangani promes 5 bulan untuk Rp 2.000. Berapakah jumlah yang diterima
dari bank ?.
Jawab :
A = 2.000 , p = 0,06 , w = 5/12
M = A(1–pw)
= 2.000 ( 1 – (0,06) (5/12) )
= 2.000 (0,975)
= Rp 1.950

5. Berapakah laju bunga tunggal pada problem soal 4 diatas yang dibayar oleh X ?
Jawab :
X membayar Rp 50 untuk bunga 5 bulan atas sejumlah uang Rp 1.950/
Dari B = M p w ,maka : p = B /M.w
P = 50 / 1.950 (5/12) p = 0,06154
Atau laju bunga tunggal = 6,15 % ( P )

6. Tentukan nilai awal dari promes5 bulan dimana X menerima Rp 2.000 dari bank (
soal nomor 4 ).
Jawab :
M = 2.000 , P = 0,06 , w = 5/12
Maka dari M = A ( 1 – pw )
A = M / (1 + pw )
= 2.000 / ( 1 – (0,06) (5/12) )
= 2.000 / 0,975 = Rp 2.051,28

7. Suatu promes untuk 3 bulan Rp 1.000 tertanggal 5 Mei dipotong pada 26 Juni
sebesar 6 %. Tentukan nilai perolehannya.
Jawab :

5/5 26/6 5/8

Tanggal pembayaran pada tanggal 5 Agustus


Nilai jatuh tempo Rp 1.000
Tempo dari diskonto ( 26 Juni s/d 5 Agustus) adalah 40 hari

D =Apw D = 1.000 (0,06) (40/360) D = Rp 6,67 (diskontonya)


M=A -D M = 1.000 - 6,67 M = Rp 993,33 (perolehannya)

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 73


8. Promes 6 bulan sebesar Rp 2.500 dengan bunga 6 % tertanggal 20 Maret
didiskontokan pada 7 Juli sebesar 5 %. Tentukan perolehannya.
Jawab:

20/3 7/7 20/9

Nilai akhir = 2.500 + 2.500 (0,06) (6/12) = Rp 2.575


Tempo diskonto dari 7 Juli s/d 20 September = 75 hari
Perolehan = 2.575 - 2.575 (0,05) (75/360) = Rp 2.548,17

Soal Latihan.

1. Suatu hipotik mempunyai nilai akhir Rp 1.200. Tentukan nilainya 5 bulan sebelum
jatuh tempo, jika uang berkembang 4,5 % (bunga tunggal). Berapakah diskonto
sebenarnya ?.

2. X akan menerima Rp 750 termasuk keuntungan pada 14 Juni. Berapakah nilainya


pada tanggal 30 April, bila uang berkembang 5 % dengan bunga tunggal. Berapakah
diskonto sebenarnya ?

3. Tentukan diskonto tunggal dan nilai tunai dari :


a. Rp 3.500 selama 60 hari dengan laju diskonto 4 %
b. Rp 5.000 selama 90 hari dengan laju diskonto 3,5 %
c. Rp 1.200 selama 4 bulan dengan laju diskonto 5 %
d. Rp 2.500 dari 5 Maret s/d 10 April dengan laju diskonto 6 %
e. Rp 4.000 dari 10 Okto s/d 13 Nopember dengan laju diskonto 5,5 %
f. Rp 3.000 dari 15 Sept s/d 30 Oktober dengan laju diskonto 4,4 %

4. Bank membebankan bunga tunggal 6 % (sebagai diskonto tunggal) untuk hutang


jangka pendek dari :
a. Rp 1.500 untuk 60 hari
b. Rp 1.750 untuk 6 bulan
c. Rp 2.000 untuk 8 bulan
d. Rp 1.000 dari 1 Maret s/d 20 April
e. Rp 2.250 dari 5 Mei s/d 16 Juli
f. Rp 3.000 dari 1 Juni s/d 18 Nopember
Tentukanlah :
1) Jumlah yang diterima oleh peminjam (M)
2) Laju bunga tunggal (P)
3) Nilai awal hutang (A)

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 74


5. Tentukan perolehan dari tiap promes yang didiskonto berikut :

No Nilai awal Tanggal Tempo Laju bunga Tgl diskont Laju diskon
a Rp 2.000 19 April 3 bulan - 31 Mei 6%
b Rp 3.500 5 Juni 4 bulan - 21 Agust 5%
c Rp 1.000 10 Juli 75 hari - 25 Juli 5,5 %
d Rp 4.500 15 Maret 90 hari - 26 Mei 8%
e Rp 3.000 12 Januari 6 bulan 4% 28 April 5%
f Rp 800 9 Februari 45 hari 5% 1 Maret 6,5 %
g Rp 1.200 1 Nopembe 4 bulan 6% 4 Februari 5%

Jawaban latihan soal.

1. M = A/1+pw = 1.200 / 1 + 0,045 ( 5/12)


= 1.200 / 1,01875 = Rp 1.177,91 ( nilai tunai = M)
Diskonto sebenarnya = D
D = A - M
= 1.200 - 1.177,91 = Rp 22,08

2. M = nilai tunai
M =A/1+pw = 750 / 1 + (0,05) (47/360)
= 750 /1,006527778 = Rp 745,13
Diskonto sebenarnya = D
D = A - M
= 750 - 745,13 = Rp 4,87

3. a D = A. p. w
= 3.500 (0,04) (60/360) = Rp 33,23
M = Nilai tunai / hari ini
M = A - D
= 3.500 - 23,33 = Rp 3.476,67

b. D = A. p. w
= 5.000 (0,035) (90/360) = Rp 43,75
M = A - D
= 5.000 - 43,75 = Rp 4.956,25

c. D = A. p. w
= 1.200 (0,05) (4/12) = Rp 20
M = A - D
= 1.200 - 20 = Rp 1.180

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 75


d. D = A. p. w
= 2.500 (0,06) (36/360) = Rp 15
M = A - D
= 2.500 - 15 = Rp 2.485

e. D = A. p. w
= 4.000 (0,055) (34/360) = Rp 20,77
M = A - D
= 4.000 - 20,77 = Rp 3.979,23

f. D = A. p. w
= 3.000 (0,045) (45/360) = Rp 16,87
M = A - D
= 3.000 - 16,87 = Rp 2.983,13

4.a M = A(1–pw)
= 1.500 ( 1 – (0,06) (60/360) ) = 1.500 (0,99) = Rp 1.485
B atau D = A - M
= 1.500 - 1.485 = Rp 15

P = D / M.w = 15 / 1.485 (60/360) = 15 / 247,5 = Rp 6,06 %


A = M/1–pw = 1.500 / 1 – (0,06)(60/360) = 1.500 / 0,99 = Rp 1.515

b M = A(1–pw)
= 1.750 ( 1 – (0,06) (6/12) ) = 1.750 (0,97) = Rp 1.697,5
D = A - M
= 1.750 - 1.697,5 = Rp 52,5

P = D / M.w = 52,5 / 1.697,5 (6/12) = 52,5 / 848,75 = Rp 6,18 %


A = M / 1 – p w = 1.750 / 1 – (0,06)(6/12) = 1.750 / 0,97 = Rp 1.804,12

f M = A(1–pw)
= 3.000 ( 1 – (0,06) (171/360) ) = 3.000 (0,9715) = Rp 2.914,15
D = A - M
= 3.000 - 2.914,5 = Rp 85,5

P = D / M.w = 85,5 / 2.914,5 (171/360) = 85,5 / 1.384,39 = Rp 6,2 %


A = M / 1 – p w = 3.000 / 1 – (0,06)(171/360) = 1.500 / 0,9715 = Rp 3.088

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 76


5.a
19/4 31/5 18/7

di diskonto
Tanggal pembayaran pada tanggal : 18 Juli
Nilai jatuh tempo : Rp 2.000
Tempo dari diskonto ( 31 Mei s/d 18 Juli) adalah 49 hari

D =Apw D = 2.000 (0,06) (49/360) D = Rp 16,33 (diskontonya)


M=A -D M = 2.000 - 16,33 M = Rp 1.983,67 (perolehannya)

5.e

12/1 28/4 12/7

Nilai akhir = 3.000 + 3.000 (0,04) (6/12) = Rp 3.060


Tempo diskonto dari 28/4 s/d 12/7 = 75 hari
Perolehan = 3.060 - 3.060 (0,05) (75/360) = Rp 3.028,125

----------

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 77


BAB VII

PEMBAYARAN CICILAN

Perhitungan pembayaran cicilan yang akan dibahas dalam sajian materi pada bab
ini adalah pembayaran cicilan pada obligasi-obligasi keuangan. Suatu obligasi finansial
sering diselesaikan pembayarannya oleh suatu deret pembayaran cicilan sebatas waktu
dari obligasi yang harus dibayar pada tanggal jatuh temponya. Persoalannya adalah
bagaimana mencari jumlah dari tanggal ke tanggal jika suatu himpunan pembayaran
cicilan dibuat. Metode yang dapat digunakan untuk menyelesaikannya adalah :
a. Merchant‟s Rule
b. United States Rule

Ad.a. Merchant’s Rule.

Pada perhitungan metode ini bunga dihitung pada hutang sebenarnya dan setiap
pembayaran angsuran jatuh pada tanggal yang ditentukan. Jumlah yang diharapkan pada
jatuh temponya adalah merupakan perbedaan antara jumlah dari seluruh hutang dengan
jumlah dari semua pembayaran cicilan.

Contoh :
Suatu hutang sebesar Rp 5.000 diselesaikan dengan bunga 5 % dalam batas waktu 1
tahun. Debitur membayar Rp 800 dalam 5 bulan dan Rp 1.000 dalam 9 bulan. Tentukan
neraca pembayaran pada jatuh temponya ?.

Jawab :
Bunga tunggal dihitung terhadap hutang sebenarnya dari Rp 5.000 untuk 1 tahun, pada
pembayaran cicilan pertama ( Rp 800 ) untuk 12 – 5 = 7 bulan dan pada pembayaran
kedua ( Rp 1.000 ) untuk 12 – 9 = 3 bulan.
Hutang sebenarnya = Rp 5.000
Bunga untuk 1 tahun ( 0,05 x Rp 5.000 ) = Rp 250
Total = Rp 5.250

Pembayaran cicilan pertama = Rp 800


Bunga untuk 7 bulan { 800 (0,05) (7/12) } = Rp 23,33
Pembayaran cicilan kedua = Rp 1.000
Bunga untuk 3 bulan { 1.000 (0,05)(3/12) } = Rp 12,50
Jumlah akumulasi = Rp 1.835,83

Demikian saldo pembayaran pada tanggal jatuh tempo adalah Rp 5.250 – Rp 1.835,83 =
Rp 3.414,17.

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 78


Cara kedua :
Dalam persamaan nilai dengan akhir 1 tahun sebagai jatuh tempo yaitu :

Rp 800 Rp 1.000

0 5 9 12

3/12
7/12

X + Rp 800 { 1 + (0,05)(7/12) } + 1.000 { 1 + (0,05)(3/12) } = Rp 5.000 { 1+(0,05)(1) }


X + Rp 823,33 + Rp 1.012,5 = 5.250
X = Rp 5.250 – 1.835,83
X = Rp 3.414,17.

Ad.b. United States Rule.

Pada perhitungan metode ini bunga dihitung terhadapsisa yang belum terbayar
dari hutang setiap saat pembayaran cicilan dilakukan, dengan ketentuan :
a. Jika pembayaran lebih besar dari bunga yang harus dibayar, perbedaan ini digunakan
untuk mengurangi hutang.
b. Jika pembayaran lebih kecil dari bunga yang harus dibayar, pembayaran dilakukan
tanpa bunga sampai pembayaran cicilan yang dilakukan mempunyai jumlah yang
cukup untuk menutupi bunga yang harus dibayar pada waktu itu.

Dengan memakai contoh soal diatas :

Suatu hutang sebesar Rp 5.000 diselesaikan dengan bunga 5 % dalam batas waktu 1
tahun. Debitur membayar Rp 800 dalam 5 bulan dan Rp 1.000 dalam 9 bulan. Tentukan
neraca pembayaran pada jatuh temponya ?.
Jawab :
Hutang sebenarnya = Rp 5.000
Bunga untuk 5 bulan ( 5.000 (0,05)(5/12) = Rp 104,16
Jumlah yang harus dibayar setelah 5 bulan = Rp 5.104,16
Pembayaran cicilan ke I = Rp 800
Saldo setelah 5 bulan = Rp 4.304,16
Bunga untuk 4 bulan (4.304,16 (0,05)(4/12) = Rp 71,74
Jumlah yang harus dibayar setelah 9 bulan = Rp 4.375,90
Pembayaran cicilan ke II = Rp 1.000
Saldo hutang setelah 9 bulan = Rp 3.375,90
Bunga untuk 3 bulan (3.375,90 (0,05)(3/12) = Rp 42,20
Jumlah yang dibayar pada jatuh tempo = Rp 3.418,10

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 79


Pembelian Angsuran ( beli sewa ).

Model perhitungan dalam pembelian sewa dimana sipembeli membayar


sejumlah uang muka untuk suatu harga yang telah disetujui dan membuat sejumlah
pembayaran cicilan baik perminggu, atau perbulan.
Contoh :
Sebuah TV dihargai Rp 600.000 dijual dengan uang muka sebesar Rp 100.000 dan
cicilan 10 bulan dengan tiap cicilan Rp 50.000 ditambah dengan bunga tunggal sebesar 6
% dari sisa hutang yang belum dibayar. Berapa jumlah total yang harus dilunasi oleh
sipembeli ?.
Jawab :
- Setelah pembayaran uang muka, sisa hutang adalah 600.000 – 100.000 = 500.000
- Pembayaran bulan ke I
Rp 50.000 + Rp 500.000 (0,06)(1/12) = Rp 52.500
Sisa hutang adalah :
Rp 500.000 – Rp 50.000 = Rp 450.000
- Pembayaran cicilan bulan ke II
Rp 50.000 + Rp 450.000 (0,06)(1/12) = Rp 52.250
Sisa hutang adalah :
Rp 450.000 – Rp 50.000 = Rp 400.000
- Pembayaran bulan ke III
Rp 50.000 + Rp 400.000 (0,06)(1/12) = Rp 52.000
Sisa hutang adalah :
Rp 400.000 – Rp 50.000 = Rp 350.000
- Pembayaran cicilan bulan ke IV
Rp 50.000 + Rp 350.000 (0,06)(1/12) = Rp 51.750
Sisa hutang adalah :
Rp 350.000 – Rp 50.000 = Rp 300.000
- Pembayaran bulan ke V
Rp 50.000 + Rp 300.000 (0,06)(1/12) = Rp 51.500
Sisa hutang adalah :
Rp 300.000 – Rp 50.000 = Rp 250.000
- Pembayaran cicilan bulan ke VI
Rp 50.000 + Rp 250.000 (0,06)(1/12) = Rp 51.250
Sisa hutang adalah :
Rp 250.000 – Rp 50.000 = Rp 200.000
- Pembayaran bulan ke VII
Rp 50.000 + Rp 200.000 (0,06)(1/12) = Rp 51.000
Sisa hutang adalah :
Rp 200.000 – Rp 50.000 = Rp 150.000
- Pembayaran cicilan bulan ke VIII
Rp 50.000 + Rp 150.000 (0,06)(1/12) = Rp 50.750
Sisa hutang adalah :
Rp 150.000 – Rp 50.000 = Rp 100.000

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 80


- Pembayaran bulan ke IX
Rp 50.000 + Rp 100.000 (0,06)(1/12) = Rp 50.500
Sisa hutang adalah :
Rp 100.000 – Rp 50.000 = Rp 50.000
- Pembayaran cicilan bulan ke X
Rp 50.000 + Rp 50.000 (0,06)(1/12) = Rp 50.250
Sisa hutang adalah :
Rp 50.000 – Rp 50.000 = Rp 0.

Jumlah total yang harus dilunasi oleh sipembeli TV yang bersangkutan adalah :

A = 100.000 + ( 52.500 + 52.250 + 52.000 + 51.750 + 51.500 + 51.250 + 51.000 +


50.750 + 50.500 + 50.250 )

A = 100.000 + 513.750
A = Rp 613.750

Adalah merupakan jumlah dari deret aritmetik untuk 10 suku. Jadi pembeli
mebayar Rp 613.750 – Rp 600.000 = Rp 13.750 sebagai balas jasa dengan mebyara
kontan pada waktu tanggal pembayaran.
Sering jumlah yang harus dibayar tidak penuh pada waktu pembelian
ditambahkan pada sisa yang belum dibayar pada hari itu dan jumlah ini dibayar secara
mingguan atau bulanan.
Contoh :
Sebuah radio dijual tunai seharga Rp 63.000 atau dengan uang muka Rp 8.000 dan
sisanya dibayar dalam 12 minggu sebesar Rp 5.000 tiap pembayaran perminggu. Disini
sisa pembayaran Rp 63.000 – Rp 8.000 = Rp 55.000. Dan sisa pembayaran ( 12 x Rp
5.000 ) – Rp 55.000 = Rp 5.000 pada akhir jatuh tempo.

Rumus Residu / Rumus Dagang.

Persoalan untuk menentukan laju bunga dalam suatu transaksi telah dibahas
dalam pembahasan bunga, anuitas, dan diskonto, disini diperkenalkan dengan sejumlah
bentuk-bentuk sederhana dimana digunakan untuk pendekatan dari laju bunga. Dalam
persoalan anggap suatu pembayaran cicilan ( R )digunakan untuk membayar sisa hutang
( B ) dan beban bunga ( I ), tentukan laju bunga, laju bunga dalam rumus dagang dapat
ditentukan dengan rumus :
2MI
r =
B(n  1)  I (n  1)
dimana :
n = jumlah pembayaran, diluar uang muka
M = jumlah pembayaran dalam satu tahun
r = rata-rata bunga tahunan
R = pembayaran untuk satu periode pembayaran

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 81


B = saldo yang belum dibayar = harga kas – uang muka
I = Rn – B = beban bunga.

Contoh :
Sebuah TV dijual Rp 349.950 dengan tunai. Tetapi dapat dibayar Rp 49.950 sebagai
uang muka dan cicilan 10 bulan dengan pembayaran tiap bulan Rp 35.000. Tentukan %
beban bunga.
Jawab :
n = 10 , M = 12 , R = 35.000 , B = 349.950 – 49.950 = 300.000
I =Rn -B
= 35.000 (10) – 300.000 = Rp 50.000.

2MI
r =
B(n  1)  I (n  1)
2(12)(50.000)
= = 1.200.000 / 2.850.000 = 0,421
300.000(10  1)  50.000(10  1)
= 42,1 %

Rumus Pembanding Tetap

Dengan anggapan bahwa tiap pembayaran R terdiri dari pembayaran kembali


sisa hutang dan beban bunga, dalam hal yang sama sebagai hutang sebenarnya B
ditambah beban bunga I, dapat ditentukan dengan rumus :
2 MI
r =
B (n  1)
dengan menggunakan soal diatas, dapat ditentukan r dengan rumus :
2 MI 2(12)(50.000)
r = =
B (n  1) 300.000(10  1)

= 1.200.000 / 3.300.000 = 0,364 atau 36,4 %

Rumus Pembayaran Seri

Dengan anggapan bahwa jumlah dari nilai tunai pada tanggal pembelian dari
suatu barisan / sederajat pembayaran R dengan diskonto sederhana (tunggal) d % untuk
sisa pembayaran B, dapat ditentukan dengan rumus :

2MI
d =
Rn(n  1)

dengan menggunakan soal diatas, dapat ditentukan :

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 82


2(12)(50.000)
d = = 1.200.000 / 3.850.000 = 0,3116 = 31,2 %
35.000(10)(10  1)

Rumus Pembanding Langsung

Adalah suatu rumus yang lebih teliti dari rumus sebelumnya.


6 MI
r = dengan tetap menggunakan soal diatas, maka dapat
3B(n  1)  I (n  1)
ditentukan nilai r sebagai berikut :

6(12)(50.000)
r = = 0,3478 = 34,8 %
3(300.000)(10  1)  50.000(10  1)

Soal dan penyelesaian

1. Pada tanggal 1 Juni 2006 si A meminjam uang Rp 5.000 dengan bunga 6 %. Ia


membayar Rp 2.000 pada tanggal 15 Juli 2006, Rp 40 pada tanggal 20 Oktober
2006, Rp 2.500 pada tanggal 25 Januari 2007. Tentukan jumlah yang harus dibayar
pada 15 Maret 2007 :
a. Dengan Hukum Merchan‟t
b. Dengan United States Rule
Jawab :
a. Dari perhitungan pada garis waktu, dengan 15 Maret 2007 sebagai hari valuta
dan X jumlah yang diharap :

287 hari

5.000

1/6-06 15/7-06 20/10-06 25/1-07 15/3-07


2.000 40 2.500
49 hari

146 hari

243 hari

X + 2.500 { 1 + (0,06) (49/360) } + 40 { 1 + (0,06)(146/360) } + 2.000 { 1 +


(0,06)(243/360) } = { 5.000 ( 1 + 0,06 (287/360) }
X + 2.520,42 + 40,97 + 2.081,00 = 5.239,17
X = 5.239,17 - 4.642,39 = Rp 596,78.

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 83


b. Hutang pada 1 Juni 2006 = Rp 5.000
Bunga ( 1/6 s/d 15 /7 ) = 5.000 (0,06)(44/360) = Rp 36,67
Jumlah sampai 15 Juli 2006 = Rp 5.036,67
Pembayaran pada 15 Juli 2006 = Rp 2.000,00
Sisa sampai 15 Juli 2006 = Rp 3.036,67
Bunga dari 15 Juli s/d 20 Oktober 2006 ( 97 hari )
adalah = 3.036,67 (0,06)(97/360) = Rp 49,09. Pembayaran
pada 20 Oktober 2006 hanya Rp 40 berarti lebih kecil dari
beban bunga, jadi dihitung tanpa bunga.
Bunga dari 15 Juli s/d 25 Januari 2007 (194 hari)
adalah = 3.036,67 (0,06)(194/360) = Rp 98,19
Jumlah sampai 25 Januari 2007 = Rp 3.134,86
Pembayaran Rp 40 dan Rp 2.500 = Rp 2.540,00
Sisa pada 25 Januari 2007 = Rp 594,86
Bunga dari 25 Januari s/d 15 Maret 2007 (49 hari)
adalah = 594,86 (0,06)(49/360) = Rp 4,86
Jumlah yang dibayar sampai 15 Maret 2007 = Rp 599,72

2. Sebuah mobil bekas dioperkan dengan harga Rp 600.000 tunai atau uang muka Rp
100.000 dan sisanya dibayar 9 bulan dengan tiap pembayaran Rp 60.000. Taksirlah
laju bunga dengan menggunakan :
a. Rumus dagang
b. Rumus pembanding tetap
c. Rumus pembanding langsung
d. Rumus pembanding seri

Jawab :
Diketahui : n = 9 , R = 60.000 , B = 600.000 – 100.000 = 500.000
I = Rn - B
= 60.000 (9) – 500.000 = 40.000

2MI
a. r =
B(n  1)  I (n  1)

2(12)(40.000)
= = 960.000 / 4.680.000 = 0,2051
500.000(9  1)  40.000(9  1)

= 20,51 %

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 84


2 MI 2(12)(40.000)
b. r = =
B (n  1) 500.000(10  1)

= 960.000 / 5.000.000 = 0,192 atau 19,2 %

6 MI
c. r =
3B(n  1)  I (n  1)

6(12)(40.000)
r = = 0,188 = 18,8 %
3(500.000)(9  1)  40.000(9  1)

2MI
d. d =
Rn(n  1)

2(12)(40.000)
d = = 960.000 / 5.400.000 = 0,1777 = 17,8 %
60.000(9)(9  1)

3. Perusahaan simpan pinjam menetapkan bunga 2 % untuk pinjaman lebih kecil dari
Rp 500.000. Dengan menggunakan rumus pembandingan langsung, tentukan laju
beban bunga untuk pinjaman Rp 5.000.000 bila dibayar dalam 24 bulan secara
cicilan.
Jawab :
Bila n = 24 , M = 12 , B = 500.000 , I = 500.000 (0,02) (24) = 240.000

6 MI
r =
3B(n  1)  I (n  1)

6(12)(240.000)
r =
3(500.000)(24  1)  240.000(24  1)

= 17.280.000 / 43.020.000 = 0,4016 = 40,16 %.

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 85


BAB VIII

PENYUSUTAN

Untuk menjaga kontinuitas kegiatan usaha dari proyek atau usaha yang
direncanakan perlu dihitung besarnya biaya penyusutan pada setiap tahun. Sebuah
perusahaan yang sehat pada umumnya mempunyai cadangan penyusutan / depresiasi
untuk menjaga kontinuitas dari kegiatan usaha disamping menjaga kualitas produk serta
untuk memudahkan dalam mengikuti perubahan aset dengan adanya perubahan
tehnologi.
Dana penyusutan adalah biaya yang dibebanan pada konsumen melalui
perhitungan biaya-biaya atau harga pokok produksi. Dengan demikian layaknya dari
sebuah studi kelayakan bisnis, sebenarnya telah diperhitungkan dana penyusutan sebagai
pengganti dari aset yang tidak ekonomis lagi. Dilain pihak penyusutan dianggap sebagai
laba dalam perhitungan rugi laba karena dana yang disisihkan sebenarnya merupakan
penerimaan perusahaan yang dapat digunakan pada berbagai kepentingan.
Jenis investasi yang perlu disusut terdiri dari mesin, bangunan / gedung dan
peralatan lainnya yang memerlukan penggantian pada suatu masa sebagai akibat dari
pemakaian. Besar kecilnya biaya penyusutan dari pada aset tergantug harga aset, umur
ekonomis, metode yang digunakan dalam penyusutan. Metode penyusutan pada
umumnya dapat dikelompokkan dalam 4 bagian yaitu :

1. Metode rata-rata, metode dapat dikelompokan lagi yaitu ;


a. Metode garis lurus (straight line method
b. Metode jam kerja mesin
c. Metode unit produksi
2. Metode bunga majemuk, meliputi ;
a. Metode anuitas
b. Metode penyisihan dana (sinking fund method)
3. Metode penurunan, mencakup ;
a. Metode jumlah angka tahunan
b. Metode persentase
4. Metode penyusutan gabungan.

Perusahaan berskala kecil lebih umum menggunakan metode rata-rata, sedangkan


perusahaan berskala besar umumnya menggunakan metode bunga majemuk.

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 86


1) Metode rata-rata.

a. Metode garis lurus.

Contoh :

Pimpinan sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang pengangkutan membeli


sebuah bus dengan harga Rp 80 juta. Berdasarkan pengalaman sebagai pimpinan
perusahaan, bus ini dapat beroperasi secara ekonomis selama 5 tahun dan pada akhir
tahun kelima masih dapat dijual dengan harga Rp 25 juta (scrapvalue). Berapakah
jumlah penyusutan yang harus dilakukan pada setiap akhir tahun selama 5 tahun dan
susunlah jadwal penyusutannya.

Dengan menggunakan metode garis lurus (straight line method), maka penyusutan dapat
ditentukan sebagai berikut :
P = B–S/n
dimana :
P = jumlah penyusutan pertahun
B = harga beli aset (original cost)
S = nilai sisa ( scrap / residual / solvage value )
n = umur ekonomis aset

Jawab :
P = B–S/n
= Rp 80.000.000 - Rp 25.000.000 / 5 = Rp 11.000.000
Total penyusutan sampai tahun ke 5 adalah
= Rp 11.000.000 x 5 = Rp 55.000.000
Ditambah nilai sisa = Rp 25.000.000
= Rp 80.000.000
Berdasarkan cadangan dana ini pimpinan perusahaan pada akhir tahun ke 5 dapat
mengganti bus lama dengan bus baru dari penggunaan dana penyusutan ini. Bila
penyusutan 1 tahun sebesar Rp 11.000.000, maka :
Penyusutan perbulan adalah = Rp 11.000.000 : 12 = Rp 916.666,67
Penyusutan per hari adalah = Rp 916.666,67 : 30 = Rp 30.555,55
Jika bus dalam satu hari dapat mengangkut penumpang sebanyak 80 orang (rata-
rata perhari), maka beban penyusutan pada setiap tiket yang dijual diperhitungkan
sebesar Rp 30.555,55 : 80 = Rp 382,-. Ini berarti perlembar tiket yang dijual kepada
konsumen dibebankan penyusutan sebesar Rp 382.

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 87


Jadwal penyusutan tahunan dari bus.

Akhir tahun Penyusutan tahunan Kumulatif Nilai buku


0 80.000.000
1 11.000.000 11.000.000 69.000.000
2 11.000.000 22.000.000 58.000.000
3 11.000.000 33.000.000 47.000.000
4 11.000.000 44.000.000 36.000.000
5 11.000.000 55.000.000 25.000.000

b. Metode jam kerja mesin (service hours method ).

Penyusutan yang dihitung berdasarkan jumlah jam kerja mesin, didasarkan pada
jumlah jam kerja yang digunakan dalam tahun yang bersangkutan. Penyusutan ini dapat
dihitung dengan rumus :
J = B–S/E
dimana :
J = jumlah penyusutan per jam
B = original cost
S = solvage value
n = jam kerja efektif
Jawab :
J = B–S/E
= 10.000.000 - 2.000.000 / 80.000 = Rp 100
Jumlah penyusutan tahunan (J) tergantung pada jumlah jam kerja mesin yang digunakan
pada setiap tahun. Besar kecilnya jumlah jam kerja mesin dalam satu tahun tergantung
rencana produksi yang direncanakan setiap tahun terhadap produk yang dihasilkan. Bila
produk yang dihasilkan belum dikenal oleh konsumen rencana produksi pada tahun
pertama relatif lebih kecil dari tahun-tahun berikutnya, berikut merupakan contoh
perencanaan produksi terhadap produk yang belum dikenal sebagai berikut :
Rencana produksi tahun I = 10 % = 8.000 jam
II = 15 % = 12.000 jam
III = 20 % = 16.000 jam
IV = 25 % = 20.000 jam
V = 30 % = 24.000 jam
= 100 % = 80.000 jam
Setelah diketahui rencana pemakaian jam mesin maka dapat ditentukan
penyusutannya yaitu :
Tahun I = 8.000 jam x Rp 100 = Rp 800.000
II = 12.000 jam x Rp 100 = Rp 1.200.000
III = 16.000 jam x Rp 100 = Rp 1.600.000
IV = 20.000 jam x Rp 100 = Rp 2.000.000
V = 24.000 jam x Rp 100 = Rp 2.400.000

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 88


Jadwal penyusutan

Akhir tahun Penyusutan tahunan Kumulatif Nilai buku


0 10.000.000
1 800.000 800.000 9.200.000
2 1.200.000 2.000.000 8.000.000
3 1.600.000 3.600.000 6.400.000
4 2.000.000 5.600.000 4.400.000
5 2.400.000 8.000.000 2.000.000

c. Metode jumlah produk (product unit method).

Penyusutan dalam metode ini dihitung berdasarkan jumlah produksi yang


dihasilkan sama dengan penyusutan yang menggunakan metode jam kerja mesin. Dalam
metode ini digunakan rumus :
P = B–S/U
Dimana :
P = penyusutan
B = harga beli awal (original cost)
S = nilai sisa
U = jumlah unit produksi
Contoh :
Bila mesin A dapat memproduksi sebanyak 100.000 unit selama umur ekonomis mesin,
original cost Rp 10.000.000,-. Nilai sisa Rp 2.000.000, waktu 5 tahun. Tentukan jumlah
penyusutan menurut metode jumlah produk.
Jawab :
P = B–S/U
= 10.000.000 - 2.000.000 / 100.000 = Rp 80
Bila rencana produksi (unit)
Tahun I = 25.000 unit x Rp 80 = Rp 2.000.000
II = 25.000 unit x Rp 80 = Rp 2.000.000
III = 20.000 unit x Rp 80 = Rp 1.600.000
IV = 15.000 unit x Rp 80 = Rp 1.200.000
V = 15.000 unit x Rp 80 = Rp 1.200.000
= 100.000 unit = Rp 8.000.000
Jadwal penyusutan

Akhir tahun Penyusutan tahunan Kumulatif Nilai buku


0 10.000.000
1 2.000.000 2.000.000 8.000.000
2 2.000.000 4.000.000 6.000.000
3 1.600.000 5.600.000 4.400.000
4 1.200.000 6.800.000 3.200.000
5 1.200.000 8.000.000 2.000.000

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 89


2) Metode bunga majemuk (compound interest method)

Penyusutan yang dilakukan dengan menggunakan metode bunga majemuk


didasarkan pada tingkat bunga yang berlaku dalam masyarakat disebut “oppurtunity cost
of capital” yang disingkat dengan OCC. Metode penyusutan yang didasarkan pada
bunga majemuk dilakukan dengan dua cara yaitu :

a. Metode anuitas.
Metode anuitas sebenarnya identik dengan perhitungan anuitas yang didasarkan pada
nilai aset atau original cost sebagai present value.
Contoh :
Harga beli sebuah mesin Rp 50 juta dengan nilai sisa diperkirakan Rp 10.000.000.
Umur ekonomis aset selama 5 tahun. Tingkat bunga efektif diperhitungkan sebesar
18 % pertahun. Tentukanlah ; besar penyusutan dan buat jadwal penyusutan.
Jawab :
Diketahui ; original cost = B = Rp 50 juta , nilai sisa = Rp 10 juta , n= 5 tahun dan
r = 18 %.
Penyusutan dapat dihitung dengan : P = S ( 1 + r )-n
P = S ( 1 + r )-n
= 10.000.000 ( 1 + 0,18 )-5
= 10.000.000 ( 0,437109216 )
= Rp 4.371.092
Nilai mesin yang disusut :
An = B - P
= 50.000.000 - 4.371.092 = Rp 45.628.908.
Setelah jumlah penyusutan diketahui sebesar Rp 4.371.092 dan nilai mesin yang
disusut sebesar Rp 45.628.908, maka dapat ditentukan jumlah penyusutan pertahun (
R ) dengan rumus :
1  (1  i )  n   i 
An = R   diubah menjadi R = An  n 
 i  1  (1  i ) 

 i 
R = An  n 
1  (1  i ) 

 0,18 
= 45.628.908  5 
1  (1  0,18) 

= 45.628.908 ( 0,319777842 )

= Rp 14.591.113,74 ( jumlah penyusutan tahunan / pertahun )

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 90


Tabel penyusutan model anuitas

Tahun Penyusutan Bunga Penyusutan Penyusutan Nilai


per tahun 18 % Bersih Kumulatif Sisa
( 6 x 18 %) (2-3) (5+4) (6-4)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
0 50.000.000
1 14.591.113,74 9.000.000 5.591.113,74 5.591.113,74 44.408.886,26
2 14.591.113,74 7.993.599,53 6.597.514,21 12.188.627,95 37.811.372,05
3 14.591.113,74 6.806.046,97 7.785.066,77 19.973.694,72 30.030.310,17
4 14.591.113,74 5.405.455,83 9.185.657,9 29.159.352,64 20.844.652,27
5 14.591.113,74 3.752.037,41 10.839.928 40.000.000 10.000.000

Jumlah 72.955.568,70 32.957.139,73 40.000.000,00

Seperti terlihat pada tabel diatas jumlah penyusutan bersih selama 5 tahun adalah Rp
40.000.000 dan nilai sisa aset sebesar Rp 10.000.000 sehingga nilai depresiasi
ditambah nilai sisa pada akhir tahun ke 5 sebesar Rp 50.000.000,-. Untuk mengatasi
kenaikan harga dalam pergantian aset baru sebagai akibat inflasi telah dicadangkan
dana sebesar Rp 32.957.139,73

b. Metode penyisihan dana ( sinking fund method)

Penyusutan yang dilakukan dengan metode penyisihan dana merupakan deposito


yang dilakukan oleh pemilik perusahaan pada setiap akhir tahun pada bank. Besar
kecilnya deposito yang dilakukan tergantung pada besar kecilnya nilai aset, tingkat
bunga dan umur ekonomis dari aset itu sendiri.
Contoh :
Harga beli sebuah mesin Rp 50 juta dengan nilai sisa diperkirakan Rp 10.000.000.
Umur ekonomis aset selama 5 tahun. Tingkat bunga efektif diperhitungkan sebesar
18 % pertahun.
Jawab :
Diketahui ; original cost = B = Rp 50 juta , nilai sisa = Rp 10 juta , n= 5 tahun dan
r = 18 %. Sn = ? , R = ?
Sn = B - S
= 50.000.000 - 10.000.000
= Rp 40.000.000,-.
 i 
R = Sn  
 (1  i )  1
n

 0,18 
= 40.000.000  
 (1  0,18)  1
5

= 40.000.000 ( 0,139777841 )
= Rp 5.591.113,-.
Dengan demikian penyusutan setiap akhir tahun dilakukan sebesar Rp 5.591.113,-.

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 91


Tabel penyusutan metode penyisihan dana

Tahun Penyusutan Bunga Penyusutan Jumlah Nilai


per tahun 18 % Bersih Deposito Sisa
( 4 x 18 %) (1+2) (4+3) (5-3)
(0) (1) (2) (3) (4) (5)
0 50.000.000
1 5.591.113 0 5.591.113 5.591.113 44.408.887
2 5.591.113 1.006.400 6.597.513 12.188.626 37.811.374
3 5.591.113 2.193.953 7.785.066 19.973.692 30.026.308
4 5.591.113 3.595.267 9.186.380 29.160.073 20.839.928
5 5.591.113 5.248.814 10.839.928 40.000.000 10.000.000

Jumlah 27.955.564 12.044.436 40.000.000,00

Jadi jumlah dana yang disetorkan selama 5 tahun sebesar Rp 27.955.564 dengan
jumlah bunga dari setoran selama 5 tahun sebesar Rp 12.044.436, sehingga jumlah
dana pada akhir tahun kelima sebesar Rp 40.000.000, dan nilai sisa Rp 10.000.000,-.
Dengan jumlah penyusutan tadi ditambah nilai sisa maka dapat dibelikan lagi mesin
baru.

3) Metode penurunan.

Metode penurunan adalah jumlah penyusutan yang dilakukan setiap tahun pada aset
yang mengalami penurunan dari tahun ke tahun sesuai dengan aset yang makin lama
makin tua / aus. Metode ini dapat dibagi dalam beberapa jenis yaitu :

a. Metode jumlah angka tahunan (sum of years digit method)


Jumlah dana penyusutan yang harus dikeluarkan pada setiap tahun didasarkan pada
jumlah angka tahunan dari umur ekonomis aset. Biaya penyusutan dilakukan secara
berkala yang mana akan menurunkan secara tetap sepanjang umur aktiva tersebut
karena angka pecahan yang dikalikan harga perolehan dikurangi taksiran nilai sisa
semakin kecil. Angka pembagi dari pecahan tersebut adalah tetap yaitu jumlah angka
yang menunjukan umur aktiva setiap tahun.
Contoh :
Diketahui harga beli / harga perlehan/ original cost Rp 10.000.000,-. Nilai sisa
adalah Rp 2.000.000, dan umur ekonomis dari aset itu 5 tahun. Hitunglah
penyusutan dengan metode jumlah angka tahunan.

Jika jumlah angka tahunan : 5 tahun = 5+4+3+2+1


= 15

Jika jumlah angka tahunan : 10 tahun = 10 + 9 + 8 + 7 + 6 + 5 + 4 + 3 + 2 + 1


= 55

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 92


Cara lain untuk menentukan jumlah angka tahunan adalah dengan menggunakan
rumus :

 n  1
S = n  
 2 
Dimana :
S = jumlah angka tahunan
n = periode / tahun

Jika n = 5, maka S adalah jika n = 10, maka S adalah :

 5  1 10  1
S = 5   = 15 S = 10  2  = 55
 2   
Dengan demikian nilai aset yang disusut pada soal diatas dapat dihitung dengan cara:

Nacc = OC - SV Nacc = nilai aset yang disusut


OC = original cost / harga beli
SV = Solvage value / nilai sisa

Jadi penyusutannya adalah :

Nacc = Rp 10.000.000 - Rp 2.000.000


= Rp 8.000.000,-.

Penyusutan setiap tahun adalah :


Tahun 1 = 5/15 x Rp 8.000.000 = 2.666.667
2 = 4/15 x Rp 8.000.000 = 3.133.333
3 = 3/15 x Rp 8.000.000 = 1.600.000
4 = 2/15 x Rp 8.000.000 = 1.066.667
5 = 1/15 x Rp 8.000.000 = 533.333
= Rp 8.000.000

Penyusutan yang didasarkan pada metode jumlah angka tahunan yang tersebut diatas
dapat dilihat dalam tabel berikut :

Akhir tahun Penyusutan tahunan Kumulatif Nilai buku


0 10.000.000
1 2.666.667 2.666.667 8.333.333
2 2.133.333 4.800.000 5.200.000
3 1.600.000 6.400.000 3.600.000
4 1.066.667 7.466.667 2.533.333
5 533.333 8.000.000 2.000.000

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 93


b. Metode persentase, yang terdiri dari :

- Metode penyusutan persentase rata-rata.


Metode penyusutan persentase rata-rata disebut juga metode :
Metode 2 x straight line
Metode saldo menurun ( declining balance method ).
Untuk metode ini pembebanan biaya penyusutan dilakukan secara berkala yang
mana setiap tahunnya semakin menurun sepanjang umur taksiran dari aktiva
tersebut. Untuk menghitung biaya penyusutan dimana nilai sisa diabaikan. Untuk
tarif dalam % dilakukan dengan 2 kemudian dikalikan dengan harga perolehan.
Dan untuk menghitung penyusutan tahun ke 1, 2, 3, dan seterusnya dikalikan
dengan nilai bukunya.
Contoh :
Harga beli aset Rp 10.000.000 (dianggap baru 100 %)
Umur ekonomis 5 tahun.
Tentukan % tarif dan penyusutan tahunan.
Jawab :
% 100
Tarif % = = = 20 %
JangkaWaktu 5
Declining balance method = 2 x 20 % = 40 %

Jumlah penyusutan tahunan adalah :


Tahun 1 = 40 % x Rp 10.000.000 = Rp 4.000.000
= Rp 10.000.000 - Rp 4.000.000 = Rp 6.000.000 (nilai buku)
Tahun 2 = 40 % x Rp 6.000.000 = Rp 2.400.000
= Rp 6.000.000 - Rp 2.400.000 = Rp 3.600.000 (nilai buku)
Tahun 3 = 40 % x Rp 3.600.000 = Rp 1.440.000
= Rp 3.600.000 - Rp 1.440.000 = Rp 2.160.000 (nilai buku)
Tahun 4 = 40 % x Rp 2.160.000 = Rp 864.000
= Rp 2.160.000 - Rp 864.000 = Rp 1.296.000 (nilai buku)
Tahun 5 = 40 % x Rp 1.296.000 = Rp 518.400
= Rp 1.296.000 - Rp 518.400 = Rp 777.600 (nilai buku)

Tabel penyusutan metode % rata-rata :

Akhir tahun Penyusutan tahunan Kumulatif Nilai buku


0 10.000.000
1 4.000.000 4.000.000 6.000.000
2 2.400.000 6.400.000 3.600.000
3 1.440.000 7.840.000 2.160.000
4 864.000 8.704.000 1.296.000
5 518.400 9.222.400 777.600

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 94


- Metode penyusutan persentase tetap.
Dalam metode persentase tetap rumus yang dapat digunakan adalah sebagai
berikut :
S
r = 1 - n Dimana : r = dasar penyusutan dari aset
B
S = nilai sisa
B = harga beli aset / original cost
n = usia ekonomis dari aset
Contoh :
Harga beli aset Rp 10.000.000, nilai sisa Rp 2.000.000, umur ekonomis 5 tahun.
Hitunglah % penyusutan .
Jawab :
S 2.000.000
r = 1 - n r = 1 - 5
B 10.000.000
= 1 - (0,2)1/5
= 1 - 0,72477966
= 0,275220336
Jika dibulatkan menjadi = 27,52 %

Jumlah penyusutan tahunan adalah :


Tahun 1 = Rp 10.000.000 x 27,52 % = Rp 2.752.000
= Rp 10.000.000 - Rp 2.752.000 = Rp 7.248.000

Tahun 2 = Rp 7.248.000 x 27,52 % = Rp 1.994.649,6


= Rp 7.248.000 - Rp 1.994.649,6 = Rp 5.253.350,4

Tahun 3 = Rp 5.253.350,4 x 27,52 % = Rp 1.445.722,03


= Rp 5.253.350,4 - Rp 1.445.722,03 = Rp 3.807.628,37

Tahun 4 = Rp 3.807.628,37 x 27,52 % = Rp 1.047.859.327


= Rp 3.807.628,37 - Rp 1.047.859,327 = Rp 2.759.769,043

Tahun 5 = Rp 2.759.769,043 x 27,52 % = Rp 759.488,4405


= Rp 2.759.769,043 - Rp 759.488,4405 = Rp 2.000.000

Tabel penyusutan metode % rata-rata :


Akhir tahun Penyusutan tahunan Kumulatif Nilai buku
0 10.000.000
1 2.752.000 2.752.000 7.248.000
2 1.994.649,6 4.746.649,6 5.253.350,4
3 1.445.722,03 6.192.371,63 3.807.628,37
4 1.047.859,327 7.240.230,957 2.759.769,043
5 759.488,4405 8.000.000 2.000.000

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 95


4) Metode penyusutan gabungan.

Apabila aset yang disusut lebih dari satu, mempunyai umur ekonomis yang
berbeda dan harga beli serta nilai sisa yang berbeda, biasanya dalam perhitungan
penyusutan dilakukan dengan metode penyusutan gabungan.

Contoh :
Mesin Harga beli Nilai sisa Jumlah Umur mesin Penyusutan
penyusutan (tahun) Tahunan
A 10.000.000 2.000.000 8.000.000 5 1.600.000
B 7.000.000 1.000.000 6.000.000 4 1.500.000
C 5.000.000 400.000 4.600.000 10 460.000
Jumlah 22.000.000 3.400.000 18.600.000 19 3.560.000

Jumlah penyusutan dalam suatu tahun yang dihitung berdasarkan penyusutan tetap
adalah :

JumlahPenyusu tan Tahunan


% Penyusutan =
JumlahH arg aBeliAset
3.560.000
%P = = 0,161818181 = 16,18 %
22.000.000

Jumlah penyusutan tahunan adalah :

0,161818181 x Rp 22.000.000 = Rp 3.600.000

Lamanya waktu untuk penyusutan :

= Rp 18.600.000 : Rp 3.600.000 = 5 tahun, 2 bulan.

--------

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 96


BAB IX

NILAI WAKTU UANG

1. Pengertian.

Nilai waktu uang (time value of money) merupakan konsep yang harus dipahami
oleh seseorang yang akan menanamkan modal /dananya pada suatu usaha tertentu, guna
memperkecil resiko yang mungkin timbul khususnya resiko finansial.
Demikian halnya maka kajian-kajian dan perhitungan-perhitungan nilai waktu
uang sangat erat kaitannya dengan aktivitas investasi baik pada real assets maupun pada
finansial assets. Investasi pada real assets adalah investasi pada aktiva tetap yang pada
dasarnya akan dibicarakan masalah bagaimana melakukan suatu tindakan yang optimal
dari sejumlah modal ataupun dana yang akan diinvestasikan pada penguasaan tanah
(proyek pertanian, perkebunan, perikanan, dan lainnya), pembangunan atau pembelian
gedung atau bangunan, pembelian peralatan mesin dan lainnya. Sedangkan investasi
pada finansial assets dapat dilihat dalam bentuk investasi dalam leasing (sewa
menyewa), pembayaran kembali obligasi, saham, atau surat berharga jangka pendek
maupun surat berharga jangka panjang. Atau investasi pada berbagai aktiva / proyek
yang sumber pendanaannya berasal dari dana sendiri atau dari dana pinjaman sehingga
dapat menghasilkan tingkat keuntungan yang diperoleh sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan perusahaan.
Karena dalam investasi berkenaan dengan suatu nilai yang akan ditanamkan
dalam waktu yang cukup panjang, maka perlu diketahui dan dipahami konsep nilai
waktu uang (time value of money), karena permasalahan yang akan dihadapi selanjutnya
dalam berinvestasi adalah bagaimana suatu investasi dapat dilakukan dengan
memperhatikan beban atau bunga yang ditanggung dan diperoleh, tingkat resiko, dan
tingkat keuntungan yang diisyaratkan, investasi yang ditanamkan pada suatu aktiva atau
proyek biasanya diukur dalam satuan uang (rupiah, dolar dan lainnya).
Uang yang diinvestasikan dapat menghasilkan suatu keuntungan (bunga /
margin) untuk suatu periode tertentu, maka uang mempunyai nilai waktu. Ini
ditunjukkan dengan kecenderungan, kesukaan kita (preferensi) untuk menerima pada
saat ini sejumlah uang yang sama dari pada nanti atau lebih suka mengkonsumsi
sekarang (present consumtion) dari nanti (future consumtion). Sebaliknya kita akan
memilih membayar sejumlah uang yang sama diwaktu yang akan datang (future
payment) dari pada waktu sekarang (present payment). Dengan demikian kita mengakui
bahwa uang tidak sama nilainya untuk waktu yang berbeda. Semakin jauh dimensi
waktu yang dilalui semakin kecil nilai uang tersebut, dengan kata lain rupiah saat ini
lebih tinggi nilainya dari pada rupiah yang akan datang.
Bagaimana kasus yang terjadi antara sebuah bank dengan nasabah debiturnya ?
apakah ada hubungannya dengan nilai waktu uang ?. Dalam kasus ini dapat kita lihat
bahwa bank memberikan sejumlah pinjaman kepada nasabahnya terikat dalam waktu
yang cukup panjang, karena keterikatan pada waktu inilah nilai uang itu berubah.

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 97


Ditambah dengan kepentingan dari pihak bank yang membebankan biaya-biaya dan
keuntungan terhadap pinjaman yang diterima oleh debitur, maka bank menetapkan mark
up / beban bunga yang harus ditanggung nasabah. Masalah tidak sampai disitu saja
nasabah juga diharuskan untuk memberikan jaminan (borg) kepada bank sebagai
antisipasi resiko yang mungkin timbul dari nasabah.
Melihat pada argumen diatas jelaslah bahwa dalam konsep nilai waktu uang
(time value of money) menunjukkan kepada kita dimana nilai uang saat ini lebih tinggi
nilainya dari pada nilai uang pada n tahun yang akan datang, dan kenyataan ini tidak
dapat kita tolak dan itu berlaku semenjak uang itu ada, sejumlah uang yang dibayarkan
atau yang diterima sebagai kompensasi terhadap penggunaan uang tersebut disebut
“bunga”. Nilai waktu uang adalah suatu pemikiran yang didasarkan atas perhitungan
bahwa nilai uang pada waktu yang akan datang tidak sama dengan nilai uang pada saat
sekarang. Inilah yang dikaitkan dengan investasi pada real asset atau financial assets.
Perhitungan nilai sekarang menunjukkan berapa besar nilai uang yang akan
diterima pada n tahun yang akan datang, jika dinilai pada saat sekarang. Discounting
atau perhitungan nilai sekarang (present value) berhubungan terbalik dengan
perhitungan nilai masa datang (berganda, majemuk / compounding). Presen value
menghitung nilai uang yang akan datang berdasarkan nilai sekarang, sedangkan nilai
masa datang menghitung nilai uang yang akan diterima mendatang (future value)
berdasarkan bunga berganda atas uang yang dikeluarkan sekarang. Karena dalam konsep
nilai waktu uang terkandung dua unsur yaitu nilai sekarang (present value), dan nilai
masa datang (future value) akan dijelaskan lebih lanjut.

2. Nilai sekarang (present value).

Present value adalah menghitung nilai sekarang dari sejumlah uang yang akan
diterima (proceeds) pada n tahun yang akan datang. Metode perhitungan dalam present
value menggunakan apa yang disebut discounting (memendekan, memotong) sejumlah
nilai dimasa datang menjadi sebesar nilai sekarang, dengan memakai suatu tingkat
bunga (rate) yang disebut interest faktor atau discount faktor. Sehingga dalam
perhitungan nilai sekarang tingkat bunga yang dikenakan disebut interest faktor atau
discount faktor yang dilambangkan dengan IF atau DF. Perhitungan nilai sekarang dapat
menggunakan rumus :
1 Fn
PV = Fn atau PV = atau PV = Fn ( 1+ r)-n
(1  r) n
(1  r ) n

Dimana :
PV = nilai sekarang
Fn = nilai masa datang / nilai yang diterima
r = tingkat bunga / discount rate
n = periode waktu ( bulan, tahun )
1
Sedangkan atau ( 1 + r )-n disebut faktor discounting (interest faktor/discount
(1  r) n

faktor) yang menyebabkan nilai yang akan datang menjadi sebesar nilai sekarang.

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 98


Contoh :
1. Si A menyimpan uang di bank sebesar Rp 30.000.000 selama 3 tahun dengan tingkat
bunga 10 % pertahun. Berapa nilai sekarang dari simpanan si A tersebut ?.

Jawab :
Diketahui Fn = 30.000.000 , n = 3 tahun , bunga = 10 %
1 1
PV = Fn maka PV = 30.000.000
(1  r) n
(1  0,1) 3
= 30.000.000 (0,75131)
= Rp 22.539.300

Fn 30.000.000
PV = maka PV = = Rp 22.539.444,03
(1  r ) n (1  0,1) 3

PV = Fn ( 1+ r)-n maka PV = 30.000.000 ( 1 + 0,1 ) -3


= Rp 22.539.444,03

2. Jika uang disimpan sebesar Rp 100.000 selama 2 tahun dengan tingkat bunga 10 %.
Berapakah nilai sekarang dari uang tersebut ?
Jawab.
1 1
PV = Fn maka PV = 100.000
(1  r) n
(1  0,1) 2
= 100.000 (0,8264)
= Rp 82.640,-.

3. Nilai sekarang dari suatu cicilan.

Nilai sekarang dari suatu cicilan atau pembayaran berkala/pembayaran series


disebut dengan present value anuity. Present value anuity adalah menghitung nilai
sekarang dari suatu anuity (cicilan/series) berkala dari suatu cicilan pembayaran atau
penerimaan sejumlah uang. Pembayaran atau penerimaan ini dapat dilakukan di awal
periode atau diakhir periode. Nilai sekarang dari suatu cicilan dapat dihitung dengan
menggunakan rumus :

1. Bila penyetoran dilakukan diawal periode :


1
PV = Po
(1  r ) n 1

Dimana : PV = nilai sekarang


Po = jumlah pembayaran / penerimaan.

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 99


Contoh :
Si A setiap awal tahun melakukan penyetoran ke bank sebesar Rp 1.000.000 sampai
dengan tahun ke 5, tingkat bunga 10 % pertahun. Berapakah nilai sekarang anuity
dari simpanan si A tersebut ?
Jawab :
1
PV = Po
(1  r ) n 1

1
PV = 1.000.000 = = 1.000.000
(1  r )11
1
PV = 1.000.000 = 1.000.000 x 0,909 = 909.000
(1  r ) 21
1
PV = 1.000.000 = 1.000.000 x 0,826 = 826.000
(1  r ) 31
1
PV = 1.000.000 = 1.000.000 x 0,751 = 751.000
(1  r ) 41
1
PV = 1.000.000 = 1.000.000 x 0,683 = 683.000
(1  r ) 51
PV setelah 5 tahun = 4.169.000
Pembayaran dan penerimaan yang dilakukan atau yang diterima oleh seseorang
dapat dalam jumlah yang sama ( misal dari tahun 1 sampai tahun ke 5 jumlahnya Rp
1.000.000 seperti pada soal). Tapi pembayaran dan penerimaan dapat juga berbeda
jumlahnya dari tahun ke tahun, maka untuk menentukan nilai sekarang dari
cicilannya, cara menghitung sama saja ( baik jumlah yang sama atau jumlah yang
berbeda). Lihat dalam bentuk pola berikut :

0 1 2 3 4 5

PV dari Proceeds
1.000.000
909.000
826.000
751.000
683.000
4.169.000
2. Bila penyetoran dilakukan diakhir periode :
1
PV = Po
(1  r) n
Dimana : PV = nilai sekarang
Po = jumlah pembayaran / penerimaan.

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 100


Contoh :
Si A menawarkan kepada si B 5 tahun anuity dari sejumlah Rp 10.000 setahun atas
dasar bunga 6 %. Berapakah nilai sekarang dari penerimaan tersebut selama 5
tahun ?.
Jawab :
1
PV = Po
(1  r) n
1
PV = 10.000 = 10.000 x 0,943 = 9.430
(1  0,06)1
1
PV = 10.000 = 10.000 x 0,890 = 8.900
(1  0,06) 2
1
PV = 10.000 = 10.000 x 0,840 = 8.400
(1  0,06) 3
1
PV = 10.000 = 10.000 x 0,792 = 7.920
(1  0,06) 4
1
PV = 10.000 = 10.000 x 0,747 = 7.470
(1  0,06) 5
PV setelah 5 tahun = 42.120
Pembayaran dan penerimaan yang dilakukan atau yang diterima oleh seseorang
dapat dalam jumlah yang sama ( misal dari tahun 1 sampai tahun ke 5 jumlahnya Rp
10.000 seperti pada soal). Tapi pembayaran dan penerimaan dapat juga berbeda
jumlahnya dari tahun ke tahun, maka untuk menentukan nilai sekarang dari
cicilannya, cara menghitung sama saja ( baik jumlah yang sama atau jumlah yang
berbeda). Lihat dalam bentuk pola berikut :

0 1 2 3 4 5

PV dari Proceeds
9.430
8.900
8.400
7.920
7.470
42.120

Atau dapat juga digunakan cara menghitung jumlah pembayaran atau penerimaan
dengan rumus berikut :

 1 1 1 1 1 1 
PV = R       ...  
 (1  r ) (1  r ) (1  r ) (1  r ) (1  r ) (1  r ) n 
1 2 3 4 5

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 101


Bila soal diatas dimasukan dalam rumus ini akan diperoleh hasil sebagai berkut :

 1 1 1 1 1 
PV = 10.000      5 
 (1  0,06) (1  0,06) (1  0,06) (1  0,06) (1  0,06) 
1 2 3 4

= 10.000 (0,943 + 0,890 + 0,840 + 0,792 + 0,747 )


= 10.000 (4,212)
= Rp 42.120
Jika pada perhitungan nilai sekarang yang menjadi kuncinya adalah faktor
1
discounting (interest faktor / discount faktor) dengan rumus : , maka pada
(1  r) n
perhitungan nilai sekarang dari suatu cicilan (present value anuity) disebut interest
faktor anuity atau nilai sekarang dari interest faktor anuity yang disebut present
value interest faktor anuity (PVIFA) yang dapat ditulis dalam rumus :

 1   1   1   1 
PV = R    R
1 
  R ,..., R
3 

 (1  r )   (1  r )  (1  r )   (1  r )
2 n
 

Inilah yang disebut dengan present value interest factor anuity (PVIFA) dan rumus
PVIFA dapat pula ditulis dalam bentuk :
 1 
1  n 
 (1  r )  atau 1  (1  r )
n
(1  r ) n  1
PVIFA = Po atau
r r r
Tapi rumus PVIFA hanya dapat digunakan dalam pembayaran atau penerimaan
cicilan yang jumlah sama pada setiap setiap interval pembayaran, sedangkan bila
pembayaran atau penerimaan dalam jumlah yang berbeda pada setiap interval cara
menghitungnya harus dengan menggunakan cara tabel.

4. Nilai masa datang (future value).

Future value adalah menentukan nilai masa yang akan datang berdasarkan bunga
berganda atas sejumlah uang yang dikeluarkan sekarang. Perhitungan untuk menentukan
nilai masa yang akan datang dengan memakai sistem bunga berganda disebut juga bunga
majemuk ( compound value, ending amount, compound interest), dan rumus yang
digunakan untuk nilai masa datang adalah :
FV = P ( 1 + r )n
Dimana :
FV = jumlah yang akan diterima pada akhir tahun ke n (nilai masa datang)
P = jumlah uang yang dibayarkan / disimpan
r = tingkat bunga tahunan
n = lama uang disimpan / jangka waktu

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 102


Contoh :
Si A meminjamkan uangnya kepada si B sebesar Rp 200.000 untuk masa 5 tahun dengan
tingkat bunga 8 % pertahun. Tentukan nilai uang tersebut setelah 5 tahun.
Jawab :
FV = P ( 1 + r )n
= 200.000 ( 1 + 0,08 )5
= 200.000 (1,4693)
= Rp 293.860

Model penerimaan di bank :

Tahun Modal Bunga 8 % Nilai akhir


(P) (r) Fn = P + (P.r)
1 200.000 16.000 216.000
2 216.000 17.280 233.280
3 233.280 18.662,4 251.942,4
4 251.942,4 20.155,40 272.097,8
5 272.097,8 21.767,82 293.865,62

Pada perhitungan nilai masa akan datang yang menjadi kunci adalah apa yang
disebut dengan faktor bunga berganda atau bunga majemuk (compounding interest
faktor) dengan rumus ( 1 + r )n atau disebut juga CIF.

5. Nilai masa datang dari suatu cicilan.

Nilai masa yang akan datang dari suatu cicilan (future value anuity) adalah
menghitung nilai masa datang dari suatu pembayaran/penerimaan berkala (cicilan/series)
dari sejumlah uang. Future value anuity dapat dihitung dengan rumus :

Contoh :
Dana yang ditabungkan secara berkala sebesar Rp 1.000.000 selama 5 tahun dengan
bunga 10 %. Tentukan berapa nilai pada akhir tahu ke 5 dengan asumsi pembayaran
dilakukan diakhir periode.

Jawab :
FV = P ( 1 + r )n-1
= 1.000.000 ( 1 + 0,1 )1-1 = 1.000.000
2-1
= 1.000.000 ( 1 + 0,1 ) = 1.000.000 x 1,1 = 1.100.000
= 1.000.000 ( 1 + 0,1 )3-1 = 1.000.000 x 1,21 = 1.210.000
= 1.000.000 ( 1 + 0,1 )4-1 = 1.000.000 x 1,331 = 1.331.000
5-1
= 1.000.000 ( 1 + 0,1 ) = 1.000.000 x 1,4641= 1.464.100
Compound sum setelah 5 tahun = 6.105.100

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 103


Bentuk perhitungan dapat pula dibuat dalam pola berikut :

1 2 3 4 5

PV dari Proceeds
1.000.000
1.100.000
1.210.000
1.331.000
1.464.100
6.105.100

Dapat juga dilakukan perhitungan dalam bentuk rumus yang lebih panjang untuk
menentukan nilai masa datang dari suatu cicilan (compound sum) sebagai berikut :

Cn = R1 [1 + r ]n-1 + R2 [ 1 + r ]n-2 + R3 [ 1 + r ]n-3 , …, + R [ 1 + r ]n


= R{[1 + r ]5-1 + [ 1 + r ]5-2 + [ 1 + r ]5-3+ [ 1 + r ]5-4+ [ 1 + r ]5-5}
= R{[1 + r ]4 + [ 1 + r ]3 + [ 1 + r ]2+ [ 1 + r ]1+ [ 1 + r ]0}

Rumus inilah yang disebut dengan faktor bunga berganda dari suatu anuity (cicilan) atau
disebut juga compound value interest faktor anuity (FVIFA). Rumus tersebut dapat
dalam bentuk sebagai berikut :

 (1  r ) n  1
Cn = R  
 r 
Dimana :
Cn = nilai yang dicari
R = penerimaan secara periodik
n = panjangnya anuity

Contoh :

Dana yang ditabungkan secara berkala sebesar Rp 1.000.000 selama 5 tahun dengan
bunga 10 %. Tentukan berapa nilai pada akhir tahu ke 5.
Jawab :
 (1  r ) n  1
Cn = R  
 r 
 (1  0,1) 5  1
= 1.000.000   = 1.000.000 (6,1051) = Rp 6.105.100
 0,1 

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 104


Jika soal yang disajikan sama dengan yang diatas, bedanya terletak pada angsuran
pertahun yaitu : tahun ke 1 dan tahun ke 2 masing-masing Rp 2.000.000,-. Sedangkan
tahun ke 3, tahun ke 4, dan tahun ke 5 masing-masing Rp 1.000.000,-. Bungan 10 %
pertahun , tentukan nilainya pada akhir tahun ke 5.
Jawab :
FV = P ( 1 + r )n-1
= 2.000.000 ( 1 + 0,1 )1-1 = 2.000.000
2-1
= 2.000.000 ( 1 + 0,1 ) = 2.000.000 x 1,1 = 2.200.000
= 1.000.000 ( 1 + 0,1 )3-1 = 1.000.000 x 1,21 = 1.210.000
4-1
= 1.000.000 ( 1 + 0,1 ) = 1.000.000 x 1,331 = 1.331.000
= 1.000.000 ( 1 + 0,1 )5-1 = 1.000.000 x 1,4641= 1.464.100
Compound sum setelah 5 tahun = 8.205.100

Dapat juga dihitung dalam bentuk berikut :

 (1  0,1) 2  1
Jika n = 2 dan r = 10 % maka   = 2,1 6,1051
 0,1 
 (1  0,1)  1
5
Jika n = 5 dan r = 10 % maka   = 6,1051 2,1000
 0,1 
4,0051
R = 2.000.000 maka C2 = 2.000.000 (2,1) = Rp 4.200.000
R = 1.000.000 maka C5 = 1.000.000 (4,0051) = Rp 4.005.100
Total anuity = Rp 8.205.100

6. Nilai majemuk (compounding).

Nilai majemuk dari sejumlah uang adalah jumlah uang pada permulaan periode
(jumlah awal atau pokok) ditambah dengan jumlah bunga yang diperoleh selama periode
tersebut. Nilai majemuk (compounding) dalam satu tahun dapat dibagi yaitu :
1. Tahunan (annual)
2. Tengah tahunan (semi annual compounding)
3. Kuartalan (quartely compounding)
4. Bulanan (monthly compounding)
5. Harian (daily compounding)
Pemajemukan ganda (multiple compounding) selama satu tahun dapat dilihat pada
rumusan sebagai berikut :

Tahunan FV = P ( 1 + r )n
m. n
 r
Tengah Tahunan FV = P 1   m=2
 m
m. n
 r
Kuartalan FV = P 1   m=4
 m

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 105


m. n
 r
Bulanan FV = P 1   m = 12
 m
m. n
 r
Harian FV = P 1   m = 360 / 365
 m

Dimana : FV = nilai yang dicari, P = nilai yang disimpan, r = tingkat bunga, n = lama
waktu uang disimpan, m = frekwensi perhitungan bunga dalam satu tahun.

Contoh :
Perusahaan A menyimpan cadangan ekspansinya di bank sebesar Rp 200.000 untuk
masa 2 tahun dengan bunga 8 % pertahun. Berapakah nilai uang tersebut pada akhir
tahun ke 2, jika dihitung dengan cara tengah tahunan dan kuartalan.
Jawab :
Compounding Tengah tahunan.
m. n
 r
FV = P 1  
 m
2.2
 0,08 
= 200.000 1  = 200.000 ( 1 + 0,04)4
 2 
= Rp 233.972,-.
Sedangkan perhitungan dalam bentuk tabel dapat dilihat sebagai berikut :

Periode Simpanan CIF Nilai akhir


6 bulan 200.000 1,04 208.000
12 bulan 208.000 1,04 216.320
18 bulan 216.320 1,04 224.972,8
24 bulan 224.972,8 1,04 233.971,73

 r  0,08 
CIF = compounding interest faktor 1   = 1  2  = 1,04
 m  

Compounding Kuartalan.

m. n
 r
FV = P 1  
 m
4.2
 0,08 
= 200.000 1  = 200.000 ( 1 + 0,02)8
 4 
= Rp 234.330,-.

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 106


Sedangkan perhitungan dalam bentuk tabel dapat dilihat sebagai berikut :

Periode Simpanan CIF Nilai akhir


3 bulan 200.000 1,02 204.000
6 bulan 204.000 1,02 208.080
9 bulan 208.080 1,02 212.242
12 bulan 212.242 1,02 216.487
15 bulan 216.487 1,02 220.817
18 bulan 220.817 1,02 225.233
21 bulan 225.233 1,02 229.737
24 bulan 229.737 1,02 234.331

 r  0,08 
CIF = compounding interest faktor 1   = 1  4  = 1,02
 m  

7. Nilai majemuk dari suatu cicilan (compounding anuity).

Sebenarnya nilai majemuk dari suatu cicilan (compounding anuity) sama dengan
nilai masa datang dari suatu cicilan yang telah diuraikan sebelumnya, bedanya terletak
pada lambang yang digunakan sebagai berikut :

Ca = R1 [1 + r ]n-1 + R2 [ 1 + r ]n-2 , …, + R [ 1 + r ]1 + R [ 1 + r ]0
= R{[1 + r ]n-1 + [ 1 + r ]n-2 , …, + [ 1 + r ]1 + [ 1 + r ]0 }
= R{[1 + r ]5-1 + [ 1 + r ]5-2 + [ 1 + r ]5-3+ [ 1 + r ]5-4+ [ 1 + r ]5-5}
= R{[1 + r ]4 + [ 1 + r ]3 + [ 1 + r ]2+ [ 1 + r ]1 + [ 1 + r ]0}
= R{[1 + r ]4 + [ 1 + r ]3 + [ 1 + r ]2+ [ 1 + r ]1 + 1
Dimana :
Ca = nilai yang dicari (compounding anuity)
R = penerimaan secara periodik
n = panjangnya anuity.

Contoh :
Si A menabung setiap tahunnya di bank sebesar Rp 5.000 selama 5 tahun dengan suku
bunga 6 % pertahun. Penyetoran dilakukan pada akhir tahun 1, akhir tahun 2 dan
seterusnya. Berapa nilai majemuk dari simpanan si A selama 5 tahun tersebut.

Jawab :
Ca = R{[1 + r ]n-1 + R [ 1 + r ]n-2 + R [ 1 + r ]n-3+ R [ 1 + r ]n-4 + 1
= 5.000 {[1 + 0,06 ]5-1 + [ 1 + 0,06 ]5-2 + [ 1 + 0,06 ]5-3+ [ 1 + 0,06 ]5-4 + 1 }
= 5.000 { (1,2624)+(1,1910)+(1,1236)+(1,06)+ 1}
= 5.000 (5,637)
= Rp 28.185,-.

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 107


Bentuk perhitungan dapat pula dibuat dalam pola berikut :

1 2 3 4 5
5.000 5.000 5.000 5.000 5.000
PV dari Proceeds
5.000
5.300
5.618
5.955
6.312
Jumlah compound sum 28.185

Dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat pandangan yang jelas mengenai nilai
waktu uang (time value of money) yang merupakan dasar untuk memahami topik pada
materi ini. Dimana diketahui dalam perhitungan nilai sekarang disebut pendiskontoan
atau discounting, sedangkan menghitung nilai masa datang disebut compounding.

Latihan :

1. Si A membeli surat berharga senilai Rp 10.000 dan memperoleh bunga 15 %


pertahun. Berapakah yang akan ia terima pada akhir tahun kelima ?
2. Jika Si A membeli surat berharga senilai Rp 1.000 dan memperoleh bunga 10 %
pertahun. Berapakah yang ia terima pada akhir tahun tersebut ?.
3. Pada suku bunga 12 % si A ingin mengetahui jumlah nilai yang akan datang dari Rp
10.000 dengan pemajemukan kuartalan selama 5 tahun, tentukanlah nilai akhirnya ?.
4. Berapakah nilai sekarang untuk Rp 1.000 pada akhir tahun ke 3 mendatang ?, bila :
a. dengan tingkat bunga 10 %
b. dengan tingkat bunga 100 %
c. dengan tingkat bunga 0 %
5. Rp 1.000 diterima pada akhir tahun 1, Rp 5.000 diterima akhir tahun ke 2, dan Rp
10.000 diterima pada akhir tahun ke 3. Berapakah nilai sekarang penerimaan
tersebut?, bila :
a. tingkat bunga 4 %
b. tingkat bunga 25 %
6. Rani biasanya menjual barang dagangannya secara tunai dengan harga Rp 75.000
persatuan. Sekarang ia ingin menjual secara kredit dengan jangka waktu 3 bulan,
dimana setiap bulannya pembeli harus mengangsur dalam jumlah yang sama. Kalau
ia mempertimbangkan tingkat bunga 2 % per bulan, dan angsuran pertama dilakukan
satu bulan setelah pembelian, berapa jumlah angsuran tersebut ?.
7. Mana yang saudara pilih ? menerima sekarang sejumlah uang Rp 10.000.000,-. Atau
menerima dalam jumlah yang sama pada 5 tahun yang akan datang. Jawablah dari
pandang nilai waktu uang dan berikan contoh nyata dalam sebuah harga barang.

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 108


8. Hubungan inflasi dengan nilai waktu uang.

Pembahasan mengenai nilai waktu uang telah diuraikan diatas, dimana diketahui
bahwa nilai uang dari waktu ke waktu selalu mengalami perubahan, berarti nilai uang
tidak sama dari kondisi yang telah berlalu, saat sekarang, ataupun disaat yang akan
datang. Bila dihubungkan dengan inflasi, apakah inflasi mempunyai kontribusi terhadap
perubahan nilai waktu uang ?. Untuk lebih jelas kita harus melihat kepada apa itu inflasi
dan mengapa terjadi inflasi.
Inflasi berasal dari kata inflate, inflation yang berarti memompa, membumbung /
melambung. Sementara kata inflasi sering dikaitkan dengan kondisi ekonomi dan
keuangan pada suatu negara. Inflasi dalam bidang moneter / keuangan menyangkut pada
barang, uang dan berkaitan dengan harga (baik harga barang maupun harga uang itu
sendiri), sehingga bila terjadi kwantity of money dimana jumlah uang lebih banyak dari
jumlah barang (barang lebih sedikit) menyebabkan harga naik yang berlaku secara
umum. Dengan demikian inflasi adalah terjadinya kenaikan harga-harga yang berlaku
secara umum dan terus menerus.
Dari sudut pandang konsumen inflasi tidak perlu terjadi dengan kata lain harga
barang tetap atau cenderung menurun, tapi sudut pandang produsen inflasi dalam arti
terkendali dibutuhkan karena dapat dijadikan stimulus dalam kegiatan produksi dan
penjualan produknya. Dalam sudut pandang ekonomi dan moneter inflasi dapat dilihat
dari beberapa sudut pandang yaitu :

1. Didasarkan pada parah/tidaknya inflasi.


Parah atau tidaknya inflasi dapat dilihat pada laju inflasi sendiri, laju inflasi dapat
dibagi dalam beberapa kategori yaitu :
a. Inflasi ringan, laju inflasinya dibawah 10 % pertahun.
Yang dikatakan laju inflasi 10 % pertahun yaitu kenaikan harga-harga secara
umum 10 % pertahun
b. Inflasi sedang, laju inflasinya antara 10 % sampai dengan 30 % pertahun.
c. Inflasi berat, laju inflasinya antara 30 % sampai 100 % pertahun.
d. Hiperinflasi, laju inflasi diatas 100 %. Dalam kondisi hiperinflasi biasa
masyarakat enggan memegang uang karena nilai uang menurun secara drastis,
sikap masyarakat seperti ini justru menambah keruwetan moneter karena dia
enggan memegang uang dan melemparkan uangnya kepasar untuk ditukarkan
dengan barang-barang, sehingga jumlah uang yang beredar semakin banyak.
Sebaliknya dari sikap masyarakat yang diharapkan dalam keadaan hiperinflasi ini
adalah masyarakat lebih dapat menahan diri dari menghamburkan uangnya.

2. Didasarkan pada sebab awal inflasi. Sebab-sebab awal inflasi dapat dilihat dalam
dua sudut yaitu :
a. Demand inflation.
Dalam kondisi ini, inflasi yang terjadi karena ada pergeseran pola komsumsi
dalam masyarakat, pola konsumsi masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu ; pendapatan, tingkat pertumbuhan penduduk, selera, perilaku dan
kebutuhan masyarakat itu sendiri. Bila permintaan akan suatu barang semakin

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 109


lama semakin tinggi atau semakin banyak, maka harga cenderung naik atau
produsen menaikan harga sampai pada titik keseimbangan.
b. Cost Inflation / Cost fush inflastion.
Dalam kondisi ini, inflasi yang terjadi karena kenaikan atau karena dorongan
ongkos/biaya produksi yang naik. Diawali oleh kenaikan harga bahan baku, upah
tenaga kerja, dan biaya tak langsung lainnya sehingga menyebabkan cost
production naik, bila biaya produksi naik maka harga jual juga akan naik, bila
harga jual naik maka harga dipasar akan naik pula.

3. Didasarkan pada asal inflasi.


Didasarkan pada asal inflasi, dari dusut ini inflasi dapat dibagi dua yaitu :
a. Domestic Inflation.
Dalam kondisi ini, inflasi timbul dari keadaan dalam negeri, misalnya banyaknya
permintaan masyarakat terhadap berbagai macam produk barang yang
menyebabkan harga naik. Kebijakan pemerintah dalam bidang moneter dan
fiskal, misalnya pemerintah menaikan tarif pengenaan pajak kepada perusahaan-
perusahaan, pemerintah melalui otoritas moneter menaikan suku bunga
pinjaman, akibat dari kebijakan ini cost production naik. Kebijakan pemerintah
dalam menaikan gaji dan tunjangan pegawai negeri sipil yang tidak berhubungan
langsung dengan harga barang, tapi begitu pemerintah menaikan gaji pegawai
maka akan terjadi gejolak atau perubahan harga-harga barang dipasar.
b. Imported Inflation.
Inflasi ini terjadi karena pengaruh dari luar negeri. Terjadinya inflasi ini bila
suatu negara mempunyai ketergantungan yang besar terhadap suatu negara lain.
Misalnya negara A sangat tergantung pada negara B dimana semua kebutuhan
negara A disupply oleh negara B. Suatu ketika bilai terjadi inflasi di negara B
dengan demikian semua harga barang di negara B menjadi tinggi sehingga
menyebabkan pula supply barang ke negara A menjadi naik harganya yang
berakibat harga dalam negara A dengan sendirinya menjadi tinggi. ( misal negara
Jepang yang mempunyai ketergantungan yang tinggi terhadap supply BBM dari
negara OPEC, atau Korea Utara yang sangat tergantung pada negara lain akan
supply bahan makanan dan obat-obatan).

Kita ketahui bahwa harga suatu barang / produk, misal pada tahun 1980, 1990,
2000, sekarang tahun 2007 tidaklah sama (banyak contoh dalam perekonomian bahwa
harga sebuah barang dari waktu ke waktu tidak sama, seperti 1 kg beras, harganya dari
Rp 800 per kilo, sampai sekarang tahun 2007 harga 1 kg beras Rp 4.000 sampai dengan
Rp 6.000. Apa yang menyebabkan terjadinya perubahan pada harga barang-barang itu ?
melihat uraian diatas dapat disimpulkan bahwa harga-harga barang dipengaruhi oleh ;
banyak pemintaan atas barang itu, naiknya ongkos/biaya produksi dari barang-barang
itu, kebijakan pemerintah / penguasa dan adanya penetapan suatu margin atau
keuntungan yang diinginkan oleh penghasil barang –barang itu sendiri (produsen) atau
oleh lembaga keuangan, sehingga inflasi tak pernah bisa dielakan atau dihapuskan dan
selama itu pula nilai uang atau daya beli dari uang akan selalu berubah.

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 110


9. Pandangan Islam tentang uang.

Sebagai perbandingan dengan teori ekonomi konvensional-kapitalisme, Islam


membicarakan uang sebagai sarana penukar dan penyimpan nilai, tetapi uang bukanlah
barang dagangan. Mengapa uang berfungsi ?, uang menjadi berfungsi dan berguna
hanya jika ditukarkan dengan benda yang nyata atau untuk membeli jasa, oleh karena itu
uang tidak bisa dijual atau dibeli secara kredit.
Dalam ekonomi Islam dibedakan pengertian antara uang dan modal, yang kadang
kala kita sering menempatkan pengertian uang dan modal dalam posisi yang sama. Uang
adalah barang khalayak (masyarakat luas / public goods), dimana uang bukanlah barang
monopoli seseorang. Jadi semua orang berhak memiliki uang yang berlaku disuatu
negara. Sementara modal tidak dapat dimiliki oleh semua orang atau modal dapat
dimiliki orang per orang sebagai barang pribadi.
Ibn Taymiyah (dalam Muhammad, 2002 : 34) mengatakan : bahwa “uang adalah
sebagai alat tukar dan alat ukur nilai”. Melalui uang nilai suatu barang akan diketahui,
dan mereka tidak menggunakannya untuk diri sendiri atau dikonsumsi. Hal serupa
dikemukakan oleh muridnya (Ibn Qayyim) yaitu uang atau keping uang tidak
dimaksudkan untuk benda itu sendiri, tetapi dimaksudkan untuk memperoleh barang-
barang.
Al-Ghazali (dalam Muhammad, 2002 : 34) mengatakan : bahwa “uang bagaikan
kaca, kaca tidak memiliki warna, tetapi kaca dapat merefleksikan semua warna. Uang
tidak memiliki harga, tetapi uang dapat merefleksikan semua harga. Melihat fungsi uang
tersebut, menunjukkan bahwa dalam Islam adanya uang dapat memberikan fungsi
kegunaan atau kepuasan kepada pemakainya. Oleh karena itu uang bukanlah komoditas.
Uang itu sendiri tidak memberikan kegunaan akan tetapi fungsi uanglah yang
memberikan kegunaan.
Dengan demikian secara definitif dapat diajukan bahwa fungsi uang adalah : 1)
uang sebagai media pertukaran (untuk transaksi), 2) uang sebagai alat untuk berjaga-jaga
/ investasi, 3) uang sebagai satuan hitung untuk pembayaran (ba‟i muajjal), 4) uang
sebagai sesuatu yang mengalir (flow consept), 5) uang sebagai barang masyarakat
(public goods)

Money as Flow Concept.

Telah disinggung diatas bahwa uang ibarat sesuatu yang mengalir, sehingga uang
diibaratkan seperti air, jika air itu mengalir, maka air tersebut akan sehat dan bersih
(terlepas dari usaha pencemaran baik sengaja atau tidak sengaja yang dilakukan
manusia). Jika air itu berhenti mengalir maka air itu akan menjadi busuk dan berbau.
Demikian halnya dengan uang. Uang yang berputar untuk produksi akan dapat
memberikan manfaat atau kontribusi terhadap kemakmuran, kesejahteraan, dan
kesehatan ekonomi masyarakat. Sementara jika uang ditahan / tidak berputar maka akan
dapat menyebabkan kemacetan dalam roda perekonomian, sehingga timbul krisis atau
penyakit-penyakit ekonomi lainnya.
Dalam ajaran Islam uang harus diputarkan dalam aktivitas atau sektor riil atau
melakukan investasi ekonomi pada sektor yang dapat memutar roda perekonomian

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 111


masyarakat, sehingga banyak masyarakat yang akan merasakan manfaatnya. Jika uang
disimpan dan tidak diinvestasikan kepada sektor riil maka tidak akan mendatangkan apa-
apa, dan penyimpanan uang yang telah mencapai haulnya, menurut ajaran Islam akan
dikenai zakat.

Money as Public Goods.

Uang adalah barang untuk masyarakat banyak. Bukan monopoli perorangan.


Sebagai barang umum, maka masyarakat dapat menggunakan tanpa ada hambatan dari
orang lain. Oleh karena itu dalam tradisi Islam menumpuk uang sanagt dilarang, sebab
kegiatan menumpuk uang akan menganggu orang lain menggunakannya. Dari gambaran
uang sebagai air yang mengalir dan sebagai barang publik, akhirnya dapat disimpulkan
bahwa perbedaan antara modal dengan uang. Kaitan antara uang dan modal ini dapat
dikiaskan antara kenderaan dengan jalan raya. Kenderaan adalah barang / milik pribadi,
sedangkan jalan adalah barang / milik umum, jadi modal adalah milik pribadi dan uang
milik umum. Dengan demikian kenyamanan berkenderaan akan didapatkan jika
kenderaan tersebut berjalan diatas jalan raya. Dengan kata lain hanya dengan modal
yang diinvestasikan kesektor riillah yang akan mendatangkan pendapatan berupa uang.

10. Pandangan Islam tentang nilai waktu uang.

Berkenaan dengan uang, telah disinggung bahwa dalam ekonomi konvensional


timbul suatu pemikiran yang disebut dengan nilai waktu uang (time value of money),
bagaimana pandangan terhadap konsep ini ?, lebih jelasnya dapat dilihat paparan
selanjutnya.
Konsep time value of money pada dasarnya, merupakan intervensi kedalam
konsep biologi yang diadopsi kedalam konsep ekonomi. Konsep time value of money
muncul karena adanya asumsi uang disamakan dengan barang / benda hidup (sel hidup).
Sel yang hidup, untuk satuan waktu tertentu dapat menjadi lebih besar dan berkembang.
Pertumbuhan sel dalam ilmu biologi diformulasikan dengan rumus ; Pt = Po ( 1 + g )^t.
Formula ini kemudian diadopsi dalam ilmu keuangan, sehingga asumsi uang sebagai
sesuatu yang hidup terjadi. Dari formula tersebut akhirnya dirumuskan sebagai berikut :
FV = Po ( 1 + I )^n, dimana FV nilai yang diinginkan/nilai yang tercipta, Po nilai dalam
pembayaran atau penerimaan, i adalah tingkat bunga / interest. Sebagai contoh dapat
dilihat pada sikap kreditur yang selalu menuntut adanya kewajiban yang dibayar oleh
debitur tanpa memperdulikan apakah usaha debitur yang dibiayai oleh pinjaman akan
memperoleh untung atau tidak, karena dalam akad kredit tidak dicantumkan point kalau
rugi beban bunga tidak dibayar. Dalam pandangan Islam uang tidak bisa tumbuh dan
berkembang dengan sendirinya, yang terjadi adalah adanya interest, kepentingan,
keinginan yang disengaja dari sebagian manusia atau individu untuk meminta dan
memaksakan kompensasi akibat pemakaian sejumlah uang atau modalnya, sehingga
disebutlah bunga, bunga inilah yang menjadi perdebatan dalam Islam. Karena bunga
dianggap riba, dan riba lebih banyak menimbulkan mudharat dari pada manfaat.

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 112


Di dalam sistem ekonomi Islam, konsep time value of money tentunya tidak akan
terjadi. Untuk menganalisis ini ada ajaran kuat dalam Islam, yaitu terdapat dalam Al-
Qur‟an Surat Al-Ahsr ayat 1-3, yang menunjukan bahwa waktu bagi semua orang adalah
sama kuantitasnya, yaitu 24 jam dalam sehari semalam, 7 hari dalam seminggu, dan 30
hari dalam sebulan. Namun nilai dari waktu itu akan berbeda dari satu orang dengan
orang lainnya. Perbedaan nilai waktu tersebut adalah tergantung pada bagaimana
seseorang memanfaatkan waktunya. Semakin efektif dan efisien seseorang
menggunakan waktunya, maka akan semakin tinggi nilai waktu. Efektif dan efisien akan
mendatangkan keuntungan di dunia bagi siapa saja yang melaksanakannya. Oleh karena
itu siapapun pelakunya tanpa memandang suku, agama, ras secara sunnatullah ia akan
mendapatkan keuntungan di dunia.
Di dalam Islam, keuntungan bukan saja keuntungan di dunia namun yang dicari
adalah keuntungan di dunia dan akhirat. Pemanfaatan waktu bukan saja harus efektif dan
efisien, juga harus didasari dengan keimanan. Keimanan inilah yang akan mendatangkan
keuntungan akhirat. Sebaliknya keimanan yang tidak mampu mendatangkan keuntungan
di dunia, berarti keimanan tersebut tidak diamalkan. Islam mengajarkan carilah
keuntungan akhirat tetapi jangan lupakan keuntungan di dunia.
Implikasi dalam dunia bisnis, ajaran Al-Qur‟an tersebut mengindikasikan bahwa
dalam bisnis selalu dihadapkan pada untung dan rugi. Keuntungan dan kerugian tidak
dapat dipastikan untuk masa yang akan datang (lihat Al-Qur‟an Surat Lukman ayat 34).
Bisnis pada dasarnya adalah hubungan antara return dan risk. Bisnis bukanlah aktivitas
yang mendatangkan keuntungan tanpa ada resiko. Sebagaimana dijelaskan pada konsep
time value of money yaitu untuk mengganti kondisi yang penuh dengan ketidak pastian
dimunsulkan konsep discount rate (pembebanan besaran tingkat bunga dalam % atau
nominal tertentu) tanpa melalui aktivitas produksi.
Dalam ekonomi Islam penggunaan sejenis discount rate dalam menentukan harga
mu‟ajjal (bayar tangguh) dapat dibenarkan, karena :
1. Jual beli dan sewa menyewa adalah sektor riil yang menimbulkan economic
value added ( nilai tambah ekonomis ).
2. Tertahannya hak sipenjual (uang pembayaran) yang telah melaksanakan
kewajibannya (menyerahkan barang atau jasa), sehingga ia tidak dapat
melaksanakan kewajibannya kepada pihak lain. Ada beberapa asumsi dan
kejadian yang dapat dijadikan rujukan analisisnya yaitu :
a. Harga yang dibayar tangguh dapat lebih besar dari harga yang dibayar
sekarang.
b. Not due to inflation nor interest foregone ( dapat diartikan tidak akan ada
dorongan/inflasi, kalau tidak ada kepentingan yang dibatalkan).
c. Adanya penahanan hak pemilik barang.
Demikian pula penggunaan discount rate dalam menentukan nisbah bagi hasil,
juga dapat digunakan. Nisbah akan dikalikan dengan pendapatan riil (aktual), bukan
dengan pendapatan yang diharapkan.
Transaksi bagi hasil berbeda dengan transaksi jual beli dan sewa menyewa.
Sebab dalam transaksi bagi hasil, hubungan antara kedua pihak tidak terjadi antara
penjual dengan pembeli atau penyewa dengan yang menyewa. Dalam transaksi bagi
hasil hubungan yang terjadi adalah hubungan antara pemodal dengan yang

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 113


memproduksikan modal tersebut. Hak bagi mereka berdua akan timbul ketika usaha
memproduksi modal tersebut telah menghasilkan pendapatan atau keuntungan. Hak
mereka adalah berbagi hasil atas pendapatan atau keuntungan tersebut, sesuai
kesepakatan awal apakah bagi hasil itu akan dilakukan atas pendapatan atau keuntungan
aktual.

11. Time value of money kontra Economic value of time

a. Time value of money.

Telah diuraikan cukup jelas diatas bahwa menurut teori keuangan konvensional
mendasarkan bunganya dengan konsep nilai waktu uang dengan menggunakan rumus
matematika tertentu. Nilai waktu uang (time value of money) adalah suatu pemikiran
yang didasarkan atas perhitungan bahwa nilai uang yang akan datang tidak sama dengan
uang pada saat sekarang. Dengan demikian nilai uang selalu mengalami perubahan dari
waktu ke waktu, karena uang selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu maka
timbullah suatu konsep untuk menetapkan tingkat bunga tertentu sebagai pengganti dari
nilai yang berubah tersebut yang dapat disebut kompensasi atau bunga.

b. Economic value of time.

Dalam sudut pandang Islam konsep nilai waktu uang tidak bisa diterima, karena
uang itu dianggap tidak berarti apa-apa, uang hanya sebagai alat tukar, sebagai media,
sebagai alat pengukur, sebagai alat bayar, atau sebagai satuan hitung. Nilai yang tertera
pada uang disebut nilai nominal, dan nilai nomimal ini sampai kapanpun akan tertulis
seperti itu, yang membedakannya nanti adalah uang sebagai satuan alat hitung, misal
pada tahun 1996 harga 1 unit sepeda motor merek “honda” dapat dibayar seharga Rp
4.500.000, pada tahun 2006 (setelah 10 tahun kemudian) harga 1 unit sepeda motor
tersebut tidak dapat lagi dihitung seharga Rp 4.500.000, tapi menjadi kelipatan 3 dari
harga tahun 1996 yaitu seharga Rp 13.500.000 pada tahun 2006. Timbul pertanyaan
apakah nilai uang itu berubah ? jawabannya tidak, karena nilai uang sebesar Rp
4.500.000 adalah tetap, yang berubah adalah daya guna / daya beli dari nilai uang
tersebut. Jadi nilai Rp 4.500.000 pada tahun 1996 menjadi tidak berdaya lagi pada tahun
2006 atas 1 unit sepeda motor merek honda.
Dari kondisi-kondisi yang terjadi dalam konsep nilai waktu uang, maka Islam
mengajukan suatu konsep yang berbeda dengan konsep nilai waktu uang. Kalau dalam
konsep ekonomi atau keuangan konvensional dianggap bahwa uang mempunyai nilai
dari waktu ke waktu. Sedangkan dalam konsep Islam waktulah yang mempunyai nilai
yang disebut : economic value of time.
Walaupun menurut konsep Islam, konsep time value of money ini dibantah,
namun bukan berarti perangkat matematis yang digunakan oleh konsep tersebut tidak
dipakai lagi. Rumus-rumus matematik yang digunakan dalam teori keuangan
konvensional pada dasarnya dapat juga digunakan dalam keuangan syari‟ah, misal
dalam menentukan tingkat keuntungan oleh bank syari‟ah.

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 114


Dalam kasus ini halal haramnya suatu transaksi tidak terngantung pada rumus
matematik yang digunakan atau yang dipakai, karena sesungguhnya matematik hanyalah
sekedar alat saja. Suatu yang halal tetap halal, baik bila diukur dengan metode
persentase ataupun tidak. Mungkin saja ada pihak-pihak tertentu keberatan atas konsep
economic value of time, tapi rumus matematika dalam keuangan konvensional tetap
dapat dipakai dengan model penerapan konsep Islam. Bedanya kalau dalam konsep nilai
waktu uang penentuan besaran bunga atau tingkat keuntungan dalam persentase yang
telah ditentukan didasarkan atas pendapatan dan keuntungan yang belum pasti diperoleh.
Sementara dalam konsep Islam yang ada adalah bagi hasil menurut nisbah tertentu
dalam persentase atau ratio atas keuntungan yang telah pasti diperoleh (keuntungan
aktual). Bagi hasil atau nisbah dalam persentase yang dimaksud seperti 50 % : 50 %, 40
% : 60 %, 30 % : 70 % atau menurut ratio 50 : 50, 40 : 60, 30 : 70, nisbah atau ratio ini
didasarkan pada pendapatan atau keuntungan aktual yang diperoleh.
Kuantitas waktu sama bagi semua orang yaitu 24 jam sehari semalam, 7 hari
sepekan, 30 hari sebulan. Namun nilai dari waktu akan berbeda dari seseorang dengan
orang lainnya. Misalkan ; bagi seorang buruh kasar satu hari kerja bernilai Rp 50.000,
bagi seorang manajer keuangan satu hari kerja bernilai Rp 250.000, sedangkan bagi
seorang business satu hari kerja bernilai Rp 3.000.000,-.
Jadi faktor yang menentukan nilai waktu adalah bagaimana seseorang
memanfaatkan waktu itu. Semakin efektif dan efisien seseorang menggunakan
waktunya, maka semakin tinggi nilai waktu yang ia peroleh. Dalam Al-Qur‟an Surat Al
„Ashr ayat 1 sampai 3 disebutkan dan dijelaskan ; demi masa, sengguhnya manusia itu
dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shaleh dan berwasiat
dengan kebenaran dan berwasiat dengan kesabaran.
Sangat jelas sekali bahwa konsep economic value of time dalam Islam
mengkritik konsep time value of money. Karena sesungguhnya orang-orang yang tidak
dapat memanfaatkan waktunya dengan baik maka orang itulah yang waktunya tidak
bernilai, dan sebaliknya orang yang dapat memanfaatkan waktunya dengan efektif dan
efisien maka orang tersebut memperoleh keberuntungan, dengan catatan pemanfaatan
waktu tersebut adalah yang disertai dengan keimanan, sehingga akan memberikan
keuntungan di dunia dan keuntungan di akhirat.

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 115


BAB X

KONSEP NPV DAN IRR

1. Konsep Net Present Value (NPV).

Net present value (NPV) adalah nilai sekarang bersih, model atau metode ini
sering dijumpai dalam perhitungan manajemen keuangan, studi kelayakan bisnis,
evaluasi proyek, dan juga ditemui dalam perhitungan matematika keuangan. Perhitungan
NPV merupakan suatu model yang sering digunakan dalam membantu memecahkan
persoalan dalam menentukan memilih atau tidak suatu investasi yang akan dilakukan,
pemilihan metode NPV ini lebih dapat dianggap mewakili kepentingan investor dalam
menghitung estimasi penerimaan (proceeds) yang akan diterima pada masa periode
pelaksanaan investasi.
Net present value adalah selisih antara nilai sekarang (present value) dari
keseluruhan penerimaan (proceeds) dengan nilai sekarang dari sejumlah pengeluaran
modal (net invesment / capital outlays / initial investment). Yang menjadi perhatian
dalam metode NPV ini adalah nilai sekarang dari aliran kas masuk (cash inflow / net
proceeds) yang didiskontokan /di mark up atas dasar biaya modal (cost of capital) atau
tingkat pengembalian yang diisyaratkan / tingkat keuntungan yang diharapkan (rate of
return).
Dalam perhitungan NPV diterima atau ditolaknya suatu usul investasi mengacu
kepada asumsi berikut :
1. Jika nilai sekarang dari keseluruhan penerimaan (proceesd) yang diterima lebih
besar dari nilai sekarang net investment maka usulan investasi dapat diterima.
( PV of Proceeds > Net Investment : usul investasi diterima).
2. Jika nilai sekarang dari keseluruhan penerimaan (proceesd) yang diterima lebih
kecil dari nilai sekarang net investment maka usulan investasi dapat ditolak.
( PV of Proceeds < Net Investment : usul investasi ditolak).
Tapi ada kalanya pendekatan nilai sekarang ini mengubah hasil kedalam
“profitability indeks” atau “desirability indeks” yaitu dengan cara membagi nilai
sekarang dari keseluruhan proceeds yang diterima dengan nilai sekarang net investment.
Jika profitability indeks lebih besar dari 1 (satu) maka usulan investasi dapat diterima,
dan bila profitability indeks lebih kecil dari 1 (satu), maka usulan investasi dapat ditolak.
Dalam perhitungan matematiknya sebagaimana telah diuraikan pada bab
sebelumnya, bahwa penerimaan (proceeds) ada di estimasikan dalam jumlah yang sama,
dan ada di estimasikan dalam jumlah yang berbeda. Jika jumlah proceeds sama pada
setiap interval penerimaan dapat digunakan rumus nilai sekarang dari suatu anuity
1
1
(1  r ) n
(PVIFA) yaitu : Po , bila proceeds berbeda pada setiap interval maka
r
perhitungan dengan menggunakan daftar atau tabel.

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 116


Contoh 1:

Seorang pengusaha merencakan penanaman modal pada suatu proyek sebesar Rp


45.000. Hasil bersih sesudah dipotong pajak (proceeds) yang diterima setiap tahun
selama 3 tahun berturut-turut adalah sebesar Rp 22.500. Jika tingkat pengembalian yang
diharapkan (rate of return) 10 % pertahun. Apakah usul investasi diterima atau ditolak ?.
1 1
=
(1  r) n
(1  0,1)1, 2,3

Jawab : Dengan menggunakan daftar/tabel


Tahun Proceeds Discount Rate 10 % PV of Proceeds
1 22.500 0, 9090 20.452,5
2 22.500 0,8264 18.594,00
3 22.500 0,7513 16.904,25
PV of Proceeds 55.950,75
PV Net Investment (initial out lays) 45.000,00
Net Presen Value (NPV positif) 10.950,75

1
1
(1  r ) n
Jawab : Dengan menggunakan rumus PVIFA yaitu Po .
r
Dengan memasukan tingkat bunga kedalam rumus PVIFA3th,10% maka diperoleh interest
1
1
(1  0,1) 3
faktor anuitynya : = 2,4867 dikalikan dengan jumlah proceeds tahunan
0,1
yang diterima adalah :
PV dari proceeds = 22.500 x 2,4867 = 55.950,75
PV Net Invesmenst = 45.000,00
Net present value = 10,950,75

Untuk menentukan indeks keuntungan (profitability indeks = PI) diperoleh dari hasil
jumlah nilai sekarang proceeds dibagi dengan nilai sekarang net invesment sebagai
berikut :
P I = 55.950,75 / 45.000 = 1,2433.

Kesimpulan dari pembahasan soal diats bahwa ditinjau dari nilai sekarang dan
profitability indeks usulan investasi dapat diterima karena nilai sekarang proceeds lebih
besar dari nilai sekarang net investasi sebesar Rp 10.950,75, dan profitability indeks
lebih besar dari 1 yaitu 1,2433.

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 117


Contoh 2 :
Proyek A dan B membutuhkan investasi masing-masing sebesar Rp 800.000,-. Pola cash
flow untuk masing-masing proyek diperkirakan sebagai berikut :
Tahun Proyek A Proyek B
1 400.000 100.000
2 400.000 200.000
3 200.000 200.000
4 100.000 200.000
5 300.000
6 400.000
Discount rate diperhitungkan sebesar 8 %. Proyek manakah yang paling menguntungkan
bila perhitungan didasarkan atas konsep NPV.

Jawab :
Proyek A
Tahun Proceeds Discount Rate 8 % PV of Proceeds
1 400.000 0, 926 370.400
2 400.000 0,857 342.800
3 200.000 0,794 158.800
4 100.000 0,735 73.500
PV of Proceeds 945.500
PV Net Investment (initial out lays) 800.000
Net Presen Value (NPV positif) 145.500

P IA = 945.500 / 800.000 = 1,18

Proyek B
Tahun Proceeds Discount Rate 8 % PV of Proceeds
1 100.000 0, 926 96.600
2 200.000 0,857 171.400
3 200.000 0,794 158.800
4 200.000 0,735 147.000
5 300.000 0,681 204.200
6 400.000 0,630 252.000
PV of Proceeds 1.030.000
PV Net Investment (initial out lays) 800.000
Net Presen Value (NPV positif) 230.000

P IB = 1.030.000 / 800.000 = 1,29

Dari hasil perhitungan diatas proyek B lebih menguntungkan, karena nilai sekarang
netonya lebih besar dan profitability indeksnya juga lebih besar jika dibandingkan
dengan proyek A, tapi kedua proyek tersebut mempunyai peluang untuk diterima karena
NPVnya sama-sama positif.

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 118


Contoh 3:
Sebuah perusahaan saat ini sedang mempertimbangkan dua kesempatan investasi yang
mutually exclusive. Kedua investasi itu memerlukan dana Rp 50.000.000 dengan arus
kas bersih setiap tahun masing-masing :
Tahun Investasi A Investasi B
1 20.000.000 30.000.000
2 30.000.000 20.000.000
3 15.000.000 15.000.000
Biaya modal perusahaan adalah 10 %. Carilah nilai sekarang dari kedua proyek
tersebut :

Jawab :
Fn
NPV A = Po
(1  r ) n
 20.000.000 30.000.000 15.000.000 
= - Rp 50.000.000 +    
 (1  0,1) (1  0,1) 2 (1  0,1) 3 
1

= - Rp 50.000.000 + Rp 54.244.928,62
= Rp 4.244.928,62

Fn
NPV B = Po
(1  r ) n
 30.000.000 20.000.000 15.000.000 
= - Rp 50.000.000 +    
 (1  0,1) 1
(1  0,1) 2
(1  0,1) 3 
= - Rp 50.000.000 + Rp 55.071.374
= Rp 5.071.374.-.

Contoh 4 :
Dibeli sebuah mesin pada 4 tahun yang lalu dengan harga Rp 100.000, usia tehnis mesin
itu 10 tahun. Diperkirakan mesin ini bila dijual sekarang akan laku seharga Rp 110.000,
pajak atas keuntungan penjualan assets (capital gain tax rate) 30 % sementara tingkat
pajak normal (normal tax rate) sebesar 50 %. Mesin baru bila dibeli akan diperoleh
dengan harga Rp 200.000. Biaya pemasangan Rp 50.000. Berapakah besarnya nilai
investasi yang dikeluarkan.
Jawab :
Keuntungan atas penjualan assets = 110.000 – 100.000 = 10.000
Nilai yang sudah dipakai (normal gain) 100.000 / 10.000 = 10.000 x 4 = 40.000
Nilai buku mesin lama = 100.000 - 40.000 = 60.000
Pajak yang dikeluarkan :
Capital gain = Rp 10.000 x 30 % = Rp 3.000
Normal gain = Rp 40.000 x 50 % = Rp 20.000
Jumlah = Rp 23.000

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 119


Nilai investasi
Harga mesin baru = Rp 200.000
Biaya pemasangan = Rp 50.000
Jumlah = Rp 250.000

Penerimaan atas penjualan mesin lama = Rp 110.000


= Rp 140.000
Pajak atas penjualan assets = Rp 23.000
Investasi bersih = Rp 163.000

Latihan

1. Perusahaan “SM” sedang mempertimbangkan dua proyek yaitu proyek A dan proyek
B yang mutually exclusive. Masing-masing memerlukan investasi sebesar Rp
1.000.000. Proyek A dan B mempunyai usia ekonomis 5 tahun (tanpa nilai sisa),
disusutkan dengan metode garis lurus, tingkat kuntungan yang diisyaratkan sebesar
10 %.Aliran kas bersih yang diperoleh masing-masing proyek adalah :
Tahun Proyek A Proyek B
1 200.000 300.000
2 200.000 200.000
3 300.000 200.000
4 200.000 200.000
5 200.000
Dari data yang diberikan, tentukanlah NPV dan profitability indeks masing-masing
proyek.

2. Sebuah proyek membutuhkan dana investasi sebesar Rp 600.000.000,-. Proyek


tersebut diperkirakan berumur 6 tahun, penyusutan dengan menggunakan metode
straigh line dan tanpa nilai sisa, dengan proceeds tahunan sebesar 100.000.000
selama 6 tahun, dan discount rate 10 %. Tentukanlah NPV dan profitability indeks
masing proyek.

3. Sebuah proyek membutuhkan dana investasi sebesar Rp 720.000.000,-. Proyek


tersebut diperkirakan berumur 6 tahun, penyusutan menggunakan metode straigh
line dan tanpa nilai sisa, dengan proceeds tahunan ; tahun ke 1 Rp 300.000.000,
tahun ke 2 Rp 100.000.000, tahun ke 3 Rp 80.000.000, dan untuk tahun ke 4, 5, 6
masing-masing Rp 20.000.000. Dengan tingkat bunga 11 % tentukan nilai
sekarangnya.

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 120


2. Konsep Internal Rate of Return ( IRR ).

Internal rate of return atau tingkat pengembalian internal adalah sebagai tingkat
bunga yang menjadikan jumlah nilai sekarang dari proceeds yang akan diterima (
present value of future proceeds ) sama dengan jumlah nilai sekarang dari net investment
/ pengeluaran modal ( present value of capital outlays ). Prinsip dari konsep internal rate
of return (IRR) ini adalah bagaimana menentukan tingkat bunga (discount rate) yang
dapat mempersamakan PV of proceeds dengan PV of outlays sehingga pada keadaan ini
net present value (NPV) sama dengan nol, lihat pola berikut :

Discount Rate

PV of Proceeds = 0 = PV of Outlays

Net Present Value

Metode internal rate of return (IRR) dikenal juga dengan nama “yield method”
untuk mencari IRR biasanya digunakan cara coba-coba (trial and error). Dengan kata
lain IRR dapat dihitung setelah diperoleh NPV yang positif dan NPV yang negatif
seperti contoh berikut :
PV of proceeds = Rp 0000
PV of outlays = Rp 0000-
Net present value = Rp 0000 ( NPV positif )

PV of proceeds = Rp 0000 IRR ?


PV of outlays = Rp 0000-
Net present value = Rp 0000 ( NPV negatif )

Bila penentuan pada NPV hasil yang diperoleh dalam satuan uang (rupiah),
sedang penentuan pada IRR hasil yang diperoleh dalam persentase ( % ). IRR hanya
dapat diperoleh bila telah diperoleh NPV yang berbeda yaitu NPV bernilai positif dan
NPV yang bernilai negatif, karena IRR tidak dapat diperoleh kalau NPV sama – sama
positif atau NPV sama-sama negatif. Disinilah cara coba-coba (trial end error) itu
berlaku karena akan selalu dicari tingkat bunga (discount rate) yang akan menghasilkan
NPV positif dan NPV negatif atau nilai sekarang dari proceeds lebih besar dari net
investment dan nilai sekarang dari proceeds lebih kecil dari invesment.

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 121


Sebaiknya IRR yang diperoleh harus selalu lebih besar dari biaya modal (cost of
capital) bila kondisi ini terjadi jaminan atas pinjaman akan lebih besar atau IRR lebih
besar dari tingkat pengembalian (rate of return) karena tingkat proceeds yang diharapkan
lebih besar dari penetapan tingkat pengembalian yang ditetapkan semula. Dalam arti
kata semakin besar tingkat pengembalian internal yang diperoleh semakin
menguntungkan bagi investor.

Contoh 1 :
Tuan Ali menginvestasikan uangnya sebesar US 45.000. Dengan estimasi jumlah profit
tahunan sebesar Rp US 22.500 selama tiga tahun. Berapa tingkat bunga yang diberikan
agar usul tersebut dapat diterima dengan menggunakan metode IRR.

Jawab :
Misalkan pada discount rate 23 %
Tahun Proceeds Discount Rate 23 % PV of Proceeds
1 22.500 0, 8130 18.292,50
2 22.500 0,6609 14.870,25
3 22.500 0,5373 12.089,25
PV of Proceeds 45.252,00
PV Net Investment (initial out lays) 45.000,00
Net Presen Value (NPV positif) 252

Misalkan pada discount rate 24 %


Tahun Proceeds Discount Rate 24 % PV of Proceeds
1 22.500 0, 8064 18.144,00
2 22.500 0,6503 14.631,75
3 22.500 0,5244 11.799,00
PV of Proceeds 44.572,75
PV Net Investment (initial out lays) 45.000,00
Net Presen Value (NPV positif) 425,75

Cara coba-coba dalam menentukan besar tingkat bunga yang digunakan telah dilakukan,
sekarang untuk menentukan besarnya nilai IRR tersebut dapat dihitung dengan
interpolasi atau dengan rumus yaitu :

Interpolasi :
Discount Rate PV of Proceeds (PV of proceeds-PV of outlays pada 23 %)
23 % 45.252 45.252
24 % 44.574,75 45.000
1% 677,75 252
Persentase perbedaan
252
x1%  0,37% , jadi IRRnya = 23 % + 0,37 % = 23,37 %
677,75

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 122


Rumus :
P2  P1
r = P 1 - C1
C 2  C1
Dimana :
r = nilai yang dicari (IRR)
P1 = tingkat bunga ke 1
P2 = tingkat bunga ke 2
C1 = NPV ke 1
C2 = NPV ke 2

Maka :
P2  P1
r = P 1 - C1
C 2  C1
24  23
r = 23 % - 252
 425,75  252
252(1)
r = 23 % -
 677,75
252
r = 23 % + = 23 % + 0,37 % = 23,37 %.
677,75

Contoh 2 :
Carilah IRR dengan menggunakan tingkat bunga 30 % dan 40 % bila proceeds tahunan
adalah dari tahun ke 1 sampai tahun ke 6 berturut-turut Rp 80.000, Rp 70.000, Rp
60.000, Rp 50.000, Rp 40.000, Rp 30.000,-. PV of outlays / net investment adalah
sebesar Rp 150.000,-.

Jawab :
DR 30 % DR 40 %
Tahun Proceeds
DF PV DF PV
1 80.000 0,769 61.520 0,714 57.120
2 70.000 0,592 41.440 0,510 35.700
3 60.000 0,455 27.300 0,364 21.840
4 50.000 0,350 17.500 0,260 13.000
5 40.000 0,269 10.760 0,186 7.440
6 30.000 0,207 6.210 0,133 3.990
164.730 139.090
150.000 150.000
14.730 -10.910

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 123


Interpolasi :
Discount Rate PV of Proceeds (PV of proceeds-PV of outlays pada 23 %)
30 % 164.730 164.730
40 % 139.090 150.000
10 % 25.640 14.730

Persentase perbedaan
14.730
x10%  5,74% , jadi IRRnya = 30 % + 5,74 % = 35,74 %
25.640

Maka :
P2  P1
r = P 1 - C1
C 2  C1
40  30
r = 30 % - 14.730
 10.910  14.730
14.730(10)
r = 30 % -
 25.640
147 .300
r = 30 % + = 30 % + 5,74 % = 35,74 %.
25.640

Contoh 3 :
Perusahaan “Anda” memiliki kesempatan untuk melakukan investasi pada mesin baru
senilai Rp 135.000.000. Mesin tersebut diharapkan memiliki usia ekonomis 7 tahun dan
dapat memberikan arus kas bersih setiap tahun sebesar Rp 45.000.000. Apabila biaya
modal untuk proyek mesin baru tersebut 16 %. Diminta :
a. Berapakah net present valuenya
b. Berapakah IRR dari investasi
c. Haruskah Anda melakukan investasi pada mesin itu.

Jawab :
 1 
1  (1  0,16) 7 
a. NPV = - Rp 135.000.000 + Rp 45.000.000  
 0,16 
 
= - Rp 135.000.000 + Rp 45.000.000 (4,0387)

= - Rp 135.000.000 + Rp 181.741.500

= Rp 46.741.500,-.

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 124


b. IRR
45.000.000
0 = NPV = -Rp 135.000.000 +
(1  IRR) t
= - Rp 135.000.000 + 45.000.000 (PVIFAIRR 7)

PVIFA = 135.000.000 : 45.000.000 = 3,0000

Pada tabel dapat dilihat pada baris tahun ke 7 maka PVIFA sebesar 3,000 terletak antara
tingkat discount rate 26 % dan 28 %.

Discount Discount Aliran kas Present Value


Rate Factor per tahun aliran kas
26 % 3,0833 45.000.000 138.748.500
28 % 2,9370 45.000.000 132.165.000
2% 6.583.500

138.748.500  135.000.000 
IRR = 26 % +  x 2
138.748.500  132.165.000 
= 26 % + 1,14 %
= 27,14 %.

Kesempatan investasi tersebut sebaiknya dilakukan karena NPV investasi itu positif dan
IRR yang dihasilkan ternyata lebih besar dari pada biaya modal.

Latihan.

1. Perusahaan “HMS” sedang dihadapkan pada pemilihan usulan investasi yang


mutually exclusive yaitu usulan proyek A dan proyek B. Proyek A memerlukan
investasi sebesar Rp 100.000 dan memberikan keuntungan bersih Rp 30.000
pertahun selama 5 tahun. Usulan proyek B memerlukan dana investasi sebesar Rp
50.000 dan memberikan keuntungan bersih Rp 16.000 pertahun selama 5 tahun.
Perusahaan HMS mempunyai persyaratan keuntungan sebesar 10 % setelah pajak.
Hitunglah NPV, profitability indeks, dan tentukan internal rate of returnnya (IRR).

2. Proyek A dan proyek B membutuhkan investasi masing-masing sebesar Rp 80.000.


Pola cash flow untuk masing-masing proyek sebagai berikut :
Tahun Proyek A Proyek B
1 400.000.000 100.000.000
2 400.000.000 200.000.000
3 200.000.000 200.000.000
4 100.000.000 200.000.000
5 300.000.000
6 400.000.000

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 125


Biaya modal yang diperkirakan adalah 17 % untuk proyek A dan 15 % untuk proyek
B. Dan tentukanlah NPV, Profitability indeks, IRR dari masing-masing proyek.

3. Diketahui dua perusahaan akan melakukan investasi, perusahaan tersebut adalah PT.
Asmara yang memerlukan investasi sebesar Rp 60.000.000, dan PT. Cinlok
memerlukan investasi sebesar Rp 72.000.000. Usia masing-masing proyek adalah 6
tahun. Proyeksi perhitungan laba setelah pajak kedua perusahaan adalah :
Tahun PT. Asmara PT. Cinlok
1 10.000.000 33.000.000
2 10.000.000 10.000.000
3 10.000.000 8.000.000
4 10.000.000 1.000.000
5 10.000.000 1.000.000
6 10.000.000 1.000.000
Penyusutan menggunakan metode garis lurus (straigh line) tanpa nilai sisa dengan
biaya modal yang diisyaratkan 10 % tentukanlah :
a. NPV dari masing-masing Perusahaan
b. Profitability indeks masing-masing perusahaan
c. Internal rate of return (IRR).

------------

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 126


BAB XI

PROBABILITAS DAN TABEL MORTALITAS

I. Probabilitas.

1. Pengertian

Setiap orang mempunyai berbagai ide mengenai apa yang dimaksud dengan kans
atau kesempatan (peluang) atau probabilitas (kemungkinan). Misalkan apakah yang
dimaksud dengan perkiraan, bahwa M mempunyai satu kesempatan dari tiga
memenangkan permainan adalah 1/3. Untuk mengestimasi kemungkinan harus
ditentukan kesempatan yang akan terjadi atau tidak akan terjadi. Seperti halnya kita akan
mengambil kartu sebarang dari jumlah kartu brige, dalam berbagai cara dan peristiwa
yang muncul bisa terjadi atau tidak terjadi, kasus yang terjadi perhitungan ini disebut
matematika probability (kemungkinan matematika).
Sebaliknya dalam kasus estimasi dari kemungkinan, bahwa seseorang berumur
25 tahun akan hidup menerima warisan pada umur 30 tahun, kita harus menggantungkan
pada berbagai informasi tentang apa yang terjadi pada saat yang sama seperti yang telah
terjadi, kasus yang terjadi pada perhitungan ini disebut empiris probability atau statistika
kemungkinan. Probabilitas adalah peluang terjadinya sesuatu hal atau peristiwa (event).

2. Kemungkinan Matematis.

Probabilitas suatu kejadian A ditulis dengan simbol P (A), besarnya suatu


kejadian berada antara 0 dan 1 atau 0 ≤ P (A) ≤ 1, paling kecil nol dan paling besar
n
adalah satu. Secara matematis ditulis probabilitas berhadi P = , n = jumlah yang
s
berhasil (muncul) dan s = jumlah yang mungkin terjadi dari suatu kejadian. Sedangkan
f
probabilitas tidak berhasil (tidak muncul) P  , f = jumlah yang tidak berhasil.
s
Jumlah probabilitas berhasil dan probabilitas tidak berhasil adalah 1 atau P + P = 1.

Jika suatu peristiwa harus dihasilkan salah satu dari n yang berbeda, tetapi
mempunyai kesempatan yang sama (equaly likely) dan jika sejumlah s dari cara ini
dianggap sukses maka ; f = n – s. Adalah dapat dianggap gagal, maka kemungkinan
susses dari percobaan yang dilakukan didefinisikan sebagai ; p = s/n dan kemungkinan
gagal sebagai ; q = f/n.
s f s f n
Karena p+q=    1
n n n n
Maka p = 1 – q dan q = 1 - p

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 127


Contoh 1 :

1 kartu diambil dari 52 buah kartu. Berapakah kemungkinan (a) kartu harus merah (b)
kartu tersebut spade (c) kartu tersebut King (d) kartu tersebut bukan Ace spade (e) kartu
tersebut bukan jack atau queen.
Jawab :
Satu kartu diambil dari 52 kartu n = 52 cara berbeda
a) Kartu merah dapat diambil dari seluruhnya = s = 26 cara. Kemungkinan terambil
kartu merah adalah s/n = 26/52 = ½.
b) Spade dapat diambil dari kumpulan kartu dengan s = 13 cara. Kemungkinan terambil
spade adalah s/n = 13/52 = ¼.
c) King dapat diambil dari kumpulan kartu dengan 4 cara yang berbeda, kemungkinan
dari terambilnya king adalah 4/52 = 1/13.
d) Ace spade dapat diambil hanya dengan 1 cara, kemungkinan ace spade adalah 1/52.
Kemungkinan tak terambil ace spade adalah 1 – (1/52) = 51/52. Disini kita dapat
menghitung jumlah kegagalan, kita juga mungkin dapat menghitung yang suskses.
e) Jack atau queen dapat diambil dengan 8 cara, kemungkinan terambilnya jack atau
queen adalah 8/52 = 2/13. Kemungkinan tak terambilnya jack atau queen adalah 1 –
2/13 = 11/13.
Demikian juga kemungkinan matematika bahwa probabilitas pada umur
seseorang dapat ditulis dengan beberapa cara yang digunakan dalam menyusun tabel
mortalitas sebagai berikut :
a. Px = Probabilitas bahwa seseorang pada umur x akan hidup sekurang-kurangnya 1
tahun lagi yaitu pada umur x + 1 tahun.
l
P = x 1
lx
Dimana : lx = jumlah orang yang hidup pada umur x
Lx+1 = jumlah orang yang hidup pada umur x + 1
b. nPx = Probabilitas bahwa seseorang pada umur x akan hidup sekurang-kurangnya n
tahun lagi yaitu pada umur x + n tahun.
l xn
nPx =
lx
Dimana : lx+n = jumlah orang yang hidup pada umur x + n tahun

c. P x Probabilitas bahwa seseorang pada umur x tahun tidak akan hidup sekurang-
kurangnya 1 tahun lagi yaitu pada umur x + 1.
l l l
P x = 1 – Px = 1 - x 1 maka ; P x = x x 1
lx lx
d. n P x = Probabilitas bahwa seseorang pada umur x tidak akan hidup sekurang-
kurangnya n tahun lagi yaitu pada umur x + n tahun.
l l l
n P x = 1 - nPx = 1 - xn maka ; n P x x x  n
lx lx

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 128


3. Kemungkinan Statistik

Jika suatu hasil tertentu dapat diamati terjadi s kali dalam n percobaan, ratio s/n
didefinisikan sebagai kemungkinan empiris, bahwa suatu hasil yang sama akan terjadi
didalam percobaan berikutnya. Kepercayaan ini dimana dapat diberikan pada suatu
kemungkinan bergantung pada ukuran besar dari jumlah yang diobservasi, semakin
besar jumlahnya semakin besar kepercayaannya. Sebagai contoh catatan selama 25
tahun yang lalu yang menunjukkan, bahwa suatu lokalitas tertentu mengalami musim
dingin rata-rata 292 hari tiap tahun.
Sebagai dasar informasi, kemungkinan bahwa kemungkinan dari musim panas
adalah : 365 - 292 / 365 = 1/5.

4. Ekspektasi.

Jika P probabilitas bahwa seseorang akan menerima sejumlah S, maka PS


disebut ekspektasinya, maka seseorang akan menerima setelah n tahun dengan bunga i
adalah : E = ( 1 + i )-n PS. Andaikan bunga uang i, akan dicari nilai sekarang nEx ,
suatu dwi guna murni 1 untuk setiap individu pada umur x, maka ekspektasi nilai
sekarang adalah :
l l
nEx = ( 1 + i )
-n
nPx maka ; nEx = ( 1 + i )-n x x  n
lx
nEx disebut premi net dwi guna murni.

Contoh 2 :
M akan menang Rp 5, jika ia mengambil bola merah pada pengambilan pertama dari
kotak yang berisi 3 hitam dan 2 bola merah, berapakah ekspektasinya ?
Jawab :
Kemungkinan dari pengambilan bola merah dari dalam kotak dalam satu percobaan
adalah 2/5. Jadi ekspektasi dari M adalah ( 2/5 ) (5) = Rp 2,-
Jika pS adalah ekspektasi, bahwa M akan menerima n tahun dari sekarang
sejumlah S, nilai tunai dari ekspektasi tersebut dengan anggapan uang berkembang i
adalah : ( 1 + i )-n pS.

Contoh 3 :
Pada catatan universitas Ternama selama 20 tahun yang telah lewat, kemungkinan dari
seorang mahasiswa diharapkan lulus sarjana dalam 4 tahun adalah 0,65. M telah
dijanjikan Rp 10.000 untuk hari sarjananya 4 tahun sejak hari ini. Jika uang berkembang
dengan 2 ½ % tentukan nilai hari ini dari ekspektasi.
Jawab :
Ekspektasi M adalah pS = 0,65 (10.000) = Rp 6.500.
Nilai sekarang pada 2 ½ % adalah :
E = ( 1 + i )-n pS
= (1,025)-4 (6.500) = (0,905951)(6.500)
= Rp 5.888,68

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 129


II. Tabel Mortalitas.

Pengertian.

Tabel mortalitas adalah penyederhanaan dari ikhtisar tentang catatan umur dari
sejumlah besar group individu yang representatif. Tabel terbaik yang pernah diketeahui
adalah “American Experience Table of Mortality” yang dipublikasikan pertama kali
tahun 1868. Ini diganti dengan tabel CSO atau commisioners 1941 Standard Ordinary
Mortality Table yang didasarkan pada data dari asuransi selama periode 1930-1940. Kita
akan mendasarkan perhitungan kita pada tabel ini. Ini harus dimengerti sebab
kebanyakan perusahaan asuransi umumnya menggunakan tabel CSO untuk asuransi,
yang berisi dari sejarah kehidupan dari group asli (original group) 10 = 1.023.102
individu dimana : 11 = 1.000.000 adalah hidup pada umur 1 tahun. Tabel inilah yang
digunakan perusahaan-perusahaan asuransi untuk menentukan anuitasnya. Tabel CSO
ini memuat 6 kolom yaitu : x , lx , dx , Dx , Nx , dan Mx. Simbol ini dijelaskan
sebagai berikut :
x = umur individu / umur orang
lx = jumlah orang hidup pada umur x
dx = jumlah orang yang mati pada umur x
dx = lx - lx+1
Dx , Nx , Mx akan dijelaskan dengan penurunan rumus pada penjelasan
berikutnya.
Demikian juga kemungkinan matematika bahwa probabilitas pada umur
seseorang dapat ditulis dengan beberapa cara yang digunakan dalam menyusun tabel
mortalitas sebagai berikut :
a. Px = Probabilitas bahwa seseorang pada umur x akan hidup sekurang-kurangnya 1
tahun lagi yaitu pada umur x + 1 tahun.
l
Px = x 1
lx
Dimana : lx = jumlah orang yang hidup pada umur x
Lx+1 = jumlah orang yang hidup pada umur x + 1

b. nPx = Probabilitas bahwa seseorang pada umur x akan hidup sekurang-kurangnya n


tahun lagi yaitu pada umur x + n tahun.
l xn
nPx =
lx
Dimana : lx+n = jumlah orang yang hidup pada umur x + n tahun

c. P x Probabilitas bahwa seseorang pada umur x tahun tidak akan hidup sekurang-
kurangnya 1 tahun lagi yaitu pada umur x + 1.
l l l
P x = 1 – Px = 1 - x 1 maka ; P x = x x 1
lx lx

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 130


d. P x = Probabilitas bahwa seseorang pada umur x tidak akan hidup sekurang-
n
kurangnya n tahun lagi yaitu pada umur x + n tahun.
l l l
n P x = 1 - nPx = 1 - xn maka ; n P x x x  n
lx lx
Contoh : 1
Hitunglah jumlah orang yang meninggal pada umur x, jika :
a) x = 20 tahun
b) x = 25 tahun
Jawab :
dx = lx - lx+1 (lihat tabel CSO, lampiran 8 )
a) d20 = l20 - l20+1
= (951.483 – 949.171) orang
= 2.312 orang
b) d25 = l25 - l25+1
= (939.197 – 936.492) orang
= 2.705 orang
Contoh : 2
Pada soal 1a, hitunglah :
a) P20 dan P 20
b) 5 P20 dan 5 P 20

Jawab :
l x 1
a) rumus : P =
lx
l
P20 = 20 x1 = 949.171 / 951.483 = 0,99757 , jadi kemungkinan
l 20
individu umur 20 tahun akan hidup paling tidak satu tahun kemudian adalah
0,99757 sama dengan 99,757 %.
P 20 = 1 - P20
= 1 - 0,99757 = 0,00243 , dan kemungkinan matinya individu
adalah 0,00243 sama dengan 0,243 %
l
b) rumus : nPx = x  n
lx
l 20 x5
5P20 = = 939.197 / 951.483 = 0,98709 , jadi kemungkinan
l 20
individu hidup 5 tahun yang akan datang (sampai umur 25 ) adalah 98,709 %

5P20 = 1 - 5P20
= 1 - 0,98709 = 0,01291, dan kemungkinan matinya adalah 1,291 %.

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 131


Contoh 3 :
Tentukan nilai kemungkinan bahwa individu umur 20 tahun paling tidak hidup
30 tahun lagi ( untuk menentukan nilai P lihat tabel CSO, lampiran 8 ).
Jawab :
l 50 810.900
30P20 =   0,85225
l 20 951.483

Contoh 4 :
Tentukan nilai kemungkinan, bahwa individu berumur 25 tahun akan meninggal
sebelum mencapai umur 65 tahun.( lihat tabel CSO, lampiran 8 ).
Jawab :
Kita mengharapkan nilai kemungkinan, bahwa individu umur 25 tahun akan
tidak hidup ( q) untuk 65 – 25 = 40 tahun kemudian. Jumlah individu yang
mati antara 25 tahun sampai 65 tahun adalah l25 - l65 jadi :
l 25  l 65 839.197  577.882
40q25 =   0,38471
l 25 939.197

Soal Bahas.

1. Dari dalam kotak yang berisi 8 bola hitam, 6 bola putih, dan 4 bola merah, satu bola
diambil secara acak. Berapakah nilai kemungkinan dari bola tersebut terambil a)
hitam, b) bukan merah.

Jawab :
Bola dapat diambil dari kotak dalam 18 cara dimana 8 adalah bola hitam dan 6 + 8 =
14 bukan merah.
a) Nilai kemungkinan dari terambilnya bola hitam adalah : 8/18 = 4/9
b) Nilai kemungkinan dari terambilnya bukan bola merah : 14/18 = 7/9

2. Dari suatu pak kartu M mengambil satu kartu misalnya jack diamond. Tanpa
mengembalikan kartu ini ia mengambil yang lain. Berapakah nilai kemungkinan,
bahwa kartu adalah : a) jack heart, b) jack yang lain, c) kartu yang lebih rendah
rangkingnya dari jack.

Jawab :
Ada 51 kartu yang tersisa dalam kotak dengan3 jack.
a) Nilai kemungkinan dari terambilnya jack heart adalah : 1/51
b) Nilai kemungkinan dari terambilnya jack yang lain adalah 3/51 = 1/17
c) Ada 36 kartu yang rangkingnya lebih rendah dari jack. Nilai kemungkinan dari
terambilnya satu buah adalah : 36/51 = 12/17.

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 132


3. M akan menang jika dia mendapat jumlah total 7 pada toss sepasang dadu, dan akan
kalah jika jika mendapatkan total 11. Tentukan : a) bahwa dia akan menang pada
toss pertama, b) bahwa dia akan kalah pada toss pertama.
Jawab :
Sepasang dadu mempunyai jumlah kejadian 36 cara yang berbeda dimana 6 buah
menunjukkan 7 (yakni : 6,1 ; 5,2 ; 4,3 ; 2,5 ; 3,4 ; 1,6) dan 2 menunjukkan jumlah 11
yakni (6,5 ; 5,6).
a) Nilai kemungkinan jumlah 7 adalah 6/36 = 1/6
b) Nilai kemungkinan jumlah 11 adalah 2/36 = 1/18

4. Dalam suatu lotere berhadiah Rp 20 dan 100 tiket telah dijual. Berapakah harapan
(ekspektasi) dari B yang memegang 8 tiket ?.
Jawab :
Nilai kemungkinan B menang adalah 8/100 = 0,08 dan harapannya adalah 0,08 x Rp
20 = Rp 1,60

5. Dengan menggunakan tabel CSO, tentukanlah nilai kemungkinan, bahwa M


sekarang berumur 30 tahun.
a) akan mencapai umur 45
b) akan tak dapat mencapai umur 65
c) anak mencapai umur 45 tetapi tidak 65
d) akan mati pada umur 75
Jawab :
Nilai lx = l30 , 45, 65, 75 dapat dilihat dalam tabel CSO
Nilai l30 = 924.609
Nilai l45 = 852.554
Nilai l65 = 577.882
Nilai d75 = 28.009
a) akan mencapai umur 45 ( 45 – 30 = 15 )
15P30 = l45 / l30 = 852.554 / 924.609 = 0,92207 , jadi kemungkinan M hidup
dalam 15 tahun atau sampai umur 45 adalah 0,92207 = 92,207 % dan
kemungkinan matinya 0,07793 sama dengan 7,793 %.
b) tak dapat hidup mencapai umur 65 adalah : l30 – l65 = 924.609 – 577.882 =
346.727.
35q30 = 924.609 – 577.882 / 924.609 = 346.727 / 924.609 = 0,37500
kemungkinan tak hidup sampai umur 65 tahun adalah 37,5 % dan kemungkinan
hidupnya adalah 62,5 %
c) dari 924.609 individu yang hidup pada umur 30 :
l45 – l65 = 852.554 - 577.882 = 274.672, jadi tak hidup (q) antara umur 45 dan
65 adalah : l45 – l65 / l30 = 852.554 – 557.882 / 924.609 = 0,29707, jadi
kemungkinan tak hidup antara umur 45 dengan 65 yang berumur 30 saat ini
adalah 0,29707 = 29,707 %.

d) Dari 924.609 individu hidup pada umur 30, d75 = 28.009 tak hidup dalam tahun
dimana dia berumur 75. Jadi nilai kemungkinan yang dimaksudkan adalah :

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 133


d75 / l30 = 28.009 / 924.609 = 0,03029, maksudnya dari jumlah individu
924.609 hidup pada umur 30 dan tak hidup dengan jumlah 28.009 saat individu
berumur 75 tahun adalah 3, 029 %.

Latihan.

1. Dari suatu tas yang berisi 8 bola hitam, 10 bola putih, dan 6 bola merah. Satu bola
diambil secara acak. Berapakah kemungkinan bahwa bola tersebut : a) putih, b)
merah, c) bukan putih, d) bukan hitam

2. Jika dari tas pada soal diatas bola hitam diambil tanpa dikembalikan, tentukan nilai
kemungkinan, bahwa bola lain diambil dari tas akan : a) hitam, b) merah, c) bukan
putih, d) bukan merah.

3. Dengan menggunakan tabel CSO tentukan :


a) jumlah individu (dari original : 1.023.102) hidup pada umur 22 tahun ?
b) jumlah yang tak hidup antara umur 45 dan 46
c) jumlah yang tak hidup antara umur 45 dan 65

4. Hitunglah sampai tiga desimal nilai kemungkinan bahwa individu berumur ( saat ini)
adalah :
a) 30 akan hidup paling tidak satu tahun lagi
b) 65 dan tak akan hidup dalam tahun tersebut
c) 40 akan tak hidup dalam 35 tahun kemudian
d) 25 akan tak hidup untuk 40 tahun kemudian dan tak akan hidup dalam 1 tahun
berikutnya
e) 20 akan hidup sampai umur 65
f) 30 akan hidup pada umur 66

5. N berumur 18 pada waktu masuk perguruan tinggi. Tentukan nilai kemungkinan


bahwa :
a) Ia akan hidup sampai sarjana 4 tahun kemudian
b) Ia tak akan hidup pada tahun kedua.

6. Hitunglah jumlah orang yang meninggal pada umur x, jika : a) x = 30 tahun, b) x =


35 tahun, c) x = 40 tahun

7. Pada soal 6 hitunglah :a) P30 , P35 , P40 , b) P 30 , P 35 , P 40 , c) 10P40 , 10 P 40

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 134


BAB XII

ANUITAS JIWA

1. Pengertian.

Anuitas jiwa atau anuitas kehidupan adalah anuitas yang dibayarkan secara terus
menerus (kontinyu) untuk seluruh atau sebagian dari kehidupan seseorang tertentu, yang
dinamakan anuitant. Seperti dalam anuitas tertentu, pembayaran dibuat tahunan,
setengah tahunan, kuartalan, dan sebagainya, tetapi kita akan membatasi pembicaraan
pada anuitas jiwa untuk pembayaran tahunan. Untuk membantu perhitungan anuitas jiwa
ini yang sering digunakan adalah tabel mortalitas CSO.

2. Anuitas Jiwa Seumur Hidup.

Anuitas jiwa yang pembayarannya selama anuitant masih hidup disebut anuitas
jiwa seumur hidup. Jika anuitant sekarang pada umur x, maka pembayaran pertama
dilakukan pada umur x + 1, pembayaran kedua pada x + 2 dan seterusnya, pembayaran
seperti ini disebut anuitas jiwa seumur hidup biasa. Jika pembayaran pertama dimulai
dengan umur x dan pembayaran kedua pada umur x + 1, seterusnya, ini disebut anuitas
jiwa seumur hidup dengan pembayaran dimuka, artinya pada saat mulai anuitant
menanda tangani kontrak. Jika pembayaran pertama dilakukan pada umur x + k + 1,
kedua pada umur x + k + 2, dan seterusnya, ini disebut anuitas jiwa seumur hidup
dengan penundaan k tahun. Anuitas jiwa seumur hidup dapat dibedakan yaitu :

N x 1
a. Anuitas jiwa seumur hidup biasa, rumus : ax = .
Dx

Anuitas jiwa seumur hidup biasa merupakan anuitas yang paling sederhana, karena
pembayaran dilakukan pada setiap akhir tahun 1, 2, 3, … dan berhenti pada saat
anuitant meninggal. Andaikan ax adalah premi tunggal (nilai sekarang) 1 per tahun
untuk setiap individu pada umur x adalah :

ax = 1Ex + 2Ex + 3Ex + … + nEx


l l l
= (1  i ) 1 x 1  (1  i ) 2 x  2  (1  i) 3 x 3
lx lx lx
Misalkan x = 25, maka akan berakhir x + n = 99 artinya n = 1, 2, 3, …, 74.
Didefinisikan v = ( 1 + i )-1 dan vx digandakan pada persamaan diatas maka :

v x 1l x 1 v x  2 l x  2 v x 3l x 3 v x 99 l x 99


ax =    ... 
v xlx v xlx v xlx v xlx

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 135


v x 1l x 1  v x  2 l x  2  v x 3l x 3  ...  v x 99 l x 99
=
v xlx
Jika Dx = vxlx disubstitusikan pada persamaan diatas maka :

Dx 1  Dx  2  Dx 3  ...  D99
ax = , sehingga
Dx
N x 1
ax = (nilai Nx dan Dx dapat dilihat pada lampiran tabel CSO )
Dx

Contoh 1 :
Hitunglah premi tunggal untuk suatu anuitas jiwa seumur hidup, Rp 1.000.000
per tahun untuk setiap individu pada umur 25 tahun.
Jawab :
N x 1 N 25 1 N 26 12.486.025,08
ax = maka a25 =  
Dx D25 D25 506.594,02
a25 = 24,6470045.
Jadi anuitas adalah = Rp 1.000.000 x 24,6470045
= Rp 24.647.044,50

b. Anuitas jiwa seumur hidup dengan pembayaran pada awal interval, rumus
N
adalah : a x  x .
Dx
Cara pembayaran anuitas ini sama dengan anuitas biasa, hanya perbedaan
pembayaran dilakukan pada setiap awal interval. Andaikan a x adalah premi tunggal
1 pertahun untuk setiap individu pada umur x, adalah :
Nx
ax = 1 + ax = 1 +
Dx
Dx 1  Dx  2  Dx 3  ...  D99
= 1 +
Dx
Dx  Dx 1  Dx  2  Dx 3  ...  D99
=
Dx
N
ax  x (nilai Nx dan Dx dapat dilihat pada lampiran tabel CSO )
Dx

Contoh 2 :
Hitunglah premi tunggal untuk suatu anuitas jiwa seumur hidup, Rp 1.000.000
per tahun untuk setiap individu pada umur 25 tahun. Pembayaran dilakukan pada
awal interval.

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 136


Jawab :
N
ax  x
Dx
N 12.992.619,10
a 25  25   25,64700448
D25 506.594,02
Jadi anuitasnya = Rp 1.000.000 x 25,64700448
= Rp 25.647.004,48

c. Anuitas jiwa seumur hidup dengan penundaan pembayaran k tahun, rumusnya


N
adalah : a xk  x  k 1 .
Dx

a xk  k 1 E x k  2 E x  k  3 E x k  ...

v k 1l x  k 1  v k  2 l x  k  2  v k 3l x  k 3
=
lx
v x  k 1l x  k 1  v x  k  2 l x  k  2  v x  k 3l x  k 3  ...
= , maka :
v xlx
N
a xk  x  k 1 (nilai Nx dan Dx dapat dilihat pada lampiran tabel CSO )
Dx

Contoh 3 :

Hitunglah premi tunggal untuk suatu anuitas jiwa seumur hidup, Rp 1.000.000
per tahun untuk setiap individu pada umur 25 tahun, hitunglah anuitasnya bila
terjadi penundaan pembayaran 5 tahun.

Jawab :
N N 10.153.479,81
a xk  x  k 1 maka a 25
5
 25 51   20,04263653
Dx D25 506.594,02
Jadi anuitasnya = Rp 1.000.000 x 20,04263653
= Rp 20.042.636,53

d. Anuitas jiwa seumur hidup dengan penundaan pembayaran k tahun, tetapi


pembayaran setiap awal interval. Andaikan a n k adalah premi tunggal 1 per tahun
N x  k 1
untuk setiap individu pada umur x, maka : a nk  .
Dx

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 137


Contoh 4 :
Suwarno berumur 30 tahun membayar pada saat umur 30 tahun sebanyak Rp
250.000 setiap tahun hingga ulang tahun ke 60. Pada ulang tahun ke 70 suwarno
akan menerima R sebagai pensiunan seumur hidup. Carilah R dan hitunglah
anuitasnya bila terjadi penundaan 5 tahun dan pembayaran dilakukan diawal interval.

Jawab :
Pada umur 30 tahun Suwarno membayar anuitas jiwa sementara selama 31 tahun
pembayaran setiap awal interval dengan nilai sekaran Rp 250.000 a30/31, sedangkan
pensiunannya berasal dari anuitas jiwa seumur hidup dengan pembayaran pada
setiap interval sebanyak R pertahun dengan penundaan 40 tahun dengan nilai
sekarang :
Ra3040  250.000a30 / 31
N N  N 61 N  N 61 D30
R 70  250.000 30 maka : R  250.000 30 x
D30 D30 D30 N 70
N  N 61 10.594.280,39  1.711.567,35
R  250.000 30 , R  250.000 x
N 70 663.742,056
R = Rp 3.345.694,67 (pensiunan Suwarno setiap tahun Rp 3.345.694,67)

Terjadi penundaan 5 tahun dan pembayaran setiap awal interval dengan nilai
sekarang Rp 1.000.000. :

N x  k 1 N 25 5 N 30 10.594.280,39
a nk  , a nk     20,91276243 .
Dx D25 D25 506.594,02
Jadi anuitasnya = Rp 1.000.000 x 20,91276243
= Rp 20.912.762,43.

3. Anuitas Jiwa Sementara.

Anuitas jiwa sementara tidak sama dengan anuitas jiwa seumur hidup, bedanya
ialah anuitas jiwa sementara ini hanya berlaku untuk waktu-waktu tertentu, misalnya
hanya 15 tahun dan 20 tahun, dan lain-lain. Andaikan ax/n adalah premi tunggal 1 per
tahun untuk setiap individu pada umur x, maka :
N N
a x / n  a x  a xn  x 1  x  n 1
Dx Dx

N x 1  N x  n 1
ax / n 
Dx
Andaikan a x / n adalah premi tunggal 1 per tahun untuk anuitas jiwa sementara
pembayaran awal interval, maka :

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 138


N x  N xn
ax/n 
Dx
Contoh 5 :
Hitunglah premi tunggal untuk suatu anuitas jiwa sementara 20 tahun Rp 2.000.000 per
tahun untuk setiap individu pada umur 30 tahun.

Jawab :
N  N x  n 1 N  N 30  20 1 N 31  N 51
a x / n  x 1 , maka : a30 / 15  30 1 
Dx D30 D30
10.153.479,81  3.613.562,55
=  14,83645339
440.800,58
Jadi anuitasnya = Rp 2.000.000 x 14,83645339
= Rp 29.672.906,78

Contoh 6 :
Seorang pensiunan berumur 57 tahun mengambil pendapatan dari suatu polis asuransi
jiwa Rp 25.000.000,-. Sebagai anuitas jiwa seumur hidup dengan pembayaran pada awal
interval. Hitunglah pendapatan tahunan dari anuitas.

Jawab :
Nx N
ax  sehingga R a x  R x  Rp25.000.000
Dx Dx
N D
R a 57  R 57  Rp25.000.000 , maka : R  25.000.000 x 57
D57 N 57
177.754,43
= 25.000.000 x
2.375.019,75
= Rp 1.871.052,12
Jadi pensiunan menerima pendapatan tahunan sebesar Rp 1.871.052,12

4. Polis Anuitas.

Polis anuitas melengkapi uang penghidupan sedemikian rupa, dengan membuat


premi tahunan yang sama dibayarkan pada suatu periode yang diberikan,individu
menciptakan pensiun yang pembayarannya dibuat pada suatu tanggal yang khusus dan
terus menerus selama hidup. Pembayaran premi membentuk suatu anuitas wajib
temporer karena premi pertama dibayar jika polis dibeli, pembayaran pensiun dapat
dipandang sebagai bentuk anuitas wajib yang tertunda.

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 139


Contoh :
Pada umur 30 Adi membeli anuitas jiwa dimana akan membayar Rp 2.500 pada umur 66
setiap tahun berikutnya. Premi tahunan R dibayar untuk 36 tahun. Tentukan R.
Jawab :
Pada umur 30 Adi membeli anuitas wajib seumur hidup seumur hidup Rp 2.500
pertahun tertunda untuk 36 tahun dengan nilai tunai 2.50036/a30 premi tahunan
membentuk anuitas wajib dalam tempo 36 tahun dengan nilai tunai R a 30 / 36 , maka :
N 30  N 66 N
R a 30 / 36 = 2.50036/ a30 atau R  2.500 66
D30 D30
N 66 1.056.042
R = 2.500  2.500  Rp276,79
N 30  N 66 10.594.280  1.056.042

Soal dan pembahasan.

1. Abu menerima Rp 10.000 dari pengembalian dana jika dia berumur 57. Berapakah
pembayaran tahunan yang akan diterimanya jika dia menggunakan jumlah tersebut
untuk membeli :
a) annuitas biasa seumur hidup
b) annuitas seumur hidup dengan pembayaran pertama jatuh pada waktu berumur
65.
Jawab :
Misal R menyatakan pembayaran tahunan yang dimaksud adalah :
a) Anuitas biasa seumur hidup.
N x 1 N
ax = Ra57 = R 58  10.000
Dx D57
D 177.754
R = 10.000 57  10.000  Rp808,98
N 58 2.197.265

b) Anuitas dengan pembayaran pertaman jatuh pada waktu berumur 65

N x  k 1
a xk  dengan k = 7
Dx
N
a nk  x  k 1 dengan k = 8
Dx
N 65
R =  10.000
D57
D 177.754
R = 10.000 57  10.000  Rp1.516,50
N 65 1.172.180

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 140


2. Tentukan premi bersih tunggal dari anuitas dengan tempo 10 tahun dari Rp 3.000
pertahun untuk individu yang sekarang berumur 18 tahun.
Jawab :
N  N xn
ax/n  x
Dx
N  N18 10
= 3.000 a 18 / 10  3.000 18
D18
16.953.726  11.513.853
= 3.000  Rp 26.626,15
612.917

3. Anto yang berumur 25 sekarang merencanakan beristirahat pada umur 55 dengan


pendapatan pertahun Rp 3.000 pembayaran pertama jatuh pada ulang tahun yang ke
55. Ia membeli annuitas tersebut dengan persetujuan membuat pembayaran tahunan
yang sama, pertama pada hari ini dan terakhir pada ulang tahunnya yang ke 54.
Tentukan pembayaran tahunan ( R ) untuk annuitas tersebut.
Jawab :
Pada usia 25 Anto membeli annuitas wajib seumur hidup Rp 3.000 pertahun tertunda
30 tahun dengan nilai tunai 3.000 30 / a 25 . Pembayarannya untuk annuitas tersebut
membentuk annuitas wajib tempo 30 tahun dengan nilai tunai R a 25 / 30 maka :
N  N 55 N
R a 25 / 30 = 3.000330a25 atau R 25  3.000 55
D25 D25
N 55 2.754.769
R  3.000  3.000  Rp807,23
N 25  N 55 12.992.619  2.754.769

Latihan.

1. Hitunglah premi tunggal untuk suatu anuitas jiwa seumur hidup Rp 2.000.000
pertahun untuk setiap individu pada umur 30 tahun, 40 tahun, dan 50 tahun.
2. Hitunglah premi tunggal untuk suatu anuitas jiwa seumur hidup Rp 3.000.000
pertahun dengan pembayaran pada setiap awal interval untuk setiap individu pada
umur 25 tahun, 30 tahun, dan 35 tahun.
3. Andi membayar Rp 30.000.000 untuk suatu anuitas jiwa seumur hidup biasa pada
umur 50 tahun. Berapa pembayaran tahunan ?
4. Emond ingin membeli suatu anuitas jiwa sementara sebanyak Rp 1.000.000 pertahun
selama 20 tahun diperuntukan bagi ayahnya yang berumur 60 tahun. Hitunglah
premi tunggal.

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 141


BAB XIII

ASURANSI JIWA

1. Pengertian.

Kelompok atau individu yang melakukan kegiatan atau usaha dalam dunia bisnis
secara umum akan mengalami resiko. Akan tetapi resiko tersebut diusahakan sekecil
mungkin. Resiko yang dialami setiap individu atau kelompok akibat ketidakpastian
(uncertainty) pada masa mendatang dapat diantisipasi dengan cara mengasuransikannya
kepada suatu lembaga asuransi.
Asuransi ialah suatu usaha (kemauan) untuk menentukan kerugian-kerugian kecil
yang sudah pasti sebagai pengganti kerugian-kerugian besar yang belum pasti. Contoh
asuransi : asuransi jiwa, asuransi kesehatan, asuransi kebakaran, asuransi kecelakaan,
asuransi kredit, dan lainnya. Perhitungan dalam asuransi ini menggunakan tabel
mortalitas atau tabel CSO, pada pembahasan selanjutnya hanya difokuskan pada
asuransi jiwa (life insurance).

2. Polis Asuransi Jiwa.

Polis asuransi jiwa adalah merupakan kontrak antara perusahaan asuransi jiwa
dengan seseorang (yang diasuransikan). Atau setiap asuransi jiwa selalu membuat
kontrak dengan pihak yang diasuransikan. Kontrak yang dimaksud dalam polis adalah :
a. Tertanggung setuju untuk membayar sekali atau lebih pembayaran premi pada
perusahaan asuransi. Atau setiap yang diasuransikan setuju menyetor sekali atau
beberapa kali penyetoran uang (premi) kepada lembaga asuransi.
b. Perusahaan asuransi berjanji untuk membayar, atas bukti kematian dari si
tertanggung (yang diasuransikan), sejumlah uang kepada seseorang atau lebih
(sipenerima uang) yang ditunjuk oleh si tertanggung (insured).Atau pihak lembaga
asuransi menyetujui pembayaran kepada pihak yang diasuransikan setelah selesai
masa kontrak asuransi.
c. Jumlah nilai polis ditentukan secara jelas.
d. Yang berhak menerima asuransi adalah pemegang polis atau ahli waris yang tertulis
dalam polis asuransi, jika pemegang polis sudah meninggal dunia.

3. Tipe Utama Asuransi Jiwa.


Asuransi jiwa ada tiga tipe utama yaitu :
a. Asuransi jiwa seumur hidup (Whole Life Insurance).
Asuransi ini permanen dengan pembayaran premi sama tiap tahun. Pembayaran
premi dilakukan hanya satu kali untuk seumur hidup.Dimana lembaga atau
perusahaan berjanji untuk membayar sejumlah polis dari si penerima uang pada
kematian sitertanggung, kapan saja ini terjadi.

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 142


b. Asuransi jiwa berjangka (Trem Life Insurance).
Asuransi ini hanya berlaku untuk jangka waktu tertentu, misalnya 10 tahun, 20
tahun, polis ini lebih murah dibandingkan dengan polis asuransi lain. Pada
asuransi berjangka n tahun ini, dimana perusahaan berjanji untuk membayar nilai
polis pada si penerima uang atas kematian dari si tertanggung hanya jika si
tertanggung meninggal dalam waktu n tahun setelah polis dikeluarkan.
c. Asuransi dwi guna (Endowment Life Insurance).
Asuransi ini berlaku untuk asuransi jiwa berjangka dan untuk biaya pendidikan.
Asuransi ini disebut juga asuransi n year endoment insurance (asuransi dengan
pembayaran n tahun). Maksudnya perusahaan berjanji membayar polis pada si
penerima uang atas kematian si tertanggung jika si tertanggung mati dalam n
tahun setelah polis dikeluarkan dan membayar polis pada si tertanggung pada
akhir dari n tahun jika ia tetap hidup dalam periode tersebut.
Secara praktis si penerima uang langsung dibayar atas bukti kematian si tertanggung.
Tetapi untuk penyederhanaan dalam perhitungan, kita akan selalu menganggap,
bahwa si penerima uang dari berbagai polis dibayar pada akhir tahun polis dimana si
tertanggung meninggal. Seperti dalam kasus anuitas jiwa, hanya premi bersih akan
diperhitungkan disini.

Asuransi jiwa seumur hidup (Whole Life Insurance).

Misal Ax menyatakan neto premi tunggal untuk asuransi se umur hidup dari 1
dikeluarkan pada individu dengan umur x. Persoalan untuk mencari Ax bisa diuraikan
menjadi jumlah dari tiap 1x individu, dengan umur semuanya x, harus membantu untuk
membentuk suatu dana yang cukup untuk dapatnya perusahaan membayar pada
sipenerima uang dari tiap polis yang berjumlah L pada akhir tahun dimana pemegang
polis meninggal.
Jumlah total yang menyusun dana adalah 1xAx. Selama tahun pertama, dx dari
pemegang polis akan mati menurut tabel mortalitas dan dx harus dibayar pada akhir
tahun. Nilai tunai untuk kepentingan ini adalah ( L + i )-1 dx = v dx. Selama tahun kedua
dx + 1 individu akan meninggal dan nilai tunai untuk pembayaran ini adalah v2 dx + 1,
seterusnya sehingga didapat :

1xAx = vdx + v2dx+1 + v3dx+2 + …


vd x  v 2 d x 1  v 2 d x  2  ...
Ax =
1x
x
Dengan mengalikan v terhadap pembilang dan penyebut akan didapat :

v x 1d x  v x  2 d x 1  v x 3 d x  2  ...  v100 d 99


Ax =
v x 1x
Selanjutnya untuk suku-sukunya diberikan simbul dan substitusi :

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 143


Dx = vx1x , Cx = vx+1dx , Mx = Cx + Cx+1 + Cx+2 + … + C99

C x 1  C x  2  ...  C99 Mx
Ax = , maka menjadi : Ax =
Dx Dx
Jika bunga 2,5 %, nilai Mx didapat pada kolom terakhir pada tabel CSO, Lampiran 8.

Contoh 1:
Dengan menggunakan netto premi tunggal untuk asuransi seumur hidup sebesar Rp
1.000 yang dikeluarkan pada seseorang berumur 22 tahun.
Jawab :
Mx M 193.897
Ax = 1.000 A22 = 1.000 22  1.000  Rp352,57
Dx D22 549.965

Contoh 2:
Hitunglah premi tunggal untuk polis asuransi seumur hidup Rp 5.000.000 pada umur
seseorang 25 tahun
Jawab :
Mx M 25 189.700,8750
Ax = A25 = A25 =  0,3745
Dx D25 506.594,02
Premi tunggal menjadi = Rp 5.000.000 x 0,3745 = Rp 1.872.500

Polis asuransi dengan premi tunggal banyak dijual. Sebagai pengganti sejumlah premi
yang sama dimulai pada tiap awal tahun dapat dibayarkan :
a. Selama polis masih berlaku.
b. Selama m tahun pertama dari umur polis.
Andaikan Px adalah premi periodik sepanjang polis berlaku masing-masing 1 per orang
pada umur x, maka didapat :
A M / Dx Mx
Px a x  A , Px = x  x maka : Px =
ax N x / Dx Nx
Nilai Mx dan Nx dapata dilihat pada tabel (tabel CSO, Lampiran 8).
Andaikan mPx adalah premi periodik untuk m tahun pertama masing-masing 1 per orang
pada umur x, maka didapat :

Contoh 3 :
Hitunglah premi tahunan / periodik untuk polis jiwa seumur hidup Rp 10.000.000
berlaku untuk orang pada umur 30 tahun.
Jawab :
Mx M 30 182.403,4951
Px = P30 =   0,0172
Nx N 30 10.594.280,39
Premi tahunan adalah = Rp 10.000.000 x 0,0172 = Rp 172.000,-.

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 144


Andaikan mPx adalah premi periodik untuk m tahun pertama masing-masing 1 per orang
pada umur x, maka didapat :
Ax M x / Dx
m Px a x / m  A m Px  
a x / m ( N x  N x  m ) / Dx
Mx
m Px  (nilai Mx , Nx , Nx+m dapat dilihat pada tabel CSO,
( N x  N xm )
Lampiran 8.)

Contoh 4 :

Hitunglah premi tahunan pembayaran 25 tahun untuk polis jiwa seumur hidup Rp
10.000.000 berlaku untuk orang pada umur 30 tahun.
Jawab :
m = 25 tahun , x = 30 tahun

Mx M 30
Px  P30 
( N x  N xm ) ( N 30  N 30  25 )
m 25

182.403,4951
P30   0,0233
(10.594.280,39  2.754.768,79)
25

Premi tahunan adalah = Rp 10.000.000 x 0,0233 = Rp 233.000,-.

Asuransi jiwa berjangka (Trem Life Insurance).

Asuransi A‟xl adalah premi tunggal. Untuk n tahun berjangka polis asuransi
masing-masing 1 per orang pada umur x, selanjutnya akan ditentukan A‟x/n sebagai
berikut :
LxA‟x/n = vdx + v2dx+1 + v3dx+2 + … + vndx+n-1

vd x  v 2 d x 1  v 3 d x  2  ...  v n d x  n 1
A‟x/n =
lx
Jika pembilang dan penyebut masing-masing digandakan vx , maka :

v x 1 d x  v x  2 d x 1  v x 3 d x  2  ...  v x  n d x  n 1
A‟x/n =
v xlx
Kemudian vx+1dx+i-1 = Cx+i-1, i = 1,2,…, n. Persamaan diatas menjadi :

Cc  Cci 1  Cc  2  ...  Cc  n 1
A‟x/n =
v xlx

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 145


Cc  Cc 1  Cc  2  ...  C99 Cc  n  Cc  n 1  C c  n  2  ...C99
A‟x/n = 
v xlx v xlx
M M M M
= x x  xx  n  x  x  n akan menjadi :
v lx v lx Dx Dx

M x  M xn
A’x/n = (nilai Dx, Mx, dan Mx+n dapat dilihat pada tabel CSO,
Dx
Lampiran 8).

Contoh 1:

Hitunglah premi tunggal polis asuransi berjangka 15 tahun Rp 7.000.000 setiap orang
pada umur 30 tahun.

Jawab : n = 15 tahun , x = 30 tahun

M x  M xn M 30  M 30 15
A’x/n = A’30/15 =
Dx D30

182.403,4951  154.736,6133
A’30/15 =  0,0628
440.800,58
maka premi tunggal adalah = Rp 7.000.000 x 0,0628 = Rp 439.600,00

Andaikan Px/n adalah premi periodik untuk n tahun, polis asuransi masing-
masing perorang pada umur x. Kemudian P‟x/n ditentukan dengan cara sebagai berikut :

A' x / 1 ( M x  M x  n ) / Dx
P‟x/n =  menjadi :
ax / n ( N x  N x  n ) / Dx

M x  M xn
P’x/n = (nilai Mx, Nx, Mx+n dan Nx+n dapat dilihat pada tabel CSO,
N x  N xn
Lampiran 8).

Contoh 2 :
Hitunglah premi periodik atau tahunan polis asuransi berjangka 20 tahun Rp 10.000.000
setiap orang pada umur 30 tahun.

Jawab : n = 20 tahun, x = 30 tahun

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 146


M x  M xn M 30  M 30  20
P’x/n = P’30/20 =
N x  N xn N 30  N 30  20

182.403,4951  142.035,0956
P’30/20 =  0,0059
10.594.280,39  3.849.487,59

Premi periodik tahunan = Rp 10.000.000 x 0,0059 = Rp 59.000

Andaikan mP‟x/n adalah premi periodik n tahun polis asuransi berjangka masing-
masing 1 per orang pada umur x akan dibayar pada periode m < n tahun. mP‟x/n
ditentukan dengan cara sebagai berikut :

M x  M xn
mP’x/n = (nilai Mx, Nx, Mx+n dan Nx+m dapat dilihat tabel CSO,
N x  N xm
Lampiran 8).

Contoh 3 :
Hitunglah premi tahunan, pembayaran 20 tahun polis asuransi berjangka 30 tahun Rp
5.000.000 setiap orang pada umur 30 tahun.

Jawab : m = 20 , n = 30 tahun , x = 30 tahun

M x  M xn M 30  M 30 30
mP’x/n = 20P’30/30 =
N x  N xm N 30  N 30  20

182.403,4951  108.543,4550
20P’30/30 =  0,01095
10.594.280,39  3.849.487,5900

Premi tahunan adalah = Rp 5.000.000 x 0,01095 = Rp 54.750

Asuransi dwi guna (Endowment Life Insurance).

Asuransi jiwa dwiguna ini mengandung dua unsur, yaitu asuransi jiwa berjangka
dan asuransi jiwa dwiguna murni. Andaikan Ax/n adalah premi tunggal untuk n tahun
polis asuransi masing-masing 1 per orang pada umur x, kemudian Ax/n ditentukan
dengan cara sebagai berikut :
Ax/n = A‟x/n + nEx

M x  M x n Dx n
= 
Dx Dx

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 147


M x  M x n  Dx  n
Ax/n =
Dx

(nilai Mx, Dx, Mx+n dan Dx+n dapat dilihat tabel CSO, Lampiran 8).

Contoh 1 :
Hitunglah premi tunggal polis asuransi dwiguna 25 tahun sebanyak Rp 20.000.000
setiap orang pada umur 30 tahun.

Jawab : n = 25 tahun , x = 30 tahun

M x  M x n  Dx  n M 30  M 30  25  D30  25
Ax/n = A30/25 =
Dx D30

182.403,4951  136.751,1239  193.940,6100


A30/25 =  0,5436
440.800,58

Premi tunggal adalah Rp 20.000.000 x 0,5436 = Rp 10.872.000,00

4. Premi Biasa (Natural Premium).

Premi tunggal untuk 1 tahun asuransi berjangka pada umur x disebut premi biasa
pada umur itu. Andaikan P‟x/1 adalah premi biasa untuk 1 tahun polis asuransi masing-
masing 1 per orang pada umur x, P‟x/1 dapat ditentukan :

M x  M x 1 M x  M x 1
P’x/1 = 
N x  N x 1 Dx

M x  M x 1
P’x/1 =
Dx
M x  M xn
Persamaan ini adalah keadaan khusus persamaan P’x/n = yaitu
N x  N xn
untuk n = 1.

Contoh :
Hitunglah premi biasa suatu polis asuransi Rp 10.000.000 setiap orang pada umur 30
tahun.
Jawab : x = 30 tahun
M x  M x 1 M 30  M 30 1
P’x/1 = P’30/1 =
Dx D30

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 148


182.403,4951  180.872,3371
P’30/1 =  0,0035
440.800,58

Premi biasa adalah = Rp 10.000.000 x 0,0035 = Rp 35.000,00.

Contoh :
Suatu polis asuransi jiwa seumur hidup Rp 10.000.000 diubah menjadi polis asuransi
jiwa berjangka 20 tahun pada umur 30 tahun, apa tanggapan anda terhadap perubahan
itu ?.

Jawab :
Premi tunggal asuransi jiwa seumur hidup :

Mx M 30 182.403,4951
Ax = A30 = A30 =  0,4138
Dx D30 440.800,58

Premi tunggal adalah Rp 10.000.000 x 0,4138 = Rp 4.138.000,00.

Premi tunggal asuransi berjangka : x = 30 tahun , n = 20 tahun

M x  M xn M 30  M 30  20
A’x/n = A’30/20 =
Dx D30

182.403,4951  142.035,0956
A’30/20 =  0,0916
440.800,58

Premi tunggal adalah = Rp 10.000.000 x 0,0916 = Rp 916.000,00


Menurut hasil ini premi tunggal asuransi jiwa berjangka lebih banyak
dibandingkan dengan asuransi jiwa seumur hidup.

Latihan.

1. Hitunglah premi tunggal polis asuransi seumur hidup Rp 10.000.000 untuk setiap
umur seseorang ; a) 25 tahun, b) 30 tahun, c) 35 tahun.

2. Hitunglah premi tahunan / periodik pada soal 1.

3. Hitunglah premi tahunan pembayaran 30 tahun untuk polis asuransi jiwa seumur
hidup setiap orang pada umur 30 tahun !

4. Hitunglah premi tunggal polis asuransi berjangka 20 tahun Rp 20.000.000. Setiap


orang pada umur ; a) 30 tahun, b) 35 tahun.

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 149


5. Hitunglah premi tahunan pada soal 4.

6. Hitunglah premi tahunan, pembayaran 25 tahun, polis asuransi berjangka 35 tahun


Rp 10.000.000 untuk setiap orang pada umur 30 tahun.

7. Hitunglah premi tunggal polis asuransi dwiguna 30 tahun sebanyak Rp 15.000.000


setiap orang pada umur 30 tahun.

8. Hitunglah premi biasa suatu polis asuransi Rp 10.000.000. Setiap orang pada umur ;
a) 30 tahun, b) 35 tahun, c) 40 tahun.

9. Hitunglah premi tahunan untuk pembayaran 20 tahun polis berjangka Rp 10.000.000


setiap orang pada umur 25 tahun.

10. Berapa polis asuransi jiwa seumur hidup setiap orang pada umur 30 tahun pembelian
suatu premi tunggal Rp 5.000.000 ?

------------

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 150


DAFTAR PUSTAKA

Albari, 2003. Matematika Untuk Ekonomi & Bisnis, Yogyakarta : Ekonisia.

Alpha C. Chiang ( Alis bahasa ; Susatio Sudigno, Nartanto), 1989. Dasar-Dasar


Matematika Ekonomi, Jilid 1, Edisi Ketiga (Revisi), Jakarta : Erlangga.

Herispon, 2004. Manajemen Keuangan I, Pekanbaru : UIR Press

L. Sembiring, R.A. Rivai Wirasasmita, Yogia. SM, Yance Lagu. M., 2005. Matematika
Keuangan, Bandung : Penerbit M2S.

M. Nababan, 2004. Matematika Keuangan Untuk Perguruan Tinggi, Jakarta : PT.


Grasindo.

Muhammad (editor), 2004. Bank Syari’ah ; Analisis Kekuatan, Peluang, Kelemahan


dan Ancaman, Edisi Pertama, Cetakan Ketiga, Yogyakarta : Ekonisia.

Sunarto Zulkifli, 2003, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, Jakarta : Zikrul
Hakim.

Yacob Ibrahim, 1998. Studi Kelayakan Bisnis, Jakarta : PT. Rineka Cipta

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 151


Lampiran 1

Jumlah Penerimaan Apabila Principal = 1 , rumus S = ( 1 + i )n

Keterangan :

S = Jumlah nilai yang dicari


i = Tingkat bunga (discount rate)
n = Periode waktu/ jumlah periode penerimaan

Untuk menentukan jumlah penerimaan dari Rp 1,- pada tingkat bunga tertentu
(discount rate) dan pada periode tertentu pula, dilakukan dengan memasukan tingkat
bunga dan berapa jumlah periode penerimaan (periode ini dapat dalam hitungan harian,
mingguan, bulananan, triwulanan, atau tahunan).
Berikut contoh pengisian tabel yang periodenya dalam hitungan tahun pada
tingkat bunga 0 % , periode 0 tahun yaitu : S = ( 1 + i )n dapat ditulis S = ( 1 + 0,00)0
= 1,00000000. Selanjutnya pada tingkat bunga 1 % dan periode 1 tahun dapat ditulis S
= ( 1 + 0,01 )1 = 1,01000000. Dengan bantuan kalkulator untuk menentukan nilai pada
tahun ke 2,3,4,5 sampai tahun ke 40 pada tingkat bunga 1 %, dapat digunakan cara
dengan menekan (meng enter) tanda ( x ) dua kali pada nilai 1,01000000 sama dengan
hasilnya 1,02100000 tekan tanda sama dengan ( = ) berulang berulang hasilnya akan
didapatkan seperti pada tahun , 3, 4, 5, dan ke 40 seperti pada contoh dibawah ini.
Begitu juga pada tingkat bunga 2 %, 3%, 4%, 5% atau 40% cara yang sama dapat
dilakukan.
Atau dapat juga dengan cara menekan tanda ( yx ) pada kalkulator, misal kita
ingin menentukan nilai pada tingkat bunga 1 % dengan periode 5 tahun, maka dapat
dilakukan seperti berikut :
S = ( 1 + 0,01 ) = 1,01 tekan tanda yx tekan angka 5 sama dengan 1,05101005
begitu seterusnya pada periode berapa dan pada tingkat bunga (discount rate) berapa
yang kita inginkan hasilnya akan diperoleh seperti pada tabel berikut :

n/i 1% 2% 3% 4% 5% 6% 7% 8% 9%

0 1,00000000 1,00000000 1,00000000 1,00000000 1,00000000 1,00000000 1,00000000 1,00000000 1,00000000


1 1,01000000 1,02000000 1,03000000 1,04000000 1,05000000 1,06000000 1,07000000 1,08000000 1,09000000
2 1,02010000 1,04040000 1,06090000 1,08160000 1,10250000 1,12360000 1,14490800 1,16640000 1,18810000
3 1,03030100 1,06120800 1,09272700 1,12486400 1,15762500 1,19101600 1,22504300 1,25971200 1,29502900
4 1,04060401 1,08243216 1,12550881 1,16985856 1,21550625 1,26247696 1,31079601 1,36048896 1,41158161
5 1,05101005 1,10408080 1,15927407 1,21665290 1,27628156 1,33822558 1,40255173 1,46932808 1,53862395
:
40 1,48886373 2,20803966 2,68506384 4,80102063 7,03998871 10,28571794 14,97445784 21,72452150 31,40942005

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 152


Lampiran 2

Jumlah Present Value Apabila Principal = 1 , rumus P = ( 1 + i )-n atau P=


1
(1  i) n
Keterangan :

P = Jumlah nilai yang dicari (nilai sekarang)


i = Tingkat bunga (discount rate)
-n = Periode waktu/ jumlah periode penerimaan

Untuk menentukan jumlah nilai sekarang dari Rp 1,- pada tingkat bunga tertentu
(discount rate) dan pada periode tertentu pula, dilakukan dengan memasukan tingkat
bunga dan berapa jumlah periode penerimaan (periode ini dapat dalam hitungan harian,
mingguan, bulananan, triwulanan, atau tahunan).
Berikut contoh pengisian tabel yang periodenya dalam hitungan tahun pada
tingkat bunga 0 % , periode 0 tahun yaitu : P = ( 1 + i )-n dapat ditulis P = ( 1 + 0,00)-0
= 1,00000000. Selanjutnya pada tingkat bunga 1 % dan periode 1 tahun dapat ditulis P
= ( 1 + 0,01 )-1 = 0,9900991. Dengan bantuan kalkulator untuk menentukan nilai pada
tahun ke 2,3,4,5 sampai tahun ke 40 pada tingkat bunga 1 %, dapat digunakan cara
dengan menekan (meng enter) tanda ( x ) dua kali pada nilai 0,9900991 sama dengan
hasilnya 0,980296227 tekan tanda sama dengan ( = ) berulang-ulang hasilnya akan
didapatkan seperti pada tahun 3, 4, 5, dan ke 40 seperti pada contoh dibawah ini. Begitu
juga pada tingkat bunga 2 %, 3%, 4%, 5% atau 40% cara yang sama dapat dilakukan.
Atau dapat juga dengan cara menekan tanda ( yx ) pada kalkulator, misal kita
ingin menentukan nilai pada tingkat bunga 1 % dengan periode 5 tahun, maka dapat
dilakukan seperti berikut :
P = ( 1 + 0,01 )-n = 1,01 tekan tanda yx tekan angka -5 tekan tanda negatif sama
dengan 0,95146569 begitu seterusnya pada periode berapa dan pada tingkat bunga
(discount rate) berapa yang kita inginkan hasilnya akan diperoleh seperti pada tabel
berikut :

n/ 1% 2% 3% 4% 5% 6% 7% 8% 9%
i
0 1,00000000 1,00000000 1,00000000 1,00000000 1,00000000 1,00000000 1,00000000 1,00000000 1,00000000
1 0,99009901 0,98039216 0,97087379 0,96153846 0,95238095 0,94339623 0,93457944 0,92592593 0,91743119
2 0,98029605 0,96116878 0,94259591 0,92455621 0,90702948 0,88999644 0,87343873 0,85733882 0,84167999
3 0,97059015 0,94232233 0,91514166 0,8889936 0,86383760 0,83961928 0,81629788 0,79383224 0,77218348
4 0,96098034 0,92384543 0,88848705 0,85480419 0,82270247 0,79209366 0,76289521 0,73502985 0,70842521
5 0,95146569 0,90573081 0,86260878 0,82192711 0,78352617 0,74725817 0,71298618 0,68058320 0,64993139
:
40 0,67165314 0,45289042 0,30655684 0,20828904 0,14204568 0,09722219 0,06678038 0,04603093 0,03183758

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 153


Lampiran 3
Jumlah Present Value dari Anuity Apabila Anuity = 1, rumus :
1  (1  i) 
n

i
Keterangan :
i = tingkat bunga (discount rate)
-n = periode / waktu

Adalah menentukan jumlah nilai sekarang dari suatu anuity (cicilan berkala) pada anuity
sama dengan Rp 1. Untuk menentukan nilai pada tingkat bunga 1 % dan pada periode
tahun ke 1 adalah sebagai berikut :

1  (1  0,01) 1 
= 0,99009901 dan pada tingkat
0,01

bunga 1 % pada periode tahun ke 40 dapat dihitung sebagai berikut :


1  (1  0,01) 
40

0,01
= 32,83468611, artinya kita harus melakukannya berulang-ulang misal pada tingkat
bunga 1 % dengan periode yang berbeda-beda seperti dari tahun ke, 1, 2, 3, 4, 5, …,40
jadi perhitungannya harus kita selesaikan masing-masing pada periodenya. Begitu juga
pada tingkat bunga 2 %, 3 %, 4 %, 5 %, …, 40 % pada periode tahun ke 1, 2, 3, 4, 5, …,
40 cara menentukan nilainya sama maka hasilnya akan diperoleh seperti pada tabel
berikut :

n/i 1% 2% 3% 4% 5% 6% 7% 8% 9%

0 0,00000000 0,00000000 0,00000000 0,00000000 0,00000000 0,00000000 0,00000000 0,00000000 0,00000000


1 0,99009901 0,98039216 0,97087379 0,96153846 0,95238095 0,94339623 0,93457944 0,92592593 0,91743119
2 1,97039506 1,94156094 1,91346970 1,88609467 1,85941043 1,83339267 1,80801817 1,78326475 1,75911119
3 2,94098521 2,88388327 2,82861135 2,77509103 2,72324803 2,67301195 2,62431604 2,57709699 2,53129467
4 3,90196555 3,80772870 3,71709840 3,62989522 3,54595050 3,46510561 3,38721126 3,31212684 3,23971988
5 4,85343124 4,71345951 4,57970719 4,45182233 4,32947667 4,21236379 4,10019744 3,99271004 3,88965126
:
40 32,83468611 27,35547924 23,11477197 19,79277388 17,1590863 15,0462968 13,3317088 11,9246133 10,7573602

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 154


Lampiran 4

i
Jumlah Anuity Apabila Present Value Anuity = 1 , rumus :
{1  (1  i)  n }
Keterangan :
i = tingkat bunga (discount rate)
-n = periode / waktu

Adalah menentukan jumlah anuity (cicilan berkala) pada nilai sekarang dari suatu anuity
sama dengan Rp 1. Untuk menentukan nilai pada tingkat bunga 1 % dan pada periode
0,01
tahun ke 1 adalah sebagai berikut : = 0,01000000 , dan pada tingkat
{1  (1  0,01) 1 }
0,01
bunga 1 % pada periode tahun ke 40 dapat dihitung sebagai berikut :
{1  (1  0,01)  40 }
= 0,03045560 , artinya kita harus melakukannya berulang-ulang misal pada tingkat
bunga 1 % dengan periode yang berbeda-beda seperti dari tahun ke, 1, 2, 3, 4, 5, …,40
jadi perhitungannya harus kita selesaikan masing-masing pada periodenya. Begitu juga
pada tingkat bunga 2 %, 3 %, 4 %, 5 %, …, 40 % pada periode tahun ke 1, 2, 3, 4, 5, …,
40 cara menentukan nilainya sama maka hasilnya akan diperoleh seperti pada tabel
berikut :

n/ 1% 2% 3% 4% 5% 6% 7% 8% 9%
i
0 0,00000000 0,00000000 0,00000000 0,00000000 0,00000000 0,00000000 0,00000000 0,00000000 0,00000000
1 0,01000000 1,02000000 1,03000000 1,04000000 1,05000000 1,06000000 1,07000000 1,08000000 1,09000000
2 0,50751244 0,51504950 0,52261084 0,53019608 0,53780488 0,54543689 0,55309178 0,56076923 0,56846890
3 0,34002211 0,34675467 0,35353036 0,36034854 0,36720856 0,37410981 0,38105166 0,38803351 0,39505475
4 0,25628109 0,26262375 0,26902705 0,27549005 0,28201183 0,28859149 0,29522811 0,30192064 0,30866866
5 0,20603980 0,21215839 0,21835457 0,22462711 0,23097480 0,2373964 0,24389069 0,25045645 0,25709245
:
40 0,03045560 0,03655575 0,04326238 0,05052349 0,05827816 0,066461535 0,07500913 0,083860162 0,092959609

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 155


Lampiran 5

{(1  i ) n  1}
Jumlah Penerimaan dari Anuity Apabila Anuity = 1 , rumus :
i
Keterangan :
i = tingkat bunga (discount rate)
n = periode / waktu

Adalah menentukan jumlah penerimaan dari anuity (cicilan berkala) dari suatu anuity
sama dengan Rp 1. Untuk menentukan nilai pada tingkat bunga 1 % dan pada periode
{(1  0,01)1  1}
tahun ke 1 adalah sebagai berikut : = 1,00000000 , dan pada tingkat
0,01
{(1  0,01) 40  1}
bunga 1 % pada periode tahun ke 40 dapat dihitung sebagai berikut :
0,01
= 48,88637336 , artinya kita harus melakukannya berulang-ulang misal pada tingkat
bunga 1 % dengan periode yang berbeda-beda seperti dari tahun ke, 1, 2, 3, 4, 5, …,40
jadi perhitungannya harus kita selesaikan masing-masing pada periodenya. Begitu juga
pada tingkat bunga 2 %, 3 %, 4 %, 5 %, …, 40 % pada periode tahun ke 1, 2, 3, 4, 5, …,
40 cara menentukan nilainya sama maka hasilnya akan diperoleh seperti pada tabel
berikut :

n 1% 2% 3% 4% 5% 6% 7% 8% 9%
/i
0 0,00000000 0,00000000 0,00000000 0,00000000 0,00000000 0,00000000 0,00000000 0,00000000 0,00000000
1 1,00000000 1,00000000 1,00000000 1,00000000 1,00000000 1,00000000 1,00000000 1,00000000 1,00000000
2 2,01000000 2,02000000 2,03000000 2,04000000 2,05000000 2,06000000 2,07000000 2,08000000 2,09000000
3 3,03010000 3,06040000 3,09090000 3,12160000 3,15250000 3,18360000 3,21490000 3,24640000 3,27810000
4 4,06040100 4,12160800 4,18362700 4,24646400 4,31012500 4,37461600 4,43994300 4,50611200 4,57312900
5 5,10100501 5,20404016 5,30913581 5,41632256 5,52563125 5,63709296 5,75073901 5,86660096 5,98471061
:
40 48,8863733 60,4019831 75,4012597 95,0255157 120,799774 154,761965 199,635511 259,056518 337,882445

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 156


Lampiran 6

i
Jumlah Annuity Apabila Nilai Penerimaan Annuity = 1 , rumus :
{(1  i ) n  1
Keterangan :
i = tingkat bunga (discount rate)
n = periode / waktu

Adalah menentukan jumlah anuity (cicilan berkala) apabilai nilai penerimaan anuity
sama dengan Rp 1. Untuk menentukan nilai pada tingkat bunga 1 % dan pada periode
0,01
tahun ke 1 adalah sebagai berikut : = 1,00000000 , dan pada tingkat
{(1  0,01)1  1
0,01
bunga 1 % pada periode tahun ke 40 dapat dihitung sebagai berikut : =
{(1  0,01) 40  1
0,02045560 , artinya kita harus melakukannya berulang-ulang misal pada tingkat bunga
1 % dengan periode yang berbeda-beda seperti dari tahun ke, 1, 2, 3, 4, 5, …,40 jadi
perhitungannya harus kita selesaikan masing-masing pada periodenya. Begitu juga pada
tingkat bunga 2 %, 3 %, 4 %, 5 %, …, 40 % pada periode tahun ke 1, 2, 3, 4, 5, …, 40
cara menentukan nilainya sama maka hasilnya akan diperoleh seperti pada tabel berikut :

n 1% 2% 3% 4% 5% 6% 7% 8% 9%
/i
0 0,00000000 0,00000000 0,00000000 0,00000000 0,00000000 0,00000000 0,00000000 0,00000000 0,00000000
1 1,00000000 1,00000000 1,00000000 1,00000000 1,00000000 1,00000000 1,00000000 1,00000000 1,00000000
2 0,49751244 0,49504950 0,49261084 0,49019608 0,48780488 0,48543689 0,48309179 0,48076923 0,47846890
3 0,33002211 0,32675467 0,32353036 0,32034854 0,31720856 0,31410981 0,31105167 0,30803351 0,30505476
4 0,24628109 0,24262375 0,23902705 0,23549005 0,23201183 0,22859149 0,22522812 0,22102080 0,21866866
5 0,19603980 0,19215839 0,18835457 0,18462711 0,18097480 0,17739640 0,17389069 0,17045645 0,16709246
:
40 0,02045560 0,01655575 0,01326238 0,01052349 0,00827816 0,00646154 0,00500914 0,00386016 0,00295961

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 157


Lampiran 7

Tingkat Bunga Setiap Interval Pembayaran Apabila Normal Rate Diketahui.

Tingkat Bunga Setiap Periode


Tingkat Bunga
n Dalam Bunga Majemuk
Setahun
Bulan Kuartal 6 Bulan
1 2 % = 0,020 1/6 % = 0,00166 ½ % = 0,005 1 % = 0,01
2 2,5 % = 0,025 5/24 % = 0,00208 5/8 % = 0,00625 1,25 % = 0,0125
3 3 % = 0,030 ¼ % = 0,00250 ¾ % = 0,0075 1,5 % = 0,015
4 3,5 % = 0,035 7/24 % 0,00292 7/8 % = 0,00875 1,75 % = 0,0175
5 4 % = 0,040 1/3 % = 0,0033 1 % = 0,01 2 % = 0,02

6 4,5 % = 0,045 3/8 % = 0,00375 1,125 % = 0,01125 2,25 % = 0,0225


7 5 % = 0,050 5/12 % = 0,00416 1,25 % = 0,0125 2,5 % = 0,025
8 6 % = 0,060 ½ % = 0,005 1,5 % = 0,015 3 % = 0,03
9 6,5 % = 0,065 13/24 % = 0,00542 1,625 % = 0,01625 3,25 % 0,0325
10 7 % = 0,07 7/12 % = 0,00583 1,75 % = 0,01750 3,5 % = 0,035

11 7,5 % = 0,075 15/24 % = 0,00625 1,875 % = 0,01875 3,75 % = 0,0375


12 8 % = 0,080 2/3 % = 0,00667 2 % = 0,02 4 % = 0,04
13 8,5 % = 0,085 17/24 % = 0,00708 2,125 % = 0,02125 4,25 % = 0,0425
14 9 % = 0,090 ¾ % = 0,00750 2,25 % = 0,0225 4,5 % = 0,045
15 9,5 % = 0,095 19/24 % = 0,00791 2,375 % = 0,02375 4,75 % = 0,0475

16 10 % = 0,100 5/6 % = 0,00833 2,5 % = 0,025 5 % = 0,05


17 10,5 % = 0,105 21/24 % = 0,00875 2,625 % = 0,02625 5,25 % = 0,0525
18 11 % = 0,110 11/12 % = 0,00917 2,75 % = 0,0275 5,5 % = 0,055
19 12 % = 0,120 1 % = 0,01 3 % = 0,03 6 % = 0,06
20 13 % = 0,130 1,083 % = 0,01083 3,25 % = 0,0325 6,5 % = 0,065

21 14 % = 0,140 1,166 % = 0,01166 3,5 % = 0,035 7 % = 0,07


22 15 % = 0,150 1,25 % = 0,0125 3,75 % = 0,0375 7,5 % = 0,075
23 16 % = 0,160 1,333 % = 0,01333 4 % = 0,04 8 % = 0,08
24 17 % = 0,170 1,417 % = 0,01417 4,25 % = 0,0425 8,5 % = 0,085
25 18 % = 0,180 1,5 % = 0,015 4,5 % = 0,045 9 % = 0,09
26 20 % = 0,200 1,66 % = 0,0166 5 % = 0,05 10 % = 0,10
27 50 % = 0,500 4,167 % = 0,04167 12,5 % = 0,125 25 % = 0,25

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 158


Lampiran 8

Tabel Mortalitas “Standard Ordinary Mortality” (CSO) Komisi 1941 dengan i =


2,5 %

Umur Jumlah Jumlah


x Hidup Mati Dx Nx Mx x
lx dx
++ 1.023.102 23.102
1 1.000.000 5.770 975.609,76 30.351.127,80 235.338,3473 1
2 994.230 4.116 946.322,43 29.375.518,04 229.846,3782 2
3 990.114 3.347 919.419,28 28.429.195,61 226.024,2630 3
4 986.767 2.950 893.962,20 27.509.776,33 222.992,0462 4
5 983.817 2.715 869.550,88 26.615.814,13 220.384,6760 5
6 981.817 2.561 846.001,18 25.746.263,25 218.043,5400 6
7 978.541 2.417 823.212,53 24.900.262,07 215.889,0597 7
8 976.124 2.265 801.150,42 24.077.049,12 213.905,3152 8
9 973.869 2.065 779.804,53 23.275.899,12 212.099,6727 9
10 971.804 1.914 759.171,73 22.496.094,59 210.486,4980 10
11 969.890 1.852 739.196,60 21.736.922,86 20.027,7529 11
12 968.038 1.859 719.790,36 20.997.726,26 207.650,6874 12
13 966.179 1.913 700.885,94 20.277.935,90 206.302,1309 13
14 964.266 1.996 682.437,28 19.577.049,96 204.948,2488 14
15 962.270 2.069 664.414,29 18.894.612,68 203.570,0795 15
16 960.201 2.103 646.815,33 18.230.198,39 202.176,3495 16
17 958.098 2.156 629.657,27 17.538.383,06 200.794,2683 17
18 955.942 2.199 612.917,42 16.953.725,79 199.411,9146 18
19 953.742 2.260 596.592,68 16.340.808,37 198.036,3791 19
20 951.483 2,312 580.662,42 15.744.215,69 196.657,1668 20
21 949.171 2,382 565.123,40 15.163.553,27 195.280,6337 21
22 946.789 2,452 549.956,28 14.598.429,87 193.897,0141 22
23 944.337 2.531 535.153,17 14.048.473,59 192.507,4725 23
24 941.806 2.609 520.701,32 13.513.320,42 191.108,1450 24
25 939.197 2.705 506.594,02 12.992.619,10 189.700,8750 25
26 936.492 2.800 492.814,61 12.486.025,08 188.277,4101 26
27 933.692 2.904 479.357,22 11.993.210,47 186.839.8909 27
28 939.788 3.025 466.211,03 11.513.853,25 185.385.3418 28
29 927.763 3.154 453.361,83 11.047.642,22 183.907,1415 29
30 924.609 3.292 440.800,58 10.594.280,39 182.403,4951 30
31 921.317 3.437 428.518,18 10.153.479,81 180.872,3371 31
32 917.880 3.598 416.506,91 9.724.961,63 179.312,7277 32
33 914.282 3.767 404.755,37 9.308.454,72 177.719,8824 33

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 159


Tabel Mortalitas “Standard Ordinary Mortality” (CSO) Komisi 1941 dengan i =
2,5 %

Umur Jumlah Jumlah


x Hidup Mati Dx Nx Mx x
lx dx
34 910.515 3.961 393.256,29 8.903.699,35 176.092,8950 34
35 906.554 4.161 381.995,63 8.150.443,06 174.423,8442 35
36 902.393 4.386 370.968,10 8.128.447,43 172.713,2832 36
37 898.007 4.652 360.161,02 7.757.479,33 170.954,2031 37
38 893.382 4.878 349.566,90 7.397.318,31 169.144,5103 38
39 888.504 5.162 339.178,75 7.047.751,41 167.282,3758 39
40 883.342 5.459 328.983,61 6.708.572,66 165.359,8889 40
41 877.883 5.785 318.976,11 6.379.589,05 163.376,3779 41
42 872.098 6.131 309.145,04 6.060.612,94 161.325,6832 42
43 865.967 6.503 299.485,04 5.751.467,43 159.205,3451 43
44 859.464 6.910 289.986,39 5.451.982,39 157.011,2084 44
45 852.554 7.340 280.638,95 5.161.996,00 154.736,6133 45
46 845.214 7.801 271.436,89 488.357,05 152.379,4034 46
47 837.413 8.299 262.372,33 4.609.920,16 149.935,2492 47
48 829.114 8.822 253.436,74 4.347.547,83 147.398,4842 48
49 820.292 9.392 244.624,00 4.094.111,59 144.767,6248 49
50 810.900 9.990 235.925,0400 3.849.487,5900 142.035,0956 50
51 800.910 10.628 227.335,1500 3.613.562,5900 139.199,4735 51
52 790.282 11.301 218.847,2500 3.386.227,4000 136.256,3361 52
53 778.981 12.020 210.456,3300 3.167.380,1500 133.203,1589 53
54 766.961 12.770 202.155,0300 3.956.923,8200 130.034,9360 54
55 754.191 23.560 193.940,6100 2.754.768,7900 136.751,1239 55
56 740.631 14.390 185.808,4300 2.560.828,1800 123.349,2108 56
57 726.241 15.251 177.754,4300 2.375.019,7500 119.827,1207 57
58 710.990 16.347 169.777,1700 2.197.265,3200 116.185,3372 58
59 694.843 17.027 161.874,5700 2.027.488,1500 112.423,6404 59
60 677.771 18.022 154.046,6100 1.865.613,5800 108.543,4550 60
61 659.749 18.988 146.292,8000 1.711.567,3500 104.547,2551 61
62 640.761 19.979 138.616,9700 1.565.274,5500 100.439,5471 62
63 620.782 20.958 131.019,4000 1.426.657,5800 96.222,8711 63
64 599.824 21.942 123.508,3900 1.295.638,1800 91.907,4573 64
65 577.882 22.907 116.088,1500 1.172.129,7900 87.499,6261 65
66 554.975 23.842 108.767,2900 1.056.041,6400 83.010,1764 66
67 531.133 24.730 101.555,7000 947.274,3500 78.451,4482 67

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 160


Tabel Mortalitas “Standard Ordinary Mortality” (CSO) Komisi 1941 dengan i =
2,5 %

Umur Jumlah Jumlah


x Hidup Mati Dx Nx Mx x
lx dx
68 506.403 25.553 94.465,5450 845.718,6510 73.838,2589 68
69 480.850 26.302 87.511,0500 751.253,0500 69.187,8068 69
70 454.548 26.955 80.706,6250 663.742,0560 64.517.7925 70
71 427.593 27.481 74.068,9420 583.035,4310 59.848,5665 71
72 400.112 27.872 67.618,1480 508.966,4890 55.204.3311 72
73 372.240 28.104 61.373,4980 441.348,3410 50.608,9030 73
74 344.136 28.154 55.355,9210 379.974,8430 46.088,2403 74
75 315.982 28.009 49.587,5260 324.618,9220 41.669,9911 75
76 287.973 27.651 44.089,7870 275.031,3960 37.381,7042 76
77 260.322 27.071 38.884,2060 230.941.6090 33.251.4840 77
78 233.251 26.262 33.990,8500 192.057.4030 29.306.5222 78
79 206.989 25.224 29.428.0770 158.066,5530 52.572,7964 79
80 181.765 23.966 25.211.6360 128.638,4760 22.074,1123 80
81 157.799 22.502 21.353,6020 103.426,8400 18.830,9965 81
82 135.257 20.857 17.862,0470 82.073,2380 15.860,2597 82
83 114.440 19.062 11.985,1510 64.211,1910 13.173,8577 83
84 95.378 17.157 14.739,9840 49.471,2070 10.778,5365 84
85 78.221 15.185 9.589,4746 37.486,0561 8.675,1804 85
86 63.036 13.198 7.539,3905 27.896,5815 6.858,9858 86
87 49.838 11.245 5.815,4632 20.357,1910 5.318,9464 87
88 38.593 9.357 4.393,4773 14.541,7278 4.038,8010 88
89 29.215 7.638 3.244,7546 10.148,2505 2.997,2364 89
90 21.577 6.063 2.337,9929 6.903,4959 2.169,6149 90
91 15.514 4.681 1.640,0309 4.550,5030 1.528,6772 91
92 10.833 3.605 1.117,2571 2.925,4721 1.045,9042 92
93 7.327 2.540 737,2363 1.808,2150 693.1335 93
94 4.787 1.776 469,9158 1.070,9787 445,7944 94
95 3.011 1.193 288,3657 601,0629 273,7056 95
96 1.818 813 169,8646 312,6972 162,2378 96
97 1.005 551 91,6117 142,8326 88,1280 97
98 454 329 40,3755 51.2209 39,1261 98
99 125 125 10,8454 10.8454 10,5810 99

Dipublikasikan pertama kali tahun 1868 oleh American Experience Table of Mortality, dan diganti dengan tabel CSO
atau Commisioners 1941 Standard Ordinary (CSO) Mortality Table.

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 161


Lampiran 9

Jumlah Hari Mulai Januari s/d Desember

Tgl Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agts Sept Okt Nov Des Tgl
1 1 32 60 91 121 152 182 213 244 274 305 335 1
2 2 33 61 92 122 153 183 214 245 275 306 336 2
3 3 34 62 93 123 154 184 215 246 276 307 337 3
4 4 35 63 94 124 155 185 216 247 277 308 338 4
5 5 36 64 95 125 156 186 217 248 278 309 339 5

6 6 37 65 96 126 157 187 218 249 279 310 340 6


7 7 38 66 97 127 158 188 219 250 280 311 341 7
8 8 39 67 98 128 159 189 220 251 281 312 342 8
9 9 40 68 99 129 160 190 221 252 282 313 343 9
10 10 41 69 100 130 161 191 222 253 283 314 344 10

11 11 42 70 101 131 162 192 223 254 284 315 345 11


12 12 43 71 102 132 163 193 224 255 285 316 346 12
13 13 44 72 103 133 164 194 225 256 286 317 347 13
14 14 45 73 104 134 165 195 226 257 287 318 348 14
15 15 46 74 105 135 166 196 227 258 288 319 349 15
16 16 47 75 106 136 167 197 228 259 289 320 350 16
17 17 48 76 107 137 168 198 229 260 290 321 351 17
18 18 49 77 108 138 169 199 230 261 291 322 352 18
19 19 50 78 109 139 170 200 231 262 292 323 353 19
20 20 51 79 110 140 171 201 232 263 293 324 354 20

21 21 52 80 111 141 172 202 233 264 294 325 355 21


22 22 53 81 112 142 173 203 234 265 295 326 356 22
23 23 54 82 113 143 174 204 235 266 296 327 357 23
24 24 55 83 114 144 175 205 236 267 297 328 358 24
25 25 56 84 115 145 176 206 236 268 298 329 359 25

26 26 57 85 116 146 177 207 238 269 299 330 360 26


27 27 58 86 117 147 178 208 239 270 300 331 361 27
28 28 59 87 118 148 179 209 240 271 301 332 362 28
29 29 88 119 149 180 210 241 272 302 333 363 29
30 30 89 120 150 181 211 242 273 303 334 364 30
31 31 90 151 212 243 304 365 31

Herispon, SE. M.Si Matematika Keuangan -- 2007 | 162

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai