net/publication/326414065
CITATIONS READS
0 1,703
1 author:
Herispon Herispon
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Riau, Pekanbaru
32 PUBLICATIONS 2 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Causes of Micro, Small and Medium Enterprises Do Not Have Financial Reports (Case in Pekanbaru City, Indonesia) View project
All content following this page was uploaded by Herispon Herispon on 16 July 2018.
PENDAHULUAN
Perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin maju saat ini, semakin terlihat
bahwa antara bahwa antara satu disiplin ilmu dengan ilmu lainnya saling berkaitan baik
dengan ilmu sosial, tehnologi, eksakta, yang saling ketergantungan, saling mengisi,
saling melengkapi dalam perkembangannya. Matematika sebagai salah satu disiplin ilmu
yang mandiri mempunyai aplikasi yang luas dalam bidang-bidang lain, sehingga
matematika berguna sebagai alat bantu dalam pemecahan aneka problem.
Matematika keuangan yang berguna sebagai alat bantu pemecahan berbagai
persoalan dalam masalah keuangan, baik dalam perusahaan-perusahaan, asuransi, dan
perbankan. Namun sesuai dengan peran matematika sebagai alat bantu dalam
pembahasannya nanti tidaklah dilakukan pembahasan dalil-dalil / konsep-konsep secara
mendetail, melainkan hanya pembahasan dalil-dalil/ konsep-konsep dari berbagai
masalah keuangan secara singkat dan gamblang.
Singkatnya pendekatan matematis yang digunakan dalam memecahkan berbagai
persoalan keuangan dan perusahaan memberikan beberapa keuntungan yaitu :
1. Bahasa yang dipergunakan lebih ringkas dan tepat.
2. Kaya akan dalil-dalil matematis sehingga mempermudah pemecahannya.
3. Mendorong kita untuk menyatakan asumsi-asumsi secara jelas sebagai suatu
prasyarat untuk mempergunakan dalil-dalil matematis, agar terhindar dari
asumsi-asumsi yang tidak diinginkan.
4. Memungkinkan kita untuk mempergunakan sebanyak n variabel.
Secara keseluruhan kita dapat menyamakan pendekatan matematis sebagai suatu
“model transportasi” yang dapat membawa kita dari sekumpulan dalil (titik asal) ke
sekumpulan kesimpulan (tujuan) dalam waktu singkat. Secara umum mengatakan
kepada kita bahwa “bila anda bermaksud pergi kesuatu tempat sejauh 5 km, anda akan
lebih senang untuk memilih naik kenderaan (naik mobil) dari pada berjalan kaki, kecuali
jika anda memiliki banyak waktu atau ingin berolah raga” (Apha C. Chiang, 1989 : 4 ).
Dalam perkembangannya seperti yang dijelaskan diatas bahwa matematika telah
masuk keberbagai aspek ilmu, kalau dulu kita mengenal matematika telah terbayang
akan perhitungan aljabar, aritmetika, dan geometirka namun sekarang aplikasi
matematika telah berkembang lebih luas lagi seperti ; dalam bidang ekonomi dikenal
dengan matematika ekonomi atau matematika bisnis, dalam bidang keuangan dikenal
dengan matematika keuangan, dan terdapat juga kombinasi ilmu matematika dengan
ekonomi, statistik yang dikenal dengan ekonomitrik.
Dalam matematika dikenal adanya 1) operasi bilangan yang mencakup ; bilangan
asli, bilangan bulat, bilangan rasional, bilangan irrasional, bilangan nyata dalam bentuk
desimal, bilangan irrasional dalam bentuk desimal, bilangan rasional mempunyai akhir,
desimal bilangan rasional berulang. 2) sifat medan bilangan nyata. 3) sifat urutan
bilangan nyata, dan lainnya.
a. Bilangan Asli.
b. Bilangan Bulat.
Bilangan bulat adalah bilangan yang terdiri dari bilangan asli positid dan
bilangan asli negatif. Misal ( -5, -4, -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, 4, 5 ).
Bilangan rasional terdiri dari bilangan bulat dan bilangan pecahan. Bilangan
rasional juga dapat dinyatakan sebagai hasil antara bilangan bulat dengan bilangan asli.
2 1
Contoh : bilangan rasional : - , -1, 0, 2, ., kemudian dapat dilihat contoh dari
3 5
bilangan rasional dalam desimal berulang seperti : 0,121212, 0,135135. Dan juga
bilangan rasional dalam desimal berakhir seperti : 0,25, 3,75, 2,95.
d. Bilangan Irrasional
Adalah bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan bilangan bulat dan bilangan
pecahan, dan tidak dapat dinyatakan dalam bentuk desimal berulang dan desimal
berakhir. Contoh : 7 , 3 2 , log 4, 2 + log 2, , , dan sebagainya.
Bilangan nyata adalah semua bilangan yang ada baik bilangan rasional maupun
1
bilangan irrasional, contoh : 3, 2 - log 3, 7 , 4 - 7 , 0 , -3, , dan sebagainya.
5
Dengan demikian dari operasional-operasinal bilangan yang telah diuraikan
diatas maka dapat dilihat polannya dalam struktur bilangan sebagai berikut :
Bilangan Nyata
Prima Komposit
Setiap bilangan rasional dapat ditulis dalam bentuk desimal yaitu dengan cara
pembilang dibagi dengan penyebut, sehingga diperoleh suatu bilangan desimal.
1 3 5
Misal : = 0,25 = 0,75 = 1,6666
4 4 3
3 1 2
= 0,375 = 0,333 = 0,400
8 3 5
Setiap bilangan nyata a, b, dan c harus memenuhi syarat atau sifat-sifat sebagai
berikut :
1. Hukum Komutatif : a + b = b + a, ab = ba
2. Hukum Asosiatif : (a+b) + c = a + (b + c), (ab) c = a (bc)
3. Hukum Distributif : a (b+c) = ab + ac, (a+b) c = ac + ab
4. Ada elemen identitas 0 dan 1 yang memenuhi a+0 = a, a . 1 = a
5. Ada elemen balikan (invers) –a dan a-1 yang memenuhi a+ (-a) = 0 dan a.a-1 =1
1. Trikotomi, Yaitu antara bilangan nyata dan pasti berlaku salah satu diantara a > b,
a = b, a < b.
2. Ketransitifikasi : a < b dan b < c, maka a < c
3. Penambahan : a < b menjadi a + c < b + c
4. Penggandaan : a < b menjadi ac < bc atau c > 0
a < b menjadi ac > bc atau c < 0
Ratio dari dua besaran dinyatakan dengan unit yang sama sebagai hasil baginya.
Misal : Ratio 15 terhadap 105 = 15/105 = 1/7 = 1 : 7
136 terhadap 16 = 17/2 = 17 : 2
1.500.000 terhadap 500.000 = 1.500.000 / 500.000 = 3/1 = 3 : 1
Laba bersih = Rp 9.165.200
Total Assets = Rp 68.739.000
Ratio = 9.165.200 / 68.739.000 = 1 : 7,5
6. Penyusutan
Penyusutan adalah hilangnya nilai akhir dari aktiva tetap selama dipakai. Biaya
yang dikeluarkan untuk ini disebut beban penyusutan (akumulasi depresiasi). Metoda
dalam penyusutan ini ada beberapa metode yang dapat digunakan salah satunya adalah
straigth line method.
Contoh :
Mesin dengan harga perolehan Rp. 2.000.000, umur ekonomis 6 tahun, dengan nilai sisa
Rp 500.000. Tentukan penyusutan rata-rata tahunan, dan skedul penyusutan yang
menunjukkan nilai buku.
Jawab :
Total nilai penyusutan = harga perolehan - nilai sisa
= 2.000.000 - 500.000
= 1.500.000
Penyusutan rata-rata tahunan = 1.500.000 / 6
= 250.000
0 0 0 2.000.000
1 250.000 250.000 1.750.000
2 250.000 500.000 1.500.000
3 250.000 750.000 1.250.000
4 250.000 1.000.000 1.000.000
5 250.000 1.250.000 750.000
6 250.000 1.500.000 500.000
8. Potongan Harga
Potongan harga adalah pengurangan dari harga tertulis dalam faktur (biasanya
dalam %) dari harga bruto.
Misal :
Harga bruto dari sebuah mesin adalah Rp 350.000,-. Dan potongan harga yang diberikan
adalah 40 %. Berapakah harga neto faktur ?
Jawab :
Potongan = 350.000 (0,40) = 140.000
Harga neto = 350.000 - 140.000 = 210.000
9. Harga Eceran
Adalah harga yang berlaku pada penjualan akhir terhadap konsumen.
3. 14 - ( -6 ) = 14 + 6 = 20 dan - 8 – (-9) = -8 + 9 = 1
- 8 – 7 = - 8 + (-7) = -15
3 (2) = 2+2+2 = 6 = 3+3 = 2(3)
4. 7 + (-3) + 2 – (-4) = 7 -3 + 2 + 4 = 10
5 – (-2) + 0 – 4 =5+2–4 =3
7 (-2) (5) = - ( 7 . 2. 5 ) = - 70
6 (-3) (4) (-2) = + ( 6.3.4.2 ) = 144
12 + ( -4) = 12 - 4 = 8
- 20 – ( + 5) = - ( 20 – 5 ) = - 15
8. Seorang Rentenir meminjam uang dari Bank sebesar Rp 2.000.000,- dengan bunga 2
% per bulan, kemudian uang itu dibungakan lagi kepada orang lain dengan bunga 5
% per bulan. Berapakah keuntungan setelah satu tahun ?.
Jawab :
Jumlah uang yang kembali ke Bank
= Rp 2.000.000 + 24/100 x 2.000.000 = 2.000.000 + 480.000 = Rp 2.480.000
Jumlah uang yang diterima rentenir
= Rp 2.000.000 + 60/100 x 2.000.000 = 2.000.000 + 1.200.000 = Rp 3.200.000
Keuntungan yang diperoleh rentenir
=Rp 3.200.000 - Rp 2.480.000 = Rp 720.000
Latihan :
------------------
1. Pengertian
1. Perpangkatan (eksponen)
Suatu bilangan yang dapat dipergunakan untuk menyingkat bilangan yang besar atau
panjang, terutama untuk bilangan puluhan.
2. Pengakaran
Suatu bilangan yang dilakukan untuk mengetahui variabel atau bilangan tertentu
yang telah diketahui nilai pangkatnya.
3. Logaritma
Suatu bilangan yang digunakan untuk mencari pangkat suatu bilangan tertentu yang
nilai bilangan itu telah diketahui.
Perhitungan matematika terhadap hubungan ketiga unsur ini (perpangkatan,
pengakaran, dan logaritma) sangat erat dan terdapat keterikatan. Dengan demikian
perhitungan perpangkatan suatu variabel atau bilangan dapat diselesaikan dengan
bantuan pemakaian kaidah-kaidah pengakaran atau logaritma, begitupun sebaliknya
perhitungan pengakaran suatu bilangan dapat diselesaikan dengan bantuan perpangkatan
atau logaritma (Albari , 2003 : 15-19).
m m m 6 3 1
a/b = a / b = = 3
8 4 2
2) Perkalian
m m m
a.b = a . b contoh : 24 = 4.6 = 4 . 6 =2 6
n mn 3 2.3 6
m a = a 2 12 = 12 = 12
Contoh :
a
log x = m am = x x =a m
2
a. log 8 = 3 karena 23 = 8
atau 8 =2 3
3 4 4
b. log 81 = 4 3 = 81 81 = 3
4
c. Jika log x = 5 maka 45 = x sehingga x = 1024
a
d. Jika log 64 = 2 maka a2 = 64 sehingga a = 64 = 8
2 9
9 9 log 81 = 9 9 log 9 = 9 2 log 9 = 92 = 81
3) Perubahan bentuk
a
log x = n log x : n log a
Contoh :
2
log 5 = 10 log 5 : 10 log 2 = log 5 : log 2 = 0,6990 : 0,3010 = 2,3223.
3
log 11 = log 11 : log 3 = 1,0414 : 0,4771 = 2,1828
4) Operasi penjumlahan
a
log x + a log y = alog xy
Contoh : 2log 4 + 2log 6 = 2log 4.6 = 2log 24
log 2 + log 5 = log 2 . 5 = log 10 =1
Contoh eksponen :
a.a = a2 1 = 25/25 = 25-5 = 20
a.a.a.a = a4 2-5 = 1/25 = 1/32
2.2.2 = 23 = 8 1/3-4 = 34 = 81
3.3.3.3 .3 = 35 = 243 95 / 9-3 = 95 . 93 = 98
2.2.2.2.3.3.3 = 24 . 33 = 432
2.2.2.2.5.5.5 = 24 .53 = 2000
9.9.9.9 = 81.81 = (81)2 = 94
Operasi logaritama
Logaritma dengan basis a, dari suatu bilangan positif x dapat ditulis log a x atau a logx
adalah suatu pangkat dimana : a = x.
Contoh : log 2 32 = 5 sebab 25 = 32
Log 5 125 = 3 sebab 53 = 125
Dalam penggunaan, kita akan mengambil basisnya 10 dan menuliskan dengan log X
saja untuk menggantikan log 10 X. Menurut definisi :
Log 1000 = 3 sebab 10 3 = 1000
Log 100 = 2 sebab 102 = 100
1
Log 10 = 1 sebab 10 = 10
Log 1 = 0 sebab 100 = 1
-1
Log 0,1 = -1 sebab 10 = 0,1
Log 0,01 = -2 sebab 10-2 = 0,01
Contoh : diberikan log 2 = 0,30130
log 3 = 0,477121
maka :
log 6 = log 2 .3 = log 2 + log 3
0,778151 = 0,301031 + 0,477121
Log 60 = log 6.10 = log 6 + log 10
1,778151 = 0,778151 + 1,00000
Log 600 = log 6. 102 = log 6 + log 102
2,77815 = 0,778151 + 2,00000
5. Sederhanakanlah.
3
125 = (125) 1/3 = ( 5 3 )1/3 = 5 3.1/3 = 51 = 5
4
1296 = (1296) ¼ = (6 4) ¼ = 6 4. ¼ = 6
----------------
1. Pengertian
Dalam ilmu berhitung sering dijumpai hasil yang menunjukkan barisan angka-
angka dengan pola tertentu. Barisan tersebut ada yang mempunyai pola perubahan yang
teratur dan dapat dirumuskan dalam rumus matematika. Ada juga pola perubahan yang
tidak teratur, sehingga tidak / belum dapat dinyatakan dalam suatu rumus matematika.
Barisan yang demikian dinyatakan sebagai suatu banjar.
Banjar adalah sebagai suatu fungsi dengan wilayah (domain) himpunan bilangan
asli, yang terdiri dari suku-suku berurut, dan mempunyai pola perubahan tertentu antar
suku-sukunya. Deret adalah jumlah dari suku-suku berurut tersebut. Apabila bilangan
asli merupakan bilangan satu, dua, tiga, dan seterusnya serta nilai suku-suku dari
bilangan asli banjar dinyatakan sebagai “a” maka suatu banjar dapat digambarkan
sebagai berikut :
Banjar : a1 a2 a3 a4 a5 ,…, an
Deret : a1 + a2 + a3 + a4 + a5 ,…, an
Berdasarkan pada bentuk umum tersebut banjar dan deret dapat dibedakan menurut :
1) Banyaknya suku-suku yang menyusunnya
2) Pola perubahan antar suku-sukunya
Banjar hitung atau banjar aritmatik adalah banjar yang mempunyai selisih (beda)
yang selalu sama antara suku – suku yang berurutan. Sedangkan deret hitung adalah
jumlah dari nilai suku – suku banjar hitung tersebut. Secara matematika definisi tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut :
Suku : 1 , 2 , 3 , 4 ,…, n
Banjar hitung : a + (1-1) b, a + (2-1) b, a + (3-1) b, a + (4-1) b, … , a + (n-1)b
Menjadi : a , a+b , a + 2b , a + 3b , … , a + (n-1)b
Dengan demikian nilai suku tertentu ( ke n ) dari banjar hitung dapat diketahui dengan
menggunakan rumus :
Sn = a + ( n – 1) b
Dimana :
a = nilai suku pertama
b = selisih (beda) antar suku berurut
n = urutan suku
Sn = nilai suku ke n
Dari definisi deret hitung dan rumus suku ke n tersebut, maka dapat diperoleh rumus
deret sampai suku ke n sebagai berikut :
Misalkan: deret sampai suku ke 2, maka :
D2 = S1 + S2
= a + (a+b)
= 2a + b atau
2
= 2a + ( 2-1 ) b, tahap ini hanya modifikasi bentuk saja, karena jika
2
Disederhanakan kembali hasilnya tetap 2a + b.
Jika 2 = n, maka
n 2na n
D2 = na + (n-1) b = (n 1)b
2 2 2
n
= 2 a + ( n-1 ) b jadi untuk memperoleh nilai sampai suku
2
ke n disebut deret hitung dengan rumus :
n
Dn = 2 a + ( n-1 ) b
2
n
Dn = ( a + Sn )
2
Adalah banjar yang mempunyai nilai pengganda atau perbandingan (ratio) antara
suku yang berurutan yang selalu sama (tetap). Dengan demikian deret ukur adalah
jumlah nilai dari suku-suku banjar ukur tersebut. Dalam notasi matematikanya adalah :
Suku : 1 , 2 , 3 ,…, n
Banjar ukur : a. r , a . r , a . r3-1, … , a . rn-1
1-1 2-1
Sn = a . rn-1
Dn = ( a - rSn )
1–r
Dn = ( rSn - a)
r–1
Contoh :
Dari suatu banjar ukur : 1, 2, 4, … , Sn akan dibuktikan apakah benar : a=1, r=2, D3=7.
Jawab, Apabila digunakan data S2 dan S3, maka :
Pada S2 2 = a r 2-1 = a r a = 2/r
Pada S3 4 = a r3-1 = a r2 sehingga :
4 = (2/r) r2 4 = 2r r =2
Untuk a = 2/r, maka : a = 2/2, a = 1
Dn = a ( rn - 1 ) D3 = 1 ( 23 – 1 ) = 7/1 D3 = 7
r-1 2-1
Rumus : 2
Dn = a ( 1 - rn ) D3 = 1 ( 1 - 23 ) = -7/-1 D3 = 7
1- r 1-2
Rumus : 3
Contoh :
Apabila dari suatu banjar diketahui bahwa suku pertamanya adalah 2, sedangkan suku
keempat adalah 54, maka tentukanlah :
a. Pengganda dari banjar ukur tersebut
b. Urutan suku dan deretnya, jika nilai pada suku tersebut adalah 486
c. Buatlah banjarnya sampai suku ke 6
Jawab.
Sn = a + (n–1)b
= 500 + ( 12 – 1 ) 100
= 500 + 1100
S12 = 1600 (jumlah produksi pada akhir tahun pertama)
n
Dn = ( a + Sn )
2
= 12/2 ( 500 + 1600)
= 6 ( 2100 )
D12 = 12600 (jumlah produksi sampai dengan tahun pertama)
Atau
D12 =
n
2a (n 1)b D12 = 12/2 2 (500) + (12-1) 100
2
= 6 (1000 + 1100)
= 12600
2. Pada akhir tahun 2006 jumlah penduduk kota Pekanbaru diketahui berjumlah
875.000 jiwa, dimana tingkat pertumbuhan (rate of growth) penduduk kota
Pekanbaru setiap tahun diperkirakan 3,4 % pertahun. Berapa jumlah penduduk kota
Pekanbaru pada tahun 2011 ?.
Jawab.
(1 r n )
Jn = a , bila jumlah penduduk saat ini = a = 875.000 jiwa
1 r
Tingkat pertumbuhan = r = 3,4 %, n = 5 tahun
(1 0,034 5 ) 1 0,000000045
Jn = 875.000 = 875.000
1 0,034 0,966
Sn = a + ( n – 1 ) b
S4 4000 = a + ( 4 -1 ) b 4000 = a + 3b
S8 6000 = a + ( 8 –1) b 6000 = a + 7b
- 2000 = - 4b
b = 500
S4 4000 = a + 3 ( 500 )
4000 = a + 1500
a = 4000 - 1500
= 2500
Jadi pada barang A : Sn = 2500 + ( n – 1 ) 500
Barang B
S2 2500 = a + ( 2 -1 ) b 2500 = a + b
S8 5500 = a + ( 5 –1) b 5500 = a + 4b
- 3000 = - 3b
b = 1000
S2 2500 = a + ( 1000 )
2500 = a + 1000
a = 2500 - 1000
= 1500
Jadi pada barang B : Sn = 1500 + ( n – 1 ) 1000
Barang A = Barang B Sn A = S n B
2500 + ( n – 1 ) 500 = 1500 + ( n – 1 ) 1000
2500 + 500n - 500 = 1500 + 1000n - 1000
2000 - 500 = 1000n - 500 n
1500 = 500 n
n = 1500 / 500
n = 3
Latihan.
1. Penduduk Propinsi Riau saat ini adalah sebanyak 4.000.000,- jiwa, dan diperkirakan
setiap tahun akan mengalami pertumbuhan (rate of growth) sebesar 3,0 % berapa
jumlah penduduk Propinsi Riau pada 5 tahun mendatang ?.
2. Seorang rentenir meminjam uang dari Bank sebesar Rp 3.000.000,- dengan bunga 2
% perbulan atau 24 % pertahun, untuk masa pinjam selama 5 tahun. Kemudian
rentenir itu meminjamkan seluruhnya uang itu kepada si A dengan bunga 2,5 %
perbulan. Dari data tersebut :
a. Tentukan besarnya pengembalian kepada Bank
b. Tentukan besarnya penerimaan rentenir dan berapa keuntungan yang
diperolehnya.
3. Seorang pengusaha akan membeli sebidang tanah. Ada dua calon lokasi tanah.
Lokasi I harganya Rp 100 juta dengan luas 1 ha, lokasi II harganya Rp 200 juta
dengan luas 1 ha. Harga jual lokasi I bertambah 20 % pertahun, sedangkan harga jual
lokasi II bertambah 40 % pertahun setelah 5 tahun. Lokasi mana yang paling
menguntungkan ?.
4. Pada tahun ke 3 barang yang diproduksi PT. Imam sebanyak 4000 unit, sedangkan
jumlah produksinya sampai dengan tahun ke 6 sebanyak 21.000 unit. Dari data
tersebut tentukanlah berapa produksi pada tahun pertama ? dan kapan perusahaan
tidak berproduksi lagi ?.
Jawab.
(1 r n )
1. Jn = a , bila jumlah penduduk saat ini = a = 4.000.000 jiwa
1 r
Tingkat pertumbuhan = r = 3,0 %, n = 5 tahun
(1 0,035 ) 1 0,000000024
Jn = 4.000.000 = 4.000.000
1 0,03 0,97
Jn = 4.123.711,24 jiwa.
4. Sn = S3 = 4000 Sn = a + (n–1)b
4000 = a + (3–1)b
4000 = a + 2b
a = 4000 - 2b
Jadi produksi barang PT. Imam pada tahun pertama adalah sebanyak 6000 unit,
dengan penurunan produski pertahun sebanyak 1.000 unit sehingga pada akhir
tahun ke tujuh tidak beroperasi lagi.
Dapat dilihat pola :
Tahun 1 = 6000
Tahun 2 = 5000
Tahun 3 = 4000
Tahun 4 = 3000
Tahun 5 = 2000
Tahun 6 = 1000
Tahun 7 = 0
-------------
1. Pengertian
Banyak hal yang berhubungan dengan perhitungan bunga dan nilai uang.
Perhitungan bunga menyangkut dengan bunga pinjaman dari sumber dana yang berasal
dari luas usaha seperti ; Bank konvensional, lembaga keuangan lainnya, ataupun
perorangan. Demikian pula dengan perhitungan nilai uang, baik dalam bentuk nilai
sekarang (present value) atau dalam bentuk nilai masa datang (future value), yang pada
umumnya tingkat bunga digunakan sebagai indikator.
Seseorang akan bersedia mengorbankan uangnya pada saat ini bila tingkat bunga
diperhitungkan sebagai kompensasi disebut juga „time value of money”, dapat dijelaskan
bahwa yang mempunyai nilai adalah uang atau uang mempunyai nilai dari waktu
kewaktu, tapi harus diingat bahwa nilai uang tersebut dari waktu kewaktu tidaklah sama,
maka timbullah kompensasi atas nilai uang yang dapat disebut bunga.
Contoh : Rp 1.000 pada tanggal 1 Januari menjadi Rp 1.200 pada tanggal 1
Februari, ini berarti telah diberikan kompensasi sebesar Rp 1200 – Rp 1000 = Rp
200/Rp1000 = 0,2 atau 20 %.
Pada umumnya setiap orang lebih menghargai nilai uang Rp 1.000 saat ini bila
dibandingkan Rp 1.000 satu tahun kemudian, keadaan ini akan diakui dan berlaku pada
seseorang maupun masyarakat secara keseluruhan, disebut juga “time preference”.
2. Perhitungan Bunga.
Dalam sistem perbankan konvensional bunga dapat merupakan biaya dana (cost
of fund) atau biaya modal (cost of capital). Besar kecil jumlah bunga yang merupakan
beban terhadap peminjam (debitur) sangat tergantung pada waktu, jumlah pinjaman, dan
tingkat bunga yang berlaku. Dalam matematies of finance dikenal 3 bentuk perhitungan
bunga yaitu :
1. Bunga Tunggal ( simple interest )
2. Bunga Majemuk (compound interest )
3. Anuitas (anuity)
Dalam pembahasan selanjutnya, yang akan dibahas pada bab ini adalah perhitungan
bunga tunggal dan perhitungan bunga majemuk, sedangkan anuity dibahas tersendiri
pada bab berikutnya.
a. Pengertian bunga.
1. Bunga adalah uang yang dibayarkan untuk penggunaan uang pinjaman atau
tambahan uang bila modal diinvestasikan.
2. Bunga merupakan biaya modal, besar kecilnya jumlah bunga yang merupakan beban
terhadap peminjam (debitur) sangat tergantung pada jumlah pinjaman, dan besaran
bunga yang berlaku.
Besaran tingkat bunga ini ditetapkan dalam bentuk persentase ( % ) atau dalam
bentuk desimal (0,00).
Contoh :
a. Si A meminjam Rp 500.000 dari si B dengan suatu perjanjian bahwa pada akhir
bulan ke enam si A membayar pada si B sebesar pokok pinjaman Rp 500.000 dan
ditambah Rp 12.500. Jumlah yang Rp 12.500 ini dikatakan bunga.
b. Si C membeli obligasi 10 tahun senilai Rp 1.000.000 dari PT. XYZ. Obligasi
tersebut : i) dibayar kembali setelah 10 tahun sebanyak Rp 1.000.000, ii) dibayar
dengan jumlah yang sama dengan Rp 15.000 tiap tiga bulan selama 10 tahun, setara
dengan 40 kali pembayaran. Dan pembayaran Rp 15.000 pertiga bulan dikatakan
bunga.
Dalam perhitungan bunga ini waktu yang digunakan tergantung kepada
pemakainya, misalnya waktu 1 tahun dihitung selama 365 hari atau 366 hari, atau waktu
1 tahun dihitung selama 360 hari ini adalah untuk mempermudah dalam penggunaannya
karena dapat dipakai dalam penentuan waktu 1 bulan yaitu 360 dibagi 12 bulan = 30
hari.
Jika hanya pokok pinjaman yang berbunga selama masa transaksi, bunga yang
harus dibayar pada akhir jatuh tempo dikatakan bunga tunggal. Atau besar kecilnya
jumlah bunga yang diterima oleh kreditur/pemberi pinjaman tergantung pada besar
kecilnya modal (principal), bunga (interest rate), dan jangka waktu. Perhitungan bunga
tunggal dapat ditulis dalam rumus :
B = M p t
Dimana : B = bunga
M = Modal /pokok
p = bunga (interest rate)
t = waktu / periode
Dan jumlah akumulasinya diberikan oleh : S = M + B = M + p t = M ( 1 + p t ),
dimana S adalah nilai akumulasi dari M.
Perhitungan pada bunga tunggal dapat juga berdasarkan pada periode waktu
dalam 1 tahun, yang dapat dibedakan yaitu :
a. Bunga tunggal sebenarnya.
Bunga tunggal sebenarnya dihitung dengan menganggap bahwa satu tahun sesuai
dengan hari kalender yakni 365 hari.
b. Bunga tunggal pendekatan.
Bunga tunggal pendekatan dihitung dengan dasar bahwa satu tahun itu dihitung
sebanyak 360 hari.
Contoh :
Tentukan bunga tunggal sebenarnya dan bunga tunggal pendekatan dari Rp 2.000 untuk
50 hari dengan bunga 5 %.
Jawab.
B = Mpt
= 2.000 ( 0,05 ) ( 50/365) = Rp 13,70 (BT sebenarnya)
B = Mpt
= 2.000 (0,05) 50/360) = Rp 13,89 (BT pendekatan)
Jika pada perhitungan bunga tunggal sebenarnya dan bunga tunggal pendekatan
waktu dalam satu tahun yang diukur, sedangkan pada waktu sebenarnya dan waktu
pendekatan yang dihitung adalah jumlah hari dalam satu bulan yang sebenarnya atau
pendekatannya yang diukur, yaitu :
a. Waktu sebenarnya.
Adalah waktu atau hari yang dihitung menurut hari yang sebenarnya dari seluruh
jumlah hari dalam kalender.
b. Waktu pendekatan.
Adalah waktu atau hari dengan menganggap bahwa tiap bulan terdiri dari 30 hari.
Contoh :
Tentukan waktu sebenarnya dan waktu pendekatan dari 20 Juni 2006 sampai 24 Agustus
2006.
Nilai tunai dari hutang yang dibayarkan pada hari jatuh tempo dikatakan sebagai
nilai tunai dari hutang. Seperti yang digambarkan oleh rumus berikut :
Dari S = M (1+pt)
S
Didapatkan M = yang merupakan nilai tunai dari S
1 pt
dalam t tahun dengan bunga tunggal sebesar p.
Perhitungan bunga tunggal dapat juga dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
B = f ( P. i. n )
Dimana :
B = bunga
P = Modal/principal
i = interest rate (tingkat bunga)
n = jangka waktu (periode)
Contoh :
Apabila jumlah pinjaman sebesar Rp 5.000.000 dengan tingkat bunga 18 % pertahun.
Untuk menentukan jumlah bunga selama 3 tahun, 2 bulan, 40 hari. Selesaikan dan
tentukan bunga pada masing-masing waktu tersebut.
Jawab.
Bunga selama 3 tahun Bunga untuk 2 bulan
B = f ( P. i. n ) B = f ( P. i. n )
= Rp 5.000.000 x 18/100 x 3 = Rp 5.000.000 x 18/100 x 2/12
= Rp 2.700.000 = Rp 150.000
Selanjutnya dari perhitungan bunga tunggal ini dapat juga dihitung berapa
principal/modal, menentukan tingkat bunga (interest rate), menentukan jangka
waktu/periode sebagai berikut :
B
a. Untuk menentukan principal/modal : P =
i.n
B
b. Untuk menentukan interest rate : i =
P.n
B
c. Untuk jangka waktu : n =
P.i
Contoh :
Hitunglah nilai-nilai yang tidak diketahui dalam tabel berikut :
Jawab.
b. B = Mpt S = M + B
= 1.000 (0,0525)(2) = 1.000 + 105
= Rp 105 = Rp 1.105
c. B = Mpt S = M + B
= 1.000 (0,035)(6/12) = 1.000 + 17,5
= Rp 17,5 = Rp 1.017,5
d. B = Mpt S = M + B
= 1.000 (0,06)(8/12) = 1.000 + 40
= Rp 40 = Rp 1.040
e. B = Mpt S = M + B
= 1.000 (0,04)(15/12) = 1.000 + 50
= Rp 50 = Rp 1.050
f. B = Mpt S = M + B
= 1.000 (0,05)(10/12) = 1.000 + 41,67
= Rp 41,67 = Rp 1.041,67
Jawab.
a. M = 2.000 , S = 2110 , B = S - M , B = 2.110 – 2.000 = 110, t = 1 tahun
B = M pt
110 = 2.000 ( p ) ( 1 )
110 = 2.000 p
P = 110/2000 = 0,055 = 5½%
B = M p t
125 = 2.000 (0,05) t
125 = 100 t
T = 125/100 = 1,25 adalah 1 ¼ tahun = 1 tahun 3 bulan
5. Berapakah waktu yang dibutuhkan agar uang menjadi dua kali bila bunga tunggal
sebesar 5 %.
Jawab.
Anggap M = 1 , S = 2 , B = S - M , B = 2 – 1 = 1
B = M p t
1 = ( 1 ) (0,05) t
1 = 1/0,05 = 20 tahun
6. Tentukan waktu sebenarnya dan waktu pendekatan dari 25 Januari 2006 sampai 15
Mei 2006.
Jawab.
Waktu sebenarnya Waktu pendekatan
Januari = 6 Januari = 6
Pebruari = 28 Pebruari = 28
Maret = 31 Maret = 30
April = 30 April = 30
Mei = 15 Mei = 15
= 110 = 109
7. Bandingkan bunga sebenarnya dan bunga pendekatan (biasa) dari Rp 2.500 untuk 5
% dari 15 April 2006 sampai 25 Juli 2006 dengan waktu sebenarnya atau waktu
pendekatan.
8. Untuk tiap nota berikut, tentukan tanggal jatuh tempo dan nilai akhirnya.:
Nilai awal Tanggal Tempo Bunga %
a Rp 2.500 1 Maret 4 bulan 6%
b Rp 3.000 15 Juni 150 hari 4%
Jawab.
a. Jatuh tempo adalah tanggal 1 Juli
Nilai akhir S = M (1 + pt) B = S - M
S = 2.500 ( 1 + 0,06 (4/12) = 2550 – 2500
S = 2.500 ( 1,02) = Rp 50
S = Rp 2.550
b. Jatuh tempo adalah tanggal 12 Nopember
Nilai akhir S = M (1 + pt) B = S - M
S = 3.000 ( 1 + 0,06 (150/365) = 3.074 – 3.000
S = 3.000 ( 1,0246) = Rp 74
S = Rp 3.074
9. Berapa jumlah yang diinvestasikan hari ini dengan bunga 5 % akan menjadi Rp
1.000.000 dalam 8 bulan ?
Jawab.
S = 1.000.000 , p = 0,05 , t = 8 bulan
Dengan mengadakan penyesuaian pada rumus :
S 1.000.000
S = M ( 1 + p t ) menjadi M = = = Rp 968.054,21
1 pt 8
1 (0,05)( )
12
10. Promes nominal Rp 3.000 selama 10 bulan dengan bunga 6 % dibuat hari ini.
Tentukan nilainya setelah 4 bulan sejak hari ini jika uang bertambah 5 %.
Jawab.
Nilai jatuh tempo promes : S = M (1+pt)
= 3.000 ( 1 + 0,06 (10/12)
= 3.000 ( 1,05 )
= Rp 3.150
Nilai sekarang dari Rp 3.150 ( dari 105/100 x Rp 3.000), untuk tempo selama 10
bulan – 4 bulan = 6 bulan dengan bunga 5 %.
Jawab.
Latihan.
3. Berapakah jumlah yang diinvestasikan dalam 8 bulan, jika bunga yang dihasilkan :
a. Rp 48 untuk 6 %
b. Rp 50 untuk 5 %
6. Tentukan tanggal jatuh tempo dan nilai jatuh tempo untuk tiap promes berikut ini :
Nilai awal tanggal Tempo Bunga %
Rp 2.000 25 April 3 bulan 0
Rp 3.000 5 Maret 8 bulan 5½%
Rp 1.250 10 Juni 4 bulan 5%
Rp 2.300 1 Januari 7 bulan 6%
Rp 1.600 10 Februari 120 hari 4%
Rp 3.200 28 Nopem 45 hari 7¾%
Misal :
Andi mempunyai uang sebanyak Rp 5.00.000. Ia akan meminjamkan uangnya
kepada Ali dengan tingkat bunga 12 % pertahun. Ali mengembalikan pinjaman itu
bersama bunganya kepada Andi setelah 2 tahun. Berapa rupiah yang harus diberikan
kepada Andi ?.
Jawab.
Bunga selama 2 tahun adalah 2 x 12 % = 24 %
Jumlah uang yang harus dikembalikan :
= Rp 500.000 + 24/100 x Rp 500.000
= Rp 500.000 + Rp 120.000
= Rp 620.000,-.
Yang berarti si Ali membayar bunga kepada si Andi adalah Rp 60.000 setahun.
Perhitungan bunga seperti ini disebut perhitungan bunga tunggal, seperti
pembahasan diatas.
Secara umum penentuan nilai uang masa datang dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
FV = P + i. n. P = P ( 1 + i. n ) atau
FVi,n = P + i. n. P = P ( 1 + i. n ) menjadi
FVi,n = P ( 1 + i. n ) (1)
Dimana :
FVi,n = nilai uang sesudah waktu n dengan bunga i
P = modal / pinjaman / penerimaan
i = suku bunga ( % )
n = satuan waktu / periode / jangka waktu
Contoh :
Andi mempunyai uang sebanyak Rp 5.00.000. Ia akan meminjamkan uangnya
kepada Ali dengan tingkat bunga 12 % pertahun. Ali mengembalikan pinjaman itu
bersama bunganya kepada Andi setelah 2 tahun. Berapa rupiah yang harus diberikan
kepada Andi ?.
Jawab.
FVi,n = P ( 1 + i. n )
FV12%,2th = Rp 500.000 ( 1 + 0,12 x 2 )
= Rp 500.000 ( 1,24 )
= Rp 620.000,-.
Perhitungan nilai sekarang dan nilai masa datang telah dijelaskan, kadang-kadang
perhitungan ini dikaitkan dengan pembayaran seri / cicilan dengan pembayaran
jumlahnya sama, andaikan pembayaran seri sebanyak R persatuan waktu saat
pembayaran dianggap merupakan akhir periode sebelumnya atau awal periode
sesudahnya adalah sama. Setiap akhir periode atau sebelum awal periode
sesudahnya, bunga dihitung atas dasar modal awal (P), hal ini dapat dilihat pada
gambar berikut :
0 R R R R R R R R R
FVi,1 = R
FVi,2 = R + R (1+i) = 2 R + i R =R(2+i)
FVi,3 = R + R (1+i) + R (1+2i) = R (3+3i)
FVi,4 = R + R (1+i) + R (R + 2i) + R (1 + 3i) = R(4+6i)
FVi,n = R ( 1 + 1 + i + 1 + 2i + 1 + 3i + …+ 1 + (n-1) i
= n R + i R ( 1 + 2 + 3 + … + n – 1)
n 1
1
= n R + iR k = n R + i R n (n-1)
k 1 2
= n R 1 + i/2 (n-1)
FVi,n = n R 1 + i/2 (n-1) (3)
D = S. d. t sehingga P = S–D
= S - S.d.t
= S ( 1 – d.t)
n n
nR 1
b. PR =
k 1 1 ik
nRk 1 1 ik
1 1 1
PR = 12x100.000 ...
1 0,12 1 0,24 1 1,44
= Rp 1.200.000 ( 7,16 )
= Rp 8.592.000,-.
8. Hitunglah bunga biasa dan bunga eksak suatu pinjaman sebesar Rp 5.000.000 selama
80 hari dengan bunga 18 % pertahun.
Jawab.
P = Rp 5.000.000 , i= 18 %
Bunga biasa : Ib = P. i. tb
= 5.000.000 x 0,18 x 80/360
= Rp 199.800
Bunga eksak : Ie = P. i. te
= 5.000.000 x 0,18 x 80/365
= Rp 197.100
10. PT. Rasa Madu mendiskontokan weselnya Rp 2.000.000 ke bank pada tanggal 20
Agustus 2006 dengan diskonto 18 %. Hitunglah nilai diskonto dan nilai pinjaman
setelah 60 hari.
Jawab : D = S. d. t Nilai pinjaman
= 2.000.000 x 0,18 x 60/360 P =S-D
= Rp 60.000 = 2.000.000 – 60.000
= Rp 1.940.000,-.
Bunga majemuk biasanya dilakukan dalam waktu yang relatif panjang dan dalam
perhitungan bunga biasanya dilakukan lebih dari satu periode. Bunga majemuk adalah
bunga yang terus menjadi modal apabila tidak diambil pada waktunya. Perhitungan
bunga majemuk dilakukan secara reguler dengan interval tertentu, seperti : setiap harian,
bulanan, mingguan, kwartal, semesteran, dan tahunan. Tingkat bunga setiap interval
adalah tingkat bunga setahun dibagi dengan interval yang digunakan. Misal tingkat
bunga dalam setahun adalah 24 % maka pada :
a. Interval Tahunan (annual) = 24 / 1
b. Interval Semesteran = 24 / 2
c. Interval Kuartalan (kwartely) = 24 / 4
d. Interval Bulanan (monthly) = 24 / 12
e. Interval Mingguan = 24 / 52
f. Interval Harian (daily) = 24 /360 atau 24 / 365
Dalam suatu penyelesaian transaksi yang dilakukan untuk suatu periode waktu tertentu,
bunga dapat dihitung menurut dua jalan yaitu :
1. Bunga yang harus dibayar untuk suatu interval waktu tertentu. (misalnya untuk
obligasi dibayar dengan cek atau kupon). Pokok bertambah dengan bunga tetap tidak
berubah, karena bunga dibayar tidak berubah untuk sepanjang waktu dari transaksi.
Disini kita berbicara mengenai bunga tunggal.
2. Untuk suatu interval tertentu bunga yang harus dibayar ditambahkan kedalam pokok,
artinya bunga yang digabungkan pada pokok dan juga dikenakan bunga. Jadi pokok
akan meningkat secara periodik dan bunga yang digabungkan kepada pokok juga
bertambah secara periodik selama masa transaksi. Disini kita berbicara mengenai
bunga majemuk.
Contoh :
S = P ( 1 + r )n
S 1
P = S ( 1 + r )-n atau P = atau P = S
(1 r ) n (1 r) n
1/ n
S
r = 1x100%
P
log S log P
n =
log(1 r )
dimana :
S = jumlah penerimaan
P = nilai sekarang (present value)
n = periode / waktu
r = tingkat bunga per periode waktu
S = P ( 1 + r )n
= Rp 5.000.000 ( 1 + 0,09)16
= Rp 19.851.529,5
P = S ( 1 + r )-n
= 19.851.529,5 ( 1 + 0,09 )-16
= Rp 19.851.529,5 ( 0,25186976)
= Rp 5.000.000
1/ n
S
r = 1x100%
P
1 / 16
19.851.529,5
= 1x100% = 9 % (semesteran)
5.000.000
Perlu diperhatikan bahwa tingkat bunga yang sama akan memberikan hasil yang
berbeda, apabila frekwensi bunga majemuk yang dilakukan dalam satu tahun juga
berbeda, seperti contoh no. 4 berikut :
m
r
Efektive rate bank A ErA = 1 1
m
12
0,18
= 1 1 = 19,56 %
12
m
r
Efektive rate bank B ErB = 1 1
m
2
0,18
= 1 1 = 18,81 %
2
Jadi dapat dilihat bahwa effective rate bank A lebih besar dari bank B yaitu sebesar
0,75 %, ini diakibatkan oleh interval pemajemukan bunga yang dimiliki masing-
masing bank.
1
m
Dimana :
P = jumlah nilai yang ditabung sekarang
Fn = jumlah yang diterima pada n tahun yang akan datang
r = tingkat bunga
n = periode waktu
m = frekwensi pembayaran bunga
Soal tersebut dapat dijawab dalam interval tahunan, semesteran, kuartalan, bulanan,
dan harian.
Soal latihan
1. Pada tahun ini seorang mahasiswa mempunyai uang kas sebanyak Rp 2.000.000,-.
Apabila uang tersebut dibiarkan tersimpan pada bank selama 3 tahun, dan akan
memperoleh bunga sebesar 12 % pertahun. Maka berapa besar tabungan mahasiswa
tersebut jika pembayaran bunga masing-masing dilaksanakan ; dengan interval
tahunan, semesteran, kuartalan, bulanan, mingguan, dan harian.
2. Amin mempunyai uang sebanyak Rp 1.000.000 yang akan ditabung dalam bentuk
deposito triwulanan, tabanas, atau tabungan harian, dan akan diambil 5 tahun
mendatang ketika amin lulus sarjana. Apabila simpanan deposito memberikan bunga
18 % pertahun, tabanas 17 % dan tabungan harian 14 % pertahun. Maka mana
tabungan yang paling menguntungkan ?
3. Seorang pemuda pada tahun ini menabung ke suatu bank sebesar Rp 200.000, untuk
mendapatkan bunga tahunan atau harian sebesar 18 % pertahun, dari permasalahan
tersebut ;
a. Berapakah jumlah tabungannya pada tahun ke 10 ?
b. Bila pada tahun ke 5 pemuda tersebut diberi uang kas Rp 475.000 sebagai
pengganti tabungannya, apakah tawaran tersebut diterima atau ditolak ?
4. Jika anda ditawari uang Rp 150.000 yang diberikan sekarang atau Rp 250.000 yang
akan diterima pada 5 tahun mendatang, mana yang anda pilih apabila ;
a. Tingkat bunga 10 % pertahun
b. Tingkat bunga 12 % pertahun.
Saldo kompensasi :
13 % x Rp 275.000.000 = Rp 35.750.000
10 % x Rp 125.000.000 = Rp 12.500.000
Jumlah = Rp 48.250.000
BungaPinjamanxPinjamanSesungguhnya
Bunga efektif = x100%
PinjamanSesungguhnya SaldoKompensasi
18% x 275.000.000
= x100 %
275.000.000 48.250.000
= 21,8 %.
Sliding rate atau bunga menurun adalah beban bunga yang dibayarkan / yang
diterima dari periode yang satu keperiode berikutnya jumlahnya selalu menurun.
Misal :
Besar pinjaman adalah sebesar Rp 120.000.000 selama 6 bulan, dengan bunga 18 % per
tahun, jadi besar bunga per bulan adalah 1,5 %. Cicilan pokok adalah Rp 120.000.000 :
6 = Rp 20.000.000. Lihat tabel berikut :
Flat rate atau bunga tetap adalah beban bunga yang dibayarkan / yang diterima
dari periode yang satu keperiode berikutnya jumlahnya selalu sama.
Misal :
Besar pinjaman adalah sebesar Rp 120.000.000 selama 6 bulan, dengan bunga 18 % per
tahun, jadi besar bunga per bulan adalah 1,5 % x Rp 120.000.000. Cicilan pokok adalah
Rp 120.000.000 : 6 = Rp 20.000.000. Lihat tabel berikut :
ANUITAS
1. Pengertian.
Anuitas adalah suatu rangkaian pembayaran dengan jumlah yang sama besar
pada setiap interval pembayaran. Besar kecilnya jumlah pembayaran pada setiap interval
tergantung pada jumlah pinjaman, jangka waktu, dan tingkat bunga. Tingkat bunga pada
setiap interval tergantung pada interval bunga majemuk yang dilakukan seperti ; setiap
hari, setiap bulan, setiap kuartal, setiap semester, setiap tahun. Interval pembayaran
adalah waktu antara dua pembayaran berturut dari anuitas. Tempo/masa anuitas adalah
waktu dari permulaan interval pembayaran pertama sampai akhir dari interval
pembayaran yang terakhir. Cicilan tahunan adalah seluruh jumlah pembayaran yang
dibuat dalam satu tahun.
Jika masa anuitas sudah pasti maka disebut anuitas tertentu (annuity certain) dan
jika masa anuitas bergantung pada beberapa event maka disebut anuitas tidak tertentu
(contingent annuity). Anuitas sederhana tertentu dilakukan pembayaran pertama pada
akhir interval pertama, pembayaran kedua pada akhir interval kedua, dan seterusnya.
Suatu anuitas yang pembayarannya berlanjut terus menerus disebut perpetuity, nilai
masa depan suatu perpetuitas menjadi tak terhingga, karena pembayaran periodiknya
menjadi tak terhingga.
Dilihat dari bentuknya anuitas ini dapat dibagi atas 3 (tiga) bagian sebagai
berikut :
1. Simple Anuitas (anuitas sederhana), dibagi dalam 3 jenis yaitu :
a. Ordinary anuitas
b. Anuitas Due
c. Deferred Anuitas
2. Complex Anuity (anuitas kompleks) dibagi dalam 3 jenis yaitu :
a. Compleks Ordinary
b. Compleks Due
c. Compleks Deferred
3. Anuitas Perpetuitas ( anuitas berlanjut terus / tak terhingga ).
2. Simple Anuitas.
Simple anuitas adalah sebuah anuitas yang mempunyai interval yang sama antara
waktu pembayaran dengan waktu dibunga majemukan. Dilihat dari tanggal
pembayarannya anuitas ini dapat dibagi atas 3 bagian yaitu :
Adalah suatu anuitas yang diperhitungkan pada setiap akhir interval seperti akhir
bulan, akhir kuartal, akhir setiap 6 bulan, dan akhir tahun. Untuk menghitung present
value, future value, maupun jumlah anuitas dapat dilkukan dengan rumus sebagai
berikut:
1 (1 i ) n
An = R
i
(1 i ) n 1
Sn = R
i
i
R = An n
1 (1 i )
i
R = Sn
(1 i ) 1
n
Dimana :
Nilai sekarang (present value) merupakan nilai sekarang dari sebuah anuitas dan
identik dengan nilai awal dari penanaman modal. Apabila jumlah penerimaan sebesar
Rp 100.000, dan bunga sebesar Rp 20.000, maka present valuenya adalah Rp 100.000 –
Rp 20.000 = Rp 80.000. Contoh dalam perhitungan ordinary anuitas adalah sebagai
berikut :
Si A mencicil pinjaman sebesar Rp 50.000 pada setiap akhir bulan selama 6
bulan dengan tingkat bunga 18 % pertahun. Berpakah nilai sekarangnya (PV-
nya).
1,5 %
R1 R2 R3 R4 R5 R6
50 50 50 50 50 50
Jadi nilai sekarang dari jumlah cicilan si A selama 6 bulan adalah Rp 284.859,36.
Perhitungan tersebut diatas dapat pula dibuat dalam bentuk tabel sebagai berikut :
Jumlah
Pengembalian Jumlah
Bln Anuitas Bunga 1,5 % Pokok Pengembalian Sisa Kredit
Pinjaman Kumulatif
1 2 3 4 5 6
(3x6) (2–3) (4+4) (6–4)
0 50.000 0 0 0 284.859,36
1 50.000 4.272,89 45.727,11 45.727,11 239.132,25
2 50.000 3.586,98 46.413,02 92.140,13 192.719,23
3 50.000 2.890,78 47.109,22 139.249,35 145.610,01
4 50.000 2.184,15 47.815,85 187.065,20 97.794,16
5 50.000 1.466,91 48.533,09 235.598,29 49.261,07
6 50.000 738,92 49.261,07 284.859,36
Nilai sekarang dari soal diatas juga dapat dihitung dengan menggunakan
perhitungan bunga majemuk (compund interest method) sebagai berikut :
0 1 2 3 4 5 6
(anuitas)
50.000 (1+0,015)-1 = 49.261,08
50.000 (1+0,015)-2 = 48.533,08
Anuitas dari present value sebenarnya sama dengan jumlah angsuran pada setiap
interval. Jumlah angsuran pada setiap interval dari jumlah pinjaman tergantung pada
besar kecilnya tingkat bunga dan jangka waktu yang digunakan.
Contoh :
Seorang investor merencanakan membangun rumah murah untuk dijual secara cicilan
kepada konsumen. Biaya pembangunan diperhitungkan sebesar Rp 12.000.000. Berapa
besar nilai cicilan yang dibebankan kepada konsumennya, bila tingkat bunga setahun 15
% dan dimajemukan setiap bulan selama 3 tahun.
Jawab.
Diketahui An = 12.000.000,-. , i= 15 % / 12 = 0,0125 , n=36
i
R = An n
1 (1 i )
0,0125
R = Rp 12.000.000 36
1 (1 0,0125)
= Rp 12.000.000 (0,034664448)
= Rp 415.973,37
1 (1 i ) n An 1 (1 i ) 8 969.482
, maka = 6,463213333
i R i 150.000
1 (1 i ) n
Nilai discount faktor untuk dapat dilihat dalam lampiran 3 pada n = 8
i
dimana nilainya 6,463212760. Dengan demikian pada kolom tersebut i = 5 % dan
tingkat bunga setahun (nominal rate) 4 x 5 = 20 % (dimajemukan 4 kali setahun).
Apabila nilai i tidak tersedia dalam lampiran, nilai i dapat dihitungkan dengan
menggunakan sistem interpolasi.
Contoh :
Seorang pengusaha menyetor uang pada bank sebesar Rp 445.000 dan diambil kembali
secara cicilan setiap akhir 6 bulan sebesar Rp 50.000 dalam waktu 5 tahun. Berapakah
besarnya interest rate / nominal rate ?
Diketahui : An = 445.000 , R= 50.000 , n = 2 x 5 = 10
2% 8,98258501 (1)
8,90000000 (2)
2,5 % 8,75206393 (3)
Untuk menentukan jangka waktu dari sebuah anuitas sama halnya dengan
menentukan tingkat bunga. Apabila PV, tingkat bunga, dan jumlah anuitas dapat
diketahui maka jangka waktu dari pinjaman dapat diselesaikan dengan menggunakan
cara tertentu.
Contoh :
Seorang pegawai negeri menerima uang dari bank sebesar Rp 1.653.298 dari hasil
setoran sebesar Rp 50.000 pada akhir setiap kuartal dengan bunga 20 % setahun. Berapa
lama pegawai tersebut melakukan penyetoran.
(1 i ) n 1 Sn (1 0,05) n 1 1.653.298
, maka 33,065960
i R i 50.000
b. Anuitas Due.
Anuitas due adalah sebuah anuitas yang pembayaran dilakukan pada setiap awal
interval. Awal interval pertama merupakan perhitungan bunga yang pertama dan awal
interval kedua merupakan perhitungan bunga yang kedua dan seterusnya. Dalam anuitas
due ditambahkan satu compounding faktor (1+i) baik untuk PV atau FV.
Pertambahan satu compounding faktor pada anuitas due adalah sebagai akibat
pembayaran yang dilakukan pada awal setiap interval maka nilai yang dihitung dengan
menggunakan anuitas due selalu lebih besar bila dibandingkan dengan ordinary anuitas.
Untuk menghitung present value dari sebuah anuitas due dapat dilakukan dengan
menggunakan formula sebagai berikut :
1 (1 i ) n
An(ad) = R .(1 i )
i
1 (1 i ) ( n 1)
An(ad) = R 1
i
1 (1 i ) ( n 1)
An(ad) = R R
i
Contoh :
Sebuah perusahaan yang bergerak dalam alat bangunan ingin memperoleh uang secara
kontinyu sebesar Rp 1.500.000 dari bank pada setiap awal kuartal selama satu tahun.
Berapa jumlah dana yang harus disetor pada bank apabila tingkat bunga diperhitungkan
sebesar 18 % pertahun.
Jawab :
Diketahui : R=1.500.000 , i = 18/4 = 4,5 % , n = 4
1 (1 i ) n
An(ad) = R .(1 i )
i
1 (1 0,045) 4
An(ad) = 1.500.000 .(1 0,045)
0,045
An(ad) = 1.500.000 (3,58752577) (1,045) = Rp 5.623.447.
Nilai discount faktor 3,58752577 dapat dilihat pada lampiran 3 pada i = 4,5 % dan n = 4.
(1 i ) n 1
Sn(ad) = R .(1 i )
i
(1 0,01) 36 1
Sn(ad) = 70.000 .(1 0,01)
0,01
= 70.000 (43,07687836) (1,01)
= Rp 3.045.535,-.
Hubungan antara Present Value dengan Future Value dari sebuah anuitas due
sama halnya dengan hubungan yang terdapat dalam perhitungan bunga majemuk.
Present Value merupakan modal dasar. Future Value merupakan penjabaran dari bunga
majemuk. Dalam perhitungan bunga majemuk jumlah penerimaan dihitung dengan
rumus : S = P ( 1 + i )n .
Sedangkan Present Value dihitung dengan rumus : P = S ( 1 + i ) -n . Sejalan
dengan formula bunga majemuk, anuitas due Sn (ad) merupakan FV dan An (ad)
merupakan PV dengan demikian formula yang digunakan dalam hubungan ini adalah :
PV An(ad) = Sn (ad) ( 1 + i )-n
FV Sn(ad) = An (ad) ( 1 + i )n
Apabila diketahui nilai PV dari anuitas due, jumlah penerimaan pada akhir interval dapat
diketahui tanpa menghitung besarnya anuitas pada setiap interval dan hubungan ini tidak
dapat diterapkan pada ordinary anuitas maupun bentuk anuitas lainnya seperti defered
anuitas.
Penentuan anuitas dalam sebuah anuitas due dapat dihitung apabila nilai PV dan
FV (jumlah penerimaan) dari transaksi pinjaman diketahui, disamping tingkat bunga
dan lamanya pinjaman. Apabila diketahui nilai PV, untuk menghitung besarnya anuitas
dapat digunakan rumus :
i
R = n
(1 i ) 1 apabila jumlah penerimaan diketahui dapat
1 (1 i )
digunakan rumus :
i
R = (1 i) 1 untuk menentukan jangka waktu dari sebuah
1 (1 i) 1
n
anuitas due, sama halnya dengan menentukan n pada ordinary anuitas. Lamanya jangka
waktu dari suatu pinjaman dapat diselesaikan dengan menggunakan rumus :
1 (1 i ) ( n 1)
Bila An (ad) diketahui rumus : R R
i
(1 i ) n 1
Bila Sn (ad) diketahui rumus : R .(1 i )
i
Contoh :
Seorang pimpinan perusahaan telah melakukan penyetoran pinjaman secara cicilan pada
bank sebesar Rp 500.000 pada setiap awal bulan. Tingkat bunga pinjaman
diperhitungkan sebesar 18 % pertahun. Berapa bulan harus diadakan penyetoran untuk
menutupi pinjaman sebesar Rp 10.000.000,-.
Diket : R = 500.000 , i = 18/12 = 1,5 % , An = 10.000.000 , n = ?
1 (1 i ) ( n 1)
An (ad) = R R
i
1 (1 0,015) ( n 1)
10.000.000 = 500.000 500.000
0,015
1 (1 0,015) (n 1) 10.000.000 500.000
= 19
0,015 500.000
Untuk menentukan atau mengetahui lamanya penyetoran, lihat lampiran 3 :
Pada n = 22, i = 1,5 % nilai = 18,62082437
Pada n = 23, i = 1,5 % nilai = 19,33086145
Sementara nilai 19 tidak ada pada tabel. Dengan demikian untuk mengembalikan kredit
sebesar Rp 10.000.000 membutuhkan waktu selama 22 bulan lebih atau dapat ditulis
sebagai berikut : 22 bulan < n < 23 bulan.
Cara interpolasi : Periode Discount Rate Persamaan
22 18,62082437 (1)
? 19, (2)
23 19,33086145 (3)
c. Deferred Anuitas.
Illustrasi.
Pemerintah Jepang memberikan pinjaman pada Pemerintah Indonesia sebesar Rp 10
miliar pada tanggal 1 Januari 2000. Dengan persetujuan bersama antara kedua
pemerintah, bunganya mulai diperhitungkan sejak 1 Januari 2005. Ini berarti dari 1
Januari 2000 sampai dengan 1 Januari 2005 adalah merupakan grace period. Persoalan
demikian dalam matematika keuangan disebut dengan defered anuitas. Untuk
menentukan nilai PV dan FV dapat dihitung dengan rumus :
1 (1 i ) n t
An (da) = R (1 i )
i
(1 i ) n 1
Sn (da) = R
i
t adalah tenggang waktu yang tidak dihitung bunga.
Contoh :
Seorang petani membuka usaha dalam bidang peternakan dan untuk membiayai usaha
tersebut ia meminjam uang pada bank dengan tingkat bunga 12 % pertahun, dan
dimajemukan setiap kuartal. Pinjaman tersebut harus dikembalikan secara cicilan mulai
pada akhir kuartal ketiga sebesar Rp 400.000, selama 5 kali angsuran. Berapa besar
jumlah pinjaman ?
Diket : R = 400.000 , I = 12/4 = 3 % , n = 5 , t = 2
1 (1 i ) n t
An (da) = R (1 i )
i
1 (1 0,03) 5 2
An (da) = 400.000 (1 0,03)
0,03
= 400.000 ( 4,5797072 ) ( 0,942595909 ) = Rp 1.726.725,308.
1 (1 i ) n
An = R
i
1 (1 0,03) 5
A5 = 400.000
0,03
= 400.000 ( 4,5797072 )
= Rp 1.831.882,88
A5 = 1.831.882,88
A7 (da) = 1.726.725
0 1 2 3 4 5 6 7
400 400 400 400 400
tenggang waktu
Nilai PV dari defered anuitas juga sama dengan jumlah PV secara keseluruhan dikurangi
dengan nilai PV dari tenggang waktu sebagai berikut :
An (da) = A7 - A
1 (1 i ) n 1 (1 i ) t
An (da) = R - R
i i
1 (1 0,03) 7
1 (1 0,03) 2
= 400.000 - 400.000
0,03 0,03
= 400.000 ( 6,230282967 ) – 400.000 ( 1,9134697 )
= 2.492.113,187 - 765.387,88
= Rp 1.726.725,307,-.
Anuitas Kompleks
Pembayaran 12 x setahun
bln
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
kuartal
k1 k2 k3 k4
dimajemukan 4 kali setahun
Simple Anuitas
Pembayaran 4 x setahun
kuartal
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Bln 1 2 3 4
Dimajemukan 4 x setahun
Seperti terlihat dalam gambar atau pola diatas kompleks anuitas pembayaran dari
sebuah anuitas dilakukan pada setiap bulan dan dimajemukan setiap kuartal. Dalam pola
atau gambar simple anuitas antara pembayaran dan dibungamajemukan mempunyai
interval yang sama yaitu masing-masing pada setiap kuartal (3 bulan). Jika dilihat dari
tanggal pembayaran, kompleks anuitas dapat dibagi atas tiga bagian yaitu :
1 (1 i ) nc i
An(c) = R
(1 i ) 1
c
i
Dimana c adalah perbandinngan antara frekwensi bunga majemuk dalam satu
tahun dengan frekwensi pembayaran dalam satu tahun. Sebagai ilustrasi, untuk
mendapatkan besaran nilai n, c, dan nc dalam rumus diatas dapat dikuti dalam
bentuk tabel berikut :
Contoh :
Seorang petani merencanakan meminjam uang pada bank untuk membiayai rencana
perluasan usaha dalam sub sektor perikanan. Berdasarkan pada perkiraaan dan
perhitungan benefit, ia mampu mengembalikan pinjaman sebesar Rp 76.015 pada setiap
akhir kuartal selama 2 tahun dengan tingkat bunga pinjaman sebesar 18 % pertahun dan
dimajemukan pada setiap bulan. Berapa besar jumlah kredit yang dapat dipinjam oleh
petani tersebut ?
Diketahui : R = 76.015 , n = 2x4=8 (kuartal) , c= 12/4 =3, nc = 3x8=24
i =18/12 = 1,5 %
1 (1 i ) nc i
An(c) = R
(1 i ) 1
c
i
1 (1 0,015) 24 0,015
An(c) = 76.015
(1 0,015) 1
3
0,015
= Rp 76.015 (20,03040537) (0,32838296)
= Rp 499.999,5942 dibulatkan menjadi Rp 500.000,-.
Dari contoh ini dimana interval pembayaran dilakukan pada setiap 3 bulan dan
interval bunga dimajemukan pada setiap bulan. Untuk menyamakan interval
pembayaran dengan interval bunga majemuk dapat dilakukan sebagai berikut :
Dengan adanya perubahan ini, present value (jumlah pijaman) dapat dihitung
dengan menggunanakan formula simple ordinary anuity dengan cara sebagai berikut :
1 (1 i ) nc
An = B
i
1 (1 0,015) 24
A24 = 24.962,02
0,015
= 24.962,02 (20,03040537)
= Rp 500.000,-.
Jumlah penerimaan ( Snc) dalam complex ordinary anuity dapat dihitung apabila
PV atau anuitas dari sebuah pinjaman diketahui.Formula yang digunakan adalah sebagai
berikut :
1 (1 i ) nc i
Snc = R
(1 i ) 1
c
i
Nilai compounding faktor perpangkat nc dapat dilihat dalam lampiran 4 dengan
asumsi nc = n. Perubahan perhitungan dari complek ordinary anuity menjadi simple
ordinary anuity dapat dilakukan dengan jalan yang sama seperti yang dilakukan
sebelumnya. Untuk mengubah nilai Anc dan Snc dalam complek ordinary anuity juga
dapat digunakan rumus :
(1 r ) n 1 1 (1 r ) n
Sn = R dan An = R
r r
Kembali pada contoh diatas, sebelumnya tingkat bunga majemuk dilakukan pada
setiap bulan dan diubah menjadi 3 bulan untuk menyamakan interval bunga majemuk
dengan interval pembayaran, ini berarti r adalah merupakan perubahan i dari setiap
bulan menjadi setiap 3 bulan (kuartal). Perubahan ini dapat dilakukan dari i perbulan
(1,5%) menjadi i setiap 3 bulan dengan menggunakan compount interest ( 1 + i )n atau (
1 + 1,5 % )3 dengan cara sebagai berikut :
1 (1 i) c n
1 (1 r ) n
Anc = R = R
r (1 i ) c
1
(1 r ) 1
n
Snc = R
r
Present Value
1 (1 i) c n
1 (1 r ) n
Anc = R = R
r (1 i ) c
1
1 (1 0,015) 3 8
1 (1 r ) n
= R = 76.015
r (1 0 ,015 ) 3
1
= 76.015 ( 6,577643808 )
= 499.999,5941 dibulatkan menjadi 500.000,-.
1 (1 r ) n
Atau Anc = R
r
1 (1 0,0456784 ) 8
= 76.015 R
0,0456784
= 76.015 ( 6,577643137 )
= 500.000
Complek anuity due adalah pembayaran yang dilakukan pada setiap awal
interval. Perbedaan antara simple anuity due dengan complek anuity due juga terletak
pada interval bunga, dimana dalam complek anuity due frekwensi bunga majemuk tidak
sama dengan frekwensi pembayaran didalam satu tahun, oleh karena itu dalam
i
perhitungan nilai baik PV dan FV harus dikalikan dengan discount faktor
1 (1 i ) c
sebagai kompensasi, rumus yang digunakan sebagai berikut :
Untuk menghitung tingkat bunga, jangka waktu dan anuitasnya sama dengan
cara menghitung pada complek ordinary anuity.
c. Compleks Deferred
Sistem pembayaran anuitas yang dilakukan dalam complek deferred anuity juga
dilakukan pada setiap akhir interval, seperti akhir bulan, akhir kuartal, akhir setiap 6
bulan, maupun akhir tahun. Perbedaan antara anuitas ini dengan complek anuitas
sebelumnya terletak pada tenggang waktu yang tidak diperhitungkan bunga.
Contoh :
Seorang mahasiswa meminjam uang pada bank sebesar Rp 800.000 dalam rangka
menutupi biaya perkuliahannya. Ia berjanji akan mengembalikan pinjaman tersebut
secara cicilan selama 5 tahun dan pengembalian pinjaman dilakukan setelah 3 tahun dari
meminjam. Bunga diperhitungkan sebesar 12 % pertahun dan dimajemukan setiap 6
bulan sekali. Berapakah besarnya pembayaran yang harus dikembalikan pada bank
setiap akhir tahun ?
1 (1 i ) nc i ct
Anc (da) = R . (1+i)
(1 i ) 1
c
i
(1 i ) nc 1 i
Snc (da) = R
(1 i ) 1
c
i
i (1 i ) c 1 ct
nc . (1+i)
R = Anc (da)
1 (1 i ) i
0,06 (1 0,06) 2 1 . 2.2
10 ( 1 + 0,06 )
= 800.000
1 (1 0 , 06 ) 0,06
= 800.000 ( 0,13586795 ) ( 2,06 ) ( 1,26247696 )∞
= 282.681,70 ( adalah cicilan setiap tahun )
(1 i ) nc 1 i
Snc (da) = R
(1 i ) 1
c
i
(1 0,06)10 1 0,06
= 282.681,70
(1 0,06) 1
2
0,06
= 282.681,70 ( 13,18079494 ) ( 9,485436893 )
= 1.808.723,068 ( total pembayaran ).
Contoh :
Hitunglah nilai sekarang, jika pembayaran terus berlanjut sebesar Rp 600.000,-. Dengan
tingkat bunga 6 %.
Jawab :
A = 600.000 / 0,06
= Rp 10.000.000
DISKONTO TUNGGAL
Pengertian
Nilai tunai (M) dari jumlah A yang dibayar dihari yang berlainan sudah dibahas
pada bab sebelumnya, dapat di interpretasikan sebagai nilai diskonto dari A, maka
D = A – M dinamakan diskonto tunggal dari A pada suatu laju bunga atau diskonto
sebenarnya dari A.
Maka dari :
M
A = menjadi A = M ( 1 + pw ) maka M (nilai tunai) adalah :
1 pw
A
M =
1 pw
Contoh :
Tentukan nilai tunai untuk bunga tunggal 6 % dari Rp 1500 yang harus dibayar dalam 9
bulan. Berapakah diskonto sebenarnya ?.
Jawab :
Diketahui A = 1500 ,p=6% , w = 9 bulan ( 9/12 = 0,75)
Maka dari :
A 1500
M = = = 1500 / 1,045 = Rp 1.435,41
1 pw 1 0,06(0,75)
Rp 1.435,41 adalah nilai tunainya ( M )
D = A -M
= 1500 - 1435,41
= Rp 64,59 adalah diskonto tunggalnya (D).
Contoh :
Tentukan diskonto tunggal pada hutang Rp 1500 jangka waktu 9 bulan dengan laju
diskonto 6 %. Berapakah nilai tunai dari hutang tersebut ?.
Jawab :
Diketahui : A = 1500 , p= 6 % , w = 9 bulan
D = A pw D = 1500 x 0,06 x 9/12 = Rp 67,50
M = A–D M = 1500 - 67,50 = Rp 1432,50
Contoh :
Tentukan proses penjualan 5 bulan sebelum waktu pembayaran suatu promes pada
Hartono dimana laju diskonto 8 %.
Lihat surat promes berikut :
Pekanbaru, 1 Januari 2006
Delapan bulan setelah tanggal tersebut bayarkan kepada Marlis atau order uang
sejumlah empat ratus ribu rupiah. Bunga 4 %.
( Amran)
Jawab :
1. Diketahui nilai total dari kupon obligasi Rp 1200, jatuh tempo 1 bulan, uang
bertambah 6 % dengan bunga tunggal. Diminta :
a. Berapakah nilai hari dari kupon obligasi (M)
b. Berapakah diskonto sebenarnya (D)
Jawab :
A = 1200 , p= 6 % , w = 1 bulan A = M(1+pw)
a. M = A / ( 1 + pw ) = 1200 / 1 + (0,06) (1/12) = 1200 / 1,05
= Rp 1.194,03
b. D = A - M
= 1.200 - 1194,03
= Rp 5,97
2. Tentukan nilai pada 1 Mei dari promes Rp 1.500 dibayar 15 Juni, yang bertambah
dengan bunga tunggal 5 %. Berapakah diskonto yang sebenarnya.
Jawab :
Nilai tunai per 1 Mei
Diketahui A = 1500 , p=5 % , w = 45 hari.
M = A / ( 1 + pw )
= 1500 / ( 1 + (0,05) (45/360)
= 1500 / 1,00625
= Rp 1.490,68
Diskonto yang sebenarnya :
D = A - M
= 1.500 - 1.490,68
= Rp 9,32
5. Berapakah laju bunga tunggal pada problem soal 4 diatas yang dibayar oleh X ?
Jawab :
X membayar Rp 50 untuk bunga 5 bulan atas sejumlah uang Rp 1.950/
Dari B = M p w ,maka : p = B /M.w
P = 50 / 1.950 (5/12) p = 0,06154
Atau laju bunga tunggal = 6,15 % ( P )
6. Tentukan nilai awal dari promes5 bulan dimana X menerima Rp 2.000 dari bank (
soal nomor 4 ).
Jawab :
M = 2.000 , P = 0,06 , w = 5/12
Maka dari M = A ( 1 – pw )
A = M / (1 + pw )
= 2.000 / ( 1 – (0,06) (5/12) )
= 2.000 / 0,975 = Rp 2.051,28
7. Suatu promes untuk 3 bulan Rp 1.000 tertanggal 5 Mei dipotong pada 26 Juni
sebesar 6 %. Tentukan nilai perolehannya.
Jawab :
Soal Latihan.
1. Suatu hipotik mempunyai nilai akhir Rp 1.200. Tentukan nilainya 5 bulan sebelum
jatuh tempo, jika uang berkembang 4,5 % (bunga tunggal). Berapakah diskonto
sebenarnya ?.
No Nilai awal Tanggal Tempo Laju bunga Tgl diskont Laju diskon
a Rp 2.000 19 April 3 bulan - 31 Mei 6%
b Rp 3.500 5 Juni 4 bulan - 21 Agust 5%
c Rp 1.000 10 Juli 75 hari - 25 Juli 5,5 %
d Rp 4.500 15 Maret 90 hari - 26 Mei 8%
e Rp 3.000 12 Januari 6 bulan 4% 28 April 5%
f Rp 800 9 Februari 45 hari 5% 1 Maret 6,5 %
g Rp 1.200 1 Nopembe 4 bulan 6% 4 Februari 5%
2. M = nilai tunai
M =A/1+pw = 750 / 1 + (0,05) (47/360)
= 750 /1,006527778 = Rp 745,13
Diskonto sebenarnya = D
D = A - M
= 750 - 745,13 = Rp 4,87
3. a D = A. p. w
= 3.500 (0,04) (60/360) = Rp 33,23
M = Nilai tunai / hari ini
M = A - D
= 3.500 - 23,33 = Rp 3.476,67
b. D = A. p. w
= 5.000 (0,035) (90/360) = Rp 43,75
M = A - D
= 5.000 - 43,75 = Rp 4.956,25
c. D = A. p. w
= 1.200 (0,05) (4/12) = Rp 20
M = A - D
= 1.200 - 20 = Rp 1.180
e. D = A. p. w
= 4.000 (0,055) (34/360) = Rp 20,77
M = A - D
= 4.000 - 20,77 = Rp 3.979,23
f. D = A. p. w
= 3.000 (0,045) (45/360) = Rp 16,87
M = A - D
= 3.000 - 16,87 = Rp 2.983,13
4.a M = A(1–pw)
= 1.500 ( 1 – (0,06) (60/360) ) = 1.500 (0,99) = Rp 1.485
B atau D = A - M
= 1.500 - 1.485 = Rp 15
b M = A(1–pw)
= 1.750 ( 1 – (0,06) (6/12) ) = 1.750 (0,97) = Rp 1.697,5
D = A - M
= 1.750 - 1.697,5 = Rp 52,5
f M = A(1–pw)
= 3.000 ( 1 – (0,06) (171/360) ) = 3.000 (0,9715) = Rp 2.914,15
D = A - M
= 3.000 - 2.914,5 = Rp 85,5
di diskonto
Tanggal pembayaran pada tanggal : 18 Juli
Nilai jatuh tempo : Rp 2.000
Tempo dari diskonto ( 31 Mei s/d 18 Juli) adalah 49 hari
5.e
----------
PEMBAYARAN CICILAN
Perhitungan pembayaran cicilan yang akan dibahas dalam sajian materi pada bab
ini adalah pembayaran cicilan pada obligasi-obligasi keuangan. Suatu obligasi finansial
sering diselesaikan pembayarannya oleh suatu deret pembayaran cicilan sebatas waktu
dari obligasi yang harus dibayar pada tanggal jatuh temponya. Persoalannya adalah
bagaimana mencari jumlah dari tanggal ke tanggal jika suatu himpunan pembayaran
cicilan dibuat. Metode yang dapat digunakan untuk menyelesaikannya adalah :
a. Merchant‟s Rule
b. United States Rule
Pada perhitungan metode ini bunga dihitung pada hutang sebenarnya dan setiap
pembayaran angsuran jatuh pada tanggal yang ditentukan. Jumlah yang diharapkan pada
jatuh temponya adalah merupakan perbedaan antara jumlah dari seluruh hutang dengan
jumlah dari semua pembayaran cicilan.
Contoh :
Suatu hutang sebesar Rp 5.000 diselesaikan dengan bunga 5 % dalam batas waktu 1
tahun. Debitur membayar Rp 800 dalam 5 bulan dan Rp 1.000 dalam 9 bulan. Tentukan
neraca pembayaran pada jatuh temponya ?.
Jawab :
Bunga tunggal dihitung terhadap hutang sebenarnya dari Rp 5.000 untuk 1 tahun, pada
pembayaran cicilan pertama ( Rp 800 ) untuk 12 – 5 = 7 bulan dan pada pembayaran
kedua ( Rp 1.000 ) untuk 12 – 9 = 3 bulan.
Hutang sebenarnya = Rp 5.000
Bunga untuk 1 tahun ( 0,05 x Rp 5.000 ) = Rp 250
Total = Rp 5.250
Demikian saldo pembayaran pada tanggal jatuh tempo adalah Rp 5.250 – Rp 1.835,83 =
Rp 3.414,17.
Rp 800 Rp 1.000
0 5 9 12
3/12
7/12
Pada perhitungan metode ini bunga dihitung terhadapsisa yang belum terbayar
dari hutang setiap saat pembayaran cicilan dilakukan, dengan ketentuan :
a. Jika pembayaran lebih besar dari bunga yang harus dibayar, perbedaan ini digunakan
untuk mengurangi hutang.
b. Jika pembayaran lebih kecil dari bunga yang harus dibayar, pembayaran dilakukan
tanpa bunga sampai pembayaran cicilan yang dilakukan mempunyai jumlah yang
cukup untuk menutupi bunga yang harus dibayar pada waktu itu.
Suatu hutang sebesar Rp 5.000 diselesaikan dengan bunga 5 % dalam batas waktu 1
tahun. Debitur membayar Rp 800 dalam 5 bulan dan Rp 1.000 dalam 9 bulan. Tentukan
neraca pembayaran pada jatuh temponya ?.
Jawab :
Hutang sebenarnya = Rp 5.000
Bunga untuk 5 bulan ( 5.000 (0,05)(5/12) = Rp 104,16
Jumlah yang harus dibayar setelah 5 bulan = Rp 5.104,16
Pembayaran cicilan ke I = Rp 800
Saldo setelah 5 bulan = Rp 4.304,16
Bunga untuk 4 bulan (4.304,16 (0,05)(4/12) = Rp 71,74
Jumlah yang harus dibayar setelah 9 bulan = Rp 4.375,90
Pembayaran cicilan ke II = Rp 1.000
Saldo hutang setelah 9 bulan = Rp 3.375,90
Bunga untuk 3 bulan (3.375,90 (0,05)(3/12) = Rp 42,20
Jumlah yang dibayar pada jatuh tempo = Rp 3.418,10
Jumlah total yang harus dilunasi oleh sipembeli TV yang bersangkutan adalah :
A = 100.000 + 513.750
A = Rp 613.750
Adalah merupakan jumlah dari deret aritmetik untuk 10 suku. Jadi pembeli
mebayar Rp 613.750 – Rp 600.000 = Rp 13.750 sebagai balas jasa dengan mebyara
kontan pada waktu tanggal pembayaran.
Sering jumlah yang harus dibayar tidak penuh pada waktu pembelian
ditambahkan pada sisa yang belum dibayar pada hari itu dan jumlah ini dibayar secara
mingguan atau bulanan.
Contoh :
Sebuah radio dijual tunai seharga Rp 63.000 atau dengan uang muka Rp 8.000 dan
sisanya dibayar dalam 12 minggu sebesar Rp 5.000 tiap pembayaran perminggu. Disini
sisa pembayaran Rp 63.000 – Rp 8.000 = Rp 55.000. Dan sisa pembayaran ( 12 x Rp
5.000 ) – Rp 55.000 = Rp 5.000 pada akhir jatuh tempo.
Persoalan untuk menentukan laju bunga dalam suatu transaksi telah dibahas
dalam pembahasan bunga, anuitas, dan diskonto, disini diperkenalkan dengan sejumlah
bentuk-bentuk sederhana dimana digunakan untuk pendekatan dari laju bunga. Dalam
persoalan anggap suatu pembayaran cicilan ( R )digunakan untuk membayar sisa hutang
( B ) dan beban bunga ( I ), tentukan laju bunga, laju bunga dalam rumus dagang dapat
ditentukan dengan rumus :
2MI
r =
B(n 1) I (n 1)
dimana :
n = jumlah pembayaran, diluar uang muka
M = jumlah pembayaran dalam satu tahun
r = rata-rata bunga tahunan
R = pembayaran untuk satu periode pembayaran
Contoh :
Sebuah TV dijual Rp 349.950 dengan tunai. Tetapi dapat dibayar Rp 49.950 sebagai
uang muka dan cicilan 10 bulan dengan pembayaran tiap bulan Rp 35.000. Tentukan %
beban bunga.
Jawab :
n = 10 , M = 12 , R = 35.000 , B = 349.950 – 49.950 = 300.000
I =Rn -B
= 35.000 (10) – 300.000 = Rp 50.000.
2MI
r =
B(n 1) I (n 1)
2(12)(50.000)
= = 1.200.000 / 2.850.000 = 0,421
300.000(10 1) 50.000(10 1)
= 42,1 %
Dengan anggapan bahwa jumlah dari nilai tunai pada tanggal pembelian dari
suatu barisan / sederajat pembayaran R dengan diskonto sederhana (tunggal) d % untuk
sisa pembayaran B, dapat ditentukan dengan rumus :
2MI
d =
Rn(n 1)
6(12)(50.000)
r = = 0,3478 = 34,8 %
3(300.000)(10 1) 50.000(10 1)
287 hari
5.000
146 hari
243 hari
2. Sebuah mobil bekas dioperkan dengan harga Rp 600.000 tunai atau uang muka Rp
100.000 dan sisanya dibayar 9 bulan dengan tiap pembayaran Rp 60.000. Taksirlah
laju bunga dengan menggunakan :
a. Rumus dagang
b. Rumus pembanding tetap
c. Rumus pembanding langsung
d. Rumus pembanding seri
Jawab :
Diketahui : n = 9 , R = 60.000 , B = 600.000 – 100.000 = 500.000
I = Rn - B
= 60.000 (9) – 500.000 = 40.000
2MI
a. r =
B(n 1) I (n 1)
2(12)(40.000)
= = 960.000 / 4.680.000 = 0,2051
500.000(9 1) 40.000(9 1)
= 20,51 %
6 MI
c. r =
3B(n 1) I (n 1)
6(12)(40.000)
r = = 0,188 = 18,8 %
3(500.000)(9 1) 40.000(9 1)
2MI
d. d =
Rn(n 1)
2(12)(40.000)
d = = 960.000 / 5.400.000 = 0,1777 = 17,8 %
60.000(9)(9 1)
3. Perusahaan simpan pinjam menetapkan bunga 2 % untuk pinjaman lebih kecil dari
Rp 500.000. Dengan menggunakan rumus pembandingan langsung, tentukan laju
beban bunga untuk pinjaman Rp 5.000.000 bila dibayar dalam 24 bulan secara
cicilan.
Jawab :
Bila n = 24 , M = 12 , B = 500.000 , I = 500.000 (0,02) (24) = 240.000
6 MI
r =
3B(n 1) I (n 1)
6(12)(240.000)
r =
3(500.000)(24 1) 240.000(24 1)
PENYUSUTAN
Untuk menjaga kontinuitas kegiatan usaha dari proyek atau usaha yang
direncanakan perlu dihitung besarnya biaya penyusutan pada setiap tahun. Sebuah
perusahaan yang sehat pada umumnya mempunyai cadangan penyusutan / depresiasi
untuk menjaga kontinuitas dari kegiatan usaha disamping menjaga kualitas produk serta
untuk memudahkan dalam mengikuti perubahan aset dengan adanya perubahan
tehnologi.
Dana penyusutan adalah biaya yang dibebanan pada konsumen melalui
perhitungan biaya-biaya atau harga pokok produksi. Dengan demikian layaknya dari
sebuah studi kelayakan bisnis, sebenarnya telah diperhitungkan dana penyusutan sebagai
pengganti dari aset yang tidak ekonomis lagi. Dilain pihak penyusutan dianggap sebagai
laba dalam perhitungan rugi laba karena dana yang disisihkan sebenarnya merupakan
penerimaan perusahaan yang dapat digunakan pada berbagai kepentingan.
Jenis investasi yang perlu disusut terdiri dari mesin, bangunan / gedung dan
peralatan lainnya yang memerlukan penggantian pada suatu masa sebagai akibat dari
pemakaian. Besar kecilnya biaya penyusutan dari pada aset tergantug harga aset, umur
ekonomis, metode yang digunakan dalam penyusutan. Metode penyusutan pada
umumnya dapat dikelompokkan dalam 4 bagian yaitu :
Contoh :
Dengan menggunakan metode garis lurus (straight line method), maka penyusutan dapat
ditentukan sebagai berikut :
P = B–S/n
dimana :
P = jumlah penyusutan pertahun
B = harga beli aset (original cost)
S = nilai sisa ( scrap / residual / solvage value )
n = umur ekonomis aset
Jawab :
P = B–S/n
= Rp 80.000.000 - Rp 25.000.000 / 5 = Rp 11.000.000
Total penyusutan sampai tahun ke 5 adalah
= Rp 11.000.000 x 5 = Rp 55.000.000
Ditambah nilai sisa = Rp 25.000.000
= Rp 80.000.000
Berdasarkan cadangan dana ini pimpinan perusahaan pada akhir tahun ke 5 dapat
mengganti bus lama dengan bus baru dari penggunaan dana penyusutan ini. Bila
penyusutan 1 tahun sebesar Rp 11.000.000, maka :
Penyusutan perbulan adalah = Rp 11.000.000 : 12 = Rp 916.666,67
Penyusutan per hari adalah = Rp 916.666,67 : 30 = Rp 30.555,55
Jika bus dalam satu hari dapat mengangkut penumpang sebanyak 80 orang (rata-
rata perhari), maka beban penyusutan pada setiap tiket yang dijual diperhitungkan
sebesar Rp 30.555,55 : 80 = Rp 382,-. Ini berarti perlembar tiket yang dijual kepada
konsumen dibebankan penyusutan sebesar Rp 382.
Penyusutan yang dihitung berdasarkan jumlah jam kerja mesin, didasarkan pada
jumlah jam kerja yang digunakan dalam tahun yang bersangkutan. Penyusutan ini dapat
dihitung dengan rumus :
J = B–S/E
dimana :
J = jumlah penyusutan per jam
B = original cost
S = solvage value
n = jam kerja efektif
Jawab :
J = B–S/E
= 10.000.000 - 2.000.000 / 80.000 = Rp 100
Jumlah penyusutan tahunan (J) tergantung pada jumlah jam kerja mesin yang digunakan
pada setiap tahun. Besar kecilnya jumlah jam kerja mesin dalam satu tahun tergantung
rencana produksi yang direncanakan setiap tahun terhadap produk yang dihasilkan. Bila
produk yang dihasilkan belum dikenal oleh konsumen rencana produksi pada tahun
pertama relatif lebih kecil dari tahun-tahun berikutnya, berikut merupakan contoh
perencanaan produksi terhadap produk yang belum dikenal sebagai berikut :
Rencana produksi tahun I = 10 % = 8.000 jam
II = 15 % = 12.000 jam
III = 20 % = 16.000 jam
IV = 25 % = 20.000 jam
V = 30 % = 24.000 jam
= 100 % = 80.000 jam
Setelah diketahui rencana pemakaian jam mesin maka dapat ditentukan
penyusutannya yaitu :
Tahun I = 8.000 jam x Rp 100 = Rp 800.000
II = 12.000 jam x Rp 100 = Rp 1.200.000
III = 16.000 jam x Rp 100 = Rp 1.600.000
IV = 20.000 jam x Rp 100 = Rp 2.000.000
V = 24.000 jam x Rp 100 = Rp 2.400.000
a. Metode anuitas.
Metode anuitas sebenarnya identik dengan perhitungan anuitas yang didasarkan pada
nilai aset atau original cost sebagai present value.
Contoh :
Harga beli sebuah mesin Rp 50 juta dengan nilai sisa diperkirakan Rp 10.000.000.
Umur ekonomis aset selama 5 tahun. Tingkat bunga efektif diperhitungkan sebesar
18 % pertahun. Tentukanlah ; besar penyusutan dan buat jadwal penyusutan.
Jawab :
Diketahui ; original cost = B = Rp 50 juta , nilai sisa = Rp 10 juta , n= 5 tahun dan
r = 18 %.
Penyusutan dapat dihitung dengan : P = S ( 1 + r )-n
P = S ( 1 + r )-n
= 10.000.000 ( 1 + 0,18 )-5
= 10.000.000 ( 0,437109216 )
= Rp 4.371.092
Nilai mesin yang disusut :
An = B - P
= 50.000.000 - 4.371.092 = Rp 45.628.908.
Setelah jumlah penyusutan diketahui sebesar Rp 4.371.092 dan nilai mesin yang
disusut sebesar Rp 45.628.908, maka dapat ditentukan jumlah penyusutan pertahun (
R ) dengan rumus :
1 (1 i ) n i
An = R diubah menjadi R = An n
i 1 (1 i )
i
R = An n
1 (1 i )
0,18
= 45.628.908 5
1 (1 0,18)
= 45.628.908 ( 0,319777842 )
Seperti terlihat pada tabel diatas jumlah penyusutan bersih selama 5 tahun adalah Rp
40.000.000 dan nilai sisa aset sebesar Rp 10.000.000 sehingga nilai depresiasi
ditambah nilai sisa pada akhir tahun ke 5 sebesar Rp 50.000.000,-. Untuk mengatasi
kenaikan harga dalam pergantian aset baru sebagai akibat inflasi telah dicadangkan
dana sebesar Rp 32.957.139,73
0,18
= 40.000.000
(1 0,18) 1
5
= 40.000.000 ( 0,139777841 )
= Rp 5.591.113,-.
Dengan demikian penyusutan setiap akhir tahun dilakukan sebesar Rp 5.591.113,-.
Jadi jumlah dana yang disetorkan selama 5 tahun sebesar Rp 27.955.564 dengan
jumlah bunga dari setoran selama 5 tahun sebesar Rp 12.044.436, sehingga jumlah
dana pada akhir tahun kelima sebesar Rp 40.000.000, dan nilai sisa Rp 10.000.000,-.
Dengan jumlah penyusutan tadi ditambah nilai sisa maka dapat dibelikan lagi mesin
baru.
3) Metode penurunan.
Metode penurunan adalah jumlah penyusutan yang dilakukan setiap tahun pada aset
yang mengalami penurunan dari tahun ke tahun sesuai dengan aset yang makin lama
makin tua / aus. Metode ini dapat dibagi dalam beberapa jenis yaitu :
n 1
S = n
2
Dimana :
S = jumlah angka tahunan
n = periode / tahun
5 1 10 1
S = 5 = 15 S = 10 2 = 55
2
Dengan demikian nilai aset yang disusut pada soal diatas dapat dihitung dengan cara:
Penyusutan yang didasarkan pada metode jumlah angka tahunan yang tersebut diatas
dapat dilihat dalam tabel berikut :
Apabila aset yang disusut lebih dari satu, mempunyai umur ekonomis yang
berbeda dan harga beli serta nilai sisa yang berbeda, biasanya dalam perhitungan
penyusutan dilakukan dengan metode penyusutan gabungan.
Contoh :
Mesin Harga beli Nilai sisa Jumlah Umur mesin Penyusutan
penyusutan (tahun) Tahunan
A 10.000.000 2.000.000 8.000.000 5 1.600.000
B 7.000.000 1.000.000 6.000.000 4 1.500.000
C 5.000.000 400.000 4.600.000 10 460.000
Jumlah 22.000.000 3.400.000 18.600.000 19 3.560.000
Jumlah penyusutan dalam suatu tahun yang dihitung berdasarkan penyusutan tetap
adalah :
--------
1. Pengertian.
Nilai waktu uang (time value of money) merupakan konsep yang harus dipahami
oleh seseorang yang akan menanamkan modal /dananya pada suatu usaha tertentu, guna
memperkecil resiko yang mungkin timbul khususnya resiko finansial.
Demikian halnya maka kajian-kajian dan perhitungan-perhitungan nilai waktu
uang sangat erat kaitannya dengan aktivitas investasi baik pada real assets maupun pada
finansial assets. Investasi pada real assets adalah investasi pada aktiva tetap yang pada
dasarnya akan dibicarakan masalah bagaimana melakukan suatu tindakan yang optimal
dari sejumlah modal ataupun dana yang akan diinvestasikan pada penguasaan tanah
(proyek pertanian, perkebunan, perikanan, dan lainnya), pembangunan atau pembelian
gedung atau bangunan, pembelian peralatan mesin dan lainnya. Sedangkan investasi
pada finansial assets dapat dilihat dalam bentuk investasi dalam leasing (sewa
menyewa), pembayaran kembali obligasi, saham, atau surat berharga jangka pendek
maupun surat berharga jangka panjang. Atau investasi pada berbagai aktiva / proyek
yang sumber pendanaannya berasal dari dana sendiri atau dari dana pinjaman sehingga
dapat menghasilkan tingkat keuntungan yang diperoleh sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan perusahaan.
Karena dalam investasi berkenaan dengan suatu nilai yang akan ditanamkan
dalam waktu yang cukup panjang, maka perlu diketahui dan dipahami konsep nilai
waktu uang (time value of money), karena permasalahan yang akan dihadapi selanjutnya
dalam berinvestasi adalah bagaimana suatu investasi dapat dilakukan dengan
memperhatikan beban atau bunga yang ditanggung dan diperoleh, tingkat resiko, dan
tingkat keuntungan yang diisyaratkan, investasi yang ditanamkan pada suatu aktiva atau
proyek biasanya diukur dalam satuan uang (rupiah, dolar dan lainnya).
Uang yang diinvestasikan dapat menghasilkan suatu keuntungan (bunga /
margin) untuk suatu periode tertentu, maka uang mempunyai nilai waktu. Ini
ditunjukkan dengan kecenderungan, kesukaan kita (preferensi) untuk menerima pada
saat ini sejumlah uang yang sama dari pada nanti atau lebih suka mengkonsumsi
sekarang (present consumtion) dari nanti (future consumtion). Sebaliknya kita akan
memilih membayar sejumlah uang yang sama diwaktu yang akan datang (future
payment) dari pada waktu sekarang (present payment). Dengan demikian kita mengakui
bahwa uang tidak sama nilainya untuk waktu yang berbeda. Semakin jauh dimensi
waktu yang dilalui semakin kecil nilai uang tersebut, dengan kata lain rupiah saat ini
lebih tinggi nilainya dari pada rupiah yang akan datang.
Bagaimana kasus yang terjadi antara sebuah bank dengan nasabah debiturnya ?
apakah ada hubungannya dengan nilai waktu uang ?. Dalam kasus ini dapat kita lihat
bahwa bank memberikan sejumlah pinjaman kepada nasabahnya terikat dalam waktu
yang cukup panjang, karena keterikatan pada waktu inilah nilai uang itu berubah.
Present value adalah menghitung nilai sekarang dari sejumlah uang yang akan
diterima (proceeds) pada n tahun yang akan datang. Metode perhitungan dalam present
value menggunakan apa yang disebut discounting (memendekan, memotong) sejumlah
nilai dimasa datang menjadi sebesar nilai sekarang, dengan memakai suatu tingkat
bunga (rate) yang disebut interest faktor atau discount faktor. Sehingga dalam
perhitungan nilai sekarang tingkat bunga yang dikenakan disebut interest faktor atau
discount faktor yang dilambangkan dengan IF atau DF. Perhitungan nilai sekarang dapat
menggunakan rumus :
1 Fn
PV = Fn atau PV = atau PV = Fn ( 1+ r)-n
(1 r) n
(1 r ) n
Dimana :
PV = nilai sekarang
Fn = nilai masa datang / nilai yang diterima
r = tingkat bunga / discount rate
n = periode waktu ( bulan, tahun )
1
Sedangkan atau ( 1 + r )-n disebut faktor discounting (interest faktor/discount
(1 r) n
faktor) yang menyebabkan nilai yang akan datang menjadi sebesar nilai sekarang.
Jawab :
Diketahui Fn = 30.000.000 , n = 3 tahun , bunga = 10 %
1 1
PV = Fn maka PV = 30.000.000
(1 r) n
(1 0,1) 3
= 30.000.000 (0,75131)
= Rp 22.539.300
Fn 30.000.000
PV = maka PV = = Rp 22.539.444,03
(1 r ) n (1 0,1) 3
2. Jika uang disimpan sebesar Rp 100.000 selama 2 tahun dengan tingkat bunga 10 %.
Berapakah nilai sekarang dari uang tersebut ?
Jawab.
1 1
PV = Fn maka PV = 100.000
(1 r) n
(1 0,1) 2
= 100.000 (0,8264)
= Rp 82.640,-.
1
PV = 1.000.000 = = 1.000.000
(1 r )11
1
PV = 1.000.000 = 1.000.000 x 0,909 = 909.000
(1 r ) 21
1
PV = 1.000.000 = 1.000.000 x 0,826 = 826.000
(1 r ) 31
1
PV = 1.000.000 = 1.000.000 x 0,751 = 751.000
(1 r ) 41
1
PV = 1.000.000 = 1.000.000 x 0,683 = 683.000
(1 r ) 51
PV setelah 5 tahun = 4.169.000
Pembayaran dan penerimaan yang dilakukan atau yang diterima oleh seseorang
dapat dalam jumlah yang sama ( misal dari tahun 1 sampai tahun ke 5 jumlahnya Rp
1.000.000 seperti pada soal). Tapi pembayaran dan penerimaan dapat juga berbeda
jumlahnya dari tahun ke tahun, maka untuk menentukan nilai sekarang dari
cicilannya, cara menghitung sama saja ( baik jumlah yang sama atau jumlah yang
berbeda). Lihat dalam bentuk pola berikut :
0 1 2 3 4 5
PV dari Proceeds
1.000.000
909.000
826.000
751.000
683.000
4.169.000
2. Bila penyetoran dilakukan diakhir periode :
1
PV = Po
(1 r) n
Dimana : PV = nilai sekarang
Po = jumlah pembayaran / penerimaan.
0 1 2 3 4 5
PV dari Proceeds
9.430
8.900
8.400
7.920
7.470
42.120
Atau dapat juga digunakan cara menghitung jumlah pembayaran atau penerimaan
dengan rumus berikut :
1 1 1 1 1 1
PV = R ...
(1 r ) (1 r ) (1 r ) (1 r ) (1 r ) (1 r ) n
1 2 3 4 5
1 1 1 1 1
PV = 10.000 5
(1 0,06) (1 0,06) (1 0,06) (1 0,06) (1 0,06)
1 2 3 4
1 1 1 1
PV = R R
1
R ,..., R
3
(1 r ) (1 r ) (1 r ) (1 r )
2 n
Inilah yang disebut dengan present value interest factor anuity (PVIFA) dan rumus
PVIFA dapat pula ditulis dalam bentuk :
1
1 n
(1 r ) atau 1 (1 r )
n
(1 r ) n 1
PVIFA = Po atau
r r r
Tapi rumus PVIFA hanya dapat digunakan dalam pembayaran atau penerimaan
cicilan yang jumlah sama pada setiap setiap interval pembayaran, sedangkan bila
pembayaran atau penerimaan dalam jumlah yang berbeda pada setiap interval cara
menghitungnya harus dengan menggunakan cara tabel.
Future value adalah menentukan nilai masa yang akan datang berdasarkan bunga
berganda atas sejumlah uang yang dikeluarkan sekarang. Perhitungan untuk menentukan
nilai masa yang akan datang dengan memakai sistem bunga berganda disebut juga bunga
majemuk ( compound value, ending amount, compound interest), dan rumus yang
digunakan untuk nilai masa datang adalah :
FV = P ( 1 + r )n
Dimana :
FV = jumlah yang akan diterima pada akhir tahun ke n (nilai masa datang)
P = jumlah uang yang dibayarkan / disimpan
r = tingkat bunga tahunan
n = lama uang disimpan / jangka waktu
Pada perhitungan nilai masa akan datang yang menjadi kunci adalah apa yang
disebut dengan faktor bunga berganda atau bunga majemuk (compounding interest
faktor) dengan rumus ( 1 + r )n atau disebut juga CIF.
Nilai masa yang akan datang dari suatu cicilan (future value anuity) adalah
menghitung nilai masa datang dari suatu pembayaran/penerimaan berkala (cicilan/series)
dari sejumlah uang. Future value anuity dapat dihitung dengan rumus :
Contoh :
Dana yang ditabungkan secara berkala sebesar Rp 1.000.000 selama 5 tahun dengan
bunga 10 %. Tentukan berapa nilai pada akhir tahu ke 5 dengan asumsi pembayaran
dilakukan diakhir periode.
Jawab :
FV = P ( 1 + r )n-1
= 1.000.000 ( 1 + 0,1 )1-1 = 1.000.000
2-1
= 1.000.000 ( 1 + 0,1 ) = 1.000.000 x 1,1 = 1.100.000
= 1.000.000 ( 1 + 0,1 )3-1 = 1.000.000 x 1,21 = 1.210.000
= 1.000.000 ( 1 + 0,1 )4-1 = 1.000.000 x 1,331 = 1.331.000
5-1
= 1.000.000 ( 1 + 0,1 ) = 1.000.000 x 1,4641= 1.464.100
Compound sum setelah 5 tahun = 6.105.100
1 2 3 4 5
PV dari Proceeds
1.000.000
1.100.000
1.210.000
1.331.000
1.464.100
6.105.100
Dapat juga dilakukan perhitungan dalam bentuk rumus yang lebih panjang untuk
menentukan nilai masa datang dari suatu cicilan (compound sum) sebagai berikut :
Rumus inilah yang disebut dengan faktor bunga berganda dari suatu anuity (cicilan) atau
disebut juga compound value interest faktor anuity (FVIFA). Rumus tersebut dapat
dalam bentuk sebagai berikut :
(1 r ) n 1
Cn = R
r
Dimana :
Cn = nilai yang dicari
R = penerimaan secara periodik
n = panjangnya anuity
Contoh :
Dana yang ditabungkan secara berkala sebesar Rp 1.000.000 selama 5 tahun dengan
bunga 10 %. Tentukan berapa nilai pada akhir tahu ke 5.
Jawab :
(1 r ) n 1
Cn = R
r
(1 0,1) 5 1
= 1.000.000 = 1.000.000 (6,1051) = Rp 6.105.100
0,1
(1 0,1) 2 1
Jika n = 2 dan r = 10 % maka = 2,1 6,1051
0,1
(1 0,1) 1
5
Jika n = 5 dan r = 10 % maka = 6,1051 2,1000
0,1
4,0051
R = 2.000.000 maka C2 = 2.000.000 (2,1) = Rp 4.200.000
R = 1.000.000 maka C5 = 1.000.000 (4,0051) = Rp 4.005.100
Total anuity = Rp 8.205.100
Nilai majemuk dari sejumlah uang adalah jumlah uang pada permulaan periode
(jumlah awal atau pokok) ditambah dengan jumlah bunga yang diperoleh selama periode
tersebut. Nilai majemuk (compounding) dalam satu tahun dapat dibagi yaitu :
1. Tahunan (annual)
2. Tengah tahunan (semi annual compounding)
3. Kuartalan (quartely compounding)
4. Bulanan (monthly compounding)
5. Harian (daily compounding)
Pemajemukan ganda (multiple compounding) selama satu tahun dapat dilihat pada
rumusan sebagai berikut :
Tahunan FV = P ( 1 + r )n
m. n
r
Tengah Tahunan FV = P 1 m=2
m
m. n
r
Kuartalan FV = P 1 m=4
m
Dimana : FV = nilai yang dicari, P = nilai yang disimpan, r = tingkat bunga, n = lama
waktu uang disimpan, m = frekwensi perhitungan bunga dalam satu tahun.
Contoh :
Perusahaan A menyimpan cadangan ekspansinya di bank sebesar Rp 200.000 untuk
masa 2 tahun dengan bunga 8 % pertahun. Berapakah nilai uang tersebut pada akhir
tahun ke 2, jika dihitung dengan cara tengah tahunan dan kuartalan.
Jawab :
Compounding Tengah tahunan.
m. n
r
FV = P 1
m
2.2
0,08
= 200.000 1 = 200.000 ( 1 + 0,04)4
2
= Rp 233.972,-.
Sedangkan perhitungan dalam bentuk tabel dapat dilihat sebagai berikut :
r 0,08
CIF = compounding interest faktor 1 = 1 2 = 1,04
m
Compounding Kuartalan.
m. n
r
FV = P 1
m
4.2
0,08
= 200.000 1 = 200.000 ( 1 + 0,02)8
4
= Rp 234.330,-.
r 0,08
CIF = compounding interest faktor 1 = 1 4 = 1,02
m
Sebenarnya nilai majemuk dari suatu cicilan (compounding anuity) sama dengan
nilai masa datang dari suatu cicilan yang telah diuraikan sebelumnya, bedanya terletak
pada lambang yang digunakan sebagai berikut :
Ca = R1 [1 + r ]n-1 + R2 [ 1 + r ]n-2 , …, + R [ 1 + r ]1 + R [ 1 + r ]0
= R{[1 + r ]n-1 + [ 1 + r ]n-2 , …, + [ 1 + r ]1 + [ 1 + r ]0 }
= R{[1 + r ]5-1 + [ 1 + r ]5-2 + [ 1 + r ]5-3+ [ 1 + r ]5-4+ [ 1 + r ]5-5}
= R{[1 + r ]4 + [ 1 + r ]3 + [ 1 + r ]2+ [ 1 + r ]1 + [ 1 + r ]0}
= R{[1 + r ]4 + [ 1 + r ]3 + [ 1 + r ]2+ [ 1 + r ]1 + 1
Dimana :
Ca = nilai yang dicari (compounding anuity)
R = penerimaan secara periodik
n = panjangnya anuity.
Contoh :
Si A menabung setiap tahunnya di bank sebesar Rp 5.000 selama 5 tahun dengan suku
bunga 6 % pertahun. Penyetoran dilakukan pada akhir tahun 1, akhir tahun 2 dan
seterusnya. Berapa nilai majemuk dari simpanan si A selama 5 tahun tersebut.
Jawab :
Ca = R{[1 + r ]n-1 + R [ 1 + r ]n-2 + R [ 1 + r ]n-3+ R [ 1 + r ]n-4 + 1
= 5.000 {[1 + 0,06 ]5-1 + [ 1 + 0,06 ]5-2 + [ 1 + 0,06 ]5-3+ [ 1 + 0,06 ]5-4 + 1 }
= 5.000 { (1,2624)+(1,1910)+(1,1236)+(1,06)+ 1}
= 5.000 (5,637)
= Rp 28.185,-.
1 2 3 4 5
5.000 5.000 5.000 5.000 5.000
PV dari Proceeds
5.000
5.300
5.618
5.955
6.312
Jumlah compound sum 28.185
Dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat pandangan yang jelas mengenai nilai
waktu uang (time value of money) yang merupakan dasar untuk memahami topik pada
materi ini. Dimana diketahui dalam perhitungan nilai sekarang disebut pendiskontoan
atau discounting, sedangkan menghitung nilai masa datang disebut compounding.
Latihan :
Pembahasan mengenai nilai waktu uang telah diuraikan diatas, dimana diketahui
bahwa nilai uang dari waktu ke waktu selalu mengalami perubahan, berarti nilai uang
tidak sama dari kondisi yang telah berlalu, saat sekarang, ataupun disaat yang akan
datang. Bila dihubungkan dengan inflasi, apakah inflasi mempunyai kontribusi terhadap
perubahan nilai waktu uang ?. Untuk lebih jelas kita harus melihat kepada apa itu inflasi
dan mengapa terjadi inflasi.
Inflasi berasal dari kata inflate, inflation yang berarti memompa, membumbung /
melambung. Sementara kata inflasi sering dikaitkan dengan kondisi ekonomi dan
keuangan pada suatu negara. Inflasi dalam bidang moneter / keuangan menyangkut pada
barang, uang dan berkaitan dengan harga (baik harga barang maupun harga uang itu
sendiri), sehingga bila terjadi kwantity of money dimana jumlah uang lebih banyak dari
jumlah barang (barang lebih sedikit) menyebabkan harga naik yang berlaku secara
umum. Dengan demikian inflasi adalah terjadinya kenaikan harga-harga yang berlaku
secara umum dan terus menerus.
Dari sudut pandang konsumen inflasi tidak perlu terjadi dengan kata lain harga
barang tetap atau cenderung menurun, tapi sudut pandang produsen inflasi dalam arti
terkendali dibutuhkan karena dapat dijadikan stimulus dalam kegiatan produksi dan
penjualan produknya. Dalam sudut pandang ekonomi dan moneter inflasi dapat dilihat
dari beberapa sudut pandang yaitu :
2. Didasarkan pada sebab awal inflasi. Sebab-sebab awal inflasi dapat dilihat dalam
dua sudut yaitu :
a. Demand inflation.
Dalam kondisi ini, inflasi yang terjadi karena ada pergeseran pola komsumsi
dalam masyarakat, pola konsumsi masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu ; pendapatan, tingkat pertumbuhan penduduk, selera, perilaku dan
kebutuhan masyarakat itu sendiri. Bila permintaan akan suatu barang semakin
Kita ketahui bahwa harga suatu barang / produk, misal pada tahun 1980, 1990,
2000, sekarang tahun 2007 tidaklah sama (banyak contoh dalam perekonomian bahwa
harga sebuah barang dari waktu ke waktu tidak sama, seperti 1 kg beras, harganya dari
Rp 800 per kilo, sampai sekarang tahun 2007 harga 1 kg beras Rp 4.000 sampai dengan
Rp 6.000. Apa yang menyebabkan terjadinya perubahan pada harga barang-barang itu ?
melihat uraian diatas dapat disimpulkan bahwa harga-harga barang dipengaruhi oleh ;
banyak pemintaan atas barang itu, naiknya ongkos/biaya produksi dari barang-barang
itu, kebijakan pemerintah / penguasa dan adanya penetapan suatu margin atau
keuntungan yang diinginkan oleh penghasil barang –barang itu sendiri (produsen) atau
oleh lembaga keuangan, sehingga inflasi tak pernah bisa dielakan atau dihapuskan dan
selama itu pula nilai uang atau daya beli dari uang akan selalu berubah.
Telah disinggung diatas bahwa uang ibarat sesuatu yang mengalir, sehingga uang
diibaratkan seperti air, jika air itu mengalir, maka air tersebut akan sehat dan bersih
(terlepas dari usaha pencemaran baik sengaja atau tidak sengaja yang dilakukan
manusia). Jika air itu berhenti mengalir maka air itu akan menjadi busuk dan berbau.
Demikian halnya dengan uang. Uang yang berputar untuk produksi akan dapat
memberikan manfaat atau kontribusi terhadap kemakmuran, kesejahteraan, dan
kesehatan ekonomi masyarakat. Sementara jika uang ditahan / tidak berputar maka akan
dapat menyebabkan kemacetan dalam roda perekonomian, sehingga timbul krisis atau
penyakit-penyakit ekonomi lainnya.
Dalam ajaran Islam uang harus diputarkan dalam aktivitas atau sektor riil atau
melakukan investasi ekonomi pada sektor yang dapat memutar roda perekonomian
Telah diuraikan cukup jelas diatas bahwa menurut teori keuangan konvensional
mendasarkan bunganya dengan konsep nilai waktu uang dengan menggunakan rumus
matematika tertentu. Nilai waktu uang (time value of money) adalah suatu pemikiran
yang didasarkan atas perhitungan bahwa nilai uang yang akan datang tidak sama dengan
uang pada saat sekarang. Dengan demikian nilai uang selalu mengalami perubahan dari
waktu ke waktu, karena uang selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu maka
timbullah suatu konsep untuk menetapkan tingkat bunga tertentu sebagai pengganti dari
nilai yang berubah tersebut yang dapat disebut kompensasi atau bunga.
Dalam sudut pandang Islam konsep nilai waktu uang tidak bisa diterima, karena
uang itu dianggap tidak berarti apa-apa, uang hanya sebagai alat tukar, sebagai media,
sebagai alat pengukur, sebagai alat bayar, atau sebagai satuan hitung. Nilai yang tertera
pada uang disebut nilai nominal, dan nilai nomimal ini sampai kapanpun akan tertulis
seperti itu, yang membedakannya nanti adalah uang sebagai satuan alat hitung, misal
pada tahun 1996 harga 1 unit sepeda motor merek “honda” dapat dibayar seharga Rp
4.500.000, pada tahun 2006 (setelah 10 tahun kemudian) harga 1 unit sepeda motor
tersebut tidak dapat lagi dihitung seharga Rp 4.500.000, tapi menjadi kelipatan 3 dari
harga tahun 1996 yaitu seharga Rp 13.500.000 pada tahun 2006. Timbul pertanyaan
apakah nilai uang itu berubah ? jawabannya tidak, karena nilai uang sebesar Rp
4.500.000 adalah tetap, yang berubah adalah daya guna / daya beli dari nilai uang
tersebut. Jadi nilai Rp 4.500.000 pada tahun 1996 menjadi tidak berdaya lagi pada tahun
2006 atas 1 unit sepeda motor merek honda.
Dari kondisi-kondisi yang terjadi dalam konsep nilai waktu uang, maka Islam
mengajukan suatu konsep yang berbeda dengan konsep nilai waktu uang. Kalau dalam
konsep ekonomi atau keuangan konvensional dianggap bahwa uang mempunyai nilai
dari waktu ke waktu. Sedangkan dalam konsep Islam waktulah yang mempunyai nilai
yang disebut : economic value of time.
Walaupun menurut konsep Islam, konsep time value of money ini dibantah,
namun bukan berarti perangkat matematis yang digunakan oleh konsep tersebut tidak
dipakai lagi. Rumus-rumus matematik yang digunakan dalam teori keuangan
konvensional pada dasarnya dapat juga digunakan dalam keuangan syari‟ah, misal
dalam menentukan tingkat keuntungan oleh bank syari‟ah.
Net present value (NPV) adalah nilai sekarang bersih, model atau metode ini
sering dijumpai dalam perhitungan manajemen keuangan, studi kelayakan bisnis,
evaluasi proyek, dan juga ditemui dalam perhitungan matematika keuangan. Perhitungan
NPV merupakan suatu model yang sering digunakan dalam membantu memecahkan
persoalan dalam menentukan memilih atau tidak suatu investasi yang akan dilakukan,
pemilihan metode NPV ini lebih dapat dianggap mewakili kepentingan investor dalam
menghitung estimasi penerimaan (proceeds) yang akan diterima pada masa periode
pelaksanaan investasi.
Net present value adalah selisih antara nilai sekarang (present value) dari
keseluruhan penerimaan (proceeds) dengan nilai sekarang dari sejumlah pengeluaran
modal (net invesment / capital outlays / initial investment). Yang menjadi perhatian
dalam metode NPV ini adalah nilai sekarang dari aliran kas masuk (cash inflow / net
proceeds) yang didiskontokan /di mark up atas dasar biaya modal (cost of capital) atau
tingkat pengembalian yang diisyaratkan / tingkat keuntungan yang diharapkan (rate of
return).
Dalam perhitungan NPV diterima atau ditolaknya suatu usul investasi mengacu
kepada asumsi berikut :
1. Jika nilai sekarang dari keseluruhan penerimaan (proceesd) yang diterima lebih
besar dari nilai sekarang net investment maka usulan investasi dapat diterima.
( PV of Proceeds > Net Investment : usul investasi diterima).
2. Jika nilai sekarang dari keseluruhan penerimaan (proceesd) yang diterima lebih
kecil dari nilai sekarang net investment maka usulan investasi dapat ditolak.
( PV of Proceeds < Net Investment : usul investasi ditolak).
Tapi ada kalanya pendekatan nilai sekarang ini mengubah hasil kedalam
“profitability indeks” atau “desirability indeks” yaitu dengan cara membagi nilai
sekarang dari keseluruhan proceeds yang diterima dengan nilai sekarang net investment.
Jika profitability indeks lebih besar dari 1 (satu) maka usulan investasi dapat diterima,
dan bila profitability indeks lebih kecil dari 1 (satu), maka usulan investasi dapat ditolak.
Dalam perhitungan matematiknya sebagaimana telah diuraikan pada bab
sebelumnya, bahwa penerimaan (proceeds) ada di estimasikan dalam jumlah yang sama,
dan ada di estimasikan dalam jumlah yang berbeda. Jika jumlah proceeds sama pada
setiap interval penerimaan dapat digunakan rumus nilai sekarang dari suatu anuity
1
1
(1 r ) n
(PVIFA) yaitu : Po , bila proceeds berbeda pada setiap interval maka
r
perhitungan dengan menggunakan daftar atau tabel.
1
1
(1 r ) n
Jawab : Dengan menggunakan rumus PVIFA yaitu Po .
r
Dengan memasukan tingkat bunga kedalam rumus PVIFA3th,10% maka diperoleh interest
1
1
(1 0,1) 3
faktor anuitynya : = 2,4867 dikalikan dengan jumlah proceeds tahunan
0,1
yang diterima adalah :
PV dari proceeds = 22.500 x 2,4867 = 55.950,75
PV Net Invesmenst = 45.000,00
Net present value = 10,950,75
Untuk menentukan indeks keuntungan (profitability indeks = PI) diperoleh dari hasil
jumlah nilai sekarang proceeds dibagi dengan nilai sekarang net invesment sebagai
berikut :
P I = 55.950,75 / 45.000 = 1,2433.
Kesimpulan dari pembahasan soal diats bahwa ditinjau dari nilai sekarang dan
profitability indeks usulan investasi dapat diterima karena nilai sekarang proceeds lebih
besar dari nilai sekarang net investasi sebesar Rp 10.950,75, dan profitability indeks
lebih besar dari 1 yaitu 1,2433.
Jawab :
Proyek A
Tahun Proceeds Discount Rate 8 % PV of Proceeds
1 400.000 0, 926 370.400
2 400.000 0,857 342.800
3 200.000 0,794 158.800
4 100.000 0,735 73.500
PV of Proceeds 945.500
PV Net Investment (initial out lays) 800.000
Net Presen Value (NPV positif) 145.500
Proyek B
Tahun Proceeds Discount Rate 8 % PV of Proceeds
1 100.000 0, 926 96.600
2 200.000 0,857 171.400
3 200.000 0,794 158.800
4 200.000 0,735 147.000
5 300.000 0,681 204.200
6 400.000 0,630 252.000
PV of Proceeds 1.030.000
PV Net Investment (initial out lays) 800.000
Net Presen Value (NPV positif) 230.000
Dari hasil perhitungan diatas proyek B lebih menguntungkan, karena nilai sekarang
netonya lebih besar dan profitability indeksnya juga lebih besar jika dibandingkan
dengan proyek A, tapi kedua proyek tersebut mempunyai peluang untuk diterima karena
NPVnya sama-sama positif.
Jawab :
Fn
NPV A = Po
(1 r ) n
20.000.000 30.000.000 15.000.000
= - Rp 50.000.000 +
(1 0,1) (1 0,1) 2 (1 0,1) 3
1
= - Rp 50.000.000 + Rp 54.244.928,62
= Rp 4.244.928,62
Fn
NPV B = Po
(1 r ) n
30.000.000 20.000.000 15.000.000
= - Rp 50.000.000 +
(1 0,1) 1
(1 0,1) 2
(1 0,1) 3
= - Rp 50.000.000 + Rp 55.071.374
= Rp 5.071.374.-.
Contoh 4 :
Dibeli sebuah mesin pada 4 tahun yang lalu dengan harga Rp 100.000, usia tehnis mesin
itu 10 tahun. Diperkirakan mesin ini bila dijual sekarang akan laku seharga Rp 110.000,
pajak atas keuntungan penjualan assets (capital gain tax rate) 30 % sementara tingkat
pajak normal (normal tax rate) sebesar 50 %. Mesin baru bila dibeli akan diperoleh
dengan harga Rp 200.000. Biaya pemasangan Rp 50.000. Berapakah besarnya nilai
investasi yang dikeluarkan.
Jawab :
Keuntungan atas penjualan assets = 110.000 – 100.000 = 10.000
Nilai yang sudah dipakai (normal gain) 100.000 / 10.000 = 10.000 x 4 = 40.000
Nilai buku mesin lama = 100.000 - 40.000 = 60.000
Pajak yang dikeluarkan :
Capital gain = Rp 10.000 x 30 % = Rp 3.000
Normal gain = Rp 40.000 x 50 % = Rp 20.000
Jumlah = Rp 23.000
Latihan
1. Perusahaan “SM” sedang mempertimbangkan dua proyek yaitu proyek A dan proyek
B yang mutually exclusive. Masing-masing memerlukan investasi sebesar Rp
1.000.000. Proyek A dan B mempunyai usia ekonomis 5 tahun (tanpa nilai sisa),
disusutkan dengan metode garis lurus, tingkat kuntungan yang diisyaratkan sebesar
10 %.Aliran kas bersih yang diperoleh masing-masing proyek adalah :
Tahun Proyek A Proyek B
1 200.000 300.000
2 200.000 200.000
3 300.000 200.000
4 200.000 200.000
5 200.000
Dari data yang diberikan, tentukanlah NPV dan profitability indeks masing-masing
proyek.
Internal rate of return atau tingkat pengembalian internal adalah sebagai tingkat
bunga yang menjadikan jumlah nilai sekarang dari proceeds yang akan diterima (
present value of future proceeds ) sama dengan jumlah nilai sekarang dari net investment
/ pengeluaran modal ( present value of capital outlays ). Prinsip dari konsep internal rate
of return (IRR) ini adalah bagaimana menentukan tingkat bunga (discount rate) yang
dapat mempersamakan PV of proceeds dengan PV of outlays sehingga pada keadaan ini
net present value (NPV) sama dengan nol, lihat pola berikut :
Discount Rate
PV of Proceeds = 0 = PV of Outlays
Metode internal rate of return (IRR) dikenal juga dengan nama “yield method”
untuk mencari IRR biasanya digunakan cara coba-coba (trial and error). Dengan kata
lain IRR dapat dihitung setelah diperoleh NPV yang positif dan NPV yang negatif
seperti contoh berikut :
PV of proceeds = Rp 0000
PV of outlays = Rp 0000-
Net present value = Rp 0000 ( NPV positif )
Bila penentuan pada NPV hasil yang diperoleh dalam satuan uang (rupiah),
sedang penentuan pada IRR hasil yang diperoleh dalam persentase ( % ). IRR hanya
dapat diperoleh bila telah diperoleh NPV yang berbeda yaitu NPV bernilai positif dan
NPV yang bernilai negatif, karena IRR tidak dapat diperoleh kalau NPV sama – sama
positif atau NPV sama-sama negatif. Disinilah cara coba-coba (trial end error) itu
berlaku karena akan selalu dicari tingkat bunga (discount rate) yang akan menghasilkan
NPV positif dan NPV negatif atau nilai sekarang dari proceeds lebih besar dari net
investment dan nilai sekarang dari proceeds lebih kecil dari invesment.
Contoh 1 :
Tuan Ali menginvestasikan uangnya sebesar US 45.000. Dengan estimasi jumlah profit
tahunan sebesar Rp US 22.500 selama tiga tahun. Berapa tingkat bunga yang diberikan
agar usul tersebut dapat diterima dengan menggunakan metode IRR.
Jawab :
Misalkan pada discount rate 23 %
Tahun Proceeds Discount Rate 23 % PV of Proceeds
1 22.500 0, 8130 18.292,50
2 22.500 0,6609 14.870,25
3 22.500 0,5373 12.089,25
PV of Proceeds 45.252,00
PV Net Investment (initial out lays) 45.000,00
Net Presen Value (NPV positif) 252
Cara coba-coba dalam menentukan besar tingkat bunga yang digunakan telah dilakukan,
sekarang untuk menentukan besarnya nilai IRR tersebut dapat dihitung dengan
interpolasi atau dengan rumus yaitu :
Interpolasi :
Discount Rate PV of Proceeds (PV of proceeds-PV of outlays pada 23 %)
23 % 45.252 45.252
24 % 44.574,75 45.000
1% 677,75 252
Persentase perbedaan
252
x1% 0,37% , jadi IRRnya = 23 % + 0,37 % = 23,37 %
677,75
Maka :
P2 P1
r = P 1 - C1
C 2 C1
24 23
r = 23 % - 252
425,75 252
252(1)
r = 23 % -
677,75
252
r = 23 % + = 23 % + 0,37 % = 23,37 %.
677,75
Contoh 2 :
Carilah IRR dengan menggunakan tingkat bunga 30 % dan 40 % bila proceeds tahunan
adalah dari tahun ke 1 sampai tahun ke 6 berturut-turut Rp 80.000, Rp 70.000, Rp
60.000, Rp 50.000, Rp 40.000, Rp 30.000,-. PV of outlays / net investment adalah
sebesar Rp 150.000,-.
Jawab :
DR 30 % DR 40 %
Tahun Proceeds
DF PV DF PV
1 80.000 0,769 61.520 0,714 57.120
2 70.000 0,592 41.440 0,510 35.700
3 60.000 0,455 27.300 0,364 21.840
4 50.000 0,350 17.500 0,260 13.000
5 40.000 0,269 10.760 0,186 7.440
6 30.000 0,207 6.210 0,133 3.990
164.730 139.090
150.000 150.000
14.730 -10.910
Persentase perbedaan
14.730
x10% 5,74% , jadi IRRnya = 30 % + 5,74 % = 35,74 %
25.640
Maka :
P2 P1
r = P 1 - C1
C 2 C1
40 30
r = 30 % - 14.730
10.910 14.730
14.730(10)
r = 30 % -
25.640
147 .300
r = 30 % + = 30 % + 5,74 % = 35,74 %.
25.640
Contoh 3 :
Perusahaan “Anda” memiliki kesempatan untuk melakukan investasi pada mesin baru
senilai Rp 135.000.000. Mesin tersebut diharapkan memiliki usia ekonomis 7 tahun dan
dapat memberikan arus kas bersih setiap tahun sebesar Rp 45.000.000. Apabila biaya
modal untuk proyek mesin baru tersebut 16 %. Diminta :
a. Berapakah net present valuenya
b. Berapakah IRR dari investasi
c. Haruskah Anda melakukan investasi pada mesin itu.
Jawab :
1
1 (1 0,16) 7
a. NPV = - Rp 135.000.000 + Rp 45.000.000
0,16
= - Rp 135.000.000 + Rp 45.000.000 (4,0387)
= - Rp 135.000.000 + Rp 181.741.500
= Rp 46.741.500,-.
Pada tabel dapat dilihat pada baris tahun ke 7 maka PVIFA sebesar 3,000 terletak antara
tingkat discount rate 26 % dan 28 %.
138.748.500 135.000.000
IRR = 26 % + x 2
138.748.500 132.165.000
= 26 % + 1,14 %
= 27,14 %.
Kesempatan investasi tersebut sebaiknya dilakukan karena NPV investasi itu positif dan
IRR yang dihasilkan ternyata lebih besar dari pada biaya modal.
Latihan.
3. Diketahui dua perusahaan akan melakukan investasi, perusahaan tersebut adalah PT.
Asmara yang memerlukan investasi sebesar Rp 60.000.000, dan PT. Cinlok
memerlukan investasi sebesar Rp 72.000.000. Usia masing-masing proyek adalah 6
tahun. Proyeksi perhitungan laba setelah pajak kedua perusahaan adalah :
Tahun PT. Asmara PT. Cinlok
1 10.000.000 33.000.000
2 10.000.000 10.000.000
3 10.000.000 8.000.000
4 10.000.000 1.000.000
5 10.000.000 1.000.000
6 10.000.000 1.000.000
Penyusutan menggunakan metode garis lurus (straigh line) tanpa nilai sisa dengan
biaya modal yang diisyaratkan 10 % tentukanlah :
a. NPV dari masing-masing Perusahaan
b. Profitability indeks masing-masing perusahaan
c. Internal rate of return (IRR).
------------
I. Probabilitas.
1. Pengertian
Setiap orang mempunyai berbagai ide mengenai apa yang dimaksud dengan kans
atau kesempatan (peluang) atau probabilitas (kemungkinan). Misalkan apakah yang
dimaksud dengan perkiraan, bahwa M mempunyai satu kesempatan dari tiga
memenangkan permainan adalah 1/3. Untuk mengestimasi kemungkinan harus
ditentukan kesempatan yang akan terjadi atau tidak akan terjadi. Seperti halnya kita akan
mengambil kartu sebarang dari jumlah kartu brige, dalam berbagai cara dan peristiwa
yang muncul bisa terjadi atau tidak terjadi, kasus yang terjadi perhitungan ini disebut
matematika probability (kemungkinan matematika).
Sebaliknya dalam kasus estimasi dari kemungkinan, bahwa seseorang berumur
25 tahun akan hidup menerima warisan pada umur 30 tahun, kita harus menggantungkan
pada berbagai informasi tentang apa yang terjadi pada saat yang sama seperti yang telah
terjadi, kasus yang terjadi pada perhitungan ini disebut empiris probability atau statistika
kemungkinan. Probabilitas adalah peluang terjadinya sesuatu hal atau peristiwa (event).
2. Kemungkinan Matematis.
Jika suatu peristiwa harus dihasilkan salah satu dari n yang berbeda, tetapi
mempunyai kesempatan yang sama (equaly likely) dan jika sejumlah s dari cara ini
dianggap sukses maka ; f = n – s. Adalah dapat dianggap gagal, maka kemungkinan
susses dari percobaan yang dilakukan didefinisikan sebagai ; p = s/n dan kemungkinan
gagal sebagai ; q = f/n.
s f s f n
Karena p+q= 1
n n n n
Maka p = 1 – q dan q = 1 - p
1 kartu diambil dari 52 buah kartu. Berapakah kemungkinan (a) kartu harus merah (b)
kartu tersebut spade (c) kartu tersebut King (d) kartu tersebut bukan Ace spade (e) kartu
tersebut bukan jack atau queen.
Jawab :
Satu kartu diambil dari 52 kartu n = 52 cara berbeda
a) Kartu merah dapat diambil dari seluruhnya = s = 26 cara. Kemungkinan terambil
kartu merah adalah s/n = 26/52 = ½.
b) Spade dapat diambil dari kumpulan kartu dengan s = 13 cara. Kemungkinan terambil
spade adalah s/n = 13/52 = ¼.
c) King dapat diambil dari kumpulan kartu dengan 4 cara yang berbeda, kemungkinan
dari terambilnya king adalah 4/52 = 1/13.
d) Ace spade dapat diambil hanya dengan 1 cara, kemungkinan ace spade adalah 1/52.
Kemungkinan tak terambil ace spade adalah 1 – (1/52) = 51/52. Disini kita dapat
menghitung jumlah kegagalan, kita juga mungkin dapat menghitung yang suskses.
e) Jack atau queen dapat diambil dengan 8 cara, kemungkinan terambilnya jack atau
queen adalah 8/52 = 2/13. Kemungkinan tak terambilnya jack atau queen adalah 1 –
2/13 = 11/13.
Demikian juga kemungkinan matematika bahwa probabilitas pada umur
seseorang dapat ditulis dengan beberapa cara yang digunakan dalam menyusun tabel
mortalitas sebagai berikut :
a. Px = Probabilitas bahwa seseorang pada umur x akan hidup sekurang-kurangnya 1
tahun lagi yaitu pada umur x + 1 tahun.
l
P = x 1
lx
Dimana : lx = jumlah orang yang hidup pada umur x
Lx+1 = jumlah orang yang hidup pada umur x + 1
b. nPx = Probabilitas bahwa seseorang pada umur x akan hidup sekurang-kurangnya n
tahun lagi yaitu pada umur x + n tahun.
l xn
nPx =
lx
Dimana : lx+n = jumlah orang yang hidup pada umur x + n tahun
c. P x Probabilitas bahwa seseorang pada umur x tahun tidak akan hidup sekurang-
kurangnya 1 tahun lagi yaitu pada umur x + 1.
l l l
P x = 1 – Px = 1 - x 1 maka ; P x = x x 1
lx lx
d. n P x = Probabilitas bahwa seseorang pada umur x tidak akan hidup sekurang-
kurangnya n tahun lagi yaitu pada umur x + n tahun.
l l l
n P x = 1 - nPx = 1 - xn maka ; n P x x x n
lx lx
Jika suatu hasil tertentu dapat diamati terjadi s kali dalam n percobaan, ratio s/n
didefinisikan sebagai kemungkinan empiris, bahwa suatu hasil yang sama akan terjadi
didalam percobaan berikutnya. Kepercayaan ini dimana dapat diberikan pada suatu
kemungkinan bergantung pada ukuran besar dari jumlah yang diobservasi, semakin
besar jumlahnya semakin besar kepercayaannya. Sebagai contoh catatan selama 25
tahun yang lalu yang menunjukkan, bahwa suatu lokalitas tertentu mengalami musim
dingin rata-rata 292 hari tiap tahun.
Sebagai dasar informasi, kemungkinan bahwa kemungkinan dari musim panas
adalah : 365 - 292 / 365 = 1/5.
4. Ekspektasi.
Contoh 2 :
M akan menang Rp 5, jika ia mengambil bola merah pada pengambilan pertama dari
kotak yang berisi 3 hitam dan 2 bola merah, berapakah ekspektasinya ?
Jawab :
Kemungkinan dari pengambilan bola merah dari dalam kotak dalam satu percobaan
adalah 2/5. Jadi ekspektasi dari M adalah ( 2/5 ) (5) = Rp 2,-
Jika pS adalah ekspektasi, bahwa M akan menerima n tahun dari sekarang
sejumlah S, nilai tunai dari ekspektasi tersebut dengan anggapan uang berkembang i
adalah : ( 1 + i )-n pS.
Contoh 3 :
Pada catatan universitas Ternama selama 20 tahun yang telah lewat, kemungkinan dari
seorang mahasiswa diharapkan lulus sarjana dalam 4 tahun adalah 0,65. M telah
dijanjikan Rp 10.000 untuk hari sarjananya 4 tahun sejak hari ini. Jika uang berkembang
dengan 2 ½ % tentukan nilai hari ini dari ekspektasi.
Jawab :
Ekspektasi M adalah pS = 0,65 (10.000) = Rp 6.500.
Nilai sekarang pada 2 ½ % adalah :
E = ( 1 + i )-n pS
= (1,025)-4 (6.500) = (0,905951)(6.500)
= Rp 5.888,68
Pengertian.
Tabel mortalitas adalah penyederhanaan dari ikhtisar tentang catatan umur dari
sejumlah besar group individu yang representatif. Tabel terbaik yang pernah diketeahui
adalah “American Experience Table of Mortality” yang dipublikasikan pertama kali
tahun 1868. Ini diganti dengan tabel CSO atau commisioners 1941 Standard Ordinary
Mortality Table yang didasarkan pada data dari asuransi selama periode 1930-1940. Kita
akan mendasarkan perhitungan kita pada tabel ini. Ini harus dimengerti sebab
kebanyakan perusahaan asuransi umumnya menggunakan tabel CSO untuk asuransi,
yang berisi dari sejarah kehidupan dari group asli (original group) 10 = 1.023.102
individu dimana : 11 = 1.000.000 adalah hidup pada umur 1 tahun. Tabel inilah yang
digunakan perusahaan-perusahaan asuransi untuk menentukan anuitasnya. Tabel CSO
ini memuat 6 kolom yaitu : x , lx , dx , Dx , Nx , dan Mx. Simbol ini dijelaskan
sebagai berikut :
x = umur individu / umur orang
lx = jumlah orang hidup pada umur x
dx = jumlah orang yang mati pada umur x
dx = lx - lx+1
Dx , Nx , Mx akan dijelaskan dengan penurunan rumus pada penjelasan
berikutnya.
Demikian juga kemungkinan matematika bahwa probabilitas pada umur
seseorang dapat ditulis dengan beberapa cara yang digunakan dalam menyusun tabel
mortalitas sebagai berikut :
a. Px = Probabilitas bahwa seseorang pada umur x akan hidup sekurang-kurangnya 1
tahun lagi yaitu pada umur x + 1 tahun.
l
Px = x 1
lx
Dimana : lx = jumlah orang yang hidup pada umur x
Lx+1 = jumlah orang yang hidup pada umur x + 1
c. P x Probabilitas bahwa seseorang pada umur x tahun tidak akan hidup sekurang-
kurangnya 1 tahun lagi yaitu pada umur x + 1.
l l l
P x = 1 – Px = 1 - x 1 maka ; P x = x x 1
lx lx
Jawab :
l x 1
a) rumus : P =
lx
l
P20 = 20 x1 = 949.171 / 951.483 = 0,99757 , jadi kemungkinan
l 20
individu umur 20 tahun akan hidup paling tidak satu tahun kemudian adalah
0,99757 sama dengan 99,757 %.
P 20 = 1 - P20
= 1 - 0,99757 = 0,00243 , dan kemungkinan matinya individu
adalah 0,00243 sama dengan 0,243 %
l
b) rumus : nPx = x n
lx
l 20 x5
5P20 = = 939.197 / 951.483 = 0,98709 , jadi kemungkinan
l 20
individu hidup 5 tahun yang akan datang (sampai umur 25 ) adalah 98,709 %
5P20 = 1 - 5P20
= 1 - 0,98709 = 0,01291, dan kemungkinan matinya adalah 1,291 %.
Contoh 4 :
Tentukan nilai kemungkinan, bahwa individu berumur 25 tahun akan meninggal
sebelum mencapai umur 65 tahun.( lihat tabel CSO, lampiran 8 ).
Jawab :
Kita mengharapkan nilai kemungkinan, bahwa individu umur 25 tahun akan
tidak hidup ( q) untuk 65 – 25 = 40 tahun kemudian. Jumlah individu yang
mati antara 25 tahun sampai 65 tahun adalah l25 - l65 jadi :
l 25 l 65 839.197 577.882
40q25 = 0,38471
l 25 939.197
Soal Bahas.
1. Dari dalam kotak yang berisi 8 bola hitam, 6 bola putih, dan 4 bola merah, satu bola
diambil secara acak. Berapakah nilai kemungkinan dari bola tersebut terambil a)
hitam, b) bukan merah.
Jawab :
Bola dapat diambil dari kotak dalam 18 cara dimana 8 adalah bola hitam dan 6 + 8 =
14 bukan merah.
a) Nilai kemungkinan dari terambilnya bola hitam adalah : 8/18 = 4/9
b) Nilai kemungkinan dari terambilnya bukan bola merah : 14/18 = 7/9
2. Dari suatu pak kartu M mengambil satu kartu misalnya jack diamond. Tanpa
mengembalikan kartu ini ia mengambil yang lain. Berapakah nilai kemungkinan,
bahwa kartu adalah : a) jack heart, b) jack yang lain, c) kartu yang lebih rendah
rangkingnya dari jack.
Jawab :
Ada 51 kartu yang tersisa dalam kotak dengan3 jack.
a) Nilai kemungkinan dari terambilnya jack heart adalah : 1/51
b) Nilai kemungkinan dari terambilnya jack yang lain adalah 3/51 = 1/17
c) Ada 36 kartu yang rangkingnya lebih rendah dari jack. Nilai kemungkinan dari
terambilnya satu buah adalah : 36/51 = 12/17.
4. Dalam suatu lotere berhadiah Rp 20 dan 100 tiket telah dijual. Berapakah harapan
(ekspektasi) dari B yang memegang 8 tiket ?.
Jawab :
Nilai kemungkinan B menang adalah 8/100 = 0,08 dan harapannya adalah 0,08 x Rp
20 = Rp 1,60
d) Dari 924.609 individu hidup pada umur 30, d75 = 28.009 tak hidup dalam tahun
dimana dia berumur 75. Jadi nilai kemungkinan yang dimaksudkan adalah :
Latihan.
1. Dari suatu tas yang berisi 8 bola hitam, 10 bola putih, dan 6 bola merah. Satu bola
diambil secara acak. Berapakah kemungkinan bahwa bola tersebut : a) putih, b)
merah, c) bukan putih, d) bukan hitam
2. Jika dari tas pada soal diatas bola hitam diambil tanpa dikembalikan, tentukan nilai
kemungkinan, bahwa bola lain diambil dari tas akan : a) hitam, b) merah, c) bukan
putih, d) bukan merah.
4. Hitunglah sampai tiga desimal nilai kemungkinan bahwa individu berumur ( saat ini)
adalah :
a) 30 akan hidup paling tidak satu tahun lagi
b) 65 dan tak akan hidup dalam tahun tersebut
c) 40 akan tak hidup dalam 35 tahun kemudian
d) 25 akan tak hidup untuk 40 tahun kemudian dan tak akan hidup dalam 1 tahun
berikutnya
e) 20 akan hidup sampai umur 65
f) 30 akan hidup pada umur 66
ANUITAS JIWA
1. Pengertian.
Anuitas jiwa atau anuitas kehidupan adalah anuitas yang dibayarkan secara terus
menerus (kontinyu) untuk seluruh atau sebagian dari kehidupan seseorang tertentu, yang
dinamakan anuitant. Seperti dalam anuitas tertentu, pembayaran dibuat tahunan,
setengah tahunan, kuartalan, dan sebagainya, tetapi kita akan membatasi pembicaraan
pada anuitas jiwa untuk pembayaran tahunan. Untuk membantu perhitungan anuitas jiwa
ini yang sering digunakan adalah tabel mortalitas CSO.
Anuitas jiwa yang pembayarannya selama anuitant masih hidup disebut anuitas
jiwa seumur hidup. Jika anuitant sekarang pada umur x, maka pembayaran pertama
dilakukan pada umur x + 1, pembayaran kedua pada x + 2 dan seterusnya, pembayaran
seperti ini disebut anuitas jiwa seumur hidup biasa. Jika pembayaran pertama dimulai
dengan umur x dan pembayaran kedua pada umur x + 1, seterusnya, ini disebut anuitas
jiwa seumur hidup dengan pembayaran dimuka, artinya pada saat mulai anuitant
menanda tangani kontrak. Jika pembayaran pertama dilakukan pada umur x + k + 1,
kedua pada umur x + k + 2, dan seterusnya, ini disebut anuitas jiwa seumur hidup
dengan penundaan k tahun. Anuitas jiwa seumur hidup dapat dibedakan yaitu :
N x 1
a. Anuitas jiwa seumur hidup biasa, rumus : ax = .
Dx
Anuitas jiwa seumur hidup biasa merupakan anuitas yang paling sederhana, karena
pembayaran dilakukan pada setiap akhir tahun 1, 2, 3, … dan berhenti pada saat
anuitant meninggal. Andaikan ax adalah premi tunggal (nilai sekarang) 1 per tahun
untuk setiap individu pada umur x adalah :
Dx 1 Dx 2 Dx 3 ... D99
ax = , sehingga
Dx
N x 1
ax = (nilai Nx dan Dx dapat dilihat pada lampiran tabel CSO )
Dx
Contoh 1 :
Hitunglah premi tunggal untuk suatu anuitas jiwa seumur hidup, Rp 1.000.000
per tahun untuk setiap individu pada umur 25 tahun.
Jawab :
N x 1 N 25 1 N 26 12.486.025,08
ax = maka a25 =
Dx D25 D25 506.594,02
a25 = 24,6470045.
Jadi anuitas adalah = Rp 1.000.000 x 24,6470045
= Rp 24.647.044,50
b. Anuitas jiwa seumur hidup dengan pembayaran pada awal interval, rumus
N
adalah : a x x .
Dx
Cara pembayaran anuitas ini sama dengan anuitas biasa, hanya perbedaan
pembayaran dilakukan pada setiap awal interval. Andaikan a x adalah premi tunggal
1 pertahun untuk setiap individu pada umur x, adalah :
Nx
ax = 1 + ax = 1 +
Dx
Dx 1 Dx 2 Dx 3 ... D99
= 1 +
Dx
Dx Dx 1 Dx 2 Dx 3 ... D99
=
Dx
N
ax x (nilai Nx dan Dx dapat dilihat pada lampiran tabel CSO )
Dx
Contoh 2 :
Hitunglah premi tunggal untuk suatu anuitas jiwa seumur hidup, Rp 1.000.000
per tahun untuk setiap individu pada umur 25 tahun. Pembayaran dilakukan pada
awal interval.
a xk k 1 E x k 2 E x k 3 E x k ...
v k 1l x k 1 v k 2 l x k 2 v k 3l x k 3
=
lx
v x k 1l x k 1 v x k 2 l x k 2 v x k 3l x k 3 ...
= , maka :
v xlx
N
a xk x k 1 (nilai Nx dan Dx dapat dilihat pada lampiran tabel CSO )
Dx
Contoh 3 :
Hitunglah premi tunggal untuk suatu anuitas jiwa seumur hidup, Rp 1.000.000
per tahun untuk setiap individu pada umur 25 tahun, hitunglah anuitasnya bila
terjadi penundaan pembayaran 5 tahun.
Jawab :
N N 10.153.479,81
a xk x k 1 maka a 25
5
25 51 20,04263653
Dx D25 506.594,02
Jadi anuitasnya = Rp 1.000.000 x 20,04263653
= Rp 20.042.636,53
Jawab :
Pada umur 30 tahun Suwarno membayar anuitas jiwa sementara selama 31 tahun
pembayaran setiap awal interval dengan nilai sekaran Rp 250.000 a30/31, sedangkan
pensiunannya berasal dari anuitas jiwa seumur hidup dengan pembayaran pada
setiap interval sebanyak R pertahun dengan penundaan 40 tahun dengan nilai
sekarang :
Ra3040 250.000a30 / 31
N N N 61 N N 61 D30
R 70 250.000 30 maka : R 250.000 30 x
D30 D30 D30 N 70
N N 61 10.594.280,39 1.711.567,35
R 250.000 30 , R 250.000 x
N 70 663.742,056
R = Rp 3.345.694,67 (pensiunan Suwarno setiap tahun Rp 3.345.694,67)
Terjadi penundaan 5 tahun dan pembayaran setiap awal interval dengan nilai
sekarang Rp 1.000.000. :
N x k 1 N 25 5 N 30 10.594.280,39
a nk , a nk 20,91276243 .
Dx D25 D25 506.594,02
Jadi anuitasnya = Rp 1.000.000 x 20,91276243
= Rp 20.912.762,43.
Anuitas jiwa sementara tidak sama dengan anuitas jiwa seumur hidup, bedanya
ialah anuitas jiwa sementara ini hanya berlaku untuk waktu-waktu tertentu, misalnya
hanya 15 tahun dan 20 tahun, dan lain-lain. Andaikan ax/n adalah premi tunggal 1 per
tahun untuk setiap individu pada umur x, maka :
N N
a x / n a x a xn x 1 x n 1
Dx Dx
N x 1 N x n 1
ax / n
Dx
Andaikan a x / n adalah premi tunggal 1 per tahun untuk anuitas jiwa sementara
pembayaran awal interval, maka :
Jawab :
N N x n 1 N N 30 20 1 N 31 N 51
a x / n x 1 , maka : a30 / 15 30 1
Dx D30 D30
10.153.479,81 3.613.562,55
= 14,83645339
440.800,58
Jadi anuitasnya = Rp 2.000.000 x 14,83645339
= Rp 29.672.906,78
Contoh 6 :
Seorang pensiunan berumur 57 tahun mengambil pendapatan dari suatu polis asuransi
jiwa Rp 25.000.000,-. Sebagai anuitas jiwa seumur hidup dengan pembayaran pada awal
interval. Hitunglah pendapatan tahunan dari anuitas.
Jawab :
Nx N
ax sehingga R a x R x Rp25.000.000
Dx Dx
N D
R a 57 R 57 Rp25.000.000 , maka : R 25.000.000 x 57
D57 N 57
177.754,43
= 25.000.000 x
2.375.019,75
= Rp 1.871.052,12
Jadi pensiunan menerima pendapatan tahunan sebesar Rp 1.871.052,12
4. Polis Anuitas.
1. Abu menerima Rp 10.000 dari pengembalian dana jika dia berumur 57. Berapakah
pembayaran tahunan yang akan diterimanya jika dia menggunakan jumlah tersebut
untuk membeli :
a) annuitas biasa seumur hidup
b) annuitas seumur hidup dengan pembayaran pertama jatuh pada waktu berumur
65.
Jawab :
Misal R menyatakan pembayaran tahunan yang dimaksud adalah :
a) Anuitas biasa seumur hidup.
N x 1 N
ax = Ra57 = R 58 10.000
Dx D57
D 177.754
R = 10.000 57 10.000 Rp808,98
N 58 2.197.265
N x k 1
a xk dengan k = 7
Dx
N
a nk x k 1 dengan k = 8
Dx
N 65
R = 10.000
D57
D 177.754
R = 10.000 57 10.000 Rp1.516,50
N 65 1.172.180
Latihan.
1. Hitunglah premi tunggal untuk suatu anuitas jiwa seumur hidup Rp 2.000.000
pertahun untuk setiap individu pada umur 30 tahun, 40 tahun, dan 50 tahun.
2. Hitunglah premi tunggal untuk suatu anuitas jiwa seumur hidup Rp 3.000.000
pertahun dengan pembayaran pada setiap awal interval untuk setiap individu pada
umur 25 tahun, 30 tahun, dan 35 tahun.
3. Andi membayar Rp 30.000.000 untuk suatu anuitas jiwa seumur hidup biasa pada
umur 50 tahun. Berapa pembayaran tahunan ?
4. Emond ingin membeli suatu anuitas jiwa sementara sebanyak Rp 1.000.000 pertahun
selama 20 tahun diperuntukan bagi ayahnya yang berumur 60 tahun. Hitunglah
premi tunggal.
ASURANSI JIWA
1. Pengertian.
Kelompok atau individu yang melakukan kegiatan atau usaha dalam dunia bisnis
secara umum akan mengalami resiko. Akan tetapi resiko tersebut diusahakan sekecil
mungkin. Resiko yang dialami setiap individu atau kelompok akibat ketidakpastian
(uncertainty) pada masa mendatang dapat diantisipasi dengan cara mengasuransikannya
kepada suatu lembaga asuransi.
Asuransi ialah suatu usaha (kemauan) untuk menentukan kerugian-kerugian kecil
yang sudah pasti sebagai pengganti kerugian-kerugian besar yang belum pasti. Contoh
asuransi : asuransi jiwa, asuransi kesehatan, asuransi kebakaran, asuransi kecelakaan,
asuransi kredit, dan lainnya. Perhitungan dalam asuransi ini menggunakan tabel
mortalitas atau tabel CSO, pada pembahasan selanjutnya hanya difokuskan pada
asuransi jiwa (life insurance).
Polis asuransi jiwa adalah merupakan kontrak antara perusahaan asuransi jiwa
dengan seseorang (yang diasuransikan). Atau setiap asuransi jiwa selalu membuat
kontrak dengan pihak yang diasuransikan. Kontrak yang dimaksud dalam polis adalah :
a. Tertanggung setuju untuk membayar sekali atau lebih pembayaran premi pada
perusahaan asuransi. Atau setiap yang diasuransikan setuju menyetor sekali atau
beberapa kali penyetoran uang (premi) kepada lembaga asuransi.
b. Perusahaan asuransi berjanji untuk membayar, atas bukti kematian dari si
tertanggung (yang diasuransikan), sejumlah uang kepada seseorang atau lebih
(sipenerima uang) yang ditunjuk oleh si tertanggung (insured).Atau pihak lembaga
asuransi menyetujui pembayaran kepada pihak yang diasuransikan setelah selesai
masa kontrak asuransi.
c. Jumlah nilai polis ditentukan secara jelas.
d. Yang berhak menerima asuransi adalah pemegang polis atau ahli waris yang tertulis
dalam polis asuransi, jika pemegang polis sudah meninggal dunia.
Misal Ax menyatakan neto premi tunggal untuk asuransi se umur hidup dari 1
dikeluarkan pada individu dengan umur x. Persoalan untuk mencari Ax bisa diuraikan
menjadi jumlah dari tiap 1x individu, dengan umur semuanya x, harus membantu untuk
membentuk suatu dana yang cukup untuk dapatnya perusahaan membayar pada
sipenerima uang dari tiap polis yang berjumlah L pada akhir tahun dimana pemegang
polis meninggal.
Jumlah total yang menyusun dana adalah 1xAx. Selama tahun pertama, dx dari
pemegang polis akan mati menurut tabel mortalitas dan dx harus dibayar pada akhir
tahun. Nilai tunai untuk kepentingan ini adalah ( L + i )-1 dx = v dx. Selama tahun kedua
dx + 1 individu akan meninggal dan nilai tunai untuk pembayaran ini adalah v2 dx + 1,
seterusnya sehingga didapat :
C x 1 C x 2 ... C99 Mx
Ax = , maka menjadi : Ax =
Dx Dx
Jika bunga 2,5 %, nilai Mx didapat pada kolom terakhir pada tabel CSO, Lampiran 8.
Contoh 1:
Dengan menggunakan netto premi tunggal untuk asuransi seumur hidup sebesar Rp
1.000 yang dikeluarkan pada seseorang berumur 22 tahun.
Jawab :
Mx M 193.897
Ax = 1.000 A22 = 1.000 22 1.000 Rp352,57
Dx D22 549.965
Contoh 2:
Hitunglah premi tunggal untuk polis asuransi seumur hidup Rp 5.000.000 pada umur
seseorang 25 tahun
Jawab :
Mx M 25 189.700,8750
Ax = A25 = A25 = 0,3745
Dx D25 506.594,02
Premi tunggal menjadi = Rp 5.000.000 x 0,3745 = Rp 1.872.500
Polis asuransi dengan premi tunggal banyak dijual. Sebagai pengganti sejumlah premi
yang sama dimulai pada tiap awal tahun dapat dibayarkan :
a. Selama polis masih berlaku.
b. Selama m tahun pertama dari umur polis.
Andaikan Px adalah premi periodik sepanjang polis berlaku masing-masing 1 per orang
pada umur x, maka didapat :
A M / Dx Mx
Px a x A , Px = x x maka : Px =
ax N x / Dx Nx
Nilai Mx dan Nx dapata dilihat pada tabel (tabel CSO, Lampiran 8).
Andaikan mPx adalah premi periodik untuk m tahun pertama masing-masing 1 per orang
pada umur x, maka didapat :
Contoh 3 :
Hitunglah premi tahunan / periodik untuk polis jiwa seumur hidup Rp 10.000.000
berlaku untuk orang pada umur 30 tahun.
Jawab :
Mx M 30 182.403,4951
Px = P30 = 0,0172
Nx N 30 10.594.280,39
Premi tahunan adalah = Rp 10.000.000 x 0,0172 = Rp 172.000,-.
Contoh 4 :
Hitunglah premi tahunan pembayaran 25 tahun untuk polis jiwa seumur hidup Rp
10.000.000 berlaku untuk orang pada umur 30 tahun.
Jawab :
m = 25 tahun , x = 30 tahun
Mx M 30
Px P30
( N x N xm ) ( N 30 N 30 25 )
m 25
182.403,4951
P30 0,0233
(10.594.280,39 2.754.768,79)
25
Asuransi A‟xl adalah premi tunggal. Untuk n tahun berjangka polis asuransi
masing-masing 1 per orang pada umur x, selanjutnya akan ditentukan A‟x/n sebagai
berikut :
LxA‟x/n = vdx + v2dx+1 + v3dx+2 + … + vndx+n-1
vd x v 2 d x 1 v 3 d x 2 ... v n d x n 1
A‟x/n =
lx
Jika pembilang dan penyebut masing-masing digandakan vx , maka :
v x 1 d x v x 2 d x 1 v x 3 d x 2 ... v x n d x n 1
A‟x/n =
v xlx
Kemudian vx+1dx+i-1 = Cx+i-1, i = 1,2,…, n. Persamaan diatas menjadi :
Cc Cci 1 Cc 2 ... Cc n 1
A‟x/n =
v xlx
M x M xn
A’x/n = (nilai Dx, Mx, dan Mx+n dapat dilihat pada tabel CSO,
Dx
Lampiran 8).
Contoh 1:
Hitunglah premi tunggal polis asuransi berjangka 15 tahun Rp 7.000.000 setiap orang
pada umur 30 tahun.
M x M xn M 30 M 30 15
A’x/n = A’30/15 =
Dx D30
182.403,4951 154.736,6133
A’30/15 = 0,0628
440.800,58
maka premi tunggal adalah = Rp 7.000.000 x 0,0628 = Rp 439.600,00
Andaikan Px/n adalah premi periodik untuk n tahun, polis asuransi masing-
masing perorang pada umur x. Kemudian P‟x/n ditentukan dengan cara sebagai berikut :
A' x / 1 ( M x M x n ) / Dx
P‟x/n = menjadi :
ax / n ( N x N x n ) / Dx
M x M xn
P’x/n = (nilai Mx, Nx, Mx+n dan Nx+n dapat dilihat pada tabel CSO,
N x N xn
Lampiran 8).
Contoh 2 :
Hitunglah premi periodik atau tahunan polis asuransi berjangka 20 tahun Rp 10.000.000
setiap orang pada umur 30 tahun.
182.403,4951 142.035,0956
P’30/20 = 0,0059
10.594.280,39 3.849.487,59
Andaikan mP‟x/n adalah premi periodik n tahun polis asuransi berjangka masing-
masing 1 per orang pada umur x akan dibayar pada periode m < n tahun. mP‟x/n
ditentukan dengan cara sebagai berikut :
M x M xn
mP’x/n = (nilai Mx, Nx, Mx+n dan Nx+m dapat dilihat tabel CSO,
N x N xm
Lampiran 8).
Contoh 3 :
Hitunglah premi tahunan, pembayaran 20 tahun polis asuransi berjangka 30 tahun Rp
5.000.000 setiap orang pada umur 30 tahun.
M x M xn M 30 M 30 30
mP’x/n = 20P’30/30 =
N x N xm N 30 N 30 20
182.403,4951 108.543,4550
20P’30/30 = 0,01095
10.594.280,39 3.849.487,5900
Asuransi jiwa dwiguna ini mengandung dua unsur, yaitu asuransi jiwa berjangka
dan asuransi jiwa dwiguna murni. Andaikan Ax/n adalah premi tunggal untuk n tahun
polis asuransi masing-masing 1 per orang pada umur x, kemudian Ax/n ditentukan
dengan cara sebagai berikut :
Ax/n = A‟x/n + nEx
M x M x n Dx n
=
Dx Dx
(nilai Mx, Dx, Mx+n dan Dx+n dapat dilihat tabel CSO, Lampiran 8).
Contoh 1 :
Hitunglah premi tunggal polis asuransi dwiguna 25 tahun sebanyak Rp 20.000.000
setiap orang pada umur 30 tahun.
M x M x n Dx n M 30 M 30 25 D30 25
Ax/n = A30/25 =
Dx D30
Premi tunggal untuk 1 tahun asuransi berjangka pada umur x disebut premi biasa
pada umur itu. Andaikan P‟x/1 adalah premi biasa untuk 1 tahun polis asuransi masing-
masing 1 per orang pada umur x, P‟x/1 dapat ditentukan :
M x M x 1 M x M x 1
P’x/1 =
N x N x 1 Dx
M x M x 1
P’x/1 =
Dx
M x M xn
Persamaan ini adalah keadaan khusus persamaan P’x/n = yaitu
N x N xn
untuk n = 1.
Contoh :
Hitunglah premi biasa suatu polis asuransi Rp 10.000.000 setiap orang pada umur 30
tahun.
Jawab : x = 30 tahun
M x M x 1 M 30 M 30 1
P’x/1 = P’30/1 =
Dx D30
Contoh :
Suatu polis asuransi jiwa seumur hidup Rp 10.000.000 diubah menjadi polis asuransi
jiwa berjangka 20 tahun pada umur 30 tahun, apa tanggapan anda terhadap perubahan
itu ?.
Jawab :
Premi tunggal asuransi jiwa seumur hidup :
Mx M 30 182.403,4951
Ax = A30 = A30 = 0,4138
Dx D30 440.800,58
M x M xn M 30 M 30 20
A’x/n = A’30/20 =
Dx D30
182.403,4951 142.035,0956
A’30/20 = 0,0916
440.800,58
Latihan.
1. Hitunglah premi tunggal polis asuransi seumur hidup Rp 10.000.000 untuk setiap
umur seseorang ; a) 25 tahun, b) 30 tahun, c) 35 tahun.
3. Hitunglah premi tahunan pembayaran 30 tahun untuk polis asuransi jiwa seumur
hidup setiap orang pada umur 30 tahun !
8. Hitunglah premi biasa suatu polis asuransi Rp 10.000.000. Setiap orang pada umur ;
a) 30 tahun, b) 35 tahun, c) 40 tahun.
10. Berapa polis asuransi jiwa seumur hidup setiap orang pada umur 30 tahun pembelian
suatu premi tunggal Rp 5.000.000 ?
------------
L. Sembiring, R.A. Rivai Wirasasmita, Yogia. SM, Yance Lagu. M., 2005. Matematika
Keuangan, Bandung : Penerbit M2S.
Sunarto Zulkifli, 2003, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, Jakarta : Zikrul
Hakim.
Yacob Ibrahim, 1998. Studi Kelayakan Bisnis, Jakarta : PT. Rineka Cipta
Keterangan :
Untuk menentukan jumlah penerimaan dari Rp 1,- pada tingkat bunga tertentu
(discount rate) dan pada periode tertentu pula, dilakukan dengan memasukan tingkat
bunga dan berapa jumlah periode penerimaan (periode ini dapat dalam hitungan harian,
mingguan, bulananan, triwulanan, atau tahunan).
Berikut contoh pengisian tabel yang periodenya dalam hitungan tahun pada
tingkat bunga 0 % , periode 0 tahun yaitu : S = ( 1 + i )n dapat ditulis S = ( 1 + 0,00)0
= 1,00000000. Selanjutnya pada tingkat bunga 1 % dan periode 1 tahun dapat ditulis S
= ( 1 + 0,01 )1 = 1,01000000. Dengan bantuan kalkulator untuk menentukan nilai pada
tahun ke 2,3,4,5 sampai tahun ke 40 pada tingkat bunga 1 %, dapat digunakan cara
dengan menekan (meng enter) tanda ( x ) dua kali pada nilai 1,01000000 sama dengan
hasilnya 1,02100000 tekan tanda sama dengan ( = ) berulang berulang hasilnya akan
didapatkan seperti pada tahun , 3, 4, 5, dan ke 40 seperti pada contoh dibawah ini.
Begitu juga pada tingkat bunga 2 %, 3%, 4%, 5% atau 40% cara yang sama dapat
dilakukan.
Atau dapat juga dengan cara menekan tanda ( yx ) pada kalkulator, misal kita
ingin menentukan nilai pada tingkat bunga 1 % dengan periode 5 tahun, maka dapat
dilakukan seperti berikut :
S = ( 1 + 0,01 ) = 1,01 tekan tanda yx tekan angka 5 sama dengan 1,05101005
begitu seterusnya pada periode berapa dan pada tingkat bunga (discount rate) berapa
yang kita inginkan hasilnya akan diperoleh seperti pada tabel berikut :
n/i 1% 2% 3% 4% 5% 6% 7% 8% 9%
Untuk menentukan jumlah nilai sekarang dari Rp 1,- pada tingkat bunga tertentu
(discount rate) dan pada periode tertentu pula, dilakukan dengan memasukan tingkat
bunga dan berapa jumlah periode penerimaan (periode ini dapat dalam hitungan harian,
mingguan, bulananan, triwulanan, atau tahunan).
Berikut contoh pengisian tabel yang periodenya dalam hitungan tahun pada
tingkat bunga 0 % , periode 0 tahun yaitu : P = ( 1 + i )-n dapat ditulis P = ( 1 + 0,00)-0
= 1,00000000. Selanjutnya pada tingkat bunga 1 % dan periode 1 tahun dapat ditulis P
= ( 1 + 0,01 )-1 = 0,9900991. Dengan bantuan kalkulator untuk menentukan nilai pada
tahun ke 2,3,4,5 sampai tahun ke 40 pada tingkat bunga 1 %, dapat digunakan cara
dengan menekan (meng enter) tanda ( x ) dua kali pada nilai 0,9900991 sama dengan
hasilnya 0,980296227 tekan tanda sama dengan ( = ) berulang-ulang hasilnya akan
didapatkan seperti pada tahun 3, 4, 5, dan ke 40 seperti pada contoh dibawah ini. Begitu
juga pada tingkat bunga 2 %, 3%, 4%, 5% atau 40% cara yang sama dapat dilakukan.
Atau dapat juga dengan cara menekan tanda ( yx ) pada kalkulator, misal kita
ingin menentukan nilai pada tingkat bunga 1 % dengan periode 5 tahun, maka dapat
dilakukan seperti berikut :
P = ( 1 + 0,01 )-n = 1,01 tekan tanda yx tekan angka -5 tekan tanda negatif sama
dengan 0,95146569 begitu seterusnya pada periode berapa dan pada tingkat bunga
(discount rate) berapa yang kita inginkan hasilnya akan diperoleh seperti pada tabel
berikut :
n/ 1% 2% 3% 4% 5% 6% 7% 8% 9%
i
0 1,00000000 1,00000000 1,00000000 1,00000000 1,00000000 1,00000000 1,00000000 1,00000000 1,00000000
1 0,99009901 0,98039216 0,97087379 0,96153846 0,95238095 0,94339623 0,93457944 0,92592593 0,91743119
2 0,98029605 0,96116878 0,94259591 0,92455621 0,90702948 0,88999644 0,87343873 0,85733882 0,84167999
3 0,97059015 0,94232233 0,91514166 0,8889936 0,86383760 0,83961928 0,81629788 0,79383224 0,77218348
4 0,96098034 0,92384543 0,88848705 0,85480419 0,82270247 0,79209366 0,76289521 0,73502985 0,70842521
5 0,95146569 0,90573081 0,86260878 0,82192711 0,78352617 0,74725817 0,71298618 0,68058320 0,64993139
:
40 0,67165314 0,45289042 0,30655684 0,20828904 0,14204568 0,09722219 0,06678038 0,04603093 0,03183758
i
Keterangan :
i = tingkat bunga (discount rate)
-n = periode / waktu
Adalah menentukan jumlah nilai sekarang dari suatu anuity (cicilan berkala) pada anuity
sama dengan Rp 1. Untuk menentukan nilai pada tingkat bunga 1 % dan pada periode
tahun ke 1 adalah sebagai berikut :
1 (1 0,01) 1
= 0,99009901 dan pada tingkat
0,01
0,01
= 32,83468611, artinya kita harus melakukannya berulang-ulang misal pada tingkat
bunga 1 % dengan periode yang berbeda-beda seperti dari tahun ke, 1, 2, 3, 4, 5, …,40
jadi perhitungannya harus kita selesaikan masing-masing pada periodenya. Begitu juga
pada tingkat bunga 2 %, 3 %, 4 %, 5 %, …, 40 % pada periode tahun ke 1, 2, 3, 4, 5, …,
40 cara menentukan nilainya sama maka hasilnya akan diperoleh seperti pada tabel
berikut :
n/i 1% 2% 3% 4% 5% 6% 7% 8% 9%
i
Jumlah Anuity Apabila Present Value Anuity = 1 , rumus :
{1 (1 i) n }
Keterangan :
i = tingkat bunga (discount rate)
-n = periode / waktu
Adalah menentukan jumlah anuity (cicilan berkala) pada nilai sekarang dari suatu anuity
sama dengan Rp 1. Untuk menentukan nilai pada tingkat bunga 1 % dan pada periode
0,01
tahun ke 1 adalah sebagai berikut : = 0,01000000 , dan pada tingkat
{1 (1 0,01) 1 }
0,01
bunga 1 % pada periode tahun ke 40 dapat dihitung sebagai berikut :
{1 (1 0,01) 40 }
= 0,03045560 , artinya kita harus melakukannya berulang-ulang misal pada tingkat
bunga 1 % dengan periode yang berbeda-beda seperti dari tahun ke, 1, 2, 3, 4, 5, …,40
jadi perhitungannya harus kita selesaikan masing-masing pada periodenya. Begitu juga
pada tingkat bunga 2 %, 3 %, 4 %, 5 %, …, 40 % pada periode tahun ke 1, 2, 3, 4, 5, …,
40 cara menentukan nilainya sama maka hasilnya akan diperoleh seperti pada tabel
berikut :
n/ 1% 2% 3% 4% 5% 6% 7% 8% 9%
i
0 0,00000000 0,00000000 0,00000000 0,00000000 0,00000000 0,00000000 0,00000000 0,00000000 0,00000000
1 0,01000000 1,02000000 1,03000000 1,04000000 1,05000000 1,06000000 1,07000000 1,08000000 1,09000000
2 0,50751244 0,51504950 0,52261084 0,53019608 0,53780488 0,54543689 0,55309178 0,56076923 0,56846890
3 0,34002211 0,34675467 0,35353036 0,36034854 0,36720856 0,37410981 0,38105166 0,38803351 0,39505475
4 0,25628109 0,26262375 0,26902705 0,27549005 0,28201183 0,28859149 0,29522811 0,30192064 0,30866866
5 0,20603980 0,21215839 0,21835457 0,22462711 0,23097480 0,2373964 0,24389069 0,25045645 0,25709245
:
40 0,03045560 0,03655575 0,04326238 0,05052349 0,05827816 0,066461535 0,07500913 0,083860162 0,092959609
{(1 i ) n 1}
Jumlah Penerimaan dari Anuity Apabila Anuity = 1 , rumus :
i
Keterangan :
i = tingkat bunga (discount rate)
n = periode / waktu
Adalah menentukan jumlah penerimaan dari anuity (cicilan berkala) dari suatu anuity
sama dengan Rp 1. Untuk menentukan nilai pada tingkat bunga 1 % dan pada periode
{(1 0,01)1 1}
tahun ke 1 adalah sebagai berikut : = 1,00000000 , dan pada tingkat
0,01
{(1 0,01) 40 1}
bunga 1 % pada periode tahun ke 40 dapat dihitung sebagai berikut :
0,01
= 48,88637336 , artinya kita harus melakukannya berulang-ulang misal pada tingkat
bunga 1 % dengan periode yang berbeda-beda seperti dari tahun ke, 1, 2, 3, 4, 5, …,40
jadi perhitungannya harus kita selesaikan masing-masing pada periodenya. Begitu juga
pada tingkat bunga 2 %, 3 %, 4 %, 5 %, …, 40 % pada periode tahun ke 1, 2, 3, 4, 5, …,
40 cara menentukan nilainya sama maka hasilnya akan diperoleh seperti pada tabel
berikut :
n 1% 2% 3% 4% 5% 6% 7% 8% 9%
/i
0 0,00000000 0,00000000 0,00000000 0,00000000 0,00000000 0,00000000 0,00000000 0,00000000 0,00000000
1 1,00000000 1,00000000 1,00000000 1,00000000 1,00000000 1,00000000 1,00000000 1,00000000 1,00000000
2 2,01000000 2,02000000 2,03000000 2,04000000 2,05000000 2,06000000 2,07000000 2,08000000 2,09000000
3 3,03010000 3,06040000 3,09090000 3,12160000 3,15250000 3,18360000 3,21490000 3,24640000 3,27810000
4 4,06040100 4,12160800 4,18362700 4,24646400 4,31012500 4,37461600 4,43994300 4,50611200 4,57312900
5 5,10100501 5,20404016 5,30913581 5,41632256 5,52563125 5,63709296 5,75073901 5,86660096 5,98471061
:
40 48,8863733 60,4019831 75,4012597 95,0255157 120,799774 154,761965 199,635511 259,056518 337,882445
i
Jumlah Annuity Apabila Nilai Penerimaan Annuity = 1 , rumus :
{(1 i ) n 1
Keterangan :
i = tingkat bunga (discount rate)
n = periode / waktu
Adalah menentukan jumlah anuity (cicilan berkala) apabilai nilai penerimaan anuity
sama dengan Rp 1. Untuk menentukan nilai pada tingkat bunga 1 % dan pada periode
0,01
tahun ke 1 adalah sebagai berikut : = 1,00000000 , dan pada tingkat
{(1 0,01)1 1
0,01
bunga 1 % pada periode tahun ke 40 dapat dihitung sebagai berikut : =
{(1 0,01) 40 1
0,02045560 , artinya kita harus melakukannya berulang-ulang misal pada tingkat bunga
1 % dengan periode yang berbeda-beda seperti dari tahun ke, 1, 2, 3, 4, 5, …,40 jadi
perhitungannya harus kita selesaikan masing-masing pada periodenya. Begitu juga pada
tingkat bunga 2 %, 3 %, 4 %, 5 %, …, 40 % pada periode tahun ke 1, 2, 3, 4, 5, …, 40
cara menentukan nilainya sama maka hasilnya akan diperoleh seperti pada tabel berikut :
n 1% 2% 3% 4% 5% 6% 7% 8% 9%
/i
0 0,00000000 0,00000000 0,00000000 0,00000000 0,00000000 0,00000000 0,00000000 0,00000000 0,00000000
1 1,00000000 1,00000000 1,00000000 1,00000000 1,00000000 1,00000000 1,00000000 1,00000000 1,00000000
2 0,49751244 0,49504950 0,49261084 0,49019608 0,48780488 0,48543689 0,48309179 0,48076923 0,47846890
3 0,33002211 0,32675467 0,32353036 0,32034854 0,31720856 0,31410981 0,31105167 0,30803351 0,30505476
4 0,24628109 0,24262375 0,23902705 0,23549005 0,23201183 0,22859149 0,22522812 0,22102080 0,21866866
5 0,19603980 0,19215839 0,18835457 0,18462711 0,18097480 0,17739640 0,17389069 0,17045645 0,16709246
:
40 0,02045560 0,01655575 0,01326238 0,01052349 0,00827816 0,00646154 0,00500914 0,00386016 0,00295961
Dipublikasikan pertama kali tahun 1868 oleh American Experience Table of Mortality, dan diganti dengan tabel CSO
atau Commisioners 1941 Standard Ordinary (CSO) Mortality Table.
Tgl Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agts Sept Okt Nov Des Tgl
1 1 32 60 91 121 152 182 213 244 274 305 335 1
2 2 33 61 92 122 153 183 214 245 275 306 336 2
3 3 34 62 93 123 154 184 215 246 276 307 337 3
4 4 35 63 94 124 155 185 216 247 277 308 338 4
5 5 36 64 95 125 156 186 217 248 278 309 339 5