Anda di halaman 1dari 17

Operasi Hitung Bilangan Bulat, Contoh Soal, dan Pembahasannya

Pengertian Bilangan Bulat


Bilangan bulat adalah bilangan yang terdiri atas himpunan bilangan positif, nol, dan bilangan
negatif, seperti dikutip dari situs Rumah belajar. Bilangan bulat dinotasikan dengan B = {bilangan
bulat}= {..., -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, ...).

Dalam bilangan bulat, berlaku prinsip sebagai berikut.

a > b, apabila a terletak di sebelah kanan b


c < b, apabila c terletak di sebelah kiri b
Misalnya b dalam hal ini adalah 0, maka semua angka yang ada di sebelah kiri lebih kecil dari 0
dan yang ada di sebelah kanan lebih besar dari 0.

Bilangan Bulat dalam Kehidupan Sehari-hari


Mengutip literatur dari Universitas Pendidikan Indonesia, bilangan bulat bersifat universal dan
mudah ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Bilangan bulat dapat ditemukan dalam tanggal
lahir, menentukan umur, mengetahui waktu, dan sebagainya.

Bilangan bulat juga digunakan untuk menghitung uang dan kegiatan jual beli. Saat memeriksakan
kondisi tubuh dan kesehatan, kita juga menggunakan bilangan bulat untuk menunjukkan tinggi
badan, berat badan, dan suhu tubuh. Menghitung jumlah orang dalam statistik pun menggunakan
bilangan bulat, karena tidak mungkin orang dihitung setengah.

Dari sini, kita menyadari bahwa bilangan bulat tidak terpisahkan dari setiap aspek kehidupan
manusia. Inilah yang membuat konsep bilangan bulat sangat penting untuk kita pahami dan
pelajari.

Contoh dan Pengelompokan Bilangan Bulat


Bilangan bulat dibedakan menjadi dua bentuk, yakni bilangan bulat positif dan bilangan bulat
negatif. Mengutip detikEdu, berikut penjelasan lengkapnya.

1. Bilangan Bulat Positif


Bilangan bulat positif adalah bilangan yang bernilai positif dan berada di sebelah kanan angka 0
pada garis bilangan. Contohnya: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dst.

2. Bilangan Bulat Negatif


Bilangan bulat negatif adalah bilangan yang bernilai negatif dan berada di sebelah kiri angka 0
pada garis bilangan. Contohnya: -1, -2, -3, -4, -5, -6, -7, -8, -9, dan seterusnya.

Jika diperhatikan dalam garis bilangan, semakin ke kanan angka tersebut berada, maka nilainya
semakin besar. Sebaliknya, semakin ke kiri angka tersebut berada, maka nilainya semakin kecil.
Berikut contoh garis bilangan.

..., -4, -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, 4, ...

Angka 0 di tengah merupakan bilangan dengan nilai netral, tidak termasuk bilangan negatif atau
positif.
Operasi Hitung Bilangan Bulat
Bilangan bulat dapat dihitung dengan operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan
pembagian. Berikut contohnya seperti dilansir Rumah Belajar.

1. Operasi Penjumlahan
Dalam menjumlahkan dua bilangan bulat atau lebih, perhatikan ketentuan ini.

Jika kedua bilangan bertanda sama (sama-sama positif atau sama-sama negatif), hasilnya
menggunakan tanda yang sama dengan kedua bilangan bulat yang ditambahkan. Contoh:
5 + 6 = 11

-7 + (-2) = -9

Jika kedua bilangan bertanda berlawanan (salah satu positif dan yang lainnya negatif), kurangi
bilangan yang bernilai lebih besar dengan bilangan bernilai lebih kecil tanpa memperhatikan tanda.
Kemudian hasilnya menggunakan tanda sesuai bilangan yang bernilai lebih besar. Contoh:
8 + (-3) = 5

-19 + 7 = -12

20 + (-23) = -3

2. Operasi Pengurangan
Operasi pengurangan adalah kebalikan dari operasi penjumlahan. Bilangan bulat dikurangi dengan
suatu bilangan, bisa lebih kecil atau lebih besar. Untuk setiap bilangan bulat a dan b, maka
berlaku:
a - b = a + (-b)

Contoh:

12 - 5 = 7

16 + (-9) = 7

3. Operasi Perkalian
Perkalian adalah operasi penjumlahan berulang dengan bilangan yang sama. Dalam operasi
perkalian, berlaku prinsip:

n x a = a+ a + a + a + ... + a (sebanyak n suku)

Contoh:

4 x 4 = 4 + 4 + 4 + 4 = 16

Operasi perkalian juga memiliki aturan, yakni:

Hasil perkalian dua bilangan bulat dengan tanda yang sama adalah bilangan bulat positif.
Hasil perkalian dua bilangan bulat dengan tanda berlawanan adalah bilangan bulat negatif.
Jika a dan b adalah bilangan bulat, maka:

- a x b = ab
- (-a) x b = -(a x b) = -ab
- a x (-b) = -(a x b) = -ab
- (-a) x (-b) = a x b = ab
4. Operasi Pembagian
Dalam operasi pembagian bilangan bulat, berlaku aturan sebagai berikut.

Hasil pembagian dua bilangan bulat dengan tanda yang sama adalah bilangan bulat positif.
Hasil pembagian dua bilangan bulat dengan tanda berlawanan adalah bilangan bulat negatif.
Untuk setiap a, b, c bilangan bulat, b tidak sama dengan 0 dan memenuhi a : b = c, maka berlaku:

-a:b=c
- (-a) : b = -c
- a : (-b) = -c
- (-a) : (-b) = c
Kemudian dalam pengerjaan soal dengan lebih dari satu operasi, maka berlaku aturan sebagai
berikut:

Penjumlahan dan pengurangan sama kuat. Operasi yang berada di sebelah kiri dikerjakan lebih
dulu.
Perkalian dan pembagian sama kuat. Operasi yang berada di sebelah kiri dikerjakan lebih dulu.
Operasi perkalian dan pembagian lebih kuat daripada penjumlahan dan pengurangan. Artinya,
operasi perkalian dan pembagian harus dikerjakan lebih dulu daripada operasi penjumlahan dan
pengurangan.
Aturan tersebut bisa dikesampingkan apabila operasi yang ada dikhususkan dengan tanda kurung.
Operasi yang berada dalam tanda kurung harus dikerjakan lebih dulu.
Contoh Soal dan Pembahasan Bilangan Bulat
Berikut contoh soal bilangan bulat dan pembahasannya, mengutip detikEdu.

Contoh Soal 1 (Perkalian)


Yunita membeli 3 dus air mineral kemasan gelas. Setiap dus berisi 24 gelas air mineral. Berapa
jumlah seluruh air mineral kemasan gelas.

Pembahasan:

1 dus berisi 24 air kemasan gelas

3 dus -> 3 x 24 gelas = 72 gelas

Jadi, jumlah seluruh air mineral kemasan gelas yang dimiliki Yunita adalah 72 gelas.

Contoh Soal 2 (Pembagian)


Pak Candra memiliki 54 lembar kertas lipat. Semua kertas dibagikan kepada 3 anaknya sama
banyak. Berapa kertas lipat yang diterima setiap anak?

Pembahasan:

Banyak kertas = 54 lembar

Jumlah anak = 3 orang

Kertas yang diterima setiap anak -> 54 : 3 = 18

Jadi, setiap anak mendapatkan 18 lembar kertas lipat.


Contoh Soal 3 (Pengurangan)
Rudy disuruh ibunya membeli telur di toko kelontong. Rudy membawa pulang 12 butir telur.
Namun, selama perjalanan, ada 3 telur yang dibawa Rudy jatuh dari kantong belanja dan pecah.
Berapa sisa telur yang berhasil dibawa Rudy sampai rumah?

Pembahasan:

Jumlah telur yang dibeli = 12 butir

Telur yang pecah = 3 butir

Sisa telur -> 12 - 3 = 9

Jadi, telur yang berhasil dibawa Rudy sampai rumah adalah 9 butir.

Contoh Soal 4 (Penambahan)


Pada musim dingin, suhu di Tokyo adalah -5 derajat Celcius. Sedangkan saat musim panas, suhu
Tokyo naik 30 derajat Celcius. Berapa suhu Tokyo saat musim panas?

Pembahasan:

Suhu musim dingin = -5 derajat Celcius

Kenaikan suhu = 30 derajat Celcius

Suhu musim panas -> -5 + 30 = 25

Jadi, suhu Tokyo saat musim panas adalah 25 derajat Celcius.


OPERASI HITUNG BILANGAN RASIONAL BESERTA
CONTOHNYA

Bilangan rasional adalah suatu bilangan yang dapat dinyatakan sebagai bentuk a/b (pecahan) dimana a dan b adalah
bilangan bulat. Contoh anggota himpunan bilangan rasional adalah 2, 0.25, ¾, 1. 333…, dan
sebagainya. Definisi bilangan rasional dinyatakan dengan a/b dan ac/bc dengan c ≠ 0.

Contoh :

Pecahan murni bisa dikatakna pecahan biasa, tetapi pecahan biasa tidak bisa dikatakan pecahan murni karena dalam
pecahan murni berlaku pembilang kurang atau lebih kecil dari penyebut.
Contoh :

  

Operasi Hitung bilangan rasional :

v  Operasi bilangan rasional dalam bentuk desimal


ü  Operasi penjumlahan dan pengurangan pada bilangan rasional berbentuk desimal yakni tanda koma harus
sejajar dan banyak angka dibelakang koma tidak sama pada kedua bilangan maka jadikan sama denagn cara
menambahkan bilangan nol dibelakangnya hingga kedua bilangan tersebut memiliki banyak angka yang
sama dibelakang koma.
Contoh : 

            1 + 1.02 = 1,00 +1,02 = 2,02


            0,005 + 0,5 = 0,005 + 0,500 = 0,505
            2,24 + 1,8 = 2,24 + 1,80 = 4,04
            3,14 – 2,7 = 3,14 - 2,70 = 0,44
ü  Perkalian dan pembagian dua bilangan desimal yakni untuk bilangan decimal dengan banyak angka berhingga
dibelakang koma cara mengalikannya adlah dengan mengalikan kedua bilangan tersebut (tanda koma)
kemudian banyak angka dibelakang koma pada hasil perkaliannya sama dengan jumlah banyaknya angka
dari kedua bilangan yang dikalikan. Sedangkan untuk pembagian bilangan decimal memiliki banyak angka
berhingga dibelakang koma pada hasil pembagiannya ditentukan oleh hasil pengurangan banyak angka
dibelakang koma dan pembilang oleh banyak angka di belakang koma penyebut.
Ket : Kalau hasil pengurangannya positive berarti tanda komanya maju sedangkan kalau hasil
pengurangannya negative berarti tanda komanya mundur. Kalau tanda komanya mundur atau mentok,
tambahkan bilangan nol dibelakngnya. Untuk bilangan decimal dengan bilangan berulang dibelakngnya,
bilangan berulang tersebut dianggap sebagai banyak angka dibelakang koma.
Contoh :
(1)         1,2 × 0.05 =
            Kalikan terlebih dahulu 12 dengan 5 yaitu 12×5 = 60
            Angka dibelakng koma pada hasil perkaliannya sebanyak 3 angka.
Diperoleh dari jumlah banyaknya angka dibelakang koma
pada kedua bilangan yang dikalikan .
Berarti hasilnya 0,060 = 0,60
                        1,2 × 0.05 = 0.06

(2)     6,3/0,18 =           
Bagi terlebih dahulu kedua bilangan tersebut tanpa tanda koma
63/18 = 3.5
Lalu pindahkan tanda komanya dengan aturan yang sudah dijelaskan
Banyak angka dibelakang koma pada pembilang
dikurangi banyak angka dibelakang koma pada penyebut sama dengan 1-2 = -1
Karena hasil pengurangannya negative berarti tanda koma mundur satu angka,
Diperoleh hasil 35,0 = 35

  Operasi bilangan rasional dalam bentuk pecahan

 Masalah penjumlahan dan pengurangan pecahan dijadikan penyebutnya sama.


Kalau pecahannya dijumlahkan dengan bilangan decimal, jadilah terlebih
dahulu bilangan decimal tersebut menjadi pecahan.

                      

 Perkalian pecahan dilakukan dengan cara mengalikan pembilang dengan


penyebut. Kalau perkalian pecahan dengan bilangan decimal, kalikan saja
bilangan decimal tersebut hanya dengan pembilangnya.

                                    

 Pembagian dua pecahan dapat dilakukan dengan cara mengalikan pecahan pada
pembilang dengan kebalikan dari pecahan pada penyebut .

                                

                                  

v  Invers pada bilangan pecahan 


   Lawan dari 2/3 dan 3/2
   Karena :

                    
Hasil dari  2/3 × 3/2 = 1  (hasil dari perkalian lawan adalah 1)

·         Cara mengubah pecahan menjadi desimal


-           Dilakukan dengan pembagian tersusun

-          Untuk pecahan dengan penyebut membagi habis dengan kelipatan 10 yaitu dengan cara mengkalikan
pembilang dengan penyebut dengan suatu bilangan yang menyenbabkan penyebutnya  njadi kelipatan 10.
Penyebut dengan kelipatan 10 menunjukkan banyak angka yang terdapat dibelakang koma pada bilangan
desimalnya.
Contoh :
3/5 = 3/5 × 2/2 = 6/10 = 0,6
             ¼ = ¼ × 25/25 =25/100= 0,25
            1/8= 1/8 × 125/125 = 125/1000 = 0,125
             1/6 = 1/6 × 625/625 = 625/10000 = 0, 0625
            1/20 = 1/20 × 5/5 = 5/100 = 0,05

·         Cara mengubah desimal menjadi pecahan


-          Mengubah bilangan desimal dengan banyak angka berhingga dibelakang koma, yaitu dengan cara membuat
bilangan desimal tersebut menjadi pecahan dengan penyebut bilangan kelipatan 10. Banyak angka
dibelakang koma merupakan kelipatan 10 yang dituliskan sebgai penyebut dan pembilangnya merupakan
bilangan dibelakang koma tanpa tanda koma dan tanpa nol didepannya.
Contoh :
            0,4 = 4/10 = 2/5
            0,06 = 6/100 = 3/50
            0,0015 = 15/10000 = 3/2000
-          Mengubah bilangan desimal dengan bilangan berulang dibelakng koma yaitu dengan cara memisalkan
bilangan desimal tersebut terlebih dahulu menjadi suatu peubah. Kemudian mengalihkan peubah tersebut
dengan bilangan kelipatan 10 sebanyak angka pada bilangan berulangnya. Setelah itu kutangkan keduanya
sehingga kita memperoleh bentuk pecahan.
Contoh :
(1)         Kita ubah bilangan desimal 0,333… menjadi pecahan
            Misalkan bilangan desimal 0,333… = a
            Karena perulangannya satu-satu kita kalikan p dengan 10
            10a      = 3,333…
            10a-a   = 3.333… - 0,333… = 3
9a        = 3
a          = 3/9 =1/3
(2)         Kita ubah bilangan desimal 0,252525… menjadi pecahan
Misalkan bilangan desilam 0,252525… = a
Karena perulangannya dua-dua kita kalikan p dengan 100
100a    = 25,252525…
100a –a = 25,252525… - 0,2525252… = 25
99p      = 25/99
(3)         Kita ubah bilangan desimal 0,7999...
Misalkan bilangan desimal 0, 7999... = a
Karena perulangannya bukan satu kali ataupun dua kali maka digunakan dua perulangan10 dan 100

100 a         = 79,999...


10 a           =   7,999...
100a-10a   = 79,999... – 7,999...
90a                        = 72
a                = 72/90 = 8/10 = 4/5

·         a/b jika a = 0 dan b ≠ 0 maka hasilnya akan tetap 0,


contoh : a = 0 dan b = 5
            maka a/b = 0/5 = 0

Eksponen (Bilangan Berpangkat): Pengertian, Sifat &


Contoh | Matematika Kelas 9
Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh Indonesia adalah jumlah populasi penduduk
yang sangat banyak. Menurut data Worldometer, jumlah populasi penduduk di Indonesia
saat ini (Juni 2022) adalah sekitar 279.218.329 penduduk. Jumlah ini setara
dengan 3,51% dari total populasi penduduk di dunia. Dengan jumlah ini, Indonesia
menempati peringkat ke-4 negara dengan jumlah penduduk tertinggi di dunia setelah
Tiongkok, India, dan United States.

Nah, tahu nggak sih, dalam ilmu matematika, untuk menghitung data yang sangat banyak,
seperti data jumlah populasi penduduk, data angka kelahiran dan angka kematian di dunia,
serta data-data lain yang angkanya mencapai ratusan juta, kita bisa menggunakan yang
namanya eksponen. Apa itu eksponen?

Pengertian Eksponen (Bilangan Berpangkat)

Eksponen adalah bilangan berpangkat, yakni bilangan yang dikalikan dengan dirinya


sendiri hingga beberapa tingkat. Notasi pangkat digunakan untuk menuliskan berapa kali
suatu bilangan dikalikan secara berulang dalam bentuk yang lebih sederhana.

Misalnya, kita memiliki faktor a yang dikalikan berulang sebanyak tiga kali, maka dapat
ditulis:

a3 = a x a x a

Angka 3 dituliskan di sebelah kanan atas a, yang menunjukkan bahwa angka 3 ini


merupakan pangkat dari a.

Contohnya, 23 = 2 x 2 x 2 = 8

Supaya kamu lebih paham, perhatikan gambar di bawah ini!

 
Bilangan berpangkat bisa terdiri atas bilangan dengan pangkat bulat positif (bilangan asli),
bilangan dengan pangkat bulat negatif, bilangan dengan pangkat nol, bilangan dengan
pangkat rasional, dan bilangan dengan pangkat riil.

Sifat-Sifat Eksponen (Bilangan Berpangkat)

Bilangan berpangkat atau eksponen memiliki sifat-sifat yang perlu kamu pahami agar kamu
bisa menyelesaikan persamaan eksponen maupun pertidaksamaan eksponen dengan lebih
mudah. Ada 8 sifat eksponen yang sudah dirangkum dalam gambar berikut. Cus, kita bahas!

1. Pangkat Penjumlahan

Jika ada perkalian eksponen dengan basis yang sama, maka pangkatnya harus ditambah.
Bisa dituliskan sebagai berikut:

am x an = am + n

Contoh: 24 x 22 = 24 + 2 = 26 = 64

 
2. Pangkat Pengurangan

Jika ada pembagian eksponen dengan basis yang sama, maka pangkatnya harus dikurang.
Bisa dituliskan sebagai berikut:

am : an = am – n

Contoh: 25 : 23 = 25 – 3 = 22 = 4

3. Pangkat Perkalian

Jika ada bilangan berpangkat yang dipangkatkan lagi, maka pangkatnya harus dikali. Bisa
dituliskan sebagai berikut:

(am)n = am x n

Contoh: (22)3 = 22 x 3 = 26 = 64

4. Perkalian Bilangan yang Dipangkatkan

Jika ada perkalian bilangan yang dipangkatkan, maka masing-masing bilangan


tersebut dipangkatkan juga. Bisa dituliskan sebagai berikut:

(a . b)m = am . bm

Contoh: (2 x 3)2 = 22 x 32 = 4 x 9 = 36

5. Perpangkatan pada Bilangan Pecahan

Jika ada bilangan pecahan yang dipangkatkan, maka bilangan pembilang dan penyebutnya
harus dipangkatkan semua, dengan syarat b ≠ 0, artinya penyebutnya tidak boleh sama
dengan 0. Bisa dituliskan sebagai berikut:

Contoh: 

6. Pangkat Negatif
Jika ada bilangan berpangkat negatif, maka nilainya sama dengan 1 per bilangan eksponen
tersebut namun pangkatnya menjadi positif. Bisa dituliskan sebagai berikut:

Contoh: 

7. Pangkat Pecahan

Jika ada bilangan berpangkat yang diakar, maka pangkat dari akarnya dapat


ditulis menjadi penyebut dari pangkat bilangannya. Bisa dituliskan sebagai berikut:

Contoh: 

8. Pangkat Nol

Jika ada bilangan yang berpangkat nol, maka hasilnya sama dengan 1 berapapun nilai
bilangan basisnya, dengan syarat bilangan basisnya tidak sama dengan 0 (a ≠ 0). Bisa
dituliskan sebagai berikut:

a0 = 1, untuk a ≠ 0

Contoh: 

 20 = 1
 70 = 1

Bilangan Negatif Berpangkat

Selain 8 sifat eksponen yang sudah kita bahas di atas, kamu juga perlu tahu sifat dari
bilangan berpangkat jika bilangan basisnya bernilai negatif. Perhatikan gambar di bawah
ini!

 
 

Bilangan Negatif Berpangkat Ganjil

Suatu bilangan negatif, jika dipangkatkan dengan bilangan ganjil, maka hasilnya adalah


bilangan negatif. Dapat dituliskan sebagai berikut:

(-a)m = -am , dengan m = ganjil

Contoh: 

(-2)3 = -(23)

(-2) x(-2) x(-2) = -(2 x 2 x 2)

-8 = -8

 
Bilangan Negatif Berpangkat Genap

Suatu bilangan negatif, jika dipangkatkan dengan bilangan genap, maka hasilnya adalah


bilangan positif. Dapat dituliskan sebagai berikut:

(-a)n = an , dengan n = genap

Contoh:

(-2)2 = 22

(-2) x(-2) = 2 x 2

4=4

Sudah paham sifat-sifat bilangan berpangkat (eksponen)? Sekarang, saatnya kita terapkan
sifat-sifat perpangkatan ini dalam mengerjakan latihan soal! Yuk, kerjakan contoh soal
berikut ini!

 Contoh Soal Eksponen

1. Hasil dari   adalah....

Penyelesaian:

Jadi hasil dari   adalah b + a.


Contoh Bilangan Prima dan Bukan Bilangan Prima
Bagaimana kita dapat menentukan suatu bilangan merupakan bilangan prima atau bukan?

Mari kita mulai dengan bilangan asli terkecil yaitu 1. Apakah 1 merupakan bilangan prima?
Bilangan 1 hanya memiliki satu pembagi yaitu 1, sehingga 1 bukan merupakan bilangan
prima.

Bagaimana dengan bilangan 2?

Bilangan 2 memiliki tepat dua pembagi yaitu 1 dan 2 (bilangan itu sendiri) sehingga 2
merupakan bilangan prima.

Contoh bilangan asli yang bukan bilangan prima adalah 6. Mengapa 6 bukan merupakan
bilangan prima?

Karena bilangan 6 memiliki lebih dari dua pembagi yaitu 1, 2, 3, dan 6 sehingga bilangan 6
bukan merupakan bilangan prima.

Contoh lainnya yaitu 10. Bilangan 10 bukan merupakan bilangan prima karena pembagi
bilangan 10 ada lebih dari dua yaitu 1, 2, 5, dan 10 (memiliki 4 faktor).

Apakah kalian dapat menyebutkan  contoh lain yang merupakan bilangan prima? Coba
kalian tulis semua bilangan prima yang kurang dari 100, lalu cocokkan dengan bilangan
prima berikut.
Bilangan Prima 1 – 100
Nah, sekarang kita akan mencoba menemukan semua bilangan kurang dari 100. Perhatikan
tabel yang berisi bilangan 1 – 100 berikut.

1. Tandai bilangan 1 dengan warna merah.


2. Tandai bilangan habis dibagi 2 (kelipatan 2) yang lebih dari 2 dengan warna
hijau.
3. Dari bilangan yang tersisa (tidak diwarnai), tandai bilangan habis dibagi 3
(kelipatan 3) yang lebih dari 3 dengan warna kuning.
4. Dari bilangan yang tersisa (tidak diwarnai), tandai bilangan habis dibagi 5
(kelipatan 5) yang lebih dari 5 dengan warna biru.
5. Dari bilangan yang tersisa (tidak diwarnai), tandai bilangan habis dibagi 7
(kelipatan 7) yang lebih dari 7 dengan warna abu-abu.
Jika kalian mengikuti petunjuk yang diberikan dengan benar, maka kalian akan mempunyai
tabel bilangan prima seperti berikut ini.

Dari tabel tersebut, kira-kira manakah yang merupakan bilangan prima? Semua bilangan
prima kurang dari 100 merupakan bilangan yang tidak ditandai.

Sehingga semua bilangan prima kurang dari 100 yaitu 2, 3, 5, 7, 11, 13, 17, 19, 23, 29, 31, 37,
41, 43, 47, 53, 59, 61, 67, 71, 73, 79, 83, 89, dan 97.
Cara Mencari KPK dan FPB dengan Menggunakan Tabel
Cara Mencari KPK dan FPB dengan Menggunakan Tabel pada prinsipnya sama dengan Cara Mencari KPK dan FPB
dengan Pohon Faktor yaitu menentukan masing-masing faktorisasi primanyanya kemudian menggunakan aturan yang
digunakan dalam menentukan KPK dan FPB dari dua bilangan.

Adapun langkah-langkah Cara Mencari KPK dan FPB dengan Menggunakan Tabel adalah sebagai berikut.

1. Buatlah tabel untuk mencari faktorisasi prima dari bilangan yang dicari KPK dan FPB-nya.
2. Beri tanda faktor prima yang sama
Contoh Mencari KPK:

 Tentukan KPK dari bilangan 16 dan 40

 Tentukan KPK dari 36 dan 54


Penyelesaian:

Contoh Mencari FPB:

 Tentukan FPB dari bilangan 36 dan 54

 Tentukan FPB dari 75 dan 105

Penyelesaian:

Contoh Soal:
Tentukan FPB dan KPK dari 18 dan 45 menggunakan Tabel Perkalian!
Penyelesaian:
Pertama kita buat terlebih dahulu tabelnya: (Pembagi kita isi dengan bilangan Prima)

Pembagi 18 45

2 9 –

3 3 15

3 1 5

5 – 1

18 : 2 = 9
9:3=3
3 : 3 = 1 (jika sudah bertemu dengan angka 1, maka proses pembagian dihentikan)
……………………..
45 : 2 = – (tidak perlu ditulis karena hasilnya adalah desimal, berarti 45 tidak habis
dibagi 2)
45 : 3 = 15
15 : 3 = 5
5 : 5 = 1 (jika sudah bertemu dengan angka 1, maka proses pembagian dihentikan)
Kemudian, untuk mendapatkan FPB nya, terlebih dahulu kita lihat baris yang terisi
semua dengan bilangan. Maka ditemukan bahwa baris 3 & 4 yang bercetak
tebal merupakan baris yang terisi penuh dengan bilangan, artinya tidak ada baris
kosong dan bilangan prima tersebut habis membagi bilangan utama. Berapa
pembagi/bilangan prima nya? 3 & 3.
Maka FPB adalah 3×3 = 9
Selanjutnya, untuk mencari KPK maka kita hanya harus mengalikan semua bilangan
prima pembagi. Jadi 2x3x3x5 = 90.

Jadi FPB dan KPK dari 18 serta 45 adalah 2 dan 90.

Anda mungkin juga menyukai