Bilangan bulat juga digunakan untuk menghitung uang dan kegiatan jual beli. Saat memeriksakan
kondisi tubuh dan kesehatan, kita juga menggunakan bilangan bulat untuk menunjukkan tinggi
badan, berat badan, dan suhu tubuh. Menghitung jumlah orang dalam statistik pun menggunakan
bilangan bulat, karena tidak mungkin orang dihitung setengah.
Dari sini, kita menyadari bahwa bilangan bulat tidak terpisahkan dari setiap aspek kehidupan
manusia. Inilah yang membuat konsep bilangan bulat sangat penting untuk kita pahami dan
pelajari.
Jika diperhatikan dalam garis bilangan, semakin ke kanan angka tersebut berada, maka nilainya
semakin besar. Sebaliknya, semakin ke kiri angka tersebut berada, maka nilainya semakin kecil.
Berikut contoh garis bilangan.
Angka 0 di tengah merupakan bilangan dengan nilai netral, tidak termasuk bilangan negatif atau
positif.
Operasi Hitung Bilangan Bulat
Bilangan bulat dapat dihitung dengan operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan
pembagian. Berikut contohnya seperti dilansir Rumah Belajar.
1. Operasi Penjumlahan
Dalam menjumlahkan dua bilangan bulat atau lebih, perhatikan ketentuan ini.
Jika kedua bilangan bertanda sama (sama-sama positif atau sama-sama negatif), hasilnya
menggunakan tanda yang sama dengan kedua bilangan bulat yang ditambahkan. Contoh:
5 + 6 = 11
-7 + (-2) = -9
Jika kedua bilangan bertanda berlawanan (salah satu positif dan yang lainnya negatif), kurangi
bilangan yang bernilai lebih besar dengan bilangan bernilai lebih kecil tanpa memperhatikan tanda.
Kemudian hasilnya menggunakan tanda sesuai bilangan yang bernilai lebih besar. Contoh:
8 + (-3) = 5
-19 + 7 = -12
20 + (-23) = -3
2. Operasi Pengurangan
Operasi pengurangan adalah kebalikan dari operasi penjumlahan. Bilangan bulat dikurangi dengan
suatu bilangan, bisa lebih kecil atau lebih besar. Untuk setiap bilangan bulat a dan b, maka
berlaku:
a - b = a + (-b)
Contoh:
12 - 5 = 7
16 + (-9) = 7
3. Operasi Perkalian
Perkalian adalah operasi penjumlahan berulang dengan bilangan yang sama. Dalam operasi
perkalian, berlaku prinsip:
Contoh:
4 x 4 = 4 + 4 + 4 + 4 = 16
Hasil perkalian dua bilangan bulat dengan tanda yang sama adalah bilangan bulat positif.
Hasil perkalian dua bilangan bulat dengan tanda berlawanan adalah bilangan bulat negatif.
Jika a dan b adalah bilangan bulat, maka:
- a x b = ab
- (-a) x b = -(a x b) = -ab
- a x (-b) = -(a x b) = -ab
- (-a) x (-b) = a x b = ab
4. Operasi Pembagian
Dalam operasi pembagian bilangan bulat, berlaku aturan sebagai berikut.
Hasil pembagian dua bilangan bulat dengan tanda yang sama adalah bilangan bulat positif.
Hasil pembagian dua bilangan bulat dengan tanda berlawanan adalah bilangan bulat negatif.
Untuk setiap a, b, c bilangan bulat, b tidak sama dengan 0 dan memenuhi a : b = c, maka berlaku:
-a:b=c
- (-a) : b = -c
- a : (-b) = -c
- (-a) : (-b) = c
Kemudian dalam pengerjaan soal dengan lebih dari satu operasi, maka berlaku aturan sebagai
berikut:
Penjumlahan dan pengurangan sama kuat. Operasi yang berada di sebelah kiri dikerjakan lebih
dulu.
Perkalian dan pembagian sama kuat. Operasi yang berada di sebelah kiri dikerjakan lebih dulu.
Operasi perkalian dan pembagian lebih kuat daripada penjumlahan dan pengurangan. Artinya,
operasi perkalian dan pembagian harus dikerjakan lebih dulu daripada operasi penjumlahan dan
pengurangan.
Aturan tersebut bisa dikesampingkan apabila operasi yang ada dikhususkan dengan tanda kurung.
Operasi yang berada dalam tanda kurung harus dikerjakan lebih dulu.
Contoh Soal dan Pembahasan Bilangan Bulat
Berikut contoh soal bilangan bulat dan pembahasannya, mengutip detikEdu.
Pembahasan:
Jadi, jumlah seluruh air mineral kemasan gelas yang dimiliki Yunita adalah 72 gelas.
Pembahasan:
Pembahasan:
Jadi, telur yang berhasil dibawa Rudy sampai rumah adalah 9 butir.
Pembahasan:
Bilangan rasional adalah suatu bilangan yang dapat dinyatakan sebagai bentuk a/b (pecahan) dimana a dan b adalah
bilangan bulat. Contoh anggota himpunan bilangan rasional adalah 2, 0.25, ¾, 1. 333…, dan
sebagainya. Definisi bilangan rasional dinyatakan dengan a/b dan ac/bc dengan c ≠ 0.
Contoh :
Pecahan murni bisa dikatakna pecahan biasa, tetapi pecahan biasa tidak bisa dikatakan pecahan murni karena dalam
pecahan murni berlaku pembilang kurang atau lebih kecil dari penyebut.
Contoh :
(2) 6,3/0,18 =
Bagi terlebih dahulu kedua bilangan tersebut tanpa tanda koma
63/18 = 3.5
Lalu pindahkan tanda komanya dengan aturan yang sudah dijelaskan
Banyak angka dibelakang koma pada pembilang
dikurangi banyak angka dibelakang koma pada penyebut sama dengan 1-2 = -1
Karena hasil pengurangannya negative berarti tanda koma mundur satu angka,
Diperoleh hasil 35,0 = 35
Pembagian dua pecahan dapat dilakukan dengan cara mengalikan pecahan pada
pembilang dengan kebalikan dari pecahan pada penyebut .
Hasil dari 2/3 × 3/2 = 1 (hasil dari perkalian lawan adalah 1)
- Untuk pecahan dengan penyebut membagi habis dengan kelipatan 10 yaitu dengan cara mengkalikan
pembilang dengan penyebut dengan suatu bilangan yang menyenbabkan penyebutnya njadi kelipatan 10.
Penyebut dengan kelipatan 10 menunjukkan banyak angka yang terdapat dibelakang koma pada bilangan
desimalnya.
Contoh :
3/5 = 3/5 × 2/2 = 6/10 = 0,6
¼ = ¼ × 25/25 =25/100= 0,25
1/8= 1/8 × 125/125 = 125/1000 = 0,125
1/6 = 1/6 × 625/625 = 625/10000 = 0, 0625
1/20 = 1/20 × 5/5 = 5/100 = 0,05
Nah, tahu nggak sih, dalam ilmu matematika, untuk menghitung data yang sangat banyak,
seperti data jumlah populasi penduduk, data angka kelahiran dan angka kematian di dunia,
serta data-data lain yang angkanya mencapai ratusan juta, kita bisa menggunakan yang
namanya eksponen. Apa itu eksponen?
Misalnya, kita memiliki faktor a yang dikalikan berulang sebanyak tiga kali, maka dapat
ditulis:
a3 = a x a x a
Contohnya, 23 = 2 x 2 x 2 = 8
Bilangan berpangkat bisa terdiri atas bilangan dengan pangkat bulat positif (bilangan asli),
bilangan dengan pangkat bulat negatif, bilangan dengan pangkat nol, bilangan dengan
pangkat rasional, dan bilangan dengan pangkat riil.
Bilangan berpangkat atau eksponen memiliki sifat-sifat yang perlu kamu pahami agar kamu
bisa menyelesaikan persamaan eksponen maupun pertidaksamaan eksponen dengan lebih
mudah. Ada 8 sifat eksponen yang sudah dirangkum dalam gambar berikut. Cus, kita bahas!
1. Pangkat Penjumlahan
Jika ada perkalian eksponen dengan basis yang sama, maka pangkatnya harus ditambah.
Bisa dituliskan sebagai berikut:
am x an = am + n
2. Pangkat Pengurangan
Jika ada pembagian eksponen dengan basis yang sama, maka pangkatnya harus dikurang.
Bisa dituliskan sebagai berikut:
am : an = am – n
3. Pangkat Perkalian
Jika ada bilangan berpangkat yang dipangkatkan lagi, maka pangkatnya harus dikali. Bisa
dituliskan sebagai berikut:
(am)n = am x n
(a . b)m = am . bm
Jika ada bilangan pecahan yang dipangkatkan, maka bilangan pembilang dan penyebutnya
harus dipangkatkan semua, dengan syarat b ≠ 0, artinya penyebutnya tidak boleh sama
dengan 0. Bisa dituliskan sebagai berikut:
Contoh:
6. Pangkat Negatif
Jika ada bilangan berpangkat negatif, maka nilainya sama dengan 1 per bilangan eksponen
tersebut namun pangkatnya menjadi positif. Bisa dituliskan sebagai berikut:
Contoh:
7. Pangkat Pecahan
Contoh:
8. Pangkat Nol
Jika ada bilangan yang berpangkat nol, maka hasilnya sama dengan 1 berapapun nilai
bilangan basisnya, dengan syarat bilangan basisnya tidak sama dengan 0 (a ≠ 0). Bisa
dituliskan sebagai berikut:
a0 = 1, untuk a ≠ 0
Contoh:
20 = 1
70 = 1
Selain 8 sifat eksponen yang sudah kita bahas di atas, kamu juga perlu tahu sifat dari
bilangan berpangkat jika bilangan basisnya bernilai negatif. Perhatikan gambar di bawah
ini!
Contoh:
(-2)3 = -(23)
-8 = -8
Bilangan Negatif Berpangkat Genap
Contoh:
(-2)2 = 22
(-2) x(-2) = 2 x 2
4=4
Sudah paham sifat-sifat bilangan berpangkat (eksponen)? Sekarang, saatnya kita terapkan
sifat-sifat perpangkatan ini dalam mengerjakan latihan soal! Yuk, kerjakan contoh soal
berikut ini!
Penyelesaian:
Mari kita mulai dengan bilangan asli terkecil yaitu 1. Apakah 1 merupakan bilangan prima?
Bilangan 1 hanya memiliki satu pembagi yaitu 1, sehingga 1 bukan merupakan bilangan
prima.
Bilangan 2 memiliki tepat dua pembagi yaitu 1 dan 2 (bilangan itu sendiri) sehingga 2
merupakan bilangan prima.
Contoh bilangan asli yang bukan bilangan prima adalah 6. Mengapa 6 bukan merupakan
bilangan prima?
Karena bilangan 6 memiliki lebih dari dua pembagi yaitu 1, 2, 3, dan 6 sehingga bilangan 6
bukan merupakan bilangan prima.
Contoh lainnya yaitu 10. Bilangan 10 bukan merupakan bilangan prima karena pembagi
bilangan 10 ada lebih dari dua yaitu 1, 2, 5, dan 10 (memiliki 4 faktor).
Apakah kalian dapat menyebutkan contoh lain yang merupakan bilangan prima? Coba
kalian tulis semua bilangan prima yang kurang dari 100, lalu cocokkan dengan bilangan
prima berikut.
Bilangan Prima 1 – 100
Nah, sekarang kita akan mencoba menemukan semua bilangan kurang dari 100. Perhatikan
tabel yang berisi bilangan 1 – 100 berikut.
Dari tabel tersebut, kira-kira manakah yang merupakan bilangan prima? Semua bilangan
prima kurang dari 100 merupakan bilangan yang tidak ditandai.
Sehingga semua bilangan prima kurang dari 100 yaitu 2, 3, 5, 7, 11, 13, 17, 19, 23, 29, 31, 37,
41, 43, 47, 53, 59, 61, 67, 71, 73, 79, 83, 89, dan 97.
Cara Mencari KPK dan FPB dengan Menggunakan Tabel
Cara Mencari KPK dan FPB dengan Menggunakan Tabel pada prinsipnya sama dengan Cara Mencari KPK dan FPB
dengan Pohon Faktor yaitu menentukan masing-masing faktorisasi primanyanya kemudian menggunakan aturan yang
digunakan dalam menentukan KPK dan FPB dari dua bilangan.
Adapun langkah-langkah Cara Mencari KPK dan FPB dengan Menggunakan Tabel adalah sebagai berikut.
1. Buatlah tabel untuk mencari faktorisasi prima dari bilangan yang dicari KPK dan FPB-nya.
2. Beri tanda faktor prima yang sama
Contoh Mencari KPK:
Penyelesaian:
Contoh Soal:
Tentukan FPB dan KPK dari 18 dan 45 menggunakan Tabel Perkalian!
Penyelesaian:
Pertama kita buat terlebih dahulu tabelnya: (Pembagi kita isi dengan bilangan Prima)
Pembagi 18 45
2 9 –
3 3 15
3 1 5
5 – 1
18 : 2 = 9
9:3=3
3 : 3 = 1 (jika sudah bertemu dengan angka 1, maka proses pembagian dihentikan)
……………………..
45 : 2 = – (tidak perlu ditulis karena hasilnya adalah desimal, berarti 45 tidak habis
dibagi 2)
45 : 3 = 15
15 : 3 = 5
5 : 5 = 1 (jika sudah bertemu dengan angka 1, maka proses pembagian dihentikan)
Kemudian, untuk mendapatkan FPB nya, terlebih dahulu kita lihat baris yang terisi
semua dengan bilangan. Maka ditemukan bahwa baris 3 & 4 yang bercetak
tebal merupakan baris yang terisi penuh dengan bilangan, artinya tidak ada baris
kosong dan bilangan prima tersebut habis membagi bilangan utama. Berapa
pembagi/bilangan prima nya? 3 & 3.
Maka FPB adalah 3×3 = 9
Selanjutnya, untuk mencari KPK maka kita hanya harus mengalikan semua bilangan
prima pembagi. Jadi 2x3x3x5 = 90.