Anda di halaman 1dari 18

Alat Penukar Kalor

06
Modul ke:
Dasar-dasar alat penukar kalor
Dafit Feriyanto, Ph.D

1. Jenis alat
Fakultas
penukar kalor
TEKNIK

2. Prinsip pertukaran
Program Studi
Teknik Mesin energi panas di dalam APK Daftar Pustaka

3. Tahanan termal di 4. Beda temperatur rata-


dalam APK rata di dalam APK
Dasar-dasar alat penukar kalor

Deskripsi Pokok Bahasan :

Peralatan penukar kalor sangat dibutuhkan pada banyak instalasi industri, tidak saja pada instalasi
industri energi, industri kimia, industri minyak dan gas, industri makanan, minuman, tetapi juga pada
instalasi industri manufaktur untuk keperluan proses pemanasan, pendinginan, penguapan, atau
pengembunan bagi beragam fluida.
Upaya perekayasaan untuk memperbaiki rancangannya atau performancenya bertujuan agar
peralatan penukar kalor dapat bekerja secara efektif dan efisien.

Tujuan Pembelajaran :
Setelah memahami materi yang disajikan pada modul ini anda diharapkan mampu :

 menerapkan prinsip pertukaran energy panas di dalam alat penukar kalor


 menjelaskan konsep luas permukaan perpindahan panas
 menerapkan konsep beda temperature rata-rata logaritmik
 menerapkan konsep tahanan termal alat penukar kalor
1. Jenis alat penukar kalor (shell & tube)

http://www.kamui.co.jp/english/products/shell_and_tube/shell_and_tube_img02.jpg
1. Jenis alat penukar kalor (plate)
2. Prinsip pertukaran energi panas di dalam APK
2. Prinsip pertukaran energi panas di dalam APK

Balans energi pada aliran fluida dingin :


E3 + Q = ( dE/dt ) + E4 + dq + dEf

Balans energi pd aliran fluida panas :


E1 = ( dE/dt ) + Q + E2 + dq + dEf
2. Prinsip pertukaran energi panas di dalam APK

Laju perpindahan panas, bila pada aliran Bila tidak terjadi perubahan fasa :
fluida panas terjadi perubahan fasa :
Q12 = cp ( T1 - T2 )
Q12 = h1 - h2
2. Prinsip pertukaran energi panas di dalam APK

Laju perpindahan panas, bila pada aliran Bila tidak terjadi perubahan fasa :
fluida dingin terjadi perubahan fasa :
Q34 = cp ( T4 - T3 )
Q = h4 - h 3
3. Tahanan termal di dalam APK

1 1 1 ln( d o / d i ) 1
   
UA UAo hi Ai 2kL ho Ao

q  U . A.Tm

T1  T2 T2  T1


Tm  
ln( T1 / T2 ) ln( T2 / T1 )
APK shell & tube water heater pertukaran energi panas berlangsung di
antara dua fluida kerja :
aliran fluida kerosen yang panas dan
fluida kerja air pendingin

Kerosene Panas

Air pendingin Air pendingin


Kesetimbangan energi pada aliran fluida kerosene panas

2 2
v dq dEf v
E4  h4  4  gZ 4 E3  h3  3  gZ 3
2 2

E4 Aliran Kerosene Panas E3

Qh

Pers. Kesetimbangan energi

dE
E3  Qh   E4  dq  dE f
dt Bila aliran fluida Tidak
mengalami perubahan fasa
Asumsi : Bila beda energy kinetik
Aliran stasioner : dE/dt = 0 dan beda energy potensial
System adiabatic : dq = 0
Gesekan dianggap kecil : dEf = 0
dianggap kecil Qh  c p (Thi  Tho )
Qh  h3  h4
Qh  E3  E4
Kesetimbangan energi pada aliran fluida air pendingin

Energi
Panas
Qc

Energi aliran Energi aliran


masuk, E1 dE/dt keluar, E2

2
v v
2
E1  h1  1  gZ1 E2  h2  2  gZ 2
2 dq dEf 2

Pers. Kesetimbangan energi :

dE
E1  Qc   E2  dq  dE f
dt
Asumsi :
Bila beda energy kinetik Bila aliran fluida Tidak
Aliran stasioner : dE/dt = 0
dan beda energy potensial mengalami perubahan fasa
System adiabatic : dq = 0
dianggap kecil
Gesekan dianggap kecil : dEf = 0

Qc  c p (Tco  Tci )
Qc  E2  E1 Qc  h2  h1
Sebuah APK jenis double pipe bertugas sebagai alat untuk mendinginkan 0,1 kg/s aliran minyak
pelumas panas 100 oC yang berasal dari mesin turbin gas menjadi 60 oC. (panas jenis minyak pelumas
tersebut diketahui, cp = 2131 J/kgK).
Pendinginan dilakukan dengan menggunakan media air pendingin yang dialirkan ke dalam pipa-pipa
di dalam APK tersebut. Temperatur air pendingin masuk APK diketahui sebesar 30 oC, dan laju aliran
massanya 0,2 kg/s (cp : 4178 J/kgK). Persoalannya adalah berapa besar temperatur air pendingin saat
mengalir meninggalkan APK.

Bila aliran fluida Tidak


mengalami perubahan fasa

Qh  mh c p (Thi  Tho )

Bila aliran fluida Tidak


mengalami perubahan fasa

Qc  mc c p (Tco  Tci )
Sebuah APK doble tube counter flow bekerja untuk memanaskan aliran air yang dilewatkan di dalam
tube dari 15 oC menjadi 85 oC. Proses pemanasan79,9 dilakukan
o
C dengan melewatkan aliran oil panas yang
masuk ke dalam bagian shell alat tersebut pada temperatur 160 oC. Setelah proses pemanasan
berlangsung, aliran oil tersebut keluar APK pada temperatur 100 oC. Berapa besarnya beda
temperatur rata-rata kedua fluida kerja tersebut di dalam APK.

ΔT1 = ( Thi - Tco ) = 75 oC

ΔT2 = ( Tho - Tci ) = 85 oC

T1  T2
Tm  
ln( T1 / T2 )
Aliran air yang dilewatkan di dalam tube dipanaskan dari 20 oC menjadi 70 oC di dalam sebuah APK
shell & tube. Proses pemanasan dilakukan dengan melewatkan aliran oil panas yang masuk ke dalam
bagian shell alat tersebut pada temperatur 120 oC. Setelah proses pemanasan berlangsung, aliran oil
tersebut keluar APK pada temperatur 85 oC. Berapa besarnya beda temperatur rata-rata kedua fluida
kerja tersebut di dalam APK, apabila faktor koreksinya adalah sebesar 0,87

Tm ,ST  Tm,CF .Fc

T1  T2
ΔT1 = ( Thi - Tco ) = 50 oC Tm ,CF 
ln( T1 / T2 )
ΔT2 = ( Tho - Tci ) = 65 oC
Sebuah APK double pipe perlu dirancang untuk berfungsi sebagai alat pendingin bagi aliran oli panas dari
temperatur 100oC menjadi 60oC dengan laju aliran massa 0,30 kg/s. Untuk keperluan pendinginan
tersedia aliran air pendingin yang bertemperatur 28oC dengan laju aliran massa 0,20 kg/s. Aliran oli
panas dilewatkan ke dalam pipa kecil yang berada di bagian dalam pipa yang besar, sementara itu aliran
air pendingin dilewatkan di bagian pipa yang besar (bagian annulus). Pipa kecil di bagian dalam adalah
pipa tipis berdiameter luar luar 25 mm. Koefisien perpindahan panas global di dalam alat tersebut
dianggap sama dengan 230 W/m2K. Konstanta panas oil dianggap sama dengan 2131 J/kgK, sedangkan
konstanta panas air pendingin 4178 J/kgK.

T1  T2 T1  T2


Qh = mh cph ( Thi - Tho ) Tm ,CF   Tm , PF  
ln( T1 / T2 ) ln( T1 / T2 )

Q
Q  U . A.Tm L
Qc = mc cpc ( Tco - Tci )  .d o .U .Tm
Daftar Pustaka

1) http://www.kamui.co.jp/english/products/shell_and_tube/shell_and_t
ube_img02.jpg
2) Incropera, F.P and De Witt, D.P, 1990, “Fundamentals of Heat & Mass
Transfer”, 3th ed., John Wiley & Sons, New York
3) Cengel, Yunus A. & Boles, Michael A., 2007, “Thermodynamics: An
Engineering Approach”, New York, McGraw-Hill
4) Arthur P. Fraas, 1989, “Heat Exchanger Design Handbook”, 2nd edition,
John Wiley & Sons, New York
5. Chandrasa Soekardi, Prof.Dr.Ir , Modul Ajar Perpindahan Panas,
Universitas Mercu Buana, Jakarta
Terima Kasih
Dafit Feriyanto, Ph.D

Anda mungkin juga menyukai