Alat Penukar
Kalor
Perpindahan Panas Radiasi
Abstract Kompetensi
Perpindahan panas radiasi merupakan salah Mahasiswa mampu :
satu mekanisme perpindahan panas yang
banyak ditemui pada beragam mesin termal - menjelaskan konsep radiasi termal
yang bekerja dengan kondisi temperatur - menjelaskan konsep perpindahan panas
tinggi, seperti pada : mesin turbin gas, radiasi
motor bakar torak, mesin turbin uap. - menerapkan prinsip perpindahan panas
Materi yang disajikan pada modul ini kombinasi radiasi, konveksi, konduksi
bertujuan untuk memberikan pemahaman
tentang prinsip dasar proses perpindahan
energi panas secara radiasi, di samping juga
memberikan gambaran tentang bagaimana
cara menerapkan konsep tersebut.
Perpindahan Panas Radiasi
Latar Belakang
Perpindahan panas radiasi merupakan salah satu mekanisme perpindahan panas yang
banyak ditemui pada beragam mesin termal yang bekerja dengan kondisi temperatur tinggi,
seperti misalnya yang terjadi pada : mesin turbin gas, motor bakar torak, mesin turbin uap,
dan lain-lain. Namun demikian mekanisme perpindahan panas radiasi ini yang terjadi pada
beragam mesin-mesin termal seringkali berlangsung berbarengan dengan jenis perpindahan
panas lainnya, yaitu : perpindahan panas konveksi dan perpindahan panas konduksi. Pada
umumnya pada mesin-mesin termal yang bekerja dengan temperatur tinggi perpindahan
panas radiasi lebih dominan dibandingkan dengan perpindahan panas konveksi ataupun
konduksi. Sedangkan pada sistem-sitem termal yang bekerja dengan temperatur yang tidak
terlalu tinggi biasanya perpindahan panas radiasi dapat diabaikan.
Energi panas bahan bakar yang dihasilkan dari proses pembakaran pada kebanyakan
mesin termal kemudian dikonversikan tidak saja secara konveksi dan konduksi tetapi juga
melalui perpindahan panas radiasi menjadi berbagai bentuk energi lain sesuai dengan
keperluan pemanfaatannya. Agar mesin-mesin termal dapat memberikan performance yang
lebih optimal sehingga dapat berkontribusi pada upaya-upaya penghematan energi maka
diperlukan langkah-langkah perekayasaan. Dan untuk dapat memberikan kontribusi
terhadap langkh-langkah tersebut maka pemahaman yang mantap tentang konsep
perpindahan panas radiasi merupakan modal yang sangat berharga.
Materi yang disajikan pada modul ini bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang
prinsip dasar proses perpindahan energi panas secara radiasi, di samping juga memberikan
gambaran tentang bagaimana cara menerapkan konsep tersebut.
Tujuan Pembelajaran
Setelah memahami materi yang disajikan pada modul ini diharapkan anda mampu :
Pada bagian pertama modul ini akan dibahas secara umum tentang konsep radiasi termal
yang sangat berkaitan dengan mekanisme perpindahan energi panas secara radiasi.
Kemudian pada bagian yang kedua dari modul ini kepada anda akan diberikan gambaran
tentang konsep perpindahan panas radiasi, beserta beberapa penerapan praktisnya.
Sedangkan pada bagian akhir dibahas perpindahan panas kombinasi radiasi, konveksi,
konduksi serta penerapannya pada beberapa studi kasus.
Berbeda dengan proses perpindahan panas konduksi dan konveksi yang memerlukan
perantaraan bahan atau material tertentu, proses perpindahan energi panas radiasi
(pancaran energy panas, atau radiasi termal) dapat terjadi melalui media vacuum.
Setiap benda yang memiliki temperatur tertentu mampu memancarkan energi panas, dan
besarnya energi panas yang dipancarkannya bergantung kepada temperatur, luas
Pada konsep perpindahan panas radiasi dikenal dua kelompok benda. Ada yang termasuk
ke dalam kelompok yang dinamakan dengan nama “benda hitam”, ada yang lain yang
termasuk ke dalam kelompok “benda abu-abu.
Benda yang termasuk ke dalam kelompok “benda hitam” memiliki ciri permukaannya mampu
memancarkan radiasi termal secara maksimum. Sedangkan pada “benda abu-abu”
pancaran radiasi termal yang mampu dipancarkan oleh permukaan benda tidak maksimum,
tetapi hanya sebahagian saja dari kemampuan maksimumnya, misalnya hanya 60% saja
dari maksimum radiasi termal yang seharusnya mampu dipancarkan oleh permukaannya.
“benda hitam” atau biasa juga dinamakan sebagai benda “radiator ideal” memiliki emisivitas
radiasi termal maksimum, artinya kemampuan memancarkan radiasi panasnya adalah
100%. Dalam pengertian ini, benda semacam ini dikatakan memiliki engka emisivitas
sebesar satu.
Sedangkan bagi benda yang termasuk kelompok “benda abu-abu” angka emisivitasnya lebih
kecil dari satu, ada yang hanya memiliki emisivitas sebesar 0,6 atau ada juga yang memiliki
emisivitas sebesar 0,7 dan lain-lain, bergantung kepada karakteristik dan sifat permukaan
benda.
Bagi benda yang termasuk kelompok “benda hitam”, karena memiliki emisivitas maksimum
sebesar satu maka laju pancaran energi panas yang diradiasikan dapat diperkirakan
besarnya menggunakan persamaan :
Qr AT 4 (7.1)
Dengan,
Sementara itu benda-benda riil, atau yang aktual yang biasa kita temui sehari-hari biasanya
memiliki emisivitas termal (ϵ ) yang harganya lebih kecil dari satu, yaitu harga emisivitasnya
berada pada angka tertentu di antara 0 dan 1.
Bagi benda-benda seperti itu maka laju pancaran energi panas yang diradiasikan dapat
diperkirakan besarnya menggunakan persamaan :
Qr AT 4 (7.2)
Pada kasus yang lain, apabila sebuah benda dengan emisivitas radiasi ϵ1 bertemperatur
tertentu (T1) dan memiliki luas permukaan A1 berada di dalam sebuah sistem lain yang lebih
besar dengan temperatur yang berbeda (T2) di mana T1 lebih tinggi daripada T2 maka laju
pertukaran energi panas secara radiasi di antara kedua permukaan tersebut dapat
diperkirakan besarnya melalui persamaan :
Qr 1A1 (T1 T2 )
4 4
(7.3)
Contoh penerapan 1 :
Sebuah pelat hitam (A) bertemperatur 800 oC memiliki panjang 50 cm dan lebar 60 cm,
berhadapan dengan pelat hitam (B) yang bertemperatur 300 oC dan memiliki panjang 30 cm
dan lebar 80 cm. perkirakan berapa besar laju radiasi panas yang dipancarkan diantara
kedua permukaan tersebut.
Pembahasan :
Pelat hitam (A) bertemperatur 800 oC lebih tinggi daripada temperatur pelat hitam (B) yang
bertemperatur 300 oC, sehingga pancaran radiasi panas berlangsung dari pelat hitam A ke
pelat hitam C, dan laju pertukaran energi panas secara radiasinya dapat diperkirakan
besarnya melalui persamaan :
Qr AAA (TA TB )
4 4
Di mana :
Maka besarnya laju radiasi panas yang dipancarkan di antara kedua permukaan tersebut
adalah :
Artinya : dalam persoalan tersebut, dengan kondisi termal seperti di atas, setiap satu detik
dipancarkan sejumlah energi panas sebesar 20,7 kilo Joule dari pelat A ke pelat B.
Untuk membahas tentang perpindahan panas kombinasi antara radiasi dengan mekanisme
perpindahan panas lainnya, yaitu perpindahan panas konveksi dan konduksi, maka marilah
kita tinjau dan bahas persoalan sederhana seperti di bawah ini.
Contoh penerapan 2
Sebuah pipa baja berdiameter 5 cm panjang 2 m di dalamnya mengalir uap panas. Pipa
terpasang secara horizontal dan permukaan luarnya bertemperatur 50 oC dan memiliki
emisivitas 80%. Pipa tersebut berada di dalam sebuah ruangan di mana di dalamnya udara
dan dinding ruangan bertemperatur sama 20 oC. koefisien perpindahan konveksi bagi udara
yang mengalir perlahan di dalam ruangan 6,5 W/m2K.
Pembahasan :
Diketahui :
a. Pertama-tama di sini kita akan menghitung besarnya laju perpindahan energi panas
yang ditransmisikan secara konveksi dari permukaan pipa ke udara di sekitarnya.
Besarnya laju perpindahan panas konveksi dari permukaan pipa ke udara di
sekitarnya dapat dihitung melalui persamaan :
Qh hu Ao (Two Tu )
hu = 6,5 W/m2K
Two = 50 oC = ( 50 + 273 ) K
Tu = 20 oC = ( 20 + 273 ) K
besarnya Qh di atas.
Qr 1A1 (T1 T2 )
4 4
Di mana :
ϵ1 = 0,8
T1 = Two = 50 oC = ( 50 + 273 ) K
T2 = Tu = 20 oC = ( 20 + 273 ) K
c. Kemudian, laju perpindahan panas total adalah jumlah kedua laju perpindahan
panas di atas, yaitu :
Qtot = Qh + Qr
Contoh penerapan 3 :
Sebuah dinding tanur berukuran 3m x 2m tebal 20 cm terbuat dari batu tahan api memiliki
konduktivitas termal 1,7 W/mK, di mana skema sederhananya seperti yang diberikan pada
gambar 7.4. Temperatur permukaan sebelah kanan 300 oC, dan emisivitas radiasi 80%
berhadapan dengan udara yang bertemperatur 30 oC yang memiliki koefisien perpindahan
panas konveksi bebas 18 W/m2K dan sebuah dinding batas yang juga bertemperatur sama
dengan temperatur udara tersebut.
a. laju perpindahan panas konveksi dari permukaan sebelah kanan dinding ke udara di
sekitarnya
b. laju perpindahan panas radiasi dari permukaan sebelah kanan dinding ke dinding
batas yang berada di sebelah kanannya
c. laju perpindahan panas total dari permukaan sebelah kanan dinding ke udara dan
dinding batas di sekitarnya
d. temperatur rata-rata permukaan dinding tanur sebelah kiri
e. temperatur rata-rata gas panas yang ada di sebelah kiri dinding tanur
Gambar 7.4. Perpindahan panas kombinasi pada sistem tanur bertemperatur tinggi
Diketahui :
a. laju perpindahan panas konveksi dari permukaan sebelah kanan dinding ke udara di
sekitarnya dapat dihitung menggunakan persamaan :
Qh hu Ao (Two Tu )
b. kemudian, laju perpindahan panas radiasi dari permukaan sebelah kanan dinding ke
dinding batas yang berada di sebelah kanannya dapat dihitung menggunakan
persamaan :
Qr 1A1 (T1 T2 )
4 4
Di mana :
ϵ1 = 0,8
T1 = Two = 300 oC
c. kemudian, laju perpindahan panas total dari permukaan sebelah kanan dinding ke
udara dan dinding batas di sekitarnya adalah jumlah dari Qh + Qr di atas
e. Sementara itu, temperatur rata-rata gas panas yang ada di sebelah kiri dinding tanur
dapat dihitung dengan menerapkan prinsip perpindahan panas konveksi dari gas
panas ke permukaan dinding tanur sebelah kiri.
Ringkasan
Pada modul ini anda telah mempelajari konsep radiasi termal dan konsep perpindahan
panas radiasi. Setelah itu anda juga telah memperoleh gambaran bagaimana menerapkan
konsep-konsep tersebut untuk mengevaluasi laju perpindahan panas radiasi pada sistem
termal tertentu dengan kondisi termal yang tertentu pula. Anda juga telah mempelajari
prinsip perpindahan panas kombinasi antara radiasi dan konveksi, serta bagaimana
menerapkannya untuk memprediksi performance sistem termal tertentu.
1. http://2.bp.blogspot.com/_pf3TRZw0820/TCWa89OXUWI/AAAAAAAAAII/5Xnj98mtApg/s1600
/heat-transmittance-means.jpg
2. Incropera, F.P and De Witt, D.P, 1990, “Fundamentals of Heat & Mass Transfer”, 3th ed.,
John Wiley & Sons, New York
3. Cengel, Yunus A. & Boles, Michael A., 2007, “Thermodynamics: An Engineering Approach”,
New York, McGraw-Hill
4. Arthur P. Fraas, 1989, “Heat Exchanger Design Handbook”, 2nd edition, John Wiley & Sons,
New York