Anda di halaman 1dari 17

TANGGUNG

JAWAB HUKUM
Dosen Pengampu : Selvia Eka Aristantia, S.A., M
Our Team
1 2 3
08010220006 08010220024 08010220026
NAHDIYA ANFA
CHUSNUL CHOTIMAH NUR DINI AMALIYAH
TASKIYA

4 5
08010220030 08010220032

PUTRI NURUL NAFISA SINDI PUSPITA RINI


Tanggung jawab hukum seorang akuntan publik lazimnya berkenaan dengan
dengan perikatan asurans, khususnya perikatan audit. Namun, KAP yang memberikan
jasa nir-asurans seperti konsultasi perpajakan, juga berpotensi menghadapi tuntutan
hukum.
Penyebab akuntan publik berhadapan dengan tuntutan hukum ialah
ketidakpatuhan atau pelanggaran undang-undang. Undang-undang yang dilanggar
bisa undang-undang negara lain. Contoh, seorang akuntan publik yang terlibat dalam
penyuapan penjabat Indonesia dalam “menangani” masalah perpajakan, bisa terkena
FCPA (Foreign Corrupt Practices Act). Perbuatan dilakukan di Indonesia, mengenai
urusan pajak Indonesia, melibatkan pejabat pajak Indonesia, untuk “keuntungan”
perseroan Indonesia. Namun, perseroan Indonesia ini adalah anak perusahaan dari
induk perusahaan yang surat berharganya (saham, obligasi, dll) diperdagangkan atau
di catat di pasar modal Amerika.
Penyebab lain mengapa akuntan publik
berhadapan dengan tuntutan hukum, adalah
karena ia merupakan sasaran empuk untuk
tuntutan ganti rugi. Khususnya jaringan kantor
akuntan global dan internasional yang
melindungi diri mereka dengan asuransi atau
pertanggungan professional atau professional
indemnity insurance (PII).
1
ROSC :
Temuan PPAJP
You can enter a subtitle here if you need it
Laporan bank dunia (Report the Observance off Standards and Codes tahun
2010, disingkat ROSC 2010) Tentang accounting and Auditing membuat catatan
tentang kualitas akuntan publik di Indonesia
ROSC 2012 melibatkan berbagai pemangku kepentingan di bidang akuntansi
dan audit di Indonesia. ROSC tersebut menyebutkan tingkat kesesuaian dengan
standart audit yang berbeda diantara Kantor Akuntan Publik dengan ukuran yang
berbeda. KAP kecil biasanya lebih sulit menerapkan pengendalian mutu karena
keterbatasan sumber daya
KAP besar yang berafiliasi dengan the big four, dianggap mampu memenuhi
standar internasional namun ada beberapa kasus dimana pengendalian mutu juga
tidak diterapkan dengan baik, karena proses audit lebih banyak dilakukan oleh
akuntan junior.
ROSC 2010 tersebut berisi wawancara dengan PPAJP pada Kementerian
Keuangan. PPAJP menemukan bahwa dari KAP yang ada ( lebih dari 400 ), hanya
sedikit yang mampu memenuhi standart audit dengan baik. Ada kesenjangan
dalam kepatuhan terhadap standart (compliance gap) seperti berikut ini;
1) Banyak auditor tidak melakukan audit planning dengan baik
2) Banyak dokumentasi yang diperlukan tidak disiapkan. Bahkan, meskipun proses
audit dilakukan benar, dokumentasi yang seharusnya mendukung hasil audit
tersebut, tidak lengkap
3) Banyak auditor tidak berupaya mendeteksi manipulasi (Fraud)
4) Banyak auditor tidak memeriksa asumsi going concern yang digunakan oleh
manajemen
5) Banyak auditor tidak menerapkan prosedur untuk mengenal, menilai, dan
menanggapi resiko salah saji material, misalnya yang timbul akibat hubungan
istimewa (related party transactions)
6) Auditor sering kali menerima begitu saja penilaian manajemen
7) Auditor juga sering menerima begitu saja penilaian auditor lain.
2
Litigation
Culture
Istilah budaya tuntut-menuntut atau budaya litigasi diterjemahkan dari
Bahasa inggris, “litigation culture”. Masyarakat dengan “budaya” seperti itu disebut
litigious society. Meskipun banyak orang tidak setuju dengan istilah “budaya”
dalam frasa “budaya litigasi” atau “budaya korupsi”.
Pada bagian ini akan mengutip pendapat pakar-pakar dari tiga bangsa yang
berbeda, mengenai apakah masyarakatnya litigious society, dan mengapa atau
mengapa tidak.
* Penjelasan pakar Amerika Serikat
Pakar ini menekankan empath al sebagai berikut :
a) Kehebatan sistem hukum di negaranya dengan tiga adjectiva : accessible,
predictable, and not corrupt!
b) Keyakinan orang Amerika pada umumnya, yaitu : hormati aturan!
c) Ia menganggap tuntut-menuntut adalah budaya
d) Masyarakat merangkul bukum untuk menyelesaikan masalah diantara mereka
* Penjelasan pakar inggris
Pakar ini menekankan tiga hal berikut ini ;
a) Pihak yang kalah wajib membayar fee untuk dirinya dan untuk pihak yang
menang. Singkatnya, legal fee (dan beban terkait) sangat mahal. Hal ini menjadi
penghalang (deterrent) seseorang yang benar sekalipun, untuk menuntut.
b) Jika kasusnya berat, dan ada risiko besar untuk kalah pihak yang benar sekalipun
memilih untuk tidak menuntut
c) Sistem di UK sendiri tidak mendukung (discourages) tuntutan yang remeh-remeh
 
 
* Penjelasan pakar Jepang
Pakar ini menjelaskan sebagai berikut ;
a) bukan masyarakat yang suka litigasi
b) Pertama, sifat orang Jepang pada umumnya, menghindari konfrontasi dan tidak
suka masalah internal di buka kepada public dan diselesaikan “orang luar”
(pengacara, penuntut umum, hakim, pengadilan)
c) Kedua, masalah sistemis dengan prosedur hukum peradata dan hukum dagang
yang dikritik sebagai tidak efisien dalam artian waktu. Bahkan, dalam bagian lain
dari tulisan mereka, mereka menyatakan bahwa pengacara Jepang sangat
kesulitan menyakinkan klien mereka melakukan tuntutan hukum, sekalipun
peluang untuk memenangkan perkaranya sangat tinggi
3
SRS
Tanggung Jawab
Hukum
SRO (Self Regulating Organization) dan SRS ( Self Regulating System) adalah
salah satu ciri organisasi professional. Dengan SRS profesi mengeluarkan aturan-
aturan internal seperti kode etik, standar pengendalian mutu, standar audit dan
asurans, pengembangan professional berkelanjutan dan seterusnya.
Namun, perikatan KAP, baik asurans maupun nir-asurans dilakukan dengan
pihak lain yang tidak berkaitan dengan profesi. Dalam melaksanakan perikatan
ini, KAP ( rekan/partner dan stafnya) berpotensi membuat kekeliruan, baik
dengan sengaja maupun yang tidak sengaja, yang dapat merugikan pihak-pihak
lain.
Pihak-pihak yang merasa dirugikan, dapat menyeret ke “meja hijau”.
1) Rekan KAP yang memimpin penugasan (partner-in charge);
2) Rekan lain (misalnya yang melakukan concurring review dalam rangka kendali
mutu);
3) Staff pada jenjang yang tinggi (misalnya audit manager)
4) Pimpinan KAP (CEO/managing partner, umumnya pada KAP yang tidak terlalu
besar); dan atau
5) KAP itu sendiri (sebagai partnership, biasanya KAP besar)
Istilah “meja hijau” digunakan dalam arti seluas-luasnya, bisa :
 Di dalam pengadilan maupun di luar pengadilan (misalnya arbitrage) atau di
“pengadilan” profesi
 Di pengadilan pun bisa bermacam – macam, seperti pengadilan perdata (dalam
tuntutan ganti rugi), pengadilan pidana, pengadilan administratif (misalnya oleh
PPAJP, SEC atau PJK, PCAOB, atau BPK untuk KAP yang memeriksa untuk dan
atas nama BPK);
 Di pengadilan Indonesia atau luar Indonesia. Contoh di luar Indonesia, kasus-
kasus Foreign Corrupt Practices Act yang ditangani DOJ (Department Of Justice)
atau SEC di Amerika Serikat berkenaan dengan kasus pajak yang ditangani rekan
di bidang perpajakan (tax partner) dari KAP Indonesia. Atau, jika ada gagal audit
pada perusahaan yang menjual atau mencatat surat berharganya di bursa diluar
negeri (misalnya Wall Street). Kasus FCPA yang menyangkut partner Indonesia,
sudah ada. kasus dipasar modal luar negeri, belum ada.
Jika ada beberapa pengadilan yang menangani kasus yang dihadapi akuntan
publik, pengadilan mana yang berhak lebih dulu? Jawaban atas pertanyaan ini
tergantung pada :
a) Ketentuan hukum yang berlaku di yurisdiksi yang bersangkutan (misalnya kasus
Satyam di pengadilan profesi di India, pengadilan pidana di Indonesia, pengadilan
administrasi di U.S SEC., dan pengadilan perdata di New York);
b) Siapa yang menemukan kasus tersebut, misalnya PPAJP di Indonesia, PCAOB untuk
emitmen yang tercatat di pasar modal Amerika Serikat yang berdomisili dimana
saja. Atau, jika manipulasi terungkap karena pengakuan pimpinan perusahaan,
dimana pengakuan dibuat.
c) “kelincahan” pengadilan professional setempat, yang seringkali membatasi
pemeriksaan sebatas pelanggaran kode etik dan sanksinya sebatas peringatan,
teguran, larangan praktik dalam jangka waktu tertentu atau larangan praktik
seumur hidup.
Thank You
FOR YOUR ATTENTION

Anda mungkin juga menyukai