OLEH: KELOMPOK 2
AKUNTANSI F MALAM
1
tentang proses dan besarnya aset para kreditor yang berhasil
dipulihkan dalam upaya Deloitte & Touche yang sudah berjalan 14
tahun. Deloitte & Touche selaku likuidator mengajukan tuntutan
terhadap Price Waterhouse dan Ernst & Young yang merupakan
auditor dari BCCI. Tuntutan ini diselesaikan dalam tahun 1998
sebesar $175 juta. Deloitte & Touche juga mengajukan tuntutan
terhadap Emir dari Abu Dhabi, pemegang saham besar BCCI, untuk
sekitar $400 juta di tahun 1999. Kreditor BCCI mengajukan tuntutan
sekitar $I miliar kepada Bank of England. Dengan perjuangan mati-
matian selama sembilan tahun, karena aturan kekebalan bank sentral,
kasus ini ke pengadilan tahun 2004. Namun, dalam bulan November
2005 Deloitte menggugurkan tuntutannya terhadap Bank of England,
dengan alasan hal itu bertentangan dengan kepentingan para kreditor.
Sampai saat ini (2005), Deloitte & Touche berhasil memulihkan 90%
kerugian yang dialami para kreditor. Pada awal proses likuidasi,
pemulihan aset diperkirakan hanya akan mencapai 5% sampai 10%.
Pemerintah R.I. mempunyai pengalaman dalam upaya pemulihan
aset yang disembunyikan di luar negeri. Mantan Jaksa Agung Abdul
Rahman Saleh menulis pengalamannya sebagai berikut “Walaupun
saya baru beberapa bulan di Kejagung, ada seseorang pengacara
(lawyer) dari AS menawarkan jasa untuk melacak harta Pak Harto.
Dari track record-nya saya lihat dia mempunyai reputasi untuk itu.
Akan tetapi, dana kita terbatas, tidak mungkin bisa membayar dia.
Saya mengajukan penawaran bahwa biaya dibayar berdasar
persentase dana yang berhasil ditarik. Akan tetapi, dia menghendaki
agar fee dikeluarkan bertahap berdasarkan progres penyelidikan yang
dilakukan. Dia memasangang angka 1 juta dolar sebagai acuan. Jadi,
kalau dana penyelidikan yang dia lakukan sudah mencapai 1 juta
dolar, kita bayar. Proposal dia ini masuk akal juga. Cuma kita
menghendaki lain, kalau memang sama-sama yakin bahwa dana
Soeharto ada, buktikan dulu baru kemudian kita bayar berdasar
persentase tertentu atas dana tersebut. Karana tidak tercapai
2
kesepakatan, akhirnya kami batal menggunakan jasa pengacara
Amerika itu”.
Inilah tantangan besar yang dihadapi akuntan forensik Indonesia.
Setiap tahun kita melihat laporan berbagai lembaga mengenai aset
negara yang berhasil diselamatkan. Jumlahnya cukup besar. Namun,
masih relatif kecil dibandingkan dengan seluruh kerugian keuangan
negara dan kerugian negara karena perbuatan melawan hukum.
B. Expert Witness
Pemberian jasa forensik berupa penampilan Ahli (expert witness)
di pengadilan negara-negara Anglo Saxon begitu lazim, sehingga
seorang praktisi menulis:
“Technically, the term "forensic accounting" means preparing an
expert witness accountant for litigation as part of a team
representing either the prosecution or defense in a matter relating to
a fraudulent activity. Over time, however, the term "Jorensic
accounting" has also become synonymous with investigative
accounting procedures”.
(Secara teknis, "akuntansi forensik" berarti menyiapkan seorang
akuntan menjadi saksi ahli dalam litigasi, sebagai bagian dari tim
penuntut umum atau pembela dalam perkara yang berkenaan dengan
fraud. Namun, dalam perkembangan selanjutnya istilah "akuntansi
forensik" bermakna sama dengan prosedur akuntansi investigatif).
Masalah yang timbul dalam penggunaan akuntan forensik sebagai
Ahli di persidangan, khususnya dalam tindak pidana korupsi, adalah
kompetensi dan independensi. Masalah kompetensi dan independensi
sering dipertanyakan tim pembela atau pengacara terhadap akuntan
forensik yang membantu penuntut umum. Sebaliknya, tidak ada
pertanyaan mengenai kompetensi dan independensi akuntan forensik
yang membantu tim pembela (pengacara). Bagaimana pengadilan
bisa menerima pendapat, kesimpulan atau keterangan saksi ahli di
sidang pengadilan? Atau, bagaimana pengadian menguji teori, teknik
3
atau metode yang digunakan saksi ahli untuk merumuskan
pendapatnya?
Di Amerika Serikat, ada persyaratan yang harus dipenuhi agar
pengetahuan tertentu dapat digunakan sebagai dasar untuk keterangan
saksi ahli. Saksi ahli yang memenuhi kualifikasi karena memiliki
pengetahuan, keterampilan, pengalaman, pelatihan, atau pendidikan
ilmiah diperkenankan memberikan keterangan atau pendapat jika:
1) Keterangan atau pendapatnya didasarkan atas fakta atau
data yang cukup .
2) Keterangan atau pendapatnya merupakan hasil dari prinsip
dan metode yang andal.
3) Saksi ahli sudah menerapkan prinsip dan metode dengan
benar pada fakta dalam kasus yang di hadapi.
Kata kunci dalam aturan di Amerika Serikat adalah prinsip dan
metode yang andal (reliable principles and methods). Frasa ini
menjadi standar umum untuk apa yang diterima sebagai keterangan
saksi ahli.
Dalam kasus yang dikenal sebagai Daubert case, Mahkamah
Agung (Supreme Court) menginterpretasikan bahwa kondisi berikut
dipenuhi:
1) Teknik atau teori sudah diuji secara ilmiah.
2) Teknik atau teori sudah dipublikasi dalam majalah ilmiah di
mana sesama rekan dapat menelaahnya (peer-reviewed
scientijfic journal).
3) Tingkat kesalahan dalam menerapkan teknik tersebut dapat
ditaksir dengan memadai atau diketahui.
4) Teknik atau teori sudah diterima dalam masyarakat atau
asosiasi ilmuwan terkait.
Mahkamah Agung tidak bermaksud untuk menerapkan semua
butir di atas pada semua kasus. Butir-butir di atas dikenal sebagai
Daubert test. Hal yang dikehendaki adalah bahwa butir-butir yang
relevan harus diterapkan secara kasus per kasus. Butir-butir tersebut
4
juga tidak perlu diterapkan secara ketat untuk semua jenis
keterangan saksi ahli. Hal terpenting adalah butir-butir tersebut
diterapkan seketat mungkin dalam kasus yang dihadapi.
Ada kriteria lain, yang dikenal sebagai Frye test. Frye test lebih
dulu dikenal daripada Daubert test. Di beberapa pengadilan negara
bagian, Frye test masih diterapkan. Frye test hanya mensyaratkan
bahwa keterangan saksi ahli didasarkan pada prinsip atau metode
yang sudah diterima oleh masyarakat atau asosiasi ilmuwan terkait.
Penerapan Daubert test dan Frye test bervariasi dari satu
yurisdiksi ke yurisdiksi yang lain. Semua pengadilan Federal dan
beberapa pengadilan negara bagian menerapkan Daubert test .
Pengadilan negara bagian lainnya menerapkan Frye test saja,
kombinasi dari Frye test dan Daubert test, atau tes lainnya.
Masing-masing yurisdiksi umumnya tidak mendaftarkan para ahli
yang disetujui pengadilan (court-approved experts). Secara umum,
setiap saksi ahli harus diterima (melalui proses persidangan yang
dijelaskan di atas) sebagai ahli dalam setiap kasus di mana ia
bersaksi. Oleh karena itulah, akuntan forensik harus siap, kalau
pengadilan menerapkan Daubert test kepadanya. Itu berarti, sidang
pengadilan (khususnya pihak lawan) bukan saja menanyakan
keahlian profesional dari saksi ahli yang dihadirkan, tetapi juga
teknik, teori, dan metode yang digunakannya untuk merumuskan
pendapat atau keterangan ahlinya.
5
Mereka menambahkan bahwa, dalam penggunaan sehari-hari
litigation support merupakan istilah yang paling luas dan mencakup
keempat istilah lainnya. Dalam makna ini, segala sesuatu yang dilakukan
dalam akuntansi forensik, bersifat dukungan untuk kegiatan litigasi
(litigation support).
Bologna dan Lindquist melanjutkan, bahwa para akuntan tradisional
masih ingin membedakan pengertian fraud auditing dan forensic
accounting. Menurut kelompok akuntan ini, fraud auditing berurusan
dengan pendekatan dan metodologi yang bersifat proakif untuk meneliti
fraud; artinya, audit ini ditujukan kepada pencarian bukti terjadinya fraud.
Tentunya bukti disini adalah bukti yang akan dipakai di pengadilan.
Sedangkan akuntan forensik baru dipanggil ketika bukti-bukti terkumpul
atau ketika kecurigaan (suspicion) naik permukaan melalui tuduhan
(allegation), keluhan (complaint), temuan (discovery), atau tip-of dari
whistleblower.
Bologna dan Lindquist tidak menyentuh istilah valuation analysis.
Analisis ini berhubungan dengan akuntansi atau unsur hitung-hitungan.
Pihak-pihak yang bersengketa dalam urusan bisnis dapat meminta satu
pihak membeli seluruh saham pihak lainnya atau mereka dapat
menyepakati bahwa pembeli akhirnya adalah penawar yang mengajukan
harga tertinggi. Ini adalah valuation analysis. Itulah gambaran umum
mengenal lingkup akuntansi forensik di sektor swasta atau sektor bisnis.
Brosur dari salah satu kantor akuntan peringkat teratas (the Big Four)
yang beroperasi di Asia Tenggara memerinci forensic services (jasa-jasa
di bidang forensik). Jasa-jasa forensik yang digambarkan dengan istilah
yang tidak selalu akrab di telinga kita. Kadang-kadang suatu istilah lebih
mudah dipahami dalam bahasa Inggris daripada terjemahannya ke dalam
bahasa Indonesia, seperti dalam hal whiskeblower hotlime.
Deloitte-Forensic Services
No Forensic Services Jasa-jasa di Bidang Forensik
.
1 Fraud & Financial Investigasi keuangan dan fraud
6
Investigations
2 Analytic & Forensic Technology Teknologi analitik dan forensik
3 Fraud Risk Management Manajemen risiko terhadap
fraud
4 FCPA Reviews and FCPA- review dan investigasi
Investigations
5 Anti Money Laundering Services Jasa pencegahan pencucian uang
6 Whistleblower Hotline Whistleblower Hotline
7 Litigation Support Dukungan dalam litigasi
8 Intellectual Property Protection Perlindungan hak intelektual
9 Client Training Pelatihan bagi klien di bidang
forensik
10 Business Intelligence Services Jasa inteligen bisnis
Berikut ini adalah penjelasan singkat dari beberapa jasa forensik, yaitu:
1) Analytic Forensic Technology. Ini adalah jasa-jasa yang dikenal
sebagai computer forensics, seperti data imaging (termasuk
memulihkan kembali data komputer yang hilang atau dihilangkan)
dan data mining. Beberapa perangkat Junak ini dilindungi hak cipta,
seperti DTect.
2) Fraud Risk Management. Serupa dengan FOSA dan COSA.
Beberapa peralatan analisisnya terdiri atas perangkat lunak ini
dilindungi hak cipta, seperti Tip-Ofs Anonymous", DTermine", dan
DTect".
3) FCPA Reviews and Investigations. FCPA adalah undang-undang di
Amerika Serikat yang memberikan sanksi hukum kepada entitas
tertentu atau pelakunya (agent) yang menyuap pejabat atau
penyelenggara negara di luar wilayah Amerika Serikat. FCPA
Reviews serupa dengan FOSA, namun orientasinya adalah pada
potensi pelanggaran terhadap FCPA. FCPA Investigations
merupakan jasa investigasi ketika pelanggaran terhadap FCPA sudah
terjadi.
7
4) Anti Money Laundering Services-Money laundering (pencucian
uang) dan anti money laundering (pencegahan pencucian uang). Jasa
yang diberikan kantor akuntan ini serupa dengan FOSA, namun
orientasinya adalah pada potensi pelanggaran terhadap undang-
undang pemberantasan pencucian uang.
5) Whistleblower Hotline. Banyak fraud terungkap karena
whistleblower memberikan informasi (tip of) secara diam-diam atau
tersembunyi (anonymous) tentang fraud yang sudah atau sedang
berlangsung. Kantor akuntan ini menggunakan perangkat lunak yang
dilindungi hak cipta (Tip Ofs Anonymous").
6) Business Intelligence Services. Istilah intelligence memberi kesan
bahwa kantor akuntan memberikan jasa mata-mata atau melakukan
pekerjaan detektif. Hal yang dilakukan adalah pemeriksaan latar
belakang (background check) seseorang atau entitas. Jasa ini
diperlukan oleh perusahaan yang akan melakukan akuisisi, merger,
atau menanamkan uangnya pada perusahaan lain; ini adalah bagian
jasa yang dikenal sebagai due diligence. Jasa intelligence juga
bermanfaat dalam menciptakan kesadaran mengenai siapa pelanggan
kita. Jasa intelligence juga berguna dalam rangka merekrut orang
untuk jabatan yang memerlukan kejujuran dan integritas.
Dari penjelasan mengenai jasa-jasa forensik yang diberikan the Big
Four di atas, kita mendapatkan kesan bahwa jasa tersebut seharusnya
diberikan oleh seseorang yang pempelajari dan mempraktikkan ilmu
kepolisian (police sciences). Memang, the Big banyak mempekerjakan
mantan anggota kepolisian seperti dari Scottland Yard, federal bureau of
investigation (FBI) dan lembaga lainnya. Oleh karena itu juga, jasa-jasa
forensik yang dibahas di atas sering diberikan oleh perusahaan di bidang
sekuriti seperti Kroll, Pinkerton, Interclaim dan oleh firma hukum (law
firms). Rekan dan staf di firma hukum sering kali berasal dari lembaga
penegakan hukum seperti kepolisian, kejaksaan, kehakiman, SEC,
otoritas jasa keuangan (financial services authority), dan lembaga di
bidang pencegahan atau pemberantasan pencucian uang seperti Austrac,
8
the Australian Transaction Report and Analysis centre (Semacam
PPATK (Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan).
B. Praktik Di Sektor Pemerintahan
Di sektor publik (pemerintahan), praktik akuntan forensik serupa
dengan apa yang digambarkan di atas, yakni pada sektor swasta.
Perbedaannya adalah bahwa tahap-tahap dalam seluruh rangkaian
akuntansi forensik terbagi-bagi di antara berbagai lembaga. Ada lembaga
yang melakukan pemeriksaan keuangan negara, ada beberapa lembaga
yang merupakan bagian dari pengawasan internal pemerintahan, ada
lembaga-lembaga pengadilan, ada lembaga yang menunjang kegiatan
memerangi kejahatan pada umumnya, dan korupsi khususnya (seperti
PPATK), dan lembaga-lembaga lainnya seperti KPK. Juga ada lembaga
swadaya masyarakat yang berfungsi sebagai pressure group.
Masing-masing lembaga tersebut mempunyai mandat dan wewenang
yang diatur dalam konstitusi, undang-undang atau ketentuan lainnya.
Mandat dan wewenang ini akan mewarnai lingkup akuntansi forensik
yang diterapkan. Di samping itu keadaan politik dan macam-macam
kondisi lain akan memengaruhi lingkup akuntansi forensik yang
diterapkan, termasuk pendekatan hukum dan nonhukum. Hal ini dapat
dilihat dalarn penanganan kasus-kasus korupsi atau dugaan korupsi
mantan – mantan kleptokrat dunia.
C. Fraud dan Akuntansi Forensik
Seperti dijelaskan sebelumnya, akuntansi forensik pada dasarnya
menangani fraud. Oleh karena itu, para akuntan forensik di Amerika
Serikat menamakan asosiasi mereka, Assocciation Fraud Examiners
disingkat ACFE. ACFE mempublikasikan penelitiannya tentang fraud
seperti konsep Fraud Tree dan Report to the Nation (laporan mengenai
fraud dalam bisnis di Amerilka Serikat). Dari pembahasan Report to the
Nation, kita akan melihat respons dari para penyedia jasa forensik (KAP,
agen sekuriti, dan firma hukum) terhadap jenis fraud yang sering terjadi,
penangkal fraud (anti-fraud controls) yang dapat menekan kerugian yang
diakibatkan oleh fraud, dan hal-hal apa yang membantu terungkapnya
9
fraud. Dari temuan ACFE mengenai hal-hal apa yang membantu
terungkapnya fraud, misalnya penyedia jasa forensik memanfaatkan jasa
whistieblower.
10
KESIMPULAN
11
DAFTAR PUSTAKA
12