Oleh :
FRANSISKA FEMILIANA KELEN
( 2019110010 )
PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
MALANG
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan bimbingan-Nya
makalah yang berjudul “AUDIT AKUNTANSI FORENSIK “dapat diselesaikan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas UAS Mata Kuliah Auditing. Selain itu, makalah ini
bertujuan menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih dan mohon maaf bila ada kata yang salah.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang
membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Fransiska F. Kelen
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Istilah Forensik sebelumnya memang hanya ditemukan di dunia medis dan kedokteran
yang dijadikan bahan bukti kesaksian saat terjadi sengketa di pengadilan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan Pusat Bahasa mendefinisikan forensik
secara terbatas yaitu 1) forensik merupakan cabang ilmu kedokteran yang berhubungan
pemaparan fakta medis pada masaalah hukum, 2) ilmu bedah yang bekaitan dengan penentuan
identitas mayat seseorang yang ada kaitannya dengan kehakiman dan peradilan.
Namun, “Merriam Webster’s Collegiate Dictionary” forensik dalam bidang akuntansi diartikan
sebagai penerapan disiplin akuntansi pada masalah hukum.
Istilah akuntansi forensik merupakan terjemahan dari forensic accounting. Praktek ini
tumbuh pesat, tak lama setelah terjadi krisis keuangan tahun 1977 Pada mulanya, di Amerika
Serikat, Bermula dari penerapan akuntansi untuk memecahkan hukum, maka istilah yang
dipakai adalah akuntansi (dan bukan audit) forensik.
Akuntansi forensik mulai digunakan di Indonesia setelah terjadi krisis keuangan pada
tahun 1997, hingga saat ini pendekatan akuntansi forensik banyak digunakan oleh Badan
Pemeriksa Keuangan, Komisi Pemberantasan Korupsi, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi
Keuangan, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, Bank Dunia, dan Kantor-kantor
Akuntan Publik di Indonesia.
Dengan demikian, Audit Forensik bisa didefinisikan sebagai tindakan menganalisa dan
membandingkan antara kondisi di lapangan dengan criteria, untuk menghasilkan informasi atau
bukti kuantitatif yang bisa digunakan di muka pengadilan.
Tujuan dari Makala ini ialah untuk memberikan pemahaman yang lebih lanjut bagi
pembaca mengenai audit forensik, perbedaan antara audit forensik dengan audit tradisional
(keuangan), tujuan serta praktik ilmu audit forensik dan peran seorang auditor forensik.
1.3 TUJUAN
Untuk mengetahui tentang Audit Forensik,perbedaan akuntansi dan fraud,fungsi serta tujuan
praktik audit forensik auditor.
BAB 11
LANDASAN TEORI
Istilah akuntansi forensik pertama kali muncul di Amerika Serikat, awalnya istilah akuntansi
forensik ini digunakan dalam penentuan pembagian warisan atau mengungkap motif pembunuhan.
Dengan kata lain istilah akuntansi forensik tersebut bermula dari penerapan akuntansi untuk
menyelesaikan atau memecahkan persoalan hukum, maka istilahyang dipakai adalah akuntansi forensik
bukan audit forensik. Selain itu skandal keuangan semacam, Enron Dan WorldCom menyebabkan
jatuhnya kepercayaan investor atas profesi akuntan. Sehingga memunculkan akuntansi forensik sebagai
sebuah metode untuk mendeteksi dan menanggulangi penipuan.
Menurut D. Larry Crumbley, editor-in-chief dari Journal of Forensic Accounting (JFA) Akuntansi
forensik adalah akuntansi yang akurat untuk tujuan hukum. Artinya, akuntansi yang dapat bertahan
dalam kancah perseteruan selama proses pengadilan, atau dalam proses peninjauan judicial atau
administratif”.Ia juga mengemukakan bahwa secara sederhana akuntansi forensik dapat dikatakan
sebagai akuntansi yang akurat untuk tujuan hukum.
Definisi dari Crumbey menekankan bahwa ukuran dari akuntansi forensik adalah ketentuan hukum dan
perundang-undangan, berbeda dari akuntansi yang sesuai dengan GAAP (Generally Accepted
Accounting Principles).
Akuntansi forensik adalah akuntansi yang akurat untuk tujuan hukum atau akuntansi yang tahan
uji dalam kancah perseteruan selama proses pengadilanatau dalam proses peninjauan yudisial atau
tinjauan administratif.
Akuntansi forensik merupakan praktik khusus bidang akuntansi yang menggambarkan keterlibatan yang
dihasilkan dari perselisihan aktual atau yang diantisipasi atau litigasi.
Seorang akuntan forensik menggunakan pengetahuannya tentang akuntansi, studi hukum, investigasi
dan kriminologi untuk mengungkap fraud, menemukan bukti dan selanjutnya bukti tersebut akan
dibawa ke pengadilan jika dibutuhkan.
BAB 111
PEMBAHASAN
Dalam rangka melakukan audit forensik, dibutuhkan prosedur akuntansi untuk mengaudit dan
pengetahuan ahli tentang hukum audit itu sendiri. Dalam hal ini, audit forensik mencakup berbagai
kegiatan investigasi yang kerap dilakukan untuk menuntut suatu pihak atas penipuan, penggelapan,
atau kejahatan yang berkaitan dengan keuangan lainnya.
Selama proses audit, auditor dipanggil untuk menjadi saksi ahli dalam proses persidangan. Selain
tindakan yang disebutkan sebelumnya, audit forensik ini pun dapat dilibatkan dalam situasi seperti
perselisihan terkait kebangkrutan, penipuan bisnis, hingga perceraian. Melalui audit forensik, dapat
terungkap atau terkonfirmasi berbagai aktivitas ilegal. Itu sebabnya audit forensik lebih sering dipilih
dari pada audit reguler.
Menurut D. Larry Crumbley, editor-in-chief dari Journal of Forensic Accounting (JFA) Akuntansi
forensik adalah akuntansi yang akurat untuk tujuan hukum. Artinya, akuntansi yang dapat bertahan
dalam kancah perseteruan selama proses pengadilan, atau dalam proses peninjauan judicial atau
administratif”.
Dengan demikian, Audit Forensik bisa didefinisikan sebagai tindakan menganalisa dan
membandingkan antara kondisi di lapangan dengan criteria, untuk menghasilkan informasi atau
bukti kuantitatif yang bisa digunakan di muka pengadilan.Karena sifat dasar dari audit forensik yang
berfungsi untuk memberikan bukti di muka pengadilan, maka fungsi utama dari audit forensik
adalah untuk melakukan audit investigasi terhadap tindak kriminal dan untuk memberikan
keterangan saksi ahli (litigation support) di pengadilan.
1.2 Perkembangan Akuntansi forensik di Indonesia
Akuntansi forensik mulai digunakan di Indonesia setelah terjadi krisis keuangan pada tahun
1997, hingga saat ini pendekatan akuntansi forensik banyak digunakan oleh Badan Pemeriksa
Keuangan, Komisi Pemberantasan Korupsi, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan, Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, Bank Dunia, dan Kantor-kantor Akuntan Publik di
Indonesia Perkembangan akuntansi forensik di Indonesia cukup maju, namun jika dibandingkan
dengan beberapa Negara lain maka Indonesia masih dibilang tertinggal. Australia saat ini sedang
menyusun Standar Akuntansi Forensik, sementara Kanada dan Amerika Serikat sudah memiliki
standar yang baku, sedangkan Indonesia sama sekali belum memiliki standar yang memadai.
Penilaian risiko terjadinya fraud atau kecurangan adalah penggunaan ilmu audit forensic
yang paling luas. Dalam praktiknya, hal ini juga digunakan dalam perusahaan-
perusahaan swasta untuk menyusun sistem pengendalian intern yang memadai. Dengan
dinilainya risiko terjadinya fraud, maka perusahaan untuk selanjutnya bisa menyusun
sistem yang bisa menutup celah-celah yang memungkinkan terjadinya fraud tersebut.
Dalam hal ini, audit forensik digunakan untuk mendeteksi dan membuktikan adanya
fraud dan mendeteksi pelakunya. Dengan demikian, pelaku bisa ditindak secara hukum
yang berlaku. Jenis-jenis fraud yang biasanya ditangani adalah korupsi, pencucian uang,
penghindaran pajak, illegal logging, dan sebagainya.
Audit forensik juga bisa digunakan untuk mendeteksi dan menghitung kerugian
keuangan negara yang disebabkan tindakan fraud.
4. Kesaksian ahli (Litigation Support)
Seorang auditor forensik bisa menjadi saksi ahli di pengadilan. Auditor Forensik yang
berperan sebagai saksi ahli bertugas memaparkan temuan-temuannya terkait kasus
yang dihadapi. Tentunya hal ini dilakukan setelah auditor menganalisa kasus dan data-
data pendukung untuk bisa memberikan penjelasan di muka pengadilan.
Uji tuntas atau Due diligence adalah istilah yang digunakan untuk penyelidikan guna
penilaian kinerja perusahaan atau seseorang , ataupun kinerja dari suatu kegiatan guna
memenuhi standar baku yang ditetapkan. Uji tuntas ini biasanya digunakan untuk
menilai kepatuhan terhadap hukum atau peraturan.
Dalam praktik di Indonesia, audit forensik hanya dilakukan oleh auditor BPK, BPKP, dan KPK
(yang merupakan lembaga pemerintah) yang memiliki sertifikat CFE (Certified Fraud Examiners).
Sebab, hingga saat ini belum ada sertifikat legal untuk audit forensik dalam lingkungan publik.
Oleh karena itu, ilmu audit forensik dalam penerapannya di Indonesia hanya digunakan untuk
deteksi dan investigasi fraud, deteksi kerugian keuangan, serta untuk menjadi saksi ahli di
pengadilan. Sementara itu, penggunaan ilmu audit forensik dalam mendeteksi risiko fraud dan
uji tuntas dalam perusahaan swasta, belum dipraktikan di Indonesia.
Dalam beberapa artikel dan literatur, pembahasan Audit forensik lebih mengarah ke
kasus kecurangan (fraud) kepada kasus pembuktian penyimpangan keuangan atau korupsi. Akan
tetapi, tidak menutup kemungkinan, audit forensik diperlukan untuk pembuktian pada kasus-
kasus penipuan.
1) kecurangan bisnis atau kecurangan pegawai seperti transaksi tidak sah,manipulasi laporan
keuangan.
5) Perselisihan perkawinan.
Objek audit forensik adalah informasi keuangan yang mungkin (diduga) mengandung unsur
penyimpangan. Penyimpangan yang dimaksud bisa berupa tindakan merugikan keuangan
perusahaan, seseorang, atau bahkan negara. Temuan audit dari hasil pemeriksaan ini bisa
dijadikan salah satu alat bukti bagi penyidik, pengacara, atau jaksa untuk memutuskan suatu
kasus hukum perdata. Tidak menutup kemungkinan hasil audit juga akan memberikan bukti
baru untuk tindakan yang menyangkut hukum pidana, seperti penipuan.
Dalam kasus semacam ini, auditor dituntut harus benar-benar independen. Meskipun
penugasan auditdiberikan oleh salah satu pihak yang bersengketa, independensi auditor harus
tetap dijaga. Auditor tidak boleh memihak pada siapa-siapa. Setiap langkah, kertas kerja,
prosedur, dan pernyataan auditor adalah alat bukti yang menghasilkan konskuensi hukum pada
pihak yang bersengketa.
1.5 Tribut Dan Kode Etik Akuntan Forensik serta Standart Audit Investigatif
KESIMPULAN
Akuntansi forensik merupakan formulasi yang dapat dikembangkan sebagai strategi preventif,
detektif dan persuasif melalui penerapan prosedur audit forensik dan audit investigatif yang bersifat
litigation suport untuk menghasilkan temuan dan bukti yang dapat membantu proses pengambilan
putusan di pengadilan.
Tujuan audit forensik sangat khusus sehingga penyusunan program maupun pelaksanaan
auditnya sangat berbeda dengan audit biasa karena digunakan untuk mengumpulkan bukti-bukti yang
cukup dan kompeten sehingga kasus kriminal yang sedang ditangani dapat terungkap.
Oleh sebab itu, dalam pelaksanaannya amat dibutuhkan auditor-auditor yang memiliki
karakteristik khusus seperti memiliki Sertikat Audit Forensik atau Certified Fraud Examiner (CFE) untuk
sertifikasi dari Luar Negeri atau Certified Fraud Examiner (CFr.E) untuk sertifikasi dari lembaga Dalam
Negeri yang bisa di percaya untuk mengungkapkan informasi yang akurat, obyektif, dan dapat
menemukan adanya penyimpangan.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
https://www.rusdionoconsulting.com › standar-akuntansi
http://repository.uin-suska.ac.id ›
http://repo.darmajaya.ac.id ›
http://e-journal.uajy.ac.id ›
https://www.trijurnal.lemlit.trisakti.ac.id ›
https://journal.ikopin.ac.id › article ›
https://imagama.feb.ugm.ac.id ›
https://accounting.binus.ac.id › 2020/12/03 › apa-itu-ak...
https://wikramautama.com › forensic-audit-dan-account...
https://abplawfirm.co.id › akuntansi-forensik
http://repository.umpalopo.ac.id ›
https://www.rusdionoconsulting.com › audit-forensik