Anda di halaman 1dari 22

TUGAS MAKALAH

TENTANG

FRAUD YANG TERJADI ATAS LAPORAN AUDIT


PT. GARUDA INDONESIA Tbk.

DISUSUN OLEH

MUHARSYAH HAFIZ
NIM : 193311022001

PROGRAM PASCA SARJANA


UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Laporan keuangan merupakan laporan yang berisi berbagai informasi keuangan yang
memberikan gambaran mengenai keadaan perusahaan selama periode akuntansi tertentu.
Laporan keuangan dapat menjadi sarana guna menilai kinerja keuangan perusahaan. Laporan
keuangan juga menjadi sarana untuk berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholder) untuk
mengambil berbagai tindakan dan keputusan yang terkait dengan keberlanjutan perusahaan
terkait. Sehingga keandalan dari laporan keuangan sangatlah dibutuhkan. Laporan keuangan
yang andal dan dapat dipercaya merupakan laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor
dan memiliki hasil audit yang telah dilakukan auditor melalui pengauditan. Pengauditan sendiri,
merupakan prosedur yang sistematis guna menilai dan memperoleh berbagai bukti secara
objektif yang terkait dengan berbagai pernyataan manajemen yang terkandung didalam
komponen laporan keuangan, kejadian dan tindakan ekonomi guna menyesuaikan pernyataan
manajemen tersebut dengan kriteria yang ada. Selanjutnya, berbagai temuan yang diperoleh
selama pengauditan berlangsung harus dikomunikasikan dengan pihak-pihak yang
berkepentingan termasuk dengan manajemen perusahaan (Halim, Abdul 2015). Dapat dikatakan
pula bahwa pengauditan merupakan proses menghimpun dan mengevaluasi bukti serta
informasi guna menetapkan dan melaporkan kesamaan dalam setiap informasi yang peroleh
dengan tolok ukur yang telah ditetapkan, serta auditormampu melakukan pengauditan dengan
prosedur logis, bererangka, terorganisasidan memiliki tujuan (Arens dkk, 2017)
Dalam menyajikan laporan keuangan manajemen berpotensi dipengaruhi kepentingan
pribadi, sementara pihak pemilik modal (investor) sebagai pemakai laporan keuangan sangat
berkepentingan untuk mendapatkan laporan keuangan yang akurat, dapat dipercaya dan
pertanggungjawaban atas dana yang mereka investasikan. Banyaknya pihak yang
berkepentingan atas laporan tersebut, maka diperlukan adanya pihak ketiga yaitu akuntan
publik. Akuntan publik adalah pihak independen yang dianggap mampu menjembatani benturan
antara kepentingan antara pihak investor dengan pihak manajemen, yaitu sebagai pengelola
perusahaan. Dalam hal ini peran akuntan publik adalah memberi opini terhadap kewajaran
laporan keuangan yang dibuat manajemen. Dalam melaksanakan tugasnya auditor harus mampu
menghasilkan opini audit yang berkualitas yang akan berguna tidak saja bagi dunia bisnis, tetapi
juga masyarakat luas (Wibowo dan Hilda, 2009 dalam Wijayani dan Januari, 2011).
Garuda Indonesia sebagai Perusahaan Go Public melaporkan kinerja keuangan tahun
buku 2018 kepada Bursa Efek Indonesia. Kinerja keuangan PT Garuda Indonesia (Persero) yang
berhasil membukukan laba bersih US$809 ribu pada 2018, berbanding terbalik dari 2017 yang
merugi US$216,58 juta. Kinerja ini terbilang cukup mengejutkan lantaran pada kuartal III 2018
perusahaan masih merugi sebesar US$114,08 juta. Sehingga timbulnya polemik antara pihak
pihak yang bersangkutan dengan Laporan keuangan Tahunan PT Garuda Indonesia yang akan
dibahas pada makalah ini. Dengan makalah ini kita berharap dapat melihat sejauh mana
terjadinya fraud dari laporan keuangan PT Garuda Indonesia ini.

1.2 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah untuk :
1) Memberikan pengetahuan kepada pembaca untuk memahami fraud yang terjadi di PT. Garuda
Indonesia Tbk. dan bagaimana cara menanggulanginya
2) Memberikan informasi tentang fraud agar pembaca dapat menghindari terjadinya fraud dalam
melakukan aktivitas
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Audit Forensik


Audit Forensik terdiri dari dua kata, yaitu audit dan forensik. Audit adalah tindakan untuk
membandingkan kesesuaian antara kondisi dan kriteria. Sementara forensik adalah segala hal
yang bisa diperdebatkan di muka hukum / pengadilan.
Menurut Association of Certified Fraud Examiners (ACFE), forensic accounting/auditing
merujuk kepada fraud examination. Dengan kata lain keduanya merupakan hal yang sama,
yaitu:“Forensic accounting is the application of accounting, auditing, and investigative skills to
provide quantitative financial information about matters before the courts.”
Menurut D. Larry Crumbley, editor-in-chief dari Journal of Forensic Accounting (JFA)
Akuntansi forensik adalah akuntansi yang akurat untuk tujuan hukum. Artinya, akuntansi yang
dapat bertahan dalam kancah perseteruan selama proses pengadilan, atau dalam proses
peninjauan judicial atau administratif”.
Menurut Charterji (2009) Audit forensik (forensic auditing) dapat didefinisikan sebagai
aplikasi keahlian mengaudit atas suatu keadaan yang memiliki konsekuensi hukum. Audit
forensik umumnya digunakan untuk melakukan pekerjaan investigasi secara luas. Pekerjaan
tersebut meliputi suatu investigasi atas urusan keuangan suatu entitas dan sering dihubungkan
dengan investigasi terhadap tindak kecurangan (fraud), oleh karena itu audit forensik sering juga
diartikan sebagai audit investigasi.
Dengan demikian, Audit Forensik bisa didefinisikan sebagai tindakan menganalisa dan
membandingkan antara kondisi di lapangan dengan criteria, untuk menghasilkan informasi atau
bukti kuantitatif yang bisa digunakan di muka pengadilan. maka fungsi utama dari audit
forensik adalah untuk melakukan audit investigasi terhadap tindak kriminal dan untuk
memberikan keterangan saksi ahli (litigation support) di pengadilan.
Audit Forensik dapat bersifat proaktif maupun reaktif. Proaktif artinya audit forensik
digunakan untuk mendeteksi kemungkinan-kemungkinan risiko terjadinya fraud atau
kecurangan. Sementara itu, reaktif artinya audit akan dilakukan ketika ada indikasi (bukti) awal
terjadinya fraud. Audit tersebut akan menghasilkan “red flag” atau sinyal atas ketidakberesan.
Dalam hal ini, audit forensik yang lebih mendalam dan investigatif akan dilakukan.
2.2. Akuntansi Forensik
Karni (2000) dalam Firmansyah (2012) menyatakan bahwa istilah akuntansi forensik
sudah mulai diperkenalkan di Indonesia sejak tahun 1988 dalam majalah Akuntansi Nomor 10
tahun 1988, yakni:
Sesungguhnya, Akuntan Forensik tidak berbeda dengan akuntan publik Yang ada,
hanya pada akuntan publik, mereka bertujuan memberikan pendapat atas laporan keuangan
yang diperiksa dan kadang kala juga menemukan adanya kecurangan, sedangkan akuntan
forensik memang bertujuan menyelidiki kemungkinan adanya kecurangan, terutama terhadap
perusahaan-perusahaan yang mau mati secara misterius (tidak wajar).
Menurut Crumbley (dikutip oleh Tuanakotta 2010) mengatakan bahwa “Akuntansi
forensik adalah akuntansi yang akurat (cocok) untuk tujuan hukum. Artinya, akuntansi yang
dapat bertahan dalam kancah perseteruan selama proses pengadilan, atau dalam proses
peninjauan judicial atau administratif”. Bologna dan Lindquist (1995) mendefinisikan
akuntansi forensik sebagai aplikasi kecakapan finansial dan sebuah mentalitas penyelidikan
terhadap isu-isu yang tak terpecahkan, yang dijalankan di dalam konteks rules of evidence.
Sedangkan Hopwood et al. (2008) lebih jauh mendefinisikan akuntansi forensik adalah
aplikasi keterampilan investigasi dan analitik yang bertujuan untuk memecahkan masalah-
masalah keuangan melalui cara-cara yang sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh
pengadilan atau hukum. Akuntansi Forensik adalah penerapan disiplin akuntansi dalam arti luas,
termasuk auditing, pada masalah hukum untuk penyelesaian hukum di dalam atau di luar
pengadilan. Di sektor publik maupun privat (Tuanakotta, 2010). Sedangkan, menurut
Kumalahadi dari Ikatan Akuntan Indonesia (2009) akuntansi forensik merupakan perpaduan
antara accounting, auditing, dan kemampuan investigasi yang menghasilkan kekhususan yang
disebut forensic accounting. Ramaswamy (2007) dalam Astuti (2012) mengungkapkan bahwa
seorang akuntan forensik menggunakan pengetahuannya tentang akuntansi, studi hukum,
investigasi, dan kriminologi untuk mengungkap fraud, menemukan bukti dan selanjutnya bukti
tersebut akan dibawa ke pengadilan jika dibutuhkan.
Akuntansi forensik pada awalnya adalah perpaduan paling sederhana antara akuntansi
dan hukum (misalnya dalam pembagian harta gono-gini). Akuntansi Forensik secara garis besar
meliputi penerapan disiplin ilmu khususnya akuntansi yang didasarkan pada keterampilan-
keterampilan dalam menginvestigasi dan menganalisis yang bertujuan untuk menyelesaikan
masalah di bidang keuangan baik di dalam atau di luar pengadilan. Dimana akuntansi forensik
digunakan ketika bukti-bukti adanya kecurangan sudah ada dan terkumpul untuk ditelusuri lebih
lanjut. Oleh karena itu akuntansi forensik tidak berkaitan dengan akuntansi yang sesuai dengan
Generally Accepted Accounting Principles (GAAP) atau Standar Akuntani Keuangan (SAK),
melainkan apa yang menurut hukum dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Istilah akuntansi forensik merupakan terjemahan dari forensic accounting. Praktek ini
tumbuh pesat, tak lama setelah terjadi krisis keuangan tahun 1977 Pada mulanya, di Amerika
Serikat, Bermula dari penerapan akuntansi untuk memecahkan hukum, maka istilah yang
dipakai adalah akuntansi (dan bukan audit) forensik. Sekarang pun kadar akuntansinya masih
terlihat, misalkan dalam perhitungan ganti rugi, baik dalam konteks keuangan Negara, maupun
di antara pihak-pihak dalam sengketa perdata.

2.3. Pengertian Fraud


Dalam literatur akuntansi dan auditing, fraud diterjemhkan sebagai praktik kecurangan
dan fraud sering di artikan sebagai irregularity atau ketidak teraturan danpenyimpangan.
Terdapat banyak definisi dan pengertian fraud, salah satu definisi fraud adalah definisi menurut
Black Law Dictionary (8th Ed) yaitu :
“Suatu perbuatan sengaja untuk menipu atau membohongi, suati tipu daya atau cara
cara yang tidak jujur untuk mengambil atau menghilangkan uang, harta, hak yang sah
milik orang lain baik karena suatu tindakan atau dampak yang fatal dari tindakan itu
sendiri.”
Ada pula yang mendefinisikan fraud sebagai suatu tindak kesengajaan untuk
menggunakan sumber daya perusahaan secara tidak wajar dan salah menyajikan fakta untuk
memperoleh keuntungan pribadi. Dalam bahasa lebih sederhanafraud adalah penipuan yang di
sengaja. Hal ini termasuk berbohong, menipu, menggelapkan dan mencuri.

2.4. Unsur-unsur Fraud


Dalam ilmu fraud yang sangat penting untuk diketahui dan dipahami adalah unsur-unsur
pembentuk fraud. Unsur-unsur ini harus ada dalam setiap kasus fraud sebab jika tidak ada, maka
kasus itu baru dalam tahap error, kelalaian, pelanggaran etika, atau pelanggaran komitmen
pelayanan. Dengan kata lain seluruh unsur-unsur dari kecurangan harus ada, jika tidak ada maka
dianggap kecurangan tidak terjadi. Unsur tersebut adalah :
1. Terdapat pernyataan yang dibuat salah atau menyesatkan, yang dapat berupa suatu
laporan, data/informasi, ataupun bukti transaksi.
2. Bukan hanya pembuatan pernyataan yang salah tetapi fraud adalah perbuatan
melanggar peraturan, standar, ketentuan dan dalam situasi tertentu melanggar hukum
3. Terdapat penyalah gunaan atau pemanfaatan kedudukan, pekerjaan, dan jabatan
untuk kepentingan dan keuntungan pribadinya
4. Meliputi masa lampau atau sekarang karena penghitungan kerugian yang diderita
korban umumnya dihubungkan dengan perbuatan yang sudah dan sedang terjadi
5. Diddukung fakta bersifat material artinya mesti didukung oleh bukti objektif dan
sesuai dengan hukum
6. Kesengajaan perbuatan atau ceroboh dengan senagaja (make-knowingly or
recklessly); apabila kesengajaan itu dilakukan terhadap suatu data atau informasi atau
laporan atau bukti transaksi, hal itu dengan maksud (intent) untuk menyebabkan
suatu pihak beraksi atau terpengaruh atau salah atau tertipu dalam membaca dan
memahmi data
7. Pihak yang dirugikan mengandalkan dan tertipu oleh pernyataan yang dibuat salah
(misrepresentation) yang merugikan (detriment), artinya ada pihak yang menderita
kerugian, dan sebaliknya ada pihak yang mendapat manfaat atau keuntungan secara
tidak sah baik dalam bentuk uang atau harta maupun keuntungan ekonomis lainnya

2.5. Jenis-jenis klasifikasi Fraud

Menurut The Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) merupakan organisasi


profesional bergerak di bidang pemeriksaan atas kecurangan mengklasifikasikan fraud
(kecurangan) dalam tiga tingkatan yang disebut Fraud Tree, yaitu sebagai berikut (Albrech,
2009):
1) Penyimpangan atas asset (Asset Misappropriation) 
Asset misappropriation meliputi penyalahgunaan/pencurian aset atau harta perusahaan
atau pihak lain. Ini merupakan bentuk fraud yang paling mudah dideteksi karena
sifatnya yang tangible atau dapat diukur/dihitung (defined value).
2) Pernyataan palsu atau salah pernyataan (Fraudulent Statement) 
Fraudulent statement meliputi tindakan yang dilakukan oleh pejabat atau eksekutif
suatu perusahaan atau instansi pemerintah untuk menutupi kondisi keuangan yang
sebenarnya dengan melakukan rekayasa keuangan (financial engineering) dalam
penyajian laporan keuangannya untuk memperoleh keuntungan atau mungkin dapat
dianalogikan dengan istilah window dressing.
3) Korupsi (Corruption) 
Jenis fraud ini yang paling sulit dideteksi karena menyangkut kerja sama dengan pihak
lain seperti suap dan korupsi, di mana hal ini merupakan jenis yang terbanyak terjadi di
negara-negara berkembang yang penegakan hukumnya lemah dan masih kurang
kesadaran akan tata kelola yang baik sehingga faktor integritasnya masih dipertanyakan.
Fraud jenis ini sering kali tidak dapat dideteksi karena para pihak yang bekerja sama
menikmati keuntungan (simbiosis mutualisme). Termasuk didalamnya adalah
penyalahgunaan wewenang/konflik kepentingan (conflict of interest), penyuapan
(bribery), penerimaan yang tidak sah/illegal (illegal gratuities), dan pemerasan secara
ekonomi (economic extortion).

2.6. Pencegahan Fraud


Pencegahan fraud yang efektif memiliki 5 tujuan,yaitu :
1) Prevention, mencegah terjadinya fraud secara nyata pada semua lini organisasi
2) Deterrence, menangkal pelaku potensial bahkan tindakan yang bersifat coba-
coba karena pelaku potensial melihat sistem pengendalian risiko fraud efektif
berjalan dan telah memberi sanksi tegas dan tuntas sehingga menimbulkan efek
jera.
3) Disruption, mempersulit gerk langkah pelaku fraud sejauh miungkin
4) Identification, mengidentifikasi kegiatan beresiko tinggi dan kelemahan
pengendalian
5) Civil action prosecution, menjatuhkan tuntutan dan sanksi yang setimpal akibat
fraud kepada pelakunya.

2.7. Pendektesian Fraud


Dr. Steve Albrecht menjelaskan bahwa indikasi fraud dapat dikenali atau dideteksi dari
gejala-gejala atau tanda-tanda (red flag) sebagai berikut :

1. Anomali Dokumentasi Bukti Transaksi


a. Terdapat dokumen sumber transaksi yang hilang atau penggunaan dokumen tidak
asli (fotokopi) atau banyak dijumpai penggantian dokumen.
b. Nama dan alat penerima pembayaran sama dengan nama dan alat pembeli atau
pegawai perusahaan.
c. Piutang yang telah melewati tanggal jatuh tempo dan berusia sangat lanjut.
d. Jumlah item penyebab selisih yang direkonsiliasi banyak dan belum tuntas atau
berasal dari perioda lalu.
e. Pembayaran dengan bukti transaksi salinan.
2. Anomali Akuntansi
a. Ayat jurnal yang salah atau tidak sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku
baik dalam klasifikasi akun maupun salah dalam pengukuran atau salah dalam
pengakuan.
b. Buku besar yang tidak akurat atau tidak seimbang
3. Kelemahan Struktur Pengendalian Internal
a. Tidak ada pemisahan tugas.
b. Tidak ada pengamanan yang memadai untuk aset.
c. Tidak ada pengecekan dan penelaahan independen.
d. Tidak ada otorisasi yang tepat.
e. Mengesampingkan atau mengabaikan pengendalian yang disusun.
f. Sistem akuntansi yang tidak memadai.
4. Anomali dari Prosedur Analitis
a. Pendapatan yang meningkat dengan persediaan yang menurun.
b. Pendapatan yang meningkat dengan piutang yang menurun.
c. Pendapatan yang meningkat dengan arus kas masuk yang menurun.
d. Persediaan yang meningkat dengan utang yang menurun.
e. Volume penjualan yang meningkat dengan penambahan biaya per unit yang
menurun.
f. Persediaan yang meningkat dengan biaya gudang yang menurun.
5. Gaya Hidup Mewah
6. Perilaku yang Tidak Biasa
7. Pengaduan dan Komplain.
Pendeteksian fraud dapat dilakukan secara proaktif sebagai berikut :
a. Pelaksanaan internal audit yang menerapkan proaktif faud auditing
b. Pengumpulan data intelijen tarhadap gaaya hidup dan kebiasaan pribadi pegawai
c. Penerapan prinsip pengecualian didalam pengendalian dan prosedur intern dimana
harus ditelusuri dengan cermat.
d. Pelaksanaan riview terhadap penyimpangan dalamkinerja operasi
e. Adanya laporan pengaduan dan keluhan atau whistleblower
f. Intuisi atasan pegawai atau sesama pegawai melihat kejanggalan atau kecurigaan.
2.8. Investigasi Fraud
beberapa pendekatan yang digunakan untuk mengidentifikasi fraud sangat bervariasi,
meski pada umumnya kebanyakan proses investigasi menggunakan proses wawancara.
Investigasi fraud sebenarnya dapat diklasifikasikan berdasarkan tipe bukti yang ditemukan.
Langkah-langkah dalam investaigasi adalah:
1. Bukti testimony yang dikumpulkan dari individu-individu. Beberapa metode yang
digunakan adalah wawancara, interogasi, dan tes kejujuran
2. Bukti Dokumentasi yang dikumpulkan dari dokumen, kertas, computer,dan bukti cetak
atau tertulis. Beberapa metode yang digunakan untukmengumpulkan bukti ini adalah
pengujian dokumen, pengumpulan data,penemuan pencatatan public, audit, penemuan
computer, penghitunganbersih dan akurat, dan analisis laporan keuangan. Dan databes dan
emailkorporasi juga dapat digunakan.
3. Bukti fisik yang mencakup sidik jari, senjata, property yang dicuri,identifikasi jumlah
barang yang tercuri, dan semua bukti yang dapat dilihatdan diinvetigasi secara langsung.
Untuk mengumpulkan bukti fisik,perusahaan biasanya menggunakan ahli analisis forensic.
4. Observasi personal mencakup bukti-bukti yang dirasakan, diraba, dilihat,didengar oleh
investigator. Metode yang digunakan dalam teknik iniadalah pengawasan atau penjagaan,
operasi tersembunyi, dan beberapalainnya.

2.9. Melaksanakan Investigasi


Fraud Investigasi harus dilakukan dengan sangat hati-hati karena kebanyakan pelaku
fraud adalah orang berpengaruh dan memiliki reputasi atau jabatan yang tinggi diperusahaan.
Oleh sebab itu, berikut cakupan dari proses investigasi fraud.
1. Investigasi harus dilakukan dengan dasar untuk menemukan sebuahkebenaran
2. Seseorang yang melakukan investigasi harus benar-benar berpengalaman dan memiliki
reputasi yang baik.
3. .Hipotesis yang dimunculkan oleh investigator harus benar-benar objektif dan hati-hati
dengan didasarkan informasi dan perkembangan proses investigasi yang didapat.
4. Invstigator harus benar-benar bisa meyakinkan kepada pihak manajemen bahwa mereka
setuju dengan proses investigasi.
5. Investigator yang baik harus meyakinkan bahwa seluruh informasi yangyang terkumpul
selama porses investigasi adalah benar dengan dasarpenentuan secara independen.
6. Pertanyaan atau wawancara yang diajukan harus benar-benar legal dan adil.
7. Investigator harus melaporkan hasil investigasinya secara nyata dan adil
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Umum Kasus


Awal Mula Kisruh Laporan Keuangan Garuda Indonesia dimulai, Semua berawal
dari hasil laporan keuangan Garuda Indonesia untuk tahun buku 2018. Dalam laporan
keuangan tersebut, Garuda Indonesia Group membukukan laba bersih sebesar
USD809,85 ribu atau setara Rp11,33 miliar (asumsi kurs Rp14.000 per dolar AS). Angka
ini melonjak tajam dibanding 2017 yang menderita rugi USD216,5 juta, namun laporan
keuangan tersebut menimbulkan polemik, lantaran dua komisaris Garuda Indonesia yakni
Chairal Tanjung dan Dony Oskaria (saat ini sudah tidak menjabat), menganggap laporan
keuangan 2018 Garuda Indonesia tidak sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK).
Pasalnya, Garuda Indonesia memasukkan keuntungan dari PT Mahata Aero
Teknologi yang memiliki utang kepada maskapai berpelat merah tersebut. PT Mahata
Aero Teknologi sendiri memiliki utang terkait pemasangan wifi yang belum dibayarkan.
Pada tanggal 30 April 2019 Bursa Efek Indonesia (BEI) memanggil jajaran direksi
Garuda Indonesia terkait kisruh laporan keuangan tersebut. Pertemuan juga dilakukan
bersama auditor yang memeriksa keuangan GIAA, yakni KAP Tanubrata Sutanto Fahmi
Bambang & Rekan (Member of BDO Internasional). Di saat yang sama, Menteri
Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengaku belum bisa menetapkan sanksi kepada Kantor
Akuntan Publik (KAP) Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang & Rekan (Member of BDO
Internasional). KAP merupakan auditor untuk laporan keuangan tahun 2018 PT Garuda
Indonesia (Persero) Tbk yang menuai polemik. Kendati sudah melakukan pertemuan
dengan auditor perusahaan berkode saham GIAA itu, namun Kemenkeu masih
melakukan analisis terkait laporan dari pihak auditor.
Pada tanggal 2 Mei 2019 Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Minta BEI Lakukan
Verifikasi Laporan Keuangan Garuda OJK meminta kepada BEI untuk melakukan
verifikasi terhadap kebenaran atau perbedaan pendapat mengenai pengakuan pendapatan
dalam laporan keuangan Garuda 2018. Selain OJK, masalah terkait laporan keuangan
maskapai Garuda ini juga mengundang tanggapan dari Menteri Perhubungan (Menhub)
Budi Karya Sumadi.
Garuda Indonesia akhirnya mengeluarkan pernyataan resmi setelah laporan
keuangannya ditolak oleh dua Komisarisnya. Maskapai berlogo burung Garuda ini
mengaku tidak akan melakukan audit ulang terkait laporan keuangan 2018 yang dinilai
tidak sesuai karena memasukan keuntungan dari PT Mahata Aero Teknologi
Kisruh laporan keuangan Garuda Indonesia ini juga menyeret nama Mahata Aero
Teknologi. Pasalnya, Mahata sebuah perusahaan yang baru didirikan pada tanggal 3
November 2017 dengan modal tidak lebih dari Rp10 miliar dinilai berani
menandatangani kerja sama dengan Garuda Indonesia. Dengan menandatangani kerja
sama dengan Garuda, Mahata mencatatkan utang sebesar USD239 juta kepada Garuda,
dan oleh Garuda dicatatkan dalam Laporan Keuangan 2018 pada kolom pendapatan.
Sebulan kemudian, Garuda Indonesia dipanggil oleh Komisi VI Dewan Perwakilan
Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI). Jajaran Direksi ini dimintai keterangan oleh
komisi VI DPR mengenai kisruh laporan keuangan tersebut. Dalam penjelasannya,
Direktur Utama Garuda Indonesia I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra mengatakan, latar
belakang mengenai laporan keuangan yang menjadi sangat menarik adalah soal
kerjasama dengan PT Mahata Aero Teknologi, terkait penyediaan layanan WiFi on-board
yang dapat dinikmati secara gratis.
Kerja sama yang diteken pada 31 Oktober 2018 ini mencatatkan pendapatan yang
masih berbentuk piutang sebesar USD239.940.000 dari Mahata. Dari jumlah itu, USD28
juta di antaranya merupakan bagi hasil yang seharusnya dibayarkan Mahata.
Pada tanggal 14 Juni 2019 Kemenkeu telah menyelesaikan pemeriksaan terhadap
KAP Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang & Rekan (Member of BDO Internasional)
terkait laporan keuangan tahun 2018 milik Garuda. KAP ini merupakan auditor untuk
laporan keuangan emiten berkode saham GIIA yang menuai polemik. Sekertaris Jenderal
Kemenkeu Hadiyanto menyatakan, berdasarkan hasil pertemuan dengan pihak KAP
disimpulkan adanya dugaan audit yang tidak sesuai dengan standar akuntansi.
Kementerian Keuangan juga masih menunggu koordinasi dengan OJK terkait penetapan
sanksi yang bakal dijatuhkan pada KAP Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang & Rekan
(Member of BDO Internasional), yang menjadi auditor pada laporan keuangan Garuda
Indonesia tahun 2018
BEI selaku otoritas pasar modal kala itu masih menunggu keputusan final dari OJK
terkait sanksi yang akan diberikan kepada Garuda. Manajemen bursa saat itu telah
berkoordinasi intens dengan OJK. Namun BEI belum membeberkan lebih lanjut langkah
ke depan itu dari manajemen bursa.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah memutuskan bahwa PT Garuda Indonesia
(Persero) Tbk melakukan kesalahan terkait kasus penyajian Laporan Keuangan Tahunan
per 31 Desember 2018. Pihak OJK yang diwakili oleh Deputi Komisioner Hubungan
Masyarakat dan Manajemen Strategis, Anto Prabowo, mengungkapkan bahwa Garuda
Indonesia telah terbukti melanggar
1. Pasal 69 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UU PM)
“(1) Laporan keuangan yang disampaikan kepada Bapepam wajib disusun
berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum. (2) Tanpa mengurangi ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Bapepam dapat menentukan ketentuan
akuntansi di bidang Pasar Modal.”
2. Peraturan Bapepam dan LK Nomor VIII.G.7 tentang Penyajian dan Pengungkapan
Laporan Keuangan Emiten dan Perusahaan Publik.
3. Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) 8 tentang Penentuan Apakah Suatu
Perjanjian Mengandung Sewa.
4. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 30 tentang Sewa.

Deputi Komisioner Pengawas Pasar Modal II, Fakhri Hilmi, mengatakan setelah
berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan Republik Indonesia ,Pusat Pembinaan
Profesi Keuangan, PT Bursa Efek Indonesia, dan pihak terkait lainnya, OJK memutuskan
memberikan sejumlah sanksi.
1. Memberikan Perintah Tertulis kepada PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk untuk
memperbaiki dan menyajikan kembali LKT PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk per
31 Desember 2018 serta melakukan paparan publik (public expose) atas perbaikan
dan penyajian kembali LKT per 31 Desember 2018 dimaksud paling lambat 14 hari
setelah ditetapkannya surat sanksi, atas pelanggaran Pasal 69 Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UU PM) ,Peraturan Bapepam dan LK
Nomor VIII.G.7 tentang Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten
dan Perusahaan Publik, Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) 8 tentang
Penentuan Apakah Suatu Perjanjian Mengandung Sewa, dan Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) 30 tentang Sewa.
2. Selain itu juga Perintah Tertulis kepada KAP Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang
& Rekan (Member of BDO International Limited) untuk melakukan perbaikan
kebijakan dan prosedur pengendalian mutu atas pelanggaran Peraturan OJK Nomor
13/POJK.03/2017 jo. SPAP Standar Pengendalian Mutu (SPM 1) paling lambat 3
(tiga) bulan setelah ditetapkannya surat perintah dari OJK.
3. Deputi Komisioner Hubungan Masyarakat dan Manajemen Strategis, Anto Prabowo
mengatakan, OJK juga mengenakan Sanksi Administratif berupa denda sebesar Rp
100 juta kepada PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk atas pelanggaran Peraturan OJK
Nomor 29/POJK.04/2016 tentang Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik.
4. Sanksi denda kepada masing-masing anggota Direksi PT Garuda Indonesia (Persero)
Tbk sebesar Rp 100 juta atas pelanggaran Peraturan Bapepam Nomor VIII.G.11
tentang Tanggung Jawab Direksi atas Laporan Keuangan.
5. Bursa Efek Indonesia (BEI) resmi menjatuhkan sanksi kepada PT Garuda Indonesia
Tbk (GIAA) atas kasus klaim laporan keuangan perseroan yang menuai polemik.
Beberapa sanksi yang dijatuhkan antara lain denda senilai Rp 250 juta dan
restatement atau perbaikan laporan keuangan perusahaan dengan paling lambat 26
Juli 2019 ini.

3.2 Fraud Scheme


Asal mula dari kasus ini adalah terbitnya laporan keuangan Garuda Indonesia untuk
tahun buku 2018. Dalam laporan keuangan tersebut, Garuda Indonesia Group
membukukan laba bersih sebesar USD809,85 ribu atau setara Rp11,33 miliar (asumsi
kurs Rp14.000 per dolar AS). Angka ini melonjak tajam dibanding 2017 yang menderita
rugi USD216,5 juta, hal ini terjadi dikarenakan Garuda Indonesia memasukkan
keuntungan dari PT Mahata Aero Teknologi yang memiliki utang kepada Mereka. PT
Mahata Aero Teknologi sendiri memiliki utang terkait pemasangan wifi yang belum
dibayarkan. Pada tanggal 30 April 2019 sehingga dianggap laporan keuangan 2018
Garuda Indonesia tidak sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK).
Setelah dilakukan audit investigasi kemudian ditemukan fraud. Fraud yang dilakukan
termasuk dalam jenis pelaporan keuangan curang (fraudulent statement) atau yang biasa
dikenal dengan management fraud. Tindakan tersebut termasuk dalam kecurangan
pelaporan keuangan karena berupa tindakan kesengajaan atau kelalaian oleh mengambil
tindakan yang mengakibatkan laporan keuangan menyesatkan yang material. Tindakan
yang dilakukan memberikan manfaat bagi manajemen dengan memberikan realisasi
kinerja yang lebih baik dan menutupi kerugian yang telah terjadi. Tindakan ini dapat
diklasifikasikan sebagai cookbook scheme, yaitu mengakui pendapatan sebelum dapat
diidentifikasi.
Fraud ini didorong oleh pressure berupa kondisi industri yang tidak menguntungkan
dan tekanan finansial. Perusahaan berusaha untuk membukukan keuntungan yang
sebesar-besarnya untuk mencapai target yang telah ditetapkan. Dalam hal ini pihak
Otoritas Jasa Keuangan, Badan Pemeriksa Keuangan dan Kementrian keuangan RI telah
menetapkan pengakuan pendapatan yang tidak sesuai yang telah dilakukan oleh PT
Garuda Indonesia (Persero) Tbk atas laporan keuangan konsolidasian 2018.

3.3. Fraud Detection

Petunjuk adanya fraud biasanya ditunjukkan oleh munculnya gejala atau


indikasi peubahan gaya hidup, dokumentasi yang mencurigakan,keluhan dari
pelanggan ataupun kecurigaan dari rekan kerja. Pada awalnya kecurangan ini
tercermin melalui timbulnya karakteristik tertentu. Karakteristik yang bersifat
kondisi/situasi tertentu, perilaku/kondisi seseorang tersebut dinamakan red flag.
Meskipun timbulnya red flag tidak selalu otomatis fraud, namun red flag biasanya
selalu muncul disetiap kasus fraud yang terjadi. Red flag yg terjadi dalam kasus
PT. Garuda Indonesia (persero) Tbk dikarenakan dua komisaris Garuda Indonesia
yakni Chairal Tanjung dan Dony Oskaria (saat ini sudah tidak menjabat), menganggap
laporan keuangan 2018 Garuda Indonesia tidak sesuai dengan Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK). Indikasi red flag yang terjadi pada kasus ini adalah :
1. Anomali dari prosedur Analitis yaitu Pendapatan yang meningkat dan piutang yang
menurun serta pendapatan yang meningkat dengan arus kas masuk yang menurun.
2. Pengaduan dan komplain

3.4 Fraud Investigation


dianalisis terkait fraud yang dilakukan oleh PT Garuda Indonesia dengan pengakuan
pendapatan dalam laporan keuangan tahun 2018. Pendapatan yang belum diterima. Yaitu
Pembayaran lain dalam bentuk kompensasi pendapatan atas haknya pemasangan
peralatan dan layanan konektivitas hiburan dan konten dalam penerbangan manajemen
sebesar USD.239.940.000 dari perjanjian yang dibuat dengan PT Mahata Aero
Teknologi. Perusahaan belum menerima kompensasi dari kontrak, jadi masih dicatat
dalam piutang lain-lain.
Latar Belakang Penipuan yang utama adalah adanya tekanan pelaporan keuangan
bagi direksi mengenai kinerja keuangannya Seperti yang terlihat pada grafik laba (rugi)
operasi dan laba bersih perusahaan (rugi), perusahaan mengalami penurunan yang sama
dari tahun 2015 ke tahun 2017 selama tiga tahun berturut-turut. Bahkan kembali
mengalami kerugian hingga USD. 213.389.678 di tahun 2017 setelahnya yang terakhir
mengalami kerugian pada tahun 2014. Pada tahun 2018, perusahaan mencatat hasil
segmen operasi penerbangan yang rendah sebesar USD.45,18 juta, turun 65,11%
dibandingkan 2017 sebesar USD129,50 juta. Segmen operasi penerbangan adalah segmen
utama perusahaan, menyumbang 87,01% dari total pendapatan usaha. perubahan tersebut
disebabkan oleh kenaikan beban usaha seperti biaya bahan bakar pesawat,bandar udara,
dan biaya navigasi penerbangan, serta besarnya biaya operasional lainnya yang muncul
pada saat terjadi bencana alam di beberapa kota di Indonesia selama tahun 2018, juga
diperparah oleh depresiasi rupiah. Peningkatan biaya sebesar 9,05% hanya diikuti oleh
peningkatan pendapatan sebesar 6,46%, yang menghasilkan peningkatan yang signifikan
Dampak kecurangan dalam pengakuan pendapatan telah meningkatkan kinerja
perusahaan. Hal ini terlihat dari peningkatan laba operasi dan laba bersih perusahaan dari
tahun sebelumnya. Dampak penurunan industri akibat kenaikan harga BBM,depresiasi
rupiah, dan persaingan harga yang tinggi dihilangkan dengan mengakui pendapatan lain
di luar bisnis utamanya. bahwa mengakui pendapatan ini dianggap penyelamat kinerja
keuangan Garuda di akhir tahun 2018.
Sampai dengan Triwulan III tahun 2018, perusahaan masih mengalami kerugian
sebesar USD.110.231.730. Namun, di penghujung tahun 2018, perusahaan berhasil
memperoleh laba USD.5.018.308 atau berubah 102,35% dibandingkan tahun sebelumnya
setelah mengakui pendapatan dari kontrak dengan Mahata. Jika tanpa pengakuan
pendapatan tersebut, perusahaan akan mengalami rugi usaha sebesar USD139.260.766
dan rugi bersih sebesar USD.175.028.261. Kerugian operasi meningkat dibandingkan
dengan kerugian operasi yang dialami pada tahun 2017, kerugian bersih perusahaan yang
terdaftar tahun 2018 sebesar 583,16% di bawah target yang ditetapkan
Identifikasi Kontrak penghasilan lain berupa penghasilan kompensasi untuk income
memasang konektivitas dan peralatan layanan hiburan di pesawat dan kontenpengelolaan.
Itu berasal dari kontrak nomor CITILINK / JKTDSQG / PERJ6248/1018 tanggal 31
Oktober 2018, yang terakhir diubah dalam amandemen II nomor: CITILINK / JKTDSQG
/AMAND- II / 6248/1218 tanggal 26 Desember 2018. Dalam bekerja sama untuk
memasang peralatan dan layanan konektivitas, dalam penerbangan hiburan, dan
pengelolaan konten oleh teknologi PT Mahata Aero yang melibatkan pesawat yang
dioperasikan oleh Garuda, Citilink, dan Sriwijaya.
Beberapa hal yang dapat menjadi indikasi dan bukti adanya kecurangan dalam
pengakuan pendapatan, adalah kontrak yang tidak sesuai ketentuan, kesalahan
pengakuan pendapatan, dan potensi konflik kepentingan.
1. Kontrak yang tidak sesuai ketentuan
Hasil pemeriksaan BPK mengungkapkan bahwa perjanjian yang dibuat tidak
mengikuti peraturan yang ada. Direksi Garuda dan Direksi Citilink tidak dibimbing
dengan Peraturan Menteri BUMN No. Per-03/MBU/08/2017 sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri BUMN No. Per-04/MBU/09/2017 tentang Pedoman
kerjasama BUMN yang mengatur bahwa dalam mencari mitra harus dilakukan
berdasarkan SOP yang ditetapkan Direksi dan memperhatikan prinsip, transparansi,
independensi, akuntabilitas, tanggung jawab, manfaat, dan keadilan, dan mengikuti
ketentuan undang-undang.
Sebelum perjanjian kerjasama antara Citilink dan Mahata, Mahata tidak memiliki
izin dari Kementerian Komunikasi dan Informasi. Mahata tidak disertifikasi untuk
memasang konektivitas penerbangan peralatan dan tidak memiliki personel yang
memiliki pengalaman, kualifikasi, dan sertifikasi pemasangan peralatan pesawat
komersial.
Mahata juga tidak memiliki kapasitas keuangan untuk bekerja sama. Mahata
memiliki modal dasar sebesar Rp. 10.500.000.000, sedangkan nilai kerjasama dengan
Garuda, Citilink, dan Sriwijaya mencapai USD. 241, 940.000. Jadi, nilai perjanjian kerja
bersama jauh melebihi nilai harta yang tidak dapat dijadikan jaminan atas nilai kerjasama
dengan Garuda Citilink dan Sriwijaya
2. Kesalahan pengakuan pendapatan
Tiga lembaga negara memeriksa laporan keuangan perusahaan tahun 2018 yakni
Otoritas Jasa Keuangan, Kementerian Keuangan dan Badan Pemeriksa Keuangan telah
menetapkan bahwa pengakuan pendapatan atas kontrak dan PT Mahata Aero Technology
tidak sesuai dengan standar akuntansi keuangan. Perusahaan yang menggunakan Standard
Statement Dalam militancy Finance (IAS) 23 dalam kerjasama dengan transaksi,
memperlakukan Mahata, yaitu sebagai penjualan barang atau penggunaan aset oleh pihak
lain yang menimbulkan royalti, sehingga perusahaan mengakui total pendapatan
kompensasi sebesar USD. 239.940.000.
3. Potensi konflik kepentingan
BPK mengungkapkan potensi konflik kepentingan atas audit konsolidasi laporan
keuangan Garuda dan anak perusahaan oleh KAP Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang &
Rekan. Hasil pemeriksaan BPK menunjukkan ada masalah terkait dengan perusahaan
pada pengakuan pendapatan atas transaksi tenaga kerja provisi atas layanan konektivitas
dengan rincian sebagai berikut: Manajemen Garuda sebelum mempresentasikan hasil
kerja pada penyediaan konektivitas ke pendapatan akun-operasional lainnya. Kemudian
berdasarkan saran dari KAP, dilakukan reklasifikasi ke pendapatan lain-lain.
Reklasifikasi dilakukan sebelum menutup laporan keuangan unaudited tahun 2018 yaitu
pada tanggal 7 Januari 2019. Garuda, Citilink, dan Sriwijaya telah berkomunikasi
mengenai pengakuan pendapatan dari Citilink dan Mahata dengan KAP sebelum
menandatangani perjanjian.
Diskusi dengan KAP dilakukan untuk menghindari perbedaan persepsi terhadap
catatan akuntansi transaksi. Diskusi informal dilakukan sebanyak dua kali sebelum KAP
ditetapkan untuk melakukan audit atas laporan keuangan Garuda di buku 2018. Diskusi
awal dengan KAP menggunakan contoh transaksi serupa dengan bisnis transaksi pada
penyediaan layanan konektivitas. Diskusi dengan KAP dilakukan menggunakan data /
dokumen terkait transaksi bekerja sama dengan penyedia konektivitas jasa setelah
penandatanganan Perjanjian Jasa Akuntan Publik antara Garuda dengan KAP No.
IG/PERJ/DF-3690/2018 tanggal 18 Desember. Sehingga KAP berpartisipasi
dalampembukuan sebelum periode audit dan sekaligus audit Garuda.
Ketiga kesalahan yang dilakukan oleh manajemen sangat berkaitan. Kesepakatan itu
tidak mengikuti ketentuan dan tanpa kajian mendalam membuat mitra tidak dapat
melaksanakan kontrak karena tidak memiliki cukup kemampuan teknis dan finansial.
Ketidakmampuan untuk menjalankan perjanjian membuat pengakuan pendapatan tidak
sesuai dengan pernyataan standar akuntansi keuangan. Komunikasi dengan perusahaan
memberikan saran agar perusahaan mengakui pendapatan sebagai pendapatan lain-lain
memperkuat indikasi kecurangan yang dilakukan, karena manajemen telah berkonsultasi
tentang mekanisme pengakuan pendapatan sebelum kontrak ditandatangani. Tindakan ini
menunjuk KAP terkait sebagai auditor laporan keuangan menciptakan konflik
kepentingan. Benturan kepentingan karena partisipasi dalam catatan pra-audit dan
melakukan audit memperlancar niat manajemen untuk mengakui pendapatan. Kecurangan
juga diperjelas dengan tindakan manajemen yang tidak mengikuti pendapat komite audit
perusahaan. Misalnya pendapatan kompensasi untuk pemasangan peralatan dan layanan
konektivitas hiburan dalam penerbangan dan manajemen yang tepat dari perjanjian
dengan PT Mahata Aero Teknologi belum bisa dicatat sepenuhnya di tahun 2018.
3.5 Fraud Prevention
Peran utama dari internal auditor sesuai dengan fungsinya dalam pencegahan
kecuarangan adalah berupaya untuk menghilangkan atau mengeleminir sebab- sebab
timbulnya kecurangan tersebut. Karena pencegahan terhadap akan terjadinya suatu
perbuatan curang akan lebih mudah daripada mengatasi bila telah terjadi kecurangan
tersebut.
Pada dasarnya kecurangan sering terjadi pada suatu suatu entitas apabila :
a. Pengendalian intern tidak ada atau lemah atau dilakukan dengan longgar dan tidak
efektif.
b. Pegawai dipekerjakan tanpa memikirkan kejujuran dan integritas mereka.
c. Pegawai diatur, dieksploitasi dengan tidak baik, disalahgunakan atau ditempatkan
dengan tekanan yang besar untuk mencapai sasaran dan tujuan keuangan yang
mengarah tindakan kecurangan.
d. Model manajemen sendiri melakukan kecurangan, tidak efsien dan atau tidak efektif
serta tidak taat terhadap hukum dan peraturan yang berlaku..
e. Pegawai yang dipercaya memiliki masalah pribadi yang tidak dapat dipecahkan ,
biasanya masalah keuangan, kebutuhan kesehatan keluarga, gaya hidup yang
berlebihan.
f. Industri dimana perusahaan menjadi bagiannya, memiliki sejarah atau tradisi
kecurangan

3.6. Legal
Pusat Pembinaan Profesi Keuangan Kementerian Keuangan (PPPK Kemenkeu)
menemukan pelanggaran yang dilakukan oleh Akuntan Publik (AP) atau auditor Kantor
Akuntan Publik (KAP) yang melakukan audit terhadap PT Garuda Indonesia Tbk dimana hal itu
mempengaruhi opini laporan auditor independen. Selain itu, KAP dianggap belum menerapkan
sistem pengendalian mutu secara optimal terkait konsultasi dengan pihak eksternal.
Oleh karena itu, Kementerian Keuangan menjatuhkan sanksi pembekuan izin selama 12
bulan kepada AP Kasner Sirumapea dan KAP Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang & Rekan,
selaku auditor laporan keuangan PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk dan Entitas Anak Tahun
Buku 2018.
Hal tersebut disampaikan oleh Sekretaris Jenderal Kemenkeu, Hadiyanto, dalam
Konferensi Pers Hasil Audit Laporan Keuangan PT Garuda Indonesia Tbk. di Aula Djuanda
Gedung Juanda I Kementerian Keuangan (28/06).
Penjatuhan sanksi ini dimaksudkan Kemenkeu dan OJK sebagai regulator untuk
meningkatkan kualitas sistem keuangan dan profesi keuangan dalam menjaga kepercayaan
publik. Kemenkeu bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berkomitmen penuh untuk
mengembangkan dan terus meningkatkan kualitas dan integritas sistem keuangan dan profesi
keuangan, khususnya profesi akuntan publik karena profesi ini sangat penting dalam menjaga
kualitas pelaporan keuangan yang digunakan oleh publik/stakeholder,” jelas Sekjen Kemenkeu.
PT Garuda Indonesia dinyatakan melakukan pelanggaran Peraturan OJK Nomor
29/POJK.04/2016 tentang Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik dan diberikan
Sanksi Administratif berupa denda sebesar Rp100 juta.
Selain itu, seluruh anggota Direksi PT Garuda Indonesia juga dikenakan Sanksi
Administratif berupa masing-masing Rp100 juta karena melanggar Peraturan Bapepam Nomor
VIII.G.11 tentang Tanggung Jawab Direksi atas Laporan Keuangan.
Sanksi Administratif juga dikenakan secara tanggung renteng sebesar Rp100 juta kepada
seluruh anggota Direksi dan Dewan Komisaris PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. yang
menandatangani Laporan Tahunan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. periode tahun 2018
karena dinyatakan melanggar Peraturan OJK Nomor 29/POJK.004/2016 tentang Laporan
Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik.
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN DAN SARAN


Kinerja keuangan PT Garuda Indonesia (Persero) menuai polemik karena adanya
pencatatan transaksi kerja sama penyediaan layanan konektivitas (wifi) dalam
penerbangan dengan PT Mahata Aero Teknologi (Mahata) dalam pos pendapatan yang
seharusnya masih menjadi piutang.
Dalam kasus ini PT Garuda Indonesia telah melanggar Pasal 69 Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UU PM) ,Peraturan Bapepam dan LK Nomor
VIII.G.7 tentang Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten dan
Perusahaan Publik, Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) 8 tentang Penentuan
Apakah Suatu Perjanjian Mengandung Sewa, dan Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) 30 tentang Sewa. Dan diberi sanksi sesuai dengan UU yang dilanggar.
Seharusnya untuk menghindari kerancuan, GIAA sebagai perusahaan tercatat di
pasar modal seharusnya menjelaskan ke publik nature transaksi yang terjadi serta poin
poinnya sudah eksis atau belum. Sehingga tidak menimbulkan pertanyaan bagi publik
bahwa perusahaan di kuartal III-2018 yang masih merugi tiba-tiba mengantongi laba di
tiga bulan terakhir apalagi sudah disahkan dalam RUPS.
DAFTAR PUSTAKA

https://economy.okezone.com/read/2019/06/28/320/2072245/kronologi-kasus-laporan-
keuangan-garuda-indonesia-hingga-kena-sanksi?

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20190430153921-92-390876/sri-mulyani-utus-anak-
buah-telisik-kisruh-lapkeu-garuda/

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20190430174733-92-390927/kronologi-kisruh-
laporan-keuangan-garuda-indonesia

https://akuntansibisnis.files.wordpress.com/2012/11/viii-g-7.pdf

Anda mungkin juga menyukai