Anda di halaman 1dari 3

CRITICAL REVIEW

JUDUL AKUNTANSI FORENSIK : PERLUKAH AKUNTANSI FORENSIK ADA DALAM KURIKULUM


JURUSAN AKUNTANSI ?

PENULIS SUGIARTO JIANTARI

JURNAL JURNAL MULTIPARAGMA VOLUME 5 NOMOR 3

REVIEWER MUH ARPAN FALULLAH/ 90400115151

Akuntansi Forensik menurut saya sangat tidak populer dikalangan akademisi banyak yang belum
mengenal akuntans forensik padahal sangat berpengaruh dalam mengungkap kasus fraud, Akuntansi
Forensik mulai di kenal di Indonesia saat kriris keuangan tahun 1997 dan populer pada saat mengungkap
kasus Bank Bali oleh PricewaterHouse (Pwc). Akuntansi Forensik adalah penerapan disiplin akuntansi
yang paling luas, termasuk auditing, pada masalah hukum d dalam atau diluar pengadilan baik di sektor
publik maupun privat, sedangkan menurut Bologna dan Lindquist (1995) mendefinisikan Akuntansi
Forensik sebagai aplikasi kecakapan finansial dan sebuah mentalitas penyelidikan terhadap isu-isu yang
tak terpecahkan, yang dijalankan di dalam konteks rules of evidence. Sedangkan Hopwood et al. (2008)
lebih jauh mendefinisikan akuntansi forensik adalah aplikasi keterampilan investigasi dan analitik yang
bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah keuangan melalui cara-cara yang sesuai dengan standar
yang ditetapkan oleh pengadilan atau hukum. 1

Profesi Akuntani Forensik sangatlah tidak mudah, Menurut Tunggal (2011: 163), seorang
akuntan 1ector1c harus mempunyai keahlian dan mampu melakukan hal-hal: (1) Identifikasi masalah
keuangan; (2) Pengetahuan mengenai teknik investigasi; (3) Pengetahuan tentang bukti; (4) Interprestasi
informasi keuangan dan; (5) Penyajian temuan. Bukti audit (audit evidence) yang diperoleh harus
memenuhi kualifikasi sebagai berikut: relevan dengan data yang diperiksa, kompetensi dari pihak
pemberi informasi,kecukupan jumlah, tepat waktu, biaya yang kecil , dan kemampuanyya dalam
membantu memberikan kesimpulan pada auditor. Sedangkan menurut Soepardi (2010), mengemukakan
bahwa beberapa hal yang harus dipahami olehs seorang akuntan 1ector1c: (1) Apa yang dimaksud
dengan pengertian bukti; (2) Bagaimana buktitersebut dapat diperoleh; (3) Pentingnya dokumen asli
sebagai alat bukti; (4) Bagaimana buktitersebut diungkapkan dalam laporan; (5) Bagaimana menyajikan
bukti di pengadilan; (6) Bagaimana hasil kerja seorang akuntan 1forensik menjadi satu kesatuan dalam
kaitanya dengan1pembuktian di pengadilan.

Muncul persepsi apakah Akuntansi Forensik pantas masuk kurikulum Akuntansi, menurut khoff dan
Schrader (2000) mengamati ruang lingkup lembaga akademik yang menawarkan mata kuliah akuntansi
1e. Dari hasil pengamatan ditemukan bahwa secara rata-rata perguruan tinggi menganggap akuntansi
forensik penting untuk dimasukkan ke dalam kurikulum. Buckhoff dan Schrader (2000) juga mengadakan
pengamatan terhadap silabus-silabus perguruan tinggi yang menyelenggarakan mata kuliah akuntansi
1forensik dan menjelaskan bahwa para pengajar bidang akuntansi sepakat bahwa perguruan tinggi
semakin memerlukan pendidikan akuntansi 1ector1c. Serta Rezaee (2002) lebih jauh menyatakan para
mahasiswa percaya akuntansi 1forensik merupakan sebuah peluang karir yang layak bagi mereka, namun
masalahnya adalah bidang ini belum mendapatkan perhatian serius dari pihak Perguruan Tinggi.1hal ini
di dukung oleh penelitian Rezaee, et al. Akuntansi Forensik relevan dan menguntungkan. Kelebihan lain
yang dimiliki auditor yaitu Akuntansi Forensik dapat membantu menyelesaikan kasus-kasus 1fraud
dengan cara membantu para penegak hukum untuk medeteksi penyebab terjadinya kecurangan dan
mendeteksi kira-kura waktu kecurangan dapat terungkap dan membedakan kecurangan dan
membedakan kecurangan yang terungkap melalui tip atau secara kebetulan. Jumansyah, dkk. (2011).
Dan ratih Siti (2011) berpendapat bahwa penerapan Akuntansi Forensik memiliki pengaruh positif dan
signifikan terhadap kompetensi tindak pidana korupsi. (tuanakota,2014:93) mengatakan Akuntan
2forensik juga digunakan disektor publik maupun privat. Di Indonesia, penggunaan Akuntansi Forensik di
2ector 2ector lebih menonjol dari 2sektor privat karena jumlah perkara di 2ector 2ector karena
kecenderungan untuk meyelesaikan sengketa sektor privat diluar pengadilan

DAFTAR PUSTAKA
Apandi, R. N. N. dan Y. Pradista. 2014. Pengunaan Akuntansi Forensik dalam Penyelesaian Kasus
Kepailitan. Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan, 2(2):314-325.
Darson, A. K. Z. 2014. Persepsi Akaemisi dan Praktisi Akuntansi terhadap Akuntansi Forensik sebagai
Forensi Indonesia. Diponegoro Of Accounting, 3(3):1-13.
Husein, S. R. 2017. Persepsi Akademisi, Praktisi, dan Mahasiswa Akuntansi terhadap Keahlian Akuntansi
Forensik di Makassar. Jurnal Wira Ekonomii Mikroskill, 7(1):21-34.
Hakim, U. 2014. Eksistensi Akuntansi Forensik dalam Penyelidikan dan Pembuktian Pidana Korupsi.
Unnes Law Journal, 3(1):55-61.
Lidyah, R. 2016. Korupsi dan Akuntansi Forensik. I-Finance, 2(2):72-91.
Sugianto, dan Jiantari. 2014. Akuntansi Forensik: Perlukah ada dalam Kurikulum Jurusan Akuntansi.
Jurnal Akuntansi Multiparadigma, 5(3):345-510.
Shodiq, N., A. Carolina., dan Y. Sambharakheresna. 2013. Persepsi Audito terhadap Penerapan Audit
Forensik dalam Mendeteksi Kecurangan Penyajian Laporan Keuangan. JAFFA, 1(2):113-128.
Yuniarti, R. D. R. dan E. Tiara. 2015. Pengaruh Pengalaman dan Profesionalisme Akuntan Forensik
terhadap Kualitas Bukti Audit Guna Mengungkap Fraud. Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan,
3(1):617-631.
Rozali, R. D. Y. dan C. F. Darlina. 2015. Teknik Audit Invesitigatif dalam Pengungkapan Money
Laundering Berdasarkan Perspektif Akuntan Forensik. Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan, 3(1):
572-585.

Anda mungkin juga menyukai