PENDAHULUAN
Kualitas audit yang baik tidak menjamin dapat melindungi auditor dari kewajiban hukum yang
merupakan konsekuensi dari kegagalan audit. Pengalaman dalam hal ini ialah auditor yang sudah
lama mengusut kasus kecurangan dan tahu akan tindakan- tindakan yang akan
dilakukan. Kualitas audit menjadi isu penting bagi profesi akuntan. Agar dapat memenuhi
kualitas audit yang baik, maka auditor dalam menjalankan profesinya sebagai pemeriksa harus
berpedoman pada kode etik akuntan, standar profesi, dan standar akuntansi keuangan yang
berlaku.
Maraknya skandal keuangan yang terjadi baik di dalam maupun di luar negeri memberikan
dampak besar terhadap kepercayaan publik terhadap profesi akuntan publik. Seperti halnya kasus
Enron dan Kantor Akuntan Publik Andersen yang kami kutip dari sebuah blog yang diposkan
oleh Dr. Dedi Kusmayadi, SE., M.Si., Ak di 04:07. Kasus Enron di Amerika yang dinyatakan
bangkrut oleh pengadilan Amerika telah menimbulkan gejolak baru bagi profesi akuntan baik
diseluruh dunia termasuk di Indonesia. Dampak dari kasus ini adaiah runtuhnya big firm akuntan
dunia Arthur Andersen, setelah dinyatakan bersalah oleh pengadilan negara bagian Houston
Texas karena keterlibatannya dalam kasus Enron dengan melakukan mark up keuangan (Auditor,
2002).
Hasil pekerjaan auditor dipengarugi Akuntabilitas auditor dalam menyelesaikan pekerjaan audit.
Akuntabilitas merupakan hal penting yang harus dimiliki auditor. Setiap auditor harus
mempertahankan integritas dan obyekivitas dalam melaksanakan tugasnya dengan jujur, tegas,
sehingga dapat bertindak independen tanpa tekanan atau permintaan pihak tertentu.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah membedakan perilaku etis dengan tidak etis dalam konteks pribadi dan
prefesional ?
2. Bagaimanakah menyelesaikan dilema etika dengan menggunakan kerangka kerja etis ?
3. Bagaimanakah pentingnya perilaku etis bagi profesi akuntansi ?
4. Apakah tujuan dan isi kode perilaku professional AICPA ?
5. Bagaimanakah Sarbanes-Oxley Act dan persyaratan independensi lainnya dari PCAOB
dan SEC serta factor-faktor tambahan mempengaruhi independensi auditor ?
6. Bagaimanakah penerapan peraturan dan interpretasi atas independasi dari AICPA serta
menjelaskan arti pentingnya ?
7. Apa pelanggaran etika profesi ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Dapat membedakan perilaku etis dengan tidak etis dalam konteks pribadi dan
prefesional
2. Dapat menyelesaikan dilemma etika dengan menggunakan kerangka kerja etis
3. Menjelaskan pentingnya perilaku etis bagi profesi akuntansi
4. Menguraikan tujuan dan isi kode perilaku professional AICPA
5. Memahami Sarbanes-Oxley Act dan persyaratan independensi lainnya dari PCAOB dan
SEC serta factor-faktor tambahan mempengaruhi independensi auditor
6. Menerapkan penerapan peraturan dan interpretasi atas independasi dari AICPA serta
menjelaskan arti pentingnya
7. Memahami pelanggaran lain etika profesi
2. Manfaat Praktis
Bagi pihak internal (profesi akuntan publik) bisa dijadikan salah satu sumber
bacaan yang dapat dipertimbangkan untuk megetahui perkembangan yang
terjadi saat ini di dunia profesi akuntan publik, dan bagi pihak eksternal (umum)
sebagai gambaran untuk bisa mengenali karakteristik dan cara beretika yang
seharusnya dimiliki oleh seorang auditor.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perilaku Etis Dengan Tidak Etis Dalam Konteks Pribadi Dan Profesional
Etika secara harfiah bermakna pengetahuan tentang azas-azas akhlak atau moral. Etika
secara terminologi kemudian berkembang menjadi suatu konsep yang menjelaskan tentang
batasan baik atau buruk, benar atau salah, dan bisa atau tidak bisa, akan suatu hal untuk
dilakukan dalam suatu pekerjaan tertentu.
Perilaku etis sangat diperlukan oleh masyarakat agar berfungsi secara teratur. Kita dapat
berugumentasi bahwa etika perekat yang dapat mengikat anggota masyarakat. Bayangkan,
misalnya apa akan terjadi jika tidak memilki kepercayaan akan kejujuran dari orang-orang yang
berinteraksi dengan kita.
LANGKAH-LANGKAH PENGAMBILAN KEPUTUSAN YANG ETIS
1. Menentukan fakta-fakta
2. Mengidentifikasi para pemegang kepentingan dan mempertimbangkan situasi-situasi dari sudut
pandang mereka
3. Mempertimbangkan alternatif-alternatif yang tersedia juga disebut dengan “imajinasi moral”
4. Mempertimbangkan bagaimana sebuah keputusan dapat memengaruhi para pemegang
kepentingan, membandingkan dan mempertimbangkan alternatif-alternatif berdasarkan:
Konsekuensi-konsekuensi
Kewajiban-kewajiban, hak-hak, prinsip-prinsip
Dampak bagi integritas dan karakter pribadi
5. Membuat sebuah keputusan
6. Memantau hasil
Langkah pertama dalam pengambilan keputusan yang bertanggung jawab secara etis
adalah menentukan fakta-fakta dalam situasi tersebut, membedakan fakta-fakta dari opini belaka,
adalah hal yang sangat penting. Perbedaan persepsi dalam bagaimana seseorang mengalami dan
memahami situasi dapat menyebabkan banyak perbedaan etis. Sebuah penilaian etis yang dibuat
berdasarkan penentuan yang cermat atas fakta-fakta yang ada merupakan sebuah penilaian etis
yang lebih masuk akal daripada penilaian yang dibuat tanpa fakta. Seseorang yang bertindak
sesuai dengan pertimbangan yang cermat akan fakta telah bertindak dalam cara yang lebih
bertanggung jawab secara etis daripada orang yang bertindak tanpa pertimbangan yang
mendalam.
Langkah kedua dalam pengambilan keputusan yang etis yang bertanggung jawab
mensyaratkan kemampuan untuk mengenali sebuah keputusan atau permasalahn sebagai sebuah
keputusan etis atau permasalahan etis.
Langkah ketiga melibatkan satu dari elemen vitalnya. Kita diminta untuk
mengidentifikasi dan mempertimbangkan semua pihak yang dipengaruhi oleh sebuah keputusan,
orang-orang ini biasa disebut dengan para pemangku kepentingan (stakeholder).
Langkah selanjutnya dalam proses pengambilan keputusan adalah membandingkan dan
mempertimbangkan alternatif-alternatif, membuat suatu spreadsheet mental yang mengevaluasi
setiap dampak tiap alternatif yang telah dipikirkan terhadap masing-masing pemegang
kepentingan yang telah identifikasi. Salah satu cara yang paling mudah adalah menempatkan diri
terhadap posisi orang lain. Sebuah elemen penting dalam evaluasi ini adalah pertimbangan cara
untuk mengurangi, meminimalisasi atau mengganti kensekuensi kerugian yang mungkin terjadi
atau meningkatkan dan memajukan konsekuensi-konsekuensi yang mendatangkan manfaat.
Selain itu juga perlu mempertimbangkan kewajiban, hak-hak dan prinsip-prinsip, serta dampak
bagi integritas dan karakter pribadi.
Langkah kelima adalah pengambilan keputusan yang diakhiri dengan evaluasi yang
merupakan langkah terakhir dalam proses pengambilan keputusan sebagai sarana untuk menilai
apakah keputusan kita sudah berdampaka baik atau malah tidak sesuai dengan apa yang kita
harapkan.
Perilaku tidak etis adalah tindakan yang berbeda dengan apa yang mereka anggap tepat
dilakukan dalam situasi tertentu. Ada 2 alasan mengapa orang bertindak etis : standar etika
seseorang berbeda dengan standar yang berlaku di masyarakat secara keseluruhan, atau orang itu
memilih untuk bertindak mementingkan diri sendiri.
Dilema etika adalah Situasi yang dihadapi oleh seseorang dimana ia harus membuat
keputusan tentang perilaku seperti apa yang tepat untuk dilakukannya.Terdapat dua faktor utama
yang mungkin menyebabkan orang berperilaku tidak etis, yakni:
1. Standar etika orang tersebut berbeda dengan masyarakat pada umumnya. Misalnya,
seseorang menemukan dompet berisi uang di bandar udara (bandara). Dia mengambil
isinya dan membuang dompet tersebut di tempat terbuka. Pada kesempatan berikutnya,
pada saat bertemu dengan keluarga dan teman-temannya, yang bersangkutan dengan
bangga bercerita bahwa dia telah menemukan dompet dan mengambil isinya.
2. Orang tersebut secara sengaja bertindak tidak etis untuk keuntungan diri sendiri.
Misalnya, seperti contoh di atas, seseorang menemukan dompet berisi uang di bandara.
Dia mengambil isinya dan membuang dompet tersebut di tempat tersembunyi dan
merahasiakan kejadian tersebut.
Pemecahan Dilema Etika
Pendekatan enam langkah berikut ini merupakan pendekatan sederhana untuk memecahkan
dilema etika:
1. Dapatkan fakta-fakta yang relevan
2. Identifikasi isu-isu etika dari fakta-fakta yang ada
3. Tentukan siapa dan bagaimana orang atau kelompok yang dipengaruhi oleh dilema etika
4. Identifikasi alternatif-alternatif yang tersedia bagi orang yang memecahkan dilema etika
5. Identifikasi konsekuensi yang mungkin timbul dari setiap alternatif
6. Tetapkan tindakan yang tepat.
Berikut kami mengambil contoh pelanggaran kode etik profesi akuntan publik yang
cukup menyedot perhatian masyarakat dunia yang melibatkan salah satu perusahaan
jasa konsultan tebesar di Amerika Serikat yang masuk dalam kategori KAP Big
Five pada tahun 2002.
Kasus KAP Andersen dan Enron terungkap saat Enron mendaftarkan kebangkrutannya
ke pengadilan pada tanggal 2 Desember 2001. Saat itu terungkap, terdapat hutang
perusahaan yang tidak dilaporkan, yang menyebabkan nilai investasi dan laba yang
ditahan berkurang dalam jumlah yang sama. Sebelum kebangkrutan Enron terungkap,
KAP Andersen mempertahankan Enron sebagai klien perusahaan, dengan
memanipulasi laporan keuangan dan penghancuran dokumen atas kebangkrutan
Enron, dimana sebelumnya Enron menyatakan bahwa pada periode pelaporan
keuangan yang bersangkutan tersebut, perusahaan mendapatkan laba bersih sebesar
$ 393 juta, padahal pada periode tersebut perusahaan mengalami kerugian sebesar $
644 juta yang disebabkan oleh transaksi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan
yang didirikan oleh Enron.
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari laporan makalah diatas, dapat disimpulkan bahwa apapun
profesi yang dijalani tidak lepas dari adanya aturan dan etika yang berlaku baik di
profesi yang bersangkutan maupun secara garis besar (umum). Menyangkut dengan
etika profesi yang kami diskusikan diatas, bahwasannya seorang akuntan publik harus
benar-benar memahami standar akuntan publik dan mematuhi kode etik yang sudah
diatur bedasarkan keputusan yang di ambil bersama oleh Institut Akunta Publik
Indonesia (IAPI). Karena seperti yang kita ketahui setiap pelanggaran kode etik yang
dilakukan khususnya untuk profesi akuntan publik terdapat sanksi-sanksi yang dapat
menjeratnya baik secara perdana maupun perdata sesuai dengan peraturan hukum
yang ada di Indonesia.
3.2 Saran
Dikutip dari kesimpulan diatas, maka saran kami adalah sebagai berikut:
1. Bagi para pekerja profesional yang berprofesi sebagai akuntan publik baik yang sudah
berpengalaman atau lebih khususnya lagi bagi baru akan menggeluti bidang tersebut
hendaknya untuk menpersiapkan dan mempelajari segala sesuatunya yang
berhubungan dengan aturan-aturan dan etika profesi akuntan publik dengan seksama.
2. Terlepas dari judul diatas, kita sebagai mahluk individu dan sosial tentunya kita harus
selau menjaga sikap, etika dan mematuhi norma-norma yang ada didalam kehidupan
sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
1. http://joshpriyatna.blogspot.com/2017/01/contoh-makalah-etika-profesi-
akuntan_22.html
2. https://www.academia.edu/24460462/MAKALAH_PEMERIKSAAN_AKU
NTANSI_I_KODE_ETIK_PROFESI_AKUNTAN_PUBLIK
3.