Anda di halaman 1dari 7

BAB IV PENCATATAN PENYUSUTAN ASET TETAP

a. Metode Garis Lurus


Dalam metode garis lurus, nilai penyusutan dibebankan secara merata
selama masa manfaat asettetap tersebut.
Harga perolean yang disusutkan adalah harga perolean setelah dikurangi dengan
nilai residu.Supaya lebih jelas,perhatikan rumus berikut ;
Harga Perolehan-Nilai Residu
Beban penyusutan pertahun= Masa Manfaat
b. Metode Unit Produksi
Dalam metode unit produksi, beban penyusutan aset tetap ditetapkan
sesuai dengan jumla unit ptoduk yang dihasilkan dalam periode yang
bersangkutan,sehingga beban depresiasi tiap periode akan berfluktuasi sesuai hasil
produksinya. Metode unit produksi paling tepat digunakan untuk menghitung
penyusutan mesin pabrik karena perusahaan dapat menghitung beban penyusutan
sesuai hasil produksi atas hasil kerja mesin.
Harga Perolehan-Nilai Residu
Beban penyusutan per unit= Estimasi jumlah produksi/Estimasi jam mesin

c. Metode Saldo Menurun


Dalam metode saldo menurun, beban penyusutan dari tahun ke tahun akan
semakin menurun. Hal ini karena akan dijadikan sebagai dasar perhtungan adalah
nilai buku yang nilanya semakin lama semakain menurun setiap tahunnya. Biaya
penyusutan dihitung dengan mengalikan nilai buku dengan tarif penyutan yang
nilainya sama dari taun ketahun. Supaya lebih jelas perhatikan rumus berikut.
Beban penyusutan= Nilai Buku x Tarif Penyesuaian
Tarif penyesuaian yang digunakan adalah tarif penyesuaian metode garis
lurus yang dikalikan dua. Sebagai conto, aset yangmemiliki masa manfaat 5 tahun
maka tarif penyustan dengan metode garis lurus sebesar Rp 20% (100%:5). Tarif
penyusutan dengan metode saldo menurun sebesar 40 % (20%x2). Pada metode
ini nilai sisa atau residu tidak diperhitungkan. Akan tetapi nilai sisa atau residu
akan menjadi batas jumlah penyutan yang dilakukan. Penyustan akan berhenti
apabila nilai buku sam dengan tafsiran nilai sisa atau residu.

1
d. metode jumlah angka tahun
pada metode ini nilai beban penyusutan semakin lama akan semkain menurun
selama tafsiran masa manfaat aset tetap. Sebelum menghitung beban penyusutan
dengan metode jumlah angka tahun akan mencari jumlah angka tahun atau disebut
penyebut (S) dengan rumus sebagai berikut;
N +1
S= N x
2
BAB V PEMELIHARAAN, PENGHENTIAN, PEMAKAIAN, DAN
PENJUALAN ASET TETAP
A. PEMELIHARAAN ASET TETAP
Selama penggunaan asset tetap, perusahaan mungkin akan mengeluarkan
biaya untuk memelihara aset tetap tersebut. Pemeliharaan aset tetap dibedakan
menjadi dua yaitu, pemeliharaan rutin atau yang biasa disebut dengan reparasi
kecil dan reparasi besar. Berikut penjelasan tentang reparasi kecil dan reparasi
besar:
1. Reparasi Kecil
Reparasi kecil adalah kegiatan reparasi yang dilakukan agar aset tetap dapat
digunakan sebagaimana mestinya tanpa menambah masa manfaatnya.
Pengeluaran perusahaan atau reparasi kecil jumlahnya kecil dan berulang-ulang
atau rutin. Berikut ini contoh pengeluaran reparasi kecil yang digunakan
perusahaan:
a) Turn-ups mesin
b) penggantian oli
c) pengecatan gedung
d) penggantian busi mobil atau sepeda motor
2. Reparasi Besar
Reparasi besar adalah reparasi yang dilakukan untuk meningkatkan manfaat atau
fungsi dan masa manfaat aset data. Besarnya biaya yang dikeluarkan untuk
reparasi besar biayanya berjumlah besar dan jarang terjadi. Pengeluaran
perusahaan untuk reparasi besar akan didebit pada aset tetap yang bersangkutan.

2
Pengeluaran seperti ini disebut dengan pengeluaran modal atau capital
expenditures.
Reparasi besar terdiri dua bagian yaitu upgrading dan betterment. Penjelasannya
adalah:
a. Upgrading
Upgrading merupakan reparasi besar aset tetap dengan tujuan
meningkatkan fungsi aset tetap yang bersangkutan di masa yang akan dating
seperti peningkatan kapasitas produksi, peningkatan mutu produksi, atau
peningkatan standar kerja.
b. Betterment
Betterment merupakan reparasi besar aset tetap dengan tujuan untuk
meningkatkan masa manfaat aset tetap yang bersangkutan. Pengeluaran biaya
untuk betternement harus ditambahkan pada nilai tercatat aset tetap dengan cara
dikurangkan pada akumulasi penyusutan aset tetap yang bersangkutan.
c. penggantian
penggantian yang dimaksud doseini meliputi keseluruhan biaya yang dikeluarkan
untuk mengganti komponen dari aset tetap yang berwujud secara keseluruhan atau
sebagian dengan komponen baru yang mempunyai fungsi yang sama. Penggantian
dapat disebabkan karena bagian aset yang bersangkutan sudah tidak dapat
berfungsi secara normal, perkembangan teknologi atau sebab lain.
d. Penambahan
Penambahan yang dimasud disini adalah menambahkan komponen pada aset tetap
yang mana komponben tersebut menyatu baik secara fisik maupun fungsi dengan
aset tetap yang menerima penambahan misalnya terhadap suatu mesin
ditambahkan system peradam suara.
B. PENGHENTIAN PEMAKAIAN DAN PENJUALAN ASET TETAP
1. Penghentian Pemakaian Aset Tetap
Kadang aset tetap yang telah disusutkan penuh masih dapat digunakan
dengan baik dalam kegiatan operasional perusahaan. Jika terjadi hal demikian,
aset tetap dan akumulasi penyusutan tetap akan dilaporkan dalam neraca namun
perusahaan tidak melakukan penyusutan hingga kelak aset tersebut diberhentikan

3
penggunanaya. Pencatatan aset tetap dan akumulasi penyusutan dalam neraca
sebagai tanda bahwa aset masih digunakan. Apabila perushaan menghentikan
pemakian aset tetap sebelum mencapai penyusutan penuh dan tidak memiliki nilai
sisa maka perushaan menderita kerugian.
b. Penjualan Aset Tetap
Penjualan aset tetap berarti menandakan adanya kasa masuk kedalam
perusahan. Kasi hasil penjualan tersebut. Dapat bernilai lebih besar ataupun lebih
rendah dari nilai buku. Hasil penjualan yang lebih besar dari nilai buku
menunjukkan jika perusahaan mendapatkan laba, hasil penjualan yang lebih
rendah dari nilai buku munjukkan jika perusahaan mengalami kerugian.
Bagaimana perlakuan akuntansi terdapat laba dan rugi dalam penjualan aset tetap.
A. Laba dalam Penjualan Aset Tetap
B. Rugi dalam Penjualan Aset Tetap

BAB VI PENCATATAN BEBAN DEPLESI SUMBER DAYA ALAM


A. Pengertian Deplesi dan Pencatatannya
Harga perolehan sumber daya alam akan dialokasikan menjadi beban
sedikit demi sedikit sesuai dengan hasil yang didapatkan. Pengalokasian tersebut
disebut dengan deplesi. Deplesi dihitung dengan metode unit produksi.
Pada meyode unit produksi, perusahaan akan membagi harga perolehan
setelah dikurangi nilai sisa dengan tafsiran total hasil yang dapat diperoleg
sehingga dapat ditentukan deplesi per unit. Beban depelesi dihitung dengan
mengalikan deplesi per unit dengan jumlah hasil yang dapat diperoleh atau digali
pada tahun yang bersnagkutan. Berikut ini rumus untuk menghitung beban
deplesi.

Harga Perolehan Nilai Sisa


Beban Deplesi = x jumlah hasil yang
Taksiran total hasil
B.diperoleh
Revisi Perhitungan Deplesi dan Pencatatannya
Revisi terhadap beban deplesi dapt dilakukan dengan cara, antara lain:
1. Revisi dilakukan pada deplesi tahun-tahun yang lalu dan tahun-tahun yang akan
dating. Revisi cara ini dilakukan seperti asset tetap. Pada saat diketahui adanya

4
Akumulasi deplesi Rp.XXXX
Laba tidak dibagi (Koreksi laba tahun lalu) Rp.XXX

perubahan maka akan dihitung lagi deplesi per unit, kemudian dilakukan revisi.
Jika diketahui deplesi pada tahun lalu terlalu besar, jurnal koreksinya sebagai
berikut.
Jika diketahui deplesi pada tahun lalu terlalu kecil, jurnal koreksinya sebagai
berikut:
Laba tidak dibagi (Koreksi laba tahun lalu) Rp.XXX
Akumulasi deplesi Rp.XXX
2. Deplesi pada tahun-tahun yang lalu tidak direvisi, tetapi deplesi untuk tahun-
tahun yang akan dating dilakukan dengan data yang terakhir. Revisi ini disebut
dengan koreksi prospektif. Koreksi prospektif diterapkan jika mengalami
perubahan adalah estimasi akuntansi. Estimasi akuntansi adalah perkiraab
mengenai satu atau beberapa elemen pos, laporan keuangan, ataupun rekening
yang terjadi apabila tidak dapat diukur secara pasti.

BAB VII PENCATATAN ASET TAK BERWUJUD BERSERTA


AMORTISASINYA
A. Jenis-Jenis Aset Tidak Berwujud dan Pencatatannya
Menurut Jerry J. Weygant, Donald E,Keiso dan Paul D.Kimmel (2013:586) aset
tidak berwujud dapat berupa:
1. hak yang diberikan pemerintah, seperti paten, hak cipta , dan merek dagang.
2. pengambilan usaha yang lain, domana harga pembelian mencakup pembayaran
dan atribut-atribut menguntungkan dan kelebihan perusahaan yang diambil alih
(dinamakan dengan good will)
3. perjanjian monopoli secara khusus , yang biasanya timbul karena perjanjian
kontrak anatara dua pihak seperti waralaba atau franchise.
1. Hak paten
Menurut Al. haryono jusup (2012:174), hak paten adalah hak khusus yang
diberikan oleh pemerintah kepada penerimanya untuk menghasilkan, menjual,
atau melakukan pengendalian lain atau suatu penemuan dakan jangka waktu
tertentu sejak hak tersebut diberikan. Hak paten berguna untuk melindungi
perusahaan dari perbuatan pihak lain yang berusaha meniru temuan dan rancangan
prodik perusahaan.

5
Hak paten Rp.XXXX
Kas Rp.XXX

2. Hak Cipta
Menurut Jerry J Weygant, dkk (2013:588) , hak cipta adalah hak yang
diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemilik hak untuk memproduksi ulang
dan menjual hasil katrya yang bernilai seni atau dapat dipublikasikan. Untuk
mendaptkan dan mempertahnkan hak cipta, perusahaan akan mengeluarkan
sejumlah biaya yang disebut dengan harga perolehan hak cipta. Hak cipta yang
didaptkan akan dicatat sebesar harga perolehannya dengan cara

Hak cipta Rp.XXXX


Kas Rp.XXX

3. Merek Dagang dan Hak Merek


Merek dagang atau hak merek adalah kalimnat, lagu, atau symbol yang
identic dengan bagian tertentu dari suatu perusahan atyau produk tertentu. Merek
dagang produk akan menunjukkan identifikasi dari produk tersebut. Selain itu
merek dagang juga berfungsi sebagai pendoirong untuk meningkatkan penjualan.
Pencipta merek dagang akan memperoleh hak istimewa secara hukum atas merek
dagamg atau hak merek dengan mendaftarkanya pada pemerintah. Apabila merek
dang didapatkan dengan melakukan pembekian, maka harga perolehan merek
dang sebesar harga belinya.
4. Waralaba dan Lisensi
Waralaba adalag perjanjian kontrak dimana pemeliki waralaba atau
terwaralaba untuk menjual produk, dan menyedikan jasa dengan menggunakan
merek dagang atau hak merek pewaralaba. Waralaba biasanya dibatasi hanya
untuk wilayah geografis tertentu.
Jika perusahaan dapat mengidentifikasikan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh waralaba atau lisensi maka harus diakui sebagai aset tak berwujud.
Pembayaran setiap tahun untuk perjanjian waralaba tidak diacatat dalam akun aset
tak berwujud, namun divatat sebagai beban operasional pada periode dimana
pembayaran tersebut terjadi.

6
5. Goodwill
Goodwill merupakan aset tak beruwujud yang paling besar dalam neraca.
Menurut Jerry. J Weygant (2013:590) goodwill adalah nilai keseluruhan dari hal-
hal istimewa yang berkaitan dengan perusahaan.

B. Amortisasi Aset Tak Berwujud


Aset tak berwujud dicatat sebesar harga perolehannya. Harga perolehan
aset tak berwujud harus dialokasikan sepanjang masa manfaat aset tersebut, jika
masa manfaatnya terbatas. Jika masa manfaat tidak terbatas, harga perolehan aset
tak berwujud seharusnya tidak dialokasikan. Tidak terbatas, maksudnya tidak ada
perjanjian ,hukum, peraturan, dan factor lain yang memvatasi masa manfaat aset
tersebut.
Pengalokasian harga perolehan sepanjang masa manfaat untuk aset tak
berwujud disebut dengan amortisasi. Amortisasi bebrbeda dengan depresiasi atau
penyusutan aset tetap. Perbedaannya terletak pada pencatatnya. Amortisasi dicatat
dengan mendebet beban amortisasi dan mengkredit akumlasi amortisasi.

Anda mungkin juga menyukai