Anda di halaman 1dari 14

TUGAS AKUNTANSI

RMK 2

NAMA KELOMPOK :

I Putu Agus Aditiya Putra Pratama (18103123)

Made Arya Putra Dinatha (18103149)

I Wayan Adi Aprianta (18103134)

Irama Sari (18103160)

Komang Permana Puspita Devi (18103110)

Kriadella Khanti Satya Budi (18103153)

STMIK STIKOM INDONESIA


TAHUN AJARAN 2018 / 2019
Menghitung Biaya Aktiva Tetap

Aktiva tetap adalah kekayaan perusahaan yang memiliki wujud, secara


relatif tahan lama, dan digunakan untuk menjalankan operasional perusahaan.
Aktiva tetap biasanya tidak digunakan untuk dijual kembali, tetapi untuk
menghasilkan barang atau jasa.

Karena digunakan secara berkala dalam waktu yang lama, nilai aktiva tetap
biasanya akan mengalami penyusutan atau depresiasi. Beberapa contoh aset tetap
yang nilainya menyusut adalah gedung, mesin, dan peralatan kantor. Namun, ada
juga aset tetap yang nilainya tidak menyusut dan justru meningkat, misalnya seperti
tanah. Aktiva tetap akan mengalami penyusutan dari suatu periode ke periode
berikutnya, jadi nilai kegunaan dari aktiva tetap akan terus berkurang dari suatu
periode ke periode berikutnya, kecuali tanah. Penyusutan aktiva tetap terjadi karena
berkurangnya nilai kegunaan dari aktiva tetap yang disebabkan karena adanya
pemakaian aktiva tetap tersebut.

Elemen elemen yang membentuk harga perolehan aktiva tetap tanah adalah:

1. Harga beli
2. Komisi pembelian
3. Bea Balik nama
4. Biaya penelitian tanah
5. Iuran-iuran (pajak-pajak) selama belum dipakai
6. Biaya merobohkan bangunan lama
7. Biaya perataan tanah, pembersihan dan pembagian
8. Pajak-pajak yang jadi beban pembeli pada waktu pembelian tanah.
Penyusutan

Faktor-Faktor yang Menyebabkan Penyusutan Aset

Secara umum, ada dua faktor yang menyebabkan nilai aset menjadi menyusut,
yakni:

1. Faktor Fisik

Nilai aset perusahaan dapat menyusut dikarenakan penggunaan yang terlalu sering,
usia barang yang sudah tua, dan berbagai kerusakan.

2. Faktor Fungsional

Penyusutan nilai aset juga dapat disebabkan oleh ketidakmampuan aktiva untuk
memenuhi kebutuhan produksi, sehingga aset tersebut perlu diganti dengan yang
baru.

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Biaya Penyusutan

Biaya penyusutan aset dibebankan di setiap periode akuntansi. Biaya ini


merupakan taksiran yang keakuratannya sangat tergantung pada ketelitian dalam
penghitungannya. Setidaknya ada tiga faktor yang memengaruhi biaya penyusutan
aset:

1. Harga Perolehan (Acquisition Cost)

Ini merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap biaya penyusutan


aset. Harga perolehan mengacu pada biaya total untuk membeli aset. Biaya inilah
yang menjadi dasar penghitungan seberapa besar depresiasi yang harus
dialokasikan per periode akuntansi. Harga perolehan termasuk biaya pengiriman,
pajak penjualan, dan bea cukai, serta biaya persiapan lokasi, pemasangan, dan
pengujian. Saat memperoleh properti, harga perolehan dapat mencakup survei,
biaya penutupan, dan pelunasan hak gadai.
2. Nilai Residu (Salvage Value)

Nilai residu adalah nilai jual kembali suatu aset pada akhir masa
manfaatnya. Untuk menentukan jumlah biaya aset yang akan disusutkan, nilai
residu harus dikurangi dari biaya aset tetap. Dengan demikian, nilai residu
digunakan sebagai komponen perhitungan penyusutan. Misalnya, perusahaan A
membeli aset seharga 100.000.000 dan memperkirakan bahwa nilai residunya akan
menjadi 20.000.000 dalam lima tahun. Artinya, mereka akan mendepresiasi
80.000.000 dari total biaya aset dan berharap menjual aset tersebut dengan harga
20.000.000.

3. Umur Ekonomis Aktiva (Economic Life)

Umur ekonomis aktiva adalah periode waktu yang diharapkan selama aset
tetap berguna bagi pemiliknya. Umur ekonomis suatu aset bisa berbeda dari umur
aktualnya. Penting bagi bisnis untuk memperkirakan umur ekonomis suatu aset,
supaya mereka dapat menentukan kapan waktu yang tepat untuk berinvestasi atau
mengalokasikan dana untuk peralatan yang baru.

Metode Penghitungan Penyusutan Aktiva Tetap

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui seberapa besar
penyusutan atau depresiasi dari suatu aset tetap. Berikut ini adalah lima metode
yang paling umum digunakan:

1. Metode Penyusutan Garis Lurus

Dalam metode penyusutan garis lurus (straight line method), nilai penyusutan dari
suatu aset tetap akan selalu sama hingga akhir umur ekonomisnya.
Misalnya, Anda membeli mesin manufaktur seharga 50.000.000, taksiran nilai
residunya adalah sebesar 5.000.000, dan umur ekonomis yang ditaksir adalah 5
tahun. Maka penghitungannya adalah sebagai berikut:

Metode Penyusutan Penurunan Ganda

Metode penurunan ganda (double declining balance) adalah bentuk penyusutan


yang dipercepat di mana sebagian besar penyusutan yang terkait dengan aset tetap
diakui selama beberapa tahun pertama umur ekonomisnya.

Untuk menghitung depresiasi dengan metode penurunan ganda, gandakan nilai


buku aset pada awal tahun fiskal dengan kelipatan dari tingkat penyusutan garis
lurus. Rumusnya adalah sebagai berikut:

Metode Penjumlahan Angka Tahun

Metode penjumlahan angka tahun adalah bentuk penyusutan yang dipercepat yang
didasarkan pada asumsi bahwa produktivitas aset menurun seiring dengan
berjalannya waktu.
Metode ini berupaya untuk membebankan biaya penyusutan yang lebih tinggi pada
tahun-tahun awal umur ekonomis aset, karena aset tersebut paling produktif di
tahun-tahun awal penggunaannya. Rumusnya adalah sebagai berikut:

Metode Penyusutan Satuan Jam Kerja

Metode ini biasanya berguna untuk mendepresiasi kendaraan atau


transportasi perusahaan. Metode ini memperhitungkan masa hidup aset untuk
menghitung depresiasi. Dengan metode ini, penyusutan dihitung dengan membagi
total biaya bersih aset dengan perkiraan masa kerjanya. Misalnya, dalam kasus
mobil, masa pakainya adalah jarak tempuh efektif.

Formulanya adalah sebagai berikut:

Metode Satuan Hasil Produksi

Metode satuan hasil produksi menghitung biaya penyusutan berdasarkan


penggunaan aktual aset. Menurut metode ini, beban penyusutan aktiva tetap
ditetapkan berdasarkan jumlah satuan produk yang dihasilkan dalam periode yang
bersangkutan.
Rumusnya adalah sebagai berikut:
Penyusutan tahun Parsial

Penyusutan pada periode sebagian atau parsial

Dalam menghitung beban peyusutan periode parsial, perusahaan harus


menentukan beban penyusutan untuk setahun penuh dan kemudian merata-ratakan
beban penyusutan ini pada dua periode yang terlibat. Proses ini seharusnya terus
berlangsung selama masa manfaat aktiva.

Sebagai contoh, asumsikan bahwa suatu mesin bor otomatis dengan umur 5 tahun
dibeli oleh steeltex company seharga $45.000 (tanpa nilai sisa) pada tanggal 10
juni 2006. Tahun fiscal perusahaan ini berakhir tanggal 31 desember pnyusutan
dibebankan untuk 6 bulan selama tahun tersebut. Total penyusutan untuk setahun
penuh (penyusutan garis lurus) adalah $9.000 ($45.000/5) dan penyusutan untuk
tahun parsial pertama adalah

Perhitungan periode parsial relatif sederhana jika steeltex menggunakan


penyusutan garis lurus. Namun bagaiman penyusutan periode parsial akan
ditangani apabila dipercepat seperti jumlah angka tahun atau saldo menurun
berganda digunakan? Sebagai ilustrasi, asumsikan bahwa steeltex membeli aktiva
dengan harga $10.000 pada tanggal 1 juli 2006, dengan estimasi masa manfaat 5
tahun dan tidak ada nilai sisa. Angka penyusutan untuk tahun 2006, 2007 dan 2008
ditunjukkan pada :

Jumlah angka tahun saldo menurun berganda

Tahun pertama penuh

(5/15 x $10.000)= $3.333,33 (40% x $10.000) = $4.000

Tahun kedua penuh

(4/15 x $10.000)= $2.666,67 (40% x $ 6.000) = $2.400


Tahun ketiga penuh

(3/15 x $10.000)= $2.000,00 (40% x $ 3.600) = $1.400

Penyusutan dari 1 Juli 2006 hingga 31 Desember 2006

6/12 x $3.333,33 = $1.666,67

6/12 x $4.000 = $2.000

Penyusutan tahun 2007

6/12 x $3.333,33 = $1.666,67

6/12 x $4.000 = $2.000

6/12 x $2.666,67 = $1.333,33

6/12 x $2.400 = $1.200

$3.000,00 $3.200

atau ($10.000-$2.000)x 40% = $3.200

Penyusutan tahun 2008

6/12 x $2.666,67 = $1.333,33

6/12 x $2.400 = $1.200

6/12 x $2.000 = $1.000

6/12 x $1.440 = $ 720

$2.333,33

$1.920

atau ($10.000-$5.200)x 40% = $1.920


terkadang perusahaan memodifikasi proses pengalokasian biaya ke periode
parsial untuk menangani akuisisi dan pelepasan aktiva tetap secara lebih sederhana.
Penyusutan dapat dihitung selama periode penuh pada saldo pembukaan akun
aktiva bersangkutan dan tidak ada penyusutan yang dibebankan atas akuisisi selama
tahun tersebut. Dan kemudian membebankan penyusutan tersebut setahun penuh
pada tahun pelepasan. Variasi lainnya adalah membebankan penyusutan setengah
tahun pada tahun akuisisi dan pelepasan (konvensi setengah tahun) atau
membebankan satu tahun penuh pada tahun akuisisi dan tidak melakukan
pembebanan pada tahun pelepasan.

Kebijakan penyusutan tahun parsial yang lain adalah

1. Mencatat penyusutan sebulan penuh atas aktiva yang dibeli pada atau sebelum
tanggal 15 dan;

2. Tidak mencatat penyusutan atas aktiva yang dibeli sesudah tanggal 15.

Contoh :

Pada tanggal 3 Juli PT. EMAK BAPAK membeli mesin seharga 100juta, Nilai
Residu 20 juta, Nilai Ekonomis umur mesin 10 tahun. Berapa penyusutannya jika
menggunakan garis lurus?

Jawab dengan asumsi 1.

Penysutan 1 tahun penuh = (100juta – 20 juta) / 10 = 8juta

Penyusutan tahun parsial = 8juta x 6/12 =

(Juli – Desember = 6 bulan, karena tanggal berada di posisi dibawah tanggal 15


maka dianggap 1 bulan penuh).

Contoh :

Pada tanggal 17 Juli PT. EMAK BAPAK membeli mesin seharga 100juta, Nilai
Residu 20 juta, Nilai Ekonomis umur mesin 10 tahun. Berapa penyusutannya jika
menggunakan garis lurus?

Jawab dengan asumsi 2.


Penysutan 1 tahun penuh = (100juta – 20 juta) / 10 = 8juta

Penyusutan tahun parsial = 8juta x 5/12 =

(Agustus – Desember = 5 bulan, karena tanggal berada di posisi diatas tanggal 15


maka di bulan juli tidak dikenai penyusutan).

Mengubah Umur Manfaat Aktiva yang dapat Disusutkan

Mengubah umur manfaat aktiva yang dapat disusutkan

Umur manfaat adalah merupakan estimasi yang didasarkan pada history


terhadap masa manfaat aktiva yang sama, atau dengan tingkat pemanfaatannya
misalnya tingkat menghasilkan produk setiap periode. Oleh karena estimasi
tersebut bisa juga mengalami perubahan, seperti bisa dilihat dicontoh berikut.

Contoh :

Pada tanggal 3 Juli 2010 PT. EMAK BAPAK membeli mesin seharga 100juta, Nilai
Residu 20 juta, Nilai Ekonomis ditaksir 10 tahun kedepan (Juli 2020). Berapa
penyusutannya jika menggunakan garis lurus?

Penyusutan 1 tahun penuh = (100juta – 20 juta) / 10 = 8juta

Jadi perusahaan akan menyusutkan sebesar 8juta setiap tahunnya selama 10 tahun.

TETAPI, di akhir tahun ke-delapan PT. EMAK BAPAK melihat bahwa kondisi
mesin masih kuat untuk bisa berproduksi sampai 4 tahun lagi. Oleh karena itu
perubahan nilai penyusutan terhadap Umur ekonomis mesin akan berpengaruh
terhadap biaya penysutan untuk tahun ke-9 sampai tahun ke-12.

Jawab :

Karena estimasi akuntansi berubah, sisa nilai buku aktiva yang dapat disusutkan
disebarkan ke umur manfaat aktiva yang tersisa.

Penyusutan garis lurus selama 8 tahun = (100juta-20juta)/10 = 8 juta/th

= 8 juta x 8 = 64 juta
Nilai buku mesin yang dapat disusutkan yang tersisa (biaya – akumulasi
penyusutan – nilai residu) adalah :

100 juta – 64 juta – 20 juta = 16 juta.

Karena perusahaan yakin mesin itu akan bisa beroperasi sampai tahun 2022 (2019-
2022 = 4 tahun), maka perusahaan akan menghitung kembali penyusutannya :

Nilai Buku Mesin yang : Estimasi Umur manfaat = Penyusutan


dapat disusutkan yang yang Tersisa (Baru) Tahunan (Baru)
tersisa

16 juta : 4 = 4 juta

Pada tahun ke – 9 (2019) sampai tahun 12 (2022), ayat jurnal penyusutan tahunan
berdasarkan umur manfaat yang baru adalah :

Beban penyusutan mesin 4 juta

Akumulasi Penyusutan mesin 4 juta

Penyusutan penghasilan

Penyusutan adalah jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aktiva


dialokasikan berdasar suatu dasar sistematis dan beralasan selama masa
manfaat tersebut, digunakan secara konsisten dari periode ke periode
kecuali perubahan keadaan yang memberi alasan atau dasar suatu
perubahan metode. Metode Penyusutan. Berdasarkan penjelasan pasal
11 ayat (1 dan 2) Undang Undang nomor 7 tahun 1983 stdtd Undang
Undang No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan (UU PPh)
dikatakan bahwa metode penyusutan yang dibolehkan berdasarkan
ketentuan ini dilakukan:
dalam bagian-bagian yang sama besar selama masa manfaat yang
ditetapkan bagi harta tersebut (metode garis lurus atau straight-line
method); atau

dalam bagian-bagian yang menurun dengan cara menerapkan tarif


penyusutan atas nilai sisa buku (metode saldo menurun atau declining
balance method).

Pajak penghasilan

Pajak Penghasilan (PPh) adalah Pajak Negara yang dikenakan terhadap


setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh
Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah
kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan.

Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008Pasal 2, subjek pajak


penghasilan adalah sebagai berikut:

Subjek pajak pribadi yaitu orang pribadi yang bertempat tinggal di


Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183
(seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas)
bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di
Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia.

Subjek pajak harta warisan belum dibagi yaitu warisan dari seseorang
yang sudah meninggal dan belum dibagi tetapi menghasilkan
pendapatan, maka pendapatan itu dikenakan pajak.

Subjek pajak badan badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di


Indonesia, kecuali unit tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi
kriteria, pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan, pembiayaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah,
penerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat atau
Pemerintah Daerah. pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan
fungsional Negara, Bentuk usaha tetap yaitu bentuk usaha yang
digunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia
atau berada di indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu
dua belas bulan, atau badan yang tidak didirikan dan berkedudukan di
Indonesia, yang melakukan kegiatan di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai