101
masa manfaat yang diharapkan. Transfer harga perolehan menjadi beban ini dikenal
dengan sebutan depresiasi/penyusutan.
102
Beban Depresiasi = Harga Perolehan – Nilai Sisa
Umur Manfaat
Contoh.
PT ABC membeli mesin X pada tanggal 2 Januari 2013. Harga perolehan mesin x
adalah Rp 24.0000.000,- estimasi nilai sisa adalah Rp 2.000.000,- dengan estimasi
masa manfaat adalah 5 tahun.
Depresiasi per tahun adalah sbb :
= Harga Perolehan – Nilai Sisa
Masa Manfaat
= Rp 24.000.000,- - Rp 2.000.000,-
5
= Rp 4.400.000,-
Jadi, beban penyusutan untuk mesin X adalah Rp 4.400.000,-. Berikut adalah jurnal
penyesuaian untuk mencatat penyustan mesin x.
31 Des Beban penyusutan mesin X Rp 4.400.000,-
Akm Penysutan mesin X Rp 4.400.000,-
Akun akumulasi penyusutan aset tetap adalah akun lawan dari akun aset tetap. Pada
Laporan Keuangan (Neraca), akun akumulasi penyustan aset tetap akan mengurangi
akun aset tetap untuk memperoleh nilai tercatat aset tetap.
Metode garis lurus mudah dan banyak digunakan, selain itu juga memberikan
alasan yang masuk akal untuk mentransfer biaya perolehan aset ke beban
penyusutan sesuai dengan periode penggunaan aset tetap dalam memperoleh
pendapatan, serta menghasilkan nilai beban penyusutan yang sama dari periode
satu ke periode lainnya.
b. Metode saldo Menurun
Metode saldo menurun ganda mengahsilkan penurunan terhadap beban
depresiasi per periodenya sepanjang masa manfaat aset tetap yang bersangkutan.
Dalam menggunakan metode ini, tarif tahunan metode garis lurus dikali dua.
Misalkan tarif saldo meurun untuk aset dengan masa manfaat 5 tahun adalah
40%, yaitu dua kali dari tarif garis lurus 20 % (100%/5) atau dapat dijabarkan
sebagai berikut :
Penyusutan = [(100% : Umur Ekonomis) x 2] x Nilai Perolehan/Nilai Buku
Contoh kasus :
Sebuah mesin diperoleh pada tanggal 6 Juni 2014, harga perolehan mesin tersebut
sebesar Rp 13,000,000 dan mesin tersebut ditaksir memiliki umur ekonomis 10
tahun Apabila nanti sudah tidak digunakan lagi atau aset ditarik penggunaannya,
diperkirakan besi tuanya dapat dijual seharga Rp 1.000,000,-. Dalam pencatatan
akuntansi aset tetap, perusahaan menggunakan metode penyusutan saldo
menurun.
Penyusutan tahun =[(100% : 10) x 2 ] x 7/12 x Rp13.000.000,-
2014
= Rp 1.516.710
Karena selama tahun 2015 aset hanya digunakan 7 bulan, maka dikali 7/12
31 Desember 2015
(D) Beban Penyusutan Rp 2.296.658,-
(K) Akumulasi Penyusutan Rp 2.296.658,-
Dengan menggunakan metode penyusutan saldo menurun ini, jumlah angka
penyusutan tiap tahun akan mengalami penurunan penyusutan tiap tahunnya. Hal
ini menunjukkan bahwa aset tetap (khususnya mesin) memberikan kinerja, manfaat
terbaiknya terhadap perusahaan berada pada saat awal awal aset tetap tersebut
digunakan, semakin lama semakin menurun kinerja aset tetap tersebut karena
keausan.
c. Metode unit Produksi
Metode unit produksi menghasilkan nilai beban depresiasi yang sama untuk setiap
unit yang diproduksi atau setiap kapasitas yang digunakan oleh aset tetap yang
bersangkutan.
Dalam menggunakan metode ini, masa manfaat dari aset harus dijelaskan dalam
satuan unit kapasitas produksi seperti jam, atau kilometer. Kemudian, total beban
penyusutan per satuan unit diperoleh dari harga perolehan setelah dikurangi dengan
nilai sisa dibagi dengan jumlah unit yang akan diproduksi selama masa manfaat.
Berikut ini formula untuk menghitung beban depresiasi per satuan
unit. Beban depresiasi :
= Harga Perolehan – Nilai Sisa
Jumlah unit yang akan diproduksi selama masa manfaat
Total beban depresiasi per tahun diperoleh dengan mengalikan beban depresiasi per
unit dengan jumlah unit yang diproduksi selama tahun tersebut.
Pada tanggal 2 Januari 2013 PT XYZ membeli mesin dengan harga perolehan Rp
24.000.000,- dan estimasi nilai sisa Rp 2.000.000,-. Mesin tersebut diharapkan
mampu berproduksi sebanyak 10.000 unit. Beban depresiasi 1 unit produk adalah
sbb :
= harga perolehan – nilai sisa Jlh
unit yang akan diproduksi
= Rp 24.000.000,- - Rp
2.000.000,-10.000
= Rp 2.200 per unit.
Jika selama tahun 2013 mesin tersebut mampu berproduksi sebanyak 1000 unit,
maka beban depresiasi tahun 2013 adalah sebesar Rp 2.200.000,- (Rp 2.200,- x
1.000)
Berikut ini adalah jurnal penyesuaian yang mencatat beban depresiasi mesin yang
dimiliki PT XYZ pada tanggal 31 Desember 2013
Des 31 Beban penyusutan mesin Rp 2.200.000
Akm penyusutan mesin Rp 2.200.000,
d. Metode jam jasa
Teori yang mendasari metode ini adalah bahwa pembelian suatau aset menunjukkan
pembelian sejumlah jam jasa langsung. Dalam menghitung besarnya beban
penyusutan, metode ini membutuhkan estimasi umur aset berupa jumlah jam jasa
yang dapat diberikan oleh aset yang bersangkutan.
Berikut rumus menghitung tarif penyustuan berdasarkan jam jasa :
Harga perolehan yang dapat disusutkan (harga perolehan-estimasi nilai
residu) Estimasi Total Jam Jasa
Contoh :
Asumsi bahwa pada akhir bulan Maret 2015 dibeli sebuah aset tetap dengan harga
perolehan sebesar Rp 100.000.000,-. Berdasarkan estimasi manajemen, aset tetap
ini diperkirakan dapat beroperasi selama 25.000 jam dengan nilai sisa sebesar Rp
5.000.000,-. Maka besarnya tarif penyusutan untuk setiap jam pemakaian aset
adalah :
= Rp100.000.000 – Rp 5.000.000,-
25 jam
= Rp 3.800,- per jam.
Jika sepanjang tahun 2015,aset tersebut telah dipakai selama 4.200 jam, maka
besarya beban penyusutan untuk pemakaian tahun 2015 akan menajdi Rp 3.800,-
/jam x 4.200jam = Rp 15.960.000,-
Ayat jurnal yang harus dibuat untuk transaksi tersebut diatas adalah sebagai
berikut :
(1)(D) Biaya penyusutanRp. 5.000.000
Rp. 5.000.000
(K) Akumulasi penyusutan
(2)(D) Mesin BRp. 150.000.000
(D) Akumulasi penyusutan Rp. 35.000.000
(K) Mesin A Rp. 100.000.000
(K) Bank Rp. 60.000.000
(K) Keuntungan dari penukaran aset tetap Rp. 25.000.000
Apabila dalam contoh diatas, penukaran dilakukan untuk aktiva yang sejenis
(katakanlah mesin A dengan mesin A yang baru), maka ayat jurnal yang harus
dibuat sebagai berikut :
Ayat jurnal tersebut di atas juga berlaku apabila penukaran dilakukan untuk
aktiva yang sejenis. Keuntungan (kerugian) karena penukaran aktiva tetap
dilaporkan sebagai pendapatan (biaya) lain-lain.
Secara prinsip, apabila sebuah aset tetap dijual, ayat jurnal untuk mencatat
penjualan sama seperti ayat jurnal diatas, hanya saja dalam hal ini uang kas yang
diterima juga harus dicatat. Untuk mengilustrasikan transaksi penjualan aset tetap,
misalkan sebuah peralatan yang dibeli pada awal bulan Januari 2003 dengan harga
perolehan Rp 5.000.000,-dijual pada akhir bulan September 2010. Peralatan ini
diestimasi memiliki umur ekonomis 10 tahun tanpa nilai residu dan disusutkan
dengan metode garis lurus. Sampai dengan tanggal penjualan, peralatan tersebut
telah ditempatkan dalam pemakaian selama 7 tahun 9 bulan. Oleh karena itu,
besarnya akumulasi penyusutan sampai dengan peralatan tersebut dijual (akhir
September 2010) adalah Rp
5.000.000,- : 10 tahun x 7,75 tahun = Rp 3.875.000,-
Jika peralatan dijual sebesar nilai buku ( Rp 5.000.000,- - Rp 3.875.000 = Rp
1.125.000,-), maka ayat jurnal yang diperlukan untuk mencatat transaksi penjualan
peralatan tersebut adalah
(D) Kas Rp 1.125.000,-
(D) Akm penys. Peralatan Rp 3.875.000,-
(K) Peralatan Rp 5.000.000,-
Jika peralatan dijual dibawah nilai buku, misalkan Rp 1.000.000,- maka ayat
jurnalnya sbb :
(D) Kas Rp 1.000.000,-
(D) Akm Penys. Peralatan Rp 3.875.000,-
(D) Kerugian penj peralatan Rp 125.000,-
(K)Peralatan Rp 5.000.000,-
Jika peralatan dijual datas nilai buku misalkan Rp 1.200.000,-, maka ayat jurnalnya
sbb :
(D) Kas Rp 1.200.000,-
(D) Akm penys. Peralatan Rp 3.875.000,-
(K)Peralatan Rp 5.000.000,-
(K)Laba penj peralatan Rp 75.000,-
6. Penyajian Aset Tetap didalam Laporan Keuangan
Aset didalam laporan keuangan disajikan didalam kelompok aktiva pada komponen aset
tetap dibawah aset lancar. Berikut penyajian aset tetap didalam laporan neraca
B. ASETTAK BERWUJUD
1. Kemungkinan besar entitas akan memperoleh manfaat ekonomis masa depan dari aset
tersebut; dan
2. Biaya perolehan aset tersebut dapat diukur secara andal.
Jika pengeluaran tidak memenuhi dua kriteria di aatas maka diakui sebagai beban.
Prinsip dasar akuntansi untuk aset tak berwujud sama halnya dengan perlakuan akuntansi
untuk aset tetap. Hanya saja dalam aset tak berwujud istilah alokasi sistematis jumlah tersusutkan
suatu aset tak berwujud selama masa manfaatnya disebut Amortisasi. Amortisasi terjadi karena
seiring berjalannya waktu terjadi penurunan terhadap kegunaan aset tak berwujud bagi
perusahaan yang memilikinya.
Perolehan Pengukuran
Biaya perolehan =
Perolehan (pembelian)/pengurusan sendiri
Harga beli + Biaya yang dapat dikaitkan secara langsung
Akuisisi bagian dari kombinasi bisnis Nilai wajar pada tanggal akuisisi
Akuisisi dengan hibah dari pemerintah Nilai wajar atau nilai nominal
Pertukaran aset Nilai wajar
Harus ada kriteria tambahan khusus*
Aset tak berwujud yang dihasilkan secara internal
(akan dijelaskan terpisah)
Godwill yang dihasilkan internal Tidak boleh diakui sebagai aset
Dalam menentukan apakah aset takberwujud yang dihasilkan internal memenuhi syarat
untuk diakui, perusahaan menggolongkan proses untuk menciptakan suatu produk, formula, jasa
atau lainnya yang dihasilkan menjadi dua tahap.
Riset Pengembangan
1. Semua biaya yang dikeluarkan dalam tahap riset (penelitian) diakui sebagai Beban pada saat
terjadinya.
2. Biaya yang dikeluarkan dalam tahap pengembangan dapat diakui menjadi Aset
Takberwujud jika memenuhi kriteria berikut:
a. Kelayakan teknis penyelesaian aset takberwujud sehingga dapat digunakan atau dijual.
b. Mempunyai niat untuk menyelesaikan aset takberwujud tersebut dan menggunakannya
atau menjualnya.
c. Memiliki kemampuan untuk menggunakan atau menjual aset takberwujud.
d. Kemungkinan besar aset tersebut menghasilkan manfaat ekonomi masa depan, termasuk
menunjukkan adanya pasar untuk output aset tersebut.
e. Tersedia kecukupan sumber daya teknis, keuangan, dan sumber daya lain unuk
menyelesaikan pengembangan aset takberwujud dan untuk menggunakan atau menjual
aset tersebut.
f. Memiliki kemampuan untuk mengukur secara andal pengeluaran yang terkait dengan aset
takberwujud selama pengembangannya.
Jika kriteria di atas tidak terpenuhi, maka biaya tersebut harus diakui sebagai beban pada
saat terjadinya.
Berikut bagan perlakuan akuntansi untuk biaya kegiatan Riset dan Pengembangan.
Research Development
(Riset) (Pengembangan)
Perlakuan akuntansi aset takberwujud didasarkan pada umur manfaatnya. Perusahaan harus
menilai apakah masa manfaat dari aset takberwujud itu terbatas atau tak terbatas.
Masa Manfaat
Contoh lainnya adalah hak cipta dan lisensi. Biasanya untuk hak cipta dan lisensi
perusahaan dapat dengan mudah menentukan masa manfaat karena biasnya terdapat kontrak atas
transaksi tersebut.
Metode amortisasi untuk aset takberwujud sama dengan metode depresiasi aset tetap
yakni metode garis lurus, metode saldo menurun, dan metode unit produksi.
Pengeluaran yang dilakukan untuk memperoleh paten dijurnal dengan mendebit akun
paten dan mengkredit akun kas/utang/aset lain. Amortisasi paten yang dilakukan setiap tahun
selama masa manfaatnya akan dijurnal dengan mendebit akun bebas amortisasi paten dan
mengkredit akun akumulasi amortisasi paten.
Contoh.
Pada tanggal 2 Januari 2013, PT Rahman memperoleh hak paten seharga Rp. 100.000.000,-. Hak
paten tersebut diperkirakan memiliki masa manfaat selama 10 tahun.
Berikut ini adalah ayat jurnal yang dibuat untuk mencatat perolehan hak paten pada
tanggal 1 Januari 2013.
Berikut adalah ayat jurnal untuk mencatat amortisasi paten PT Rahman pada tanggal 31
Desember 2013.
Contoh.
PT Rahman memiliki merk dagang untuk makanan dengan nama “lezatoo”. Merk ini bernilai Rp.
250.000.000,-. PT Rahman tidak dapat menentukan masa manfaat merk dagang ini karena
perusahaan yakin merk ini akan menghasilkan arus kas masuk bersih selama periode tidak
terbatas. Pada tanggal 31 Desember 2013, PT Rahman mengestimasi terjadi indikasi penurunan
nilai pada merk dagang lezatoo dengan bukti pangsa pasar yang terus menurun. PT Rahman
menghitung jumlah penurunan nilai untuk merk dagang ini adalah sebesar Rp. 50.000.000,-
Berikut ini adalah ayat jurnal untuk mencatat amortisasi paten PT Rahman pada tanggal
31 Desember 2013.
Aset tak berwujud di Laporan Posisi Keuangan (Neraca) disajikan sebesar nilai
tercatatnya yaitu harga perolehan aset takberwujud dikurangi dengan akumulasi amortisasi aset
takberwujud (jika ada). Berikut ini adalah penyajian aset tak berwujud dalam Laporan Posisi
Keuangan PT Rahman.
PT RAHMAN
LAPORAN POSISI KEUANGAN
31 Desember 2013
ASET
Aset takberwujud:
Paten Rp100.000.000
Akumulasi Amortisasi Paten (10.000.000)
Nilai Tercatat Paten 90.000.000
Merek Dagang 250.000.000
Akumulasi Rugi Penurunan Nilai Merek Dagang (50.000.000) 200.000.000
Total Aset Takberwujud 290.000.000
C. ASET TETAP SUMBER DAYA ALAM
Pengakuan Aset TetapSumber Daya Alam
Sumber daya alam (natural resource) mencakup sumber daya yang diatas tanah dan cadangan
dibawah tanah seperti minyak, gas dan mineral lain. Pengelolaan sumber-sumber alam untuk
kegiatan perusahaan hamper selalu berkaitan dengan transaksi baik jual beli atau sewa lahan
(tanah) yang didalamnya terdapat bahan baku (pertambangan/kayu) untuk diolah kembali
menjadi barang jadi. Harga perolehan sumber daya alam adalah harga yang dibutuhkan untuk
memperoleh sumber daya tersebut dan seluruh persiapan untuk membuat aset tersebut siap
digunakan. Untuk sumber daya yang telah ditemukan,seperti barang tambang yang telah ada,
harga perolehannya adalah harga yang dibayar untuk property tersebut.
Penilaian Aset Tetap Sumber Daya Alam
Pengertian Deplesi
Alokasi biaya untuk sumber daya alam sehingga dapat dibebankan secara rasional dan sistematis
selama masa manfaat sumber daya tersebut dinamakan deplesi. Deplesi menyebabkan
berkurangnya harga perolehan (cost) yang disebabkan oleh pengelolaan sumber daya alam
menjadi persediaan, seperti penurunan nilai sumber alam pada tambang dan hutan kayu. Atau
dengan kata lain deplesi adalah penyusutan yang terjadi pada benda yang bersifat alami dan tidak
dapat diperbaharui. Perbedaan depresiasi dan deplesi adalah sebagai berikut :
Metode Perhitungan Deplesi
Dalam perhitungan deplesi, setidaknya perlu diperhatikan aspek-aspek berikut ini :
a. Harga perolehan aset (biaya akuisisi)
Jika sumber daya alam, harga perolehannya adalah pengeluaran dimulai sejak mendapatkan izin
sampai sumber daya alam itu dapat diambil hasilnya. Jika pengeluran itu terlalu kecil, maka
dilakukan penilaian atas sumber daya alam tersebut.
b. Biaya eksplorasi
Biaya ini seringkali diperlukan untuk menemukan sumber daya alam
c. Taksiran hasil yang secara ekonomis dapat dieksploitasi
Deplesi dihitung dari tiap unit hasil sumber daya alam. Berikut contoh kasus deplesi sumber
daya alam :
Suatu perusahaan mendapatkan hak penguasaan lahan tambang batubara dengan deposit
perkiraan teknis 10juta ton. Investasi untuk pendiiran tambang tersebut bernilai 15 miliar.
Berdasarkan perkiraan tersebut, bila pada tahun 2012 berhasil ditambang 1 juta ton, maka biaya
deplesi adalah 1/10 juta x 15 miliar = 1,5 miliar. Adapun jurnalnya adalah sebagai berikut :
Biaya deplesi lahan batu bara Rp 1.500.000.000,-
Akumulasi deplesi lahan batu bara Rp 1.500.000.000,-
Pada aset tetap milik perusahaan yang mengolah sumber daya alam, kegunaan aset terbatas
sampai selesainya eksploitasi sumber alam. Maka deplesi aset tetap dapat dihitung dengan
taksiran hasil sumber alam.
Pelaporan Aset Sumber Daya Alam pada Laporan Keuangan
Aset tetap sumber alam dilaporkan didalam laporan keuangan pada pos Neraca, sedangkan untuk
biaya deplesi masuk kedalam laporan rugi laba yang nantinya akan mengurangi laba perusahaan.
RANGKUMAN :
1. Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang digunakan dalam operasi perusahaan dan tidak
dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan. Aktiva semacam ini
biasanya memiliki masa pemakaian yang lama dan diharapkan dapat memberi manfaat pada
perusahaan selama bertahun-tahun. Manfaat yang diberikan aktiva tetap umumnya semakin
lama semakin menurun kecuali tanah.
2. Aset tetap memiliki wujud secara fisik. Aset tetap dibeli untuk membantu kelancaran
operasi perusahaan. Semua aset tetap harus disusutkan, kecuali tanah karena memiliki masa
manfaat yang tak terbatas
3. Aset tetap terdiri dari tanah, bangunan, mesin,peralatan, kendaraan, pekerjaan dalam proses.
4. Setiap aset tetap harus disusutkan dengan menggunakan beberapa metode yaitu metode
garis lurus, metode saldo menurun, metode unit produksi dan metode jam jasa
5. Aset yang sudah habis masa pakainya atau rusak jika ingin dihapuskan dari daftar aset maka
harus dengan cara pelepasan aset bisa melalui pertukaran aset ataupun dijual.
TES FORMATIF
1. Peralatan toko seharga Rp 53.500.000,- dibeli pada tanggal 3 Juli 2015 dengan estimasi umur
manfaat 5 tahun dan memiliki nilai residu seebsar Rp 1.000.000,-. Peralatan toko ini
disusutkan dengan menggunakan metode saldo menruun. Diminta buatlah ayat jurnal
penyesuaian yang diperlukan pada akhir tahun 2015 dan 2016 untuk mencatat besarnya
beban penyusutan atas peralatan toko tersebut.
2. Padatanggal 1 Mei 2015, sebuah peralatan yang harga perolehannya Rp 30.000.000,- dengan
akumulasi penyusutan Rp 22.500.000,- ditukar dengan sebuah peralatanyang baru yang sama
jenisnya. Hrga pasar untuk peralatan baru ini adalah Rp 50.000.000,-. Peralatan yang lama
hanya dihargai sebesar Rp 7.000.000,- dan sianya dibayar tunai.