Anda di halaman 1dari 24

Modul 4

ASET TETAP BERWUJUD, ASET TAK BERWUJUD


DAN ASET SUMBER DAYA ALAM

A. ASET TETAP BERWUJUD


1. Pengertian Aset Tetap
Aset tetap adalah aktiva berwujud yang digunakan dalam operasi perusahaan dan
tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perushaaan. Aktiva
semacam ini biasanya memiliki masa pemakaian yang lama dan diharapkan dapat memberi
manfaat pada perusahaan selama bertahun-tahun. Manfaat yang diberikan aktiva tetap
umumnya semakin lama semakin menurun kecuali tanah.
Aset tetap berbeda dengan investasi jangka panjang. Meskipun keduanya dimiliki
untuk masa yang lebi dari sati periode akuntansi, investasi tidak digunakan untuk operasi
perusahaan yang utama. Sebagai contoh, tanah yang dibeli perusahaan untuk keperluan
ekspansi dimasa yang akan datang digolongkan sebagai investasi jk panjang ,akan tetapi
tanah yang dimilki perusahaan untuk tempat operasi perusahaan adalah aktiva tetap.
Perbedaan antara aset tetap dengan aset lancar berwujud ada pada masa
manfaaatnya. Aset lancar berwujud digunakan dalam waktu satu tahun atau satu siklus
operasi perusahaan sedangkan aktiva tetap digunakan dalam jangka waktu yang lebih
panjang.

2. Jenis Aset Tetap:


a. Aset Tetap
1. Klasifikasi Aset Tetap
Aset tetap berwujud didalam perusahaan adalah aset yang :
- Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa
- Diharapkan dapat digunakan selama lebih dari satu periode.
Aset tetap berwujud memiliki wujud secara fisik. Hal inilah yang membedakan
antara aset tetap berwujud dengan aset tak berwujud. Aset tetap dibeli untuk
membantu kelancaran operasi perusahaan. Aset tetap umunya merupakan
komponen terbesar pada Laporan Keuangan Perusahaan, sehingga pemanfaatannya
secara efektif dan efisien akan membantu kinerja perusahaan secara maksimal.
Semua aset tetap harus disusutkan, kecuali tanah karena memiliki masa manfaat
yang tak terbatas. Aset tetap diklasifikasikan berdasarkan kesamaan dalam sifat atau
fungsinya dlam aktivitas operasi entitas. Klasifikasi aset tetap adalah sebagai
berikut :
- Tanah,
Tanah yang diklasifikasikan sebagai aset tetap ialah tanah yang diperoleh dengan
maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional dan dalam kondisi siap pakai.
- Gedung dan Bangunan
Gedung dan bangunan mencakup seluruh gedung dan bangunan yang digunakan
untuk kegiatan operasional dan dalam kondisi siap pakai.
- Peralatan dan Mesin
Peralatan dan mesin mencakup mesin-mesin dan kendaraan bermotor, alat
elektronik, inventaris kantor dan peralatan lainnya yang dinilai signifikan dan
masa manfaatnya lebih dari 12 (dua belas) bulan dan dalam kondisi siap pakai.
- Jalan. Irigasi dan Jaringan
Mencakup jalan, irigasi dan jaringan yang diperoleh dan dikuasai oleh entitas dan
dalam kondisi siap pakai.
- Aset tetap Lainnya
Mencakup aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan kedalam kelompok aset tetap
diatas, yang diperoleh dan dimanfaatkan untuk kegiatan operasional entitas dan
dalam kondisi siap pakai.
- Konstruksi Dalam Pengerjaan
Mencakup aset tetap yang sedang dalam proses pembangunan namun pada tanggal
laporan keuangan belum selesai seluruhnya.

2. Pengakuan (Harga Perolehan dan Cara Aset Tetap Diperoleh)


Agar sejalan dengan prinsip akuntansi, aktiva tetap harus dicatat sesuai
harga perolehannya. Harga perolehan meliputi semua pengeluaran yang diperlukan
untuk medapatkan aktiva, dan pengeluaran-pengeluaran lain agar aktiva siap untuk
digunakan. Sebagai contoh, harga beli mesin, biaya pengangkutan mesin yang
dibayar pembeli, dan biaya pemasangan mesin adalah bagian dari harga perolehan
mesin pabrik yang dibeli perusahaan. Dalam hal aktiva tidak dibayar dengan kas,
maka harga perolehan ditetapkan sebesar nilai wajar dari aktiva yang diperoleh atau
aktiva yang diserahkan. Apabil harga perolehan telah diserahkan, maka harga
perolehan tersebut akan menjadi dasar untuk akuntansi selama masa peamkaian
aktiva yang bersangkutan.
Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau
aset lain yang diserahkan untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan sampai
aset tersebut siap untuk digunakan.
Berikut adalah komponen biaya perolehan aset tetap :
- Harga beli aset tetap setelah dikurangi potongan pembelian.
- Biaya pengiriman aset tetap, jika ada.
- Biaya asuransi selama pengiriman aset tetap, jika ada.
- Bea impor masuk barang, jika ada.
- Pajak-pajak yang berlaku, jika ada.
- Biaya pemasangan aset tetap, jika ada.
- Biaya pengetesan aset tetap, jika ada.
Biaya yang tidak dibutuhkan untuk membuat aset tetap siap digunakan atau
tidak meningkatkan kegunaan aset, tidak perlu dimasukkan sebagai komponen
biaya perolehan aset tetap. Biaya tersebut langsung diakui sebagai beban ketika
dikeluarkan. Berikut contoh biaya-biaya yang dibutuhkan untuk membua aset
tetap diap digunakan yaitu :
- Kecurangan oleh manajemen perusahaan
- Kesalahan dan kerusakan dalam instalasi
- Pencurian yang tidak diasuransikan
a. Tanah
Harga perolehan tanah meliputi :
- Harga beli tunai tanah
- Biaya balik nama
- Komisi perantara
- Pajak atau pungutan lain yang harus dibeli pembeli.
Contoh :
Misalkan harga tunai tanah sebesar Rp 5.000.000,- dan pembeli setuju untuk
membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang belum dibayar oleh pemilik lama
sebesar Rp 100.000,- maka harga perolehan tanah akan menajdi Rp 5.100.000,-
b. Gedung dan Bangunan
Semua pengeluaran yang berkaitan dengan pembelian atau pembangunan sebuah
gedung harus dibebankan pada rekening Gedung. Apabila gedung diperoleh melalui
pembelian maka harga perolehannya meliputi harga beli, biaya notaris, dan komisi
perantara. Namun seandainya gedung doperoleh dengan membangun sendiri maka
harga perolehannya meliputi semua pengeluaran untuk membuat gedung termasuk
pembuatan saluran air dan listrik. Apabila perusahaan membuat bangunan yang
membutuhkan fasilitas tertentu seperti misalnya PT Tugu Motor membuat
bangunan untuk servis dan cuci kendaraan maka harga perolehan gedung meliputi
harga kontrak bangunan ditambah biaya perencanaan oleh arsitek, biaya mempeolrh
IMB termasuk pula biaya pembuatan fasilitas pencucian. Selain itu biaya bunga
selama masa pembagunan konstruksi juga harus ditambahkan sebagai harga
perolehan bangunan. Amun perlu diingat, biaya bunga diperhitungkan sebagai
harga perolehan hanya sealam periode pambangunan. Setelah pembangunan selesai
maka pembayaran bunga atas dana yang dipinjam untuk pembanguan tersebut
dibebankan sebagai biaya bunga.
c. Peralatan dan Mesin
Harga perolehan peralatan terdiri dari harga beli tunai, biaya amgkut dan biaya
asuransi selama pengangkutan yang dibayar oleh pembeli. Teramsuk didalamnya
biaya pemasangan, perakitam dan pengujian peralatam yang dibeli.

3. Penilaian Aset Tetap Berwujud


Aset tetap akan berkurang kemampuannya seiring berjalannya waktu karena
digunakan dalam operasional perusahaan sehari-harinya. Akibatnya, harga
perolehan seharusnya ditransfer menjadi akun beban dengan cara sistematis selama

101
masa manfaat yang diharapkan. Transfer harga perolehan menjadi beban ini dikenal
dengan sebutan depresiasi/penyusutan.

Depresiasi/penyusutan adalah alokasi biaya dari harga perolehan aset


tetap selama masa manfaatnya. Beban depresiasi akan dibebankan dilaporan laba
rugi pada periode terjadinya penyusutan.
Aset yang didepresiasikan adalah aset yang :
1. Diharapkan dapat digunakan lebih dari satu periode akuntansi
2. Dikuasai dan dikendalikan oleh perusahaan untuk digunakan dalam proses
produksi barang dan jasa atau untuk keperluan administrasi perusahaan.
Ayat jurnal penyesuaian dibuat untuk mencatat depresiasi pada akhir bulan
atau akhir tahun adalah dengan mendebit akun Beban Penyusutan dan mengkredit
akun Akumulasi Penyusutan.
Berikut ini adalah faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam
menentukan jumlah beban depresiasi yang diakui setiap periode akuntansi :
1. Harga perolehan aset tetap
2. Estimasi umur manfaat, berapa lama aset tersebut digunakan
3. Estimasi nilai aset tetap pada akhir masa manfaat atau sering dikenal dengan
istilah nilai residu.
Masa manfaat aset tetap yang dapat disusutkan harus ditinjau secara
periodik dan jika terdapat perbedaan besar dari estimasi sebelumnya, penyusutan
periode sekarang dan yang akan datang harus dilakukan penyesuaian. Metode
penyusutan yang dapat dipergunakan antara lain:
a. Metode garis lurus (straight line method);
b. Metode saldo menurun ganda (double declining balance method
d. Metode unit produksi (unit of production method)
e. Metode jam jasa
Selain tanah dan konstruksi dalam pengerjaan, seluruh aset tetap disusutkan sesuai
dengan sifat dan karakteristik aset tersebut.
a. Metode Garis Lurus
Metode garis lurus menghasilkan jumlah beban yang sama setiap tahunnya selama
masa manfaat aset. Berikut ini adalah formula untuk menghitung beban depresiasi
per tahun untuk aset tetap dengan menggunakan metode garis lurus.

102
Beban Depresiasi = Harga Perolehan – Nilai Sisa
Umur Manfaat
Contoh.
PT ABC membeli mesin X pada tanggal 2 Januari 2013. Harga perolehan mesin x
adalah Rp 24.0000.000,- estimasi nilai sisa adalah Rp 2.000.000,- dengan estimasi
masa manfaat adalah 5 tahun.
Depresiasi per tahun adalah sbb :
= Harga Perolehan – Nilai Sisa
Masa Manfaat
= Rp 24.000.000,- - Rp 2.000.000,-
5
= Rp 4.400.000,-
Jadi, beban penyusutan untuk mesin X adalah Rp 4.400.000,-. Berikut adalah jurnal
penyesuaian untuk mencatat penyustan mesin x.
31 Des Beban penyusutan mesin X Rp 4.400.000,-
Akm Penysutan mesin X Rp 4.400.000,-
Akun akumulasi penyusutan aset tetap adalah akun lawan dari akun aset tetap. Pada
Laporan Keuangan (Neraca), akun akumulasi penyustan aset tetap akan mengurangi
akun aset tetap untuk memperoleh nilai tercatat aset tetap.
Metode garis lurus mudah dan banyak digunakan, selain itu juga memberikan
alasan yang masuk akal untuk mentransfer biaya perolehan aset ke beban
penyusutan sesuai dengan periode penggunaan aset tetap dalam memperoleh
pendapatan, serta menghasilkan nilai beban penyusutan yang sama dari periode
satu ke periode lainnya.
b. Metode saldo Menurun
Metode saldo menurun ganda mengahsilkan penurunan terhadap beban
depresiasi per periodenya sepanjang masa manfaat aset tetap yang bersangkutan.
Dalam menggunakan metode ini, tarif tahunan metode garis lurus dikali dua.
Misalkan tarif saldo meurun untuk aset dengan masa manfaat 5 tahun adalah
40%, yaitu dua kali dari tarif garis lurus 20 % (100%/5) atau dapat dijabarkan
sebagai berikut :
Penyusutan = [(100% : Umur Ekonomis) x 2] x Nilai Perolehan/Nilai Buku
Contoh kasus :
Sebuah mesin diperoleh pada tanggal 6 Juni 2014, harga perolehan mesin tersebut
sebesar Rp 13,000,000 dan mesin tersebut ditaksir memiliki umur ekonomis 10
tahun Apabila nanti sudah tidak digunakan lagi atau aset ditarik penggunaannya,
diperkirakan besi tuanya dapat dijual seharga Rp 1.000,000,-. Dalam pencatatan
akuntansi aset tetap, perusahaan menggunakan metode penyusutan saldo
menurun.
Penyusutan tahun =[(100% : 10) x 2 ] x 7/12 x Rp13.000.000,-
2014
= Rp 1.516.710
Karena selama tahun 2015 aset hanya digunakan 7 bulan, maka dikali 7/12

Penyusutan tahun [(100% : 10) x 2 ] x (13.000.000 -


2015 = 1.516.710)
= Rp 2.296.658
Jurnal untuk mencatat penyusutan aset tersebit diatas adalah sebagai berikut :
31 Desember 2014

(D) Beban Penyusutan Rp 1.516.710,-


(K)Akumulasi Penyusutan Rp 1.516.710,-

31 Desember 2015
(D) Beban Penyusutan Rp 2.296.658,-
(K) Akumulasi Penyusutan Rp 2.296.658,-
Dengan menggunakan metode penyusutan saldo menurun ini, jumlah angka
penyusutan tiap tahun akan mengalami penurunan penyusutan tiap tahunnya. Hal
ini menunjukkan bahwa aset tetap (khususnya mesin) memberikan kinerja, manfaat
terbaiknya terhadap perusahaan berada pada saat awal awal aset tetap tersebut
digunakan, semakin lama semakin menurun kinerja aset tetap tersebut karena
keausan.
c. Metode unit Produksi
Metode unit produksi menghasilkan nilai beban depresiasi yang sama untuk setiap
unit yang diproduksi atau setiap kapasitas yang digunakan oleh aset tetap yang
bersangkutan.
Dalam menggunakan metode ini, masa manfaat dari aset harus dijelaskan dalam
satuan unit kapasitas produksi seperti jam, atau kilometer. Kemudian, total beban
penyusutan per satuan unit diperoleh dari harga perolehan setelah dikurangi dengan
nilai sisa dibagi dengan jumlah unit yang akan diproduksi selama masa manfaat.
Berikut ini formula untuk menghitung beban depresiasi per satuan
unit. Beban depresiasi :
= Harga Perolehan – Nilai Sisa
Jumlah unit yang akan diproduksi selama masa manfaat
Total beban depresiasi per tahun diperoleh dengan mengalikan beban depresiasi per
unit dengan jumlah unit yang diproduksi selama tahun tersebut.

Pada tanggal 2 Januari 2013 PT XYZ membeli mesin dengan harga perolehan Rp
24.000.000,- dan estimasi nilai sisa Rp 2.000.000,-. Mesin tersebut diharapkan
mampu berproduksi sebanyak 10.000 unit. Beban depresiasi 1 unit produk adalah
sbb :
= harga perolehan – nilai sisa Jlh
unit yang akan diproduksi
= Rp 24.000.000,- - Rp
2.000.000,-10.000
= Rp 2.200 per unit.
Jika selama tahun 2013 mesin tersebut mampu berproduksi sebanyak 1000 unit,
maka beban depresiasi tahun 2013 adalah sebesar Rp 2.200.000,- (Rp 2.200,- x
1.000)
Berikut ini adalah jurnal penyesuaian yang mencatat beban depresiasi mesin yang
dimiliki PT XYZ pada tanggal 31 Desember 2013
Des 31 Beban penyusutan mesin Rp 2.200.000
Akm penyusutan mesin Rp 2.200.000,
d. Metode jam jasa
Teori yang mendasari metode ini adalah bahwa pembelian suatau aset menunjukkan
pembelian sejumlah jam jasa langsung. Dalam menghitung besarnya beban
penyusutan, metode ini membutuhkan estimasi umur aset berupa jumlah jam jasa
yang dapat diberikan oleh aset yang bersangkutan.
Berikut rumus menghitung tarif penyustuan berdasarkan jam jasa :
Harga perolehan yang dapat disusutkan (harga perolehan-estimasi nilai
residu) Estimasi Total Jam Jasa

Contoh :
Asumsi bahwa pada akhir bulan Maret 2015 dibeli sebuah aset tetap dengan harga
perolehan sebesar Rp 100.000.000,-. Berdasarkan estimasi manajemen, aset tetap
ini diperkirakan dapat beroperasi selama 25.000 jam dengan nilai sisa sebesar Rp
5.000.000,-. Maka besarnya tarif penyusutan untuk setiap jam pemakaian aset
adalah :
= Rp100.000.000 – Rp 5.000.000,-
25 jam
= Rp 3.800,- per jam.
Jika sepanjang tahun 2015,aset tersebut telah dipakai selama 4.200 jam, maka
besarya beban penyusutan untuk pemakaian tahun 2015 akan menajdi Rp 3.800,-
/jam x 4.200jam = Rp 15.960.000,-

4. Pertukaran Aset Tetap


Aset tetap dapat diperoleh melalui pertukaran atau pertukaran sebagian aset
tetap yang tidak serupa atau aset tetap lainnya. Biaya dari pos semacam itu diukur
berdasarkan nilai wajar aset yang diperoleh yaitu nilai ekuivalen atas nilai tercatat
aset yang dilepas setelah disesuaikan dengan jumlah setiap kas atau setara kas dan
kewajiban lain yang ditransfer atau diserahkan.
Pertukaran aset tetap disini maksudnya adalah aset yang telah dimiliki
ditukarkan dengan aktiva yang dimiliki oleh pihak (perusahaan/orang) lain.
Suatu aset tetap yang sudah berkurang manfaatnya, dapat ditukarkan
dengan yang lain. Penukaran aset tetap dapat dilakukan dengan aset yang sejenis
(misalnya mobil dengan mobil), atau dapat juga dilakukan dengan aset yang tidak
sejenis (misalnya mobil dengan mesin).
Dalam penukaran (trade in) aset tetap, terlebih dahulu harus ditentukan nilai
tukarnya (trade in allowance). Selisih antara nilai tukar aset lama dengan harga aset
baru merupakan jumlah yang harus dibayar. Selisih antara nilai tukar dengan nilai
buku merupakan keuntungan atau kerugian dari penukaran. Apabila nilai tukar lebih
besar dapripada nilai buku, maka akan diperoleh keuntungan. Sebaliknya, apabila
nilai tukar lebih kecil daripada nilai buku, penukaran tersebut mendatangkan
kerugian.
Ada dua cara pencatatan untuk transaksi penukaran aktiva tetap, yakni :
a. Untuk penukaran aktiva tidak sejenis, keuntungan atau kerugian dibebankan
dalam tahun berjalan
b. Untuk penukaran aktiva sejenis, keuntungan dikurangkan pada harga aktiva
baru, sedangkan kerugian dibebankan dalam tahun berjalan.Pada kasus
pertukaran yang menjadi persoalan utama adalah penentuan nilainya. Hal ini
disebabkan oleh karena adanya berbagai kondisi atas pertukaran yang terjadi.
Yang menjadi patokan dasar adalah :
1. Pertukaran aset tidak sejenis
Untuk penukaran aset tidak sejenis, anggaplah bahwa tanggal 1 juli 2010
suatu mesin A ditukar dengan mesin B. Mesin A dibeli pada tanggal 2
Januari 2010 dengan harga Rp. 100.000.000. Harga mesin B
Rp.150.000.000. Metode penyusutan yang digunakan adalah garis lurus
dengan masa manfaat 10 tahun. Untuk penukaran ini mesin A sepakat untuk
dinilai sebesar Rp. 90.000.000. Jadi nilai tukar mesin A adalah sejumlah ini.
Penghitungan nilai buku, jumlah yag harus dibayar dan keuntungan dari
petukaran adalah sebagai berikut :
- Harga perolehan mesin A Rp. 100.000.000
- Akumulasi penyusutan :
- Sampai dengan 31 Desember 2009 Rp. 30.000.000
- Tahun 2010 (s/d Juli) Rp. 5.000.000 Rp. 35.000.000
- Nilai buku pada saat penukaran Rp. 65.000.000
- Harga mesin B Rp. 150.000.000
- Nilai tukar mesin A Rp. 90.000.000
- Jumlah yang harus dibayar Rp. 60.000.000
- Nilai tukar mesin A Rp. 90.000.000
- Nilai buku mesin A Rp. 65.000.000
- Keuntungan dari penukaran Rp. 25.000.000

Ayat jurnal yang harus dibuat untuk transaksi tersebut diatas adalah sebagai
berikut :
(1)(D) Biaya penyusutanRp. 5.000.000
Rp. 5.000.000
(K) Akumulasi penyusutan
(2)(D) Mesin BRp. 150.000.000
(D) Akumulasi penyusutan Rp. 35.000.000
(K) Mesin A Rp. 100.000.000
(K) Bank Rp. 60.000.000
(K) Keuntungan dari penukaran aset tetap Rp. 25.000.000

Apabila dalam contoh diatas, penukaran dilakukan untuk aktiva yang sejenis
(katakanlah mesin A dengan mesin A yang baru), maka ayat jurnal yang harus
dibuat sebagai berikut :

(1)(D) Biaya penyusutanRp. 5.000.000


(K) Akumulasi penyusutan Rp. 5.000.000

(2)(D) Mesin A (baru)Rp. 125.000.000


(D) Akumulasi penyusutan Rp. 35.000.000
(K) Mesin A (lama) Rp. 100.000.000
(K) Bank Rp. 60.000.000

Perhatikan bahwa nilai mesin A yang baru adalah Rp 125.000.000. jumlah


ini merupakan harga mesin baru dikurangi dengan keuntungan yang ditangguhkan.
Anggaplah sekarang bahwa dalam penukaran mesin A dengan mesin B
tersebuhargat di atas, nilai tukar mesin A yang disepakati bukan Rp 90.000.000
tetapi hanya Rp 50.000.000. dalam keadaan demikian, penukaran tadi akan
mendatangkan kerugian. Perhitungan jumlah yang harus dibayar dan kerugian
karena penukaran adalah sebagai berikut (nilai buku sama dengan yang telah
dihitung terdahulu) :
Harga mesin B Rp 150.000.000
Nilai tukar mesin A Rp 50.000.000
Jumlah yang harus dibayar Rp 100.000.000
Nilai tukar mesin A Rp 50.000.000
Nilai buku mesin A Rp 65.000.000
Kerugian karena penukaran Rp 15.000.000
Ayat jurnal yang harus dibuat adalah sebagai berikut :
(1)(D) Biaya penyusutanRp. 5.000.000
(K) Akumulasi penyusutan Rp. 5.000.000

(2)(D) Mesin BRp. 150.000.000


(D) Akumulasi penyusutan Rp. 35.000.000
(D) Kerugian karena penukaran aset tetapRp 15.000.000
(K) Mesin A Rp.100.000.000(K)
Bank Rp. 100.000.000

Ayat jurnal tersebut di atas juga berlaku apabila penukaran dilakukan untuk
aktiva yang sejenis. Keuntungan (kerugian) karena penukaran aktiva tetap
dilaporkan sebagai pendapatan (biaya) lain-lain.

5. Pelepasan Aset Tetap


Aset tetap yang tidak lagi memiliki umur ekonomis yang lebih lama dapat
dibuang, dijual atau ditukar dengan aset tetap lainnya. Dalam kasus pelepasan aset
tetap, nilai buku aset harus dihapus. Penghapusan nilai buku dilakukan dengan cara
mendebet akun akumulasi penyusutan sebesar saldonya pada tanggal pelepasan aset
dan mengkredit akun aset yang bersangkutan sebesar harga perolehannya.
Aset tetap seharusnya tidak dihapus oleh karena aset tersebut telah
disusutkan secara penuh. Jika aset masih dipakai, harga perolehan dan akumulasi
penyusutannya seharusnya masih tetap tampak dalam buku besar. Dalam hal ini,
buku besar aset tetap berfungsi sebagai salah satu cara untuk mengendalikan
(memantau) kepemilikan aset yang masih digunakan dalam kegiatan operasional
harian perusahaan.
Ketika aset tetap tidak lagi memiliki umur ekonomis yang lebih lama bagi
perusahaan dan tidak memiliki nilai residu juga nilai jual, maka aset tersebut
biasanya akan dibuang. Sebagai contoh misalkan sebuah mesin tik yang dibeli pada
pertengahan tahun 2000 dengan harga perolehan sebesar Rp 240.000,- telah
disusutkan secara penuh (selama 8 tahun) pada pertengahan tahun 2008. Kemudian
pada bulan Maret 2012, karena mesin ketik tersebut sama sekali tidak dapat lagi
dipakai dan tidak memiliki nlai jual, maka pihak manajemen perusahaan
memutuskan untuk membuang mesin ketik tersebut. Dalam hal ini Perusahaan
harus membuat ayat jurnal yaitu :
(D) Akumulasi penysuutan mesin ketik Rp 240.000,-
(K) Mesin ketik Rp 240.000,-

Secara prinsip, apabila sebuah aset tetap dijual, ayat jurnal untuk mencatat
penjualan sama seperti ayat jurnal diatas, hanya saja dalam hal ini uang kas yang
diterima juga harus dicatat. Untuk mengilustrasikan transaksi penjualan aset tetap,
misalkan sebuah peralatan yang dibeli pada awal bulan Januari 2003 dengan harga
perolehan Rp 5.000.000,-dijual pada akhir bulan September 2010. Peralatan ini
diestimasi memiliki umur ekonomis 10 tahun tanpa nilai residu dan disusutkan
dengan metode garis lurus. Sampai dengan tanggal penjualan, peralatan tersebut
telah ditempatkan dalam pemakaian selama 7 tahun 9 bulan. Oleh karena itu,
besarnya akumulasi penyusutan sampai dengan peralatan tersebut dijual (akhir
September 2010) adalah Rp
5.000.000,- : 10 tahun x 7,75 tahun = Rp 3.875.000,-
Jika peralatan dijual sebesar nilai buku ( Rp 5.000.000,- - Rp 3.875.000 = Rp
1.125.000,-), maka ayat jurnal yang diperlukan untuk mencatat transaksi penjualan
peralatan tersebut adalah
(D) Kas Rp 1.125.000,-
(D) Akm penys. Peralatan Rp 3.875.000,-
(K) Peralatan Rp 5.000.000,-

Jika peralatan dijual dibawah nilai buku, misalkan Rp 1.000.000,- maka ayat
jurnalnya sbb :
(D) Kas Rp 1.000.000,-
(D) Akm Penys. Peralatan Rp 3.875.000,-
(D) Kerugian penj peralatan Rp 125.000,-
(K)Peralatan Rp 5.000.000,-
Jika peralatan dijual datas nilai buku misalkan Rp 1.200.000,-, maka ayat jurnalnya
sbb :
(D) Kas Rp 1.200.000,-
(D) Akm penys. Peralatan Rp 3.875.000,-
(K)Peralatan Rp 5.000.000,-
(K)Laba penj peralatan Rp 75.000,-
6. Penyajian Aset Tetap didalam Laporan Keuangan
Aset didalam laporan keuangan disajikan didalam kelompok aktiva pada komponen aset
tetap dibawah aset lancar. Berikut penyajian aset tetap didalam laporan neraca

B. ASETTAK BERWUJUD

1. Karakteristik Aset tak Berwujud


Aset tak berwujud adalah aset nonmoneter yang dapat diidentifikasi tanpa wujud
fisik, suatu aset dapat dikatakan aset tak berwujud jika memenuhi 3 kriteria sebagai
berikut:
 Dapat dipisahkan/dibedakan
 Timgul dari kontrak atau hak legal lainnya
Keteridentifikasian

 Mampu memperoleh manfaat ekonomis masa depan 


Pengendalian Dapat membatasi akses pihak lain dalam memperoleh
manfaat ekonomis tersebut.

Manfaat Ekonomi Masa  Pendapatan dari penjualan barang atau jasa

Depan  Penghematan biaya


Contoh dari aset tak berwujud adalah perangkat lunak komputer, paten, hak cipta, lisensi,
merek dagang, hak guna bangunan, dan waralaba (franchise).

Aset tak berwujud harus diakui sebagai aset jika:

1. Kemungkinan besar entitas akan memperoleh manfaat ekonomis masa depan dari aset
tersebut; dan
2. Biaya perolehan aset tersebut dapat diukur secara andal.
Jika pengeluaran tidak memenuhi dua kriteria di aatas maka diakui sebagai beban.

Prinsip dasar akuntansi untuk aset tak berwujud sama halnya dengan perlakuan akuntansi
untuk aset tetap. Hanya saja dalam aset tak berwujud istilah alokasi sistematis jumlah tersusutkan
suatu aset tak berwujud selama masa manfaatnya disebut Amortisasi. Amortisasi terjadi karena
seiring berjalannya waktu terjadi penurunan terhadap kegunaan aset tak berwujud bagi
perusahaan yang memilikinya.

Aset tak berwujud dapat diperoleh dari:

Perolehan Pengukuran
Biaya perolehan =
Perolehan (pembelian)/pengurusan sendiri
Harga beli + Biaya yang dapat dikaitkan secara langsung
Akuisisi bagian dari kombinasi bisnis Nilai wajar pada tanggal akuisisi
Akuisisi dengan hibah dari pemerintah Nilai wajar atau nilai nominal
Pertukaran aset Nilai wajar
Harus ada kriteria tambahan khusus*
Aset tak berwujud yang dihasilkan secara internal
(akan dijelaskan terpisah)
Godwill yang dihasilkan internal Tidak boleh diakui sebagai aset

2. Aset Tak berwujud yang Dihasilkan secara Internal

Dalam menentukan apakah aset takberwujud yang dihasilkan internal memenuhi syarat
untuk diakui, perusahaan menggolongkan proses untuk menciptakan suatu produk, formula, jasa
atau lainnya yang dihasilkan menjadi dua tahap.
Riset Pengembangan

Penerapan semua temuan riset atau


Penelitian orisinal dan terencana pengetahuan lainnya pada suatu
yang dilaksanakan dengan harapan rencana atau rancangan produksi
memperoleh pembaruan bahan baku, proses, sistem atau jasa
pengetahuan dan pemahaman yang sifatnya baru atau yang
teknis atas ilmu yang baru mengalami perbaikan substansial
sebelum dimulainya produksi
komersial atau pemakaian.

Berikut pengakuan terhadap biaya-biaya yang dikeluarkan Riset dan Pengembangan:

1. Semua biaya yang dikeluarkan dalam tahap riset (penelitian) diakui sebagai Beban pada saat
terjadinya.
2. Biaya yang dikeluarkan dalam tahap pengembangan dapat diakui menjadi Aset
Takberwujud jika memenuhi kriteria berikut:
a. Kelayakan teknis penyelesaian aset takberwujud sehingga dapat digunakan atau dijual.
b. Mempunyai niat untuk menyelesaikan aset takberwujud tersebut dan menggunakannya
atau menjualnya.
c. Memiliki kemampuan untuk menggunakan atau menjual aset takberwujud.
d. Kemungkinan besar aset tersebut menghasilkan manfaat ekonomi masa depan, termasuk
menunjukkan adanya pasar untuk output aset tersebut.
e. Tersedia kecukupan sumber daya teknis, keuangan, dan sumber daya lain unuk
menyelesaikan pengembangan aset takberwujud dan untuk menggunakan atau menjual
aset tersebut.
f. Memiliki kemampuan untuk mengukur secara andal pengeluaran yang terkait dengan aset
takberwujud selama pengembangannya.
Jika kriteria di atas tidak terpenuhi, maka biaya tersebut harus diakui sebagai beban pada
saat terjadinya.
Berikut bagan perlakuan akuntansi untuk biaya kegiatan Riset dan Pengembangan.

Tanggal Tanggal Tanggal Pemenuhan Tanggal Aset


Penelitian Pengembangan Kriteria Pengembangan Takberwujud
Dimulai Dimulai (syarat 1-6) selesai

Research Development
(Riset) (Pengembangan)

Semua Pengeluaran dicatat Pengeluaran yang relevan


Sebagai BEBAN dapat DIKAPITALISASI sebagai
aset takberwujud

3. Perlakuan Akuntansi untuk Aset Tetap Takberwujud

Perlakuan akuntansi aset takberwujud didasarkan pada umur manfaatnya. Perusahaan harus
menilai apakah masa manfaat dari aset takberwujud itu terbatas atau tak terbatas.

Masa Manfaat

Terbatas Tak Terbatas

Jangka waktu/jumlah produksi/jumlah Jika, berdasarkan analisis dari seluruh


unit serupa yang dihasilkan selama umur faktor relevan, tidak ada batas yang
manfaat terlihat pada saat ini atas periode mana
aset diharapkan menghasilkan manfaat

Amortisasi Tidak Diamortisasi

Gambar Masa Manfaat Aset Takberwujud


1. Perlakuan akuntansi untuk aset takberwujud – masa manfaat terbatas
Contoh aset takberwujud yang memiliki masa manfaat terbatas adalah paten. Paten
adalah hak khusus yang diterima oleh perusahaan untuk memproduksi dan menjual barang dan
jasa secara eksklusif. Harga perolehan paten adalah segala biaya yang dikeluarkan oleh
perusahaan untuk memperoleh hak paten tersebut, misalnya biaya hukum. Harga perolehan ini
kemudian akan diamortisasi selama masa manfaat paten.

Contoh lainnya adalah hak cipta dan lisensi. Biasanya untuk hak cipta dan lisensi
perusahaan dapat dengan mudah menentukan masa manfaat karena biasnya terdapat kontrak atas
transaksi tersebut.

Metode amortisasi untuk aset takberwujud sama dengan metode depresiasi aset tetap
yakni metode garis lurus, metode saldo menurun, dan metode unit produksi.

Pengeluaran yang dilakukan untuk memperoleh paten dijurnal dengan mendebit akun
paten dan mengkredit akun kas/utang/aset lain. Amortisasi paten yang dilakukan setiap tahun
selama masa manfaatnya akan dijurnal dengan mendebit akun bebas amortisasi paten dan
mengkredit akun akumulasi amortisasi paten.

Contoh.

Pada tanggal 2 Januari 2013, PT Rahman memperoleh hak paten seharga Rp. 100.000.000,-. Hak
paten tersebut diperkirakan memiliki masa manfaat selama 10 tahun.

Berikut ini adalah ayat jurnal yang dibuat untuk mencatat perolehan hak paten pada
tanggal 1 Januari 2013.

Tanggal Keterangan Debit Kredit


Jan 2 Paten 100.000.000
Kas 100.000.000

PT Rahman menggunakan metode garis lurus untuk menghitung amortisasi patennya.


Beban amortisasi paten setiap tahunnya diperoleh dengan cara membagi harga perolehan paten
dengan masa manfaat paten. Setiap tahunnya PT Rahman menanggung beban amortisasi paten
sebesar Rp. 10.000.000,- (Rp. 100.000.000,- : 10 tahun).

Berikut adalah ayat jurnal untuk mencatat amortisasi paten PT Rahman pada tanggal 31
Desember 2013.

Tanggal Keterangan Debit Kredit


Des 31 Beban Amortisasi Paten 10.000.000
Akumulasi Amortisasi Paten 10.000.000
2. Perlakuan akuntansi untuk aset takberwujud – masa manfaat tak terbatas
Aset takberwujud yang memiliki umur tak terbatas tidak akan diamortisasi namun tetap
dilakukan uji penurunan nilai di akhir tahun. Penurunan nilai ini akan dicatat dengan mendebit
akun rugi penurunan nilai dan mengkredit akun aset takberwujudnya/akumulasi rugi penurunan
nilai.

Contoh.

PT Rahman memiliki merk dagang untuk makanan dengan nama “lezatoo”. Merk ini bernilai Rp.
250.000.000,-. PT Rahman tidak dapat menentukan masa manfaat merk dagang ini karena
perusahaan yakin merk ini akan menghasilkan arus kas masuk bersih selama periode tidak
terbatas. Pada tanggal 31 Desember 2013, PT Rahman mengestimasi terjadi indikasi penurunan
nilai pada merk dagang lezatoo dengan bukti pangsa pasar yang terus menurun. PT Rahman
menghitung jumlah penurunan nilai untuk merk dagang ini adalah sebesar Rp. 50.000.000,-

Berikut ini adalah ayat jurnal untuk mencatat amortisasi paten PT Rahman pada tanggal
31 Desember 2013.

Tanggal Keterangan Debit Kredit


Des 31 Rugi Penurunan Nilai 50.000.000
Akumulasi Rugi Penurunan Nilai - Merek Dagang 50.000.000

4. Penyajian Aset Tetap Takberwujud

Aset tak berwujud di Laporan Posisi Keuangan (Neraca) disajikan sebesar nilai
tercatatnya yaitu harga perolehan aset takberwujud dikurangi dengan akumulasi amortisasi aset
takberwujud (jika ada). Berikut ini adalah penyajian aset tak berwujud dalam Laporan Posisi
Keuangan PT Rahman.

PT RAHMAN
LAPORAN POSISI KEUANGAN
31 Desember 2013
ASET
Aset takberwujud:
Paten Rp100.000.000
Akumulasi Amortisasi Paten (10.000.000)
Nilai Tercatat Paten 90.000.000
Merek Dagang 250.000.000
Akumulasi Rugi Penurunan Nilai Merek Dagang (50.000.000) 200.000.000
Total Aset Takberwujud 290.000.000
C. ASET TETAP SUMBER DAYA ALAM
Pengakuan Aset TetapSumber Daya Alam
Sumber daya alam (natural resource) mencakup sumber daya yang diatas tanah dan cadangan
dibawah tanah seperti minyak, gas dan mineral lain. Pengelolaan sumber-sumber alam untuk
kegiatan perusahaan hamper selalu berkaitan dengan transaksi baik jual beli atau sewa lahan
(tanah) yang didalamnya terdapat bahan baku (pertambangan/kayu) untuk diolah kembali
menjadi barang jadi. Harga perolehan sumber daya alam adalah harga yang dibutuhkan untuk
memperoleh sumber daya tersebut dan seluruh persiapan untuk membuat aset tersebut siap
digunakan. Untuk sumber daya yang telah ditemukan,seperti barang tambang yang telah ada,
harga perolehannya adalah harga yang dibayar untuk property tersebut.
Penilaian Aset Tetap Sumber Daya Alam
Pengertian Deplesi
Alokasi biaya untuk sumber daya alam sehingga dapat dibebankan secara rasional dan sistematis
selama masa manfaat sumber daya tersebut dinamakan deplesi. Deplesi menyebabkan
berkurangnya harga perolehan (cost) yang disebabkan oleh pengelolaan sumber daya alam
menjadi persediaan, seperti penurunan nilai sumber alam pada tambang dan hutan kayu. Atau
dengan kata lain deplesi adalah penyusutan yang terjadi pada benda yang bersifat alami dan tidak
dapat diperbaharui. Perbedaan depresiasi dan deplesi adalah sebagai berikut :
Metode Perhitungan Deplesi
Dalam perhitungan deplesi, setidaknya perlu diperhatikan aspek-aspek berikut ini :
a. Harga perolehan aset (biaya akuisisi)
Jika sumber daya alam, harga perolehannya adalah pengeluaran dimulai sejak mendapatkan izin
sampai sumber daya alam itu dapat diambil hasilnya. Jika pengeluran itu terlalu kecil, maka
dilakukan penilaian atas sumber daya alam tersebut.
b. Biaya eksplorasi
Biaya ini seringkali diperlukan untuk menemukan sumber daya alam
c. Taksiran hasil yang secara ekonomis dapat dieksploitasi
Deplesi dihitung dari tiap unit hasil sumber daya alam. Berikut contoh kasus deplesi sumber
daya alam :
Suatu perusahaan mendapatkan hak penguasaan lahan tambang batubara dengan deposit
perkiraan teknis 10juta ton. Investasi untuk pendiiran tambang tersebut bernilai 15 miliar.
Berdasarkan perkiraan tersebut, bila pada tahun 2012 berhasil ditambang 1 juta ton, maka biaya
deplesi adalah 1/10 juta x 15 miliar = 1,5 miliar. Adapun jurnalnya adalah sebagai berikut :
Biaya deplesi lahan batu bara Rp 1.500.000.000,-
Akumulasi deplesi lahan batu bara Rp 1.500.000.000,-

Pada aset tetap milik perusahaan yang mengolah sumber daya alam, kegunaan aset terbatas
sampai selesainya eksploitasi sumber alam. Maka deplesi aset tetap dapat dihitung dengan
taksiran hasil sumber alam.
Pelaporan Aset Sumber Daya Alam pada Laporan Keuangan
Aset tetap sumber alam dilaporkan didalam laporan keuangan pada pos Neraca, sedangkan untuk
biaya deplesi masuk kedalam laporan rugi laba yang nantinya akan mengurangi laba perusahaan.
RANGKUMAN :
1. Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang digunakan dalam operasi perusahaan dan tidak
dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan. Aktiva semacam ini
biasanya memiliki masa pemakaian yang lama dan diharapkan dapat memberi manfaat pada
perusahaan selama bertahun-tahun. Manfaat yang diberikan aktiva tetap umumnya semakin
lama semakin menurun kecuali tanah.
2. Aset tetap memiliki wujud secara fisik. Aset tetap dibeli untuk membantu kelancaran
operasi perusahaan. Semua aset tetap harus disusutkan, kecuali tanah karena memiliki masa
manfaat yang tak terbatas
3. Aset tetap terdiri dari tanah, bangunan, mesin,peralatan, kendaraan, pekerjaan dalam proses.
4. Setiap aset tetap harus disusutkan dengan menggunakan beberapa metode yaitu metode
garis lurus, metode saldo menurun, metode unit produksi dan metode jam jasa
5. Aset yang sudah habis masa pakainya atau rusak jika ingin dihapuskan dari daftar aset maka
harus dengan cara pelepasan aset bisa melalui pertukaran aset ataupun dijual.
TES FORMATIF
1. Peralatan toko seharga Rp 53.500.000,- dibeli pada tanggal 3 Juli 2015 dengan estimasi umur
manfaat 5 tahun dan memiliki nilai residu seebsar Rp 1.000.000,-. Peralatan toko ini
disusutkan dengan menggunakan metode saldo menruun. Diminta buatlah ayat jurnal
penyesuaian yang diperlukan pada akhir tahun 2015 dan 2016 untuk mencatat besarnya
beban penyusutan atas peralatan toko tersebut.
2. Padatanggal 1 Mei 2015, sebuah peralatan yang harga perolehannya Rp 30.000.000,- dengan
akumulasi penyusutan Rp 22.500.000,- ditukar dengan sebuah peralatanyang baru yang sama
jenisnya. Hrga pasar untuk peralatan baru ini adalah Rp 50.000.000,-. Peralatan yang lama
hanya dihargai sebesar Rp 7.000.000,- dan sianya dibayar tunai.

KUNCI JAWABAN TES FORMATIF


1. Penyusutan tahun 2015 = 40% x Rp 53.500.000,- x 6/12 = Rp 10.700.000,-
31/12 2015 Biaya penyusutan peralatan toko Rp 10.700.000,-
Akumulasi penyusutan peralatan toko Rp 10.700.000,-
Penyusutan tahun 2016 = 40% x Rp 42.800.000,- x 12/12 = Rp 17.120.000,-
31/12.2016 Biaya penyusutan peralatan toko Rp 17.120.000,-
Akumulasi penyusutan peralatan toko Rp 17.120.000,-
2. 01/05/2015 Peralatan (baru) Rp 50.000.000,-
Akm penystn peralatan Rp 22.500.000,-
Kerugian petukaran aset Rp 500.000,-
Kas Rp 43.000.000,-
Peralatan (lama) Rp 30.000.000,-
LEMBAR KERJA
1. Apa yang dimaksud dengan aset tetap, aset tak berwujud dan aset sumber daya alam. Jelskan
perbedaan jenis aset tersebut.
2. Mengapa aset tetap harus disusutkan dan ada berapa metode yang dapat digunakan untuk
menghitung penyusutan aset tetap. Jelaskan!
3. Apa yang kamu ketahui tentang deplesi!
4. Pada awal Januari 2015 dibelis ebuah aset tetap dengan harga perolehan senesar Rp
100.000.000,-. Aset tetap ini diperkirakan memiliki umur ekonomis 5 tahun dengan nilai
residu Rp 5000.000,- pada akhir tahun ke lima.
Diminta :
Buatlah tabel alokasi harga perolehan dan beban penyustan aset tetap hingga akhir tahun ke
lima dengan menggunakan metode garis lurus dan saldo menurun.
5. PT PBB membeli hak paten dengan harga perolehan Rp70.000.000,-. Masa manfaat hak
tersebut diperkirakan adalah 6 tahun.
Diminta :
a. Buatlah jurnal pembelian hak paten
b. Hitunglah dan buatlah jurnal untuk amortisasi per tahun

Anda mungkin juga menyukai