Anda di halaman 1dari 8

AUDIT ASET TETAP

Menurut Standart Akuntansi Keuangan (PSAK)no. 16 – IAI 2015


Aset tetap adalah asset berwujud yang :
a. Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyesiaan barang dan jasa, untuk disewakan ke
pihak lain, dan untuk tujuan administrative dan
b. Diharapkan akan digunakan lebih dari satu periode.

Istilah istilah yang terkait dengan asset tetap

 Biaya perolehan : jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar dari imbalan lain yang
diserahkan untuk memperoleh suatu asset pada saat perolehan atau konstruksi atau, jika dapat
diterapkan, jumlah yang diatribusi pada asset saat pertama kali diakui sesuai dengan persyaratan
tertentu.
 Jumlah tercatat : jumlah suatu asset diakui setelah dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi
rugi penurunan nilai
 Jumlah terpulihkan : jumlah yang lebih tinggi antara nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual dan
biaya pakainya
 Jumlah tersusutkan : biaya perolehan asset atau jumlah lain yang merupakan pengganti biaya
perolehan, dikurangi nilai residunya.
 Nilai wajar : harga yang akan diterima untuk menjual suatu asset atau harga yang akan dibayar
untuk mengalihkan liabilitas dalam transaksi teratur antara pelaku pasar pada tanggal pengukuran.
(PSAK 68 : Pengukuran nilai wajar)
 Nilai residu dari asset : estimasi jumlah yang dapat diperoleh entitas saat ini dari pelepasan asset,
setelah dikurangi estimasi biaya pelepasan, jika asset telah mencapai umur dan kondisi yang
diperkirakan pada akhir tahun manfaat.
 Nilai spesifik entitas : nilai kini dari arus kas yang diharapkan entitas timbul dari penggunaan asset
secara berkelanjutan dan dari pelepasan asset tersebut pada akhir masa manfaatnya.
 Penyusutan : alokasi sistematis jumlah tersusutkan dari assetselama umur manfaat.
 Rugi penurunan nilai : jumlah yang merupakan selisih lebih jumlah tercatat asset atas jumlah
terpulihkannya.
 Umur manfaat adalah :
a. Periode asset diperkirakan dapat digunakan oleh entitas
b. Jumlah produksi atau unit serupa dari asset yang diperkirakan akan diperoleh dari asset entitas

Sifat Aset Tetap


Ada beberapa sifat / ciri asset tetap antara lain :
a. Tujuan dari pembeliannya bukan untuk dijual Kembali atau diperjual belikan sebagai barang
dagangan, tetapi dipergunakan dalam kegiatan operasi perusahaan.
Sifat pertama dari set tetap tersebut yang membedakan asset tetap dari persediaan barang dagang.

b. Memiliki masa manfaat lebih dari 1 tahun


•Sifat kedua dari asset tetap merupakan alasan mengapa asset tetap harus disusutkan.
• Biaya penyusutan merupakan alokasi dari biaya penggunaan asset tetap selama masa
manfaatnya, secara sistematis dan teratur (menggunakan metode tertentu yang diterapkan secara
konsisten)
c. Jumlahnya cukup material
• Sifat ke tiga merupakan salah satu alas an mengapa setiap perusahaan harus memiliki kebijakan
kapitalisasi, yang membedakan antara capital expenditure (belanja modal) dengan revenue
expenditure / operasional expenditure (belanja operasi)

Jenis-Jenis Aset Tetap


Aset tetap dapat dibedakan menjadi :
1. Aset tetap berwujud (fixed tangible assets) – asset tetap yang memiliki bentuk/ wujud, bisa
dilihat atau diraba
Contoh :
• Tanah
• Gedung
• Pabrik
• Mesin
• Kendaraan
• inventaris
2. Aset tetap tidak berwujud (fixed intangible assets) – asset tetap yang tidak memiliki bentuk
sehingga tidak bisa dilihat atau diraba
Contoh :
• Hak paten
• Hak cipta
• Hak kekayaan intelektual
• Franchise
• Goodwill
• Pra operating expense
• Royalti
Lingkup Audit Aset Tetap
Pemeriksaan yang dilakukan saat audit asset tetap adalah pemeriksaan terhadap :
1. Transaksi peroleh aset tetap.
Transaksi perolehan aset tetap dapat berupa :
a) Transaksi pembelian dalam negeri
b) Transaksi pembelian luar negeri
c) Transaksi pembelian leasing / sewa guna usaha
d) Transaksi pertukaran dengan aset tetap lainnya
e) Transaksi pertukaran dengan saham atau surat berharga lainnya
f) Transaksi dibangun / diproduksi sendiri

2. Penggunaan aset tetap


• Transaksi penggunaan aset tetap berkaitan erat dengan masa manfaat dari aset tetap yang
digunakan tersebut, sehingga akan berpengaruh terhadap biaya penyusutan dan metode
penyusutan yang digunakan.
• Adanya perbedaan masa manfaat yang diakui perusahaan dengan masa manfaat yang diakui
oleh perpajakan akan menjadi catatan tersendiri dalam audit aset tetap
3. Pemeliharaan aset tetap
• Transaksi pemeliharaan aset tetap berkaitan dengan biaya perawatan yang dikeluarkan
pihak entitas terhadap penggunaan asetnya.
• Transaksi pemeliharaan tersebut ada yang menambah masa manfaat aset tetap, ada yang
tidak menambah masa manfaat.

4. Penghentian aset tetap


• Transaksi penghentian aset tetap dapat berupa :
a. Penghentian karena aset sudah usang / sudah tidak produktif (adanya penurunan nilai
ekonomis aset diluar penyusutan)
b. Penghentian karena aset dijual / ditukar
c. Penghentian karena aset hilang / rusak

AKUN-AKUN ASET TETAP


1. Aset Tetap (Tanah, Gedung dst.)
2. Beban Depresiasi Aset Tetap
3. Akumulasi Depresiasi Aset Tetap
4. Beban Reparasi dan Pemeliharaan
5. Asset Cost in progress (biaya dalam proses produksi asset sendiri)
6. Revaluasi (penilaian Kembali) asset tetap
7. Impairment (penurunan nilai) Aset Tetap
8. Laba/Rugi Pertukaran/ penjualan Aset Tetap
9. Beban Bunga leasing (Pendanaan Aset Tetap)
10. Dismantling costs (biaya pembongkaran pada saat penghentian aset tetap)
11. Decommissioning costs (biaya pemulihan kembali lokasi penempatan aset tetap)
12. Pajak yang dikenakan atas pembelian / penjualan aset tetap
13. Biaya perolehan aset tetap
14. Pajak tangguhan (deffered

Audit objective (tujuan pemeriksaan) Asset tetap


Tujuan audit asset tetap adalah sbb :
1. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas asset tetap.
2. Untuk memeriksa apakah asset tetap yang tercantum di laporan posisi keuangan benar benar ada,
masih digunakan dan dimiliki oleh perusahaan.
3. Untuk memeriksa apakah penambahan asset tetap dalam tahun berjalan benar benar merupakan
capital expenditure (belanja modal), diotorisasi oleh pejabat yang berwenang dan didukung oleh
bukti dan document yang lengkap, serta sudah dicatat dan dibukukan dengan benar.
4. Untuk memeriksa apakah disposal (penarikan) asset tetap sudah dilakukan sesuai prosedur dan
sudah dicatat dan dibukukan dengan benar.
5. Untuk memeriksa apakah beban penyusutan dalam tahun berjalan sudah dilakukan sesuai standart
akuntansi yang berlaku secara konsisten dan perhitungannya sudah benar (akurat)
6. Untuk memeriksa apakah ada set tetap yang dijadikan jaminan
7. Untuk memeriksa apakah penyajian asset tetap sudah sesuai denganstandat akuntansi yang
berlaku
8. Untuk memeriksa apakah terdapat pajak tangguhan (baik berupaasset pajak tangguhan atau
kewajiban pajak tangguhan) yang timbul akibat transaksi leasing dan beda metode penyusutan
antara perusahaan dan perpajakan, saat pencatatan dan penyajian laporan keuangan

Prosedur pemeriksaan asset tetap

Prosedur audit atas aktiva tetap adalah sebagai berikut :


1. Pelajari dan evaluasi internal control atas aktiva tetap.
2. Minta kepada klien Top Supporting Schedule aktiva tetap, yang erisikan : Saldo awal, penambahan
serta pengurangan- pengurangannya dan saldo akhir, baik untuk harga perolehan maupun
akumulasi penyusutannya.
3. Periksa footing dan crossfootingnya dan cocokkan totalnya dengan General Ledger atau Sub-Ledger,
saldo awal dengan working paper tahun lalu.
4. Vounch penambahan serta pengurangan dari fixed Assets tersebut. Untuk penambahan kita lihat
approvalnya dan kelengkapan supporting documentnya.
5. Periksa phisik dari Fixed Assets tersebut (dengan cara test basis) dan periksa kondisi dan nomor
kode dari Fixed Assets.
6. Periksa bukti pemilikan aktiva tetap.
• Untuk tanah, gedung, periksa sertifikat tanah dan IMB (Izin Mendirikan Bangunan) serta
SIPB (Surat Izin Penempatan Bangunan).
• Untuk mobil, motor, periksa BPKP, STNKnya.
7. Pelajari dan periksa apakah Capitalization Policy dan Depreciation Policy yang dijalankan konsisten
dari tahun sebelumnya.
8. Buat analisis tentang perkiraan Repair&Maintenance, sehingga kita dapat mengetahui apakah ada
pengeluaran yang seharusnya masuk dalam kelompok Capital Expenditures tetapi dicatat sebagai
Revenue Expenditures.
9. Periksa apakah Fixed Assets tersebut sudah diasuransikan dan apakah Insurance Coveragenya
cukup atau tidak.
10. Test perhitungan penyusutan, cross reference angka penyusutan dengan biaya penyusutan
diperkiraan laba rugi dan periksa alokasi/distribusi biaya penyusutan.
11. Periksa apakah ada perbedaan antara penyusutan komersial dan fiscal yang dapat menimbulkan
pajak tangguhan
12. Periksa notulen rapat, perjanjian kredit, jawaban konfirmasi dari bank untuk memeriksa apakah ada
Fixed Assets dijadikan sebagai jaminan atau tidak.
13. Periksa apakah ada Commitment yang dibuat oleh perusahaan untuk membeli atau menjual Fixed
Assets.
14. Untuk construction in Progress, kita periksa penambahannya dan apakah ada Construction in
progress yang harus di transfer ke Fixed Assets
15. Jika ada aktiva tetap yang diperoleh melalui leasing, periks leaseagreement dan periksa apakah
accounting treatmentnya sudah sesuai dengan standar akuntansi leasing.
16. Periksa apakah beda tetap dan beda temporer akibat aktiva tetap leasing sudah dibukukan pajak
tangguhannya.
17. Periksa atau tanyakan apakah ada aktiva tetap yang dijadikan agunan kredit di bank / jaminan
project.
18. Periksa penyajian dalam laporan keuangan, apakah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia(SAK/ETAP/IFRS).
KATEGORI ASERSI MANAJEMAN
Asersi manajemen adalah pernyataan ekplisit dan implisit manajemen tentang suatu transaksi dan saldo
akun. Asersi manajemen diklasifikasi menjadi 5 (lima) kategori asersi, yaitu:
1. Eksistensi atau terjadinya. Saldo akun benar-benar ada, dan transaksi benar-benar terjadi.
2. Kelengkapan. Transaksi telah dilaporkan secara lengkap.
3. Hak dan Kewajiban. Pengakuan atas hak dan kewajiban yang berkaitan dengan aset tetap
(pengakuan transaksi) dilakukan dengan tepat.
4. Penilaian atau alokasi. Transaksi telah dinilai dan dialokasikan dengan tepat (dibukukan dengan
tepat)
5. Penyajian dan pengungkapan. Transaksi telah disajikan dan diungkapkan dalam laporan keuangan
dengan tepat.

Auditor harus menguasai PROSEDUR AUDIT untuk menguji masing-masing asersi tersebut diatas.

Pemisahan Fungsi Transaksi


Fungsi-fungsi transsaksi yang dibentuk sangat
tergantung pada karakteristik serta intensitas
volume transaksi masing-masing perusahaan.
Secara umum fungsi-fungsi transaksi yang
kemungkinan dibentuk untuk keperluan
pengendalian transaksi adalah:
• Fungsi otorisasi
• Fungsi pelaksana
• Fungsi pembukuan dan pelaporan
• Fungsi pengawasan
• Fungsi audit
DOKUMENTASI TRANSAKSI
Dokumen dibuat untuk tujuan pengendalian transaksi. Kecukupan dokumentasi akan menentukan
efektifitas pengendalian internal. Dokumen untuk kegiatan investasi bisa mencakup:
• Dokumen pembelian aset
• Dokumen kepemilikan aset
• Dokumen reparasi dan pemeliharaan aset.
• Dokumen pembukuan, yang mencakup: jurnal, buku pembantu, buku besar, serta laporan.
• Dokumen monitoring/audit interen atas ketepatan pemanfaatan dokumen transaksi.
Pengujian efektifitas spi

 Pemahaman dan pengujian SPI ditujukan untuk mengukur tingkat kecukupan dan tingkat efektifitas
SPI dalam mencegah potensi salah saji.
 Pengujian SPI dilakukan dengan cara menguji kepatuhan praktik terhadap prosedur yang telah
ditetapkan, termasuk menguji tingkat kompetensi staff dalam menjamin validitas dan kualitas hasil
pekerjaannya.
 SPI dapat disimpulkan memadai dan efektif jika tingkat kepatuhan praktik terhadap standard
prosedur cukup tinggi, dan SPI dipandang efektif dalam mencegah potensi terjadinya salah saji
material.
 Variabel yang penting untuk fahami dan diuji tingkat keandalannya mencakup 5 variabel dalam
framework pengendalian COSO (Committee of Sponsoring Organization)
 Komponen-komponen pengendalian internal menurut COSO antara lain:
1. A control environment (lingkungan pengendalian).
Merupakan tanggung jawab manajemen puncak untuk menyatakan dengan jelas nilai-nilai
integritas dan kegiatan tidak etis yang tidak dapat ditoleransi.
2. Risk assessment (penaksiran resiko).
Perusahaan harus mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang menciptakan resiko
bisnis dan harus menentukan bagaimana caranya mengelola resiko tersebut.
3. Control activities (kegiatan pengendalian).
Untuk mengurangi terjadinya kecurangan, manajemen harus merancang kebijakan dan
prosedur untuk mengidentifikasi resiko tertentu yang dihadapi perusahaan.
4. Information and communication (informasi dan komunikasi).
Sistem pengendalian internal harus dikomunikasikan dan diinfokan kepada seluruh karyawan
perusahaan dari atas hingga bawah.
5. Monitoring (pemantauan).
Sistem pengendalian internal harus dipantau secara berkala. Apabila terjadi kekurangan yang
signifikan, harus segera dilaporkan kepada manajemen puncak and ke dewan komisaris.

PENGUKURAN MATERIALITAS
Terdapat dua pertimbangan materialitas dalam audit laporan keuangan, yaitu materialitas saldo akun dan
materialitas salah saji.
1. Materialitas saldo akun, adalah saldo akun yang jumlahnya material serta berhubungan dengan
volume transaksi yang material, yang memerlukan perhatian khusus untuk mendeteksi
kemungkinan adanya salah saji material, baik disebabkan oleh risiko bawaan maupun risiko
pengendalian.
2. Materialitas salah saji, adalah ukuran materialitas atas temuan salah saji dalam laporan keuangan,
yang mempengaruhi kepercayaan auditor atas kewajaran saldo akun. Ukuran materialitas salah saji
ditentukan oleh kesimpulan auditor atas tingkat efektifitas SPI, dengan prinsip “semakin tinggi
risiko SPI gagal dalam mendeteksi salah saji, semakin rendah tingkat materialitas salah saji (semakin
rendah kepercayaan auditor terhadap kewajaran saldo akun), atau sebaliknya”.

SPI, MATERIALITAS, BUKTI AUDIT


• SPI, materialitas, dan bukti audit saling berhubungan.
• SPI kuat (potensi salah saji kecil) materialitas besar (auditor lebih berani ambil risiko) à bukti
audit sedikit.
• SPI lemah (potensi salah saji besar) materialitas kecil (auditor tidak berani ambil risiko) à
bukti audit banyak.
• Kata kuat, lemah, besar, kecil, banyak, sedikit dalam kontek SPI, materialitas, dan bukti audit,
kuantifikasinya didasarkan sepenuhnya pada pertimbangan profesional auditor.

PENGUJIAN SUBSTANTIF ASET TETAP


• Sifat, saat, dan luas pengujian substantif ditentukan oleh tingkat risiko pengendalian dan materialitas
salah saji.
• Pengujian substantif mencakup:
a. Prosedur pendahuluan
b. Prosedur analitis
c. Prosedur pengujian transaksi
d. Prosedur pengujian saldo rekening
e. Pengujian estimasi akuntansi
f. Pengujian penyajian dan pengungkapan.

Prosedur Pendahuluan
1.Memahami entitas dan lingkungannya, untuk menentukan:
a. Pengaruh aset tetap serta perubahannya terhadap entitas.
b. Faktor-faktor ekonomi penting yang mempengaruhi perolehan aset tetap.
c. Standard industri tentang komposisi aset tetap serta pengaruhnya terhadap laba.
d. Memahami skema pendanaan aset tetap.
2. Melaksanakan prosedur awal:
a. Menelusur saldo awal aset tetap dan akumulasi depresiasinya ke saldo per audit
b. tahun lalu.
c. Melakukan review atas mutasi akun asset tetap dan akumulasi depresiasi, serta melakukan
investigasi atas mutasi yang tidak lazim.
d. Mendapatkan daftar tambahan aset, penghentian aset, serta depresiasi aset, serta menguji
ketepatan data dalam daftar asset tetap.

Prosedur Analitis
1. Menentukan angka-angka ekspektasi saldo aset tetap dengan menggunakan pemahaman atas
industri dan aktivitas bisnis entitas.
2. Melakukan perhitungan rasio.
3. Membandingkan hasil perhitungan rasio dengan angka harapan/angka pembanding, misalnya data
tahun lalu, data industri, data anggaran, dan data lain yang relevan.

Anda mungkin juga menyukai