1. Merger
2. Kepemilikan kendali/kepentingan pengendali
3. Kepemilikan non-pengendali/kepentingan non-pengendali
4. Kepentingan menguntungkan lainnya
Penciptaan entitas usaha
Contoh: PT Fajar menciptakan sebuah anak perusahaan PT Fajar utama dan mentranser asset dan
liabilitas berikut ke PT fajar utama, serta sebagai pertukaran memperoleh 100.000 lembar saham
biasa PT fajar utama dengan nilai par Rp 2.000.
Kas Rp 70.000.000
Rp 435.000.000
2. Kas 70.000.000
Persediaan 50.000.000
Tanah 75.000.000
Bangunan 100.000.000
Peralatan 250.000.000
Akm.penyusutan 110.000.000
Modal saham biasa, nilai par 2.000 200.000.000
Agio saham 235.000.000
Akuntansi untuk kombinasi bisnis
Kombinasi bisnis yang terpengaruh karena pembelian asset bersih
Contoh PT Pututaka mengakuisisi seluruh asset dan mengambil alih seluruh liabilitas PT
Songkok dalam merger wajib ke PT Songkok 10.000 lembar saham senilai Rp 10.000 per
lembar saham biasa. Saham yang diterbitkan memiliki total nilai wajar Rp 610.000.000.
Pt Pututaka menanggung biaya legal dan dan penilaian sebesar Rp 40.000.000 dalam
hubungannya dengan kombinasi bisnis tersebut dan biaya emisi saham sebesar Rp
25.000.000. berikut ilustrasi nilai buku dan nilai wajar asset individu serta liabilitas PT
Songkok pada tanggal kombinasi bisnis.
Asset, liabilitas dan ekuitas nilai buku nilai wajar
Kas dan piutang 45.000.000 45.000.000
Persediaan 65.000.000 75.000.000
Tanah 40.000.000 70.000.000
Bangunan dan peralatan 400.000.000 350.000.000
Akm peny peralatan (150.000.000)
Paten 80.000.000
Total asset 400.000.000 620.000.000
Liabilitas lancar 100.000.000 110.000.000
Modal saham biasa (nilai par Rp5000) 100.000.000
Agio saham biasa 50.000.000
Saldo laba 150.000.000
Total liabilitas dan ekuitas 400.000.000
Nilai wajar asset bersih 510.000.000
Ayat jurnal dari transaksi diatas adalah sebagai berikut:
Mencatat biaya terkait pembelian PT songkok
Beban merger 40.000.000
Kas 40.000.000
Mencatat biaya terkait penerbitan modal saham biasa
Biaya penerbitan saham tangguhan 25.000.0000
Kas 25.000.000
Pada tanggal kombinasi bisnis, PT pututaka mencatat kombinasi bisnis tersebut sbb:
Kas dan piutang 45.000.000
Persediaan 75.000.000
Tanah 70.000.000
Bangunan dan peralatan 350.000.000
Paten 80.000.000
Goodwill 100.000.000
Liabilitas lancer 110.000.000
Modal saham biasa 100.000.000
Agio saham biasa 485.000.000
By penerbitan saham tangguhan 25.000.000
Ayat jurnal yang dicatat oleh perusahaan yang diakuisis
Investasi pada saham PT pututaka 610.000.000
Liabilitas saat ini 100.000.000
Akm. Penyusutan 150.000.000
Kas dan piutang 45.000.000
Persediaan 65.000.000
Tanah 40.000.000
Bangunan dan peralatan 400.000.000
Keuntungan penjualan asset bersih 310.000.000
Mencatat pembagian saham PT songkok
Modal saham biasa 100.000.000
Agio saham 50.000.000
Saldo laba 150.000.000
Keuntungan penjualan asset bersih 310.000.000
Investasi pada saham PT Pututaka 610.000.000
Bab 2
PELAPORAN KEPEMILIKAN ANTARPERUSAHAAN
Akuntansi untuk investasi pada saham biasa
Metode ekuitas digunakan untuk pelaporan eksternal jika investor mempunyai pengaruh
signifikan dalam kebijakan operasi dan keuangan investee dan konsolidasi tidak sesuai.
Metode ini digunakan ketika satu perusahaan mempunyai kepemilikan antara 20%-50%
saham biasa perusahaan lain.
Metode nilai wajar digunakan untuk pelaporan investasi dalam sekuritas ekuitas yang
tidak diperdagangkan ketika konsolidasi dan metode ekuitas tidak sesuai untuk
digunakan, metode ini digunakan ketika investor memiliki kepemilikan kurang dari 20%.
Metode biaya dapat digunakan oleh perusahaan induk kapanpun perusahaan tersebut
mempersiapkan laporan keuangan tersendiri, sebagai informasi tambahan untuk laporan
konsolidasi.
Metode nilai wajar
Contoh PT republic membeli 10% saham biasa dari PT Bina Suka pada 1 januari 2008
senilai Rp 50.000.000. PT Bina Suka memiliki asset bersih pada tanggal tersebut dengan
nilai buku Rp 400.000.000 dan nilai wajar Rp 465.000.000. PT republic menerbitkan
laporan keuangan pada akhir triwulan. Pada tanggal 1 maret 2008, PT republic menerima
deviden tunai Rp 1.500.000 dari PT bina suka, PT republic menentukan nilai wajar
investasinya dari PT bina suka menjadi Rp 57.000.000. ayat jurnal yang dicatat sebagai
berikut:
Investasi di PT Bina suka 50.000.000
Kas 50.000 000
Jurnal yg mencatat penerimaan deviden:
Kas 1.500.000
Pendapatan dividen 1.500.000
Jurnal yang mencatat kenaikan nilai PT bina suka
Metode ekuitas
Pengakuan pendapatan
Contoh PT ABC memperoleh pengaruh signifikan atas PT Y dengan membeli 20% saham biasa
PT Y pada awal tahun. PT Y melaporkan laba sebesar Rp 60.000.000 untuk tahun berjalan. PT
ABC mencatat bagiannya atas laba PT Y sebesar Rp 12.000.000 dengan ayat jurnal sbb:
Pengakuan deviden
Kas 4.000.000
Perbedaan antara biaya perolehan investasi dan nilai buku yang mendasari
PT antariksa membeli 40% saham biasa PT Barapnas pada tanggal 1 januari 2008, senilai Rp
200.000.000. PT barapnas pada tanggal tersebut mempunyai asset bersih dengan nilai buku Rp
400.000.000 dan nilai wajar 465.000.000. bagian PT antariksa atas nilai buku asset bersih PT
barapnas pada saat akuisisi adalah Rp 160.000.000 (Rp 400.000.000 x 0,40). Selisih sebesar Rp
40.000.000 dihitung sbb:
Selisih 40.000.000
Selisih lebih nilai wajar diatas nilai buku sebesar 65.000.000 terdiridari 15.000.000 peningkatan
nilai tanah PT barapnas dan Rp 50.000.000 peningkatan nilai peralatan.
Pada tahun yang sama PT Barapnas mempunyai laba bersih Rp 80.000.000 dan membagikan
deviden sebesar Rp 20.000.000 buatlah ayat jurnal untuk transaksi diatas dan catatlah amortisasi
(penyusutan) bila masa manfaatnya diperkirakan 5 tahun dari selisih (diferential ) nilai buku.
Kas 200.000.000
Kas 8.000.000
Bab 3
Laporan konsolidasian menyajikan posisi keuangan dan hasil operasi untuk induk perusahaan
dari satu atau lebih anak perusahaan seakan akan entitas entitas tersebut adalah satu entitas atau
perusahaan.
Konsep konsolidasi:
Konsolidasi biasanya di lakukan apabila kepemilikan mayoritas tetapi PSAK 65 tidak melarang
konsolidasi dengan kepemilikan kurang dari mayoritas.
Asumsikan pada tanggal 1 januari 2011 PT indah membeli pada nilai buku semua saham biasa
PT Andika. Pada akhir tahun 2011, laporan posisi keuangan dari kedua perusahaan sbb:
Laporan posisi keuangan
31 desember 2011
PT indah PT andika
aset
Kas 5.000.000 3.000.000
Piutang 84.000.000 30.000.000
Persediaan 95.000.000 60.000.000
Asset tetap 375.000.000 250.000.000
Asset lain lain 25.000.000 15.000.000
Investasi pada saham PT 300.000.000
andika
Total asset 884.000.000 358.000.000
Liabilitas dan ekuitas
Utang jangka pendek 60.000.000 5.000.000
Utang jangka panjang 200.000.000 50.000.000
Modal saham biasa 500.000.000 200.000.000
Saldo laba 124.000.000 100.000.000
Total liabilitas dan ekuitas 884.000.000 358.000.000
PT indah
Laporan posisi keuangan konsolidasian
31 des 2011
aset Liabilitas dan ekuitas
kas 8.000.000 Utang jangka pendek 67.000.000
Piutang 113.000.000 Utang jangka panjang 250.000.000
persediaan 153.000.000 Modal saham biasa 500.000.000
Asset tetap 625.000.000 Saldo laba 122.000.000
Asset lain lain 40.000.000
Total aset 939.000.000 Total liabilitas dan 939.000.000
ekuitas
Utang jangka
pendek
Utang jangka
panjang
Modal saham
biasa
Saldo laba
PROSEDUR KONSOLIDASI
Prosedur konsolidasi, termasuk penggunaan kertas kerja, dibuat untuk menggabungkan akun-akun dari
indukdan anak-anakperusahaan sehingga tampak sebagai entitas tunggal. Titik awal persiapan
pembuatan laporan keuangan konsolidasi adalah pembukuan dari masing-masing entitas terpisah.
Karena entitas konsolidasi tidak memiliki pembukuan, seluruh nilai yang tertera dalam laporan
konsolidasi aslinya terdapat di pembukuan . induk perusahaan atau anak perusahaan atau kertas kerja
konsolidasi.
Kertas kerja konsolidasi (consolidation workpaper) merupakan mekanisme yang efisien untuk
menggabungkan akun-akun dari perusahaan yang terpisah yang akan dikonsolidasi dan untuk
menyesuaikan saldo gabungan menjadi angka yang akan dilaporkan seakan-akan semua perusahaan
yang dikonsolidasi tersebut adalah perusahaan tunggal.
Kondisi konsolidasi yang paling sederhana terjadi jika laporan keuangan dari perusahaan-perusahaan
dengan hubungan istimewa dikonsolidasi sesaat setelah timbulnya hubungan induk perusahaan-anak
Ilustrasi 5.1
Neraca untuk PT Induk dan PT Anak, 1 Januari 20X1, Sesaat Sebelum Penggabungan Usaha
PT Induk PT Anak
Aset
perusahaan, melalui penggabungan usaha atau melalui pembentukan anak perusahaan baru. Contoh
berkelanjutan berikut mengilustrasikan penyusunan neraca konsolidasi dalam berbagai situasi yang
mungkin timbul dari penggabungan usaha. Pada setiap contoh, PT Induk membeli seluruh atau sebagian
dari saham biasa PT Anak pada tanggal 1 Januari 20X1 dan sesaat setelahnya langsung menyusun neraca
konsolidasi. Neraca terpisah dari kedua perusahaan sesaat sebelum penggabungan usaha disajikan pada
ilustrasi 5.1.
Dalam contoh pertama, PT Induk membeli semua saham biasa beredar dari PT Anak seharga
Rp300.000.000. Pada tanggal penggabungan usaha, nilai wajar dari masing-masing aset dan kewajiban
PT Anak sama dengan nilai buku yang disajikan pada ilustrasi 4.2. Karena PT Induk mengakuisisi semua
saham biasa PT Anak dan PT Anak hanya mempunyai satu jenis saham beredar, maka total nilai buku
saham yang diakuisisi sama dengan total ekuitas pemegang saham PT Anak (Rp200.000.000 +
Rpl00.000.000). Harga beli sebesar Rp300.000.000 sama dengan nilai buku dari saham yang diakuisisi.
Situasi kepemilikan ini dapat digambarkan sebagai berikut.
PT Induk mencatat akuisisi saham di pembukuannya pada tanggal penggabungan usaha dengan ayat
jurnal sebagai berikut.
1 Januari 20X1
Kas 300.000.000
Kertas kerja untuk penyusunan neraca konsolidasi sesaat setelah akuisisi disajikan pada Ilustrasi 5.2. Dua
kolom pertama dari kertas kerja pada Ilustrasi 5.3 adalah saldo akun yang diambil dari pembukuan PT
Induk dan PT Anak yang disajikan pada Ilustrasi 5.3. Saldo dari akun-akun yang sama ditempatkan
bersebelahan sehingga saldo tersebut dapat ditambahkan bersama-sama. Jika terdapat lebih dari dua
perusahaan dikonsolidasi, kolom terpisah akan dimasukkan dalam kertas kerja untuk tiap tambahan
anak perusahaan.
Ilustrasi 5.2
Neraca untuk PT Induk dan PT Anak, 1 Januari 20X1, Sesaat Setelah Penggabungan Usaha
Aset
(300,000,000
Akumulasi Penyusutan (400,000,000) )
R 1,100,000,00 R
Total Aset p 0 p 500,000,000
R R
Utang Usaha p 100,000,000 p 100,000,000
Satu-satunya ayat jurnal eliminasi dalam kertas kerja pada Ilustrasi 5.3 adalah ayat jurnal yang
diperlukan untuk mengeliminasi akun Investasi pada Saham PT Anak dan akun ekuitas pemegang saham
anak perusahaan. Hal ini dilakukan dengan membuat ayat jurnal E (2) dalam kertas kerja.
Harga saham suatu perusahaan dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk nilai aset bersih,
kemampuan laba (earning power) perusahaan, dan kondisi pasar secara umum. Pada saat suatu
perusahaan membeli perusahaan lain, tidak ada alasan untuk mengharapkan harga beli akan sama
dengan nilai buku saham yang diakuisisi. Proses yang digunakan untuk menyusun neraca konsolidasi
hanya sedikit lebih sulit pada saat 100% saham perusahaan dibeli pada harga yang berbeda dengan nilai
bukunya.
Untuk mengilustrasikan pembelian anak perusahaan pada harga lebih tinggi dari nilai buku,
asumsikan bahwa PT Induk membeli semua saham biasa beredar PT Anak seharga Rp340.000.000 tunai
pada tanggal 1 Januari 20X1. Dalam pembelian tersebut, PT Induk membayar Rp40.000.000 lebih tinggi
dari nilai buku saham tersebut. Situasi kepemilikan yang dihasilkan dari pembelian tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut.
Nilai buku
Rp 300.000.000
A
Ilustrasi 5.3
Neraca Konsolidasi, 1 Januari 20X1, Tanggal Penggabungan Usaha; 100% Pembelian pada Nilai Buku
Asset Kewajiban
PT Induk mencatat akuisisi saham tersebut dengan ayat jurnal sebagai berikut.
1 Januari 20X1
Kas 340.000.000
Ayat jurnal kertas kerja untuk mengeliminasi akun investasi PT Induk dan akun ekuitas pemegang saham
PT Anak adalah sebagai berikut.
Diferensial/SELISIH 40.000.000
E: TANAH 40JUTA
DIFERENSIAL/SELISIH 40JUTA
Dalam banyak situasi, diferensial terkait dengan beberapa aset dan kewajiban yang berbeda. Untuk
mengilustrasikan alokasi diferensial ke berbagai aset dan kewajiban, asumsikan bahwa nilai buku dan
nilai wajar aset dan kewajiban PT Anak adalah sebagaimana disajikan dalam Ilustrasi 5.5. Nilai wajar
persediaan dan tanah lebih tinggi dari nilai bukunya, sedangkan nilai wajar bangunan dan peralatan
lebih rendah daripada nilai bukunya.
Asumsikan bahwa PT Induk mengakuisisi semua saham biasa PT Anak seharga Rp400.000.000
pada tanggal 1 Januari 20X1, dengan mengeluarkan obligasi dengan tingkat bunga 9% dan nilai nominal
RplOO.000.000 dan membayar tunai sebesar Rp300.000.000. Situasi kepemilikan yang terjadi dapat
digambarkan sebagai berikut.
Nilai buku
Rp 300.000.000
A
Ilustrasi 5.5
Kertas Kerja UntukNeraca Konsolidasi, 1 Januari 20X1, Tanggal Penggabungan Usaha; 100% Pembelian
pada Harga di Atas Nilai Buku
Eliminasi
1 Januari 20X1
Kas 300.000.000
Hubungan antara total harga beli yang dibayarkan untuk saham PT Anak, nilai wajar aset bersih, dan
nilai buku aset bersih PT Anak adalah sebagai berikut.
Ilustrasi 5.6
Selisih antara
Nilai Buku Nilai Wajar Nilai Wajar dan
Nilai Buku
Kas Rp Rp
50,000,000 50,000,000
500,000,000 565,000,000
Kewajiban
Utang Usaha Rp Rp
100,000,000 l00.000.000
Ekuitas Pemegang
200,000,000
Saham
Saldo Laba Rp Rp
Rp 30,000,000
500,000,000 235.000.000
Ayat jurnal eliminasi yang dimasukkan dalam kertas kerja konsolidasi dalam rangka penyusunan
neraca konsolidasi sesaat setelah penggabungan usaha adalah sebagai berikut.
Diferensial 100.000.000
Tanah 60.000.000
Goodwill 70.000.000
Diferensial 100.000.000
Mengalokasikan difsrensial.
Ilustrasi 5.7
Kertas Kerja untuk Neraca Konsolidasi, 1 Januari 20X1, Tanggal Penggabungan Usaha; 100% Pembelian
pada Harga di Atas Nilai Buku
Eliminasi
Mengguriakan contoh PT Induk dan PT Anak, asumsikan nilai buku dan nilai wajar dari aset dan
kewajiban PT Anak pada tanggal 1 Januari 20X1 sebagaimana disajikan pada Ilustrasi 5.8 PT Induk
membeli semua saham PT Anak seharga Rp260.000.000. Situasi kepemilikan yang terjadi adalah sebagai
berikut.
Nilai buku
1/1/x1 Saham biasa-PT Anak Rp 200.000.000
Rp 300.000.000
A
Ilustrasi 5.8
Selisih antara
Nilai Buku Nilai Wajar Nilai Wajar dan
Nilai Buku
Kas
Rp Rp
50,000,000 50,000,000
500,000,000 485,000,000
Kewajiban
Utang Usaha Rp Rp
100,000,000 l00.000.000
Ekuitas Pemegang
200,000,000
Saham
PT Induk mencatat investasinya di PT Anak dengan ayat jurnal berikut pada pembukuannya.
1 Januari 20X1
Kas 260.000.000
Hubungan antara total harga beli yang dibayarkan untuk saham PT Anak, nilai wajar aset bersih, dan
nilai buku aset bersih PT Anak adalah sebagai berikut.
Jika neraca konsolidasi disusun sesaat setelah penggabungan usaha, maka ayat jurnal eliminasi berikut
akan dibuat dalam kertas kerja konsolidasi sebagai berikut.
E(11) Saham Biasa - PT Anak 200.000.000
diferensial 40.000.000
Diferensial 15.000.000
Tanah 3.461.538
Penyesuana
i
Awal ke Penguranga
Nilai Rasio Diferensial n
Tidak
Nilai Buku Wajar NilaiWajar Alokasi teralokasi alokasi
Semua pendapatan dan beban dari masing-masing perusahaan yang dikonsolidasi yang timbul dari
transaksi dengan perusahaan nonafiliasi akan dimasukkan dalam laporan laba rugi konsolidasi. Jumlah
yang dilaporkan sebagai laba bersih konsolidasi (consolidated net income) adalah bagian dari total laba
perusahaan yang dialokasikan ke pemegang saham induk perusahaan. Ketika anak perusahaan dimiliki
seluruhnya oleh induk perusahaan, semua laba induk perusahaan dan anak perusahaannya menjadi hak
pemegang saham induk perusahaan Pada kasus ini, laba bersih konsolidasi adalah selisih antara
pendapatan dan beban konsolidasi.
Saldo laba konsolidasi harus diukur menggunakan dasar yang konsisten dengan yang digunakan dalam
menentukan laba bersih konsolidasi. Saldo laba konsolidasi adalah bagian dari laba yang tidak
didistribusikan oleh perusahaan yang dikonsolidasi yang dimiliki oleh pemegang saham induk
perusahaan. Sebagai suatu perusahaan tunggal, saldo laba konsolidasi akhir sama dengan saldo laba
konsolidasi awal ditambah laba bersih konsolidasi dikurangi dividen konsolidasi.
Dalam kasus sederhana yang diberikan sebelumnya, asumsikan bahwa saldo 1 Januari 20X1 saldo laba PT
Idaman adalah Rp400.000.000 dan PT Amanah sebesar Rp250.000.000. Selama tahun 20X1, PT Amanah
melaporkan laba bersih Rp25.000.000 dan mengumumkan dividen Rpl0.000.000. PT Idaman melaporkan
laba operas! terpisah Rpl00.000.000 ditambah laba dari 100% kepemilikan PT Amanah menggunakan
metode ekuitas sebesar Rp25.000.000. PT Idaman mengumumkan dividen sebesar Rp30.000.000.
Berdasarkan informasi tersebut, saldo laba PT Idaman dan PT Amanah per 31 Desember 20X1 dihitung
sebagai berikut.
PT Idaman PT Amanah
Rp 495.000.000 Rp 265.000.000
Saldo laba konsolidasi dihitung pertama dengan menentukan saldo laba induk yang berasal dari hasil
operasinya sendiri. Perhitungan ini menghapus Rp 25.000.000 laba anak perusahaan yang diakui induk
sejak akuisisi dari saldo laba induk perusahaan, sehingga menyisakan Rp 470.000.000 (Rp 495.000.000 –
Rp 25.000.000) saldo laba dari hasil operas! induk sendiri. Bagian induk atas laba bersih anak
perusahaan sebesar 100% sejak tanggal akuisisi kemudian ditambahkan ke nilai ini, menghasilkan saldo
laba konsolidasi Rp 495.000.000. Nilai ini sama dengan saldo laba induk yang menggunakan metode
ekuitas.
Tiap laporan keuangan konsolidasi disusun seakan-akan diperoleh dari pembukuan tunggal yang
digunakan untk mencatat keseluruhan entitas konsolidasi. Tentu saja sebenarnya tidak terdapat
pembukuan untuk entitas konsolidasi, dan sebagaimana penyusunan neraca konsolidasi, proses
konsolidasi dimulai dengan data yang dicatat pada pembukuan masing-masing perusahaan yang
dikonsolidasi. Saldo akun yang diperoleh dari pembukuan masing-masing perusahaan diletakkan dalam
kertas kerja tiga bagian, lalu dibuat ayat jurnal untuk mengeliminasi pengaruh kepemilikan dan transaksi
antarperusahaan.
Untuk melihat proses konsolidasi setelah akuisisi, asumsikan bahwa pada tanggal 1 Januari
20X1, PT Induk membeli semua saham biasa PT Anak pada nilai buku yang mendasarinya sebesar
Rp300.000.000. Pada saat itu, PT Anak mempunyai saham biasa beredar sebesar Rp200.000.000 dan
saldo laba sebesar Rpl00.000.000. Situasi kepemilikan yang dihasilkan adalah sebagai berikut.
Nilai buku
Rp 300.000.000
A
PT Induk mencatat investasinya di saham PT Anak menggunakan metode ekuitas. Informasi mengenai PT
Induk dan PT Anak pada tanggal penggabungan usaha dan untuk tahun 20X1 dan 20X2 disajikan pada
Ilustrasi 5.10.
Ilustrasi 5.10
Informasi Terpilih atas PT Induk dan PT Anak pada tanggal 1 Januari 20X1, dan untuk Tahun 20X1 dan
20X2
PT Induk PT Anak
20X1:
20X2:
Pada tanggal 1 Januari 20X1, PT Induk mencatat pembelian saham biasa PT Anak dengan ayat jurnal
berikut:
1 Januari 20X1
Kas 300.000.000
Selama tahun 20X1, PT Induk mencatat laba operas! sebesar Rpl40.000.000, tidak termasuk pendapatan
dari investasi pada PT Anak, dan mengumumkan dividen sebesar Rp60.000.000. PT Anak melaporkan
laba bersih sebesar Rp50.000.000 dan mengumumkan dividen sebesar Rp30.000.000.
PT Induk mencatat pendapatan dan dividen dari PT Anak menggunakan metode ekuitas dengan ayat
jurnal berikut.
Rp30.000.000 x 1,00
Rp50.000.000 x 1,00
Ilustrasi 5.11
31 Desember 20x1, Kertas kerja Metode Ekuitas untuk Laporan Keuangan Konsolidasi, Tahun
Penggabungan Usaha ; 100% Pembelian pada Nilai Buku
Eliminasi
(18) 300.000.000
Prosedur konsolidasi yang digunakan pada akhir tahun kedua, dan di periode-periode setelahnya, pada
dasarnya sama dengan prosedur yang digunakan pada akhir tahun pertama. Data neraca percobaan
yang disesuaikan dari masing-masing perusahaan digunakan sebagai titik awal tiap kali penyusunan
laporan keuangan konsolidasi karena tidak ada pembukuan terpisah untuk entitas konsolidasi. Perlu
dilakukan pengecekan di tiap periode setelah akuisisi untuk memastikan bahwa saldo awal dalam
laporan saldo laba konsolidasi dalam kertas kerja sama dengan saldo yang dilaporkan pada akhir periode
sebelumnya. Semua ayat jurnal eliminasi dan kertas kerja serupa dengan yang ditunjukkan pada tahun
pertama kepemilikan.
Konsolidasi dua tahun setelah akuisisi diilustrasikan dengan contoh berkelanjutan dari PT Induk dan PT
Anak, berdasarkan data pada Ilustrasi 5.11. Laba PT Induk dari operasi terpisahnya untuk tahun 20X2
sebesar Rp l60.000.000 dan ia membayar dividen sebesar Rp60.000.000. PT Anak melaporkan laba
bersih sebesar Rp75.000.000 di tahun 20X2 dan membayar dividen sebesar Rp40.000.000. Ayat jurnal
metode ekuitas yang dicatat oleh PT Induk pada tahun 20X2 adalah sebagai berikut.
Rp 40.000.000 X 1,00
Rp75.000.000 X 1,00
Dalam kertas kerja yang diilustrasikan di Ilustrasi 5.11 dan 5.12, laba bersih konsolidasi untuk tahai 20X1
dan 20X2 tampak sebagai angka terakhir dalam bagian laporan laba rugi pada kertas kerja di kolom
konsolidasi sisi paling kanan. Angka tersebut dapat dihitung sebagai berikut.
20X1 20X2
Pada ilustrasi sederhana di atas, laba bersih konsolidasi sama dengan laba bersih induk perusahaan
dengan metode ekuitas. Jika induk menggunakan metode biaya dalam mencatat investasinya di PT
Anak, maka laba bersih konsolidasi tidak akan sama dengan laba bersih induk.
Di Ilustrasi 5.11 dan 5.12, saldo laba konsolidasi adalah nilai terakhir yang muncul dalam bagian
saldo laba pada kertas kerja, di kolom konsolidasi. Saldo laba konsolidasi sama dengan saldo laba awal
konsolidasi ditambah laba bersih konsolidasi, dikurangi dividen yang diumumkan atas saham biasa induk
perusahaan. Perhitungannya dapat sebagai berikut.
20X1 20X2
Rp Rp
Saldo laba
430.000.000 605.000.000
KONSOLIDASI SETELAH AKUISISI—KEPEMILIKAN 100% DAN DIBELl LEBIH BESAR DARI NILAI BUKU
Tahun Penggabungan
Untuk mengilustrasikan pembelian kepemilikan diatas nilai buku, asumsikan PT Induk membeli seluruh
saham biasa PT Anak pada 1 Januari 20X1 sebesar Rp387.500.000. Harga beli terdiri dari kas
Rp300.000.000 dan wesel bayar 60 hari sebesar Rp87.500.000 (dibayar saat jatuh tempo selama tahun
20X1). Pada tanggal penggabungan, aset dan kewajiban PT Anak tertera di ilustrasi 5.13. Situasi
kepemiiikan dapat digambarkan sebagai berikut
Ilustrasi 5.13
31 Desember 20X2, Kertas Kerja Metode Ekuitas untuk Laporan Keuangan Konsolidasi, Tahun Kedua
Setelah Penggabungan Usaha; 100% Pembelian pada Nilai Buku
Eliminasi
(22) 320.000.000
Nilai buku
Rp 300.000.000
A
Total nilai buku saham PT Anak pada tanggal penggabungan Rp300.000.000. Selisih antara total harga
beli Rp387.500.000 dan nilai buku saham yang diperoleh sebesar Rp 87.500.000.
Pada tanggal penggabungan usaha, seluruh aset dan kewajiban PT Anak memiliki nilai wajar yang sama
dengan nilai buku, kecuali sebagai berikut.
Dari total diferensial Rp87.500.000, sebesar Rp75.000.000 terkait dengan aset teridentiflkasi PT Anak
Sisanya, Rp 12.500.000, dialokasikan sebagai goodwill.
Selama tahun 20X1, PT Induk mencatat pendapatan dan dividen dari PT Anak menggunakan metode
ekuitas dengan ayat jurnal berikut.
Kas 300.000.000
Setelah laba anak perusahaan akrual dimasukkan ke dalam pembukuan PT Induk, data neraca saldo yang
telah disesuaikan dari perusahaan-perusahaan yang bergabung dimasukkan ke dalam kertas kerja
konsolidasi tiga bagian sebagaimana pada Ilustrasi 5.14.
Dua ayat jurnal pertama pada kertas kerja mengeliminasi laba dan dividen dari anak perusahaan
yang dicatat oleh PT Induk dan mengeliminasi akun investasi serta akun ekuitas pemegang saham PT
Anak, yaitu:
Ilustrasi 5.14
31 Desember 20X2, Kertas Kerja Metode Ekuitas untuk Laporan Keuangan Konsolidasi, Tahun Kedua
Setelah Penggabungan Usaha; 100% Pembelian pada Nilai Buku
Eliminasi
(33) 2.500.000
(30) 387.500.000
Goodwill (31) 12.500.000 (33) 2.500.000 10.000.000
Prosedur konsolidasi yang digunakan pada akhir tahun kedua, dan di periode-periode setelahnya, pada
dasarnya sama dengan prosedur yang digunakan pada akhir tahun pertama. Konsolidasi dua tahun
setelah akuisisi diilustrasikan dengan melanjutkan contoh yang digunakan untuk tahun 20X1. Selama
tahun 20X2, PT Induk memperoleh laba dari hasil operasinya se,ndiri sebesar Rp 160.000.000 dan
membayar dividen Rp60.000.000; PT Anak melaporkan laba bersih Rp75.000.000 dan membayar dividen
Rp 40.000.000.
PT Induk mencatat ayat jurnal berikut ini di pembukuannya terpisah selama tahun 20X2.
Ilustrasi 5.15
Laba Bersih dan Saldo Laba Konsolidasi, 20X1; 100% Pembelian Lebih Besar dari Nilai Buku
Penghapus bukuan diferensial terkait dengan persediaan yang terjual tahun 20X1(5.000.000)
Amortisasi diferensial terkait dengan bangunan dan peralatan tahun 20X1 (6.000.000)
Amortisasi diferensial terkait dengan bangunan dan peralatan tahun 20X1 (6.000.000)
Ayat jurnal (36) dan (37) untuk mencatat amortisasi diferensial pembelian yang terkait dengan
bangunan dan peralatan serta goodwill sama ayat jurnal (27) dan (28) yang dicatat PT Induk di tahun
20X1 karena menggunakan metode garis lurus.
Perubahan akun investasi indukperusahaan untuk tahun 20X1 dan 20X2 dapat diringkas sebagai
berikut.
20X1 20X2
Penghapusbukuan diferensial
(2.500.000
Amortisasi diferensial terkait
(2.500.000)
36.500.000 66.500.000
dengan goodwill
(30.000.000) (40.000.000)
Dikurangi: Dividen yang diterima
Ilustrasi 5.16
31 Desember 20X2, Kertas Kerja Metode Ekuitas untuk Laporan Keuangan Konsolidasi, Tahun Kedua
Setelah Penggabungan Usaha; 100% Pembelian pada Nilai Buku
Eliminasi
(43) 2.500.000
(40) 387.500.000
(42) 6.000.000
Seperti yang dapat dilihat di kertas kerja, laba bersih konsolidasi tahun 20X1 adalah Rpl76.500.000 dan
saldo laba konsolidasi per 31 Desember 20X1 adalah Rp416.500.000. Perhitungan laba bersih dan saldo
laba konsolidasi akhir tahun 20X2 dapat dihitung seperti yang ditunjukkan pada Ilustrasi 5.17.
Ilustrasi 5.17
Laba Bersih dan Saldo Laba Konsolidasi, 20X2; 100% Pembelian Lebih Besar dari Nilai Buku
Amortisasi diferensial terkait dengan bangunan dan peralatan tahun 20X2 (6.000.000)
Amortisasi diferensial terkait dengan bangunan dan peralatan tahun 20X2 (6.000.000)
Laba bersih dan saldo laba konsolidasi, 20x2;80% pembelian diatas nilai buku
Laba bersih konsolidasi, 20x2
Laba operasi terpisah PT induk Rp 160.000.000
Bagian PT induk atas laba bersih PT anak: 75juta x 0,80 60.000.000
Amortisasi diferensial terkait dengan bangunan dan peralatan (4.800.000)
Amortisasi goodwill (2.000.000)
Laba bersih konsolidasi 213.200.000
Saldo laba konsolidasi, 31 desember 20x2
Saldo laba konsolidasi, 31 desember 20x1 409.200.000
Laba operasi terpisah PT induk, 20x2 160.000.000
Bagian PT induk atas laba bersih PT anak: 75juta x 0,80 60.000.000
Amortisasi diferensial terkait dengan bangunan dan peralatan (4.800.000)
Amortisasi goodwill (2.000.000)
Dividen yang diumumkan PT induk, 20x2 (60.000.000)
Saldo laba konsolidasi, 31 desember 20x2 562.400.000
PENGHENTIAN KONSOLIDASI
Anak perusahaan terkonsolidasi dikeluarkan dari konsolidasi jika tidak lagi memenuhi criteria
konsolidasi, biasanya karena induk perusahaan tidak memiliki pengendalian atas anak
perusahaan. pada beberapa kasus, anak perusahaan juga tidak memenuhi kualifikasi untuk
dilaporkan menggunakan metode ekuitas, dan induk harus melaoprkan dengan metode biaya.
Ketika terjadi perubahan metode akuntansi seperti ini, laporan keuangan setelah perubahan
terjadi dipandang sebagai laporan keuangan entitas berbeda. PSAK No.4 menghasruskan
perlakuan akuntansi untuk beberapa kasus mengikuti PSAK No.13 “akuntansi untuk investasi”.