Anda di halaman 1dari 16

PERTEMUAN 10 AKTIVA, KEWAJIBAN, DAN EKUITAS

AKTIVA
DEFINISI
Menurut APB dan ijiri medefinisi aset sebagai sumber ekonomi karena adanya unsur kelangkaan
sehingga suatu entitas harus mengendalikannya dari akses pihak lain melalui transakasi ekonomi.
FASB (1990) mendefinisikan aktiva sebagai berikut:
“Aktiva adalah manfaat ekonomi yang mungkin terjadi dimasa mendatang yang diperoleh atau
dikendalikan oleh suatu entitas tertentu sebagai akibat transaksi atau peristiwa masa lalu”.
Dari definisi diatas dapat diketahui bahwa definisi aktiva memiliki tiga karakteristik utama yaitu:
1. Memiliki manfaat ekonomi di masa mendatang
2. Dikuasai oleh suatu unit usaha
3. Hasil dari transaksi masa lalu
1. Memiliki manfaat ekonomi di masa mendatang
• Manfaat ekonomi menurut IAI (1994):
a) Dapat digunakan baik sendiri maupun bersama aktiva lain dalam produksi barang dan jasa
yang dijual oleh unit usaha
b) Dapat dipertukarkan dengan aktiva lain
c) Dapat digunakan untuk melunasi hutang
d) Dapat dibagikan kepada pemilik perusahaan
• Karakteristik manfaat ekonomi juga bisa dilihat dari kelangkaan (scarcity) dan kemanfaatan
(utility).
• APB (1970) dalam Statement No. 4 sumber ekonomi sebagai berikut:
1) Sumber ekonomi produktif
o Sumber produkif kesatuan usaha yang meliputi bahan baku, gedung, pabrik,
perlengkapan, sumber alam, paten dan semacamnya, jasa, dan sumber lain yang
digunakan dalam produksi barang dan jasa.
o Hak kontraktual atas sumber produktif meliputi semua hak untuk menggunakan sumber
ekonomi pihak lain dan hak untuk mendapatkan barang atau jasa dari pihak lain.
2) Produk yang merupakan keluaran kesatuan usaha terdiri atas :
o Barang jadi yang menunggu penjualan
o Barang dalam proses
3) Uang
4) Klaim untuk menerima uang
5) Hak pemilikan pada perusahaan lain
• Untuk dapat disebut sebagai aset, suatu objek harus mengandung manfaat ekonomi di
masa datang yang cukup pasti. Uang atau kas mempunyai manfaat atau potensi jasa
karena apa yang dapat dia beli atau karena daya tukarnya.
• Sumber selain kas mempunyai manfaat ekonomi karena dapat ditukarkan dengan kas,
barang, atau jasa, karena dapat digunakan untuk memproduksi barang dan jasa, atau
karena dapat digunakan untuk melunasi kewajiban.
• FSAB mengajukan dua hal yang harus dipetimbangkan dalam menilai apakah pada saat
tertentu suatu pos atau objek masih dapat disebut sebagai aset, yaitu:
✔ Apakah suatu pos yang dikuasai oleh suatu kesatuan usaha pada mulanya
mengandung manfaat ekonomi masa datang.
✔ Apakah semua atau sebagian manfaat ekonomi tersebut masih tetap ada pada
saat penilaian.
2. Dikuasai oleh suatu unit usaha
• Menurut Ijiri (1967), “akuntansi memandang aktiva sebagai sumber ekonomi yang berada
dibawah penguasaan / pengendalian unit usaha tertentu.
• Akuntansi lebih memusatkan pada substansi ekonomi suatu transaksi yang mempengaruhi
posisi keuangan atau hasil usaha suatu perusahaan (economic substance over legal form).
• Untuk dapat disebut sebagai aset, suatu objek atau pos tidak harus dimiliki oleh entitas tetapi
cukup dikuasai oleh entitas. Bila pemilikan menjadi kriteria aset, maka akan banyak pos yang
tidak masuk sebagai aset sehingga tidak dapat dilaporkan dalam neraca. Dengan kata lain,
pemilikan sebagai kriteria akan mengakibatkan banyak pos dilaporkan di luar neraca. Oleh
karena itu konsep penguasaan lebih penting daripada konsep kepemilikan.
• Most mengemukakan bahwa penguasaan atau kendali terhadap suatu objek dapat diperoleh
dengan cara:
✔ Pembelian
✔ Pemberian
✔ Penemuan
✔ Perjanjian
✔ Produksi / transformasi
✔ Penjualan
✔ Lain – lain seperti pertukaran, peminjaman, penjaminan, pengkonsignaan, dan
berbagai transaksi komersial yang diakui hukum atau kebiasaan bisnis.
3. Hasil dari transaksi masa lalu
• Suatu unit usaha dapat mengakui suatu aktiva apabila telah terjadi transaksi atau peristiwa
lain yang menyebabkan suatu entitas memiliki hak atau pengendalian terhadap manfaat dari
aktiva tersebut.
• FSAB memasukkan transaksi atau kejadian sebagai kriteria aset karena transaksi atau
kejadian tersebut dapat menambah atau mengurangi aset. Berbagai transaksi, kejadian, atau
keadaan pada akhirnya akan memicu pengakuan atau penghapusan manfaat ekonomik suatu
objek.
4. Karakteristik pendukung
• FSAB menyebutkan beberapa karakteristik pendukung yang melibatkan kos, berwujud,
tertukarkan, terpisahkan, dan berkekuatan hukum. Karakteristik pendukung tersebut lebih
menguatkan atau menyakinkan adanya aset tetapi tidak adanya karakteristik pendukung tidak
menghalangi suatu objek untuk memenuhi syarat sebagai aset.
• Pemerolehan aset pada umumnya melibatkan kos sebagai penghargaan sepakatan. Jika kos
terjadi karena pemerolehan suatu objek terjadi akibat pertukaran atau pembelian, maka objek
tersebut lebih kuat untuk masuk sebagai aset.
PENGUKURAN
Pengukuran berarti memberi nilai-nilai numerikal (kuantifikasi) dalam satuan moneter atas
aktiva, bukan pengukuran dalam satuan fisik. Pengukuran atas aktiva dalam akuntansi, yaitu :
1. Nilai Pertukaran (Exchange Value)
2. Nilai Perubahan (Conversion Value)
Pengukuran aktiva memiliki penggolongan aktiva, yaitu :
1. Aktiva Moneter
2. Aktiva Non Moneter
Pertukaran aktiva
Pertukaran aktiva, prinsipnya:
a) Pertukaran tak sejenis, tanpa pembayaran = aset yang diterima dicatat sebesar nilai
wajar aset yang diserahkan atau nilai wajar aset yang diterima. Untung atau rugi yang
timbul diakui pada saat pertukaran
b) Pertukaran tak sejenis, dengan pembayaran = aset yang diterima dicatat sebesar nilai
pasar aset yang diserahkan ditambah kas yang dikeluarkan. Untung atau rugi yang
timbul diakui pada saat pertukaran.
c) Pertukaran sejenis, tanpa pembayaran = aset yang diterima dicatat sebesar nilai buku
atau nilai pasar aset yang diserahkan, mana yang lebih rendah. Ini berarti bahwa kalau
terjadi untung maka untung tidak diakui dan sebaliknya.
d) Pertukaran sejenis, dengan pembayaran = aset yang diterima dicatat sebesar nilai
buku aset yang diserahkan ditambah pemabayaran atau nilai pasar aset yang
diserahkan ditambah pembayaran mana yang lebih rendah. Ini juga berarti bahwa
kalau terjadi untung maka untung tidak diakui dan sebaliknya.
Pengukuran Aktiva Tak Berwujud
Aktiva tidak berwujud pada awalnya harus diakui sebesar biaya perolehan. Biaya perolehan
aktiva tidak berwujud terdiri dari:
▪ Harga beli, termasuk bea masuk (import), dan pajak pembelian yang tidak dapat
dikembalikan, setelah dikurangkan diskon dan rabat: dan
▪ Segala biaya yang dapat dikaitkan secara langsung dalam mempersiapkan asset tersebut
sehingga siap untuk digunakan.
Pengakuan biaya dalam jumlah tercatat dari aktiva tidak berwujud dihentikan saat aktiva
tersebut berada dalam kondisi dapat beroperasi sesuai dengan tujuan yang ditetapkan manajemen.
Oleh sebab itu, biaya yang terjadi dalam menggunakan atau mengembangkan kembali aktiva tidak
berwujud tidak termasuk dalam jumlah tercatat aktiva.
PENILAIAN
• Penilaian aktiva dalam akuntansi adalah proses penentuan jumlah rupiah untuk menentukan
makna ekonmi dari suatu aktiva yang akan disajikan dalam neraca.
• Tujuan pengukuran dan penilaian aktiva adalah:
1) Langkah pengukuran laba
2) Langkah dalam proses penyajian posisi keuangan
3) Memenuhi kebutuhan informasi yang ingin dicapai dalam pelaporan keuangan
4) Memenuhi kebutuhan informasi khusus yang memerlukan penilaian untuk
kepentingan manajemen
• Dasar penilaian:
a) Nilai keluaran (output value) menunjukkan aliran dana (kos) yang diperkirakan akan
diterima perusahaan dimasa mendatang sesuai dengan harga pertukaran ouput /
produk yang dihasilkan perusahaan.
b) Nilai Masukan (input value) menunjukkan jumlah rupiah yg harus dikeluarkan
perusahaan untuk memperoleh aktiva (input) yang akan digunakan dalam kegiatan
operasi.
A. Nilai Keluaran
a) Discounted Future Cash Receipts or service potensial, adalah nilai sekarang kas masa
mendatang yang akan diterima perusahaan seandainya aktiva dijual. Dasar ini dapat
digunakan apabila harapan penerimaan kas / setaranya dapat ditaksir cukup pasti dan jangka
waktu penerimaan cukup panjang, tetapi tanggal penerimaan pasti.
b) Harga keluaran sekarang (current output price) merupakan dasar yang rasional untuk menilai
besarnya harga jual di masa datang.
c) Nilai Setara Kas Sekarang (current cash equivalent) menunjukkan jumlah kas atau daya beli
umum yang dapat diperoleh dengan menjual setiap aktiva berdasarkan keadan perusahaan
normal.
d) Nilai Likuidasi (liquidation value), nilai setara kas sekarang, dengan perbedaan bahwa nilai
keluarannya diperoleh dari kondisi pasar yg berbeda. Digunakan jika; 1) produk kehilangan
manfaat, 2) rencana membubarkan usaha.
B. Nilai Masukan
a) Historical Cost. Tanah, gedung, perlengkapan pabrik, dan kebanyakan sediaan dilaporkan atas
dasar kos historisnya yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya yang dikorbankan untuk
memperolehnya. Kos historis ini tentunya disesuaikan dengan jumlah bagian yang telah
didepresiasi atau di ammortisasi.
b) Current cost. Beberapa sediaan disajikan sebesar nilai sekarang atau penggantinya yaitu
jumlah rupiah kos atau setara yang harus dikorbankan jika asset tertentu yang sejenis
diperoleh sekarang.
c) Current market value atau standar cost. Beberapa jenis investasi dalam surat berharga
disajikan atas dasar nilai pasar selain jumlah rupiah kas atau setaranya yang dapat diperoleh
dengan menjual asset tersebut dalam kondisi perusahaan beroperasi pada tingkat efisiensi dan
kapasitas produksi yang normal.
d) Net relizable value. Beberapa jenis piutang jangka pendek disajikan sebesar nilai realisasi
bersih yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya yang akan diterima dari asset tersebut dikurangi
dengan pengorbanan yang diperlukan untuk mengkonversi asset tersebut menjadi kas atau
setaranya.
e) Present value of future cash flows. Piutang dan investasi jangka panjang disajikan sebesar
nilai sekarang penerima kas di masa mendatang sampai piutang terlunasi dikurangi dengan
tambahan kos yang mungkin diperlukan untuk mendapatkan penerimaan tersebut.
PENGAKUAN
• FASB (1984) SFAC No. 5, menyatakan pengakuan suatu pos didasarkan pada empat kriteria:
a) Definisi (definition) suatu pos akan masuk dalam struktur akuntansi apabila memenuhi
definisi elemen laporan keuangan
b) Keterukuran (measurability), suatu pos harus memiliki makna tertentu yang relevan dan
dapat diukur jumlahnya dengan reliabilitas yang tinggi
c) Relevansi (relevance) informasi yang terdapat dalam pos tersebut memiliki kemampuan
untuk membuat suatu perbedaan dalam keputusan yang diambil pemakai laporan
keuangan
d) Reliabilitas (reliability), informasi yang dihasilkan harus sesuai dengan keadaan yang
digambarkan atau dipresentasikan, dapat diuji kebenarannya
• Aturan pengakuan (recognition rules), aturan pengakuan menunjukkan aturan khusus yang
digunakan untuk mengidentifikasi aktiva tertentu.
• Kriteria pengakuan (recognition criteria), merupakan pedoman umum yang digunakan untuk
memformulasikan aturan pengakuan
• Kam (1992) mengajukan kriteria untuk pengakuan aktiva:
a) Didasarkan pada hukum (reliance on the law) = mengacu pada ‘legal rights’ aset. Contohnya
piutang baru dicatat jika ada penjualan kredit, beli aktiva tetap maka dapat SHM dan HGB.
b) Pemakaian prinsip konservatif (conservative principle) = jika kemungkinan rugi boleh dicatat
terlebih dahulu, tapi jika kemungkinan untung tidak boleh dicatat terlebih dahulu. Contoh
perusahaan dituntut di pengadilan, jika atas tuntutan ini kemungkinan perusahaan kalah maka
atas kekalahan ini boleh dicatat rugi terlebih dahulu tapi jika atas tuntutan ini kemungkinan
perusahaan menang maka atas kemenangan ini tidak boleh dicatat sebagai keuntungan
terlebih dahulu (sebelum keuntungan benar-benar terjadi).
c) Makna / substansi ekonomi suatu transaksi (economic substance of transaction / event) = erat
kaitannya dengan materialitas. Jika peristiwa itu substansial dampaknya maka harus dicatat
dan dilaporkan.
d) Kemampuan mengukur nilai aktiva (measurement of the asset) = baru diakui sebagai aset jika
sudah bisa mengukur nilainya secara pasti. Alasan tidak diakuinya SDM sebagai aset adalah
bahwa SDM tersebut tidak bisa diukur nilainya secara jelas.
• Masalah khusus
1) Beban tangguhan (deffered charge)
✔ Masalahnya adalah apakah beban tangguhan dapat digolongkan sebagai aktiva? Jenis beban
tangguhan yang mana yang dapat digolongkan sebagai aktiva
✔ Kriteria umum untuk menentukan beban tangguhan:
a) Apakah cost jasa tersebut merupakan pengeluaran yang sah dan wajar
b) Apakah cost jasa tersebut merupakan suatu faktor yang manfaatnya di masa
mendatang dapat diantisipasi dengan mudah
c) Apakah cost jasa tersebut merupakan jenis pengeluaran yang terjadi berulang-ulang
setiap periode
2) Kapitalisasi bunga
✔ Masalah ini muncul terutama bila perusahaan sedang membangun fasilitas fisik yang dibiayai
dengan dana pinjaman dan jangka waktunya cukup lama
✔ Ada beberapa perlakuan akuntansi terhadap bungan (Hendriksen, 1982):
a) Bunga tidak dikapitaliasi
b) Bunga dikapitalisasi dan dimasukkan sebagai elemen cost fasilitas fisik yang
dibangun sendiri
c) Bunga dikapitalisasi tetapi tidak dimasukkan sebagai elemen cost fasilitas fisik yang
dibangun
✔ Bunga hanya dapat dikapitalisasi untuk aktiva yang memenuhi syarat yaitu:
o Aktiva yang memenuhi syarat, bunga dapat dikapitalisasi untuk:
a) Aktiva yang dibangun untuk digunakan sendiri
b) Aktiva yang dibangun dengan tujuan untuk dijual sebagai unit proyek yang berdiri
sendiri.
o Aktiva yang tidak dapat dikapitalisasi
a) Aktiva tersebut siap digunakan
b) Aktiva yang bersangkutan berhenti dalam proses pembangunan
3) Pengeluaran kapital (capital expenditure)
✔ Adalah pengorbanan sumber ekonomi yang berkaitan dengan obyek jasa (fasilitas fisik) baik
saat diperoleh maupun saat digunakan dalam operasi
✔ Aturan umum yang digunakan untuk menentukan pengorbanan ekonomi sebagai pengeluaran:
1. Untuk aktiva non moneter yang baru diperoleh/dibeli
2. Untuk aktiva yang telah dipakai (aktiva lama)
a) Menambah kapasitas produksi aktiva yang bersangkutan
b) Menambah umur ekonomis
c) Menambah nilai aktiva
4) Aktiva donasi / sumbangan
✔ Masalah yang timbul adalah apabila perusahaan memperoleh suatu aktiva tanpa harus
mengeluarkan / mengorbankan sumber ekonomi. Walau tanpa pengorbanan ekonomi,
aktiva harus tetap dicatat. Oleh karerna aktiva yang berasal dari sumbangan memiliki
manfaat untuk menghasilkan pendapatan, maka aktiva tersebut harus ditentukan nilai
wajarnya.
5) Transaksi aktiva non moneter
✔ Apabila aktiva yang diterima adalah aktiva yang tidak sejenis, aktiva tersebut dinilai atas
dasar nilai wajarnya. Sedangkan untuk aktiva yang sejenis, penilaian dapat dilakukan sebagai
berikut:
a) Jika ada unsur rugi dalam transaksi tersebut, maka nilai aktiva yang diterima adalah
nilai wajar dari aktiva yang diserahkan ditambah sejumlah kas tertentu yang dikeluarkan.
b) Jika ada unsur untung dalam transaksi tersebut, nilai aktiva yang diterima adalah nilai
buku aktiva yang diserahkan ditambah sejumlah kas tertentu yang dikeluarkan.
c) Jika ada untung dan diterima sejumlah kas, maka nilai aktiva yang diterima adalah
nilai buku aktiva yang diserahkan dikurangi proporsi tertentu dari nilai buku aktiva yang
dijual.
PENYAJIAN
Penyajian aktiva diatur dalam PSAK 09 yang dikelompokkan ke dalam aktiva lancar dan
aktiva tidak lancar, yaitu sebagai berikut:
Aktiva lancar antara lain meliputi:
a) Kas dan bank.
b) Surat-surat berharga yang mudah dijual dan tidak dimaksudkan untuk ditahan.
c) Deposito jangka pendek.
d) Wesel tagih yang akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun.
e) Piutang.
f) Persediaan.
g) Pembayaran uang muka untuk pembelian aktiva lancar.
h) Pembayaran pajak di muka
i) Biaya dibayar di muka.
Sedangkan Pos-pos berikut ini tidak dapat diklasifikasikan sebagai aktiva lancar:
1. Kas/bank maupun sumber lain yang dibatasi penggunaannya, seperti dana yang disisihkan
untuk perolehan aktiva tetap atau pelunasan kewajiban jangka panjang.
2. Pernyertaan dalam surat berharga atau pembayaran uang muka dengan maksud untuk
menguasai atau melakukan afiliasi dengan perusahaan lain;
3. Piutang lain-lain yang timbul dari transaksi di luar kegiatan utama perusahaan yang tidak
diharapkan pencairannya dalam jangka waktu satu tahun, seperti uang muka pada pemegang
saham atau direksi;
4. Aktiva yang dapat disusutkan maupun aktiva tetap lainnya.
KEWAJIBAN
DEFINISI
Menurut SFAC No. 3 kewajiban adalah pengorbanan manfaat ekonomis yang terjadi di masa
yang akan datang yang timbul dari kegiatan masa lalu entitas ketika terjadi transfer aktiva atau ketika
entitas menerima jasa dari entitas lain.
FASB mendefinisikan kewajiban sebagai pengorbanan atas manfaat ekonomi yang mungkin
terjadi di masa depan, yang timbul dari kewajiban entitas pada saat ini, untuk menyerahkan aktiva
atau memberikan jasa kepada entitas lainnya di masa depan sebagai hasil dari transaksi atau peristiwa
di masa lalu. Karakteristik utama kewajiban:
1. Pengorbanan manfaat ekonomi masa datang
Untuk dapat disebut disebut sebagai kewajiban, suatu objek harus memuat suatu tugas atau
tanggung jawab kepada pihak lain yang mengharuskan kesatuan usaha untuk melunasi, menunaikan,
atau melaksanakannya dengan cara mengorbankan manfaat ekonomi yang cukup pasti di masa datang.
2. Menjadi keharusan sekarang untuk mentransfer aset
Selanjutnya untuk dapat disebut sebagai kewajiban, suatu pengorbanan ekonomi masa datang
harus timbul akibat keharusan sekarang. Pengertian ”sekarang” dalam hal ini mengacu pada dua hal:
waktu dan adanya. Waktu yang dimaksud adalah tanggal pelaporan (neraca). Keharusan terdiri dari :
o Keharusan kontraktual: keharusan yang timbul akibat perjanjian atau peraturan hukum yang
di dalamnya kewajiban bagi suatu kesatuan usaha dinyatakan secara eksplisit ataau implisit
dan mengikat.
o Keharusan konstruktif: keharusan yang timbul akibat kebijakan kesatuan usaha dalam rangka
menjalankan dan memajukan usahanya memenuhi apa yang disebut praktik usaha yang baik
atau etika bisnis dan bukan untuk memenuhi kewajiban yuridis.
o Keharusan demi keadilan: keharusan yang ada sekarang yang menimbulkan kewajiban bagi
perusahaan semata – mata karena panggilan etis atau moral karena peraturan hukum atau
praktik bisnis yang sehat.
o Keharusn bergantung atau bersayrat: keharusan yang pemenuhnnya tidak pasti karena
bergantung pada kejadian masa datang atau terpenuhinya syarat – syarat tertentu di masa
datang.
3. Timbul akibat transaksi masa lalu
Transaksi masa lalu yang dimaksud di sini adalah transaksi yang menimbulkan keharusan
sekarang telah terjadi.
4. Karakteristik pendukung
FASB menyebutkan beberapa karakteristik pendukung selain karakteristik yang tersebut di
atas, yaitu:
a) Keharusan untuk membayar dalam bentuk kas.
Pelunasan kewajiban pada umumnya dilakukan dengan pembayaran kas. Keharusan
membayar kas pada waktu dan jumlah rupiah tertentu di masa datang merupakan petunjuk
yang kuat atau jelas mengenai adanya kewajiban. Akan tetapi, untuk menjadi kewajiban,
penyerahan aset (kas) bukan satu–satunya kriteria tetapi meliputi pula penyerahan jasa.
b) Identitas terbayar jelas.
Jika identitas terbayar sudah jelas, maka hal tersebut hanya sekedar menguatkan
bahwa kewajiban memang ada.
c) Berkekuatan hukum
Pada umumnya, keharusan suatu entitas untuk mengorbankan manfaat ekonomi
timbul akibat klaim yuridis yang mempunyai kekuatan memaksa.
PENGUKURAN
Konsep pengukuran, penilaian, dan pengakuan kewajiban pada dasarnya sama dengan konsep
aset, yaitu melalui tiga tahapan perlakuan: penangguhan, penelusuran, dan pelunasan.
Menurut (Suwardjono 2005) dan didukung oleh (Gillman and Hogan 1999) menyatakan
bahwa pengukuran yang paling objektif untuk menentukan kos kewajiban pada saat terjadinya adalah
penghargaan sepakatan (measured considerations) dalam transaksi tersebut dan bukan jumlah rupiah
pengorbanan ekonomis di masa depan. Berikut ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pengukuran:
✔ Kewajiban dalam pembelian kredit. Dalam pembelian aset, pengukuran yang objektif adalah
kos tunai atau kos tunai implisit.
✔ Diskon atau premium utang obligasi. Untuk suatu kontrak dengan pokok pinjaman dan bunga
periodik, pengukuran yang tepat adalah kos tunai implisit.
✔ Diskon obligasi . Diskon obligasi dilaporkan sebagai pengurang nilai nominal dalam obligasi
di neraca.
✔ Premium obligasi. Premium obligasi sendiri apabila belum diamortisasi merupakan utang.
✔ Kewajiban moneter dan nonmoneter
Kewajiban sendiri dapat bersifat moneter maupun nonmoneter:
a. Kewajiban moneter
Kewajiban moneter merupakan kewajiban yang pengorbanan sumber ekonomi masa datangnya
berupa kas dengan jumlah rupiah dan saat yang pasti.
b. Kewajiban nonmoneter
Kewajiban nonmoneter adalah kewajiban untuk menyediakan barang dan jasa dengan jumlah dan saat
yang cukup pasti yang biasanya timbul karena penerimaan pembayaran di muka untuk barang
dan jasa tersebut.
PENILAIAN
Penilaian mengacu pada keharusan sekarang pada antara terjadinya kewajiban sampai
dilunasinya kewajiban setiap saat. Sehingga semakin dekat dengan masa jatuh tempo kewajiban
tersebut akan semakin mendekati dengan nilai nominalnya.
Pelunasan dapat diartikan sebagai tindakan suatu entitas bisnis dalam memenuhi suatu
kewajiban agar terbebas dari kewajiban tersebut. Dasar atau atribut penilaian kewajiban:
Basis (atribut) Penilaian Keterangan Contoh Pos yang Terkait
Harga pasar sekarang Berbagai kewajiban yang Kewajiban penerbit opsi
melibatkan komoditas dan sebelum jangka opsi habis.
surat – surat berharga.
Berbagai kewajiban yang Utang usaha, utang garansi,
Nilai pelunasan neto melibatkan jumlah rupiah dan utang wesel jangka
yang cukup pasti tetapi pendek.
waktu pelunasannya tidak
cukup pasti.
Kewajiban moneter jangka
panjang jumlah rupiah Utang obligasi, dan utang
Nilai diskon aliran kas masa maupun saat pembayaran wesel jangka panjang.
datang cukup pasti.
PENGAKUAN
Kam (1990) memberikan empat kriteria pengakuan untuk kewajiban yaitu:
● Adanya dasar hukum (reliance on the law). Keberadaan dasar hukum maksudnya terdapat dasar
hukum yang meyakinkan untuk mengakui adanya kewajiban. Dalam hal ini, adanya faktur
pembelian dapat menjadi dasar hukum yang meyakinkan untuk mengakui kewajiban.
● Konsep konservatisme (conservatism principle). Berkaitan dengan keandalan. Dalam konsep
konversatisme kerugian dapat segera diakui, sedangkan untung tidak. Contohnya kewajiban
jaminan suku cadang sudah dapat diakui, meskipun belum terjadi.
● Substansi ekonomi transaksi (economic substance of transaction / event). Berkaitan dengan
relevansi informasi. Utang sewa guna dapat diakui pada saat transaksi meskipun tidak ada
transfer hak milik.
● Pengukuran kewajiban. Kewajiban tersebut datang secara pasti dan nilai rupiahnya dapat diukur.
Hendriksen dan Van Breda (1991) dalam (Suwardjono 2005) menunjukkan waktu pengakuan
kewajiban yaitu:
● Pada saat penandatanganan kontrak, atau ketika hak dan kewajiban telah mengikat.
● Bersamaan dengan pengakuan biaya apabila barang dan jasa yang menjadi penyebab
timbulnya biaya kewajiban, sebelumnya belum dicatat sebagai asset.
● Bersamaan dengan pengakuan aset.
● Pada akhir periode karena penggunaan asas acrual melalui proses penyesuaian.
PENYAJIAN
Secara umum, kewajiban disajikan dalam neraca atas dasar urutan dari yang paling likuid
seperti pada penyajian aset. PSAK No. 1 (pasal 39) menegaskan bahwa layaknya aset lancar yang
disajikan menurut likuiditas, sementara kewajiban disajikan menurut urutan masa jatuh temponya.
Secara klasifikasi, kewajiban jangka pendek disajikan lebih dahulu daripada kewajiban jangka
panjang. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan pengguna laporan keuangan untuk mengevaluasi
likuiditas kewajiban perusahaan. Dari segi urutan perlindungan dan jaminan (sequence of protection),
utang yang dijamin pada umumnya disajikan lebih dahulu untuk menunjukkan bahwa dalam hal
terjadi likuidasi utang ini harus dibayar lebih dahulu. Dan juga dari sudut urutan perlindungan,
kewajiban disajikan lebih dahulu daripada ekuitas.
PSAK No. 1 juga menyatakan bahwa semua kewajiban yang tidak memenuhi kriteria sebagai
kewajiban jangka pendek harus diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang. Suatu kewajiban
diklasifikasikan sebagai suatu kewajiban jangka pendek jika diperkirakan akan diselesaikan dalam
jangka waktu satu siklus operasi perusahaan atau jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan
dari tanggal neraca.
Menurut PSAK No.1 (paragraf. 44), kewajiban dapat diklasifikasikan sebagai kewajiban
lancar apabila:
1. Diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal operasi perusahaan
2. Jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal neraca
Sedangkan dalam Paragraf 47 kewajiban berbunga jangka panjang tetap diklasifikasikan
sebagai kewajiban jangka panjang walaupun akan jatuh tempo dalam 12 bulan apabila:
1. Kesepakatan awal perjanjian pinjaman untuk jangka waktu lebih dari dua belas bulan
2. Perusahaan bermaksud membiayai kembali kewajibannya dengan pendanaan jangka panjang
3. Maksud tersebut pada nomor 2 didukung dengan perjanjian pembiayaan kembali atau
penjadwalan kembali pembayaran yang resmi disepakati sebelum laporan keuangan disetujui.
EKUITAS
DEFINISI
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) mendefinisi ekuitas adalah hak residual atas aktiva
perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban. FASB Statement of Financial Accounting
Concept No.6 mendefinisikan ekuitas sebagai “hak sisa terhadap suatu entitas setelah dikurangi
hutang”. Dari definisi tersebut dapat dikatakan bahwa dua karakteristik ekuitas adalah sebagai berikut:
✔ Ekuitas sama dengan aktiva neto, yaitu selisih antara aktiva perusahaan dengan hutang
perusahaan.
✔ Ekuitas dapat bertambah atau berkurang karena kenaikan atau penurunan aktiva neto baik yang
berasal dari sumber bukan pemilik (pendapatan dan biaya) maupun investasi oleh pemilik atau
distribusi kepada pemilik.
Perbedaan antara ekuitas pemegang saham dan hutang adalah:
1. Besarnya hak prioritas yang dimiliki oleh para pemegang ekuitas lainnya,
2. Tingkat kepastian dalam penetapan jumlah yang diterima oleh para pemegang ekuitas, dan
3. Tanggal jatuh tempo pembayaran hak-hak final.
Klasifikasi ekuitas pemegang saham
Dari segi riwayat terjadinya dan sumbernya, ekuitas pemegang saham diklasifikasi atas dasar
dua komponen penting yaitu modal setoran dan laba ditahan. Modal setoran dipecah menjadi modal
saham sebagai modal yuiridis dan modal setoran tambahan dan komponen lain yang merefleksi
transaksi pemilik. Ekuitas Pemegang Saham dan Komponennya
A. Modal Setoran
1. Modal Yuridis
Modal yuridis timbul karena ketentuan hukum yang mengharuskan bahwa harus ada
sejumlah rupiah yang harus dipertahankan dalam rangka perlindungan terhadap pihak lain.
Bentuk ketentuan hukum ini adalahbahwa saham harus mempunyai nilai nominal atau nilai
minimum yang dinyatakan untuk menunjukkan hak yuridis. Modal yuridis  merupakan
jumlah rupiah “minimal” yang harus disetor oleh investor sehingga membentuk modal
yuridis.
2. Modal Setoran Lain
Transfer dari modal setoran ke laba ditahan tanpa alasan yang kuat adalah
penyimpangan dari penalaran yang valid. Ini berarti bahwa modal tidak dapat digunakan
sebagai sumber laba ditahan. Demikian juga, tidak sebagianpun dari jumlah rupiah laba
ditahan dapat dimasukkan sebagai modal setoran kecuali jumlah rupiah tersebut telah diubah
menjadi modal dengan proses kapitalisasi.
B. Modal Bentukan atau Laba Ditahan
● Laba atau rugi (dari statement laba rugi)
● Dividen
● Rekapitalisasi
● Defisit
● Koreksi
● Perubahan akuntansi
PENGAKUAN
Didalam pengakuan modal biasanya modal diakui saat pemodal mentransfer sumber daya,
biasanya kas kepada perusahaan sebagai imbalan bagian kepemilikan perusahaan, pengakuan modal
biasanya digunakan dalam perusahaan perseorangan atau partnership.
PENYAJIAN
Tujuan penyajian ekuitas
Pengungkapan informasi ekuitas pemegang saham akan sangat dipengaruhi oleh tujuan
penyajian informasi tersebut kepada pemakai laporan keuangan. Pada umumnya, tujuan pelaporan
informasi ekuitas pemegang saham adalah menyediakan informasi kepada yang berkepentingan
tentang efisiensi dan kepengurusan manajemen. Untuk memenuhi tujuan tersebut, informasi yang
harus disampaikan tentang ekuitas pemegang saham tersebut minimal adalah:
1. Sumber-sumber modal yang dipasok kepada perusahaan.
2. Pembatasan hukum pada distribusi modal yang diinvestasikan kepada pemegang saham.
3. Pembatasan hukum, kontraktual, manajerial dan keuangan pada distribusi dividen pada calon
dan pemegang saham sekarang.
4. Prioritas beberapa golongan pemegang saham atau pemegang ekuitas lainnya.
Penyajian modal pemegang saham
Urutan penyajian kewajiban dan modal pemegang saham dalam neraca sebenarnya
menggambarkan urutan perlindungan dalam kondisi perusahaan yang mengalami defisit dan dalam
kondisi perusahaan dilikuidasi. Dalam terjadi defisit, urutan penyajian menggambarkan:
1. Urutan penyerapan rugi.
2. Urutan menerima distribusi asset.
Ditinjau dari segi ini, urutan perlindungan dapat dikemukakan sbagai berikut:
a) Karyawan dan pemerintah.
b) Kreditor berjaminan.
c) Kreditor tak berjaminan.
d) Pemegang saham prioritas.
e) Pemegang saham biasa.
PENGUNGKAPAN
Pembedaan modal setoran dan laba ditahan
Laba ditahan pada dasarnya terbentuk dari akumulasi laba yang dipindahkan dari akun ikhtisar
laba rugi. Begitu saldo laba ditutup ke laba ditahan, sebenarnya saldo laba tersebut telah lebur menjadi
elemen modal pemegang saham yang sah. Dengan demikian untuk mengukur seluiruh hak pemegang
saham atas asset, laba ditahan harus digabungkan dengan modal setoran.
Pembedaan antara dua bagian elemen ekuitas pemegang sangat penting, Dari segi administrasi
keuangan, laba ditahan merupakan indicator daya melaba sehingga laba ditahan harus selalu
dipisahkan dengan modal setoran meskipun jumlahnya akhirnya ditotal untuk membentuk ekuitas
pemegang saham. Pembedaan ini juga sangat penting secara yuridis karena modal setoran merupakan
dana dasar yang harus tetap dipertahankan untuk menunjukkan perlindungan bagi pihak lain. Dana ini
hanya dapat ditarik kembali dalam likuidasi atau dalam keadaan luar biasa lainnya.Sementara itu, laba
ditahan adalah jumlah rupiah yang secara yuridis dapat digunakan untuk pembagian dividen.
Perubahan modal setoran    
1. Pemesanan saham
2. Obligasi terkonversi atau berhak-tukar.
3. Saham istimewa terkonversi atau berhak-tukar,
4. Dividen saham.
5. Hak beli saham.
6. Opsi saham.
7. Waran.
8. Saham treasuri.
Perubahan Laba Ditahan
Terdapat beberapa hal lain yang dapat menyebabkan laba ditahan dalam satu periode berubah
selain karena transaksi modal tetapi karena transaksi khusus yaitu:
1. Penyesuaian periode-lalu.
2. Koreksi kesalahan dalam laporan keuangan sebelumnya.
3. Pengaruh perubahan akuntansi.
4. Kuasi-reorganisasi.
Kuasi-organisasi merupkan prosedur akuntansi yang mengatur perusahaan untuk
merestrukturisasi  ekuitasnya dengan menghilangkan defisit dan menilai kembali seluruh asset dan
kewajibannya tanpa melalui reorganisasi secara hukum.
Perincian laba ditahan
Bila komponen-komponen tertentu yang berasal dari transaksi operasi dilaporkan langsung ke
laba ditahan, laba ditahan dapat disajikan dan dirinci atas dasar :
1. Perincian atas dasar sumber.
2. Perincian atas dasar tujuan penggunaan.
SKALA PENGUKURAN
a. Skala Nominal
Dalam skala nominal, nomor hanya diigunakan sebagai sebuauh label. Contohnya adalah
penomoran pemain sepak bola.
b. Skala Ordinal
Skala ordinal dibuat ketika suatu operasi memeringkat objeknya sehubungan dengan properti
yang diberikan. Contohnya, investor melihat 3 kemungkinan jenis investasi untuk
uangnya. Investasi tersebut diperingkat 1,2,3 berdasarkan nilai bersihnya saat ini.
Kelemahan skala ordinal adalah interval antar nomor tidak memberitahukan apa-apa
tentang perbedaan kuantitas kepemilikan yang diwakilinya.
c. Skala Interval
Skala interval memberikan informasi yang lebih daripada skala orginal. Tidak hanya member
peringkat kepada objeknya, tetapi juga jarak antara interval skalanya diketahui dan sama.
Contohnya adalah pengukuran suhu ruangan dengan menggunakan thermometer celcius.
Kelemahan skala interval adalah titik nol-nya dibuat dengan bebas.
d. Skala Rasio
Skala rasio adalah skala yang memberikan peringkat kepada objek atau kejadian, interval antar
objek diketahui dan sama dan asal yang unik, titik nol yang alami, dimana jaraknya
dengan objek terakhir diketahui. Contohnya adalah pengukuran panjang.
JENIS PENGUKURAN
1. Pengukuran Fundamental
Pengukuran fundamental merupakan pengukuran dimana angka-angka bisa diterapkan pada
benda dengan mengacu pada hukum alam dan tidak bergantung pada pengukuran
variabel apapun.
2. Pengukuran Turunan
Menurut Campbell, sebuah pengukuran turunan merupakan pengukuran yang bergantung dari
pengukuran dua atau lebih benda lain. Contohnya keuntungan yang diturunkan dari
penambahan dan pengurangan pendapatan dengan beban.
3. Pengukuran Formal
Adalah tipe pengukuran yang menggunakan definisi yang dibangun secara acak untuk
dihubungkan dengan hal-hal yang bisa diamati dengan pasti. Sebagai contoh, dalam
akuntansi kita tidak tahu bagaimana cara untuk mengukur konsep keuntungan secara
langsung. Kita mengasumsikan variabel pendapatan, laba, beban, dan kerugian
dihubungkan dengan konsep keuntungan dan bagaimanapun bisa digunakan untuk
mengukur keuntungan secara tidak langsung.

Anda mungkin juga menyukai