P 041711333249
Aisyah S. P 041811333110
KELOMPOK 17
ANALISIS KASUS
KORUPSI E-KTP
MATA KULIAH AUDIT FORENSIK
Tanggal Keterangan
Fraud Triangle
a. Pressure = tekanan finansial
Setiap tersangka/pelaku adalah individu dengan jabatan tinggi seperti direktur utama atau
politikus yang menduduki jabatan sebagai DPR. Untuk menjadi DPR modal yang
dibutuhkan ada pada jumlah yang besar membuat individu-individu ini mencari cara
untuk mendapat keuntungan serta menutup pengeluaran yang sebelumnya dikeluarkan
untuk menduduki jabatan tersebut, kemudian gaya hidup dan persepsi yang sudah hidup
lama di masyarakat bahwa „pejabat harus kaya‟ menjadi tekanan tambahan untuk
melakukan tindakan tersebut
b. Rationalization = semua orang melakukannya dan tidak untuk kepentingan diri semata
Banyaknya tokoh dengan posisi tinggi yang memperkaya diri sendiri membentuk sebuah
rasionalisasi sendiri bagi individu dengan posisi yang sama dan bentuk rasionalisasi lain
adalah individu tersebut tidak hanya untuk kepentingan diri sendiri melainkan
kepentingan parti juga.
c. Opportunity = wewenang dan jabatan yang dimiliki
Setiap pelaku yang sudah ditentukan oleh KPK sebagai penyidik adalah individu dengan
jabatan tinggi atau masuk dalam level top level management membut mereka adalah
individu yang memiliki wewenang yang besar dalam menentukan sebuah proyek.
Sebagai contoh Setya Novanto menjabat sebagai ketua DPR pada saat korupsi e-KTP ini
terjadi, beliau memiliki wewenang untuk menyetujui anggaran program pemerintah,
salah satunya adalah e-KTP yang merupakan proyek beliau ikut serta melakukan
tindakan korupsi.
Para Terdakwa dalam proses penganggaran dan pengadaan barang/jasa paket pengadaan
Penerapan Kartu Tanda Penduduk Berbasis Nomor Induk Kependudukan secara nasional (KTP
Elektronik) Tahun Anggaran 2011-2013 telah mengarahkan untuk memenangkan perusahaan
tertentu, yang bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Peraturan
Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Peraturan Presiden
No. 24 tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan
Maya A. P 041711333249
Aisyah S. P 041811333110
KELOMPOK 17
Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara, melakukan perbuatan memperkaya
diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi.
2. Irman
Berdasarkan penyelidikan KPK dan hasil sidang, Irman terbukti menerima uang
sebesar USD 300 ribu dari Andi Narogong dan USD 200 ribu dari Sugiharto. Oleh karena
itu per 20 Juli 2017 majelis hakim lewat sidang dengan agenda pembacaan vonis
memberikannya hukuman berupa kurungan penjara selama 7 tahun dan membayar denda
Rp 500 juta subsider 6 bulan kurungan. Di samping itu Irman juga wajib membayar uang
pengganti senilai USD 500 ribu dikurangi USD 300 ribu dan Rp 50 juta dalam rentang
waktu 1 bulan setelah berkekuatan hukum tetap. Jika tidak dipenuhi, harta benda Irman
akan disita. Jika masih tak cukup, Irman wajib menggantinya dengan pidana 2 tahun
penjara.Vonis ini sesuai dengan tuntutan Jaksa Penuntut Umum KPK pada sidang dengan
agenda pembacaan tuntutan pada 22 Juni 2017.
Maya A. P 041711333249
Aisyah S. P 041811333110
KELOMPOK 17
3. Andi Narogong
Andi dijuluki 'Narogong' karena memiliki usaha konveksi di Jalan Narogong, Bekasi[100].
Andi dituntut oleh Jaksa Penuntut Umum KPK pada sidang dengan agenda pembacaan
tuntutan pada 7 Desember 2017 berupa hukuman penjara selama 8 tahun dan denda
sebesar Rp 1 miliar subsider 6 bulan penjara serta wajib membayar uang pengganti
senilai USD 2,1 juta. Dengan harapan dapat meringankan vonis (sidang dengan agenda
pembacaan vonis belum dilakukan) yang akan diputuskan nanti, ia pun berperan sebagai
justice collaborator
4. Setya Novanto
5. Markus Nari
Markus Nari ditetapkan sebagai tersangka kelima dalam kasus e-KTP pada tanggal 19
Juli 2017. Beliau ditetapkan tersangka terkait kasus dugaan merintangi proses penyidikan
dan memberikan keterangan tidak benar pada persidangan perkara korupsi e-KTP di
pengadilan Tipikor.
Komisi II. Pemberian itu bertujuan agar DPR menyetujui usulan Kemendagri perihal anggaran
proyek e-KTP.
Hotel Gran Melia, Jakarta.
Irman, Sugiharto, Andi Narogong, dan Diah Anggriani (Sekjen Kemendagri) melakukan
pertemuan dengan Setya Novanto (Ketua Fraksi Golkar DPR). Pada pertemuan itu, Setya
menyatakan dukungannya dalam pembahasan anggaran proyek e-KTP di DPR.
Ruko Fatmawati
Beberapa kali pertemuan digelar di Ruko milik Andi Narogong. Pertemuan Tim Fatmawati ini
membahas pembentukan beberapa konsorsium untuk ikut dalam tender proyek e-KTP. Bahkan
pada sejumlah pertemuan juga membahas pengaturan untuk memenangkan tender hingga
mendaftar penggelembungan harga sejumlah barang yang akan dibeli terkait proyek.
Pengaturan ini juga melibatkan pihak panitia lelang yang berasal dari Kemendagri.
Gedung DPR, Jakarta.
DPR mulai melakukan pembahasan R-APBN Tahun Anggaran 2011 yang di antaranya
termasuk anggaran untuk proyek e-KTP. Terkait hal tersebut, Andi Narogong beberapa kali
bertemu Setya Novanto, Anas Urbaningrum (Ketua Fraksi Demokrat DPR), dan Muhammad
Nazaruddin (Bendum Demokrat), yang dinilai sebagai representasi Partai Golkar dan Partai
Demokrat untuk mendorong Komisi II menyetujui anggaran.
Akhirnya dicapai kesepakatan anggaran proyek sebesar Rp 5,9 triliun dengan 49 persen di
antaranya atau sebesar Rp 2,5 triliun (setelah dipotong pajak) akan dibagi-bagi ke sejumlah
orang, termasuk DPR.
Gedung DPR, Jakarta.
Andi Narogong memberikan uang kepada sejumlah anggota DPR di ruang kerja Mustoko
Weni (Golkar). Total uang yang diberikan Andi sebesar 3.450.000 dolar AS kepada sembilan
orang anggota DPR, di antaranya Anas Urbaningrum, Ganjar Pranowo (PDIP), Teguh Juwarno
(PAN), hingga Agun Gunandjar Sudarsa (Golkar)
Gedung DPR, Jakarta.
Bagi-bagi uang kembali dilakukan Andi, namun kali ini di ruangan Setya Novanto dan
Mustoko Weni. Uang sebesar 3.300.000 dolar AS kepada para pimpinan Banggar, yakni
Melchias Marcus Mekeng (Golkar), Mirwan Amir (Demokrat), Olly Dondokambey (PDIP),
Maya A. P 041711333249
Aisyah S. P 041811333110
KELOMPOK 17
1. Korupsi
a. Konflik kepentingan
i. Pak Sugiharto dan atasannya Pak Irman
Tujuannya untuk memperkaya diri sendiri, orang lain, dan korporasi.
Benturan kepentingan juga melibatkan anggota DPR untuk melancarkan
proses pengadaan E-KTP dari segi penganggaran, pelelangan, dan
pengadaan proyek E-KTP.
ii. Andi dengan Pak Irman dan Pak Sugiharto
Andi Agustinus merupakan pengusaha di bidang konveksi yang ikut
terlibat dalam kasus ini sebagai pengusaha pelaksana proyek E-KTP. Andi
terbukti memberikan dana kepada Irman dan Sugiharto untuk melakukan
pemenang lelang dalam pengadaan E-KTP. Sehingga pemenangnya dapat
bekerja sama dengan Andi untuk menjadi sub kontraktornya
iii. Irman dan sugiharto dengan PNRI
Dalam proses pelelangan, akhirnya diketahui berdasarkan serangkaian
evaluasi teknis uji coba alat dan “output” bahwa tidak ada peserta lelang
(konsorsium) yang dapat mengintegrasikan Key Manajemen Server
(KMS) dengan Hardware Security Module (HMS) sehingga tidak dapat
dipastikan perangkat tersebut memenuhi kriteria keamanan wajib. Namun
Irman dan Sugiharto tetap memerintahkan Djarat Wisnu Setyawan dan
Husni Fahmi melanjutkan proses lelang sehingga konsorsium PNRI dan
konsorsium Astragraphia dinyatakan lulus.
iv. Hubungan bisnis dengan hubungan keluarga
Andi Agustinus melibatkan dua saudara kandungnya yakni, Vidi Gunawan
dan Dedi Prijanto dalam proyek E-KTP. Vidi Gunawan menyerahkan
uang 1,5 juta dolar AS kepada Sugiharto.
b. Penyuapan
i. Pada proses penganggaran
Maya A. P 041711333249
Aisyah S. P 041811333110
KELOMPOK 17
Pemenangan ini diatur oleh Irman dan Sugiharto serta diinisiasi oleh Andi
Agustinus yang membentuk tim Fatmawati yang melakukan pertemuan di
rumah toko Fatmawati milik Andi Agustinus. Andi memberikan uang
kepada Irman dan Sugiharto sebesar 1,5 juta dolar AS untuk mendapat
pekerjaan sub kontraktor. Sehingga yang mendapat pemenang adalah
konsorsium PNRI dan konsorsium Astagraphia.
c. Gratifikasi Ilegal
Tindakan Andi Agustinus dengan motif memberikan uang sebesar 1,5 juta dolar
AS kepada Irman dan Sugiharto untuk mempengaruhi keputusannya dalam
melakukan pemenang pelelangan pengadaan proyek E-KTP. Tujuannya agar Andi
dapat menjadi sub kontraktor dalam proyek tersebut. Pemberian ini tergolong
gratifikasi ilegal karena diberikan secara diam-diam (rahasia) kepada Irman dan
Sugiharto. Selain itu tindakan gratifikasi juga dilakukan kepada anggota DPR
untuk memuluskan proyek E-KTP.
d. Pemerasan Ekonomi
Markus Nari untuk memuluskan pembahasan dan penambahan anggran proyek E-
KTP di DPR. Oleh karena itu, Markus meminta uang kepada Irman sebanyak Rp
5 miliar atas tindakan yang dilakukan tersebut. Markus juga menghalangi atau
merintangi penyidikan yang dilakukan KPK. Selain itu, Markus diduga
memengaruhi anggota DPR Miryam S Haryani untuk memberikan keterangan
tidak benar dalam persidangan kasus korupsi E-KTP.
e. Money Laundering
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mencium adanya potensi dugaan tindak
pidana pencucian uang (TPPU) dalam kasus korupsi proyek pengadaan e-KTP di
Kementerian Dalam Negeri. Indikasi adanya pencucian uang menguat, melihat
jumlah kerugian negara yang mencapai Rp2,3 triliun. Penggunaan pasal
Maya A. P 041711333249
Aisyah S. P 041811333110
KELOMPOK 17