Anda di halaman 1dari 13

Maya A.

P 041711333249
Aisyah S. P 041811333110
KELOMPOK 17

ANALISIS KASUS
KORUPSI E-KTP
MATA KULIAH AUDIT FORENSIK

A. What (Apa itu kasus E-KTP?)


Kasus Korupsi E-KTP Adalah kasus korupsi di Indonesia terkait pengadaan KTP
elektronik untuk tahun 2011 dan 2012 yang terjadi sejak 2010-an. Mulanya proyek ini berjalan
lancar dengan pengawasan Komisi Pemberantasan Korupsi(KPK), Badan Pemeriksa
Keuangan(BPK) dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan(BPKP) yang diminta oleh
Gamawan Fauzi yang saat itu menjabat sebagai menteri dalam negeri. Namun kejanggalan demi
kejanggalan yang terjadi sejak proses lelang tender proyek e-KTP membuat berbagai pihak mulai
dari Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), Government Watch , pihak kepolisian,
Konsorsium Lintas Peruri bahkan Komisi Pemberantasan Korupsi menaruh kecurigaan akan
terjadinya korupsi. Sejak itu KPK melakukan berbagai penyelidikan demi mengusut kronologi
dan siapa saja dalang di balik kasus ini. Para pemangku kebijakan terkait proyek e-KTP pun
dilibatkan sebagai saksi, mulai dari Gamawan Fauzi,Nazaruddin, Miryam S. Hani, Chairuman
Harahap bahkan hingga Diah Anggraini.

B. When (Proses Terjadinya Korupsi E-KTP)

Tanggal Keterangan

28/01/2010 Kemendagri mengajukan anggaran sebesar Rp 6.9 triliun untuk


menyelesaikan Sistem Administrasi Kependudukan (SIAK)
untuk tahun 2010-2011

29/01/2010 Proyek SIAK dinilai rawan penyimpangan, KPK menyurati


Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi untuk menaruh perhatian
lebih dalam melaksanakan proyek ini
Maya A. P 041711333249
Aisyah S. P 041811333110
KELOMPOK 17

Februari 2010 Gedung DPR, Jakarta


Irman dan Burhanuddin Napitupulu (anggota DPR) bertemu di
ruang kerja Ketua Komisi II DPR membahas pemberian uang
oleh Andi Narogong (pengusaha) kepada sejumlah anggota
komisi II. Pemberian itu bertujuan agar DPR menyetujui usulan
Kemendagri perihal anggran proyek e-KTP
Hotel Gran Melia, Jakarta
Irman, Sugiharto, Andi Narogong, dan Diah Anggriani (selaku
Sekjen Kemendagri) melakukan pertemuan dengan Setya
Novanto (Selaku ketua fraksi Golkar DPR). Pada pertemuan
tersebut, Setya Novanto menyatakan dukungannya dalam
pembahasan anggaran proyek e-KTP di DPR

Juni-Desember 2010 Ruko Fatmawati


Beberapa kali pertemuan digelar diruko milik Andi Narogong,
pertemuan Tim Fatmawati membahas pembentukan beberapa
konsorsium untuk ikut dalam tender proyek e-KTP. bahkan pada
sejumlah pertemuan ikut membahas pengaturan untuk
memenangkan tender sampai penggelembungan harga sejumlah
barang yang akan dibeli terkait proyek. Pengaturan ini
melibatkan pihak panitia lelang Kemendagri

Juli-Agustus 2010 Gedung DPR, Jakarta


DPR mulai membahas RAPBN tahun anggaran 2011, salah satu
proyek yang dibahas adalah proyek e-KTP. Andi Narogong
beberapa kali bertemu Setya Novanto, Anas Urbaningrum
(selaku Ketua Fraksi Demokrat DPR), dan Muhammad
Nazaruddin (Bendahara Umum Demokrat) yang
merepresentasikan dua partai Golkar dan Demokrat mendorong
Komisi II untuk menyetujui anggaran.
Maya A. P 041711333249
Aisyah S. P 041811333110
KELOMPOK 17

Hasil anggaran anggaran yang disetujui adalah Rp 5,9 triliun


dengan setelah pemeriksaan lebih lanjut sebesar 49% anggaran
RP 2,5 triliun akan dibagi-bagi ke sejumlah orang, termasuk
DPR.

September-Oktober 2010 Gedung DPR, Jakarta


Andi Narogong memberikan uang kepada sejumlah anggota DPR
di ruang kerja Mostuko Weni, $ 3.450.000 diberikan kepada
sembilang anggota DPR. DPR yang diakui menerima Anas
Urbaningrum, Tugush Juwarno, hingga Agun Gunandjar
Sudarsa.
Andi Narogong kemudian berpindah ke ruangan Setya Novanto
dan Mustoka Weni, $ 3.300.00 diberikan kepada para pemimpin
Banggar Melchias Marcus Mekeng, Mirwan Amir, Olly
Dondokambey, dan Tamsil Lingrung
Selain itu Andi memberikan uang sebesar $ 500,000 kepada Arif
Wibowo untuk dibagikan kepada seluruh anggota komisi II.
Dengan rincian, ketua mendapat $ 30,000 tiga wakil ketua $
20,000/orang sembulan ketua kelompok fraksi $ 15,000/orang
dan 37 anggota dengan rincian $ 10,000/orang

Oktober 2010 Restoran Peacock, Hotel Sultan Jakarta


Pertemuan antara Irman, Sugiharto, Diah Anggriani, Andi
Naragong, Husni Fahmi (pegawai Kemendagri), Chairun
Harahap, dan Johannes Marliem (swasta). Chairun sebagai ketua
Komisi II dalam pertemuan ini diminta menyetujui segera
anggaran proyek sebesar Rp 5.952.083.009.000 secara multiyears

22 Nov 2010 Gedung DPR


Rapat kerja antara Komisi II dan Kemendagri menyetujui
Maya A. P 041711333249
Aisyah S. P 041811333110
KELOMPOK 17

anggran e-KTP tahun 2011 sebesar Rp 2.468.020.000 yang


didanai dari APBN anggaran 2011

Desember 2010 Rumah Dinas Sekretaris Jenderal Kementerian Dalam Negeri


Andi Narogong memberikan uang $1,000,00 kepada Diang
Anggraini sebagai kompensasi telah membantu pembahasan
penyetujuan anggaran

C. Why (Mengapa korupsi E-KTP bisa terjadi?)


Maya A. P 041711333249
Aisyah S. P 041811333110
KELOMPOK 17

Fraud Triangle
a. Pressure = tekanan finansial
Setiap tersangka/pelaku adalah individu dengan jabatan tinggi seperti direktur utama atau
politikus yang menduduki jabatan sebagai DPR. Untuk menjadi DPR modal yang
dibutuhkan ada pada jumlah yang besar membuat individu-individu ini mencari cara
untuk mendapat keuntungan serta menutup pengeluaran yang sebelumnya dikeluarkan
untuk menduduki jabatan tersebut, kemudian gaya hidup dan persepsi yang sudah hidup
lama di masyarakat bahwa „pejabat harus kaya‟ menjadi tekanan tambahan untuk
melakukan tindakan tersebut
b. Rationalization = semua orang melakukannya dan tidak untuk kepentingan diri semata
Banyaknya tokoh dengan posisi tinggi yang memperkaya diri sendiri membentuk sebuah
rasionalisasi sendiri bagi individu dengan posisi yang sama dan bentuk rasionalisasi lain
adalah individu tersebut tidak hanya untuk kepentingan diri sendiri melainkan
kepentingan parti juga.
c. Opportunity = wewenang dan jabatan yang dimiliki
Setiap pelaku yang sudah ditentukan oleh KPK sebagai penyidik adalah individu dengan
jabatan tinggi atau masuk dalam level top level management membut mereka adalah
individu yang memiliki wewenang yang besar dalam menentukan sebuah proyek.
Sebagai contoh Setya Novanto menjabat sebagai ketua DPR pada saat korupsi e-KTP ini
terjadi, beliau memiliki wewenang untuk menyetujui anggaran program pemerintah,
salah satunya adalah e-KTP yang merupakan proyek beliau ikut serta melakukan
tindakan korupsi.
Para Terdakwa dalam proses penganggaran dan pengadaan barang/jasa paket pengadaan
Penerapan Kartu Tanda Penduduk Berbasis Nomor Induk Kependudukan secara nasional (KTP
Elektronik) Tahun Anggaran 2011-2013 telah mengarahkan untuk memenangkan perusahaan
tertentu, yang bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Peraturan
Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Peraturan Presiden
No. 24 tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan
Maya A. P 041711333249
Aisyah S. P 041811333110
KELOMPOK 17

Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara, melakukan perbuatan memperkaya
diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi.

D. Who (Siapa Pelakunya?)


1. Sugiharto
Atas tindakannya dalam merugikan negara sebesar Rp 2,314 triliun dan terbukti
menerima uang sebesar USD 200 ribu dari Andi Narogong, Sugiharto dijatuhi
hukuman oleh majelis hakim berupa kurungan penjara selama 5 tahun dan denda
sebesar Rp 400 juta subsider 6 bulan kurungan penjara. Selain itu, Sugiharto juga
wajib membayar uang pengganti senilai USD 50 ribu dikurangi USD 30 ribu serta
mobil honda jazz senilai Rp 150 juta dalam rentang waktu satu bulan setelah
berkekuatan hukum tetap. Harta benda Sugiharto akan disita jika ia tidak
membayarnya. Jika tidak cukup, harta benda tersebut diganti dengan kurungan
penjara selama 1 tahun. Keputusan ini diputuskan oleh Majelis Hakim pada
sidang dengan agenda pembacaan vonis pada 20 Juli 2017. Vonis ini sesuai
dengan tuntutan Jaksa Penuntut Umum pada sidang dengan agenda pembacaan
tuntutan pada 22 Juni 2017.

2. Irman

Berdasarkan penyelidikan KPK dan hasil sidang, Irman terbukti menerima uang
sebesar USD 300 ribu dari Andi Narogong dan USD 200 ribu dari Sugiharto. Oleh karena
itu per 20 Juli 2017 majelis hakim lewat sidang dengan agenda pembacaan vonis
memberikannya hukuman berupa kurungan penjara selama 7 tahun dan membayar denda
Rp 500 juta subsider 6 bulan kurungan. Di samping itu Irman juga wajib membayar uang
pengganti senilai USD 500 ribu dikurangi USD 300 ribu dan Rp 50 juta dalam rentang
waktu 1 bulan setelah berkekuatan hukum tetap. Jika tidak dipenuhi, harta benda Irman
akan disita. Jika masih tak cukup, Irman wajib menggantinya dengan pidana 2 tahun
penjara.Vonis ini sesuai dengan tuntutan Jaksa Penuntut Umum KPK pada sidang dengan
agenda pembacaan tuntutan pada 22 Juni 2017.
Maya A. P 041711333249
Aisyah S. P 041811333110
KELOMPOK 17

3. Andi Narogong

Andi dijuluki 'Narogong' karena memiliki usaha konveksi di Jalan Narogong, Bekasi[100].
Andi dituntut oleh Jaksa Penuntut Umum KPK pada sidang dengan agenda pembacaan
tuntutan pada 7 Desember 2017 berupa hukuman penjara selama 8 tahun dan denda
sebesar Rp 1 miliar subsider 6 bulan penjara serta wajib membayar uang pengganti
senilai USD 2,1 juta. Dengan harapan dapat meringankan vonis (sidang dengan agenda
pembacaan vonis belum dilakukan) yang akan diputuskan nanti, ia pun berperan sebagai
justice collaborator

4. Setya Novanto

Setya Novanto ditetapkan sebagai tersangka dalam proses pengadaan e-KTP


perencanaan, pembahasan anggaran, hingga pengadaan barang dan jasa melalui tersengka
lainnya. Setelah proses persidangan Pak Setya Novanto dijatuhi hukuman 16 tahun
penjara, sedikit lebih ringan dari tuntutan yang diajukan jpu.dan membayar uang
pengganti US$7,3 juta dalam kurs terbaru setara dengan lebih dari 101 miliar. Serta
pencabutan hak politik selama 5 tahun.

5. Markus Nari

Markus Nari ditetapkan sebagai tersangka kelima dalam kasus e-KTP pada tanggal 19
Juli 2017. Beliau ditetapkan tersangka terkait kasus dugaan merintangi proses penyidikan
dan memberikan keterangan tidak benar pada persidangan perkara korupsi e-KTP di
pengadilan Tipikor.

6. Anang Sugiana Sudihardjo


Anang Sugiana merupakan Direktur Utama PT Quadra Solution, salah satu perusahaan
pemenang proyek pengadaan e-KTP tahun anggaran 2011-2012.

E. WHERE(Dimana Proses Terjadinya Korupsi E-KTP)


 Gedung DPR, Jakarta.
Irman dan Burhanudin Napitupulu (anggota DPR) bertemu di ruang kerja Ketua Komisi II
DPR membahas pemberian uang oleh Andi Narogong (pengusaha) kepada sejumlah anggota
Maya A. P 041711333249
Aisyah S. P 041811333110
KELOMPOK 17

Komisi II. Pemberian itu bertujuan agar DPR menyetujui usulan Kemendagri perihal anggaran
proyek e-KTP.
 Hotel Gran Melia, Jakarta.
Irman, Sugiharto, Andi Narogong, dan Diah Anggriani (Sekjen Kemendagri) melakukan
pertemuan dengan Setya Novanto (Ketua Fraksi Golkar DPR). Pada pertemuan itu, Setya
menyatakan dukungannya dalam pembahasan anggaran proyek e-KTP di DPR.
 Ruko Fatmawati
Beberapa kali pertemuan digelar di Ruko milik Andi Narogong. Pertemuan Tim Fatmawati ini
membahas pembentukan beberapa konsorsium untuk ikut dalam tender proyek e-KTP. Bahkan
pada sejumlah pertemuan juga membahas pengaturan untuk memenangkan tender hingga
mendaftar penggelembungan harga sejumlah barang yang akan dibeli terkait proyek.
Pengaturan ini juga melibatkan pihak panitia lelang yang berasal dari Kemendagri.
 Gedung DPR, Jakarta.
DPR mulai melakukan pembahasan R-APBN Tahun Anggaran 2011 yang di antaranya
termasuk anggaran untuk proyek e-KTP. Terkait hal tersebut, Andi Narogong beberapa kali
bertemu Setya Novanto, Anas Urbaningrum (Ketua Fraksi Demokrat DPR), dan Muhammad
Nazaruddin (Bendum Demokrat), yang dinilai sebagai representasi Partai Golkar dan Partai
Demokrat untuk mendorong Komisi II menyetujui anggaran.
Akhirnya dicapai kesepakatan anggaran proyek sebesar Rp 5,9 triliun dengan 49 persen di
antaranya atau sebesar Rp 2,5 triliun (setelah dipotong pajak) akan dibagi-bagi ke sejumlah
orang, termasuk DPR.
 Gedung DPR, Jakarta.
Andi Narogong memberikan uang kepada sejumlah anggota DPR di ruang kerja Mustoko
Weni (Golkar). Total uang yang diberikan Andi sebesar 3.450.000 dolar AS kepada sembilan
orang anggota DPR, di antaranya Anas Urbaningrum, Ganjar Pranowo (PDIP), Teguh Juwarno
(PAN), hingga Agun Gunandjar Sudarsa (Golkar)
 Gedung DPR, Jakarta.
Bagi-bagi uang kembali dilakukan Andi, namun kali ini di ruangan Setya Novanto dan
Mustoko Weni. Uang sebesar 3.300.000 dolar AS kepada para pimpinan Banggar, yakni
Melchias Marcus Mekeng (Golkar), Mirwan Amir (Demokrat), Olly Dondokambey (PDIP),
Maya A. P 041711333249
Aisyah S. P 041811333110
KELOMPOK 17

dan Tamsil Linrung (PKS).


Andi pun memberikan uang sebesar 500.000 dolar AS kepada Arif Wibowo untuk dibagikan
kepada seluruh anggota Komisi II. Rinciannya, Ketua mendapat 30.000 dolar AS, tiga Wakil
Ketua masing-masing mendapat 20.000 dolar AS, sembilan Ketua Kelompok Fraksi
masingmasing mendapat 15.000 dolar AS, serta 37 anggota masing-masing mendapat 10.000
dolar AS.
 Restoran Peacock, Hotel Sultan, Jakarta.
Pertemuan dilakukan antara Irman, Sugiharto, Diah Anggriani, Andi Narogong, Husni Fahmi
(pegawai Kemendagri), Chairuman Harahap (Golkar), dan Johannes Marliem (swasta). Pada
pertemuan itu, Chairuman sebagai Ketua Komisi II diminta segera menyetujui anggaran
proyek sebesar Rp 5.952.083.009.000 secara multiyears.
 Gedung DPR.
Rapat Kerja antara Komisi II dan Kemendagri akhirnya menyepakati anggaran proyek e-KTP
untuk tahun 2011 sebesar Rp 2.468.020.000 yang bersumber dari APBN tahun anggaran 2011.
 Rumah Dinas Sekretaris Jenderal Kementerian Dalam Negeri.
Andi Narogong memberikan uang sejumlah 1.000.000 dolar AS kepada Diah Anggraini
sebagai kompensasi telah membantu pembahasan anggaran hingga akhirnya disetujui DPR.
 Kementerian Dalam Negeri.
Andi Narogong menemui Sugiharto di ruang kerjanya. Andi mengatakan akan memberikan
uang sebesar Rp 520.000.000.000 untuk memperlancar urusan penganggaran proyek. Uang
akan diberikan kepada Partai Golkar Rp 150 miliar, Partai Demokrat Rp 150 miliar, PDI
Perjuangan Rp 80 miliar, Marzuki Alie (Demokrat) Rp 20 miliar, Chairuman Harahap Rp 20
miliar, serta pada sejumlah partai lain sejumlah Rp 80 miliar. Rincian uang tersebut atas
persetujuan Irman.

F. HOW (bagaimana kasus korupsi e-KTP bisa terjadi)


Dalam kasus E-KTP tersebut termasuk ke dalam skema Korupsi dan Kecurangan Laporan
Keuangan. Dalam skema Korupsi tersebut meliputi : (1) Konflik Kepentingan, (2) Penyuapan/
Bribery, (3) Gratifikasi Ilegal, (4) Pemerasan Ekonomi, dan (5) money laundering. Berikut ini
penjelasan dari masing-masing skema.
Maya A. P 041711333249
Aisyah S. P 041811333110
KELOMPOK 17

1. Korupsi
a. Konflik kepentingan
i. Pak Sugiharto dan atasannya Pak Irman
Tujuannya untuk memperkaya diri sendiri, orang lain, dan korporasi.
Benturan kepentingan juga melibatkan anggota DPR untuk melancarkan
proses pengadaan E-KTP dari segi penganggaran, pelelangan, dan
pengadaan proyek E-KTP.
ii. Andi dengan Pak Irman dan Pak Sugiharto
Andi Agustinus merupakan pengusaha di bidang konveksi yang ikut
terlibat dalam kasus ini sebagai pengusaha pelaksana proyek E-KTP. Andi
terbukti memberikan dana kepada Irman dan Sugiharto untuk melakukan
pemenang lelang dalam pengadaan E-KTP. Sehingga pemenangnya dapat
bekerja sama dengan Andi untuk menjadi sub kontraktornya
iii. Irman dan sugiharto dengan PNRI
Dalam proses pelelangan, akhirnya diketahui berdasarkan serangkaian
evaluasi teknis uji coba alat dan “output” bahwa tidak ada peserta lelang
(konsorsium) yang dapat mengintegrasikan Key Manajemen Server
(KMS) dengan Hardware Security Module (HMS) sehingga tidak dapat
dipastikan perangkat tersebut memenuhi kriteria keamanan wajib. Namun
Irman dan Sugiharto tetap memerintahkan Djarat Wisnu Setyawan dan
Husni Fahmi melanjutkan proses lelang sehingga konsorsium PNRI dan
konsorsium Astragraphia dinyatakan lulus.
iv. Hubungan bisnis dengan hubungan keluarga
Andi Agustinus melibatkan dua saudara kandungnya yakni, Vidi Gunawan
dan Dedi Prijanto dalam proyek E-KTP. Vidi Gunawan menyerahkan
uang 1,5 juta dolar AS kepada Sugiharto.
b. Penyuapan
i. Pada proses penganggaran
Maya A. P 041711333249
Aisyah S. P 041811333110
KELOMPOK 17

1. Gamawan Fauzi meminta Menteri Keuangan dan Kepala Bappenas


untuk mengubah sumber pembiayaan proyek penerapan KTP
berbasis Nomor Induk Kependudukan (NIK) yang semua dibiayai
menggunakan Pinjaman Hibah Luar Negeri (PHLN) menjadi
bersumber dari APBN murni.
2. Irman dan Sugiharto mengucurkan uang kepada 54 anggota
Komisi II DPR dan juga Ketua DPR saat itu Marzuki Ali. Selain
itu, uang juga mengalir ke pimpinan Badan Anggran (Banggar)
DPR yaitu Melchias Marcus Mekeng selaku ketua Banggar partai
Golkar, Wakil Ketua Banggar Mirwan Amir (Partai Demokrat) dan
Olly Dondokambe (PDI-P)

ii. Pembagian uang


1. Ketua Komisi II DPR sejumlah 30 ribu dolar AS,
2. 3 orang Wakil Ketua Komisi II DPR masing-masing 20 ribu dolar
AS
3. 9 orang Ketua Kelompok Franksi Komisi II DPR masing-masing
15 ribu dolar AS,
4. 37 orang anggota Komisi II DPR masing-masing 5 ribu dolar AS
sampai 10 ribu dolar AS.
5. Partai Golkar sejumlah Rp 150 miliar
6. Partai Demokrat sejumlah Rp150 miliar
7. PDI Perjuangan sejumlah Rp80 miliar.
iii. Invoice Kickbacks
Gamawan Fauzi, Diah Anggraeni, Irman, Sugiharto, serta staf
Kemendagri, auditor BPK, Staf Sekretariat Komisi II DPR, staf Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), staf Kementerian
Keuangan, panitia pengadaan E-KTP , hingga Deputi bidang politik dan
Keamanan Sekretariat Kabinet.
iv. Bid Rigging
Maya A. P 041711333249
Aisyah S. P 041811333110
KELOMPOK 17

Pemenangan ini diatur oleh Irman dan Sugiharto serta diinisiasi oleh Andi
Agustinus yang membentuk tim Fatmawati yang melakukan pertemuan di
rumah toko Fatmawati milik Andi Agustinus. Andi memberikan uang
kepada Irman dan Sugiharto sebesar 1,5 juta dolar AS untuk mendapat
pekerjaan sub kontraktor. Sehingga yang mendapat pemenang adalah
konsorsium PNRI dan konsorsium Astagraphia.
c. Gratifikasi Ilegal
Tindakan Andi Agustinus dengan motif memberikan uang sebesar 1,5 juta dolar
AS kepada Irman dan Sugiharto untuk mempengaruhi keputusannya dalam
melakukan pemenang pelelangan pengadaan proyek E-KTP. Tujuannya agar Andi
dapat menjadi sub kontraktor dalam proyek tersebut. Pemberian ini tergolong
gratifikasi ilegal karena diberikan secara diam-diam (rahasia) kepada Irman dan
Sugiharto. Selain itu tindakan gratifikasi juga dilakukan kepada anggota DPR
untuk memuluskan proyek E-KTP.

d. Pemerasan Ekonomi
Markus Nari untuk memuluskan pembahasan dan penambahan anggran proyek E-
KTP di DPR. Oleh karena itu, Markus meminta uang kepada Irman sebanyak Rp
5 miliar atas tindakan yang dilakukan tersebut. Markus juga menghalangi atau
merintangi penyidikan yang dilakukan KPK. Selain itu, Markus diduga
memengaruhi anggota DPR Miryam S Haryani untuk memberikan keterangan
tidak benar dalam persidangan kasus korupsi E-KTP.

e. Money Laundering
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mencium adanya potensi dugaan tindak
pidana pencucian uang (TPPU) dalam kasus korupsi proyek pengadaan e-KTP di
Kementerian Dalam Negeri. Indikasi adanya pencucian uang menguat, melihat
jumlah kerugian negara yang mencapai Rp2,3 triliun. Penggunaan pasal
Maya A. P 041711333249
Aisyah S. P 041811333110
KELOMPOK 17

pencucian uang ini dibuat dengan mempertimbangkan jumlah kerugian negara


yang mencapai Rp2,3 triliun. Namun uang yang baru diterima KPK dari
pengembalian sejumlah pihak sekitar Rp236,930 miliar, US$1,3 juta dan SG$
368. Anggaran e-KTP yang bersumber dari pemerintah, masuk ke rekening
konsorsium pelaksana bentukan Andi Narogong lewat Tim Fatmawati. Setelah
dari konsorsium, uang itu mengalir lagi ke anggota konsorsium, yang
melaksanakan pengerjaan masing-masing. Dalam proyek e-KTP, setiap anggota
memiliki tugas yang berbeda dalam pengadaan ini. Anggota konsorsium itu di
antaranya Perum PNRI, PT LEN Industri, PT Quadra Solution dan PT Sucofindo
(Persero), PT Sandipala Arthaputra. Perum PNRI dan PT Sandipala Arthaputra
bertanggung jawab melaksanakan pekerjaan pembuatan, personalisasi dan
distribusi blangko e-KTP. PT Quadra Solution dan PT LEN Industri bertanggung
jawab melaksanakan pekerjaan pengadaan hardware dan software termasuk
jaringan komunikasi dan data. Sedangkan PT Sucofindo bertanggung jawab
melaksanakan pekerjaan pengadaan helpdesk dan pendampingan. Uang itu
mengalir lagi ke perusahaan lain, karena sebagian pengerjaan proyek e-KTP ini
diserahkan ke pihak ketiga atau disubkontrakan. Uang-uang itu disinyalir sudah
disamarkan menjadi aset-aset, baik di dalam negeri ataupun luar negeri.

Anda mungkin juga menyukai