Anda di halaman 1dari 1

17 Juli 2017,KPK mengumumkan penetapan Setya Novanto sebagai tersangka kasus

korupsi pengadaan e- KTP. Pengadaan proyek itu terjadi pada kurun waktu 2011-2012,
saat Setya menjabat Ketua Fraksi Partai Golkar di DPR. Ia diduga ikut mengatur agar
anggaran proyek e-KTP senilai Rp 5,9 triliun agar disetujui anggota DPR. Selain
itu, Novanto diduga telah mengondisikan pemenang lelang dalam proyek e-KTP. Bersama
pengusaha Andi Agustinus alias Andi Narogong, Setya diduga ikut menyebabkan
kerugian negara Rp 2,3 triliun.

KPK melakukan penyelidikan baru untuk pengembangan perkara e-KTP, dalam proses
penyelidikan KPK meminta keterangan sejumlah pihak dan mengumpulkan bukti relevan.
Dalam proses penyelidikan, Setya Novanto dua kali tidak hadir untuk dimintai
keterangan, yakni pada 13 dan 18 Oktober 2017 dengan alasan sedang ada tugas
kedinasan.KPK menerbitkan sprindik atas nama tersangka Setya Novanto. Di perkara
ini, Setya Novanto disangka melanggar Pasal 2 ayat 1 subsider Pasal 3 Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 20 Tahun
2001 juncto Pasal 55 ayat 1 ke-1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

Menurut saya tindakan Setya Novanto sangat memalukan, jabatan yang ia miliki
digunakan untuk mencari uang yang haram. Yang sangat saya sesali beliu tidak mau
mengakui kesalahannya, setiap peradilan memanggilnya untuk sidang beliu selalu
tidak memenuhi panggilan, sampai akhirnya ia mengalami keclakaaan, mungkin itu
sebuah teguran bagi beliau. 16 tahun penjara denda 500 juta serta dicabutnya hak
politik mungkin belum cukup tetapi saya harap itu sudah memberikan efek jera kepada
Setya Novanto.

Anda mungkin juga menyukai