Anda di halaman 1dari 13

Analisis Kasus Pelanggaran

HAM
(Kasus Korupsi E-KTP)
TUGAS KEWARGANEGARAAN OLEH :
KELOMPOK 5
Sulwandi Bongga Karaeng
Muhammad Irfan Ashari
Adi Saputra
Yusuf Untung
Elvis Sergio Sarrin
Kronologi Kasus
E-KTP

kasus korupsi di Indonesia terkait pengadaan KTP elektronik


untuk tahun 2011 dan 2012 yang terjadi sejak 2010-an. Mulanya
proyek ini berjalan lancar dengan pengawasan Komisi Pemberantasan
Kasus korupsi e-KTP bermula dari rencana
Korupsi (KPK), Badan Pemeriksa keuangan (BPK) dan Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) yang diminta oleh Kementerian Dalam Negeri RI dalam pembuatan
Gamawan Fauzi yang saat itu menjabat sebagai menteri dalam negeri. e-KTP. Sejak 2006 Kemendagri telah menyiapkan
Namun kejanggalan demi kejanggalan yang terjadi sejak proses lelang dana sekitar Rp 6 triliun yang digunakan
tender proyek e-KTP membuat berbagai pihak mulai dari Komisi untuk proyek e-KTP dan program Nomor Induk
Pengawas Persaingan usaha (KPPU), Government Watch, pihak
Kependudukan (NIK) nasional dan dana
kepolisian, Konsorsium Lintas Peruri bahkan Komisi Pemberantasan
Korupsi menaruh kecurigaan akan terjadinya korupsi. senilai Rp 258 milyar untuk biaya pemutakhiran data
kependudukan untuk pembuatan e-KTP
berbasis NIK pada 2010 untuk seluruh
kabupaten/kota se-Indonesia.[1][2] Pada 2011
pengadaan e-KTP ditargetkan untuk 6,7 juta
penduduk sedangkan pada 2012 ditargetkan
untuk sekitar 200 juta penduduk Indonesia.
Pertama
Negara harus menanggung kerugian sebesar Rp
2,314 triliun.

Kedua
Penetapan tersangka oleh KPK dalam kasus ini pertama kali dilakukan
pada 22 April 2014 atas nama Sugiharto sementara sidang perdana
FAKTA -FAKTA KASUS : atas tersangka pada kasus
ini digelar pada 9 Maret 2017

Ketiga
Kasus Korupsi E- KTP melibatkan 6 orang tersangka, meliputi:
1. Sugiharto dan Irman ( 22 April 2014)
2. Irman (30 September 2016)
3. Andi Naronggong (23 Maret 2017)
4. Miryam S Haryani (1 Mei 2017)
5. Setya Novanto(17 Juli 2017)
6. Markus Nari (17 Juli 2017)
7. Anang Sugiana (9 November 2017
1. Sugiharto
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Direktorat Jenderal Kependudukan dan Catatan
Sipil pada Kementerian Dalam Negeri

melakukan penyalahgunaan wewenang dan melakukan suap pada


proyek e-KTP di DPR untuk tahun anggaran 2011-2013, melanggar Pasal 2 Ayat
1 subsider Pasal 3 Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 55
Ayat 1 ke-1 juncto Pasal 64 Ayat 1 KUHP.

Sugiharto diperkaya dengan uang senilai 450.000 dollar AS dan Rp 460 juta.
2. Irman
Mantan Direkrur Direktorat Jenderal Kependudukan dan Catatan
Sipil pada Kementerian Dalam Negeri

melakukan penyalahgunaan wewenang dan melakukan suap pada


proyek e-KTP di DPR untuk tahun anggaran 2011-2013, melanggar Pasal 2 Ayat
1 subsider Pasal 3 Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 55
Ayat 1 ke-1 juncto Pasal 64 Ayat 1 KUHP.

Irman Irman diperkaya senilai 573.000 dollar AS, Rp 2,9 milyar dan 6.000 dollar
Singapura.
3. Andi Naronggong
Pengusaha rekanan

Andi berperan dalam meloloskan anggaran Rp 5,9 triliun.

Andi menyuap Anas Urbaningrum sebanyak Rp. 20 Milyar

Andi menyuap Jafar Hafsah sebanyak 100 ribu dollar AS

Andi menyuap Khatibul Umam Wirsnu sebanyak 400 ribu dollar AS


4. Miryam S Hariani
Anggota Fraksi Partai Hanura

Menerima Suap sebesar 23 ribu dollar AS


5. Setya Novanto
Ketua Fraksi Partai Golkar di DPR

melakukan penyalahgunaan wewenang dan tindakan menguntungkan diri sendiri atau


orang lain atau korporasi dengan ikut mengambil andil dalam pengaturan anggaran
proyek e-KTP sebesar Rp 5,9 triliun sehingga merugikan negara hingga Rp 2,3 triliun
6. Markus Nari
Politisi Golkar

meminta uang sebanyak Rp 5 milyar kepada Irman dalampembahasan perpanjangan


anggaran e-KTP sebesar Rp 1,4 triliun. Di samping itu ia jugatelah menerima uang sebesar
Rp 4 milyar.
7. Anang Sugiana
direktur utama PT Quadra

terlibat dalam penyerahan sejumlah uang kepada Setya Novanto dan anggota DPR
lainnya dari Andi Naronggong. Hal itu membuatnya melanggar Pasal 2 ayat (1) subsider
Pasal 3 Undang-Undang tentang pemberantasan Tipikor Nomor 20 tahun 2001 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana korupsi, Junto Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP.
Korupsi sebagai
Pelanggaran HAM
Dalam perfektif HAM, korupsi bukan
hanya sebuah tindak Pidana, dalam
konteks yang lebih luas, korupsi
mencederai Hak Asasi Manusia Dengan terbuktinya suatu tindak pidana korupsi,
maka ada beberapa hal yang telah dilanggar oleh si
pelaku. Pertama, pelaku telah menyalahgunakan
Korupsi merupakan pelanggaran HAM ,
wewenang atau jabatan yang dimilikinya untuk
karena tindakan tersebut merampas kepentingan pribadi yang menguntungkan atau
hak-hak Masyarakat baik sosial, bahkan memperkaya dirinya atau orang lain
ekonomi dan budaya serta hak-hak
sipil, seperti hak hidup, masyarakat.
Kesimpulan
Dari kasus korupsi E-KTP dapat disimpulkan bahwa kita sebagai manusia harus bertanggung
jawab atas kepercayaan masyarakat dan juga harus mengedepankan aturan sila-sila
Pancasila. Tidak pidana korupsi adalah suatu perbuatan secara melawan hukum dengan
tujuan memperkaya menggantungkan diri sendiri, orang lain atau suatu korporasi dengan
menyalahgunakan kewewenangan atau sarana karena jabatan atau kewenangan yang
dimilikinya yang dapat merugikan keuangan negara. Selain itu korupsi juga merupakan
kejahatan luar biasa karena tidak hanya merugikan keuangan negara, tetapi juga telah
menciderai hak-hak sosial dan ekonomi masyarakat secara luas, sehingga tindak pidana
korupsi perlu digolongkan sebagai kejahatan yang pemberantasannya dilakukan secara luar
biasa.

Anda mungkin juga menyukai