HAM
(Kasus Korupsi E-KTP)
TUGAS KEWARGANEGARAAN OLEH :
KELOMPOK 5
Sulwandi Bongga Karaeng
Muhammad Irfan Ashari
Adi Saputra
Yusuf Untung
Elvis Sergio Sarrin
Kronologi Kasus
E-KTP
Kedua
Penetapan tersangka oleh KPK dalam kasus ini pertama kali dilakukan
pada 22 April 2014 atas nama Sugiharto sementara sidang perdana
FAKTA -FAKTA KASUS : atas tersangka pada kasus
ini digelar pada 9 Maret 2017
Ketiga
Kasus Korupsi E- KTP melibatkan 6 orang tersangka, meliputi:
1. Sugiharto dan Irman ( 22 April 2014)
2. Irman (30 September 2016)
3. Andi Naronggong (23 Maret 2017)
4. Miryam S Haryani (1 Mei 2017)
5. Setya Novanto(17 Juli 2017)
6. Markus Nari (17 Juli 2017)
7. Anang Sugiana (9 November 2017
1. Sugiharto
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Direktorat Jenderal Kependudukan dan Catatan
Sipil pada Kementerian Dalam Negeri
Sugiharto diperkaya dengan uang senilai 450.000 dollar AS dan Rp 460 juta.
2. Irman
Mantan Direkrur Direktorat Jenderal Kependudukan dan Catatan
Sipil pada Kementerian Dalam Negeri
Irman Irman diperkaya senilai 573.000 dollar AS, Rp 2,9 milyar dan 6.000 dollar
Singapura.
3. Andi Naronggong
Pengusaha rekanan
terlibat dalam penyerahan sejumlah uang kepada Setya Novanto dan anggota DPR
lainnya dari Andi Naronggong. Hal itu membuatnya melanggar Pasal 2 ayat (1) subsider
Pasal 3 Undang-Undang tentang pemberantasan Tipikor Nomor 20 tahun 2001 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana korupsi, Junto Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP.
Korupsi sebagai
Pelanggaran HAM
Dalam perfektif HAM, korupsi bukan
hanya sebuah tindak Pidana, dalam
konteks yang lebih luas, korupsi
mencederai Hak Asasi Manusia Dengan terbuktinya suatu tindak pidana korupsi,
maka ada beberapa hal yang telah dilanggar oleh si
pelaku. Pertama, pelaku telah menyalahgunakan
Korupsi merupakan pelanggaran HAM ,
wewenang atau jabatan yang dimilikinya untuk
karena tindakan tersebut merampas kepentingan pribadi yang menguntungkan atau
hak-hak Masyarakat baik sosial, bahkan memperkaya dirinya atau orang lain
ekonomi dan budaya serta hak-hak
sipil, seperti hak hidup, masyarakat.
Kesimpulan
Dari kasus korupsi E-KTP dapat disimpulkan bahwa kita sebagai manusia harus bertanggung
jawab atas kepercayaan masyarakat dan juga harus mengedepankan aturan sila-sila
Pancasila. Tidak pidana korupsi adalah suatu perbuatan secara melawan hukum dengan
tujuan memperkaya menggantungkan diri sendiri, orang lain atau suatu korporasi dengan
menyalahgunakan kewewenangan atau sarana karena jabatan atau kewenangan yang
dimilikinya yang dapat merugikan keuangan negara. Selain itu korupsi juga merupakan
kejahatan luar biasa karena tidak hanya merugikan keuangan negara, tetapi juga telah
menciderai hak-hak sosial dan ekonomi masyarakat secara luas, sehingga tindak pidana
korupsi perlu digolongkan sebagai kejahatan yang pemberantasannya dilakukan secara luar
biasa.