Nilai keluaran
Nilai keluaran didasarkan atas jumlah rupiah kas atau penghargaan
lainnya (nonkas) yang diterima suatu unit usaha apabila suatu aset atau
potensi jasa akhirnya keluar dari kesatuan usaha melalui pertukaran atau
konversi.
Prinsip Penilaian Menurut FASB
FASB mengidentifikasi lima makna atau atribut yang dapat
direpresentasi dalam berbagai atribut penilaian :
a. Historical cost
b. Current cost
c. Current market value
d. Net realizable value
e. Present value of future cash flows
Pengakuan
Suatu jumlah rupiah atau kos diakui sebagai aset apabila jumlah
rupiah tersebut timbul akibat transaksi, kejadian, atau keadaan yang
memepengaruhi aset. Pada umumnya pengakuan aset dilakukan
bersamaan dengan adanya transaksi, kejadian, atau keadaan
tersebut.
Pengakuan Aset
Mengutip dari Sterling, Belkaoui (1993, hlm. 194-195) :
a. Deteksi adanya aset. Untuk mengakui aset, harus ada transaksi yang
menandai timbulnya aset.
b. Sumber ekonomik dan kewajiban. Untuk mengakui aset, suatu objek harus
merupakan sumber ekonomik yang langka, dibutuhkan, dan berharga.
c. Berkaitan dengan entitas. Untuk mengakui aset, kesatuan usaha harus
mengendalikan atau menguasai objek aset.
d. Mengandung nilai. Untuk mengakui aset, suatu objek harus mempunyai
manfaat yang terukur seacara moneter.
e. Berkaitan dengan waktu pelaporan. Untuk mengakui aset, semua penguji
diatas harus dipenuhi pada tanggal pelaporan (tanggal neraca).
f. Verifikasi. Untuk mengakui aset, harus ada bukti pendukung untuk
meyakinkan bahwa kelima penguji diatas dipenuhi.
Beban Tangguhan
Kos yang mempunyai karakteristik unik sehingga menimbulkan
masalah penangguhan pembebanan misalnya adalah kos yang terlibat
dalam transaksi, kejadian, atau keadaan berikut :
a. Sewaguna.
b. Bunga selama masa konstruksi aset tetap.
c. Riset dan pengembangan.
d. Eksplorasi minyak dan gas bumi.
e. Rugi selisih kurs valuta asing atau pembelajaran valuta asing.
f. Sumber daya manusia.
g. Kos organisasi.
Teori Sewaguna dan Kos Bunga
Kriteria yang harus dipenuhi agar suatu sewaguna dapat dinyatakan
sebagai pembelian angsuran. FASB mengajukan empat kriteria
berikut ini (SFAS No. 18, prg. 7) :
a. Kontrak sewaguna menyebutkan adanya transfer hak milik
barang atau properitas kepada tersewaguna pada akhir jangka
sewaguna.
b. Kontrak sewaguna memuat pasal bahwa tersewaguna boleh pilih
untuk membeli pada tanggal yang ditetapkan dalam jangka
sewaguna dengan harga yang ditetapkan dan harga tersebut
cukup murah sehingga dapat dipastikan bahwa tersewaguna
akan memilih membeli properitas bersangkutan. Pasal semacam
ini disebut bargain purchase option.
Teori Sewaguna dan Kos Bunga
c. Jangka sewaguna adalah 75% atau lebih dari sisa umur ekonomik
taksiran properitas sewaguna sejak penandatanganan kontrak.
FASB menyebutkan bahwa tujuan mengkapitalisasi kos bunga
adalah untuk mendapatkan angka kos pemerolehan yang paling
merefleksi investasi total kesatuan usaha dalam aset dan untuk
membebankan suatu kos yang berkaitan dengan pemerolehan suatu
sumber ekonomik yang akan memberi manfaat dimasa datang untuk
ditandingkan dengan pendapatan yang dihasilkan oleh manfaat
tersebut.
Beberapa Argumen menolak dikapitalisasinya bunga. Penolakan tersebut
didasarkan atas argumen-argumen berikut :
a. Bunga lebih merupakan kos pendanaan daripada unsur aset.
b. Secara teoritis, kos suatu fasilitas fisis yang dibangun sendiri oleh
suatu kesatuan usaha yang mendanainya dengan ekuitas seharusnya
tidak akan berbeda dengan fasilitas yang sama yang dibangun
perusahaan lain yang mendanainya dengan utang.
c. Dengan konsep kesatuan usaha, bunga lebih bermakna sebagai
pembagian laba (setara dengan dividen) daripada sebagai upaya
(effort) untuk memperoleh pendapatan.
d. Karena merupakan kos pendanaan yang terpisah dengan kos
pemerolehan aset, alokasi kos bunga ke semua aset nonmoneter hanya
akan kecil pengaruhnya terhadap laba periodik karena jumlah yang
dikapitalisasi dalam suatu periode akan dikompensasidengan
amortisasi bunga yang dikapitalisasi pada periode-periode
sebelumnya.
Alternatif Perlakuan
a. Bunga tidak dikapitalisasi dan diperlakukan sebagai biaya periode.
a. Alternatif 2 (a) didasarkan pada argumen bahwa bunga merupakan
elemen kos konstruktif tetapi hanya bunga yang memang benar-benar
dibayar untuk dana khusus tersebut yang menunjukan unsur kos
perolehan aset.
b. Alternatif 2 (b) berusaha untuk mengatasi kesulitan dalam usulan
pertama.
c. Alternatif 2 (c) mendasarkan diri pada asumsi bahwa bunga seluruh
dana yang tertanam dalam perusahaan merupakan kos ekonomik
Standar Yang Mengatur
Adanya berbagai alternatif perlakuan kos bunga
menuntut adanya standar akuntansi yang menjadi
acuan praktik agar perbandingan statement
keuangan menjadi mudah dilakukan dan bermakna.
Standar ini pada dasarnya membolehkan adanya
kapitalisasi bunga asalkan memenuhi persyaratan-
persyaratan tertentu yang diatur dalam standar
tersebut. Standar yang relevan dengan hal ini di
Amerika adalah SFAS No.34
Aset Memenuhi Syarat
FASB (SFAS No.34, prg.9) menetapkan bahwa kapitalisasi
bunga hendaknya hanya untuk aset yang memenuhi
syarat :
a. Aset yang dibangun atau diproduksi untuk
digunakan sendiri oleh perusahaan
b. Aset yang dibangun atau diproduksi dengan tujuan
untuk dijual sebagai suatu unit atau projek yang berdiri
sendiri terpisah dari objek atau kegiatan operasi lainnya
c. Investasi jangka panjang yang diperlakukan dengan
metode
Besarnya Kapitalisasi Bunga
Bunga yang dikapitalisasi adalah tambahan bunga
yang diperkirakan terjadi selama suatu perioda
akibat adanya konstruksi. Secara teknis, jumlah
rupiah bunga yang dikapitalisasi dalam suatu
periode akuntansi selama perioda pemerolehan
adalah tingkat bunga atau tarif kapitalisasi dikalikan
dengan rata-rata pengeluaran dana untuk konstruksi
selama perioda akuntansi tersebut
Pengungkapan
Agar statemen keuangan tetap informatif, hal-hal
berikut ini harus diungkapkan sebagai penjelasan
statemen keuangan :
Bila tidak ada kos bunga yang dikapitalisai, total
bunga yang terjadi selama periode dan dibebankan
sebagai biaya perioda tersebut
Bila sebagian kos bunga dikapitalisasi, bunga total
yang terjadi dan bagian yang dikapitalisasi
Penyajian
Secara umum prinsip akuntansi berterima umum memberi
pedoman penyajian dan pengungkapan aset sebagai berikut :
Aset disajikan disisi debit atau kiri dalam neraca berformat
akun atau dibagian atas dalam neraca berformat laporan
Aset diklasifikasikan menjadi aset lancar dan tetap
Aset diurutkan penyajian atas dasar likuiditas atau
kelancarannya, yang paling lancar dicantumkan pada urutan
pertama.
Kebijakan akuntansi yang berkaitan dengan pos-pos tertentu
harus diungkapkan (misalnya metoda depresiasi aset tetap dan
dasar penilaian sediaan barang)
Terimakasih