Anda di halaman 1dari 10

RESUME KELOMPOK

AKUNTANSI DASAR II
RESUME MATERI BAB 4
“ AKUNTANSI UNTUK ASET TETAP – 1 ASET TETAP ”
Dosen Pengajar : I Putu Gde Chandra Artha Aryasa, S.E., M.Ak.,BKP

OLEH KELOMPOK 1 :

1. NI PUTU MIA PRASETYA DEWI (202132121242)

2. NI MADE INTEN GITA CAHYANI (202132121215)

3. I KADEK ADI WIDIANTARA PUTRA (202132121240)

4. ANAK AGUNG GEDE INDRA JAYA (202132121243)

5. NI LUH MADE GANGGA CAHYANI (202132121724)

KELAS C4 MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS WARMADEWA DENPASAR
2022
RESUME MATERI AKUNTANSI UNTUK ASET TETAP – 1 ASET TETAP
Bagian1

 ASET TETAP BERUJUD


Aset tetap adalah sumber daya yang memiliki empat karakteristik yaitu:
(1) berujud atau memiliki ujud (bentuk atau ukuran tertentu),
(2) digunakan dalam operasi perusahaan,
(3) mempunyai masa manfaat jangka panjang, dan
(4) tidak dimaksudkan untuk diperjual- belikan.
Karakteristik yang membedakan aset tetap dari barang dagangan ialah bahwa aset
tetap dimiliki perusahaan untuk digunakan, sedang barang dagangan tidak untuk digunakan
melainkan untuk dijual. Sebagai contoh, mesin tik pada sebuah toko peralatan kantor adalah
barang dagangan, karena di sini perusahaan membeli peralatan kantor untuk dijual kembali
sebagai barang dagangan. Karakteristik yang membedakan aset tetap dari aset lancar berujud
seperti perlengkapan kantor, ialah bahwa perlengkapan dimiliki untuk digunakan dalam
waktu satu tahun atau satu satu siklus operasi normal perusahaan. Aset tetap dimiliki
perusahaan untuk digunakan dalam jangka waktu yang lebih panjang, biasanya meliputi
beberapa periode akuntansi.
 Arti Penting Aset Tetap
Dalam laporan laba-rugi, biaya yang berkaitan dengan penggunaan aset tetap, seperti
biaya depresiasi dan biaya pemeliharaan, juga seringkali merupakan komponen yang cukup
tinggi. Jumlah rupiah depresiasi mempunyai hubungan langsung dengan biaya perolehan
asset tetap. Bila nilai rupiah aset tetap tinggi, maka dengan sendirinya depresiasi tahunan juga
akan menjadi tinggi. Di pinak lain, biaya pemeliharaan aset tetap pada umumnya juga cukup
tinggi.
Sebagai aset yang diharapkan akan digunakan dalam jangka panjang. faktor
pemeliharaan sangat menentukan keberhasilan operasi perusahaan. adapun pajak kekayaan
yang harus dibayar perusahaan sehubungan dengan pemilikan aset tetap, seperti pajak bum
dan bangunan (PBB), dan pajak kendaraan bermotor. Jelaslah, aset tetap akan berpengaruh
cukup besa pada hasil usaha perusahaan yang tercermin dalam laporan laba-. Rugi
perusahaan yang bersangkutan.
 Penggolongan Aset Tetap
Aset tetap biasanya digolongkan menjadi empat kelompok, yaitu:
1. Tanah, meliputi tanah yang digunakan sebagai tempat berdirinya gedung-gedung
perusahaan dan fasilitas perusahaan lainnva.
2. Perbaikan tanah, sebagai contoh jalan-jalan di seputar lokasi perusahaan yang dibangun
perusahaan, tempat parkir, pagar, dan saluran air bawah tanah.
3. Gedung, meliputi gedung yang digunakan untuk kantor, toko, pabrik, gudang, dan
bangunan gedung lainnya.
4. Peralatan, seperti peralatan kantor, peralatan pabrik, mesin- mesin, kendaraan, dan mebel.
Selain itu merupakan hal penting pula bagi perusahaan untuk (1) menjaga agar aset selalu
berada dalam kondisi yang baik, (2) mengganti fasilitas yang sudah rusak atau aus akibat
pemakaian, dan (3) menambah aset jika diperlukan.
 PENENTUAN BIAYA PEROLEHAN ASET TETAP
Biaya perolehan meliputi semua pengeluaran yang diperlukan untuk mendapatkan
aset, dan pengeluaran-pengeluaran lain hingga aset siap untuk digunakan. Pengeluaran lain
yang tidak diperlukan harus dipandang sebagai biaya atau kerugian. Biaya perolehan diukur
dengan kas yang dibayarkan pada suatu transaksi secara tunai. Dalam hal aset tidak dibayar
dengan as, maka biaya perolehan ditetapkan sebesar nilai wajar dari aset yang diperoleh atau
aset yang diserahkan, Apabila biaya perolehan telah ditetapkan, maka biaya perolehan
tersebut akan menjadi dasar untuk akuntansi selama masa pemakaian aset yang bersangkutan.
Akuntansi tidak mengakui pemakaian harga pasar atau harga pengganti selama pemakaian
suatu aset tetap.
Penerapan prinsip biaya perolehan untuk tiap golongan utama aset tetap :
 Tanah
Perusahaan membeli tanah sebagai lahan yang akan dipergunakan untuk membangun pabrik
atau kantor dan keperluan perusahaan lainnya.Biaya perolehan tanah meliputi (1) harga beli
tuna tanah, (2) biaya balik nama, (3) komisi perantara, dan (4) pajak atau pungutan lain yang
harus dibayar oleh pembeli.
 Perbaikan Tanah
Perbaikan tanah adalah tambahan struktural yang dilakukan atas tanah. di atas tanah yang
terletak di halaman dan seputar perusahaan dibuat jalan masuk, tempat parkir kendaraan,
pagar halaman, pertamanan, dan saluran pembuangan air hujan. Biaya perolehan perbaikan
tanah meliputi semua pengeluaran yang dilakukan sampai perbaikan sip untuk digunakan
sebagaimana dimaksud dengan perbaikan tersebut.
 Gedung
Gedung adalah fasilitas bangunan yang digunakan dalam operasi perusahaan. Semua
pengeluaran yang berhubungan dengan pembelian atau pembangunan sebuah gedung harus
dibebankan pada akun Gedung. Apabila gedung dimiliki melalui pembelian, maka biaya
perolehannya meliputi harga beli, biaya notaris, dan komisi perantara. Namun seandainya
gedung dibangun sendiri, maka biaya perolehannya meliputi semua pengeluaran untuk
membuat gedung, termasuk pembuatan saluran listrik dan air.
 Peralatan
Peralatan meliputi semua peralatan yang digunakan dalam operasi perusahaan, seperti
misalnya mesin pabrik, peralatan kantor, kendaraan bermotor, mebel dan sebagainya. Biaya
perolehan peralatan terdiri dari harga beli tunai, biaya pengangkutan, dan biaya asuransi
selama dalam pengangkutan yang harus dibayar oleh pembeli. Termasuk pula di dalamnya
pengeluaran untum perakitan, pemasangan, dan pengujian peralatan yang dibeli. Bea balik
nama kendaraan juga harus ditambahkan pada biaya perolehan kendaraan, tetapi pajak
kendaraan tahunan atau asuransi kecelakaan kendaraan yang harus dibayar oleh pemilik,
tidak dibebankan sebagai biaya perolehan, melainkan diperlakukan sebagai biaya tahun yang
bersangkutan.
 MASALAH KHUSUS DALAM PENENTUAN BIAYA PEROLEHAN
Beberapa cara perolehan yang menimbulkan masalah antara lain :
1. Pembelian dengan menggunakan wesel berbunga
2. Pembelian dalam satu paket
3. Perolehan dengan membangun sendiri

 Pembelian Dengan Menggunakan Wesel Berbunga


Bunga wesel biasanya dibayar pada tanggal jatuh wesel. Dalam hal seperti ini biaya
perolehan aset adalah jumlah kas yang dibayarkan sebagai uang muka ditambah dengan nilai
nominal wesel. Biaya bunga wesel yang dibayar perusahaan merupakan biaya pendanaan
(financing cost) dan dicatat dalam pembukuan dengan mendebet akun Beban Bunga.
 Pembelian Dalam Satu Paket
Pembelian dalam satu paket atau disebut juga pembelian secara lump-sum terjadi pula
beberapa jenis aset dibeli secara bersama dalam satu transaksi. Apabila terjadi pembelian
secara paket, maka harga beli potongan harus dialokasikan ke berbagai jenis asset. Cara yang
paling umum untuk mengalokasikan harga borongan adalah dengan mendasarkan pada harga
pasar masing- masing golongan asset yang tercakup dalam pembelian tersebut.
 Perolehan Dengan Membangun Sendiri
Kadang- kadang perusahaan membangun sendiri aset yang diperlukanya. Jika biaya
perolehan aset yang diperoleh dengan membangun sendiri ternyata lebih rendah (murah) dari
harga pasar aset sejenis, maka perusahaan tidak diperkenankan untuk mengakui adanya
keuntungan dari pembangunan yang dilakukan sendiri tersebut.
 DEPRESIASI
Depresiasi adalah proses pengalokasian biaya perolehan aset tetap menjadi beban selama
masa manfaatnya dengan cara yang rasional dan sistematis. Pengalokasian biaya perolehan
diperlukan agar dapat dilakukan perbandingan yang tepat antara pendapatan dengan beban
sehingga diminta oleh prinsip perbandingan. Depresiasi adalah proses pengalokasian biaya
perolehan, bukan proses penilaian aset.
Selama masa pemakian, kemampuan suatu aset untuk menghasilkan pendapatan dan
jasa biasanya semakin menurun, baik secara fisik maupun fungsinya. Penurunan dari segi
fungsi adalah karena aset menjadi tidak memadai dan ketinggalan jaman. Suatu aset
dikatakan tidak memadai lagi, jika aset tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan saat ini dan
di masa datang. Pengakuan atas depresiasi aset tetep tidak berakibat adanya pengumpulan kas
untuk mengganti aset lama dengan aset yang baru. Saldo akun Akuntansi Depresiasi
menggambarkan jumlah depresiasi yang telah dibebankan pada periode-periode yang lalu,
bukan menggambarkan dana yang telah dihimpun.
 Faktor-Faktor Dalam Masa Perhitungan Depresiasi
Ada 3 faktor yang berpengaruh dalam perhitungan depresiasi, yaitu :
1. Biaya perolehan. Dijelaskan bahwa sesuai dengan prinsip akuntansi, aset tetap dicatat
sebesar biaya perolehannya.
2. Masa manfaat. Masa manfaat atau kadang-kadang disebut juga umur aset, adalah jangka
waktu pemakaian aset yang diharapkan oleh perusahaan. Masa manfaat adalah suatu taksiran.
Dalam membuat taksiran, manajemen mempertimbangkan berbagi factor, seperti rencana
penggunaan aset, perkiraan reparasi dan pemeliharaan, dan kerentanan terhadap ketinggaln
jaman. Untuk suatu aset sejenis, perusahaan yang satu bisa membuat taksiran yang berbeda
dibandingkan perusahaan lainnya.
3. Nilai Residu. Nilai residua tau biasa disebut juga nilai sisa, adalah taksiran nilai tunai aset
pada akhir masa manfaat aset tersebut. Seperti halnya masa manfaat, nilai residu juga
merupakan suatu taksiran.
 Metoda-Metoda Depresiasi
Depresiasi dapat dicatat dan dilaporkan dengan menggunakan metoda-metoda berikut:
garis lurus, saldo menurun, angka-angka tahun, dan satuan kegiatan. Seperti halnya dalam
persediaan, setiap metoda tersebut dapat digunakan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
diterima umum, dan manajemen dapat memilih satu atau lebih metoda yang dianggap paling
sesuai.
Depresiasi periodic didasarkan pada tiga factor berikut : biaya perolehan, nilai residu,
dan masa manfaat. Nilai residu atau biasa disebut nilai sisa, adalah taksiran nilai tunai aset
paa akhir masa manfaat aset tersebut. Masa manfaat dapat juga dinyatakan dalam jumlah
satuan hasil yang diharapkan dari suatu aset. Nilai residu dan masa manfaat ditaksir
berdasarkan pengalaman perusahaan dalam menggunakan aset sejenis dimasa lalu.
 Metoda Garis Lurus
Dalam metoda garis lurus, beban depresiasi periodic sepanjang masa pemakaian aset adalah
sama besarnya. Biaya perolehan didepresiasi adalah biaya perolehan dikurangi dengan nilai
residu.
 Metoda Saldo Menurun
Pada metoda saldo menurun, biaya depresiasi dari tahun ke tahun semakin menurun. Hal ini
terjadi, karena perhitungan biaya depresiasi periodik didasarkan pada nilai buku (biaya
perolehan dikurangi dengan akumulasi depresiasi) aset yang semakin menurun dari tahun ke
tahun. Biaya depresiasi per tahun dihitung dengan cara mengalikan nilai buku aset pada awal
tahun dengan tarif depresiasi. Dałam hal ini tarif depresiasi tetap samapada setiap tahun,
akan tetapi nilal buku setiap tahun semakin menurun.
Nilai buku pada awal tahun pertama adalah sama dengan biaya perolehan aset,
sedangkan pada tahun-tahun berikutnya, nilai buku adalah selisih antara biaya perolehan
dengan akumulasi depresiasi pada awal tahun. Berbeda dengan metoda lainnya, pada metoda
ini nilai residu diabaikan dałam perhitungan depresiasi tahunan. Akan tetapi, nilai residu akan
menjadi batas jumlah depresiasi yang akan dilakukan.
 Metoda Satuan Hasil
Dalam metoda satuan hasil, masa manfaat tidak dinyatakan dalam satuan waktu, melainkan
dalam satuan hasil produksi atau pemakaian yang diharapkan dari aset. Metoda satuan hasil
sangat ideal jika diterapkan untuk mesin pabrik. Perusahaan manufaktur dapat menghitung
produksi dalam satuan hasil (unit) atau dalam jam kerja mesin. Metoda ini juga cocok
diterapkan pada kendaraan bermotor ( jarak kilometer yang ditempuh) atau pesawat terbang
( jam terbang yang ditempuh). Namun metoda ini tidak cocok bila diterapkan pada aset
berupa gedung atau mebel, karena depresiasi untuk aset semacam ini lebih merupakan fungsi
dari waktu, bukan penggunaan.
 Perbandingan Antar Metoda
Penggunaan metoda yang berbeda akan menghasilkan beban depresiasi per tahun
yang berbeda pula. Walapun beban depresiasi per tahun sangat bervariasi pada ketiga metoda
tersebut, namun selama lima tahun totalnya sama ketiga metoda yang telah dibahas di atas
merupakan metoda yang sesuai dengan prinsip akuntasi, karena ketiganya mengakui
penurunan potensial dalam jasa yang diberikan aset dengan cara yang rasional dan sistematis.
 Depresiasi Per Komponen
Perusahaan menggunakan tarif tunggal untuk aset-aset tetapnya. Namun IFRS (International
Financial Reporting Standards) menghendaki depresiasi per komponen aset tetap. Depresiasi
per komponen mengandung arti bahwa setiap bagian yang signifikan dari aset tetap yang
memiliki taksiran masa manfaat berbeda secara signifikan harus didepresiasi secara terpisah.
 Depresiasi Pajak Penghasilan
Undang-undang pajak penghasilan menjanjikan perusahaan untuk mengurangkan
beban depresiasi dalam menghitung pajak penghasilan yang harus dibayarnya. Banyak
perusahaan menggunakan metode depresiasi garis lurus dalam penyususnan laporan
keuangan untuk memaksimumkan laba bersih. Pada saat yang sama, perusahaan
menggunakan metoda depresiasi dipercepat (metoda saldo menurun ganda ) dalam
menghitung pajak penghasilan untuk meminimumkan pajak penghasilannya.
 Revisi Depresiasi Periodik
Depresiasi adalah contoh penggunaan estimasi dalam proses akutansi. Manajemen
harus mengkaji ulang beban depresiasi tahunan secara periodik. Apabila keausan akibat
pemakaian dan kecepatan menjadi ketinggalan jaman menunjukan bahwa taksiran beban
depresiasi terlalu rendah atau terlalu tinggi. Apabila taksiran perlu diubah, maka perubahan
harus dilakukan perusahaan untuk tahun ini dan tahun-tahun mendatang, dan tidak mengubah
beban depresiasi untuk tahun-tahun yang telah lewat. Alasanya, apabila perubahan depresiasi
di berlakuan pada tahu-tahun sebelumnya, makan laporan keuangan tahun-tahun yang lalu
perlu diubah juga. Untuk menetapkan bena depresiasi pertahun yang baru, pertama tama
perusahaan harus menetapkan besarnya biaya perolehan yang akan diapresiasi pada saat
perubahan akan dilakukan,
 REVALUASI ASET TETAP
Standar akuntasi keuangan – entitas tanpa Akuntabilitas public (SAK ETAP) yang
berlaku di Indonesia untuk perusahaan-perusahaan tanpa akuntabilitas public, tidsk
memperkenankan penilaian kembali atau revaluasi asset tetap karena SAK ETAP ( butir 15-
15) menganut penilaian asset berdasarkan biaya perolehan atau harga peetukaran. Sementara
itu, International Financial Reporting Standards (IFRS) mengijinkan perusahaan-perusahaan
untuk melakukan penilaian kembali (revaluasi) aktiva tetap menjadi sebesar nilai wajar aktiva
tetap pada tanggal pelaporan.
 Pengeluaran Selama Masa Manfaat
Selama masa manfaat atau masa penggunaan suatu aset tetap, perusahaan mungkin
melakukan berbagai pengeluaran untuk reparasi rutin, penambahan, atau perbaikan. Reparasi
rutin adalah pengeluaran untuk mempertahankan agar aset bisa beroperasi secara efisien dan
produktif. Perusahaan akan mencatat pengeluaran semacam in dengan mendebet akun Beban
Reparsi (atau Pemeliharaan) pada saat pengeluaran terjadi. Pengeluaran tersebut segera
diperlakukan sebagai beban vang akan dihadapkan dengan pendapatan pada periode terjadi,
maka pengeluaran-pengeluaran demikian disebut pengeluaran pendapatan (revenue
expenditures).
Penambahan dan perbaikan adalah pengeluaran yang terjadi untuk meningkatkan
efisiensi operasi, kapasitas produksi, atau masa manfaat suatu aset tetap. Perusahaan biasanya
akan mendebet sebesar jumlah pengeluaran yang terjadi pada aset yang bersangkutan.
Pengeluaran semacam ini disebut pengeluaran modal (capital expenditures). Perusahaan
harus mempertimbangkan dengan baik dalam memutuskan apakah suatu pengeluaran aka
diperlakukan sebagai pengeluaran pendapatan ataukah pengeluaran modal.
 PELEPASAN ASET TETAP
Aset tetap dalam suatu perusahaan bisa dilepaskan melalui tiga cara, yaitu: dihentikan
pemakaiannya, dijual, atau ditukarkan. Apa pun cara yang ditempuh, perusahaan harus
terlebih dahulu menetapkan nilai buku aset tetap pada saat pelepasan dilakukan. Dalam
pelepasan aset tetap melalui penjualan, perusahaan membandingkan antara nilai buku aset
dengan hasil yang diterima dari penjualan aset tersebut. Apabila hasil penjualan lebih besar
dari nilai buku, maka perusahaan mendapat laba penjualan aset.
 Laba Dalam Penjualan Aset Tetap
Pada saat pelepasan terjadi, perusahaan harus mencatat depresiagi untuk masa sejak
dicatatnya depresiasi yang terakhir sampai saat terjadinya penyelesaian. Selanjutnya nilai
buku dieliminasi dengan mendebet (mengurangi) Akumulasi Depresiasi sejumlah depresias
yang telah dilakukan sampai dengan saat pelepasan, dan mengkredit (mengurangi) akun aset
tetap sebesar biaya perolehan aset tetap yang bersangkutan.
 Penghentian Pemakaian Aset Tetap
Apa yang terjadi apabila sebuah aset tetap telah didepresiasi penuh, tetapi aset
tersebut masih bisa digunakan dengan baik dalam operasi perusahaan. Dalam hal seperti itu,
aset dan akumulasi depresiasinya tetap dilaporkan dalam neraca perusahaan, tetapi
perusahaan tidak perlu membuat penyesuaian untuk depresiasi, hingga kelak aset tersebul
dihentikan pemakaiannya. Pelaporan aset dan akumulasi depresiasi aset tersebut member
informasi kepada pemakai laporan keuangan bahwa aset mash digunakan. Begitu aset telah
didepresiasi penuh, tidak perlu ditambah depresiasi lagi, meskipun aset tersebut masih
digunakan. Patut diingat bahwa tidak ada aset yang akumulasi depresiasinya melebihi biaya
perolehannya.
 Penjualan Aset Tetap
Dalam pelepasan aset tetap melalui penjualan, perusahaan membandingkan antara
nilai buku aset dengan hasil yang diterima dari penjualan aset tersebut. Apabila hasil
penjualan lebih besar dari nilai buku, maka perusahaan mendapat laba penjualan aset .
Sebaliknya jika hasil penjualan lebih rendah dari nilai buku, maka perusahaan menderita rugi
dari penjualan aset. Laba atau rugi sangat lazim terjadi dalam penjualan suatu aset tetap.
Hanya kebetulan saja kalau sampai harga jual aset sama dengan nilai bukunya.
 Laba Dalam Penjualan Aset Tetap
 Rugi Dalam Penjualan Aset Tetap

 PERTUKARAN
Pertukaran aset tetap sering terjadi dalam praktik, karena perusahaan biasanya ingin
terus menyempurnakan asetnya agar dapat bersaing dengan perusahaan lain. Pada umumnya
perusahaan mengakui keuntungan atau pun kerugian yang timbul dalam transaksi pertukaran
aset tetap. Alasan untuk mengakui keuntungan atau kerugian ini adalah karena kebanyakan
transaksi pertukaran aset tetap memiliki substansi komersial. Suatu pertukaran dikatakan
memiliki substansi komersial apabila arus kas di masa datang berubah secara signifikan
sebagai akibat pertukaran tersebut. pertukaran memiliki substansi komersial, dan perusahaan-
perusahaan tersebut akan mengakui keuntungan atau kerugian akibat pertukaran.
Dua hal yang harus dihitung lebih dahulu untuk mencatat transaksi pertukaran aset tetap yang
memiliki substansi komersial adalah:
(1) menghitung biaya perolehan aset bar yang diterima dalam pertukaran, dan
(2) menghitung laba atau rugi yang timbul dari transaksi pertukaran asset tetap.
 Perlakuan Apabila Terjadi Kerugian
 Perlakuan Apabila Diperoleh Keuntungan
DAFTAR PUSTAKA

Jusup, A. H. (2011). Dasar-Dasar Akuntansi Jilid 2 Edisi 7. Yogyakarta: Sekolah Tinggi


Ilmu Ekonomi YKPN.

Anda mungkin juga menyukai