Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MATA KULIAH

AKUNTANSI KEUANGAN II (EKA 328)


RINGKASAN MATERI KULIAH
AKTIVA TETAP

Dosen Pengampu Mata Kuliah:


I Gusti Ayu Eka Damayanthi, S.E.,M.Si.CRA.CRP

Ni Ketut Suryawardhani Kusumastuti (Absen 4 / 2207531228)


Nyoman Nanda Ari Sedana (Absen 5 / 2207531229)
I Putu Galang Pradipta (Absen 6 / 2207531230)

PROGRAM STUDI SARJANA AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2023/2024
PEMBAHASAN

a) Pengertian Aktiva Tetap


 Menurut Donald E. Keiso yang telah diterjemahkan dalam bahasa indonesia
oleh Emil Salim (2008: 219), menyatakan bahwa aktiva tetap adalah manfaat
ekonomi yang mungkin diperoleh di masa depan, atau dikendalikan oleh entitas
tertentu sebagai hasil dari transaksi atau kejadian masa lalu.
 Menurut Mulyadi (2001: 535), aktiva tetap merupakan kekayaan perusahaan
yang memilki wujud, mempunyai manfaat ekonomis lebih dari satu tahun dan
diperoleh perusahaan untuk melaksanakan kegiatan perusahaan dan tidak
diniatkan untuk dijual
 Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Pemrintahan (PSAP) No.07
(2010: 4), menyatakan bahwa aktiva tetap merupakan aktiva berwujud yang
mempunyai masa manfaat lebih dari 12 bulan untuk digunakan atau
dimaksudkan untuk digunakan kegiatan pemerintahan serta dimanfaatkan oleh
masyarakat umum

Maka dapat disimpulkan aktiva tetap merupakan sumber daya ekonomis yang memiliki
substansi fisik yang diperoleh serta digunakan perusahaan dalam kegiatan produksi, memiliki
masa ekonomis lebih dari satu periode dan biasanya mengalami penyusutan kecuali masa
manfaat yang diberikan oleh tanah

b) Klasifikasi Aktiva Tetap


 Menurut Pernyataan Standar Akuntansi (PSAP) No.07 (2010: 15), untuk
dapat diakui sebagai aktiva tetap, suatu aktiva tetap harus memilki kriteria:
(1) mempunyai masa manfaat lebih dari 12 bulan,
(2) biaya perolehan aktiva dapat diukur secara handal,
(3) tidak dimaksudkan untuk dijualdalam operasi normal entitas, serta
(4) diperoleh dan dibangun dengan maksud untuk digunakan.

 Menurut Al Haryono Jusup (2011: 135), aktiva tetap biasanya digolongkan


menjadi 4 kelompok yaitu:
1. Tanah meliputi tanah yang digunakan sebegai tempat untuk berdirinya
Gedung-gedung perusahaan dan fasilitas lainnya.
2. Perbaikan Tanah dimaksudkan seperti jalan-jalan yang berada
diseputar lokasi perusahaan berdiri, tempat parkir, pagar dan saluran air
bawah tanah.
3. Gedung digunakan untuk kantor, toko, pabrik dan gudang, serta
bangunan gedung lainnya.
4. Peralatan seperti peralatan kantor, mesin pabrik, peralatan pabrik, dan
kendaraan serta mebel.

 Menurut Harahap (2007:22), klasifikasi aktiva tetap dapat dikelompokkan


berdasarkan kategori, antara lain adalah sebagai berikut:

1. Dalam sudut substansi

a. Aktiva tetap berwujud, yaitu aktiva yang memiliki wujud fisik serta
perolehannya dalam bentuk siap untuk dipakai. Seperti lahan, mesin,
gedung, dan peralatan.

b. Aktiva tetap tak berwujud, yaitu aktiva yang memiliki wujud fisik
serta keberadaannya istimewa untuk menghasilkan pendapatan. Seperti
hak cipta, hak paten, merk dagang, dan lain-lain.

2. Dalam penyusutan

a. Disusutkan, artinya aktiva yang berkaitan memiliki masa manfaat


serta pengurangan kinerja setiap tahunnya. Contohnya adalah mesin
operasional perusahaan, karena pada umumnya setiap tahun mesin yang
digunakan performa kinerjanya akan berkurang seiring berjalannya
waktu kinerja.

b. Tidak disusutkan, artinya aktiva ini tidak memiliki performa kinerja


pada operasional perusahaan. Contohnya adalah tanah, meskipun tanah
merupakan aktiva tetap. Namun, ada kondisi yang khusus untuk tanah
harus disusutkan, yaitu apabila : 1) kondisi tanah sudah tidak layak
untuk operasional, 2) aktiva tanah atau bangunan terletak di daerah
terpencil atau 3) perkiraan perpanjangan hak atas tanah kemungkinan
besar tidak diperoleh.

3. Dalam jenisnya

Menurut jenisnya dapat dibagi menjadi Lahan, bangunan gedung,


mesin, kendaraan, perabot, inventaris atau peralatan, prasarana

c) Perolehan Aktiva Tetap


Dalam prinsip akuntansi, aktiva tetap harus dicatat sesuai dengan harga
perolehannya. Harga perolehan meliputi semua pengeluaran yang diperlukan untuk
mendapatkan aktiva tetap dan pengeluaran-pengeluaran lain agar aktiva siap untuk
digunakan (Haryono Jusup, 2005; 155). Perusahaan memperoleh aktiva tetap dengan
berbagai cara dan memiliki pencatatan akuntansi yang berbeda-beda. Fokus
permasalahan dalam pencatatan perolehan aktiva tetap adalah penentuan harga
perolehan aktiva tetap. Aktiva tetap dapat diperoleh dengan berbagai cara, di mana
masing-masing cara perolehan akan mempengaruhi harga perolehan (Sofyan Syafri
Harahap, 2006: 25).
Perolehan aktiva tetap dapat diperoleh dengan beberapa cara, yang masing-
masing mempengaruhi biaya.
1. Pembelian Tunai: Aset tetap yang diperoleh melalui pembelian tunai
didefinisikan sebagai jumlah uang tunai yang dibayarkan untuk pembelian
ditambah biaya lain yang terkait dengan pembelian aset, dikurangi diskon yang
diberikan sebagai akibat dari pembelian massal atau pembayaran segera.

2. Pembelian dengan Kontrak Jangka Panjang: Saat ini, sebagian besar


transaksi pembelian aset tetap dilakukan dengan menggunakan pinjaman jangka
panjang. Sisa utang biasanya dibuktikan dengan bukti surat utang, saham, utang
hipotek, dan lain-lain. Hutang ini biasanya dilunasi dalam beberapa kali
angsuran ditambah pembayaran bunga.

3. Pembelian Saham: Aktiva tetap yang diperoleh melalui penerbitan


saham/obligasi harus diperhitungkan sebesar nilai pasar saham/obligasi pada
saat perolehan.
4. Aset Tetap dari Sumbangan: Biaya tidak dapat digunakan sebagai dasar
perhitungan ketika property diperoleh dengan sumbangan. Biaya untuk
memperoleh suatu aset biasanya jauh lebih kecil daripada nilainya. Aset ini
harus dicatat pada nilai pasar wajar atau berdasarkan penilaian oleh
penilai/perusahaan independen.
5. Aset Tetap Buatan Sendiri: Dalam beberapa kasus, ada aset tetap yang
diproduksi dan dirakit oleh perusahaan untuk digunakan sendiri. Aset tetap
dicatat sebesar biaya perolehan, termasuk semua biaya yang terjadi dalam
menciptakan aset dan mempersiapkannya untuk digunakan dalam operasi
perusahaan. Perusahaan sering membangun asset mereka sendiri yang mereka
butuhkan. Hal ini disebabkan oleh tiga hal yaitu menjaga agar biaya tetap
rendah, pemanfaatan fasilitas yang tidak terpakai serta keinginan untuk kualitas
yang lebih baik.

d) Penilaian Aktiva Tetap


1. Diskon
` Diskon tunai merupakan potongan harga yang diberikan penjual kepada
pembeli yang memenuhi persyaratan pembelian tertentu, misalnya menyelesaikan
pembayaran sebelum tanggal jatuh tempo. Apabila suatu aktiva tetap yang dibeli
mendapat diskon tunai karena pembeli membayar lebih cepat dan diskon tersebut
diambil maka nilai potongan harga harus dipertimbangkan sebagai pengurangan harga
perolehan aktiva. Akan tetapi, apabila diskon tersebut tidak diambil, maka diskon akan
mengurangi biaya aktiva, baik diskon tersebut diambil atau tidak. Alasannya adalah
biaya riil dari aktiva merupakan kas atau harga ekuivalen kas aktiva.

2. Kontrak Pembayaran yang Ditangguhkan


Perusahaan sering kali membeli aktiva tetap dengan dasar kontrak kredit jangka
panjang dengan menggunakan wesel, hipotik, obligasi, atau kewajiban peralatan. Agar
mampu merefleksikan biaya secara tepat, aktiva yang dibeli dengan kontrak kredit
jangka panjang harus diperhitungkan pada nilai sekarang dari pertimbangan yang
dipertukarkan antara pihak-pihak yang melakukan kontrak pada tanggal transaksi. Jika
tidak ada suku bunga yang ditetapkan atau jika suku bunga yang dinyatakan tidak
masuk akal, perusahaan harus memperkirakan suku bunga yang tepat. Tujuannya
adalah untuk memperkirakan suku bunga yang akan dinegosiasikan dengan nilai wajar
antara pembeli dan penjual pada transaksi peminjaman serupa.

3. Pembelian secara Lumpsum (Gabungan)


Jika dalam suatu pembelian didapatkan lebih dari satu jenis aktiva tetap, maka
harga perolehan harus dialokasikan pada masing-masing aktiva tetap. PSAK No.16
menyatakan bahwa harga perolehan dari setiap aktiva yang diperoleh secara gabungan
ditentukan dengan mengalokasikan harga gabungan tersebut berdasarkan perbandingan
nilai wajar setiap aktiva yang bersangkutan.

e) Biaya Biaya setelah akuisisi aktiva tetap


Aktiva tetap yang dimiliki dan digunakan dalam usaha perusahaan tentunya akan
memerlukan biaya tambahan. Biaya tambahan tersebut termasuk pengeluaran yang
tujuannya agar dapat memenuhi kebutuhan perusahaan. Biasanya biaya yang keluar
dalam memperoleh manfaat yang lebih besar di masa depan harus dikapitalisasi, tetapi
pengeluaran yang bersifat mempertahankan harus dianggap sebagai beban. Tiga kondisi
di bawah ini harus dipenuhi agar biaya-biaya ini dapat dikapitalisasi.
1. Umur manfaat aktiva harus meningkat
2. Kuantitas unit yang diproduksi aktiva harus meningkat
3. Kualitas unit yang diproduksi harus ditingkatkan

` Terdapat lima jenis pengeluaran yang berkaitan dengan aktiva, yaitu: reparasi dan
pemeliharaan, penggantian, perbaikan, penambahan, serta penyusunan kembali aktiva
tetap.

1. Penambahan (addition)

Terjadinya penambahan pada setiap aktiva tetap umumnya akan dikapitalisasi


karena aktiva baru telah dibuat. Sebagai contoh, renovasi yang dilakukan pada sebuah
hotel dengan menambah beberapa lantai lagi untuk pembuatan ruanga rapat yang dapat
disewakan pada perusahaan-perusahaan lain akan meningkatkan potensi pelayanan dari
fasilitas hotel tersebut. Jadi pengeluaran sejenis ini yang harus dikapitalisasi dan
mengaitkannya dengan pendapatan yang akan dihasilkan atau diterima dimasa
mendatang.

2. Perbaikan dan Penggantian


Penggantian dan perbaikan adalah penggantian aset yang lebih baik atau serupa
dengan aset yang sudah ada. Perusahaan mengganti satu aset dengan asset lainnya
melalui perbaikan dan penggantian. Sebuah perbaikan adalah substitusi aset yang lebih
baik untuk aset yang saat ini digunakan. Sedangkan untuk penggantian merupakan
substitusi dari aset yang serupa.

3. Biaya penyusunan kembali dan pemasangan kembali

Suatu pengeluaran yang ditujukan untuk memberikan manfaat di periode masa


depan. Contohnya adalah penyusunan kembali dan pemasangan kembali sekelompok
mesin untuk memudahkan produksi di masa depan. Jika perusahaan dapat menentukan
biaya pemasangan awal dan akumulasi penyusutan yang dihitung sampai tanggal
sekarang, maka biaya penyusunan kembali dan pemasangan kembali diperlakukan
sebagai penggantian. Jika tidak, maka biaya baru itu (jika jumlahnya material) harus
dikapitalisasi sebagai aktiva yang akan diamortisasi selama periode masa depan yang
diharapkan menerima manfaat. Jika biaya ini tidak material dan manfaat masa
depannya masih diragukan, maka hal itu harus segera dibebankan ketika terjadi.

4. Reparasi

Pengeluaran yang dilakukan untuk mempertahankan aktiva tetap berada dalam


kondisi siap operasi. Beban ini dapat dibebankan pada akun beban selama periode
terjadinya. Atas dasar bahwa periode tersebut merupakan periode yang paling banyak
menerima manfaat. Seringkali sulit untuk membedakan antara reparasi dengan
perbaikan atau penggantian. Disini pertimbangan utamanya adalah apakah pengeluaran
tersebut memberi manfaat lebih dari satu tahun atau satu siklus operasi, mana yang
lebih lama, jika reparasi besar terjadi maka beberapa periode akan menerima manfaat
dan biaya tersebut harus diperlakukan sebagai penambahan, perbaikan atau
penggantian.

f) Disposisi aktiva tetap


adalah penghentian penggunaan aktiva tetap dengan alasan tertentu. Disposisi aktiva
tetap dapat dilakukan dengan cara berikut:
1. Penjualan
Apabila aktiva tetap yang dimiliki dijual, maka semua rekening yang berhubungan
dengan aktiva tersebut harus dihapuskan. Langkah-langkah yang harus diperhatikan:

a. Tentukan nilai buku dari aktiva yang dijual tersebut (harga perolehan aktiva
dikurangi akumulasi penyusutan aktiva tersebut)

b. Bandingkan nilai buku dengan harga jualnya. Jika harga jual lebih besar dari
nilai buku aktiva, maka diperoleh laba penjualan aktiva. Jika harga jual lebih
kecil dari nilai buku aktiva, maka terjadi kerugian penjualan aktiva

2. Konversi Terpaksa

Konversi terpaksa adalah penghentian pelayanan atau pengakuan terhadap suatu


aktiva tetap yang dapat dikarenakan oleh beberapa faktor atau kejadian seperti
kebakaran, banjir, pencurian, dan pembebasan. selisih antara jumlah yang dipulihkan
(misalnya dari ganti rugi pembebasan atau klaim asuransi). Dalam beberapa kasus,
keuntungan atau kerugian tersebut sering kali dilaporkan pada laporan laba/rugi sebagai
bagian dari pos luar biasa dengan catatan apabila kondisi disposisi tersebut bersifat
tidak biasa atau jarang terjadi.

Contoh Kasus

Sebuah Perusahaan yang bernama PT Usaha Maju harus menjual salah satu pabriknya
yang terletak pada properti perusahaan yang berdiri di jalur pembebasan lahan untuk proyek
jalan layang. Pemerintah pada akhir-akhir bulan ini sudah berupaya bernegosiasi untuk
membeli tanah tempat pabrik itu berdiri, namun PT Usaha Maju masih tetap menolak.
Akhirnya, pemerintah menggunakan haknya secara paksa yang pada kondisi kasus ini telah
disetujui oleh pengadilan. Solusinya adalah PT Usaha Maju akan menerima ganti rugi sebesar
Rp 3.500.000.000, jumlah secara substansial melebihi nilai buku pabrik dan tanah sebesar Rp
500.000.000 (biaya perolehan sebesar Rp 2.500.000.000 dikurangi akumulasi penyusutan
sebesar Rp 1.500.000.000. Apakah perlakuan yang harus dilakukan Perusahaan untuk
menghadapi kasus ini? Apakah Perusahaan mendapatkan keuntungan atau kerugian?

Solusi Permasalahan:

PT Usaha Maju harus memperhitungkan apakah Perusahaan mengalami kerugian atau


keuntungan dari kondisi tersebut sehingga Perusahaan dapat melaporkan hal tersebut kedalam
akun yang tepat. Berikut jurnal yang harus dibuat oleh PT Usaha Maju
Keterangan Debet Kredit
Kas Rp. 3.500.000.000
Akumulasi Penyusutan Aset Tetap Rp. 500.000.000
Aset Tetap Rp. 2.500.000.000
Keuntungan atas Pelepasan Aset Tetap Rp. 1.500.000.000

Sehingga dengan jurnal diatas dapat dilihat bahwa perusahaan mendapatkan keuntungan dari
pelepasan asset tetap tersebut sebesar Rp. 1.500.000.000

Keuntungan atas pelepasan aset tetap tersebut harus dilaporkan dalam Pendapatan dan Beban
Lain-lain pada laporan laba rugi, bukan sebagai pendapatan. Apabila ada keterlambatan dalam
pembayaran ganti rugi atau klaim asuransi, maka piutang akan dicatat pada harga yang setara
kas.

3. Masalah Lainnya

Jika suatu aktiva dibuang tanpa ada pemulihan kas, maka kerugian harus diakui
sesuai dengan nilai buku aktiva tersebut. Jika suatu aktiva masih dapat digunakan
walaupun telah disusutkan secara penuh, maka aktiva tersebut dicatat dalam
pembukuan yaitu pada biaya historis dikurangi penyusutan. Pengungkapan jumlah
aktiva yang telah disusutkan sepenuhnya harus dibuat dalam catatan atas laporan
keuangan.

STUDI KASUS

Akuisisi, Perbaikan dan Penjualan Reality

Analisis Masalah:

(a) Mana dari pengeluaran di atas yang harus dikapitalisasi? Bagaimana masing-
masing dari pengeluaran itu harus disusutkan atau diamortisasi? Bahaslah dasar
oemikiran jawaban anda

Menurut Pendapat kami:

1. Biaya untuk memperoleh tanah : diklasifikasikan sebagai tanah (asset yang tidak dapat
disusutkan)
2. Biaya untuk merobohkan pabrik kecil : karena aktivitas merobohkan pabrik kecil
tersebut termasuk untuk menyiapkan tanah untuk penggunaan selanjutnya sehingga ia
harus dikapitalisasi dan diklasifikasikan sebagai tanah. (tidak dapat disusutkan)
3. Biaya peledakan dan pemindahan batu : karena biaya tersebut bertujuan untuk
mendirikan bangunan sehingga termasuk biaya bangunan dan harus dikapitalisasi dan
diklasifikasikan dengan biaya bangunan yang dapat diklasifikasikan. Biaya ini harus
disusutkan selama perkiraan masa manfaat bangunan.
4. Biaya pembuatan jalan dan tempat parkir : Termasuk kedalam perbaikan lahan sehingga
biaya ini harus dikapitalisasi dan diklasifikasikan terpisah dengan lahan yaitu sebagai
perbaikan lahan. Biaya ini harus disusutkan selama perkiraan masa manfaatnya.
5. Biaya penambahan empat lantai : Biaya-biaya ini harus dikapitalisasi dan
diklasifikasikan sebagai biaya bangunan yang dikapitalisasi. Biaya-biaya ini juga harus
disusutkan selama sisa masa manfaat gedung perkantoran awal karena masa manfaat
tersebut lebih pendek dibandingkan taksiran masa manfaat penambahannya.

(b) Bagaimana penjualan tanah dan bangunan diperlakukan? Sertakan dalam jawaban
anda penjelasan mengenai bagaimana menentukan nilai buku bersih pada tanggal
penjualan. Bahaslah dasar pemikiran jawaban anda

Menurut pendapat kami:

1. Seluruh keuntungan harus diakui atas penjualan tanah dan bangunan karena
pendapatan diakui pada saat proses pendapatan selesai dan penjualan rumah terjadi.
2. Untuk penentuan nilai buku bersih pada tanggal penjualan akan terdiri dari:
Biaya tanah yang dikapitalisasi dan Perbaikan tanah dan bangunan yang selanjutnya
dikurangi akumulasi penyusutan atas perbaikan tanah dan bangunan.
3. Selain itu, kelebihan hasil penjualan atas nilai buku bersih pada tanggal penjualan
akan diakui sebagai laba dari operasi yang dilanjutkan dalam laporan laba rugi Rugi.
DAFTAR PUSTAKA

Farida. 2019. "Akuntansi Aktiva Tetap." 6-12.

Gie. 2020. "Harga Perolehan: Pengertian dan Cara Menghitungnya Pada Aktiva Tetap."
Harga Perolehan: Pengertian dan Cara Menghitungnya Pada Aktiva Tetap.

Kieso, D. E., Weygandt, J. J., & Warfield, T. D. 2007. Akuntansi Intermediae Jilid 2. Jakarta :
Erlangga.

Kieso, D.E., Weigandt, J.J. dan Warfield, T.D. 2007. Intermediate Accounting (Edisi 12 Jilid
2 Bahasa Indonesia). Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai