1
kepastian adanya imbalan dan resiko yang akan diterima oleh perusahaan saat
mengakuisisi aset tetap tersebut.
Harga Perolehan
Harga perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau
nilai wajar imbalan lain yang diberikan untuk memperoleh suatu aktiva pada saat
perolehan atau konstruksi. Berdasarkan pengertian tersebut, Harga perolehan
tidak terbatas pada kas saja tetapi juga setara kas yang digunakan untuk
mendapatkan aset tetap tersebut.
Harga perolehan tidak sebatas biaya untuk membeli atau mengakuisisi aset
tetap tetapi juga biaya yang dikeluarkan hingga aset tetap tersebut sampai
pada tangan perusahaan dan siap untuk dipakai. Dalam hal ini, biaya yang
bersangkutan langsung untuk mendapatkan aset tetap seperti biaya pengiriman,
biaya instalasi juga akan termasuk ke dalam biaya. Selain itu, perusahaan bisa
membangun aset tetap yang akan digunakan. Sehingga semua biaya yang
digunakan untuk menyiapkan aset tetap hingga siap digunakan merupakan
besaran nilai dari aset tetap tersebut. Contohnya adalah ketika sebuah
perusahaan membeli sebidang tanah yang terdapat bangunan tua diatasnya. Agar
tanah siap digunakan, maka perusahaan perlu merobohkan bangunan tua tersebut.
Dalam kasus ini, biaya perobohan bengunan tersebut akan menambah besaran
nilai dari tanah tersebut.
a. Harga Perolehan Tanah
Besar harga perolehan tanah adalah sebesar biaya yang dikeluarkan untuk
mengakuisisi dan siap untuk digunakan. Biaya ini termasuk biaya perobohan
atas bangunan yang mungkin sebelumnya ada di atas tanah tersebut. Disisi
lain, jika perusahaan dapat menjual material bangunan tersebut, maka akan
mengurangi harga perolehan tanah.
Tanah juga dapat ditingkatkan masa manfaatnya. Pada kasus ini terdapat
dua perlakuan yang bisa dilakukan. Jika peningkatan masa manfaat ini
2
tergolong permanen seperti sistem drainase (pembuatan selokan), lampu
jalan maka biaya peningkatan manfaat ini dapat dimasukkan ke dalam harga
perolehan. Namun jika peningkatan manfaat tanah tidak bersifat permanen
seperti tempat parkir, pagar, maka biaya ini tidak bisa dimasukkan ke dalam
harga perolehan tanah melankan dapat dimasukkan ke dalam akun tersendiri.
b. Harga Perolehan Bangunan
Harga perolehan tanah bergantung pada apakah bangunan tersebut
diakuisisi atau dibangun sendiri. Bila bangunan dibangun sendiri maka
perusahaan dapat memasukkan biaya seperti biaya material, pekerja,
overhead selama konstruksi dan biaya jasa yang berkaitan dengan kostruksi
bangunan seperti bea balik nama. Hal yang perlu diingat adalah biaya
perolehan bangunan adalah biaya yang dikeluarkan hingga bangunan tersebut
siap untuk di pakai. Jika perusahaan mengakuisisi bangunan dan berniat
memperbaiki lantai bangunan tersebut, maka biaya perbaikan lantai dapat
termasuk ke dalam biaya perolehan.
c. Harga Perolehan Peralatan
Harga perolehan peralatan merupakan biaya yang dikeluarkan oleh
perusahaan sampai perlatan tersebut siap digunakan. Dalam hal ini, biaya
instalasi juga akan masuk ke dalam biaya perolehan. Namun, jika perlatan
diperoleh dengan jalan menyewa, maka besar sewa yang dibayarkan
bukanlah biaya perolehan tetapi beruapan biaya sewa atas peralatan tersebut
(akan dibahas lebih lanjut di bab terkait).
3
sederhana karena tidak memerlukan penilaian secara bertahap terhadap aset yang
dimiliki.
Metode nilai pasar merupakan metode menilai aset berdasarkan nilai wajar
aset yang tersedia dikurangi dengan akumulasi depresiasi. Pada metode ini, setiap
periode aset tetap akan dinilai sesuai dengan nilai wajar yang tersedia. Oleh
karenanya, nilai wajar aset tersebut harus dapat diukur secara andal pada tanggal
tersebut. Metode ini memerlukan revaluasi atas aset tetap secara teratur setiap
periodenya.
Selain penggunaan metode dalam hal penilaian aset tetap, penilaian terhadap
aset tetap juga bergantung pada cara perolehan atas aset tetap tersebut.
a. Aset tetap diperoleh dari pembelian
Perusahaan mendapat aset tetap dengan transaksi pembelian dengan pihak
lain. Hal ini ditandai dengan adanya pengeluaran kas oleh perusahaan sebagai
pembeli dan pihak lain sebagai penjual. Pembalian aset tetap ini dapat dilakukan
secara tunai, kredir ataupun lumpsump.
i. Pembelian aset tetap secara tunai
Harga perolehan aset tetap atas pembelian secara tunai adalah sebesar
kas yang dikeluarkan. Kas yang dikeluarkan ini juga termasuk dengan
biaya pengiriman, biaya pemasangan dan lain sebagainya. Selain itu,
diskon atas pembelian secara tunai atas aset tetap. Diskon ini tentu saja
akan menguragi harga perolehan atas aset tetap tersebut.
Dilain sisi, terdapat dua pandangan untuk perlakuan tidak mengambil
diskon. Pandangan pertama mengakui adanya kerugian jika diskon tidak
diambil oleh perusahaan. Hal ini karena terdapat anggapan bahwa diskon
sangat menarik sehingga ketika diskon tersebut tidak diambil maka
terdapat indikasi bahwa terdapat kesalahan dalam manajemen atau ketidak
efisiensian. Sedangkan pandangan kedua, tidak mengakui adanya kerugian
meskipun diskon tidak diambil oleh perusahaan. Saat ini, perusahaan lebih
banyak menggunakan padangan pertama dalam mencatat diskon.
Sebagai contoh, PT NUSANTARA membeli sebuah mesin pada
tanggal 1 Januari 2019. Mesin tersebut dibeli seharga Rp 5.000.000
dengan termin 8/10, n/30. Biaya pengiriman mesin tersebut dariSurabaya
sebesar Rp 300.000. Jika perusahaan memakai pandangan pertama (jika
4
diskon tidak digunakan maka akan mengakui adanya kerugian) maka
transaksi yang akan di tulis sebagai berikut :
5
Selain itu, perusahaan yang membeli aset yang pelunasannya dalam
jangka panjang cenderung melakukan kontrak jangka panjang seperti
wesel, dan obligasi. Penggunaan kontrak ini, seperti halnya sudah di
sebutkan diatas, dipengaruhi oleh nilai uang dari waktu ke waktu. Oleh
karenanya, perusahaan yang melakukan pembelian aset tetap dengan
kontrak jangka panjang harus mencatat harga perolehan sebesar nilai
sekarang dari kontrak jangka panjang (wesel ataupun obligasi) tersebut.
iii. Pembelian aset tetap secara lumpsum
Terdapat kasus dimana perusahaan membeli sekumpulan aset tetap
dalam satu paket harga gabungan yang disebut lump-sump. Pembelian
secara lump-sump cenderung lebih murah. Meskipun pembelian dilakukan
dalam paket, perusahaan harus mencatat masing-masing dari nilai aset
tersebut.
Untuk mengetahui nilai dari aset yang dibeli dengan cara lump-
sump, perusahaan akan mengalokasikan biaya lump-sump tersebut
berdasarkan nilai wajar setiap aset. Hal ini berdasarkan asumsi bahwa
biaya tersebut akan memiliki proporsi yang sama dengan nilai wajar aset
tetap tersebut. Jika nilai wajar tidak tersedia, maka perusahaan dapat
menggunakan dasar alokasi lain yang dapat mencerminkan nilai wajar aset
tersebut ataupun estimasi yang dilakukan oleh manajer.
Sebagai contoh, PT NUSANTARA membeli aset tetap suatu
perusahaan yang baru gulung tikar. Aset tetap yang dibeli antara lain
adalah tanah, kendaraan, dan bangunan. Harga yang disepakati oleh kedua
belah pihak untuk seluruh aset tetap tersebut adalah Rp 270.000.000. Pada
tanggal pembelian diketahui nilai wajar atas masing-masing aset tersebut
adalah sebagai berikut :
Tanah Rp 125.000.000
Kendaraan Rp 25.000.000
Bangunan Rp 150.000.000
Total Rp 300.000.000
6
Tanah
Rp 125.000 .000
× Rp 270.000 .000=Rp 112.500.000
300.000 .000
Rp 25.000 .000
Kendaraan × Rp 270.000 .000=Rp 22.500 .000
300.000 .000
Rp 150.000 .000
Bangunan × Rp 270.000 .000=Rp 135.000.000
300.000 .000
Jurnal yang akan dibuat sebagai berikut :
Tanah Rp 112.500.000
Kendaraan Rp 22.500.000
Bangunan Rp 135.000.000
Kas Rp 270.000.000
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, harga perolehan atas aset tetap
adalah seluruh biaya yang dikeluarkan sampai aset tetap tersebut siap
digunakan. Maka pada aset tetap yang dibuat sendiri, semua biaya untuk
membangun aset tetap tersebut sampai aset tetap tersebut siap digunakan
merupakan biaya perolehan aset tersebut. Biaya yang berkaitan dalam membuat
sendiri aset tetap antara lain biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan
biaya overhead. Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung memang
sudah sewajarnya masuk ke dalam harga perolehan karena berhubungan
langsung dengan pembuatan aset tetap, berbeda halnya dengan biaya overhead.
Biaya overhead merupakan biaya tidak langsung untuk membangun aset tetap.
7
Namun meski demikian, biaya overhead juga ikut menunjang dalam pembuatan
suaatu aset tetap. Oleh karenanya tidak perbedaan pendapat terkait dengan biaya
overhead. Secara garis besar, terdapat dua perlakuan terkait biaya overhead :
8
terdapat kritik karena konsep ini bertentangan dengan prinsip biaya
historis.
3. Biaya bunga dikapitalisasikan ke harga perolehan aset tetap sebesar
yang dibayarkan selama masa pembuatan aset tetap. Hal ini
didasarkan bahwa biaya tersebut timbul untuk menyiapkan aset agar siap
digunakan. Hanya saja pada pendapat ini, bunga yang dapat dikapitalisasi
terbatas pada pendanaan utang. Sehingga pendapat ini juga memunculkan
kritik dimana seharusnya besar biaya perolehan aset tetap sama baik aset
tetap tersebut dibuat dengan pendanaan utang ataupun pendanaan ekuitas.
Sedangkan pada pendapat ini, biaya perolehan aset tetap melalui
pendanaan utang cenderung lebih besar dibandingkan dengan pendanaan
ekuitas.
c. Aset tetap diperoleh dari pertukaran dengan aset tetap yang dimiliki
perusahaan
Perusahaan dapat memutuskan untuk memperoleh aset tetap yang baru
dengan cara menukarkan aset tetap yang dimilikinya. Pertukaran aset tetap
tersebut biasanya terjadi karena hal-hal berikut ini :
Aset tetap yang lama sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan
perusahaan
Perusahaan menginginkan aset tetap baru yang memiliki manfaat
yang lebih besar
Perusahaan menginginkan adanya penghematan pengeluaran kas
Hal penting yang perusahaan harus ketahui adalah apakah transaksi tersebut
memiliki substansi ekonomi di dalamnya. Susbtansi ekonomi yang dimaksud
adalah pengaruhnya arus kas di waktu yang akan datang. Jika suatu transaksi
memiliki substansi ekonomi di dalamnya, maka perusahaan akan menilai aset
9
tersebut menggunakan nilai wajar serta mencatat adanya keuntungan ataupun
kerugian segera.
10
Jurnal yang dibuat berdasarkan perhitungan diatas
11
iii. Cotoh Pertukaran Aset tanpa Substansi Ekonomi—Terdapat
Keuntungan
PT SANJANA hendak menukarkan mesin lamanya dengan mesin
jenis baru. Diketahui bahwa nilai buku mesin lama adalah sebesar Rp
7.000.000 dengan harga perolehan sebesar Rp 10.000.000 dan akumulasi
depresiasi sebesar Rp 3.000.000. Harga pasar atas mesin baru yang akan
ditukarkan adalah sebesar Rp 18.000.000. PT SANJANA masih harus
membayar kas sebesar Rp 8.000.000 untuk pertukaran aset tersebut.
Berdasarkan informasi diatas, perhitungan yang dibuat sebagai
berikut :
12
Kas Rp 8.000.000
13
Jika hal tersebut terjadi, maka perusahan dapat menggunakan estimasi nilai
wajar aset tetap untuk basis pencatatan aset tetap dan surat berharga.
Sebagai contoh, PT Antariksa membeli sebidang tanah. Untuk membayar
tanah tersebut, PT Antariksa menerbitkan 100 lembar saham. Nilai nominal
perlembar saham adalah Rp 100.000 sedangkan harga pasar atas tanah tersebut
adalah sebesar Rp 12.000.000.
Maka jurnal yang dapat dibuat berdasarkan informasi di atas adalah :
Tanah Rp 12.000.000
Modal Saham Biasa Rp 10.000.000
Agio Saham Biasa Rp 2.000.000
e. Aset tetap diperoleh dari pemberian pihak lain atau dari hasil temuan
Ada kalanya, aset tetap yang dimiliki oleh perusahaan merupakan pemberian
atas pihak lain. Aset tetap berupa pemberian atau donasi ini tidak memerlukan
pengeluaran dari pihak perusahaan yang menerima. Institusi yang biasanya sering
memberikan aset tetap adalah pemerintah. Hal ini biasa dilakukan bersangkutan
dengan kepatuhan masa depan ataupun masa lalu berkaitan dengan operasi
perusahaan.
Saat menerima aset tetap, perusahaan tidak mengetahui nilai dari aset tetap
yang diterima. Ini menyebabkann perusahaan akan sulit untuk menentukan harga
perolehan aset tetap tersebut. Oleh karenanya, perusahaan dapat menilai aset tetap
tersebut sebesar nilai wajar yang tersedia di pasar. Jika nilai wajar tidak tersedia,
maka perusahaan dapat mengestimasi nilai aset terkait.
Dalam pencatatan aset tetap pemberian pihak lain, terdapat dua pendekatan
yang dapat digunakan yaitu pendekatan ekuitas dan pendekatan pedapatan.
Menurut pendakatan ekuitas, aset tetap pemberian pihak lain akan menimbulkan
ekuitas pada sisi kredit. Hal ini disebabkan tidak diharapkannya repayment serta
aset tetap tersebut tidak didapatkan dari operasi yang dilakukan oleh perusahaan.
Sedagkan menurut pendekata pendapatan, aset tetap yang di dapatkan dari pihak
lain tidak dapat langsung menimbulkan ekuitas di sisi kredit karena pihak yang
memberikan tidak memiliki kepemilikan atas perusahaan. Selain itu, aset tetap
yang diberikan, terutama dari pemerintah, memiliki persyaratan di dalamnya yang
mungkin akan mempengaruhi pengeluaran di masa mendatang. Oleh karenanya
14
aset tetap pemberian pihak lain akan menimbulkan pendapatan dan secara lebih
lanjut akan menimbulkan beban yang akan muncul di masa mendatang. IFRS
sendiri mengatur bahwa perlakuan akuntansi untuk aset tetap pemberian pihak
lain menggunakan pendekatan kedua.
Sebagai contoh, PT ANJASANA memperoleh hibah dari pemerintah berupa
kendaraan. Diketahui bahwa nilai wajar untuk kendaraan tersebut adalah Rp
23.000.000. Maka jurnal yang akan dicatat oleh PT ANJASANA menurut
informasi yang tersedia adalah sebagai berikut :
15
1.500.000 dengan metode depresias yang digunakan adalah metode garis lurus. Pada
akhir 2020 perusahaan memutuskan untuk menjual mesin penggiling kopi tersebut
secara tunai dengan harga Rp 5.100.000
31 Desember 2020
Kas Rp 5.100.000
Akumulasi Depresias Mesin Rp 3.400.000
Kerugian Penjualan Rp 1.500.000
Mesin Rp 10.000.000
2. Ditukarkan
Terdapat situasi dimana perusahaan menukarkan aset tetap yang dimilikinya
untuk mengakuisisi aset tetap lainnya. Hal ini juga dapat dimaksudkan untuk
menghentikan penggunaan aset tetap yang dimiliki oleh perusahaan dan
menggunakan aset tetap yang baru. Untuk mendapatkan aset tetap yang baru,
perusahaan memilih untuk menukarkan aset tetap tersebeut dengan aset tetap lain
yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Perlakukan akuntansi untuk pertukaran
aset tetap telah dibahas subab sebelumnya.
3. Dihapus
16
Perusahaan dapat menghapus aset tetap yang dimiliki dalam pencatatan
perusahaan. Penghapusan ini bisa diakibatkan beberapa hal seperti aset tetap telah
habis umur ekonomisnya atau tidak bisa dipakai kembali serta terdapat kerusakan
sehingga tidak dapat digunakan. Jika aset tetap tersebut dihapuskan dari pencatatan
akibat umur ekonomisnya telah habis maka perusahaan secara otomatis akan
menghapus pencatatan yang ada. Jika perusahaan menghapus aset tetap dari
pencatatan dikarenakan adanya kerusakan yang terjadi maka perusahaan harus
mencatata adanya kerugian yang diakibatkan penghentian aset tetap atas kerusakan
yang terjadi. Besar kerugian yang dialami akibat kerusakan biasanya sebesar nilai
buku tersisa atas aset tetap tersebut.
Sebagai contoh : Perusahaan Lancer merupakan perusahaan yang bergerak di
bidang industri kopi. Perusahaan ini memiliki mesin penggiling kopi yang dibeli
pada awal tahun 2019 sebesar Rp 10.000.000. Perusahaan mengestimasi bahwa
mesin tersebut memiliki umur ekonomis 5 tahun dengan nilai sisa sebesar Rp
1.500.000 dengan metode depresias yang digunakan adalah metode garis lurus. Pada
akhir 2020 mesin mengalami kerusakan hingga tidak bisa digunakan lagi.
31 Desember 2020
Akumulasi Depresias Mesin Rp 3.400.000
Kerugian atas penghentian mesin Rp 6.600.000
Mesin Rp 10.000.000
Keuntungan Rp 1.500.000
17
Aset tetap sebuah perusahaan tidak bisa digunakan terus-menerus. Hal ini
dikarenakan aset tersebut memiliki jangka waktu penggunaan tertentu atau batas
waktu penggunaan yang biasa disebut umur ekonomis. Oleh karena itu akan ada
waktu dimana aset tetap tersebut tidak akan bisa digunakan sama sekali.
Penggunaan aset tetap selama masa efektif atas aset tetap tersebut digunakan akan
mengalokasika biaya aset tersebut ke beban. Pengalokasian biaya aset kepada beban
tersebut dikenal sebagai penyusutan. Penyusutan ini digunakan untuk menunjukkan
bahwa nilai aset tetap menunrun seiring berjalannya waktu atau seiring aset tetap
tersebut digunakan. Meski seringkali disebut penyusutan, terdapat istilah lain untuk
penyusutan seperti deplesi untuk sumber daya alam dan amortisasi untuk aset tak
berwujud.
Disaat umur ekonomis suatu aset sudah habis, biasanya nilai aset tetap akan
menjadi nol meskipun ada situasi dimana aset tetap tersebut masih memiliki nilai
tersisa. Nilai sisa dari suatu aset disebut sebagai nilai residual. Nilai ini perlu
diketahui karena akan digunakan untuk menghitung penyusutan dari suatu aset tetap.
Sehingga berdasarkan penjelasan di atas, tiga komponen yang perlu diketahui untuk
mengetahui besarnya penyusutan dari suatu aset tetap adalah :
Biaya perolehan aset tetap
Umur ekonomis
Nilai residual aset tetap
Untuk mengetahui besarnya penyusutan sebuah aset tetap, maka harus diketahui
apa metode perhitungan penyusutan tersebut. Metode perhitungan penyusutan
merupakan kebijakan yang diambil oleh perusahaan masing-masing. Perusahaan akan
memilih metode yang dianggap bermanfaat maupun cocok dengan aset tetap yang
dimiliki.
Jika sudah mengetahui besar penyusutan yang dialam oleh aset tetap, perusahaan
dapat membuat jurnal terkait. Jurnal tersebut mendebet beban depresiasi dan
mengkreditkan akumulas depresiasi. Sehingga jurnal yang dibuat untuk penyusutan
bagi setiap metode adalah sama yaitu :
Jurnal Penyusutan
Beban Depresiasi xxx
Akumulasi depresiasi xxx
18
1. Metode Garis Lurus
Metode ini menekankan pada waktu penggunaan atas aset tetap. Penggunaan
metode ini biasanya menggunakan aset tetap secara konstan dari waktu ke waktu.
Oleh karna itu, metode ini lebih sering digunakan karena perhitungannya sangat
sederhana dibandingkan metode lainnya.
Meski perhitungan metode ini mudah, tapi beberapa masalah terkait metode ini
yang menimbulkan perdebatan yaitu dua asumsi yang dianggap tidak realistis.
Dua asumsi tersebut adalah :
a. Kegunaan ekonomi aset tetap adalah sama setiap tahun
b. Beban reparasi dan pemeliharaan pada dasarnya sama setiap periode.
Sudah diketahui secara umum bahwa penggunaan aset tetap setiap periodenya
akan berbeda. Hal ini dikarenakan semakin lama sebuah aset digunakan maka
produktivitas dari aset teta tersebut akan berkurang sehingga kegunaan ekonomi
aset tersebut berkurang. Begitu halnya dengan beban reparasi dan bebean
pemeliharaan. Kedua beban ini cenderung akan semakin bertambah besar seiring
dengan semakin lama atau tuanya aset tetap tersebut dimiliki.
Sebagai contoh dari metode ini, PT Sinar Utama memiliki kendaraan yang
diperoleh dengan harga Rp 120.000.000 dengan nilai ekonomis yang diestimasi
sebesar 4 tahun. Jika perusahaan mengestimasi bahwa nilai residual atas
kendaraan tersebut adalah Rp 40.000.000 maka beban penyusutannya setiap
tahun adalah :
Rp 120.000 .000−Rp 30.000 .000
=Rp20.000 .000
4
19
penggunaan atas aet tetap tersebut). Sehingga pada metode ini tidak terlalu
memperhatikan estimasi umur ekonomis dari suatu aset tetap (jarang digunakan).
Terdapat beberapa keterbatasan atas metode unit aktivitas. Keterbatasan utama
adalah adalah metode ini tidak tepat digunakan untuk situasi atasu aset tetap yang
penyusutannya fungsi waktu. Seperti contohnya adalah bangunan yang
penyusutannya hanya dapat dilihat dari waktu penggunaanya. Hal ini dikarenakan
perusahaan tidak dapat menentukan seberapa banyak orang masuk atau keluar
(berapa banyak orang menggunakan bangunan tersebut). Keterbatasan lain
adalah sulitnyuntuk mengestimasi output ataupun aktivitas yang dikeluarkan.
Selain itu perlu diingat bahwa perusahaan menginginkan beban penyusutan yang
relatif rendah sehingga ketika aset tetap sering digunakan ataupun
produktivitasnya tinggi maka metode ini akan menimbulkan beban penyusutan
yang relatif tinggi dibandingkan metode lain.
Metode ini sering digunakan pada mesin untuk memproduksi barang.
Berdasarkan input
Harga Perolehan−Nilai Residu
x jam penggunaan=Beban Penyusutan
Estimasi total jam pengguanaan
Berdasarkan output
Harga Perolehan−Nilai Residu
xunit yang diproduksi=Beban Penyusutan
Estimasi total unit diproduksi
Sebagai contoh, PT Sinar Mas menggunakan Traktor sebanyak 150.000 kali dalam satu
tahun. Diketahui bahwa harga perolehan truk tersebut Rp 1.300.000. Estimas umur
ekonomis traktor adalah 8 tahun dengan estimasi nilai sisa Rp 100.000.000. Jika traktor
bisa digunakan sampai 1.000.000 kali, maka beban penyusutan traktor tersebut adalah :
20
Selain itu, biaya yang dikeluarkan untuk aset tetap cenderung konstan karena
penyusutan yang lebih rendah di periode akhir diimbangi dengan biaya reprasai
dan pemeliharaan yang makin besar di akhir periode. Metode ini dibagi menjadi
dua yaitu :
Metode jumlah angka tahun
Pada metode ini menggunakan pecahan (fraksi) dari umur ekonomis yang
diketahui. Penyebut diisi dengan angka tahun (5+4+3+2+1 = 15) sedangkan
pembilang diisi dengan dan jumlah tahun estimasi tersisa pada awal tahun.
Dengan metode ini, pembilang akan menurun dari tahun ke tahun sehingga
pada periode akhir dari umur ekonomis tersebut, nilai sisa atas depresiasi
tersebut harus sama dengan estimasi nilai residu yang ditentukan oleh
perusahaan di awal tahun akuisisi aset tetap tersebut.
Tahun ke−n
Beban penyusutan =
Total n∗¿ ¿
x ( Harga perolehan – Nilai residu)
n(n+1)
*Cara mencari n =
2
21
Pada metode ini menggunakan tarif penyusutan(persentase) berupa kelipatan
dari beban penyusutan garis lurus. Metode ini melibatkan penggunaan metode
garis lurus didalamnya yang kemudian dijadikan acuan untuk mencari rasio
yang diperlukan untuk mencari besaran beban penyusutan.
Pada metode ini, nilai residu tidak digunakan untuk mengurangkan nilai buku
atas aset tetap dalam perhitungan beban penyusutannya. Tarif penyusutan
akan dikalikan dengan nilai buku setiap awal periode. Karena nilai buku akan
dikurangi dengan beban penyusutan, maka tarif saldo menurun yang konstan
akan dialikan dengan nilai buku yang terus menerun menurun dan akan
menghasilkan beban penyusutan yang rendah tiap tahunnya. Proses ini akan
tersu dilakukan hingga nilai buku berkurang hingga umur ekonomis habi dan
menyisakan nilai buku yang besarnya sama dengan estimasi nilai residu.
Secara garis besar metode ini memiliki tiga langkah yang harus dilakukan :
1. Mencari beban penyusutan berdasarkan metode garis lurus
2. Menghitung rasio saldo menurun
3. Meghitung besaran beban penyusutan yang dialami aset tetap
100 %
(
UE
x 2) x Nilai buku
22
Rp 500.000.000 – Rp 50.000.000
5
Rp 90.000.000
40%
Langkah 3 : Menghitung
Tahun Nilai Buku awal Rasio Saldo Beban Akumulasi Nilai buku
Tahun Menurun Depresiasi Depresiasi akhir tahun
1 500.000.000 40% 200.000.000 200.000.000 300.000.000
2 300.000.000 40% 120.000.000 320.000.000 180.000.000
3 180.000.000 40% 72.000.000 392.000.000 108.000.000
4 108.000.000 40% 43.200.000 435.200.000 64.800.000
5 64.800.000 40% 14.800.000 450.000.000 50.000.000
23
Sebagai contoh Pesawat dibeli dengan harga $ 100.000.000 pada 1 Januari
2016 yang memiliki umur ekonomi 20 tahun dan nilai residu $ 0. Diketahui
bahwa di dalam tersebut dibagi menjadi komponen-kompoen seperti berikut :
Pengerjaannya :
Penyusutan parsial
Aset tetap yang dimiliki oleh perusahaan tidak selalu di beli atau diakuisisi di
awal tahun. Bisa saja aset tetap dibeli di pertengahan tahun maupun dua bulan
sebelum tahun tersebut berakhir. Hal ini tentu saja akan berpengaruh pada
beban penyusutan yang dialami oleh aset tetap tersebut.
Pada kasus ini, perusahaan akan mendebet beban penyusutan sebesar lamanya
aset tetap tersebut digunakan. Di tahun berikutnya, perusahaan tinggal
mendebetkan beban penyusutan sebesar penggunaan aset tetap tersebut selama
satu tahun. Namun hal ini hanya berlaku pada metode garis lurus dan metode
satuan unit aktivitas. Ini dikarenakan kedua metode ini cenderung memiliki
beban penyusutan yang besarnya sama setiap tahun.
24
Cara perhitungan beban penyusutan untuk metode saldo manurun pada
penyusutan sedikit berbeda. Hal ini disebabkan karena beban penyusutan tiap
tahun dari metode saldo menurunan berbeda-beda. Oleh karenanya diperlukan
perhatian dan ketelitan untuk mnentukan besaran beban penyusutan pada
penyusutan parsial. Perusahaan pada awal pembelian aset tetap akan
menentukan besaran beban penyusutan aset tetap setiap tahaunnya (selama
umur ekonomisnya). Pada tahun pertama (pada tahun pembelian aset tetap),
perusahaan akan membebankan beban penyusutan sebesar lama penggunaan
dikali dengan besar beban penyusutan tahun pertama penggunaan aset tetap
tersebut. Sedangkan pada tahun kedua, perusahaan akan mendebetkan beban
penyusutan sebesar sisa beban penyusutan tahun pertama penggunaan
ditambah dengan sisa lama penggunaan (biasanya lama penggunaan atau bulan
penggunaannya sama dengan tahun pertama) dikali dengan beban penyusutan
tahun kedua penggunaan aset tetap. Metode ini akan berulang terus hingga
umur ekonomis aset tetap tersebut habis atau sampai aset tetap tersebut di jual/
ditukarkan oleh perusahaan.
Sebagai contoh sederhana PT Sinar Utama memiliki kendaraan yang diperoleh
dengan harga Rp 120.000.000 dengan nilai ekonomis yang diestimasi sebesar
4 tahun. Perusahaan membeli kendaraan tersebut pada 30 Juni 2020. Jika
perusahaan mengestimasi bahwa nilai residual atas kendaraan tersebut adalah
Rp 40.000.000 maka beban penyusutannya pada tahun 2020 adalah sebagai
berikut :
6 Rp120.000 .000−Rp 30.000 .000
x =Rp10.000 .000
12 4
25
penyusutan untuk tahun berikutnya merupakan beban penyusutan parsial
antara beban penyusutan untuk 6 bulan penggunaan tahun pertama ditambah
dengan beban penyusutan 6 bulan penggunaan tahun kedua.
Tahun Nilai Buku awal Rasio Saldo Beban Akumulasi Nilai buku
Tahun Menurun Depresiasi Depresiasi akhir tahun
1 500.000.000 40% 200.000.000 200.000.000 300.000.000
2 300.000.000 40% 120.000.000 320.000.000 180.000.000
3 180.000.000 40% 72.000.000 392.000.000 108.000.000
4 108.000.000 40% 43.200.000 435.200.000 64.800.000
5 64.800.000 40% 14.800.000 450.000.000 50.000.000
Menggunakan data di atas maka dapat diketahui beban depresiasi untuk tahun
2020, 2021, dan 2022 sebagai berikut :
26
2022 6/12 x 120.000.000 Rp 60.000.000
6/12 x 72.000.000 Rp 36.000.000
Total Rp 96.000.000
Perubahan Estimasi
Perusahaan saat mengakuisisi aset tetap yang dimilikinya akan mengestimasi
umur ekonomi serta nilai residu aset tersebut. Hal ini berkaitan dengan besarnya
penyusutan yang akan dialami setiap tahunnya. Namun besaran estimasi ini
dapat saja berubah di waktu tertentu. Hal ini dapat terjadi akibat beberapa faktor
seperti halnya penggunaan yang berlebihan hingga penilaian ulang atas aset
tersebut.
Saat perusahaan menentukan adanya perubahaha estimasi atas aset tersebut,
maka besar penyusutan pun akan berubah. Perusahaan akan menilai ulang besar
depresiasi yang dialami oleh aset tetap berdasarkan estimasi yang baru.
Sedangkan untuk beban depresiasi tahun sebelunya tidak perlu dilakukan revisi
ataupun penyesuaian. Hal ini dikarenakan perubahan estimasi akan tersu
menerus terjadi dan merupakan bagian dari setiap proses estimasi. Oleh
karenanya tidak ada jurnal penyesuaian yang dibuat untuk perubahan estimasi
yang terjadi.
Sebagai contoh PT Sinar Utama memiliki kendaraan yang diperoleh pada
awal tahun 2018 dengan harga Rp 140.000.000 dengan nilai ekonomis
yang diestimasi sebesar 4 tahun. Perusahaan mengestimasi nilai residu
atas kendaraan tersebut adalah Rp 20.000.000. Pada awal tahun 2020
perusahaan melakukan penilaian kembali atas kendaraan tersebut dan
mengestimasi bahwa total nilai ekomonis kendaraan tersebut adalah 7
dengan estimasi nilai residu yang baru sebesar Rp 30.000.000
Maka perhitungan atas perubahan estimasi adalah sebagai berikut :
27
Rp 80.000 .000 – Rp 30.000.000
=Rp 10.000 .000
5
Berdasarkan soal diatas, alih - alih menggunakan umur ekonomis 7, perusahaan
menggunakan 5. Hal ini karena aset tetap tersebut telah mengalami depresias
selama 2 tahun. Oleh karena itu, umur ekonomis yang digunakan adalah umur
ekonomis sisa yaitu 5.
Jika berdasarkan indikasi diatas ditemukan adanya penurunan nilai maka perusahaan
perlu mengukur nilai yang terpulihkan. Nilai yang terpulihkan disini adalah jumlah
yang lebih tinggi antara nilai wajar dikurangi biaya pelepasa (fair value less cost to
sell) dengan nilai pakai (value in use). Kedua nilai ini tidak perlu diketahui
seluruhnya, dengan kata lain jika perusahaan mengetahui salah satu dari nilai tersebut
(nilai wajar dikurangi biaya pelepasan dan nilai pakai) maka perusahaan sudah bisa
menghitung impairment dari aset tetap. Jika kedua nilai tersebut tersedia, maka
perusahaan bisa memilih salah satu nilai yang akan di pakai tergantung pada urgensi
28
yang dimiliki perusahaan. Contohnya, jika aset tetap tersebut masih akan digunakan,
maka perusahaan menggunakan nilai pakai, sedangkan jika perusahaan berniat untuk
menjual aset tetap tersebut, maka perusahaan dapat menggunakan nilai wajar dikuragi
dengan biaya pelepasannya.
Nilai wajar dikurangi biaya pelepasan merupakan jumlah yang dapat dihasilkan
dari penjualan suatu aset dalam transaksi dikurangi dengan biaya pelepasa aset. Nilai
wajar disini harus memperhatikan nilai pasar atas aset tetap tersebut. Jika tidak
tersedia, maka perusahaan bisa melakukan penilaian sendiri atau estimasi atas nilai
wajar aset yang bersangkutan. Sedangkan biaya pelepasan disini dimaksudkan nilai
sekarang dair taksiran arus kas yang diharapkan akan diterima. Biaya langsung
tersebut terkait dengan biaya hukum, materai, pajak.
Mengestimas arus kas masuk dan arus kas keluar di masa depan dari
pemakaian aset tersebut dan pelepasannya pada akhirnya.
Menerapkan tingkat diskonto yang tepat atas arus kas masa depan tersebut
29
Bukti internal mengindikasikan kinerja ekonomi aset lebih buruk dari yang
diharapkan
Jika berdasarkan indikasi diatas ditemukan adanya penurunan nilai maka perusahaan
perlu mengukur nilai yang terpulihkan. Nilai yang terpulihkan disini adalah jumlah
yang lebih tinggi antara nilai wajar dikurangi biaya pelepasa (fair value less cost to
sell) dengan nilai pakai (value in use). Kedua nilai ini tidak perlu diketahui
seluruhnya, dengan kata lain jika perusahaan mengetahui salah satu dari nilai tersebut
(nilai wajar dikurangi biaya pelepasan dan nilai pakai) maka perusahaan sudah bisa
menghitung impairment dari aset tetap. Jika kedua nilai tersebut tersedia, maka
perusahaan bisa memilih salah satu nilai yang akan di pakai tergantung pada urgensi
yang dimiliki perusahaan. Contohnya, jika aset tetap tersebut masih akan digunakan,
maka perusahaan menggunakan nilai pakai, sedangkan jika perusahaan berniat untuk
menjual aset tetap tersebut, maka perusahaan dapat menggunakan nilai wajar dikuragi
dengan biaya pelepasannya.
Nilai wajar dikurangi biaya pelepasan merupakan jumlah yang dapat dihasilkan
dari penjualan suatu aset dalam transaksi dikurangi dengan biaya pelepasa aset. Nilai
wajar disini harus memperhatikan nilai pasar atas aset tetap tersebut. Jika tidak
tersedia, maka perusahaan bisa melakukan penilaian sendiri atau estimasi atas nilai
wajar aset yang bersangkutan. Sedangkan biaya pelepasan disini dimaksudkan nilai
sekarang dair taksiran arus kas yang diharapkan akan diterima. Biaya langsung
tersebut terkait dengan biaya hukum, materai, pajak.
Mengestimas arus kas masuk dan arus kas keluar di masa depan dari
pemakaian aset tersebut dan pelepasannya pada akhirnya.
Menerapkan tingkat diskonto yang tepat atas arus kas masa depan tersebut
Jurnal Impairment
Kerugian Impairment xxx
Akumulasi depresiasi xxx
30
Jika di kemudian hari diketahui bahwa terjadi peningkatan nilai ataupun
kesalahan pencatatan atas impairment maka perusahaan mencatat jurnal sebagai
berikut :
31
Aset tetap yang dimiliki oleh perusahaan tidak terbatas pada tanah, kendaraan,
dan bangunan saja. Perusahaan juga dapat memiliki aset tetap berupa sumber daya
alam seperti tambang. Aset sumber daya alam ini dikonsumsi secara fisik selama
penggunannya dan tidak mempertahankan karakter fisiknya sehingga alokasi biaya
untuk sumber daya ini disebut dengan deplesi.
Deplesi diartikan sebagai alokasi biaya atas nilai perolehan sumber daya alam ke
periode yang menerima manfaat dari sumber tersebut. Beban deplesi dihitung dengan
menggunakan metode satuan hasil dimana yang dihitung adalah jumlah satuan yang
dieksplotasi dalam satu tahun. Sehingga dapat disimpulkan bahwa deplesi lebih
condong ke arah sumber daya alam yang dieksplotasi atau tidak dapat diperbahrui
seperti barang tambang.
Perhitungan deplesi melibatkan biaya perolehan yang harus memperhatikan tiga
biaya pengeluaran yang ada yaitu :
Biaya Pre-eksplorasi. Biaya ini berkaitan dengan biaya yang terjadi sebelum
perusahaan memiliki hak legal terkait dengan eksploitasi sebuah area.
Biaya Eksplorasi. Biasanya biaya terfokus pada upaya perusahaan dalam
menemukan sumber daya yang diinginkan.
Biaya Pengembangan. Biaya ini berkaitan dengan persiapan perusahaan untuk
mengeksploitasi sumber daya yang telah ditemukan.
Secara lebih lanjut, untuk menghitung deplesi harus memperhatikan hal-hal
berikut :
Harga Perolehan. Harga perolehan atas sumber daya alam bergantung
pada tiga hal yang telah disebutkan sebelumnya. Jika pengeluaran atau
tiga hal tersebut dinilai terlalu kecil, maka perusahaan dapat menilai
sumber daya alam tersebut.
Taksiran nilai sisa apabila sumber alam sudah selesai dieksploitasi.
Taksiran hasil yang secara ekonomis dapat dieksploitas
Untuk jurnal beban deplesi sendiri hampir sama dengan jurnal pada depresiasi yaitu :
Jurnal Deplesi
Beban deplesi xxx
Akumulasi deplesi xxx
32
Jika sudah diketahui untuk masing-masing nilai diatas, maka perusahaan dapat
menghitung biaya deplesi per unit dengan rumus di bawah ini :
2. Jika pada revaluasi tahun pertama nilai tercatat lebih besar daripada nilai wajar
maka perusahaan akan mengakui adanya kerugian impairment dengan jurnal
sebagai berikut :
33
Jurnal Penurunan Revaluasi
Kerugian impairment xxx
Aset tetap xxx
3. Jika pada tahun kedua aset tetap mengalami penurunan nilai (nilai tercatat
lebih kecil dibanding nilai wajar) sedangkan pada tahun pertama aset tetap
mengalami kenaikan. Maka perusahaan harus mendebet surplus revaluasi
sebesar penurunan aset tetap. Namun jika penurunan lebih besar dari besar
surplus revaluasi, maka perusahaan akan mendebetkan sisanya pada kerugian
impairment.
4. Jika pada tahun kedua aset tetap mengalami kenaikan nilai (nilai tercatat lebih
besar dibanding nilai wajar) sedangkan pada tahun pertama aset tetap
mengalami penurunan. Maka perusahaan harus mengkreditkan kerugian
impairment (nama akun menjadi pemulihan kerugian impaiment) sebesar
kenaikan aset tetap. Namun jika kenaikan lebih besar dari besar kerugian
impairment , maka perusahaan akan mengkreditkan sisanya pada surplus
revaluasi.
34
Berikut ini merupakan contoh dari revaluasi aset tetap berupa tanah :
Perusahaan Sanulir membeli tanah dengan harga perolehan sebesar Rp
60.000.000 pada tahun 2017. Perusahaan menilai tanah tersebut menggunakan metode
revaluasi. Perusahaan mencatat bahwa nilai wajar tanah tiap tahun selalu berubah
sebagai berikut :
35
Surplus Revaluasi—Tanah Rp 7.500.000
Kerugian Impairment Rp 6.000.000
Tanah Rp 13.500.000
36