Anda di halaman 1dari 36

BAB IV : Aset Tetap atau PPE (Property, Plant, and Equipment)

A. Pengertian Property, Plant, and Equipment


Semua perusahaan pasti memiliki aset tetap. Aset tetap yang dimaksudkan disini
merupakan benda yang memiliki wujud fisik yang dapat dilihat dan digunakan. Benda
ini digunakan untuk menunjang operasional perusahaan seperti mesin yang digunakan
untuk memproduksi barang ataupun kendaraan yang digunakan untuk
mendistribusikan barang. Barang-barang tersebut diharapkan akan digunakan lebih
dari satu periode dan mengalami depresiasi.
Aset tetap ini juga disebut sebagai Property, Plant, and Equipment. Aset tetap ini
di atur dalam PSAK 16 yang juga menjelaskan pengertian aset tetap sebagai aset yang
berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyedia barang atau
jasa untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif dan
diharapkan untuk digunakan selama lebih dari periode. Berdasarkan penjelasan
tersebut, sebuah aset dikatakan Aset tetap atau Property, Plant, and Equipment jika
memenuhi kriteria umum seperti:
 Barang-barang tersebut di akuisisi untuk digunakan dan bukan untuk
dijual
 Barang-barang tersebut digunakan untuk jangka waktu yang lama dan
mengalami depresiasi
 Barang-barang tersebut memiliki wujud fisik

B. Akuisisi, dan Penilaian Property, Plant, and Equipment


1. Akuisisi Property, Plant, and Equipment
Perusahaan dapat mengakui aset tetap apabila dapat memenuhi dua kriteria
berikut :
 Memiliki manfaat ekonomis di masa mendatang
 Dapat diukur secara andal

Perusahaan dapat memenuhi kriteria pertama jika memiliki kepastian yang


cukup bahwa akan ada manfaat ekonomi di masa mendatang. Kepastian ini dapat
berasal dari pengalaman di masa lalu ataupun estimasi yang telah dilakukan oleh
perusahaan. Kepastian akan manfaat ekonomis di masa mendatang berasal dari

1
kepastian adanya imbalan dan resiko yang akan diterima oleh perusahaan saat
mengakuisisi aset tetap tersebut.

Sedangkan untuk kriteria kedua, perusahaan dapat mengukur secara andal


aset tetap berdasarkan dari harga perolehan. Penggunaan harga perolehan ini
didasarkan dari prinsip biaya historis. Penggunaan prinsip biaya historis ini sering
digunakan oleh perusahaan untuk menilai aset tetap.

Harga Perolehan

Harga perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau
nilai wajar imbalan lain yang diberikan untuk memperoleh suatu aktiva pada saat
perolehan atau konstruksi. Berdasarkan pengertian tersebut, Harga perolehan
tidak terbatas pada kas saja tetapi juga setara kas yang digunakan untuk
mendapatkan aset tetap tersebut.
Harga perolehan tidak sebatas biaya untuk membeli atau mengakuisisi aset
tetap tetapi juga biaya yang dikeluarkan hingga aset tetap tersebut sampai
pada tangan perusahaan dan siap untuk dipakai. Dalam hal ini, biaya yang
bersangkutan langsung untuk mendapatkan aset tetap seperti biaya pengiriman,
biaya instalasi juga akan termasuk ke dalam biaya. Selain itu, perusahaan bisa
membangun aset tetap yang akan digunakan. Sehingga semua biaya yang
digunakan untuk menyiapkan aset tetap hingga siap digunakan merupakan
besaran nilai dari aset tetap tersebut. Contohnya adalah ketika sebuah
perusahaan membeli sebidang tanah yang terdapat bangunan tua diatasnya. Agar
tanah siap digunakan, maka perusahaan perlu merobohkan bangunan tua tersebut.
Dalam kasus ini, biaya perobohan bengunan tersebut akan menambah besaran
nilai dari tanah tersebut.
a. Harga Perolehan Tanah
Besar harga perolehan tanah adalah sebesar biaya yang dikeluarkan untuk
mengakuisisi dan siap untuk digunakan. Biaya ini termasuk biaya perobohan
atas bangunan yang mungkin sebelumnya ada di atas tanah tersebut. Disisi
lain, jika perusahaan dapat menjual material bangunan tersebut, maka akan
mengurangi harga perolehan tanah.
Tanah juga dapat ditingkatkan masa manfaatnya. Pada kasus ini terdapat
dua perlakuan yang bisa dilakukan. Jika peningkatan masa manfaat ini

2
tergolong permanen seperti sistem drainase (pembuatan selokan), lampu
jalan maka biaya peningkatan manfaat ini dapat dimasukkan ke dalam harga
perolehan. Namun jika peningkatan manfaat tanah tidak bersifat permanen
seperti tempat parkir, pagar, maka biaya ini tidak bisa dimasukkan ke dalam
harga perolehan tanah melankan dapat dimasukkan ke dalam akun tersendiri.
b. Harga Perolehan Bangunan
Harga perolehan tanah bergantung pada apakah bangunan tersebut
diakuisisi atau dibangun sendiri. Bila bangunan dibangun sendiri maka
perusahaan dapat memasukkan biaya seperti biaya material, pekerja,
overhead selama konstruksi dan biaya jasa yang berkaitan dengan kostruksi
bangunan seperti bea balik nama. Hal yang perlu diingat adalah biaya
perolehan bangunan adalah biaya yang dikeluarkan hingga bangunan tersebut
siap untuk di pakai. Jika perusahaan mengakuisisi bangunan dan berniat
memperbaiki lantai bangunan tersebut, maka biaya perbaikan lantai dapat
termasuk ke dalam biaya perolehan.
c. Harga Perolehan Peralatan
Harga perolehan peralatan merupakan biaya yang dikeluarkan oleh
perusahaan sampai perlatan tersebut siap digunakan. Dalam hal ini, biaya
instalasi juga akan masuk ke dalam biaya perolehan. Namun, jika perlatan
diperoleh dengan jalan menyewa, maka besar sewa yang dibayarkan
bukanlah biaya perolehan tetapi beruapan biaya sewa atas peralatan tersebut
(akan dibahas lebih lanjut di bab terkait).

2. Penilaian Property, Plant, and Equipment


Pada tahap penilaian atas aset tetap, perusahaan dapat memilih dua metode
yang ada yaitu metode biaya (cost method) atau metode revaluasi. Metode yang
dipilih merupakan kebijakan dari masing-masing perusahaan. Selain itu, kedua
metode tersebut bisa digunakan secara bersamaan terhadap beberapa aset-aset
yang berbeda tergantung kebijakan perusahaan. Sebagai contoh, perusahaan
menggunakan metode biaya untuk penilaian mesin sedangkan menggunakan
metode nilai pasar untuk penilaian tanah.
Metode biaya merupakan metode menilai aset berdasarkan nilai perolehan
dari aset tersebut dikurangi dengan akumulasi depresiasi. Metode ini cenderung

3
sederhana karena tidak memerlukan penilaian secara bertahap terhadap aset yang
dimiliki.
Metode nilai pasar merupakan metode menilai aset berdasarkan nilai wajar
aset yang tersedia dikurangi dengan akumulasi depresiasi. Pada metode ini, setiap
periode aset tetap akan dinilai sesuai dengan nilai wajar yang tersedia. Oleh
karenanya, nilai wajar aset tersebut harus dapat diukur secara andal pada tanggal
tersebut. Metode ini memerlukan revaluasi atas aset tetap secara teratur setiap
periodenya.
Selain penggunaan metode dalam hal penilaian aset tetap, penilaian terhadap
aset tetap juga bergantung pada cara perolehan atas aset tetap tersebut.
a. Aset tetap diperoleh dari pembelian
Perusahaan mendapat aset tetap dengan transaksi pembelian dengan pihak
lain. Hal ini ditandai dengan adanya pengeluaran kas oleh perusahaan sebagai
pembeli dan pihak lain sebagai penjual. Pembalian aset tetap ini dapat dilakukan
secara tunai, kredir ataupun lumpsump.
i. Pembelian aset tetap secara tunai
Harga perolehan aset tetap atas pembelian secara tunai adalah sebesar
kas yang dikeluarkan. Kas yang dikeluarkan ini juga termasuk dengan
biaya pengiriman, biaya pemasangan dan lain sebagainya. Selain itu,
diskon atas pembelian secara tunai atas aset tetap. Diskon ini tentu saja
akan menguragi harga perolehan atas aset tetap tersebut.
Dilain sisi, terdapat dua pandangan untuk perlakuan tidak mengambil
diskon. Pandangan pertama mengakui adanya kerugian jika diskon tidak
diambil oleh perusahaan. Hal ini karena terdapat anggapan bahwa diskon
sangat menarik sehingga ketika diskon tersebut tidak diambil maka
terdapat indikasi bahwa terdapat kesalahan dalam manajemen atau ketidak
efisiensian. Sedangkan pandangan kedua, tidak mengakui adanya kerugian
meskipun diskon tidak diambil oleh perusahaan. Saat ini, perusahaan lebih
banyak menggunakan padangan pertama dalam mencatat diskon.
Sebagai contoh, PT NUSANTARA membeli sebuah mesin pada
tanggal 1 Januari 2019. Mesin tersebut dibeli seharga Rp 5.000.000
dengan termin 8/10, n/30. Biaya pengiriman mesin tersebut dariSurabaya
sebesar Rp 300.000. Jika perusahaan memakai pandangan pertama (jika

4
diskon tidak digunakan maka akan mengakui adanya kerugian) maka
transaksi yang akan di tulis sebagai berikut :

Menghitung harga perolehan


Harga beli mesin Rp 5.000.000
Diskon = 8% x Rp 5.000.000 (Rp 400.000)
Biaya pengiriman Rp 300.000
Harga perolehan mesin Rp 4.900.000

Jika PT NUSANTARA membayar mesin tersebut selama masa


diskon masih berlaku, maka jurnal yang akan dibuat adalah :

Jurnal Pelunasan Masa Diskon


Mesin Rp 4.900.000
Kas Rp 4.900.000

Jika PT NUSANTARA membayar mesin tersebut tidak pada masa


diskon berlaku, maka jurnal yang akan dibuat adalah :

Jurnal Pelunasan Melewati Masa Diskon


Mesin Rp 4.900.000
Rugi Tidak Memanfaakan Diskon Rp 400.000
Kas Rp 5.300.000

ii. Pembelian aset tetap secara kredit


Aset tetap cenderung memiliki nilai yang cukup tinggi sehingga
penjualan lebih banyak dilakukan dengan cara kredit dan pembayaran
dilakukan dengan cara mengangsur dalam jangka waktu panjang. Harga
jual aset tetap secara kredit lebih tinggi dibandingkan dengan penjualan
tunai. Hal ini dikarenakan adanya bunga di dalam penjualan angsuran
berdasarkan perubahan nilai uang dari waktu ke waktu. Bunga ini harus
dipisahkan dari harga perolehan aset tetap dan diperlakukan sebagai biaya
bunga.

5
Selain itu, perusahaan yang membeli aset yang pelunasannya dalam
jangka panjang cenderung melakukan kontrak jangka panjang seperti
wesel, dan obligasi. Penggunaan kontrak ini, seperti halnya sudah di
sebutkan diatas, dipengaruhi oleh nilai uang dari waktu ke waktu. Oleh
karenanya, perusahaan yang melakukan pembelian aset tetap dengan
kontrak jangka panjang harus mencatat harga perolehan sebesar nilai
sekarang dari kontrak jangka panjang (wesel ataupun obligasi) tersebut.
iii. Pembelian aset tetap secara lumpsum
Terdapat kasus dimana perusahaan membeli sekumpulan aset tetap
dalam satu paket harga gabungan yang disebut lump-sump. Pembelian
secara lump-sump cenderung lebih murah. Meskipun pembelian dilakukan
dalam paket, perusahaan harus mencatat masing-masing dari nilai aset
tersebut.
Untuk mengetahui nilai dari aset yang dibeli dengan cara lump-
sump, perusahaan akan mengalokasikan biaya lump-sump tersebut
berdasarkan nilai wajar setiap aset. Hal ini berdasarkan asumsi bahwa
biaya tersebut akan memiliki proporsi yang sama dengan nilai wajar aset
tetap tersebut. Jika nilai wajar tidak tersedia, maka perusahaan dapat
menggunakan dasar alokasi lain yang dapat mencerminkan nilai wajar aset
tersebut ataupun estimasi yang dilakukan oleh manajer.
Sebagai contoh, PT NUSANTARA membeli aset tetap suatu
perusahaan yang baru gulung tikar. Aset tetap yang dibeli antara lain
adalah tanah, kendaraan, dan bangunan. Harga yang disepakati oleh kedua
belah pihak untuk seluruh aset tetap tersebut adalah Rp 270.000.000. Pada
tanggal pembelian diketahui nilai wajar atas masing-masing aset tersebut
adalah sebagai berikut :

Tanah Rp 125.000.000
Kendaraan Rp 25.000.000
Bangunan Rp 150.000.000
Total Rp 300.000.000

Maka transaksi yang dibuat oleh perusahaan adalah sebagai berikut :


Perhitungan

6
Tanah
Rp 125.000 .000
× Rp 270.000 .000=Rp 112.500.000
300.000 .000
Rp 25.000 .000
Kendaraan × Rp 270.000 .000=Rp 22.500 .000
300.000 .000
Rp 150.000 .000
Bangunan × Rp 270.000 .000=Rp 135.000.000
300.000 .000
Jurnal yang akan dibuat sebagai berikut :

Tanah Rp 112.500.000
Kendaraan Rp 22.500.000
Bangunan Rp 135.000.000
Kas Rp 270.000.000

b. Aset tetap diperoleh dari membuat sendiri


Dalam beberapa kasus, perusahaan cenderung membuat sendiri aset tetap
yang dimilikinya. Salah satu aset tetap yang sering dibuat sendiri oleh
perusahaan adalah bangunan. Terdapat beberapa alasan perusahaan membuat
sendiri aset tetap yang dimilikinya, antara lain :
 Mengharapkan adanya penghematan
 Memanfaatkan fasilitas yang menganggur
 Mendapatkan aset tetap dengan kualitas yang diinginkan
 Tidak terdapat pihak yang dapat menyediakan aset tetap sesuai
kriteria yang diharapkan oleh perusahaan

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, harga perolehan atas aset tetap
adalah seluruh biaya yang dikeluarkan sampai aset tetap tersebut siap
digunakan. Maka pada aset tetap yang dibuat sendiri, semua biaya untuk
membangun aset tetap tersebut sampai aset tetap tersebut siap digunakan
merupakan biaya perolehan aset tersebut. Biaya yang berkaitan dalam membuat
sendiri aset tetap antara lain biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan
biaya overhead. Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung memang
sudah sewajarnya masuk ke dalam harga perolehan karena berhubungan
langsung dengan pembuatan aset tetap, berbeda halnya dengan biaya overhead.
Biaya overhead merupakan biaya tidak langsung untuk membangun aset tetap.

7
Namun meski demikian, biaya overhead juga ikut menunjang dalam pembuatan
suaatu aset tetap. Oleh karenanya tidak perbedaan pendapat terkait dengan biaya
overhead. Secara garis besar, terdapat dua perlakuan terkait biaya overhead :

1. Seluruh biaya overhead dialokasikan ke proses kontruksi. Hal ini


didasarkan pada kenyataan bahwa biaya overhead melekat pada semua
produk ataupun aset tetap yang dibangun.
2. Seluruh biaya overhead tidak dialokasikan ke proses kontruksi. Hal
ini didasarkan bahwa biaya overhead adalah tetap sehingga perusahaan
akan memiliki biaya yang besarnya sama baik membeli ataupun
membangun aset itu sendiri.
Selain biaya overhead, perusahaan juga memiliki isu lain terkait dengan
membuat aset tetap yaitu biaya bunga. Tak dapat dipungkiri bahwa membuat
aset tetap sendiri membutuhkan biaya yang besar sehingga tidak jarang
perusahaan melakukan pinjaman untuk memuat aset tetap. Pinjaman tersebut
akan menimbulkan bunga yang harus dibayarkan oleh perusahaan selama
pembuatan aset tersebut sampai pinjaman tersebut berhasil dibayarkan
seutuhnya. Biaya bunga ini menimbulkan perbedaan pendapat yang secara garis
besar terdapat tiga perbedaan :
1. Biaya bunga tidak dikapitalisasikan ke harga perolehan aset tetap.
Hal ini didasarkan bahwa harus terdapat pemisahan antara biaya
pembuatan aset tetap dengan biaya pendanaan. Selain itu, jika di situasi
lain perusahaan membuat aset tetap yang serupa dengan tanpa melakukan
pinjaman maka tidak akan menimbulkan biaya bunga. Ditambah, biaya
bunga tersebut tidak memberikan aset tetap manfaaat di masa mendatang
sehingga biaya bunga ini tidak perlu dikapitalisasikan ke dalam harga
perolehan aset tetap.
2. Biaya kontruksi merupakan semua biaya yang dikeluarkan, baik bisa
diidentifikasi ataupun tidak. Hal ini didasarkan bahwa semua biaya
yang dikeluarkan untuk menyiapkan aset tetap sampai dapat digunakan,
termasuk di dalamnya biaya bunga, merupakan harga perolehan aset
tersebut. Sehingga pada pendapat ini, bunga merupakan biay ayang sama
dengan biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Meskipun

8
terdapat kritik karena konsep ini bertentangan dengan prinsip biaya
historis.
3. Biaya bunga dikapitalisasikan ke harga perolehan aset tetap sebesar
yang dibayarkan selama masa pembuatan aset tetap. Hal ini
didasarkan bahwa biaya tersebut timbul untuk menyiapkan aset agar siap
digunakan. Hanya saja pada pendapat ini, bunga yang dapat dikapitalisasi
terbatas pada pendanaan utang. Sehingga pendapat ini juga memunculkan
kritik dimana seharusnya besar biaya perolehan aset tetap sama baik aset
tetap tersebut dibuat dengan pendanaan utang ataupun pendanaan ekuitas.
Sedangkan pada pendapat ini, biaya perolehan aset tetap melalui
pendanaan utang cenderung lebih besar dibandingkan dengan pendanaan
ekuitas.
c. Aset tetap diperoleh dari pertukaran dengan aset tetap yang dimiliki
perusahaan
Perusahaan dapat memutuskan untuk memperoleh aset tetap yang baru
dengan cara menukarkan aset tetap yang dimilikinya. Pertukaran aset tetap
tersebut biasanya terjadi karena hal-hal berikut ini :
 Aset tetap yang lama sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan
perusahaan
 Perusahaan menginginkan aset tetap baru yang memiliki manfaat
yang lebih besar
 Perusahaan menginginkan adanya penghematan pengeluaran kas

Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan oleh perusahaan dalam


melakukan pertukaran aset tetap. Perusahaan harus mengetahui bahwa basis
pencatatan untuk pertukaran aset tetap menggunakan nilai wajar. Perusahaan
akan mencatat harga perolehan aset yang diterima dari pertukaran sebesar nilai
wajar aset tetap tersebut, bukan nilai tercatatnya. Begitu pula aset yang
diserahkan untuk ditukarkan akan menggunakan nilai wajar aset tetap tersebut.

Hal penting yang perusahaan harus ketahui adalah apakah transaksi tersebut
memiliki substansi ekonomi di dalamnya. Susbtansi ekonomi yang dimaksud
adalah pengaruhnya arus kas di waktu yang akan datang. Jika suatu transaksi
memiliki substansi ekonomi di dalamnya, maka perusahaan akan menilai aset

9
tersebut menggunakan nilai wajar serta mencatat adanya keuntungan ataupun
kerugian segera.

Terakhir, perusahaan melihat apakah aset yang ditukarkan tersebut sejenis


atau tidak. Hal ini memang kadang tidak perlu diperhatikan karena perusahaan
lebih melihat apakah terdapat substansi ekonomi dalam pertukaran aset tetap.
Meski dimikian, terdapat beberapa kasus dimana aset yang ditukarkan memiliki
fungsi yang sejenis. Pada kasus tersebut, transaksi terkadang tidak memiliki
substansi ekonomi di dalamnya. Sehingga jika pertukaran aset tersebut tidak
memiliki substansi ekonomi di dalamnya, perusahaan dapat mengakui kerugian
tetapi menangguhkan keuntungan.

i. Contoh Pertukaran Aset dengan Substansi Ekonomi—Terdapat


Keuntungan
PT ANJANA ingin membeli tanah untuk membagun pabrik baru.
Penjual tanah sepakat untuk menerima pembayaran berupa kas sebesar Rp
12.000.000 dan sebuah kendarai bekas pakai. Nilai kendaran pada saat
transaksi adalah Rp 12.000.000 dengan harga perolehan sebesar Rp
25.000.000 dan akumulasi depresiasi sebesar Rp 13.000.000. Diketahui
bahwa harga pasar kendaraan tersebut pada saat itu adalah Rp 15.000.000.
Berdasarkan informasi diatas, perhitungan yang dibuat sebagai
berikut :

Menghitung harga perolehan tanah


Harga pasar kendaraan Rp 15.000.000
Kas yang dikeluarkan Rp 12.000.000
Harga Perolehan Rp 27.000.000
Menghitung laba/rugi pertukaran aset
Harga pasar kedaraan Rp 15.000.000
Nilai tercatat (nilai buku) (Rp 12.000.000)
Keuntungan Rp 3.000.000

10
Jurnal yang dibuat berdasarkan perhitungan diatas

Jurnal Pertukaran Aset


Tanah Rp 27.000.000
Akumulasi depresiasi kendaraan Rp 13.000.000
Keuntungan pertukaran aset tetap Rp 3.000.000
Kendaraan Rp 25.000.000
Kas Rp 12.000.000

ii. Contoh Pertukaran Aset dengan Substansi Ekonomi—Terdapat


Kerugian
Apabila contoh soal sama dengan sebelumnya tetapi harga pasar
kendaraan sebesar Rp 10.000.000 maka perhitungan yang dibuat sebagai
berikut :

Menghitung harga perolehan tanah


Harga pasar kendaraan Rp 10.000.000
Kas yang dikeluarkan Rp 12.000.000
Harga Perolehan Rp 22.000.000
Menghitung laba/rugi pertukaran aset
Harga pasar kedaraan Rp 10.000.000
Nilai tercatat (nilai buku) (Rp 12.000.000)
Kerugian Rp 2.000.000

Jurnal yang dbuat berdasarkan perhitungan diatas

Jurnal Pertukaran Aset


Tanah Rp 22.000.000
Akumulasi depresiasi kendaraan Rp 13.000.000
Kerugian pertukaran aset tetap Rp 2.000.000
Kendaraan Rp 25.000.000
Kas Rp 12.000.000

11
iii. Cotoh Pertukaran Aset tanpa Substansi Ekonomi—Terdapat
Keuntungan
PT SANJANA hendak menukarkan mesin lamanya dengan mesin
jenis baru. Diketahui bahwa nilai buku mesin lama adalah sebesar Rp
7.000.000 dengan harga perolehan sebesar Rp 10.000.000 dan akumulasi
depresiasi sebesar Rp 3.000.000. Harga pasar atas mesin baru yang akan
ditukarkan adalah sebesar Rp 18.000.000. PT SANJANA masih harus
membayar kas sebesar Rp 8.000.000 untuk pertukaran aset tersebut.
Berdasarkan informasi diatas, perhitungan yang dibuat sebagai
berikut :

Menghitung harga jual mesin lama


Harga pasar mesin baru Rp 18.000.000
Kas yang dikeluarkan Rp 8.000.000
Harga pasar mesin lama Rp 10.000.000
Menghitung laba/rugi pertukaran aset
Harga pasar mesin lama Rp 10.000.000
Nilai tercatat (nilai buku) (Rp 7.000.000)
Keuntungan Rp 3.000.000
Menghitung harga perolehan mesin baru
Harga pasar mesin baru Rp 18.000.000
Keuntungan (Rp 3.000.000)
Harga perolehan Rp 15.000.000

Jurnal yang dbuat berdasarkan perhitungan diatas

Jurnal Pertukaran Aset


Mesin baru Rp 15.000.000
Akumulasi depresiasi mesin Rp3.000.000
Mesin lama Rp 10.000.000

12
Kas Rp 8.000.000

iv. Contoh Pertukaran Aset tanpa Substansi Ekonomi—Terdapat


Kerugian
Apabila contoh soal sama dengan sebelumnya tetapi kas yang di bayarkan
sebesar Rp 13.000.000 maka perhitungan yang dibuat sebagai berikut :

Menghitung harga jual mesin lama


Harga pasar mesin baru Rp 18.000.000
Kas yang dikeluarkan Rp 13.000.000
Harga pasar mesin lama Rp 5.000.000
Menghitung laba/rugi pertukaran aset
Harga pasar mesin lama Rp 5.000.000
Nilai tercatat (nilai buku) (Rp 7.000.000)
Kerugian Rp 2.000.000

Jurnal yang dbuat berdasarkan perhitungan diatas

Jurnal Pertukaran Aset


Mesin baru Rp 18.000.000
Akumulasi depresiasi mesin Rp3.000.000
Kerugian Pertukaran aset tetap Rp 2.000.000
Mesin lama Rp 10.000.000
Kas Rp 13.000.000

d. Aset tetap diperoleh dari hasil pertukaran dengan surat berharga


Ada kalanya perusahaan memperoleh aset tetapnya melalui pertukaran denga
surat berharga ataupun dengan menerbitkan surat berharga. Pada kasus ini,
perusahaan akan mencatat harga perolehan aset tetap tersebut sebesar harga
pasar atau nilai wajar surat berharga tersebut. Meskipun demikian, sulit untuk
menentukan nilai wajar dari surat berharga. Selain itu, surat berharga kadang
gagal untuk menilai sebuah aset tetap jika pertukaran surat berharga tidak aktif.

13
Jika hal tersebut terjadi, maka perusahan dapat menggunakan estimasi nilai
wajar aset tetap untuk basis pencatatan aset tetap dan surat berharga.
Sebagai contoh, PT Antariksa membeli sebidang tanah. Untuk membayar
tanah tersebut, PT Antariksa menerbitkan 100 lembar saham. Nilai nominal
perlembar saham adalah Rp 100.000 sedangkan harga pasar atas tanah tersebut
adalah sebesar Rp 12.000.000.
Maka jurnal yang dapat dibuat berdasarkan informasi di atas adalah :

Tanah Rp 12.000.000
Modal Saham Biasa Rp 10.000.000
Agio Saham Biasa Rp 2.000.000

e. Aset tetap diperoleh dari pemberian pihak lain atau dari hasil temuan
Ada kalanya, aset tetap yang dimiliki oleh perusahaan merupakan pemberian
atas pihak lain. Aset tetap berupa pemberian atau donasi ini tidak memerlukan
pengeluaran dari pihak perusahaan yang menerima. Institusi yang biasanya sering
memberikan aset tetap adalah pemerintah. Hal ini biasa dilakukan bersangkutan
dengan kepatuhan masa depan ataupun masa lalu berkaitan dengan operasi
perusahaan.
Saat menerima aset tetap, perusahaan tidak mengetahui nilai dari aset tetap
yang diterima. Ini menyebabkann perusahaan akan sulit untuk menentukan harga
perolehan aset tetap tersebut. Oleh karenanya, perusahaan dapat menilai aset tetap
tersebut sebesar nilai wajar yang tersedia di pasar. Jika nilai wajar tidak tersedia,
maka perusahaan dapat mengestimasi nilai aset terkait.
Dalam pencatatan aset tetap pemberian pihak lain, terdapat dua pendekatan
yang dapat digunakan yaitu pendekatan ekuitas dan pendekatan pedapatan.
Menurut pendakatan ekuitas, aset tetap pemberian pihak lain akan menimbulkan
ekuitas pada sisi kredit. Hal ini disebabkan tidak diharapkannya repayment serta
aset tetap tersebut tidak didapatkan dari operasi yang dilakukan oleh perusahaan.
Sedagkan menurut pendekata pendapatan, aset tetap yang di dapatkan dari pihak
lain tidak dapat langsung menimbulkan ekuitas di sisi kredit karena pihak yang
memberikan tidak memiliki kepemilikan atas perusahaan. Selain itu, aset tetap
yang diberikan, terutama dari pemerintah, memiliki persyaratan di dalamnya yang
mungkin akan mempengaruhi pengeluaran di masa mendatang. Oleh karenanya

14
aset tetap pemberian pihak lain akan menimbulkan pendapatan dan secara lebih
lanjut akan menimbulkan beban yang akan muncul di masa mendatang. IFRS
sendiri mengatur bahwa perlakuan akuntansi untuk aset tetap pemberian pihak
lain menggunakan pendekatan kedua.
Sebagai contoh, PT ANJASANA memperoleh hibah dari pemerintah berupa
kendaraan. Diketahui bahwa nilai wajar untuk kendaraan tersebut adalah Rp
23.000.000. Maka jurnal yang akan dicatat oleh PT ANJASANA menurut
informasi yang tersedia adalah sebagai berikut :

Jurnal Akuntansi Penerimaan Aset Hibah


Kendaraan Rp 23.000.000
Pendapatan hibah Rp 23.000.000

C. Disposisi Property, Plant, and Equipment


Perusahaan dapat menghentikan penggunaan aset tetap yang dimilikinya.
Terdapat beberapa alasan perusahaan berhenti menggunakan aset tetap yang
dimilikinya, yaitu :
1. Dijual
Untuk beberapa alasan, perusahaan dapat menjual aset tetap yang dimiliki.
Apabila aset tetap yang dimiliki oleh perusahaan dijual, maka semua akun yang
berhubungan dengan aset tersebut harus dihapuskan seperti akun depresiasi ataupun
akun surplus revaluasi. Terdapat beberapa langkah yang dilakukan untuk menjual
aset tetap perusahaan :
a. Menentukan besar nilai buku atas aset tetap yang akan dijual
b. Membandingkan nilai buku dengan harga jual aset tetap
 Jika nilai buku lebih kecil dibandingkan harga jual, maka
perusahaan mendapatkan keuntungan
 Jika nilai buku lebih besar dibandingkan harga jual, maka
perusahaan mendapatkan kerugian

Sebagai contoh : Perusahaan Lancer merupakan perusahaan yang bergerak di


bidang industri kopi. Perusahaan ini memiliki mesin penggiling kopi yang dibeli
pada awal tahun 2019 sebesar Rp 10.000.000. Perusahaan mengestimasi bahwa
mesin tersebut memiliki umur ekonomis 5 tahun dengan nilai sisa sebesar Rp

15
1.500.000 dengan metode depresias yang digunakan adalah metode garis lurus. Pada
akhir 2020 perusahaan memutuskan untuk menjual mesin penggiling kopi tersebut
secara tunai dengan harga Rp 5.100.000

Berdasarkan soal diatas, maka pengerjaannya dapat dilakukan sebagai berikut :

Menghitung nilai buku pada akhir 2020


Harga perolehan Rp 10.000.000
Akumulasi depresiasi (Rp 3.400.000)
Nilai Buku Rp 6.600.000
Menghitung keuntungan/kerugian yang dialami
Nilai wajar Rp 5.100.000
Nilai buku Rp 6.600.000
Kerugian Rp 1.500.000

Maka jurnal yang akan dibuat oleh perusahaan sebagai berikut

31 Desember 2020
Kas Rp 5.100.000
Akumulasi Depresias Mesin Rp 3.400.000
Kerugian Penjualan Rp 1.500.000
Mesin Rp 10.000.000

2. Ditukarkan
Terdapat situasi dimana perusahaan menukarkan aset tetap yang dimilikinya
untuk mengakuisisi aset tetap lainnya. Hal ini juga dapat dimaksudkan untuk
menghentikan penggunaan aset tetap yang dimiliki oleh perusahaan dan
menggunakan aset tetap yang baru. Untuk mendapatkan aset tetap yang baru,
perusahaan memilih untuk menukarkan aset tetap tersebeut dengan aset tetap lain
yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Perlakukan akuntansi untuk pertukaran
aset tetap telah dibahas subab sebelumnya.

3. Dihapus

16
Perusahaan dapat menghapus aset tetap yang dimiliki dalam pencatatan
perusahaan. Penghapusan ini bisa diakibatkan beberapa hal seperti aset tetap telah
habis umur ekonomisnya atau tidak bisa dipakai kembali serta terdapat kerusakan
sehingga tidak dapat digunakan. Jika aset tetap tersebut dihapuskan dari pencatatan
akibat umur ekonomisnya telah habis maka perusahaan secara otomatis akan
menghapus pencatatan yang ada. Jika perusahaan menghapus aset tetap dari
pencatatan dikarenakan adanya kerusakan yang terjadi maka perusahaan harus
mencatata adanya kerugian yang diakibatkan penghentian aset tetap atas kerusakan
yang terjadi. Besar kerugian yang dialami akibat kerusakan biasanya sebesar nilai
buku tersisa atas aset tetap tersebut.
Sebagai contoh : Perusahaan Lancer merupakan perusahaan yang bergerak di
bidang industri kopi. Perusahaan ini memiliki mesin penggiling kopi yang dibeli
pada awal tahun 2019 sebesar Rp 10.000.000. Perusahaan mengestimasi bahwa
mesin tersebut memiliki umur ekonomis 5 tahun dengan nilai sisa sebesar Rp
1.500.000 dengan metode depresias yang digunakan adalah metode garis lurus. Pada
akhir 2020 mesin mengalami kerusakan hingga tidak bisa digunakan lagi.

Berdasarkan soal diatas, maka pengerjaannya dapat dilakukan sebagai berikut :

Menghitung nilai buku pada akhir 2020


Harga perolehan Rp 10.000.000
Akumulasi depresiasi (Rp 3.400.000)
Nilai Buku Rp 6.600.000

Dikarenakan tidak dapat dikenakan lagi maka perusahaan mengalami kerugian


sebesar nilai buku aset tetap yang tidak bisa digunakan kembali sebesar Rp
6.600.000. Maka berdasarkan perhitungan ini akan dibuat jurnal sebagai berikut :

31 Desember 2020
Akumulasi Depresias Mesin Rp 3.400.000
Kerugian atas penghentian mesin Rp 6.600.000
Mesin Rp 10.000.000
Keuntungan Rp 1.500.000

D. Depresiasi Property, Plant, and Equipment

17
Aset tetap sebuah perusahaan tidak bisa digunakan terus-menerus. Hal ini
dikarenakan aset tersebut memiliki jangka waktu penggunaan tertentu atau batas
waktu penggunaan yang biasa disebut umur ekonomis. Oleh karena itu akan ada
waktu dimana aset tetap tersebut tidak akan bisa digunakan sama sekali.
Penggunaan aset tetap selama masa efektif atas aset tetap tersebut digunakan akan
mengalokasika biaya aset tersebut ke beban. Pengalokasian biaya aset kepada beban
tersebut dikenal sebagai penyusutan. Penyusutan ini digunakan untuk menunjukkan
bahwa nilai aset tetap menunrun seiring berjalannya waktu atau seiring aset tetap
tersebut digunakan. Meski seringkali disebut penyusutan, terdapat istilah lain untuk
penyusutan seperti deplesi untuk sumber daya alam dan amortisasi untuk aset tak
berwujud.
Disaat umur ekonomis suatu aset sudah habis, biasanya nilai aset tetap akan
menjadi nol meskipun ada situasi dimana aset tetap tersebut masih memiliki nilai
tersisa. Nilai sisa dari suatu aset disebut sebagai nilai residual. Nilai ini perlu
diketahui karena akan digunakan untuk menghitung penyusutan dari suatu aset tetap.
Sehingga berdasarkan penjelasan di atas, tiga komponen yang perlu diketahui untuk
mengetahui besarnya penyusutan dari suatu aset tetap adalah :
 Biaya perolehan aset tetap
 Umur ekonomis
 Nilai residual aset tetap

Untuk mengetahui besarnya penyusutan sebuah aset tetap, maka harus diketahui
apa metode perhitungan penyusutan tersebut. Metode perhitungan penyusutan
merupakan kebijakan yang diambil oleh perusahaan masing-masing. Perusahaan akan
memilih metode yang dianggap bermanfaat maupun cocok dengan aset tetap yang
dimiliki.

Jika sudah mengetahui besar penyusutan yang dialam oleh aset tetap, perusahaan
dapat membuat jurnal terkait. Jurnal tersebut mendebet beban depresiasi dan
mengkreditkan akumulas depresiasi. Sehingga jurnal yang dibuat untuk penyusutan
bagi setiap metode adalah sama yaitu :

Jurnal Penyusutan
Beban Depresiasi xxx
Akumulasi depresiasi xxx

18
1. Metode Garis Lurus
Metode ini menekankan pada waktu penggunaan atas aset tetap. Penggunaan
metode ini biasanya menggunakan aset tetap secara konstan dari waktu ke waktu.
Oleh karna itu, metode ini lebih sering digunakan karena perhitungannya sangat
sederhana dibandingkan metode lainnya.
Meski perhitungan metode ini mudah, tapi beberapa masalah terkait metode ini
yang menimbulkan perdebatan yaitu dua asumsi yang dianggap tidak realistis.
Dua asumsi tersebut adalah :
a. Kegunaan ekonomi aset tetap adalah sama setiap tahun
b. Beban reparasi dan pemeliharaan pada dasarnya sama setiap periode.

Sudah diketahui secara umum bahwa penggunaan aset tetap setiap periodenya
akan berbeda. Hal ini dikarenakan semakin lama sebuah aset digunakan maka
produktivitas dari aset teta tersebut akan berkurang sehingga kegunaan ekonomi
aset tersebut berkurang. Begitu halnya dengan beban reparasi dan bebean
pemeliharaan. Kedua beban ini cenderung akan semakin bertambah besar seiring
dengan semakin lama atau tuanya aset tetap tersebut dimiliki.

Harga Perolehan−Nilai Residu


=Beban Penyusutan
Umur Ekonomis

Sebagai contoh dari metode ini, PT Sinar Utama memiliki kendaraan yang
diperoleh dengan harga Rp 120.000.000 dengan nilai ekonomis yang diestimasi
sebesar 4 tahun. Jika perusahaan mengestimasi bahwa nilai residual atas
kendaraan tersebut adalah Rp 40.000.000 maka beban penyusutannya setiap
tahun adalah :
Rp 120.000 .000−Rp 30.000 .000
=Rp20.000 .000
4

2. Metode Satuan Unit Aktivitas


Metode ini menekankan pada penggunaan atas aset tetap dan bukan karena waktu
yang telah berlalu. Hal ini karena perusahaan menilai umur suau aset tetap dilihat
dari output (hasil dari barang yang diproduksi) ataupun input (berapa jam

19
penggunaan atas aet tetap tersebut). Sehingga pada metode ini tidak terlalu
memperhatikan estimasi umur ekonomis dari suatu aset tetap (jarang digunakan).
Terdapat beberapa keterbatasan atas metode unit aktivitas. Keterbatasan utama
adalah adalah metode ini tidak tepat digunakan untuk situasi atasu aset tetap yang
penyusutannya fungsi waktu. Seperti contohnya adalah bangunan yang
penyusutannya hanya dapat dilihat dari waktu penggunaanya. Hal ini dikarenakan
perusahaan tidak dapat menentukan seberapa banyak orang masuk atau keluar
(berapa banyak orang menggunakan bangunan tersebut). Keterbatasan lain
adalah sulitnyuntuk mengestimasi output ataupun aktivitas yang dikeluarkan.
Selain itu perlu diingat bahwa perusahaan menginginkan beban penyusutan yang
relatif rendah sehingga ketika aset tetap sering digunakan ataupun
produktivitasnya tinggi maka metode ini akan menimbulkan beban penyusutan
yang relatif tinggi dibandingkan metode lain.
Metode ini sering digunakan pada mesin untuk memproduksi barang.
 Berdasarkan input
Harga Perolehan−Nilai Residu
x jam penggunaan=Beban Penyusutan
Estimasi total jam pengguanaan

 Berdasarkan output
Harga Perolehan−Nilai Residu
xunit yang diproduksi=Beban Penyusutan
Estimasi total unit diproduksi

Sebagai contoh, PT Sinar Mas menggunakan Traktor sebanyak 150.000 kali dalam satu
tahun. Diketahui bahwa harga perolehan truk tersebut Rp 1.300.000. Estimas umur
ekonomis traktor adalah 8 tahun dengan estimasi nilai sisa Rp 100.000.000. Jika traktor
bisa digunakan sampai 1.000.000 kali, maka beban penyusutan traktor tersebut adalah :

Rp 1.300 .000 .000 – Rp100.000 .000


x 150.000=Rp 180.000
1.000 .000

3. Metode Saldo Menurun


Metode ini menekankan penggunaan aset tetap yang sering di lakukan di tahun-
tahun awal aset tetap diperoleh. Hal ini menyebabkan beban penyusutan di awal
tahun lebih besar dan besarnya semakin menurun semakin berjalannya waktu.

20
Selain itu, biaya yang dikeluarkan untuk aset tetap cenderung konstan karena
penyusutan yang lebih rendah di periode akhir diimbangi dengan biaya reprasai
dan pemeliharaan yang makin besar di akhir periode. Metode ini dibagi menjadi
dua yaitu :
 Metode jumlah angka tahun
Pada metode ini menggunakan pecahan (fraksi) dari umur ekonomis yang
diketahui. Penyebut diisi dengan angka tahun (5+4+3+2+1 = 15) sedangkan
pembilang diisi dengan dan jumlah tahun estimasi tersisa pada awal tahun.
Dengan metode ini, pembilang akan menurun dari tahun ke tahun sehingga
pada periode akhir dari umur ekonomis tersebut, nilai sisa atas depresiasi
tersebut harus sama dengan estimasi nilai residu yang ditentukan oleh
perusahaan di awal tahun akuisisi aset tetap tersebut.

Tahun ke−n
Beban penyusutan =
Total n∗¿ ¿
x ( Harga perolehan – Nilai residu)

n(n+1)
*Cara mencari n =
2

Sebagai contoh, PT Sinar Mas menghitung beban penyusutan untuk mobil


yang dimilikinya. Diketahui bahwa harga perolehan kendaraan tersebut adalah
Rp 10.000.000 dengan estimasi umur ekonomis sebesar 5 tahun. Diketahui
pulan bahwa estimasi nilai sisa dari kendaraan adalah Rp 2.500.000. Maka
beban penyusutannya adalah pada tahun pertama adalah :
Tabel 4.1 Beban Penyusutan Menggunakan Metode Jumlah Angka Tahun

Tahun Basis Sisa waktu Pecahan Beban Nilai buku


Penyusutan dalam tahun Penyusutan depresiasi akhir tahun
1 7.500.000 5 5/15 2.500.000 5.500.000
2 7.500.000 4 4/15 2.000.000 3.500.000
3 7.500.000 3 3/15 1.500.000 2.000.000
4 7.500.000 2 2/15 1.000.000 1.000.000
5 7.500.000 1 1/15 500.000 500.000
15 15/15 7.500.00

 Metode saldo menurun

21
Pada metode ini menggunakan tarif penyusutan(persentase) berupa kelipatan
dari beban penyusutan garis lurus. Metode ini melibatkan penggunaan metode
garis lurus didalamnya yang kemudian dijadikan acuan untuk mencari rasio
yang diperlukan untuk mencari besaran beban penyusutan.
Pada metode ini, nilai residu tidak digunakan untuk mengurangkan nilai buku
atas aset tetap dalam perhitungan beban penyusutannya. Tarif penyusutan
akan dikalikan dengan nilai buku setiap awal periode. Karena nilai buku akan
dikurangi dengan beban penyusutan, maka tarif saldo menurun yang konstan
akan dialikan dengan nilai buku yang terus menerun menurun dan akan
menghasilkan beban penyusutan yang rendah tiap tahunnya. Proses ini akan
tersu dilakukan hingga nilai buku berkurang hingga umur ekonomis habi dan
menyisakan nilai buku yang besarnya sama dengan estimasi nilai residu.
Secara garis besar metode ini memiliki tiga langkah yang harus dilakukan :
1. Mencari beban penyusutan berdasarkan metode garis lurus
2. Menghitung rasio saldo menurun
3. Meghitung besaran beban penyusutan yang dialami aset tetap

Untuk menghitung rasio saldo menurun, menggunakan rumus sebagai berikut :

Beban Penyusutan = Fraksi Penyusutan x Nilai buku

100 %
(
UE
x 2) x Nilai buku

Sebagai contoh dari penggunaan metode saldo menurun :

PT Canva menghitung beban penyusutan mesin penggiling roti yang


dimilikinya. Diketahui bahwa harga perolehan mesin tersebut adalah Rp
500.000.000 dengan estimasi umur ekonomisnya 5 tahun. Diketahui pula
bahwa estimasi nilai sisa adalah Rp 50.000.000. Maka perhitungan beban
penyusutan berdasarkan metode saldo menurun adalah sebagai berikut :

Langkah 1 : menghitung beban depresiasi metode langsung

Harga Perolehan – Nilai Residu


Estimasi umur

22
Rp 500.000.000 – Rp 50.000.000
5

Rp 90.000.000

Langkah 2 : Menghitung rasio pada saldo meurun

(Beban depresiasi : selisi harga perolehan dan nilai residu) : 2

(Rp 90.000.000 / Rp 450.000.000) x 2

40%

Langkah 3 : Menghitung

Tabel 4.2 Beban Penyusutan Menggunakan Metode Saldo Menurun

Tahun Nilai Buku awal Rasio Saldo Beban Akumulasi Nilai buku
Tahun Menurun Depresiasi Depresiasi akhir tahun
1 500.000.000 40% 200.000.000 200.000.000 300.000.000
2 300.000.000 40% 120.000.000 320.000.000 180.000.000
3 180.000.000 40% 72.000.000 392.000.000 108.000.000
4 108.000.000 40% 43.200.000 435.200.000 64.800.000
5 64.800.000 40% 14.800.000 450.000.000 50.000.000

4. Isu Depresiasi Lain


Terdapat beberapa isu terkait penyutuan yang dialami oleh aset tetap. Beberapa
diantaranya adalah sebagai berikut.
 Penyusutan perkomponen
Adakalanya aset tetap merupakan gabungan antara beberapa komponen. Hal
ini perlu diperhatikan dikarenakan bisa saja setiap komponen menggunakan
metode yang berbeda untuk mengukur beban depresiasinya. Oleh karenanya,
besaran beban depresiasi perkomponen tersebut menjadi berbeda. Sehingga
pada kasus ini, beban penyusutan perkomponen akan dihitung sendiri-sendiri
kemudian digabung menjadi satu untuk menjadi beban penyusutan dari aset
tersebut.

23
Sebagai contoh Pesawat dibeli dengan harga $ 100.000.000 pada 1 Januari
2016 yang memiliki umur ekonomi 20 tahun dan nilai residu $ 0. Diketahui
bahwa di dalam tersebut dibagi menjadi komponen-kompoen seperti berikut :

Komponen Jumlah Komponen Umur Ekonomis Komponen


Badan pesawat Rp 60.000.000 20 tahun
Mesin 32.000.000 8 tahun
Komponen lain 8.000.000 5 tahun

Pengerjaannya :

Komponen Jumlah Umur Ekonomis Depresiasi


Komponen Komponen
Badan pesawat Rp 60.000.000 20 Rp 3.000.000
Mesin 32.000.000 8 4.000.000
Komponen lain 8.000.000 5 1.600.000
Rp 100.000.000 $ 8.600.000

Sehingga beban depresiasi sebesar Rp 8.600.000

 Penyusutan parsial
Aset tetap yang dimiliki oleh perusahaan tidak selalu di beli atau diakuisisi di
awal tahun. Bisa saja aset tetap dibeli di pertengahan tahun maupun dua bulan
sebelum tahun tersebut berakhir. Hal ini tentu saja akan berpengaruh pada
beban penyusutan yang dialami oleh aset tetap tersebut.
Pada kasus ini, perusahaan akan mendebet beban penyusutan sebesar lamanya
aset tetap tersebut digunakan. Di tahun berikutnya, perusahaan tinggal
mendebetkan beban penyusutan sebesar penggunaan aset tetap tersebut selama
satu tahun. Namun hal ini hanya berlaku pada metode garis lurus dan metode
satuan unit aktivitas. Ini dikarenakan kedua metode ini cenderung memiliki
beban penyusutan yang besarnya sama setiap tahun.

24
Cara perhitungan beban penyusutan untuk metode saldo manurun pada
penyusutan sedikit berbeda. Hal ini disebabkan karena beban penyusutan tiap
tahun dari metode saldo menurunan berbeda-beda. Oleh karenanya diperlukan
perhatian dan ketelitan untuk mnentukan besaran beban penyusutan pada
penyusutan parsial. Perusahaan pada awal pembelian aset tetap akan
menentukan besaran beban penyusutan aset tetap setiap tahaunnya (selama
umur ekonomisnya). Pada tahun pertama (pada tahun pembelian aset tetap),
perusahaan akan membebankan beban penyusutan sebesar lama penggunaan
dikali dengan besar beban penyusutan tahun pertama penggunaan aset tetap
tersebut. Sedangkan pada tahun kedua, perusahaan akan mendebetkan beban
penyusutan sebesar sisa beban penyusutan tahun pertama penggunaan
ditambah dengan sisa lama penggunaan (biasanya lama penggunaan atau bulan
penggunaannya sama dengan tahun pertama) dikali dengan beban penyusutan
tahun kedua penggunaan aset tetap. Metode ini akan berulang terus hingga
umur ekonomis aset tetap tersebut habis atau sampai aset tetap tersebut di jual/
ditukarkan oleh perusahaan.
Sebagai contoh sederhana PT Sinar Utama memiliki kendaraan yang diperoleh
dengan harga Rp 120.000.000 dengan nilai ekonomis yang diestimasi sebesar
4 tahun. Perusahaan membeli kendaraan tersebut pada 30 Juni 2020. Jika
perusahaan mengestimasi bahwa nilai residual atas kendaraan tersebut adalah
Rp 40.000.000 maka beban penyusutannya pada tahun 2020 adalah sebagai
berikut :
6 Rp120.000 .000−Rp 30.000 .000
x =Rp10.000 .000
12 4

Dikarenakan kendaraan tersebut dibeli di pertengahan tahun, maka perusahaan


hanya memakai kedaraan tersebut selama 6 bulan. Oleh karenanya, perusahaan
hanya akan membebankan beban penyusutan selama enam bulan pemakaian
saja.
Pembebanan beban penyusutan kendaraan tersebut selama enam bulan hanya
berlaku pada tahun 2020 saja. Sedangkan untuk tahun selanjutnya tidak
terdapat perbedaan yang berarti. Hal ini dikarenakan penggunaan metode garis
lurus dimana besaran beban penyusutan untuk tiap tahunnya sama. Berbeda
dengan metode lain yang untuk tahun seterusnya akan berbeda. Maka beban

25
penyusutan untuk tahun berikutnya merupakan beban penyusutan parsial
antara beban penyusutan untuk 6 bulan penggunaan tahun pertama ditambah
dengan beban penyusutan 6 bulan penggunaan tahun kedua.

Sebagai contoh PT Canva yang sudah dicantumkan pada metode saldo


menurun. Diketahui bahwa harga perolehan adalah Rp 500.000.000 dengan
estimasi umur ekonomisnya 5 tahun. Diketahui pula bahwa estimasi nilai sisa
adalah Rp 50.000.000 yang diebli pada tanggal 1 Juli 2020. Maka perhitungan
beban penyusutan berdasarkan metode saldo menurun untuk 2020, 2021, dan
2022 sebagai berikut :

Tabel 4.3 Beban Penyusutan Menggunakan Metode Saldo Menurun

Tahun Nilai Buku awal Rasio Saldo Beban Akumulasi Nilai buku
Tahun Menurun Depresiasi Depresiasi akhir tahun
1 500.000.000 40% 200.000.000 200.000.000 300.000.000
2 300.000.000 40% 120.000.000 320.000.000 180.000.000
3 180.000.000 40% 72.000.000 392.000.000 108.000.000
4 108.000.000 40% 43.200.000 435.200.000 64.800.000
5 64.800.000 40% 14.800.000 450.000.000 50.000.000

Menggunakan data di atas maka dapat diketahui beban depresiasi untuk tahun
2020, 2021, dan 2022 sebagai berikut :

Tabel 4.4 Beban Penyusutan Parsial Menggunakan Metode Saldo Menurun

Tahun Perhitungan Beban Depresiasi


yang Terjadi
2020 6/12 x 200.000.000 Rp 100.000.000
2021 6/12 x 200.000.000 Rp 100.000.000
6/12 x 120.000.000 Rp 60.000.000
Total Rp 160.000.000

26
2022 6/12 x 120.000.000 Rp 60.000.000
6/12 x 72.000.000 Rp 36.000.000
Total Rp 96.000.000

 Perubahan Estimasi
Perusahaan saat mengakuisisi aset tetap yang dimilikinya akan mengestimasi
umur ekonomi serta nilai residu aset tersebut. Hal ini berkaitan dengan besarnya
penyusutan yang akan dialami setiap tahunnya. Namun besaran estimasi ini
dapat saja berubah di waktu tertentu. Hal ini dapat terjadi akibat beberapa faktor
seperti halnya penggunaan yang berlebihan hingga penilaian ulang atas aset
tersebut.
Saat perusahaan menentukan adanya perubahaha estimasi atas aset tersebut,
maka besar penyusutan pun akan berubah. Perusahaan akan menilai ulang besar
depresiasi yang dialami oleh aset tetap berdasarkan estimasi yang baru.
Sedangkan untuk beban depresiasi tahun sebelunya tidak perlu dilakukan revisi
ataupun penyesuaian. Hal ini dikarenakan perubahan estimasi akan tersu
menerus terjadi dan merupakan bagian dari setiap proses estimasi. Oleh
karenanya tidak ada jurnal penyesuaian yang dibuat untuk perubahan estimasi
yang terjadi.
Sebagai contoh PT Sinar Utama memiliki kendaraan yang diperoleh pada
awal tahun 2018 dengan harga Rp 140.000.000 dengan nilai ekonomis
yang diestimasi sebesar 4 tahun. Perusahaan mengestimasi nilai residu
atas kendaraan tersebut adalah Rp 20.000.000. Pada awal tahun 2020
perusahaan melakukan penilaian kembali atas kendaraan tersebut dan
mengestimasi bahwa total nilai ekomonis kendaraan tersebut adalah 7
dengan estimasi nilai residu yang baru sebesar Rp 30.000.000
Maka perhitungan atas perubahan estimasi adalah sebagai berikut :

Menentukan nilai buku tahun 2020


Harga perolehan Rp 140.000.000
Akumulasi depresiasi Rp 60.000.000
Nilai Buku Rp 80.000.000

Menghitung depresiasi baru :

27
Rp 80.000 .000 – Rp 30.000.000
=Rp 10.000 .000
5
Berdasarkan soal diatas, alih - alih menggunakan umur ekonomis 7, perusahaan
menggunakan 5. Hal ini karena aset tetap tersebut telah mengalami depresias
selama 2 tahun. Oleh karena itu, umur ekonomis yang digunakan adalah umur
ekonomis sisa yaitu 5.

E. Impairment Property, Plant, and Equipment


Aset yang dimiliki oleh perusahaan perlu dilakukan penilaian secara periodik. Hal
ini dikarenakan bisa saja aset tetap tersebut mengalami penurunan nilai (impairment).
Penurunan nilai aset ini terjadi saat nilai yang tercatat (carrying cost) atau Net Book
Value dari aset yang dimiliki oleh perusahaan lebih besar dari nilai terpulihkannya.
Berdasarkan PSAK 48 terdapat indikasi internal dan eksternal dalam menilai
penurunan nilai aset yang dimiliki. Beberapa indikasi eksternal dari penurunan nilai
aset adalah :
 Perubahan nilai pasar secara signifikan lebih dari yang diharapkan
 Perubahan signifikan dalam hal teknologi, pasar, ekonomi atau lingkup hukum
 Suku bunga pasar atau tingkat hasil pasar lain
 Jumla tercatat aset neto melebihi kapitalis pasarnya

Sedangkan beberapa informasi dari sumber internal adalah :

 Terdapat bukti keusangan atau kerusakan fisik aset


 Perubahan signifikan atas penggunaan, penghentian dan masa manfaat aset
 Bukti internal mengindikasikan kinerja ekonomi aset lebih buruk dari yang
diharapkan

Jika berdasarkan indikasi diatas ditemukan adanya penurunan nilai maka perusahaan
perlu mengukur nilai yang terpulihkan. Nilai yang terpulihkan disini adalah jumlah
yang lebih tinggi antara nilai wajar dikurangi biaya pelepasa (fair value less cost to
sell) dengan nilai pakai (value in use). Kedua nilai ini tidak perlu diketahui
seluruhnya, dengan kata lain jika perusahaan mengetahui salah satu dari nilai tersebut
(nilai wajar dikurangi biaya pelepasan dan nilai pakai) maka perusahaan sudah bisa
menghitung impairment dari aset tetap. Jika kedua nilai tersebut tersedia, maka
perusahaan bisa memilih salah satu nilai yang akan di pakai tergantung pada urgensi

28
yang dimiliki perusahaan. Contohnya, jika aset tetap tersebut masih akan digunakan,
maka perusahaan menggunakan nilai pakai, sedangkan jika perusahaan berniat untuk
menjual aset tetap tersebut, maka perusahaan dapat menggunakan nilai wajar dikuragi
dengan biaya pelepasannya.

Nilai wajar dikurangi biaya pelepasan merupakan jumlah yang dapat dihasilkan
dari penjualan suatu aset dalam transaksi dikurangi dengan biaya pelepasa aset. Nilai
wajar disini harus memperhatikan nilai pasar atas aset tetap tersebut. Jika tidak
tersedia, maka perusahaan bisa melakukan penilaian sendiri atau estimasi atas nilai
wajar aset yang bersangkutan. Sedangkan biaya pelepasan disini dimaksudkan nilai
sekarang dair taksiran arus kas yang diharapkan akan diterima. Biaya langsung
tersebut terkait dengan biaya hukum, materai, pajak.

Nilai pakai dapat diukur melalui dua langkah berikut :

 Mengestimas arus kas masuk dan arus kas keluar di masa depan dari
pemakaian aset tersebut dan pelepasannya pada akhirnya.
 Menerapkan tingkat diskonto yang tepat atas arus kas masa depan tersebut

F. Impairment Property, Plant, and Equipment


Aset yang dimiliki oleh perusahaan perlu dilakukan penilaian secara periodik. Hal
ini dikarenakan bisa saja aset tetap tersebut mengalami penurunan nilai (impairment).
Penurunan nilai aset ini terjadi saat nilai yang tercatat (carrying cost) atau Net Book
Value dari aset yang dimiliki oleh perusahaan lebih besar dari nilai terpulihkannya.
Berdasarkan PSAK 48 terdapat indikasi internal dan eksternal dalam menilai
penurunan nilai aset yang dimiliki. Beberapa indikasi eksternal dari penurunan nilai
aset adalah :
 Perubahan nilai pasar secara signifikan lebih dari yang diharapkan
 Perubahan signifikan dalam hal teknologi, pasar, ekonomi atau lingkup hukum
 Suku bunga pasar atau tingkat hasil pasar lain
 Jumla tercatat aset neto melebihi kapitalis pasarnya

Sedangkan beberapa informasi dari sumber internal adalah :

 Terdapat bukti keusangan atau kerusakan fisik aset


 Perubahan signifikan atas penggunaan, penghentian dan masa manfaat aset

29
 Bukti internal mengindikasikan kinerja ekonomi aset lebih buruk dari yang
diharapkan

Jika berdasarkan indikasi diatas ditemukan adanya penurunan nilai maka perusahaan
perlu mengukur nilai yang terpulihkan. Nilai yang terpulihkan disini adalah jumlah
yang lebih tinggi antara nilai wajar dikurangi biaya pelepasa (fair value less cost to
sell) dengan nilai pakai (value in use). Kedua nilai ini tidak perlu diketahui
seluruhnya, dengan kata lain jika perusahaan mengetahui salah satu dari nilai tersebut
(nilai wajar dikurangi biaya pelepasan dan nilai pakai) maka perusahaan sudah bisa
menghitung impairment dari aset tetap. Jika kedua nilai tersebut tersedia, maka
perusahaan bisa memilih salah satu nilai yang akan di pakai tergantung pada urgensi
yang dimiliki perusahaan. Contohnya, jika aset tetap tersebut masih akan digunakan,
maka perusahaan menggunakan nilai pakai, sedangkan jika perusahaan berniat untuk
menjual aset tetap tersebut, maka perusahaan dapat menggunakan nilai wajar dikuragi
dengan biaya pelepasannya.

Nilai wajar dikurangi biaya pelepasan merupakan jumlah yang dapat dihasilkan
dari penjualan suatu aset dalam transaksi dikurangi dengan biaya pelepasa aset. Nilai
wajar disini harus memperhatikan nilai pasar atas aset tetap tersebut. Jika tidak
tersedia, maka perusahaan bisa melakukan penilaian sendiri atau estimasi atas nilai
wajar aset yang bersangkutan. Sedangkan biaya pelepasan disini dimaksudkan nilai
sekarang dair taksiran arus kas yang diharapkan akan diterima. Biaya langsung
tersebut terkait dengan biaya hukum, materai, pajak.

Nilai pakai dapat diukur melalui dua langkah berikut :

 Mengestimas arus kas masuk dan arus kas keluar di masa depan dari
pemakaian aset tersebut dan pelepasannya pada akhirnya.
 Menerapkan tingkat diskonto yang tepat atas arus kas masa depan tersebut

Jurnal untuk mencatat adanya impairment pada aset tetap adalah :

Jurnal Impairment
Kerugian Impairment xxx
Akumulasi depresiasi xxx

30
Jika di kemudian hari diketahui bahwa terjadi peningkatan nilai ataupun
kesalahan pencatatan atas impairment maka perusahaan mencatat jurnal sebagai
berikut :

Jurnal Pemulihan Impairment


Akumulasi depresiasi xxx
Pemulihan Kerugian Impairment xxx

Sebagai contoh, diktahui bahwa Perusahan Paint yang bergerak di bidang


pembuatan mobil. Perusahaan tersebut memiliki komputer yang didapat dengan harga
Rp 7.000.000 yang dibeli pada tahun 2019. Perusahaan menyusutkan komputer
tersebut menggunakan metode garis lurus dengan umur ekonomis 7 tahun. Pada akhir
tahun 2020 perusahaan mengetahui bahwa nilai pakai komputer tersebut sebesar Rp
5.000.000. Maka perusahaan sudah dapat menilai impairment yang terjadi sebagai
berikut :

Menghitung nilai buku aset tetap pada akhir 2020


Harga perolehan Rp 7.000.000
Akumulasi depresiasi (Rp 1.000.000)
Nilai Buku Rp 6.000.000
Membandingkan nilai buku aset dengan nilai pakai
Nilai buku Rp 6.000.000
Nilai pakai Rp 5.000.000
Keuntungan Rp 1.000.000

Sehingga jurnal yang dapat dibuat sebagai berikut :

Jurnal 31 Desember 2020


Kerugian atas impairment Rp 1.000.000
Akumulasi depresiasi Rp 1.000.000

G. Deplesi Property, Plant, and Equipment

31
Aset tetap yang dimiliki oleh perusahaan tidak terbatas pada tanah, kendaraan,
dan bangunan saja. Perusahaan juga dapat memiliki aset tetap berupa sumber daya
alam seperti tambang. Aset sumber daya alam ini dikonsumsi secara fisik selama
penggunannya dan tidak mempertahankan karakter fisiknya sehingga alokasi biaya
untuk sumber daya ini disebut dengan deplesi.
Deplesi diartikan sebagai alokasi biaya atas nilai perolehan sumber daya alam ke
periode yang menerima manfaat dari sumber tersebut. Beban deplesi dihitung dengan
menggunakan metode satuan hasil dimana yang dihitung adalah jumlah satuan yang
dieksplotasi dalam satu tahun. Sehingga dapat disimpulkan bahwa deplesi lebih
condong ke arah sumber daya alam yang dieksplotasi atau tidak dapat diperbahrui
seperti barang tambang.
Perhitungan deplesi melibatkan biaya perolehan yang harus memperhatikan tiga
biaya pengeluaran yang ada yaitu :
 Biaya Pre-eksplorasi. Biaya ini berkaitan dengan biaya yang terjadi sebelum
perusahaan memiliki hak legal terkait dengan eksploitasi sebuah area.
 Biaya Eksplorasi. Biasanya biaya terfokus pada upaya perusahaan dalam
menemukan sumber daya yang diinginkan.
 Biaya Pengembangan. Biaya ini berkaitan dengan persiapan perusahaan untuk
mengeksploitasi sumber daya yang telah ditemukan.
Secara lebih lanjut, untuk menghitung deplesi harus memperhatikan hal-hal
berikut :
 Harga Perolehan. Harga perolehan atas sumber daya alam bergantung
pada tiga hal yang telah disebutkan sebelumnya. Jika pengeluaran atau
tiga hal tersebut dinilai terlalu kecil, maka perusahaan dapat menilai
sumber daya alam tersebut.
 Taksiran nilai sisa apabila sumber alam sudah selesai dieksploitasi.
 Taksiran hasil yang secara ekonomis dapat dieksploitas

Untuk jurnal beban deplesi sendiri hampir sama dengan jurnal pada depresiasi yaitu :

Jurnal Deplesi
Beban deplesi xxx
Akumulasi deplesi xxx

32
Jika sudah diketahui untuk masing-masing nilai diatas, maka perusahaan dapat
menghitung biaya deplesi per unit dengan rumus di bawah ini :

Total biaya – nilai sisa


Total estimasi unit yang tersedia

H. Revaluasi Property, Plant, and Equipment


Nilai wajar aset tetap cenderung selalu berubah. Oleh karenanya perusahaan
dapat memilih kebijakan untuk menangapi perubahan nilai wajar tersebut. Perusahaan
bisa memilih metode biaya atau metode revaluasi (nilai wajar). Penggunaan metode
biaya membuat perusahaan tetap mencatat nilai aset tetap sebesar harga perolehan
aset tetap tersebut. Sedangkan penggunaan metode revaluasi akan membuat
perusahaan selalu memperbahrui nilai aset tetap, baik menurun atau meningkat, sesuai
dengan nilai wajar yang tersedia di pasar.
Berdasarkan PSAK 16 perusahaan dibebaskan untuk memilih metode yang
digunakan untuk menilai aset tetap. Akan tetapi, jika perusahaan sudah memilih
metode revaluasi maka metode ini harus secara konsisten diterapkan oleh perusahaan
dan tidak boleh hanya sesekali di lakukan. Hal ini dilakukan agar perusahaan tidak
melakukan revaluasi hanya jika nilai wajar dari suatu aset tersebut lebih besar dari
nilai buku aset tersebut. Selain itu perusahaan bisa menggunakan metode pada aset
tetap yang sekelompok.
Perbedaan nilai antara nilai tercatat dengan nilai wajar akan dicatat dalam laba
rugi komprehensif yang merupakan bagian dari ekuitas. Terdapat beberapa situasi
untuk pencatatan jurnal atas perbedaan nilai antara nilai tercatat dengan nilai wajar :
1. Jika pada revaluasi pertama nilai tercatat lebih kecil daripada nilai wajar maka
perusahaan akan mengakui adanya surplus revaluasi dengan jurnal sebagai
berikut :

Jurnal Kenaikan Revaluasi


Aset tetap xxx
Surplus revaluasi xxx

2. Jika pada revaluasi tahun pertama nilai tercatat lebih besar daripada nilai wajar
maka perusahaan akan mengakui adanya kerugian impairment dengan jurnal
sebagai berikut :

33
Jurnal Penurunan Revaluasi
Kerugian impairment xxx
Aset tetap xxx

3. Jika pada tahun kedua aset tetap mengalami penurunan nilai (nilai tercatat
lebih kecil dibanding nilai wajar) sedangkan pada tahun pertama aset tetap
mengalami kenaikan. Maka perusahaan harus mendebet surplus revaluasi
sebesar penurunan aset tetap. Namun jika penurunan lebih besar dari besar
surplus revaluasi, maka perusahaan akan mendebetkan sisanya pada kerugian
impairment.

Jurnal saat penurunan lebih kecil dibandingkan surplus revaluasi


Aset tetap xxx
Surplus Revaluasi xxx
Jurnal saat penurunan lebih besar dibandingkan surplus revaluasi
Aset tetap xxx
Kerugian impairment xxx
Surplus revaluasi xxx

4. Jika pada tahun kedua aset tetap mengalami kenaikan nilai (nilai tercatat lebih
besar dibanding nilai wajar) sedangkan pada tahun pertama aset tetap
mengalami penurunan. Maka perusahaan harus mengkreditkan kerugian
impairment (nama akun menjadi pemulihan kerugian impaiment) sebesar
kenaikan aset tetap. Namun jika kenaikan lebih besar dari besar kerugian
impairment , maka perusahaan akan mengkreditkan sisanya pada surplus
revaluasi.

Jurnal saat kenaikan lebih kecil dibandingkan kerugian impairment


Aset tetap xxx
Pemulihan kerugian impairment xxx
Jurnal saat kenaikan lebih besar dibandingkan kerugian impairment
Aset tetap xxx
Pemulihan kerugian impairment xxx
Surplus revaluasi xxx

34
Berikut ini merupakan contoh dari revaluasi aset tetap berupa tanah :
Perusahaan Sanulir membeli tanah dengan harga perolehan sebesar Rp
60.000.000 pada tahun 2017. Perusahaan menilai tanah tersebut menggunakan metode
revaluasi. Perusahaan mencatat bahwa nilai wajar tanah tiap tahun selalu berubah
sebagai berikut :

Tahun 2018 Rp 67.500.000


Tahun 2019 Rp 54.000.000
Tahun 2020 Rp 58.000.000
Tahun 2021 Rp 61.500.000

Berdasarkan ketetuan diatas maka perusahaan dapat membuat jurnal terkait


revaluasi tanah sebagai berikut :

Revaluasi Tahun 2018


Nilai tercatat tanah Rp 60.000.000
Nilai wajar tanah Rp 67.500.000
Revaluasi Rp 7.500.000

Jurnal yang dibuat :

Jurnal Revaluasi Tahun 2018


Tanah Rp 7.500.000
Surplus Revaluasi—Tanah Rp 7.500.000

Revaluasi Tahun 2019


Nilai tercatat tanah Rp 67.500.000
Nilai wajar tanah Rp 54.000.000
Revaluasi (Rp13.500.000)

Jurnal yang dibuat :

Jurnal Revaluasi Tahun 2019

35
Surplus Revaluasi—Tanah Rp 7.500.000
Kerugian Impairment Rp 6.000.000
Tanah Rp 13.500.000

Revaluasi Tahun 2020


Nilai tercatat tanah Rp 54.000.000
Nilai wajar tanah Rp 58.000.000
Revaluasi Rp 4.000.000
Jurnal yang dibuat :

Jurnal Revaluasi Tahun 2020


Tanah Rp 4.000.000
Pemulihan Kerugian Impairment Rp 4.000.000

Revaluasi Tahun 2021


Nilai tercatat tanah Rp 58.000.000
Nilai wajar tanah Rp 61.500.000
Revaluasi Rp 3.500.000

Jurnal yang dibuat :

Jurnal Revaluasi Tahun 2021


Tanah Rp 3.500.000
Pemulihan Kerugian Impairment Rp 2.000.000
Surplus Revaluasi—Tanah Rp 1.500.000

36

Anda mungkin juga menyukai