Anda di halaman 1dari 6

AKUISISI DAN DISPOSISI ASET TETAP

TOPAN TANGKE TASIK ANDILOLO


A031221096
FAKULTAS EKONOMI & BISNIS
Aktiva tetap adalah jenis aktiva yang memiliki karakteristik khusus dalam akuntansi
perusahaan. Ini merupakan aktiva tahan lama yang diperoleh untuk digunakan dalam operasi
bisnis, bukan untuk dijual kembali, seperti contohnya mesin jahit di perusahaan konveksi.
Aktiva tetap juga memiliki sifat jangka panjang, digunakan selama beberapa tahun, dan
menjadi subyek penyusutan, yang mencerminkan pengurangan nilai seiring berjalannya
waktu. Meskipun, tanah biasanya tidak mengalami penyusutan, kecuali jika terjadi penurunan
nilai material yang signifikan. Yang terakhir, aktiva tetap adalah barang berwujud yang
memiliki substansi fisik yang nyata, seperti properti (tanah dan bangunan), pabrik (struktur
bangunan seperti kantor, pabrik, gudang), dan peralatan (termasuk mesin, perabotan, dan
perkakas). Pengelolaan dan pemahaman yang baik tentang aktiva tetap sangat penting dalam
akuntansi perusahaan, karena mereka memiliki nilai material yang signifikan dan
memengaruhi laporan keuangan perusahaan, terutama melalui proses penyusutan yang
mencerminkan nilai ekonomis aktual dari aktiva tersebut.
Proses akuisisi dan penilaian properti, pabrik, dan peralatan merupakan aspek penting dalam
akuntansi perusahaan. Banyak perusahaan menggunakan biaya historis sebagai dasar untuk
menilai aktiva ini. Biaya historis mencerminkan biaya aktual yang dikeluarkan untuk
memperoleh dan mempersiapkan aktiva ke dalam kondisi yang dibutuhkan untuk
penggunaannya. Komponen yang biasanya termasuk dalam biaya historis meliputi harga beli
aktiva, ongkos angkut, pajak penjualan, dan biaya instalasi aktiva produktif. Selain itu, biaya-
biaya tambahan yang muncul setelah akuisisi, seperti perbaikan, penambahan, atau
penggantian, dapat ditambahkan jika mereka meningkatkan potensi jasa aktiva di masa
depan. Jika tidak, biaya-biaya ini dianggap sebagai beban.
Penggunaan biaya historis sebagai dasar penilaian memiliki beberapa alasan:
1. Merefleksikan Nilai Wajar pada Tanggal Akuisisi: Pada tanggal akuisisi, biaya
historis mencerminkan nilai wajar dari aktiva tersebut. Ini berarti bahwa biaya yang
dibayar oleh perusahaan saat memperoleh aktiva itu sendiri adalah titik awal yang
jelas untuk menilai nilai ekonomis saat itu.
2. Biaya Aktual yang Terukur: Biaya historis melibatkan biaya aktual yang
sesungguhnya dikeluarkan oleh perusahaan, bukan transaksi hipotetis. Ini
menjadikannya metode yang paling dapat diandalkan untuk mencatat biaya akuisisi.
3. Pengakuan Keuntungan dan Kerugian saat Realisasi: Metode ini memungkinkan
perusahaan untuk mengakui keuntungan atau kerugian yang sebenarnya saat aktiva
dijual. Ini menghindari antisipasi keuntungan atau kerugian di masa depan.
Dalam akuntansi, pengelolaan biaya terkait dengan properti, bangunan, dan peralatan
memiliki peraturan khusus. Pertama, biaya yang terkait dengan tanah termasuk harga beli,
biaya penutupan seperti sertifikat hak milik, honor pengacara, dan honor pencatatan, serta
biaya persiapan tanah seperti meratakan, menimbun, mengosongkan, dan membersihkan.
Asumsi mengenai hak gadai atau hipotik juga termasuk dalam biaya tanah, begitu juga
dengan perbaikan tanah yang memiliki umur tidak terbatas. Kedua, biaya bangunan
mencakup semua pengeluaran yang terkait dengan akuisisi dan konstruksi, seperti biaya
bahan, tenaga kerja, dan overhead selama konstruksi, serta honor professional dan izin
mendirikan bangunan. Jika terjadi penghancuran bangunan lama yang bersamaan dengan
akuisisi tanah, biaya penghancuran dikurangkan dari nilai sisanya dan dianggap sebagai
biaya penyiapan tanah.
Ketiga, biaya peralatan mencakup berbagai pengeluaran terkait dengan perolehan peralatan,
seperti harga beli, biaya pengangkutan dan penanganan, asuransi saat peralatan masih dalam
perjalanan, biaya fondasi khusus jika diperlukan, biaya pemasangan dan perakitan, serta
biaya uji coba peralatan. Semua ini adalah bagian penting dalam mengelola akuisisi dan
penilaian aktiva tetap dalam akuntansi perusahaan.
Aktiva yang Dibuat Sendiri (Self-Constructed Assets): Perusahaan memiliki dua opsi
dalam menangani biaya tidak langsung dalam pembuatan aktiva:
a. Tidak membebankan overhead tetap ke pembuatan aktiva dengan alasan bahwa overhead
tidak langsung cenderung tetap dan tidak berubah karena pembangunan pabrik atau peralatan.
b. Membebankan sebagian dari total overhead ke proses konstruksi dengan pendekatan biaya
penuh. Pendekatan ini cocok jika semua biaya dianggap terkait dengan produk dan aktiva
yang dibuat.
Biaya Bunga Selama Konstruksi: Terdapat tiga pendekatan untuk memperlakukan biaya
bunga dalam pembiayaan konstruksi properti, pabrik, dan peralatan:
a. Tidak mengkapitalisasi beban bunga selama konstruksi, menganggapnya sebagai biaya
pembiayaan, terlepas dari jenis pembiayaan yang digunakan.
b. Membebankan biaya konstruksi dengan semua biaya dana yang digunakan, termasuk
bunga, baik yang terkait maupun yang tidak terkait dengan pembiayaan.
c. Hanya mengkapitalisasi biaya bunga aktual yang terjadi selama konstruksi, terutama bunga
yang terkait dengan pembiayaan hutang.
Dalam pendekatan yang disarankan, biaya bunga aktual yang terjadi selama konstruksi
dikapitalisasi, sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterima umum (GAAP). Tiga faktor
yang perlu dipertimbangkan adalah aktiva yang memenuhi kualifikasi, periode kapitalisasi,
dan jumlah yang dikapitalisasi.
Aktiva yang Memenuhi Kualifikasi: Untuk kapitalisasi biaya bunga, aktiva harus memiliki
periode persiapan sebelum digunakan. Kapitalisasi dimulai sejak pengeluaran pertama dan
berlanjut hingga aktiva selesai. Ini termasuk aktiva yang akan digunakan atau dijual sebagai
proyek diskrit. Aktiva yang tidak memenuhi syarat mencakup yang sudah digunakan atau
yang tidak digunakan.
Periode Kapitalisasi: Dimulai saat ada:
1. Pengeluaran untuk aktiva.
2. Proses persiapan aktiva.
3. Biaya bunga terakumulasi.
Kapitalisasi bunga terus berlanjut selama kondisi tersebut ada, berakhir ketika aktiva selesai.
Jumlah yang Dikapitalisasi: Terbatas pada biaya bunga aktual terendah atau bunga yang
dapat dihindarkan. Bunga dapat dihindarkan jika pengeluaran untuk aktiva tidak dilakukan.
Biaya bunga tidak boleh mencakup biaya modal pemegang saham. Untuk menghitung
bunga yang
dapat dihindarkan, suku bunga dikalikan dengan rata-rata tertimbang dari pengeluaran
akumulatif aktiva yang memenuhi syarat selama periode tersebut.
Suku Bunga: Pemilihan suku bunga sesuai dengan jenis hutang yang dipinjam: suku bunga
pinjaman khusus atau suku bunga rata-rata tertimbang atas semua hutang beredar selama
periode berjalan.
Kapitalisasi Bunga: Meskipun umum digunakan, kapitalisasi bunga masih diperdebatkan
secara konseptual, dengan beberapa berpendapat bahwa perusahaan sebaiknya tidak
mengkapitalisasi biaya bunga sama sekali, baik yang aktual maupun tertangguh.
C. Penilaian:
1. Diskon Tunai: Terdapat dua sudut pandang. Pendekatan pertama menganggap diskon
tunai sebagai pengurang biaya aktiva karena merupakan pengurangan dari kas atau harga
ekivalen kas aktiva. Pendekatan lainnya menganggapnya sebagai pengurang biaya yang lebih
disukai dalam praktek.
2. Kontrak Pembayaran yang Ditangguhkan: Aktiva tetap yang dibeli melalui kontrak
kredit jangka panjang harus dinilai dengan nilai sekarang pertimbangan antara pihak yang
berkontrak pada tanggal transaksi, dengan mempertimbangkan suku bunga yang sesuai
dengan kondisi pasar.
3. Pembelian Lump Sum: Ketika perusahaan membeli sekelompok aktiva dengan harga
lump sum, mereka mengalokasikan biaya di antara aktiva berdasarkan nilai pasar relatifnya,
dengan asumsi bahwa biaya akan bervariasi sesuai dengan nilai wajar. Prinsip yang sama
digunakan untuk mengalokasikan biaya lump sum di antara pos-pos persediaan yang berbeda.
Dalam kasus ini, Perusahaan ABC memutuskan untuk membeli beberapa aset dari PT CDE
yang sedang dalam proses likuidasi. Aset-aset yang dibeli termasuk tanah, bangunan hotel,
dan mobil dengan harga pembelian sebesar Rp 500.000.000,00.
Untuk mengalokasikan harga beli ini, Perusahaan ABC akan menggunakan nilai pasar wajar
relatif dari masing-masing aset, karena identifikasi khusus terhadap biaya tidak praktis.
1. Tanah:
 Harga Buku: Rp 200.000.000,-
 Harga Pasar: Rp 250.000.000,00
 Selisih Nilai Pasar: Rp 250.000.000,00 - Rp 200.000.000,- = Rp 50.000.000,-
2. Bangunan Hotel:
 Harga Buku: Rp 200.000.000,-
 Harga Pasar: Rp 210.000.000,00
 Selisih Nilai Pasar: Rp 210.000.000,00 - Rp 200.000.000,- = Rp 10.000.000,-
3. Mobil:
 Harga Buku: Rp 100.000.000,-
 Harga Pasar: Rp 90.000.000,00
 Selisih Nilai Pasar: Rp 90.000.000,00 - Rp 100.000.000,- = -Rp 10.000.000,-
(Penurunan nilai)
Total Selisih Nilai Pasar: Rp 50.000.000 + Rp 10.000.000 - Rp 10.000.000 = Rp 50.000.000,-
Sehingga, Perusahaan ABC akan mengalokasikan harga beli sebesar Rp 500.000.000,-
sebagai berikut:
 Persediaan: Rp 50.000.000,-
 Penurunan Nilai Aset (Debit): Rp 10.000.000,-
 Asosiasi Aset Tidak Berwujud (Jika Ada): Sisanya
 Ini adalah cara Perusahaan ABC akan mengalokasikan harga beli berdasarkan nilai
pasar wajar relatif dari aset yang dibeli.
4. Saham dalam Akuisisi Properti: Saham dalam akuisisi properti tidak dapat diukur dengan
tepat menggunakan nilai pari atau nilai saham tersebut. Nilai pasar saham yang aktif
diperdagangkan adalah indikasi yang baik atas biaya properti.
5. Pertukaran Aktiva Nonmoneter: Akuntansi pertukaran aktiva nonmoneter bergantung
pada nilai wajar aktiva yang diberikan atau diterima, sesuai bukti yang lebih jelas.
Keuntungan atau kerugian dari pertukaran harus diakui. Pertukaran substansial mengubah
arus kas masa depan dan mempengaruhi penilaian. Kerugian harus diakui segera untuk
menghindari penilaian aset yang terlalu tinggi. Jika pertukaran substansial menghasilkan
keuntungan, biaya aktiva yang diterima dicatat pada nilai wajar dan keuntungan diakui.
6. Akuntansi Kontribusi: Perusahaan dapat menerima kontribusi dalam berbagai bentuk,
termasuk kas, sekuritas, aset, atau penghapusan hutang. Kontribusi semacam ini disebut
transfer tanpa timbal balik dan diproses sesuai dengan jenisnya.
7. Penilaian Aktiva Lainnya: Pengecualian dari biaya historis untuk akuisisi aktiva melalui
donasi atau pengecualian konsep biaya penghematan. Jika perusahaan membayar terlalu
banyak untuk suatu aktiva, harus diakui sebagai kerugian.
D. Biaya Setelah Akuisisi:
Biaya yang digunakan untuk memperoleh manfaat masa depan yang lebih besar harus
dikapitalisasi, sedangkan pengeluaran yang hanya untuk mempertahankan tingkat pelayanan
harus dianggap sebagai beban. Ada tiga kondisi yang harus dipenuhi agar biaya ini dapat
dikapitalisasi:
1. Umur manfaat aktiva harus meningkat.
2. Kuantitas unit yang diproduksi harus meningkat.
3. Kualitas unit yang diproduksi harus ditingkatkan.
Jenis-jenis Pengeluaran Utama:
1. Penambahan: Setiap penambahan pada aset tetap dikapitalisasikan karena
menciptakan aset baru yang memberikan manfaat di masa depan.
2. Perbaikan dan Penggantian: Ada dua pendekatan tergantung pada ketersediaan
informasi aset lama.
a. Pendekatan Substitusi: Dengan informasi aset lama yang cukup, biaya penggantian
dengan aset baru dapat dicatat.
b. Mencatat Biaya Baru: Dalam perbaikan, aset lama dicatat sebagai aset baru.
3. Penyusunan Kembali dan Pemasangan Kembali: Biaya ini dimaksudkan untuk
memberikan manfaat di masa depan.
4. Reparasi:
a. Reparasi Biasa: Biaya untuk mempertahankan aset dalam kondisi operasional yang baik.
b. Reparasi Besar: Diperlakukan sebagai penambahan perbaikan atau penggantian
tergantung pada manfaat yang dihasilkan.
E. Disposisi Aktiva Tetap:
Perusahaan bisa melepas aktiva tetap melalui penjualan, pertukaran, konversi terpaksa, atau
pembuangan. Penyusutan harus dihitung hingga tanggal disposisi, dan semua akun terkait
harus dihapus. Biasanya, nilai buku aset tidak sama dengan nilai pelepasan, menyebabkan
keuntungan atau kerugian.
1. Penjualan Aktiva Tetap: Penyusutan dicatat antara tanggal terakhir penyusutan dan
tanggal penjualan:
 Kas (dari penjualan)
 Akumulasi Penyusutan (total penyusutan)
 Aktiva Tetap (nilai buku)
 Keuntungan atas Pelepasan (selisih nilai pelepasan dan nilai buku)

2. Konversi Terpaksa: Ketika aset berakhir akibat kebakaran, banjir, pencurian, atau
pembebasan, selisih nilai yang dipulihkan dengan nilai buku dilaporkan sebagai
keuntungan atau kerugian, sama seperti disposisi lainnya. Terkadang ini dicatat
sebagai luar biasa.
3. Masalah Lainnya: Jika aset dibuang tanpa pemulihan kas, kerugian sejumlah nilai
buku harus diakui. Jika ada nilai sisa, keuntungan atau kerugian adalah selisih antara
nilai sisa dan nilai buku. Jika aset masih bisa digunakan tetapi sudah disusutkan
sepenuhnya, catat sebagai biaya historis dikurangi penyusutan.

Anda mungkin juga menyukai