Anda di halaman 1dari 5

resume Property, Plant, and Equipment (intermediate accounting)

karena saya belajar di jurusan akuntansi pemerintah, jadi saya sekarang


berkutat dengan yang namanya akuntansi..hhuah
saya pengen sedikit berbagi, ada tugas dari dosen resume Property, Plant,
and Equipment (kalo yang anak akun pasti tau deh)
ini yang udah berbasis IFRS, insyaAlloh :)

CHAPTER 10
ACQUSITION AND DISPOSOTION OF PROPERTY,
PLANT, DAN EQUIPMENT
Akuisisi PPE
- Beberapa perusahaan menggunakan historical cost, yaitu biaya
perolehan asset sampai asset tersebut sampai di lokasi dan siap
digunakan.
- Pada umumnya, perusahaan menggunakan cost-model, yaitu:
1. Harga pembelian, termasuk bea impor, pajak pembelian, dikurangi
diskon dan potongan penjualan.
2. Biaya untuk membawa asset ke lokasi dengan kondisi siap digunakan,
misalnya biaya pengiriman.
- Untuk periode selanjutnya, perusahaan menilai PPE dengan cost-method
atau fair value (revaluation)-method.
- Cost-method: lebih murah, karena tidak membutuhkan biaya penilaian.
- Revaluation-method: nilai asset lebih tinggi, sehingga beban depresiasi
akan menjadi lebih tinggi dan net income akan lebih kecil.
Cost of Land
- Semua pengeluaran untuk perolehan tanah dan siap digunakan, yaitu:
1. Harga pembelian
2. Biaya penutupan, seperti biaya balik nama, biaya konsultan, biaya
pencatatan.
3. Biaya yang membuat tanah pada kondisi siap digunakan, seperti
peningkatan mutu, pengisian, pengeringan, pembersihan.
4. Asumsi berhubungan dengan hak gadai, hipotek, dan pemesanan
property.
5. Beberapa tambahan perbaikan tanah (Land Improvements) dengan
umur tak terbatas.
- Penilaian khusus untuk perbaikan tertentu, seperti trotoar, lampu jalan,
selokan, dan sistem drainase dapat dicatat sebagai akun Land, karena
relative permanen. Dan ini nanti akhirnya akan dikelola oleh pemerintah.
Beberapa perbaikan tersebut harus dicatat secara terpisah dengan yang
memiliki batas umur ekonomis, seperti driveways, pagar, dan lahan parkir
yang mana akan di depresiasi.
Cost of Building
- Semua pengeluaran yang berhubungan langsung dengan akuisisi atau

konstruksi, yaitu:
1. Materials, labor, dan overhead selama konstruksi gedung.
2. Biaya profesi (arsitek), izin pembangunan.
3. Semua biaya yang dikeluarkan sampai gedung siap digunakan, misal
penghancuran gedung lama.
- Beberapa biaya yang tidak boleh dikapitalisasi dengan biaya gedung
karena tidak berhubungan langsung dengan proses penyiapan gedung,
seperti biaya pembukaan (biaya promosi pembukaan gedung), kerugian
yang terjadi saat pembangunan gedung karena penjualan rendah,
administrative expense saat pembangunan gedung.
Cost of Equipment
- Equipment terdiri dari peralatan pengiriman, peralatan kantor, mesin,
furniture dan fixture, pelengkap, perlatan pabrik, dan asset tetap lainnya.
- Biaya perolehannya yaitu:
1. Harga pembelian
2. Freight and handling charge
3. Asuransi dari equipment saat transit
4. Biaya dasar khusus jika diperlukan
5. Biaya perangkaian dan instalasi
6. Biaya trial runs (percobaan)
- Pendapatan dari penjualan barang saat penyiapan equipment sampai
siap digunakan harus dikurangkan dari biaya perolehan, misal produk
sampel saat percobaan.
Self-Constructed Assets
- Biaya tidak langsung disebut overhead (power, listrik, penerangan,
asuransi, pajak propertipabrik dan perlengkapan, supervisor pabrik,
depresiasi fixed asset, supplies) menjadi masalah, akan dapat
diselesaikan dengan 2 cara:
1. Tidak memasukkan fixed overhead ke dalam biaya konstruksi asset
Karena overhead umumnya bersifat tetap, jadi tidak akan meningkat
karena adanya konstruksi dari satu plant atau equipment. Asumsinya
bahwa perusahaan akan mengelurkan biaya yang sama saat
mengkonstruksi asset maupun tidak. Tapi, perusahaan akan tetap
mencatat overhead yang bersifat variabel.
2. Memasukkan semua overhead sesuai porsinya (portion) saat proses
konstruksi atau full-costing approach
Perusahaan memasukkan porsi dari semua overhead ke proses konstruksi
seperti halnya produksi biasa
- Perusahaan harus memasukkan overhead dengan porsi yang rata pada
biaya untuk asset tersebut, abnormal amounts (wasted material, other
resources) sebaiknya tidak dimasukkan.
Interest Costs During Construction
- Borrowing cost digunakan sebagai ganti dari interest expense.
- 3 pendekatan yang digunakan untuk mengetahui apakah bunga
termasuk dalam biaya konstruksi asset:
1. Mengapitalisasikan biaya bukan bunga sepanjang proses kontruksi,

bunga termasuk ke dalam financing cost bukan construction cost.


2. Beban konstruksi termasuk semua biaya, yang teridentifikasi atau
tidak.
3. Mengkapitalisasi hanya beban bunga actual selama konstruksi, jadi
semua biaya termasuk bunga yang dikeluarkan agar asset siap digunakan
masuk dalam construction cost.
- Untuk mengimplementasikan pendekatan ke-3 (IFRS), perusahaan harus
mempertimbangkan:
1. Qualifying asset
Aset yang dikualifikasikan dapat dikapitalisasi sebagai intereset cost
adalah asset yang digunakan untuk konstruksi (building, plant, mesin
berat) dan asset yang siap dijual atau disewakan dari konstruksi (kapal,
pengembangan real estate).
Yan g tidak dimasukkan adalah asset yang digunakan atau siap digunakan
dan asset yang tidak dugunakan untuk kegiatan operasi.
2. Capitalization period
Periode kapitalisasi interest cost, dimulai saat terjadi expenditure atas
asset, aktivitas yang berhubungan dengan penyiapan asset, munculnya
interest cost dan berakhir saat asset siap digunakan.
3. Amount to capitalize
Jumlah yang dikapitalisasi adalah Lower of Actual Interest Cost atau
Avoidable Interest.
- Persoalan khusus yang berubungan dengan Interest Capitalization
1. Expenditure of Land
Pembelian tanah untuk dikonstruksi menjadi bangunan maka masuk
dalam plant cost.
Tapi bila pengembangan tanah nantinya akan dijual atau digunakan maka
interest cost pada biaya pengembangan tanah.
Interest cost tidak dimasukkan dalam pembelian tanah yang digunakan
untuk langsung dijual karena sudah siap digunakan.
2. Interest revenue
Interest revenue yang didapat dari sekuritas yang diterbitkan perusahaan
dapat di-offset dengan interest cost saat konstruksi.
Valuation Property, Plant, and Equipment
- Perusahaan harus mencatat PPE pada FV atas asset yang diberikan atau
asset yang diterima.
- Ada beberapa persoalan dalam penilaian PPE:
1. Cash discount
Entah discount diambil atau tidak, tetap akan mengurangi biaya asset.
Real cost adalah kas dan ekuivalen kas dari harga asset.
2. Deffered-payment contract
Perusahaan sering membayar aset bangunan pada perjanjian kredit
jangka panjang dengan menggunakan surat hutang (notes), hipotek,
obligasi, atau obligasi peralatan, maka perusahaan menghitung aset yang
dibayar dengan perjanjian kredit jangka panjang dengan present value.
3. Lump-sum purchase

Pembelian asset (misal: inventory, land, building) dengan harga borongan,


maka perusahaan harus mengalokasikan total biaya dengan
perbandingan masing-masing FV dibagi total FV dikali harga borongan.
4. Issuance of shares
Pembelian asset dengan menerbitkan sekuritas, seperti saham, dicatat
sebesar harga pasar dari saham tersebut. Jika, tidak diketahui maka
menggunakan FV dari asset.
5. Exchange of non-monetary assets
Diukur berdasar FV dari asset yang diberikan atau diterima.
Bersifat komersial: mengakui gain and losses, tidak bersifat komersial:
mengakui losses.
6. Grants
Government assistance: Bantuan pemerintah dimana pemerintah sebagai
supplier produk untuk perusahaan.
Government grants: Bantuan pemerintah dimana menyediakan sumber
keuangan untuk perusahaan (kas, sekuriti, PPE, pinjaman dengan bunga
di bawah market rate, subsidi).
Untuk Grants, IFRS menggunakan Income Approach, yaitu mencatat grant
sebagai deferred grant revenue (non-current liab.) dan depresiasi nya
dicatat menjadi current liab.dalam financial position stat. dan grant
revenue for the year pada income stat.
Costs Subsequent to Acquisition
- Ada 4 keadaan yang terjadi:
1. Additions
Penambahan dikapitalisasi ke dalam asset tersebut.
2. Improvements and Replacements
Dikapitalisasi, dengan menghapus asset lama beserta depresiasinya dan
menambahkan asset baru, dengan mengakui adanya losses.
3. Rearrangement and Reorganization
Dicatat sebagai expense, tidak dikapitalisasi.
4. Repairs
Ordinary replace, dicatat sebagai expense.
Major replace, perlakuan sama dengan improvements and replacements.
Revaluation of PPE
- Ada 4 ketentuan dalam revaluasi:
1. Revaluasi lebih tinggi dari historical cost
Sebagai unrealized gain, menambah other comprehensive income.
2. Revaluasi lebih rendah dari historical cost (impairment)
Sebagai loss on impairment, mengurangi net income dan RE.
3. Peningkatan revaluasi setelah terjadi penurunan (impairment loss)
Mengkredit Recovery of Impairment Loss, menambah other
comprehensive income dan mengkredit Unrealized Gain on Revaluation.
4. Penurunan revaluasi setelah terjadi kenaikan (Unrealized Gain on
Revaluation)
Mengurangi other comprehensive income dengan menghapus unrealized
gain dan mengurangi net income, dicatat sebagai Loss on Impairment.

Anda mungkin juga menyukai