2. RUANG LINGKUP
Standar ini tidak berlaku pada:
a. property, plant and equipment yang diklasifikasikan sebagai held for sale
sehubungan dengan IFRS 5 Non-current Assets Held for Sale and
Discontinued Operations;
b. biological assets related to agricultural activity (see IAS 41 Agriculture);
c. pengakuan dan pengukuran aset eksplorasi dan evaluasi (lihat IFRS 6
Exploration untuk dan Evaluasi Sumber Daya Mineral); atau
d. hak mineral dan cadangan mineral seperti minyak, gas alam dan sumber
daya yang sama non-regenerative
Akan tetapi, standar ini berlaku bagi property, pabrik dan peralatan yang digunakan
dalam me-maintain aset yang dijelaskan pada poin b-d di atas.
Standar lainnya mungkin memerlukan pengakuan dari suatu aset tetap
berdasarkan pada pendekatan berbeda dari yang di Standard ini. Sebagai contoh,
IAS 17 Sewa membutuhkan suatu entitas untuk mengevaluasi pengakuan dari item
disewakan properti, pabrik dan peralatan atas dasar transfer risiko dan manfaat.
Namun, dalam kasus seperti aspek lain dari perlakuan akuntansi untuk aset ini,
termasuk depresiasi, yang diresepkan Standard ini.
3. PENGAKUAN
Cost dari properti, pabrik dan peralatan harus diakui sebagai aset jika:
a. besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa depan berkenaan dengan
aset tersebut akan mengalir ke entitas; dan
b. biaya aset dapat diukur secara andal
Suku cadang dan peralatan servis biasanya dilakukan sebagai persediaan dan
diakui dalam laporan laba rugi sebagai dikonsumsi. Namun, suku cadang utama dan
standby peralatan memenuhi syarat sebagai properti, pabrik dan peralatan ketika
entitas mengharapkan untuk menggunakannya selama lebih dari satu periode.
Demikian pula, jika suku cadang dan servis peralatan hanya dapat digunakan
sehubungan dengan suatu aset tetap, mereka dicatat untuk sebagai properti, pabrik
dan peralatan.
Standar ini tidak menetapkan satuan ukuran untuk pengakuan, yaitu apa
yang merupakan suatu aset, pabrik dan peralatan. Dengan demikian, penilaian
diperlukan dalam menerapkan kriteria pengakuan untuk spesifik entitas keadaan.
Mungkin tepat untuk agregat item individual tidak signifikan, seperti cetakan, alat
dan meninggal, dan untuk menerapkan kriteria untuk nilai agregat.
Entitas mengevaluasi sesuai prinsip pengakuan ini bahwa semua biaya
properti, pabrik dan peralatan yang pada saat itu terjadinya. Biaya ini meliputi biaya
yang dikeluarkan awalnya untuk memperoleh atau membangun suatu aset, tetap
dan biaya yang dikeluarkan kemudian untuk menambah, mengganti bagian dari,
atau layanan itu.
Contoh biaya yang tidak termasuk dalam biaya aset tetap adalah:
a) biaya pembukaan fasilitas baru;
b) Biaya memperkenalkan produk baru atau jasa (termasuk biaya iklan dan
kegiatan promosi);
c) biaya melakukan bisnis di lokasi baru atau dengan kelas baru pelanggan
(termasuk biaya pelatihan staf); dan
d) administrasi dan biaya overhead umum lainnya.
Pengakuan biaya dalam jumlah tercatat suatu aset tetap dihentikan pada
saat item di lokasi dan kondisi yang diperlukan untuk itu untuk mampu beroperasi
dengan cara yang dimaksudkan oleh pengelolaan. Oleh karena itu, biaya yang
dikeluarkan dalam menggunakan atau redeploying item tidak termasuk dalam
dukung jumlah item. Sebagai contoh, biaya berikut ini tidak termasuk dalam jumlah
tercatat pada item properti, pabrik dan peralatan:
a. biaya yang muncul ketika item yang beroperasi dengan cara yang
dimaksudkan oleh manajemen belum akan mulai digunakan atau
dioperasikan kurang dari kapasitas penuh.
b. kerugian operasional awal, seperti yang terjadi saat permintaan untuk output
item membangun; dan
c. biaya relokasi atau mengorganisir sebagian atau seluruh operasi entitas.
b. Pembelian Angsuran
Ada kalanya aset tetap di peroleh dengan cara pembelian angsuran. Dalam
hal demikian, kontrak pembelian dapat menyebutkan bahwa pembayaran dapat
dilakukan dalam sekian kali angsuran. Harga perolehan aset tidak boleh termasuk
bunga. Bunga selama masa angsuran baik yang jelas-jelas dinyatakan dalam
kontrak maupun tidak dinyatakan tersendiri, harus dikeluarkan dari harga perolehan
dan dibebankan sebagai beban bunga.
Ilustrasi 2.2. Suatu kendaraan dibeli dengan harga Rp 150.000.000. jumlah ini akan
dibayar selama 5 kali angsuran bulanan dan terhadap saldo yang belum dibayar,
perusahaan dibebani bunga sebesar 10% setahun.
Ayat jurnal yang dibuat pada waktu pembelian adalah:
(D) Kendaraan Rp 150.000.000
(K) Utang Angsuran Rp 150.000.000
Pada waktu membayar angsuran pertama, jumlah yang harus dibayar dihitung:
Angsuran Bulanan Rp 150.000.000 5 Rp 30.000.000
Bunga selama sebulan untuk saldo yang belum
dibayar 1/12 x 10% x Rp 150.000.000 Rp 1.250.000
Jumlah yang harus dibayar Rp 31.250.000
Ayat jurnal yang harus dibuat untuk pembayaran ini adalah sebagai berikut:
(D) Utang Angsuran Rp 30.000.000
(D) Beban bunga Rp 1.250.000
(K) Kas Rp 31.250.000
Jika kas adalah 25% atau lebih besar daripada nilai wajar pertukaran, maka
seluruh keuntungan harus diakui.
Untuk penjelasan lebih lanjut mengenai jenis-jenis transaksi pertukaran aset
yang berbeda, berikut ini akan dibahas berbagai situasi kerugian dan keuntungan
dari pertukaran aset.
Rp 15 .000.000
x Rp 30.000.000 = Rp 5.000.000
Rp 15.000.000 + Rp 75.000.000
b. Revaluation Model
Dengan metode ini setelah aset tetap diakui sebagai aset tetap, suatu aset
tetap yang nilai wajarnya dapat diukur secara andal harus dicatat pada jumlah
revaluasian, yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi
penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai yang terjadi setelah tanggal
revaluasi.
DEPRESIASI
Setiap bagian dari suatu aset tetap dengan biaya yang signifikan dalam
kaitannya dengan total biaya item harus disusutkan secara terpisah. Entitas
mengalokasikan jumlah awalnya diakui sehubungan item properti, pabrik dan
peralatan untuk bagian-bagian penting dan disusutkan secara terpisah masing-
masing bagian tersebut. Sebagai contoh, mungkin tepat untuk terdepresiasi secara
terpisah badan pesawat dan mesin pesawat udara, baik yang dimiliki atau
dikenakan sewa pembiayaan. Demikian pula, jika suatu entitas memperoleh aktiva
tetap tunduk sewa operasi di mana ia adalah lessor, mungkin tepat untuk
terdepresiasi secara terpisah jumlah tercermin dalam biaya item yang disebabkan
menguntungkan atau tidak menguntungkan jangka waktu relatif terhadap kondisi
pasar.
Metode penyusutan yang digunakan untuk aktiva tetap ditelaah ulang secara
periodik dan jika terdapat suatu perubahan signifikan dalam pola pemanfaatan
ekonomi yang diharapkan dari aktiva tersebut, metode penyusutan harus diubah
untuk mencerminkan perubahan pola tersebut. Perubahan metode penyusutan
harus diperlakukan sebagai suatu perubahan kebijakan akuntansi dan dilaporkan
sesuai dengan PSAK No.25 dan beban penyusutan untuk periode sekarang dan
masa yang akan datang harus disesuaikan. Apabila manfaat keekonomian suatu
aktiva tetap tidak lagi sebesar jumlah tercatatnya maka aktiva tersebut harus
dinyatakan sebesar jumlah yang sepadan dengan nilai manfaat keekonomian yang
tersisa. Penurunan nilai kegunaan aktiva tetap tersebut dilaporkan sebagai
kerugian.
b. Metode Depresiasi
Berbagai metode penyusutan dapat digunakan untuk mengalokasikan jumlah
yang dapat disusutkan dari aset pada sistematis dasar selama masa manfaatnya.
Metode ini termasuk metode garis lurus, metode saldo berkurang dan metode unit
produksi. Hasil garis lurus depresiasi biaya konstan selama masa manfaat dari nilai
sisa aset tidak berubah. Hasil metode saldo berkurang dalam muatan menurun
selama masa manfaat. Unit hasil metode produksi biaya berdasarkan penggunaan
diharapkan atau output. Entitas memilih metode yang paling dekat mencerminkan
ekspektasi pola konsumsi masa depan manfaat ekonomi diwujudkan dalam aset.
Metode yang diterapkan secara konsisten dari periode ke periode kecuali ada
perubahan dalam pola yang diharapkan dari konsumsi manfaat ekonomi masa
depan.
Ilustrasi 2.8. Perusahaan membeli sebuah mesin pada tanggal 2 januari 2014
dengan harga perolehan Rp 80.000.000. umur ekonomis mesin tersebut
diperkirakan 5 tahun dengan nilai sisa Rp 10.000.000.
Beban penyusutannya adalah:
Harga Perolehan Aset Nilai Residu
Beban Penyusutan Pertahun =
Masa Manfaat atau Umur Ekonomis Aset
Rp 80.000.000 Rp 10.000.000
Beban Penyusutan Pertahun =
5
= Rp 14.000.000
Ayat jurnal untuk mencatat beban penyusutan pertahun tersebut adalah sebagai
berikut:
(D) Beban Penyusutan Rp 14.000.000
(K) Akumulasi Penyusutan Rp 14.000.000
Karena metode garis lurus menghendaki beban penyusutan yang sama pada
setiap periode, maka skedul penyusutan akan terlihat seperti tabel dibawah ini:
Tabel 2.1 Skedul Penyusutan Metode Garis Lurus
100%
( x 2)
Umur Ekonomis
Ilustrasi 2.9. Pada tanggal 2 januari perusahaan membeli kendaraan dengan harga
perolehan Rp 100.000.000. Umur ekonomis kendaraan tersebut diperkirakan 4
tahun dengan nilai sisa Rp 5.000.000
100%
Tarif Penyusutan =
x2 = 50 %
4
Beban Akumulasi
Tahun Nilai Buku
Penyusutan Penyusutan
Rp 100.000.000
Ayat jurnal untuk mencatat beban penyusutan tahun pertama adalah sebagai
berikut:
(D) Beban Penyusutan Rp 50.000.000
(K) Akumulasi Penyusutan Rp 50.000.000
Sesuai dengan perhitungan dan tabel skedul penyusutan metode saldo
menurun di atas, beban penyusutan tahun kedua dihitung berdasarkan nilai buku
awal tahun atau harga perolehan dikurang dengan akumulasi penyusutan pada saat
itu, di kali dengan tarif penyusutan yang telah ditetapkan.
Dalam metode saldo menurun, tarif penyusutan dihitung dengan tidak
memperhatikan adanya nilai sisa. Namun, aset tetap tidak boleh disusutkan sampai
dibawah nilai sisa. Oleh karena itu penyusutan yang dilakukan pada tahun keempat
dengan nilai buku kendaraan sebesar Rp 12.500.000 tidak dapat dikalikan dengan
tarif penyusutan sebesar 50% yang akan menghasilkan beban penyusutan sebesar
Rp 6.250.000. Jika jumlah penyusutan tersebut dicatat sebagai beban penyusutan,
maka pada tahun akhir kelima nilai buku kendaraan menjadi Rp 6.250.000. Nilai sisa
yang diperkirakan semula adalah sebesar Rp 7.500.000. berdasarkan ketentuan itu,
maka beban penyusutan pada tahun keempat sebesar Rp 5.000.000 yang dihitung
dari nilai buku Rp 12.5000.000 dikurangi nilai sisa Rp 7.500.000.
Beban Penyusutan =
(Produksi Aktual
Kapasitas Produksi
x 100 % ) x (Harga perolehan-Nilai Sisa)
Ilustrasi 2.10. perusahaan membeli sebuah mesin pada tanggal 2 januari dengan
harga perolehan Rp 60.000.000 dan memiliki estimasi jam kerja 12.000 jam dengan
nilai sisa Rp. 6.000.000. dari akhir tahun pertama sampai akhir tahun terakhir masa
pakai mesin tersebut adalah 3000 jam, 4000 jam, 3000 jam dan 2000 jam.
Beban penyusutan tahun pertama = 3000/12.000 x 100% = 25%
= 25% x (Rp 60.000.000 Rp 6.000.000)
= Rp 13.500.000
Beban penyusutan tahun kedua = 4000/12.000 x 100% = 33,33%
= 33,33% x (Rp 60.000.000 Rp 6.000.000)
= Rp 17.998.200
Beban penyusutan tahun pertama = 3000/12.000 x 100% = 25%
= 25% x (Rp 60.000.000 Rp 6.000.000)
= Rp 13.500.000
Beban penyusutan tahun pertama = 2000/12.000 x 100% = 16,67%
= 16,67% x (Rp 60.000.000 Rp 6.000.000)
= Rp 9.001.800
Tabel 2.3 Skedul Penyusutan Metode Jumlah Unit Produksi
Beban Akumulasi
Tahun
Penyusutan Penyusutan Nilai Buku
Rp 60.000.000
7. PENGHENTIAN PENGAKUAN
Nilai tercatat suatu aset tetap harus dihentikan pengakuannya:
a. Pada saat disposal, atau
b. saat tidak ada manfaat ekonomis masa depan yang diharapkan dari
penggunaan atau pelepasannya.
Laba atau rugi yang timbul dari penghentian pengakuan suatu aset tetap
harus termasuk dalam laporan laba rugi ketika aset tersebut diakui (kecuali IAS 17
mengharuskan sebaliknya pada penjualan dan penyewaan kembali). Keuntungan
tidak akan diklasifikasikan sebagai pendapatan. Laba atau rugi yang timbul dari
penghentian pengakuan suatu aset tetap harus ditentukan sebagai perbedaan
antara jumlah neto hasil pelepasan, jika ada, dengan jumlah tercatat dari barang.
Rp 40.000.000 Rp 4.000.000
Beban Penyusutan = x 6 / 12
4
= Rp 4.500.000
Ayat jurnal penyusutan dengan metode garis lurus pada tanggal 30 Juni 2012
adalah:
(D) Beban Penyusutan Rp 4.500.000
(K) Akumulasi Penyusutan Rp 4.500.000
Keuntungan atas penjualan peralatan tersebut adalah sebagai berikut:
Kas yang diterima dari penjualan aset Rp
25.000.000
Nilai buku pada saat penjualan:
Harga perolehan Rp 40.000.000
Akumulasi Penyusutan:
Penyusutan tahun 2010 Rp 9.000.000
Penyusutan tahun 2011 Rp 9.000.000
Penyusutan tahun 2012 Rp 4.500.000
(Rp 22.500.000)
Nilai buku mesin Rp 17.500.000
Keuntungan atas penjualan aset Rp
7.500.000
Aset tetap yang sudah tidak memiliki manfaat dapat dihapuskan. Hal ini
terjadi jika aset tetap tidak dapat dijual atau dipertukarkan. Dengan dihapuskannya
aset tetap berarti aset tetap tersebut harus dikeluarkan dari pembukuan.
Ilustrasi 2.12. Beban penyusutan akhir tahun baru saja dicatat untuk peralatan
dengan harga pokok Rp 70.000.000 tanpa nilai residu. Maka akumulasi penyusutan
peralatan tersebut berjumlah Rp 70.000.000.
8. PENGUNGKAPAN
Terkait Property, Plant dan Equipment, Laporan keuangan harus mengungkapkan:
a. dasar pengukuran yang digunakan untuk menentukan jumlah tercatat bruto
b. metode depresiasi yang digunakan
c. masa manfaat dari tarif penyusutan yang digunakan;
d. jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan (agregat dengan akumulasi
kerugian penurunan nilai) pada awal dan akhir periode; dan
e. rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan:
penambahan
aset diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual atau termasuk dalam
kelompok pembuangan diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual sesuai
dengan IFRS 5 dan pelepasan lainnya
akuisisi melalui kombinasi bisnis
bertambah atau berkurang akibat revaluasi bawah paragraf 31, 39 dan 40
dan dari kerugian penurunan nilai diakui atau terbalik di pendapatan
komprehensif lain sesuai dengan IAS 36;
kerugian penurunan nilai diakui dalam laporan laba rugi sesuai dengan IAS
36
depresiasi
selisih kurs bersih yang timbul dari penjabaran laporan keuangan dari
mata uang fungsional dalam suatu mata uang pelaporan yang berbeda,
perubahan lainnya