Anda di halaman 1dari 39

AKUNTANSI PAJAK

AKTIVA TETAP
DAN PENYUSUTAN
TRINIK SUSMONOWATI
Aset Tetap merupakan asset yang memiliki
manfaat lebih dari satu tahun digunakan
ASET TETAP dalam kegiatan operasi penghasilan dalam
menghasilkan pendapatan dan memberikan
keuntungan finansial jangka panjang
Ketentuan Akuntansi : PSAK 16 Aset Tetap
Aset tetap adalah asset berwujud yang :
1. Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau
PENGERTIAN penyediaan barang atau jasa, untuk di
rentalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan
DAN administrative; dan
2. Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari
CIRI ASET TETAP satu periode
Secara umum asset tetap adalah property yang
digunakan sendiri
Ciri asset tetap :
• Beruwjud (tangible)
• Digunakan dalam usaha dan bukan untuk dijual
kembali
• Jangka panjang dan nilainya disusutkan
1. Pembelian (Tunia/Kredit)
CARA 2. Perolehan melalui pembiayaan (Leasing)
PEROLEHAN 3. Aset yang dibangun sendiri
4. Pertukaran
ASET TETAP 5. Donasi atau Hibah
Cara Perolehan Aktiva Tetap Berwujud
Pengakuan & Pengukuran Awal Aset Tetap

• Biaya yang dikeluarkan untuk perolehan aset tetap harus diakui sebagai aset jika dan
hanya jika:
 Besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa depan berkenaan dengan aset
tersebut akan mengalir ke entitas; dan
 Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal.
• Biaya perolehan (cost) adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau dinilai
wajar dari imbalan lain yang diserahkan untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan
atau kontruksi, bila dapat diterapkan, jumlah yang didistribusikan pada aset saat pertama
kali diakui sesuai dengan persyaratan tertentu dalam PSAK.
Komponen
Aset Tetap diukur sebesar Biaya Perolehan, dengan
biaya komponen sebagai berikut :
• Harga perolehan (Purchase Price), termasuk bea
perolehan impor dan pajak pembelian yang tidak boleh
dikreditkan setelah dikurangi diskon pembelian dan
aset tetap potongan-potongan lain.
• Biaya-biaya yang dapat di distribusikan secara
(Paragraf 16 langsung untuk membawa aset ke lokasi dan kondisi
yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai
PSAK No. 16 dengan keinginan dan maksud manajemen.
• Estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan
Revisi 2007) aset tetap dan restorasi lokasi aset. Kewajiban biaya-
biaya tersebut timbul pada saat aset diperoleh atau
karena entitas menggunakan aset selama periode
tertentu yang bertujuan selain menghasilkan
persediaan. (dismantling cost)
JENIS DAN HARGA PEROLEHAN ASET TETAP-1

Prinsip Harga Historis (Historical Cost)


Pasal 10 UU PPh menunjukkan bahwa PPh menganut prinsip harga historis dalam menentukan penghasilan dan biaya, hal ini sesuai dengan
yang dianut akuntansi. Berikut ini berapa contoh mengenai komponen yang menyusun harga perolehan aktiva tetap berwujud
1. Tanah
Harga perolehan dari tanah meliputi:
 Harga Beli,
 Bea Balik Nama,
 Biaya Notaris,
 Komisi Broker,
 PBB yang belum dilunasi oleh pemilik lama.
Bila perusahaan membeli sebidang tanah dengan bangunan di atasnya tapi perusahaan tidak menginginkan bangunan tersebut dan
berniat untuk menghancurkannya, maka biaya yang dikeluarkan untuk menghancurkan gedung, pembersihan, dan perataan sampai
tanah tersebut siap digunakan masuk dalam harga perolehan atas tanah, sedangkan penjualan dari puing-puing bangunan yang masih
bisa dijual merupakan pengurang dari harga perolehan atas tanah.
JENIS DAN HARGA PEROLEHAN ASET TETAP-2

2. Pengembangan Tanah
Pengembangan tanah adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk mengembangkan tanah tersebut sampai tanah tersebut berfungsi
seperti yang direncanakan.
Contohnya adalah pembuatan lapangan parkir. Biaya-biaya yang termasuk harga perolehan dari pengembangan tanah adalah
pengaspalan atau pem-pavingan, lampu, dan pembuatan pembatas atau pagar. Di dalam aturan perpajakan pengembangan tanah
termasuk kelompok bangunan.
3. Bangunan
Harga perolehan gedung meliputi semua biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk membeli atau membangun gedung atau bangunan.
Bila perusahaan membeli gedung, maka harga perolehan meliputi harga beli, komisi makelar, dan biaya notaris. Harga perolehan juga
termasuk biaya yang dikeluarkan sampai gedung siap untuk digunakan seperti desgn ulang ruangan, memperbaiki atap, lantai, sirkuit
listrik, dan saluran pembuangan, Sedangkan bila perusahaan membangun sendiri, biaya yang termasuk harga perolehan adalah biaya
bahan bangunan, biaya arsitek, IMB dan bunga bila pembiayaannya menggunakan pinjaman.
4. Peralatan
Harga perolehan peralatan meliputi semua biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan sampai peralatan tersebut siap digunakan. Biaya
tersebut meliputi
 harga beli,
 Pajak atau bea yang tidak dapat dikreditkan
 ongkos angkut/ biaya transportasi
 Asuransi selama pengiriman barang
 biaya instalasi, dan baya penyiapan tempat untuk melakukan instalasi
 biaya pengetesan. peralatan
JENIS DAN HARGA PEROLEHAN ASET TETAP-3

Penggantian Aset, seperti suku cadang utama dan peralatan siap pakai, akan
menambah asset tetap, jika :
Memenuhi kriteria asset (memiliki masa manfaat lebih dari satu periode
dan di ukur secara andal)
Komponen yang diganti tidak lagi di catat sebagai asset
Sedangkan biaya pemeliharaan dan perbaikan, seperti perawatan dan suku
cadang kecil, diakui sebagai beban di laporan laba rugi periode berjalan.
Ketentuan Pajak Aset Tetap-1

Aset tetap adalah asset berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai
atau yang dibangun sendiri yang memenuhi kriteria sebagai berikut :
• Dimiliki dan dipergunkan dalam usaha atau yang dimiliki untuk
mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan dengan suatu masa
manfaat yang lebih dari satu tahun
• Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam kegiatan usaha normal
Ketentuan pasal 10 ayat 1 UU PPh mengatur bahwa harga perolehan atau
harga penjualan dalam hal terjadi jual beli harta yang tidak dipengaruhi
hubungan istimewa adalah jumlah yang sesungguhnya dikeluarkan atau
diterima, sedangkan apabila terdapat hubungan istimewa adalah jumlah
yang seharusnya dikeluarkan atau diterima.
Ketentuan Pajak Aset Tetap-2

Aset tetap terbagi atas :


1. Aset yang tidak dapat disusutkan, seperti tanah, kecuali apabila nilai tanah tersebut
berkurang karena penggunaan untuk memperoleh penghasilan
2. Aset yang dapat disusutkan, seperti bangunan, mesin, perlengkapan dan peralatan
kantor, kendaraan bermotor serta peralatan lainnya

• Harga Perolehan Tanah, tanpa membeda-bedakan jenis hak atas tanah tersebut, meliputi
biaya pembelian tanah dan pemotongan tanah, kecuali biaya pengurusan perijinan
pemindahan atau perpanjangan hak yang merupakan asset tak berwujud.
• Apabila biaya pembelian tanah tidak dapat dipisahkan dari biaya pengurusan perijinan
hak, maka seluruh biaya tersebut dibukukan sebagai harga perolehan tanah
Contoh – Perolehan Aset Tetap melalui
pembelian Impor

• Berikut daftar biaya-biaya yang dikeluarkan dalam rangka perolehan mesin baru
No Uraian Jumlah Pengeluaran Biaya Perolehan Mesin Kredit Pajak Beban Usaha*
1 Harga Beli Mesin 5.000.000.000 5.000.000.000
2 Biaya Jasa Interior ruangan penggunaan Mesin 50.000.000 50.000.000
3 Biaya Penyiapan Lokasi Pabrik 100.000.000 100.000.000
4 Biaya Pengiriman Mesin 80.000.000 80.000.000
5 PPN Impor 500.000.000 500.000.000
6 Bea Masuk Impor 500.000.000 500.000.000
7 Biaya Promosi Produk Baru 800.000.000 800.000.000
8 Biaya Instalasi Mesin 120.000.000 120.000.000
9 Biaya Pengetesan Mesin 50.000.000 50.000.000
10 Biaya Grand Opening 130.000.000 130.000.000
11 Biaya Tenaga engineering 30.000.000 30.000.000
Biaya administrasi yang dimasukkan sebagai biaya
12 overhead 25.000.000 25.000.000
Jumlah 7.385.000.000 5.930.000.000 500.000.000 955.000.000
* Biaya yang tidak berhubungan langsung dengan perolehan dan pemasangan mesin pabrik dimasukkan sebagai beban usaha dalam laporan laba rugi
Mesin 5.930.000.000

Contoh – Perolehan PPN Masukan 500.000.000

Aset Tetap Beban Usaha 955.000.000

Kas / Utang 7.385.000.000


Jurnal untuk mencatat transaksi
tersebut adalah :
Contoh 2 – Perolehan Aset Tetap melalui biaya
Pembongkaran – Dismantling cost

• PT A menyewa sebuah Gedung selama 5 tahun terhitung tahun 2019. perusahaan mengeluarkan dana sebesar
Rp. 800.000.000 untuk membuat partisi ruangan sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
• Dalam kontrak sewa disebutkan bahwa perusahaan harus mengembalikan (restorasi) ruangan seperti kondisi
awal (semula) jika masa sewa berakhir, estimasi biaya untuk melakukan restorasi adalah Rp. 50.000.000,- dengan
tingkat bunga yang berlaku adalah 5%
• Berapakah biaya perolehan partisi?
Biaya Partisi Rp. 800.000.000
Estimasi biaya restorasi :
Rp. 50.000.000 X (PV n=5th, i=5% = 0,78353)  1/(1 +5%)^5 Rp. 39.176.500 -
Biaya Perolehan Partisi Rp. 839.176.500
Contoh 2 – Perolehan Aset Tetap melalui biaya
Pembongkaran

Partisi Ruangan*) 839.176.500

*) Perolehan asset tetap (Partisi ruangan) dapat


Kas 800.000.000 dilakukan penyusutan

Utang Biaya Restorasi 39.176.500


Contoh -3
Perolehan Aset Tetap dengan Pihak Berelasi

PT A (PKP) menjual mesin ke PT B (PKP) dengan harga Rp. 10.000.000 tidak termasuk PPN. Harga pasar diketahui
Rp. 12.000.000,- PT A memegang saham 30% dari PT B
Jurnal PT B
Mesin 10.000.000*
PPN Masukan 1.100.000*
Kas / Bank 11.100.000
* Karena PT A dan PT B memiliki hubungan istimewa, harga jual mesin tidak sesuai dengan harga pasar. Untuk
tujuan perpajakan harga mesin dikoreksi menggunakan harga pasar sebesar Rp. 12.000.000, sehingga nilai mesin
menjadi kurang catat sebesar Rp. 2.000.000 dan nilai PPN kurang catat sebesar Rp. 220.000. efek lebih lanjut,
mesin yang menjadi dasar penyusutan secara pajak adalah sebesar Rp. 12.000.000 sedangkan PPN kurang di
pungut oleh PT A atau PPN yang harus dibayar PT B sebesar Rp. 220.000
Perolehan Aset Tetap Melalui
Pembiayaan (Leasing)
• Ketentuan Akuntansi : PSAK 73 (Pengganti PSAK 30)
Sewa guna usaha (Leasing) adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk
penyediaan barang modal secara sewa guna usaha dengan hak opsi
(Finance Lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (Operating
lease) untuk di gunakan oleh Lessee (Penyewa) selama jangka waktu
tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala.
Menurut ketentuan PSAK 73, entitas penyewa diwajibkan untuk
mencatat seluruh sewa, baik sewa dengan hak opsi (finance lease)
ataupun sewa tanpa hak opsi (operating lease), Sebagai finance lease di
laporan posisi keauangan (neraca) dan melakukan amortisasi secara
periodic
Dikecualikan dari PSAK 73 adalah untuk sewa masa jangka pendek
ataupun untuk asset yang bernilai rendah
PERLAKUKAN AKUNTANSI : ASET TETAP MELALUI
PEMBUAYAAN (LEASING)

Perlakuan Akuntansi untuk Finance Lease


1. Transaksi sewa dicatat sebagai asset tetap dan kewajiban pada awal masa sewa
sebesar nilai tunai dari seluruh pembayaran ditambah nilai sisa (harga opsi) yang harus
dibayar pada akhir masa sewa guna usaha
2. Setiap pembayaran sewa dicatat sebagai angsuran pokok kewajiban dan beban bunga
3. Aset yang di sewa guna usahakan harus diamortisasi dalam jumlah wajar berdasarkan
taksiran masa manfaatnya
4. Kewajiban sewa guna usaha harus disajikan sebagai kewajiban lancar dan jangka
panjang
Ketentuan Pajak :

Ketentuan Perlakukan terhadap asset pembiayaan (Leasing)


Pajak : Aset terdapat perbedaan antara PSAK 73 dengan
ketentuan perpajakan
Tetap melalui
pembiayaan Menurut Keputusan Menteri Keuangan No.
1169/KMK.01/1991 dalam pasal 2 ayat (1)
(leasing) menjelaskan aktivitas sewa dibedakan menjadi
2(dua), yaitu :
• Sewa Guna Usaha dengan hak Opsi (Finance Lease)  SGU
dengan Hak Opsi
• Sewa Guna Usaha tanpa hak Opsi (Operating Lease)  SGU
tanpa Hak Opsi
Ketentuan Pajak : 1. Persyaratan SGU dengan Hak Opsi (finance Lease) sesuai pasal 3 sebagai
Sewa Guna Usaha berikut :
a. Jumlah pembayaran selama masa SGU ditambah dengan nilai sisa asset,
dengan hak Opsi dapat menutup harga perolehan asset dan keuntungan lessor
b. Masa SGU ditetapkan sekurang-kurangnya 2tahun untuk barang modal
(Finance Lease) Golongan I, 3tahun untuk barang modal Golongan II dan III dan 7 tahun
untuk golongan bangunan

 SGU dengan c. Perjanjian SGU memuat ketentuan mengenai opsi bagi Lessee
2. Penyerahan dikecualikan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Hak Opsi 3. Lessee tidak boleh melakukan penyusutan atas asset yang disewa guna usaha
4. Setelah lessee menggunakan hak opsi, penyusutan dapat dilakukan
menggunakan dasar penyusutan adalah nilai sisa (residual value) asset
tersebut
5. Jumlah SGU yang dibayar oleh Lessee, kecuali pembebanan atas tanah,
merupakan biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan
6. Lessee tidak memotong Pajak Penghasilan Pasal 23 atas pembayaran bunga
SGU
Ketentuan Pajak : 1. Persyaratan SGU tanpa Hak Opsi (Operating Lease) sesuai
Pasal 4 sebagai berikut :
Sewa Guna a. Jumlah pembayaran selama masa SGU tidak dapat
menutupi harga perolehan barang modal yang
Usaha tanpa hak disewagunausahakan ditambah keuntungan yang
diperhitungkan oleh lessor;
Opsi (Operating b. Perjanjian SGU tidak memuat ketentuan mengenai
Lease)  SGU ospi bagi lessee
2. Penyerahan terhutang PPN
tanpa Hak Opsi 3. Jumlah Pembayaran SGU tanpa Hak Opsi yang dibayar oleh
Lessee adalah biaya yang dapat dikurangkan dari
penghasilan
4. Lessee wajib memotong PPH Pasal 23 atas pembayaran
SGU Tanpa Hak Opsi
Contoh : PT ABC membeli mesin Pabrik dengan melalui angsuran. Uang
muka yang dibayarkan sebesar Rp. 500.000.0000. angsuran
5tahun yang dibayarkan sebesar Rp. 200.000.000 per tahun.
Perolehan Tingkat bunga yang berlaku 12%.

Aset Tetap Tentukan harga perolehan mesin pabrik


Nilai uang muka Rp. 500.000.000
Melalui Nilai Tunai angsuran

Pembiayaan 200.000.000 x (PVOA i=12%, n=5)


200.000.000 x 3,60478 Rp. 720.956.000
(Leasing) Nilai Perolehan mesin Pabrik Rp. 1.220.956.000
Penyelesaian
Jurnal Perolehan Mesin – Leasing* 1.220.956.000
Kas 500.000.000
Utang Pembiayaan 720.956.000

Jurnal Pembayaran Angsuran 1 Utang Pembiayaan** 113.485.280


Beban bunga*** 86.514.720
Kas 200.000.000
Perhitungan
Jumlah Angsuran 200.000.000
Bunga Angsuran 86.514.720
12%*720.956.000
Pokok Angsuran 113.485.280
Jurnal Pembayaran Angsuran 2 Utang Pembiayaan 127.103.514
Beban bunga 72.896.486
Kas 200.000.000
Perhitungan
Jumlah Angsuran 200.000.000
Bunga Angsuran 72.896.486
12%*607.470.720
Pokok Angsuran 127.103.514

Ketentuan Pajak :
* Perolehan mesin secara leasing ini termasuk jenis Finance Lease, karena mesin masuk kelompok barang modal
Golongan II dengan masa sewa guna usaha lebih dari 3tahun. Tidak terutang PPN
* Harga Perolehan mesin ini tidak dapat disusutkan. Jika dilakukan penyusutan, maka terhadap nilai penyusutan akan
dilakukan koreksi fiscal positif saat penghitungan pajak akhir tahun pajak
**Pembayaran angsuran leasing merupakan biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto lessee.
Pembebanan biaya ini merupakan koreksi fiscal negative saat penghitungan pajak akhir tahun pajak
***Pembebanan beban Bunga ini tidak dipotong pph pasal 23
Pada tanggal 31 Oktober 2019 Perusahaan melakukan pembelian
angsuran terhadap 2 Unit mobil Daihatsu sebagai kendaraan
operasional yang digunakan untuk mengangkut pasir, batu, kayu, dan
bahan material lainnya untuk pengerjaan proyek.
Contoh : Berikut ini merupakan rincian biaya untuk pembelian 1 unit Mobil
Daihatsu :
Perolehan Harga OTR 1 (unit) Daihatsu + Dump = 332.000.000
Dengan rincian
Aset Tetap Harga sudah termasuk PPN 10% Rp. 258.500.000

Melalui Biaya Pengurusan Surat


Dump Truck
Rp. 31.500.000
Rp. 42.000.000
Pembiayaan Perhitungan untuk 2 Unit Kendaraan :
Harga Mobil Rp. 258.500.000 x 100/110 = 235.000.000 x 2 Unit Rp. 470.000.000
(Leasing) PPN Rp. 10% X 470.000.000 47.000.000
Biaya Pengurusan Surat Rp. 31.500.000 x 2 63.000.000
Dump Truck Rp. 42.000.000 X 2 84.000.000
Total 664.000.000
Rincian Pembayaran untuk 1 Unit

Contoh : Uang Muka 30% dari Rp. 332.000.000


Biaya-Biaya :
Rp. 99.600.000

Perolehan Angsuran 1 Rp. 11.029.400

Aset Tetap (Pokok Rp. 9.683.334, Bunga Rp. 1.346.066)*


Biaya Provisi Rp. 581.000
Melalui Biaya Fidusia Notaris Rp. 300.000

Pembiayaan Biaya Administrasi


Premi Asuransi (TLO)
Rp. 1.000.000
Rp. 6.753.000
(Leasing) Total uang muka untuk 1 Unit Rp. 119.263.400
Total uang Muka untuk 2 Unit Rp. 238.526.800
Penyelesaian
Jurnal Pembayaran Uang Muka Uang Muka Pembelian_Kendaraan 238.526.800
Kas/Bank 238.526.800

Jurnal Pengakuan Aset Tetap Aset Tetap_Kendaraan 664.000.000


Beban Administrasi
(581.000+300.000+1.000) x 2 unit 3.762.000
Beban Asuransi Kendaraan
6.753.000 X 2 Unit 13.506.000
Hutang Pembiayaan
Angsuran 1 = 9.683.334 x 2 Unit 13.506.000
Beban Bunga
Angsuran 1 = 1.346.066 x2Unit 2.692.132 *
Uang Muka Pembelian_Kendaraan 238.526.800
Hutang Pembiayaan 464.800.000

Ketentuan Pajak :
* Pembebanan beban Bunga ini tidak dipotong pph pasal 23
Pengukuran Aset Tetap Setelah
Pengakuan Awal

Untuk Kebijakan Pengakuan Aset Tetap setelah pengakuan awal,


perusahaan harus memilih salah satu model, model biaya atau model
revaluasi dan menerapkan kebijakan tersebut terhadap seluruh asset
tetap dalam kelompok yang sama
Pengukuran 1. Model Biaya (Cost Method)
Aset Tetap Ketentuan Akuntansi :
Setelah • Setelah pengakuan sebagai asset, asset tetap dicatat pada biaya
perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi
Pengakuan penurunan nilai

Awal • Jika entitas mengubah kebijakan akuntansi dari model biaya ke


model revaluasi di dalam pengukuran asset tetap,perubahan
tersebut dilakukan secara prospektif
Ketentuan Pajak
• Pengukuran setelah pengakuan awal tetap mengacu pada harga
perolehan sesuai Pasal 10 UU PPh dan dikurangi dengan
penyusutan sesuai pasal 11 UU PPh
Ketentuan • Revaluasi adalah penilaian Kembali asset tetap perusahaan,
yang diakibatkan adanya kenaikan nilai asset tetap tersebut di
Akuntansi : pasaran atau karena rendahnya nilai asset tetap dalam laporan
Penilaian keuangan yang disebabkan oleh devaluasi atau sebab lain,
sehingga nilai asset tetap dalam laporan keuangan menjadi
Kembali Aset tidak wajar.
• Setelah direvaluasi, asset tetap dicatat sebesar jumlah
Tetap revaluasinya, yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasinya,
dikurangi ekumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan
(Revaluasi) nilai asset yang terjadi setelah tanggal revaluasi
Nilai wajar adalah nilai dimana suatu asset tetap dapat
dipertukarkan atau suatu kewajiban diselesaikan antara pihak
yang memahami dan berkeinginan untuk melakukan transaksi
wajar (arm’s length transaction)
Akumulasi penyusutan pada tanggal revaluasi diperlakukan
dengan metode proporsional atau metode eliminasi
Ketentuan
Akuntansi :
Penilaian • Jika jumlah tercatat asset meningkat akibat revaluasi, kenaikan
tersebut langsung di kreditkan ke ekuitas (surplus revaluasi).
Kembali Aset Diakui dalam Laporan Laba Rugi sejumlah penurunan akibat
revaluasi terdahulu (Jika ada)
Tetap • Jika jumlah asset menurun akibat revaluasi, penurunan tersebut
(Revaluasi) diakui dalam Laporan Laba Rugi. Didebit di ekuitas – sejumlah
saldo kredit surplus revaluasi (jika ada)
• Surplus revaluasi yang disajikan di ekuitas dapat di pindahkan
langsung ke saldo laba pada saat asset tersebut dihentikan
penggunaannya
Penilaian Kembali asset tetap (Revaluasi)
diperkenankan dengan syarat:
Ketentuan • Telah memenuhi semua kewajiban pajaknya sampai
dengan masa pajak terakhir sebelum masa pajak
Pajak : dilakukannya penilaian Kembali (Peraturan Menkeu
Penilaian No. 79/PMK.03/2008), dan
• Telah mendapatkan persetujuan Direktur Jenderal
Kembali Aset Pajak (Peraturan Dirjen Pajak No. Per 12/PJ/2009)
Tetap Penilaian Kembali asset tetap dilakukan berdasarkan
nilai pasar atau nilai wajar asset tetap yang berlaku
(Revaluasi) pada saat penilaian Kembali, yang di tetapkan oleh
perusahaan jasa penilaian atau ahli penilai, yang
memperoleh izin dari Pemerintah
Atas selisih lebih penilaian Kembali asset tetap
Ketentuan perusahaan diatas nilai sisa buku fiscal semula
dikenakan Pajak Penghasilan Final (PPh Pasal
Pajak : 4 ayat 2) sebesar 10%
Penilaian Selisih lebih penilaian Kembali asset tetap di
atas nilai sisa buku komersial semula setelah
Kembali Aset dikurangi dengan pajak penghasilan final
Tetap dibukukan dalam neraca komersial pada
perkiraan modal dengan nama “selisih lebih
(Revaluasi) penilaian Kembali asset tetap Perusahaan
Tanggal …………….”
Ketentuan Penyusutan untuk Aset tetap hasil
revaluasi adalah :
Ketentuan a. Dasar penyusutan fiscal asset tetap yang telah
memperoleh persetujuaan penilaian Kembali
Pajak : adalah nilai pada saat penilaian Kembali
(Pasal 11 ayat 5 UU PPh)
Penilaian b. Masa manfaat fiscal asset tetap yang telah
Kembali Aset dilakukan penilaian Kembali disesuaikan
Kembali menjadi masa manfaat penuh untuk
Tetap kelompok asset tetap tersebut
(Revaluasi) c. Perhitungan penyusutan dimulai sejak bulan
dilakukannya penilaian Kembali asset tetap
(Peraturan Menkeu No 79/PMK.03/2008)
Contoh – Revaluasi – Metode
Proporsional
Peralatan senilai Rp. 2.000.000 di peroleh tanggal 1 Januari 2020 dengan
masa manfaat 5th tanpa nilai sisa. Tanggal 31 Desember 2020 nilai wajar
Aset Rp. 2.400.000
Jurnal Metode Perolehan
1 Jan 2020 Aset Tetap 2.000.000
Kas 2.000.000

31 Des 2020 beban Penyusutan 400.000


Akum. Penyusutan 400.000
(Rp. 2.000.000/5th )
Jurnal Revaluasi
31 Des 2020 Aset Tetap 1.000.000

Surplus Revaluasi 800.000*)

Akum Penyusutan 200.000**)

Perhitungan :

Nilai wajar Aset Rp. 2.400.000

Nilai Buku Aset Rp. 1.600.000

Surplus Revaluasi Rp. 800.000*)

Karena terjadi surplus atas kenaikan nilai asset setelah revaluasi, maka ada penambahan akumulasi penyusutan secara
proporsional sebagai berikut :

(800.000/1.600.000) X Rp. 400.000 = Rp. 200.000**)

31 Des 2020 Beban Pajak (Final) 80.000

Utang Pajak (Final) 80.000

*) selisih lebih revaluasi merupakan objek PPh Final Pasal 4 ayat 2 dengan tarif 10%

Aset tercatat sebelum revaluasi Aset tercatat setelah revaluasi


HP 2.000.000 HP 3.000.000
Akum Peny 400.000 Akum Peny 600.000
Nilai Buku 1.600.000 Nilai Buku 2.400.000
Contoh – Revaluasi Metode
Eliminasi
Peralatan senilai Rp. 2.000.000 diperoleh tanggal 1 Jan 2020 dengan
masa manfaat 5th tanpa nilai sisa. Tanggal 31 Desember 2020 nilai wajar
peralatan adalah sebesar Rp. 2.400.000
Jurnal Metode Eliminasi
1 Jan 2020 Aset Tetap 2.000.000
Kas 2.000.000

31 Des 2020 beban Penyusutan 400.000


Akum. Penyusutan 400.000
(Rp. 2.000.000/5th )
Jurnal Revaluasi
31 Des 2020 Aset Tetap 800.000

Surplus Revaluasi 800.000

Akumulasi Penyusutan 400.000

Aset Tetao 400.000

Perhitungan :

Nilai wajar Aset Rp. 2.400.000

Nilai Buku Aset Rp. 1.600.000

Surplus Revaluasi Rp. 800.000

Saldo akumulasi Penyusutan di hapus (dieliminasi) sebesar Rp. 400.000

31 Des 2020 Beban Pajak (Final) 80.000

Utang Pajak (Final) 80.000

*) selisih lebih revaluasi merupakan objek PPh Final Pasal 4 ayat 2 dengan tarif 10%

Aset tercatat sebelum revaluasi Aset tercatat setelah revaluasi


HP 2.000.000 HP 2.400.000
Akum Peny 400.000 Akum Peny 0
Nilai Buku 1.600.000 Nilai Buku 2.400.000
TUGAS-6
Aset Tetap dengan biaya perolehan Rp. 3.000.000 dan akumulasi
penyusutan Rp. 1.650.000 di lakukan revaluasi dan menghasilkan
nilai Rp. 1.950.000
Tahun sebelumnya pernah dilakukan revaluasi dengan rugi
(penurunan) Rp. 200.000
Buatlah :
1. Jurnal Perolehan
2. Jurnal Untuk Mencatat Akumulasi Penyusutan
3. Jurnal Revaluasi
4. Perhitungan yang di perlukan
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai