Anda di halaman 1dari 10

Nama : Oktavandi Jaya Wicaksono

Kelas : S1 Akuntansi / Karyawan


Nim : 22353002

Soal Essay – 30%


1. Apakah definisi Aset Tetap?
2. Biaya perolehan aset tetap harus diakui sebagai aset jika?
3. Sebutkan biaya yang dapat diatribusikan langsung sebagai nilai asset tetap !
4. Sebutkan biaya yang bukan merupakan “komponen biaya” !
5. Apa yang dimaksud dengan Biaya Perolehan Awal ?
6. Sebutkan 3 pertimbangan dalam kapitalisasi asset tetap!
7. Jelaskan pengertian Aset tidak berwujud!
8. Berikan 5 contoh asset tidak berwujud!
9. Jelaskan kriteria Pengakuan Aset tidak berwujud!
10. Aset tidak berwujud dapat diperoleh dari? Sebutkan 6!

SOAL HITUNGAN (70%)


1. Aset Tetap – Biaya Perolehan - 15%
Berikut ini adalah biaya-biaya yang dikeluarkan PT ABC dalam rangka perolehan mesin baru:
a. 20 Milyar biaya pembelian mesin baru
b. 500 juta biaya tenaga kerja untuk merubah interior desain pabrik agar sesuai dengan penggunaan
mesin (Layout tempat mesin di install).
c. 130 juta untuk penyiapan lokasi pabrik.
d. 120 juta untuk pengiriman mesin dimana ada nilai sebesar 5 Juta merupakan biaya diluar
pengiriman barang (biaya tips supir, pak ogah, dan biaya lainnya yang timbul pada saat pengiriman
darat)
e. 2 Milyar PPN yang telah dikreditkan oleh perusahaan dan 2 Milyar untuk pajak bea masuk.
f. Biaya promosi produk baru 2 Milyar
g. Biaya instalasi mesin sebesar 1,5 Milyar
h. Biaya pengetesan awal 400 juta
i. Biaya grand opening 300 juta
j. Biaya tenaga enginering yang melakukan pengetesan dan instalasi 50 juta
k. Biaya administrasi yang dimasukkan dalam biaya overhead 29 juta
l. Biaya Gaji Direktur Operasional dan Marketing sebesar 550 juta
m.Biaya gaji karyawan tetap di perusahaan sebanyak 10 orang untuk membantu dalam persiapan
instalasi mesin. Sebesar 600 juta
Pertanyaan :
1. Kategorikan mana saja yang merupakan komponen biaya perolehan asset tetap !
2. Berapa Nilai Perolehan Aset Mesin ?

2. Aset Tetap – Biaya Perolehan - 15%


Pengeluaran dan penerimaan berikut terkait dengan tanah, land improvement dan pembelian
gedung. Tentukan bagaimana perusahaan mengklasifikasikan pengeluaran tersebut?
a. Biaya arsitek untuk bangunan
b. Biaya real estate yang dibeli untuk pabrik (tanah Rp40M dan bangunan Rp9M)
c. Biaya komisi untuk agen real estate
d. Pemasangan pagar di sekitar properti
e. Biaya penghancuran bangunan dan perataan tanah
f. Uang yang diterima dari penjualan puing bangunan
g. Biaya lahan parkir dan jalan raya
h. Biaya penanaman pohon (permanen)
i. Uang yang dipinjam untuk mendanai konstruksi
j. Biaya pajak dan pengurusan ijin pembangunan
k. Pembayaran asuransi selama proses pembangunan konstruksi
l. Pengembalian polis asuransi satu bulan karena konstruksi selesai lebih awal.

3. Sebuah Aset Dibeli Pada 1 Februari Tahun 2021 dengan Harga Perolehan Sebesar Rp
2.100.000.000. Jika Umur manfaat Mesin Tersebut adalah 10 Tahun dan Nilai Sisa akhir
mesin adalah Rp. 200.000.000, Maka : (20%)
a. Hitunglah Penyusutan Aset tersebut dengan menggunakan Metode Garis Lurus
b. Hitunglah Penyusutan Aset tersebut dengan menggunakan Metode Saldo Menurun
4. Jika Aset Pada Soal nomor 4 dijual pada 1 Februari Tahun 2030 (dengan asumsi
penyusutan yang digunakan adalah menggunakan metode garis lurus) dengan Harga Rp
400.000.000,
Maka : (20%)
a. Buatlah perhitungannya
b. Buatlah Jurnalnya

JAWABAN
• SOAL ESSAY

1. Aset tetap merupakan suatu aset yang berwujud yang memiliki manfaat lebih dari 12 Bulan
yang digunakan dalam produksi / penyediaan barang dan jasa
2. Biaya perolehan aset tetap harus diakui sebagai aset jika memenuhi kriteria berikut:
Kemungkinan manfaat ekonomi masa depan yang terkait dengan aset tersebut akan
mengalir ke entitas
Biaya perolehan aset dapat diukur dengan andal.
Entitas memiliki kontrol atas aset tersebut.
3. Beberapa biaya yang dapat diatribusikan langsung sebagai nilai aset tetap adalah:
o Harga pembelian atau biaya perolehan aset tersebut.
o Biaya pengiriman dan penanganan untuk mengantarkan aset ke lokasi yang
diinginkan dan mempersiapkannya untuk penggunaan.
o Biaya instalasi dan perakitan aset.
o Biaya uji coba dan pengujian untuk memastikan aset berfungsi dengan baik.
4. Beberapa biaya yang tidak termasuk dalam "komponen biaya" aset tetap, yaitu:
• Biaya perawatan rutin dan perbaikan kecil yang terjadi secara berkala selama umur
manfaat aset. Biaya ini umumnya diakui sebagai beban operasional seiring dengan
terjadinya.
• Biaya penggantian bagian yang memiliki umur manfaat lebih pendek daripada aset
tetap utuh. Bagian-bagian ini diakui sebagai beban saat penggantian terjadi.
5. Biaya perolehan awal (initial cost) adalah jumlah total biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh aset tetap pada awalnya. Ini mencakup semua biaya yang terkait langsung
dengan perolehan, pengiriman, instalasi, dan pengujian aset tersebut sebelum digunakan.
Biaya perolehan awal merupakan salah satu komponen utama dalam menentukan nilai aset
tetap dan akan menjadi dasar untuk menghitung penyusutan aset selama umur manfaatnya.
6. Untuk dapat diakui sebagai aset tetap harus dipenuhi kriteria sebagai berikut:
• berwujud;
• mempunyai masa manfaat lebih dari 12 bulan;
• biaya perolehan aset dapat diukur secara andal

7. Aset tidak berwujud merujuk pada nilai ekonomi yang dimiliki oleh suatu entitas, tetapi
tidak memiliki bentuk fisik atau substansi fisik yang dapat dilihat atau diraba. Ini berbeda
dengan aset berwujud, seperti properti, peralatan, atau kendaraan, yang memiliki bentuk
fisik yang jelas.
Contoh umum dari aset tidak berwujud termasuk hak cipta, paten, merek dagang, lisensi,
goodwill, dan penelitian dan pengembangan. Ini adalah aset yang mungkin tidak dapat
dipegang atau dilihat secara fisik, tetapi mereka memiliki nilai ekonomi karena dapat
memberikan manfaat atau pendapatan kepada entitas yang memilikinya.
Misalnya, sebuah perusahaan teknologi yang memiliki hak cipta atas perangkat lunak yang
inovatif dapat menganggap hak cipta tersebut sebagai aset tidak berwujud. Meskipun hak
cipta tersebut tidak memiliki bentuk fisik yang jelas, mereka memiliki nilai ekonomi karena
perusahaan dapat menjual lisensi penggunaan perangkat lunak atau menggunakan hak cipta
tersebut untuk menciptakan keunggulan kompetitif.
Aset tidak berwujud sering kali memerlukan perlindungan hukum, seperti pendaftaran
merek dagang atau paten, untuk menjaga nilai dan keistimewaannya. Nilai aset tidak
berwujud juga dapat diukur dalam laporan keuangan melalui proses penilaian, yang dapat
mencakup metode seperti metode biaya atau metode nilai pasar.
Penting untuk dicatat bahwa nilai aset tidak berwujud dapat berfluktuasi seiring waktu,
tergantung pada berbagai faktor seperti perubahan pasar, perkembangan teknologi, atau
perubahan regulasi. Oleh karena itu, manajemen aset tidak berwujud juga merupakan
bagian penting dari strategi bisnis dan pengelolaan keuangan suatu entitas.
8. Tentu, berikut adalah lima contoh aset tidak berwujud yang umum:
1. Hak Cipta: Hak cipta adalah hak legal yang memberikan pemiliknya hak eksklusif untuk
menggunakan, mereproduksi, atau mengedarkan karya-karya kreatif seperti buku, musik,
film, atau perangkat lunak. Hak cipta memberikan nilai ekonomi karena pemilik dapat
mengontrol dan memonetisasi karya-karya tersebut.
2. Merek Dagang:
Merek dagang adalah tanda pengenal yang membedakan produk atau layanan dari suatu
perusahaan dari pesaingnya. Merek dagang yang dikenal dan dihargai dapat menciptakan
keunggulan kompetitif dan kepercayaan pelanggan, yang berkontribusi pada nilai ekonomi
perusahaan.
3. Paten:
Paten adalah hak eksklusif yang diberikan kepada penemu atas penemuan yang baru,
berguna, dan tidak lazim. Paten memberikan pemiliknya perlindungan hukum yang
melarang pihak lain untuk membuat, menggunakan, atau menjual penemuan tersebut tanpa
izin. Paten memiliki nilai ekonomi karena memberikan keunggulan kompetitif dan peluang
untuk menghasilkan pendapatan dari penemuan tersebut.
4. Lisensi:
Lisensi adalah izin yang diberikan oleh pemilik aset tidak berwujud kepada pihak lain
untuk menggunakan aset tersebut dalam batasan yang telah ditentukan. Misalnya, lisensi
perangkat lunak mengizinkan penggunaan perangkat lunak tertentu dengan pembatasan
tertentu, sedangkan lisensi merek dagang memungkinkan pihak lain untuk menggunakan
merek tersebut dalam produk mereka.
5. Goodwill:
Goodwill merujuk pada nilai reputasi, hubungan pelanggan, dan kepercayaan yang dimiliki
oleh suatu perusahaan. Ini adalah aset tidak berwujud yang muncul dari faktor-faktor
seperti citra merek yang kuat, loyalitas pelanggan, atau hubungan yang baik dengan mitra
bisnis. Goodwill memiliki nilai ekonomi karena dapat meningkatkan pendapatan,
pertumbuhan, dan nilai pasar perusahaan.
9. Untuk mengakui suatu aset tidak berwujud dalam laporan keuangan, terdapat beberapa
kriteria umum yang harus dipenuhi:
1. Identifikasi yang dapat diandalkan: Aset tidak berwujud harus dapat diidentifikasi secara
jelas dan dapat diukur secara andal. Ini berarti bahwa aset tersebut harus dapat dibedakan
dari aset lainnya dan memiliki karakteristik yang dapat diukur dengan tepat
2. Manfaat ekonomi masa depan yang diharapkan: Aset tidak berwujud harus memiliki
manfaat ekonomi yang diharapkan di masa depan. Ini berarti bahwa aset tersebut dapat
memberikan nilai ekonomi kepada entitas yang memilikinya melalui pendapatan yang
dihasilkan atau potensi mengurangi biaya.
3. Kontrol atau akses yang dapat dikendalikan: Entitas harus memiliki kontrol atau akses
yang dapat dikendalikan terhadap aset tidak berwujud. Ini berarti bahwa entitas memiliki
hak eksklusif atau hak pengendalian atas aset tersebut, yang memungkinkannya untuk
menggunakan, menjual, atau mengalihkan aset sesuai kebijakannya.
4. Kemungkinan pengukuran yang andal: Aset tidak berwujud harus memiliki
kemungkinan pengukuran yang andal secara keuangan. Ini berarti bahwa entitas harus
dapat mengestimasi dengan akurat nilai aset tersebut dalam laporan keuangan,
menggunakan metode penilaian yang dapat dipertanggungjawabkan.
5. Biaya yang dapat diukur dengan andal: Jika aset tidak berwujud diakui berdasarkan
biaya, biaya perolehannya harus dapat diukur dengan andal. Ini berarti bahwa biaya
perolehan aset harus dapat diidentifikasi dan diatribusikan secara tepat kepada aset tersebut
10. Aset tidak berwujud dapat diperoleh dari berbagai sumber. Berikut ini adalah enam contoh
sumber perolehan aset tidak berwujud:
1. Pembelian Bisnis:
Saat sebuah perusahaan membeli bisnis lain, aset tidak berwujud seperti goodwill dapat timbul.
Goodwill adalah selisih antara harga pembelian dengan nilai bersih aset dan kewajiban yang
diperoleh. Goodwill mewakili nilai reputasi, hubungan pelanggan, atau keunggulan kompetitif
yang dimiliki oleh bisnis yang diakuisisi.
2. Pengembangan Internal:
Perusahaan dapat mengembangkan aset tidak berwujud melalui upaya internal, seperti riset
dan pengembangan (R&D) untuk menciptakan perangkat lunak, desain produk, atau teknologi
baru. Hasil dari upaya ini, seperti hak cipta atau paten, dapat dianggap sebagai aset tidak
berwujud.
3. Merek Dagang:
Merek dagang dapat diperoleh melalui penciptaan merek baru atau akuisisi merek yang sudah
ada. Merek dagang mencerminkan nilai merek dalam hal citra, pengakuan, dan kepercayaan
pelanggan. Nilai merek dapat ditingkatkan melalui upaya pemasaran dan pengembangan
merek yang efektif.
4. Lisensi:
Entitas dapat memperoleh aset tidak berwujud melalui lisensi dari pihak lain. Misalnya,
perusahaan dapat mendapatkan lisensi penggunaan perangkat lunak, merek dagang, atau hak
cipta dari pemiliknya dengan membayar biaya lisensi tertentu.
5. Pembelian Hak Kekayaan Intelektual:
Hak kekayaan intelektual seperti hak cipta, paten, atau desain industri dapat diperoleh melalui
pembelian dari pemiliknya. Ini dapat melibatkan kesepakatan antara perusahaan dan pemilik
aset untuk mentransfer kepemilikan aset tersebut.
6. Alih Teknologi atau Lisensi:
Entitas dapat memperoleh akses atau lisensi terhadap teknologi atau pengetahuan tertentu dari
pihak lain melalui alih teknologi atau kesepakatan lisensi. Dalam hal ini, entitas dapat
memperoleh aset tidak berwujud seperti pengetahuan teknis, metode produksi, atau proses
bisnis yang dapat memberikan manfaat ekonomi.
SOAL HITUNGAN (70%)
1. Aset Tetap – Biaya Perolehan

1) 1. Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah komponen biaya perolehan aset
tetap:
a. Biaya pembelian mesin baru (20 Milyar)
b. Biaya tenaga kerja untuk merubah interior desain pabrik (500 juta)
c. Biaya penyiapan lokasi pabrik (130 juta)
d. Biaya pengiriman mesin (120 juta)
g. Biaya instalasi mesin (1,5 Milyar)
h. Biaya pengetesan awal (400 juta)
j. Biaya tenaga engineering yang melakukan pengetesan dan instalasi (50 juta)
k. Biaya administrasi yang dimasukkan dalam biaya overhead (29 juta)
m. Biaya gaji karyawan tetap di perusahaan untuk persiapan instalasi mesin (600 juta)

2. Nilai Perolehan Aset Mesin:


Untuk menghitung nilai perolehan aset mesin, kita menjumlahkan biaya pembelian mesin baru
(a) dengan biaya pengiriman mesin (d), biaya instalasi mesin (g), dan biaya pengetesan awal
(h)
20 Milyar (biaya pembelian mesin baru) + 120 juta (biaya pengiriman mesin) + 1,5 Milyar
(biaya instalasi mesin) + 400 juta (biaya pengetesan awal) = 22.02 Milyar
Jadi, nilai perolehan aset mesin adalah sebesar 22.02 Milyar.

2. Aset Tetap – Biaya Perolehan


Berdasarkan informasi yang diberikan, berikut adalah klasifikasi pengeluaran dan penerimaan
terkait dengan tanah, land improvement, dan pembelian gedung:
Pengeluaran:
a. Biaya arsitek untuk bangunan: Klasifikasi: Biaya Pengembangan (Development Cost)
b. Biaya real estate yang dibeli untuk pabrik (tanah Rp40M dan bangunan Rp9M): Klasifikasi:
Tanah (Land) dan Bangunan (Building)
c. Biaya komisi untuk agen real estate: Klasifikasi: Biaya Pengadaan (Acquisition Cost)
d. Pemasangan pagar di sekitar properti: Klasifikasi: Land Improvement (Peningkatan Lahan)
e. Biaya penghancuran bangunan dan perataan tanah: Klasifikasi: Biaya Pembersihan
(Demolition Cost) dan Biaya Pengembangan (Development Cost)
g. Biaya lahan parkir dan jalan raya: Klasifikasi: Land Improvement (Peningkatan Lahan)
h. Biaya penanaman pohon (permanen): Klasifikasi: Land Improvement (Peningkatan Lahan)
i. Uang yang dipinjam untuk mendanai konstruksi: Klasifikasi: Biaya Pinjaman (Loan Cost)
j. Biaya pajak dan pengurusan ijin pembangunan: Klasifikasi: Biaya Administrasi
(Administrative Cost)
k. Pembayaran asuransi selama proses pembangunan konstruksi: Klasifikasi: Biaya Asuransi
(Insurance Cost)
m. Pengembalian polis asuransi satu bulan karena konstruksi selesai lebih awal: Klasifikasi:
Pendapatan Lain-Lain (Other Income)

Penerimaan:
f. Uang yang diterima dari penjualan puing bangunan: Klasifikasi: Pendapatan Penjualan
(Sales Revenue)

3. a. Metode Garis Lurus:


Untuk menghitung penyusutan aset menggunakan metode garis lurus, kita perlu menggunakan
rumus berikut:
Penyusutan Tahunan = (Harga Perolehan - Nilai Sisa) / Umur Manfaat
Harga Perolehan adalah Rp 2.100.000.000,
Nilai Sisa adalah Rp 200.000.000, dan
Umur Manfaat adalah 10 tahun.
Penyusutan Tahunan = (2.100.000.000 - 200.000.000) / 10
= 1.900.000.000 / 10
= 190.000.000
Jadi, penyusutan aset tersebut dengan menggunakan metode garis lurus adalah Rp 190.000.000
per tahun.
b. Metode Saldo Menurun:
Untuk menghitung penyusutan aset menggunakan metode saldo menurun, kita perlu menggunakan
persentase penyusutan tahunan yang lebih tinggi dan diterapkan pada nilai buku aset pada awal
tahun.
Persentase Penyusutan Tahunan = (1 / Umur Manfaat) x 100%

Umur Manfaat adalah 10 tahun.


Persentase Penyusutan Tahunan = (1 / 10) x 100%
= 10%
Penyusutan Tahun Pertama = Persentase Penyusutan Tahunan x Harga Perolehan
= 10% x 2.100.000.000
= 210.000.000
Untuk tahun berikutnya, kita akan mengalikan persentase penyusutan dengan nilai buku aset pada
awal tahun.
Penyusutan tahunan = Persentase Penyusutan Tahunan x Nilai Buku Aset Awal
Pada tahun kedua, nilai buku aset awal adalah Harga Perolehan dikurangi penyusutan tahun
pertama:
Nilai Buku Aset Awal Tahun Kedua = Harga Perolehan - Penyusutan Tahun Pertama
= 2.100.000.000 - 210.000.000
= 1.890.000.000
Penyusutan Tahun Kedua = 10% x 1.890.000.000
= 189.000.000

4. a. Perhitungan Laba atau Rugi dari Penjualan Aset:

1. Menghitung Nilai Buku Aset pada Tanggal Penjualan:


Penyusutan Tahunan = (Harga Perolehan - Nilai Sisa) / Umur Manfaat
Penyusutan Tahunan = (2.100.000.000 - 200.000.000) / 10
= 190.000.000
Jumlah Penyusutan hingga Tanggal Penjualan (31 Januari 2030):
Penyusutan Tahunan x Jumlah Tahun = 190.000.000 x 9
= 1.710.000.000
Nilai Buku Aset pada Tanggal Penjualan:
Harga Perolehan - Jumlah Penyusutan hingga Tanggal Penjualan
2.100.000.000 - 1.710.000.000 = 390.000.000

2. Menghitung Laba atau Rugi dari Penjualan Aset:


Laba atau Rugi = Harga Jual - Nilai Buku Aset pada Tanggal Penjualan
Laba atau Rugi = 400.000.000 - 390.000.000
= 10.000.000

b. Jurnal untuk Penjualan Aset:


Tanggal: 1 Februari Tahun 2030
Debit: Kas/Bank Rp 400.000.000
Kredit: Aset Tetap Rp 2.100.000.000
Akumulasi Penyusutan Aset Tetap Rp 1.710.000.000
Laba/Rugi Penjualan Aset Rp 10.000.000

Anda mungkin juga menyukai