I. PENDAHULUAN
IAS 8 yang diterbitkan pada 1 Januari 2012. Termasuk SAK dengan tanggal
efektif setelah 1 Januari 2012. Tujuan dari Standar ini adalah untuk meresepkan
kriteria untuk pemilihan dan perubahan kebijakan akuntansi, bersama dengan
perlakuan akuntansi dan pengungkapan atas perubahan kebijakan akuntansi,
perubahan estimasi akuntansi, dan koreksi kesalahan. Standar ini dimaksudkan
untuk meningkatkan relevansi dan keandalan laporan keuangan entitas, dan
komparabilitas laporan keuangan dari waktu ke waktu dan dengan laporan
keuangan entitas lain.
Kebijakan akuntansi
Kebijakan akuntansi adalah prinsip-prinsip tertentu, basis, konvensi,
peraturan dan praktik yang diterapkan oleh entitas dalam penyusunan dan
penyajian laporan keuangan. Ketika sebuah IFRS secara khusus berlaku untuk
transaksi, peristiwa atau kondisi lainnya, kebijakan akuntansi atau kebijakan
diterapkan untuk item yang akan ditentukan dengan menerapkan IFRS dan
mempertimbangkan setiap Pedoman Pelaksanaan relevan yang dikeluarkan oleh
IASB untuk IFRS.
Dengan tidak adanya Standar atau Interpretasi yang secara khusus berlaku
untuk transaksi, peristiwa atau kondisi lainnya, manajemen harus menggunakan
penilaian dalam mengembangkan dan menerapkan suatu kebijakan akuntansi yang
menghasilkan informasi yang relevan dan dapat diandalkan. Dalam membuat
manajemen penilaian mengacu pada, sebuah mempertimbangkan penerapan,
sumber-sumber berikut dalam urutan menurun:
a. persyaratan dan bimbingan dalam SAK berurusan dengan masalah yang
sama dan terkait; dan
b. definisi, kriteria pengakuan dan konsep pengukuran untuk aset, kewajiban,
pendapatan dan beban di Kerangka konseptual.
Entitas harus memilih dan menerapkan kebijakan akuntansi secara konsisten
untuk
transaksi yang sama, peristiwa dan kondisi lain, kecuali sebuah IFRS secara khusus
membutuhkan atau memungkinkan kategorisasi barang yang kebijakan yang
berbeda mungkin tepat. Jika IFRS membutuhkan atau memungkinkan kategorisasi
tersebut, kebijakan akuntansi yang sesuai harus dipilih dan diterapkan secara
konsisten untuk setiap kategori.
Dapat dicatat bahwa hal berikut bukan merupakan perubahan kebijakan akuntansi:
Penerapan suatu kebijakan akuntansi atas transaksi, peristiwa lain, atau
kondisi yang membedakan substansi dari hal-hal yang terjadi sebelumnya;
dan;
Penerapan suatu kebijakan akuntansi yang baru untuk transaksi, peristiwa
lain, atau kondisi yang tidak terjadi sebelumnya atau tidak material.
Estimasi Akuntansi
Estimasi akuntansi merupakan estimasi entitas yang dapat mempengaruhi elemen-
elemen dalam LK.
i. Estimasi harus melibatkan pertimbangan entitas berdasarkan informasi
terkini yang tersedia dan dapat diandalkan.
ii. Banyak hal yang mempengaruhi elemen LK yang tidak dapat diukur secara
akurat namun hanya dapat diestimasi karena ketidakpastian yang melekat
pada aktivitas bisnis.
iii. Penggunaan estimasi yang reasonable adalah yang terpenting dalam
penyusunan LK
tanpa menyesampingkan keandalannya.
Perubahan Estimasi Akuntansi.
i. Penyesuaian jumlah tercatat aset atau liabilitas, atau jumlah pemakaian
periodik aset, yang berasal dari penilaian status kini, dan ekspektasi manfaat
masa depan dan kewajiban yang terkait dengan, aset dan liabilitas.
ii. Perubahan estimasi akuntansi dihasilkan dari informasi baru atau
perkembangan baru dan,
iii. Oleh karena itu, bukan dari koreksi kesalahan.
Entitas harus mengakui efek dari perubahan estimasi secara prospektif sebagai
berikut:
i. Sepanjang perubahan estimasi akuntansi mengakibatkan perubahan aset
dan laibilitas, atau terkait dengan suatu item ekuitas, perubahan estimasi
akuntansi tersebut diakui dengan menyesuaikan jumlah tercatat item aset,
laibilitas, atau ekuitas yang terkait pada periode perubahan.
ii. Dampak perubahan estimasi akuntansi, selain perubahan penerapan di atas,
diakui secara prospektif dalam laporan laba rugi pada:
a) Periode perubahan, jika dampak perubahan hanya pada periode itu;
atau
b) Periode perubahan dan periode mendatang, jika perubahan berdampak
pada keduanya.
Atas catatan mengenai ketidakpastian yang inheren dalam aktivitas bisnis,
banyak pos yang ada di dalam laporan keuangan yang diestimasi karena tidak
dapat diukur dengan akurat. Estimasi akuntansi mungkin dapat mengubah catatan
lingkungan bisnis, atau ketika manajemen memperoleh lebih banyak pengalaman.
Perubahan semacam ini tidak perlu untuk menyatakan kembali atas laporan
keuangan periode sebelumnya, karena tidak menyatakan kepada suatu koreksi dari
suatu kesalahan.
Sebagai akibat ketidakpastian yang melekat dalam aktivitas bisnis, banyak
unsur dalam laporan keuangan tidak dapat diukur dengan tepat tetapi hanya dapat
diestimasi. Estimasi melibatkan pertimbangan berdasarkan informasi terkini yang
tersedia dan andal. Misalnya, estimasi mungkin diperlukan untuk:
i. Piutang tidak tertagih;
ii. Persediaan yang rusak;
iii. Nilai wajar aset keuangan atau laibilitas keuangan;
iv. Umur manfaat, atau ekspektasi pola konsumsi manfaat ekonomi masa
mendatang yang melekat pada, aset yang didepresiasikan; dan
v. Kewajiban garansi penggunaan estimasi rasional adalah bagian mendasar
untuk penyiapan laporan keuangan dan tidak mengurangi keandalannya.
Estimasi mungkin perlu direvisi jika terjadi perubahan keadaan yang menjadi
dasar estimasi atau akibat informasi baru atau tambahan pengalaman. Sesuai
sifatnya, revisi estimasi tidak terkait dengan periode lalu dan bukan koreksi suatu
kesalahan. Suatu perubahan dalam dasar pengukuran yang digunakan adalah
perubahan kebijakan akuntansi, dan bukan perubahan estimasi akuntansi. Ketika
sulit untuk membedakan suatu perubahan kebijakan akuntansi dengan perubahan
estimasi akuntansi, maka perubahan tersebut diperlakukan sebagai perubahan
estimasi akuntansi.
Dampak perubahan estimasi akuntansi, selain perubahan penerapan paragraf 37,
diakui secara prospektif dalam laporan laba rugi pada:
i. Periode perubahan, jika dampak perubahan hanya pada periode itu; atau
ii. Periode perubahan dan periode mendatang, jika perubahan berdampak pada
keduanya.
Sepanjang perubahan estimasi akuntansi mengakibatkan perubahan aset dan
laibilitas, atau terkait dengan suatu itemekuitas, perubahan estimasi akuntansi
tersebut diakui dengan menyesuaikan jumlah tercatat itemaset, liabilitas, atau
ekuitas yang terkait pada periode perubahan.
Kesalahan
Kesalahan di dalam laporan keuangan dapat menimbulkan catatan mengenai
pengakuan, pengukuran, penyajian yang salah, atau pengungkapan pos di dalam
laporan keuangan. Bilamana laporan keuangan berisi kesalahan-kesalahan yang
material, maka tidak dapat dianggap mematuhi IFRS.
Tiga analisis kesalahan:
1. Jenis kesalahan yang terlibat
2. Jurnal yang diperlukan untuk membetulkan kesalahan
3. Cara penyajian ulang laporan keuangan setelah kesalahan ditemukan
Kesalahan diperlakukan sebagai penyesuaian periode sebelumnya dan dilaporkan
pada pertiode berjalan sebagai penyesuaian terhadap neraca awal saldo laba.
1. Kesalahan Laporan Posisi Keuangan merupakan kesalahan yang hanya
mempengaruhi penyajian aset, liabilitas, dan ekuitas.
a) Kesalahan di periode berjalan: reklasifikasi item ke posisi seharusnya
b) Kesalahan periode sebelumnya: menyajikan ulang laporan posisi
keuangan periode sebelumnya untuk tujuan perbandingan.
2. Kesalahan laporan posisi keuangan hanya mempengaruhi penyajian aset,
liabilitas, dan ekuitas.
3. Kesalahan laporan laba rugi yang diakibatkan klasifikasi pendapatan dan
beban yang tidak sesuai tidak mempengaruhi laporan posisi keuangan dan
laba bersih.
Entitas harus mengoreksi kesalahan material yang terkait dengan periode
sebelumnya, berlaku surut di dalam perangkat laporan keuangan pertama yang
diotorisasikan untuk diterbitkan setelah penemuannya dengan;
1. Menyatakan kembali jumlah komparatif untuk periode-periode yang disajikan
bilamana kesalahan itu terjadi; atau
2. Apabila kesalahan yang terjadi sebelum periode sebelumnya yang terawal
disajikan, maka pernyataan kembali saldo awal aset, liabilitas, dan ekuitas
untuk periode sebelumnya terawal disajikan.
Entitas mengoreksi kesalahan material periode lalu secara retrospektif pada laporan
keuangan lengkap pertama yang diterbitkan setelah ditemukannya dengan:
Menyajikan kembali jumlah komparatif untuk periode lalu sajian dimana
kesalahan terjadi; atau
Jika kesalahan terjadi sebelum periode lalu sajian paling awal, menyajikan
kembali saldo awal aset, liabilitas, dan ekuitas untuk periode lalu sajian
paling awal keterbatasan penyajian kembali retrospektif .
4. Pendapatan akrual
Tanggal 31 Desember 2012, PT A mengakui pendapatan akrual atas bunga
sebesar Rp 50.000.000 yang seharusnya diakui tahun 2013.
a. PT A belum tutup buku tahun 2013, maka jurnal perbaikan adalah sebagai
berikut:
5. Pembelian persediaan
Tanggal 31 Desember 2012, PT A mencatat pembelian persediaan sebesar Rp
50.000.000 yang seharusnya diakui tahun 2013. Persediaan fisik tahun 2012
tercatat dengan benar, dan perusahaan menggunakan metode persediaan
periodik.
a. PT A belum tutup buku tahun 2013, maka jurnal perbaikan adalah sebagai
berikut:
Dr. Pembelian Rp 50.000.000
Rp
Cr. Laba ditahan 50.000.000
b. PT A sudah tutup buku tahun 2013, maka tidak perlu jurnal.
Jika pembukuan telah ditutup untuk tahun 2002, maka ayat jurnalnya adalah:
Dr. Mesin $ 10.000
Cr. Laba Ditahan $ 6.000
Cr. Akumulasi
Penyusutan $ 4.000
koreksi-nya:
Dr. Utang Dagang PT. ABC Rp 25.000.000
Rp
Cr. Utang Bank XZY 25.000.000
Kesalahan Yang Berpengaruh Terhadap Akun Laba Rugi Saja
Untuk kesalahan yang berpengaruh hanya pada akun-akun laba rugi saja, tidak
perlu dikoreksi.
Ada 2 alasan mengapa tidak perlu dikoreksi:
a. Alasan pertama, akun-akun kelompok laba rugi sudah ditutup di akhir periode
saat mana kesalahan terjadi. Artinya di akhir periode akun-akun tersebut
sudah di-nol-kan, sehingga tidak dibawa ke periode berikutnya.
b. Alasan kedua, baik laba/rugi maupun saldo akhir neraca di akhir periode saat
kesalahan
terjadi sudah dalam kondisi benar.
Sebagai contoh:
PT. B menggunakan periode buku tahunan. Di periode 2011 perusahaan salah
melakukan pencatatan; transaksi pembayaran listrik sebesar Rp 15.000.000
terlanjur dicatat sebagai pembayaran telepon. Andai kesalahan tersebut diketahui
di tahun 2011 (periode yang
sama), maka perusahaan perlu membuat jurnal koreksi sebagai berikut:
Dr. Biaya Listrik Rp 15.000.000
Rp
Cr. Biaya Telepon 15.000.000
Tetapi jika kesalahan tersebut baru diketahui di periode 2012, maka atas
kesalahan tersebut
TIDAK PERLU dibuatkan jurnal koreksi, dengan pertimbangan:
Memang, untuk periode 2011, pengeluaran telepon diakui Rp 15.000.000
lebih besar dari yang seharusnya, sementara di sisi lainnya pengeluaran listrik
kurang diakui sejumlah yang sama. Akan tetapi, itu tidak mempengaruhi saldo akhir
kas (di Neraca), juga tidak mempengaruhi laba/rugi bersih di penutupan buku 2011.
Kesalahan Yang Berpengaruh Terhadap Akun Neraca dan Akun Laba Rugi
Dilihat dari efeknya terhadap buku di tahun berikutnya, ada 2 macam kesalahan di
sini:
a. Kesalahan yang akan terkoreksi dengan sendirinya setelah dua tahun; dan
b. Kesalahan yang akan terkoreksi dengan sendirinya setelah lebih dari dua
tahun atau
bahkan tidak pernah terkoreksi selamanyauntuk kasus yang sangat khusus.
Tetapi sebagian besar akan terkoreksi dengan sendirinya, meskipun mungkin perlu
waktu beberapa periode.
Sebagai contoh untuk jenis kesalahan yang akan terkoreksi dengan sendirinya:
PT. B menggunakan periode tahun buku. Pada tanggal 31 Desember 2011, PT.
B lupa mengakrualkan upah buruh untuk bulan tersebut yang baru dibayarkan pada
tanggal 1 Januari
2012 sebesar Rp 250.000.000. Sehingga jurnal berikut ini BELUM di masukan:
Dr. Upah Buruh Rp 250.000.000
Rp
Cr. Utang Upah Buruh 250.000.000
Akibatnya, tanggal 1 Januari 2012 (pada saat gaji upah dibayarkan-saat mana di
sisi lainnya
buku periode 2011 telah ditutup) PT. B baru membuat jurnal sebagai berikut:
Dr. Upah Buruh Rp 250.000.000
Rp
Cr. Kas 250.000.000
Ini adalah bentuk kesalahan, sebab sesungguhnya upah yang dibayarkan pada 1
Januari tersebut adalah upah untuk bulan Desember 2011, artinya itu pengeluaran
yang seharusnya dibebankan di 2011.
Dari analisa tersebut dapat disimpulkan bahwa:
Di Periode 2011:
a. Biaya dibebankan terlalu rendah,
b. Sehingga pengakuan Laba menjadi lebih tinggi dari yang seharusnya,
c. Akibat berikutnya, saat penutupan buku 2011 Laba Ditahan pada Neraca
menjadi lebih tinggi dari yang seharusnya,
d. Utang-Upah Buruh diakui lebih rendah dari seharusnya.
Di Periode 2012:
a. Biaya lebih tinggi dari yang seharusnya,
b. sehingga Laba juga menjadi lebih rendah dari yang seharusnya.
Apa yang terjadi pada Utang-Upah buruh? Dan apa yang terjadi pada Laba
Ditahan ? Ada 2 kemungkinan:
Jika kesalahan tersebut disadari sebelum penutupan buku periode 2012 lalu
buku dilihat, maka Utang-Upah Buruh dan Laba Ditahan akan nampak salah,
sehingga PERLU
dibuatkan jurnal koreksi, sebagai
berikut:
Dr. Laba Ditahan Rp 250.000.000
Rp
Cr. Biaya Upah Buruh 250.000.000
Tetapi Jika kesalahan tersebut disadari setelah penutupan buku 2012, maka
Utang-
Upah Buruh dan Laba Ditahan akan menjadi BETUL dengan sendirinya, sehingga
TIDAK PERLU dibuatkan jurnal koreksi.
Penyebabnya adalah: Laba Ditahan 2011 diakui terlalu tinggi karena Laba
diakui terlalu tinggi karena beban upah buruh bulan Desember 2011 lupa diakui.
Sehingga di tahun 2012 upah buruh menjadi terlalu tinggi, dan Laba menjadi terlalu
rendah yang mengakibatkan Laba Ditahan juga menjadi terlalu rendah. Dengan
kata lain, kelebihan dan kekurangan pengakuan diantara kedua tahun ini menjadi
saling menutupi, sehingga Laba Ditahan setelah penutupan 2012 telah menjadi
betul (terkoreksi) dengan sendirinya. Demikian juga Utang Upah Buruh.
Ada beberapa jenis kesalahan yang juga akan terkoreksi dengan sendirinya di
periode berikutnya, diantaranya:
a. Biaya Telepon yang lupa diakrualkan
b. Biaya Dibayar Di Muka (Prepaid) yang seharusnya dibebankan secara
bertahap
(melalui jurnal penyesuaian) tetapi dibebankan sekaligus
c. Pendapatan Bunga yang lupa diakrualkan
d. Pendapatan Diterima Di Muka (Deposit) yang seharusnya diakui sebagai
pendapatan secara bertahap (melalui jurnal penyesuaian) tetapi diakui
sekaligus.
e. Pengunaan Persediaan yang terlalu rendah/tinggi diakui.
f. Pembelian Persediaan yang belum diterima, tetapi sudah diakui sebagai
penambah barang persediaan.
Seperti disampaikan sebelumnya, ada juga jenis kesalahan khusus yang
butuh waktu
lama (mungkin 5, 7, 10, atau bahkan 30 tahun) untuk terkoreksi dengan sendirinya.
Jenis kesalahan ini biasanya transaksi terkait dengan aktiva tetap (baik yang
berwujud atau tidak berwujud) antara lain adalah pengeluaran perbaikan bangunan
yang harusnya dikapitalisasi tetapi dibebankanPengeluaran penggantian sparepart
mesin yang seharusnya dikapitalisasi tetapi dibebankanKesalahan perhitungan
beban penyusutan. Semua jenis kesalahan ini butuh waktu lama untuk menjadi
terkoreksi dengan sendirinya-seiring dengan lamanya waktu penyusutan/amortisasi
yang dibutuhkan hingga aktiva tersebut habis umur ekonosmisnya atau dijual.
Untuk itu HARUS DIBUATKAN JURNAL KOREKSI begitu kesalahan diketahui.
Jurnal koreksi diperlukan untuk memperbaiki kesalahan pencatatan
transaksi (baik yang diketahui di periode yang sama maupun yang yang
berbeda). Penggunaan istilah jurnal koreksi (pembetulan) sering ditukar atau
dicampuradukan dengan jurnal penyesuaian. Padahal sudah jelas, secara harfiah
yang namanya koreksi ya untuk memperbaiki kesalahan. Sedangkan jurnal
penyesuaian diperlukan hanya untuk menyesuaikan pencatatan akibat penggunaan
metode akrual, pengalokasian beban secara gradual, atau akibat adanya perubahan
kebijakan akuntansi yang diterapkan oleh perusahaan (misal:perubahan estimasi
atau metode penghitungan). Bukan untuk melakukan koreksi terhadap kesalahan
pencatatan! Pada dasarnya, semua jenis kesalahan-jika memungkinkan, seharusnya
dikoreksi. Namun ada beberapa kondisi yang membuat tidak semua kesalahan
memerlukan jurnal koreksi-karena akan betul dengan sendirinya di periode
(bulan/tahun) berikutnya. Kesalahan pencatatan bisa saja diketehaui di periode
yang sama (misal: transaksi periode 2011 kesalahannya diketahui di tahun 2011)
atau di periode yang berbeda (transaksi tahun 2011 baru diketahui di tahun 2012).
2. Kesalahan Jumlah
Misalnya: Pada tanggal 25 Agustus diketahui telah terjadi kesalahan
pencatatan atas
pembayaran listrik tanggal 15 Agustus 2011 yang sebesar Rp 15.000.000
dimasukkan hanya Rp 1.500.000. Koreksi atas kesalahan jumlah bisa dilakukan
dengan cara memasukan jumlah
selisihnya:
Dr. Biaya Listrik Rp 13.500.000
Rp
Cr. Kas/Utang PLN 13.500.000
(Rp 15,000,000 Rp 1,500,000 = Rp 13.500.000)