Anda di halaman 1dari 14

1

MODUL PERKULIAHAN

P322130002 –
Perencanaan
Pajak
Pemilihan Metode Penyusutan

Abstrak Sub-CPMK

Pertemuan ini berisi tentang Sub-CPMK 4.2 – Jenis Metode


perencanaan pajak atas Penyusutan, Dampak Metode
penyusutan Penyusutan pada Laporan Komersial,
Dampat Metode Penyusutan pada
Laporan Fiskal

Fakultas Program Studi Tatap Muka Disusun Oleh

Ekonomi dan Bisnis Akuntansi


09 Dr. Deden Tarmidi, M.Ak., BKP.
Pendahuluan
Menurut FASB aset adalah manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti atau
diperoleh atau dikuasai / dikendalikan oleh suatu entitas akibat transaksi atau kejadian
masa lalu. Masyarakat umum biasa menyebut aset dengan aktiva, kekayaan atau harta,
dan aset bukan hanya harta berwujud namun juga harta tidak berwujud.
Sedangkan menurut PSAK 16 (revisi 2011) tentang Aset Tetap telah disahkan oleh
Dewan Standar Akuntansi Keuangan pada tanggal 29 November 2011 dan disesuaikan
pada 27 Agustus 2014. Aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan
dalam produksi/penyediaan barang/jasa untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk
tujuan administratif dan diharapkan digunakan selama lebih dari satu periode.method dan
realized inventory method.
Dengan masa manfaat yang lebih dari 1 Tahun, aset wajib pajak dapat dibebankan
dengan cara disusutkan selama masa manafaat aset tersebut, sedangkan dalam
ketentuan pajak memiliki aturan tentang masa manfaat suatu aset.

Jenis Metode Penyusutan


Definisi penyusutan sendiri yaitu alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan
dari suatu aset selama manfaatnya. Sesuai dengan ciri-ciri aset tetap akan disusutkan
setiap tahun.
Beberapa metode penyusutan yang umum digunakan pada perusahaan adalah
sebagai berikut:
a. Metode penyusutan garis lurus (straight line depreciation)
Perhitungan dalam metode ini paling sederhana dan umum, dimana beban
penyusutan aset tetap per tahunnya sama hingga akhir umur ekonomis dari aktiva
tetap tersebut. Selain itu metode garis lurus bisa digunakan untuk menyusutkan aset
fungsional yang tidak berpengaruh besar kecilnya dari volume produk atau jasa yang
dihasilkan, misalkan: peralatan Kantor, bangunan.
 Rumus perhitungan dengan nilai sisa:
Penyusutan = (harga perolehan - nilai sisa) dibagi umur ekonomis
 Rumus perhitungan tanpa nilai sisa:
Penyusutan = harga perolehan / umur ekonomis

2021 Perencanaan Pajak Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


2 Dr. Deden Tarmidi, M.Ak., BKP. http://pbael.mercubuana.ac.id/
b. Metode penyusutan saldo menurun (double declining balance)
Penetapan dalam metode saldo menurun berdasarkan persentase tertentu dapat
dihitung dari harga buku pada tahun saat itu. Besaran persentase penyusutan 2 x
persentase/tarif dari metode garis lurus.
Rumusnya:
Penyusutan = 2 x (100% / umur ekonomis) x harga perolehan nilai sisa

c. Metode penyusutan jumlah angka tahun


Metode dapat digunakan dengan memperhitungkan besarnya penyusutan aset tetap
tiap tahun dan jumlah semakin menurun. Rumusnya:
Penyusutan = Sisa Umur Penggunaan x Harga Perolehan Nilai Sisa
Jumlah angka tahun

d. Metode penyusutan satuan jam kerja (service hours)


Beban penyusutan aktiva tetap ditentukan berdasarkan jumlah satuan produk yang
dihasilkan dalam periode yang bersangkutan.
Rumusnya:
Biaya penyusutan per tahun = jam kerja yang dapat dicapai x tarif penyusutan /
jam
Tarif penyusutan / jam = harga perolehan nilai residu
total jumlah jam kerja penggunaan aset tetap

Ilustrasinya, sebuah peralatan mesin dengan harga perolehan sebesar Rp.


58.000.000, nilai sisa sebesar Rp. 4.000.000 ditaksir akan dapat digunakan selama
75.000 jam. Berapakah nilai penyusutan per jam adalah:
Jawab:
= Harga perolehan – nilai residu/taksiran jam jasa/kerja
= Rp. 58.000.000 – Rp. 4.000.000/75.000
= 720 nilai penyusutan per jam.

Misal, apabila untuk tahun pertama sebuah peralatan mesin tersebut dapat
digunakan selama 8.000 jam, berapakah biaya penyusutan yang dibebankan
perusahaan adalah
Jawab:
8.000 x Rp 720 = Rp. 5.760.000 biaya penyusutan perusahaan.

2021 Perencanaan Pajak Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


3 Dr. Deden Tarmidi, M.Ak., BKP. http://pbael.mercubuana.ac.id/
Metode jam jasa/kerja sangat baik digunakan untuk menghitung penyusutan
kendaraan, dengan anggapan bahwa kendaraan tersebut lebih banyak rusak sebab
digunakan, dibandingkan dengan tua karena waktu.

e. Metode satuan hasil produksi (productive output)


Metode ini beban penyusutan aktiva tetap ditentukan berdasarkan jumlah satuan
produk yang dihasilkan dalam periode yang bersangkutan.
Rumusnya:
Beban penyusutan per tahun = jam satuan produk x tarif penyusutan per produk
Tarif penyusutan per satuan produk = harga perolehan - nilai residu
total produk yang dihasilkan
Ilustrasinya, sebuah mesin dengan harga perolehan Rp. 58.000.000, nilai sisa
sebesar Rp. 4.000.000 ditaksir selama usia penggunaan akan menghasilkan 46.000
unit produk.
Jawab:
= (harga perolehan – nilai residu) / taksiran hasil produksi
= (Rp. 58.000.000 – Rp. 4.000.000) / 46.000
= 1.174, tarif penyusutan per satuan produk.

Dimisalkan, apabila dalam satu tahun penggunaan mesin tersebut memperoleh


produk sebanyak 15.000 unit, berapakah beban penyusutan untuk tahun ini adalah:
= 15.000 x Rp. 1.174 = Rp. 17.610.000 beban penyusutan.
Penggunaan metode ini baik digunakan untuk mengukur hasil produksi, seperti
peralatan mesin, beban penyusutan dapat dihitung dengan metode tersebut dan
jumlah setiap periode tergantung pada jumlah produksi, dengan demikian biaya
penyusutan yang dihitung dengan metode ini bersifat variabel.

Standar Akuntansi dan Laba Rugi


Komersial
Beberapa hal di bawah ini harus diperhatikan dalam menentukan umur manfaat
suatu aset:
1) Ekspektasi daya pakai aset,
2) Ekspektasi tingkat keausan fisik aset,
3) Keusangan teknis dan keusangan komersial,
4) Pembatasan penggunaan aset karena aspek hukum (Misalnya karena sewa).

2021 Perencanaan Pajak Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


4 Dr. Deden Tarmidi, M.Ak., BKP. http://pbael.mercubuana.ac.id/
Berdasarkan kriteria di atas, metode penyusutan yang digunakan harus
mencerminkan ekspektasi pola konsumsi manfaat ekonomis masa depan atas aset oleh
entitas. Metode penyusutan berdasarkan pendapatan pada dasarnya tidak tepat.
Berdasarkan penjelasan di atas, PSAK menyerahkan kepada entitas untuk menghitung
sendiri masa manfaat dengan memperhatikan empat kriteria di atas.
Berdasarkan PSAK 17 yang dimaksud penyusutan adalah alokasi jumlah suatu
aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi. Penyusutan
untuk periode akuntansi dibebankan ke pendapatan baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Aset yang dapat disusutkan adalah aset yang:
(a) Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode akuntansi, dan
(b) Memiliki suatu masa manfaat yang terbatas, dan
(c) Ditahan oleh suatu perusahaan untuk digunakan dalam produksi atau memasok
barang dan jasa, untuk disewakan, atau untuk tujuan administrasi.

Sedangkan masa manfaat menurut PSAK 17 adalah:


(a) Periode suatu aset diharapkan digunakan oleh perusahaan; atau
(b) Jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh dari aset oleh
perusahaan.

Sedangkan jumlah yang dapat disusutkan (depreciable amount) adalah biaya


perolehan suatu aset, atau jumlah lain yang disubstitusikan untuk biaya dalam laporan
keuangan dikurangi nilai sisanya.
Aset yang dapat disusutkan seringkali merupakan bagian signifikan aset
perusahaan. Penyusutan karenanya dapat berpengaruh secara signifikan dalam
menentukan dan menyajikan posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan.
Pandangan pertama menyatakan bahwa jika nilai dari suatu aset telah meningkat
melampaui jumlah tercatat (carrying amount) dalam laporan keuangan, adalah tidak perlu
untuk membebankan penyusutan. Pandangan kedua menyatakan bahwa penyusutan
harus dibebankan pada setiap periode akuntansi berdasarkan jumlah yang dapat
disusutkan tanpa memandang kenaikan nilai jual kembali aset.
Estimasi dari masa manfaat suatu aset yang dapat disusutkan atau suatu kelompok
aset serupa yang dapat disusutkan adalah suatu masalah pertimbangan yang biasanya
berdasarkan pengalaman dengan jenis aset yang serupa. Untuk suatu aset yang
menggunakan teknologi baru atau yang digunakan dalam produksi suatu produk baru

2021 Perencanaan Pajak Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


5 Dr. Deden Tarmidi, M.Ak., BKP. http://pbael.mercubuana.ac.id/
atau yang digunakan dalam pemberian suatu jasa baru dan hanya sedikit pengalaman
mengenai jasa tersebut, estimasi masa manfaat lebih sulit namun tetap dibutuhkan.
Masa manfaat dari suatu aset yang dapat disusutkan untuk suatu perusahaan
mungkin lebih pendek daripada usia fisiknya. Sebagai tambahan terhadap aus dan
kerusakan fisik (physical wear and tear) yang tergantung pada faktor operasional (seperti
frekuensi penggunaan aktiva, program perbaikan dan pemeliharaan), faktor-faktor lain
juga perlu dipertimbangkan. Faktor-faktor tersebut termasuk keusangan yang timbul dari
perubahan teknologi atau perbaikan dalam produksi, keusangan yang timbul dari
perubahan dalam permintaan pasar terhadap output produk atau jasa dari aset, dan
pembatasan hukum seperti tanggal batas penggunaan.
Nilai sisa suatu aset seringkali tidak signifikan dan dapat diabaikan dalam
penghitungan jumlah yang dapat disusutkan. Jika nilai sisa signifikan, nilai tersebut
diestimasi pada tanggal perolehan atau pada tanggal dilakukannnya revaluasi aktiva
(hanya mungkin dilakukan berdasarkan ketentuan pemerintah), berdasarkan nilai yang
dapat direalisasikan pada tanggal tersebut untuk aset yang sama yang telah mencapai
akhir masa manfaatnya dan beroperasi dalam kondisi yang hampir sama dengan aset
yang akan digunakan. Nilai sisa kotor selalu dikurangi dengan harapan biaya
penglepasan pada akhir masa manfaat suatu aset.
Jumlah yang dapat disusutkan dialokasi ke setiap periode akuntansi selama masa
manfaat aset dengan berbagai metode yang sistematis. Metode manapun yang dipilih,
konsistensi dalam penggunaannya adalah perlu, tanpa memandang tingkat profitabilitas
perusahaan dan pertimbangan perpajakan, agar dapat menyediakan daya banding hasil
operasi perusahaan dari periode ke periode.
Berdasarkan PSAK 17, beberapa metode penyusutan dikelompokkan menurut
kriteria tertentu, sebagai berikut:
(a) berdasarkan waktu:
(i) metode garis lurus (straight-line method)
(ii) metode pembebanan yang menurun:
 metode jumlah-angka-tahun (sum-of-the years-digit method)
 metode saldo-menurun/saldo-menurun-ganda (declining/double-declining)
 balance method)
(b) berdasarkan penggunaan:
(i) metode jam-jasa (service-hours method)
(ii) metode jumlah unit produksi (productive-output method) .
(c) berdasarkan kriteria lainnya:
(i) metode berdasarkan jenis dan kelompok (group and composite method)

2021 Perencanaan Pajak Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


6 Dr. Deden Tarmidi, M.Ak., BKP. http://pbael.mercubuana.ac.id/
(ii) metode anuitas (annuity method)
(iii) sistem persediaan (inventory systems)
Tanah biasanya memiliki masa manfaat yang tidak terbatas dan biasanya tidak
dianggap sebagai suatu aset yang dapat disusutkan. Namun, tanah yang memiliki masa
manfaat terbatas bagi perusahaan diperlakukan sebagai aset yang dapat disusutkan.
Pemilihan suatu metode alokasi dan estimasi masa manfaat suatu aset yang dapat
disusutkan adalah merupakan masalah pertimbangan. Pengungkapan metode yang
digunakan dan estimasi masa manfaat atau tingkat penyusutan yang digunakan
menyediakan bagi para pemakai laporan keuangan informasi yang membuat mereka
dapat menelaah kebijakan yang dipilih manajemen dan dapat membuat perbandingan
dengan perusahaan lain. Untuk alasan serupa, adalah perlu untuk mengungkapkan
jumlah yang dapat disusutkan yang dialokasikan daiam suatu periode dan akumulasi
penyusutan pada akhir periode tersebut.
Terdapat beberapa faktor perlu dipertimbangkan saat perusahaan melakukan
penyusutan aset tetap, sebagai berikut.
1) Harga Perolehan Aset (Acquisition Cost)
Faktor pertama penentuan penyusutan aset tetap adalah harga perolehan aset, baik
dalam kondisi baru atau bekas. Sebelum menghitung nominal penyusutan aset, Anda
wajib mengetahui terlebih dulu berapa harga aktiva sebelum dimiliki perusahaan.
Harga perolehan tersebut nantinya digunakan sebagai dasar depresiasi nilai aset tiap
periode tertentu.
2) Umur Ekonomis (Estimated Economic Life)
Faktor berikutnya yang perlu dipertimbangkan sebelum menghitung depresiasi
adalah umur aset sampai nilai kegunaannya mencapai 0 atau diputuskan untuk dijual
oleh perusahaan. Umur ekonomis aktiva dapat bervariasi tergantung jenisnya, mulai
dari beberapa bulan hingga puluhan tahun.
3) Nilai Residu
Faktor terakhir dan terpenting dalam proses penyusutan aktiva tetap adalah nilai
residu, yaitu nilai aset setelah dikurangi nominal depresiasi tiap periode tertentu. Nilai
residu merupakan nilai akhir aset setelah mengalami pengurangan
kualitas/kerusakan, sehingga nominalnya bisa mencapai Rp0 jika memang sudah
tidak bisa dimanfaatkan.

Pemilihan metode penyusutan berdampak pada berbedanya biaya penyusutan


dalam laporan laba rugi sehingga berdampak pada laba rugi perusahaan (laba rugi
komersial).

2021 Perencanaan Pajak Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


7 Dr. Deden Tarmidi, M.Ak., BKP. http://pbael.mercubuana.ac.id/
Contoh Kasus
Perusahaan A ingin menjual 1 mesin produksi seharga Rp8 juta dalam 5 tahun
mendatang, dengan estimasi nilai residu saat dijual adalah Rp1 juta.
a) Penyusutan Garis Lurus
Rumusnya adalah sebagai berikut:
Biaya Penyusutan = (Biaya Perolehan Aset - Nilai Residu) / Umur Ekonomis
Biaya Penyusutan = (Rp 8.000.000 - Rp1.000.000) / 5 tahun
= Rp 7.000.000 / 5 tahun
= Rp 1.400.000
b) Penyusutan Saldo Menurun Ganda
Rumusnya yaitu:
Biaya Penyusutan = Biaya Perolehan Aset X (Persentase Depresiasi Ganda)
% Depresiasi per tahun = ⅕ tahun X 100% = 20%
% Depresiasi berganda = 2 X 20% = 40%

Total nilai residu = Rp 8.000.000 – Rp 7.377.920 = Rp 622.080


c) Penyusutan Saldo Menurun Tunggal
Rumusnya yaitu:
Biaya Penyusutan = Biaya Perolehan Aset X (Persentase Depresiasi Tunggal)
% Depresiasi per tahun = ⅕ tahun X 100% = 20%

Total nilai residu = Rp 8.000.000 – Rp 5.673.472 = Rp 2.326.528

2021 Perencanaan Pajak Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


8 Dr. Deden Tarmidi, M.Ak., BKP. http://pbael.mercubuana.ac.id/
d) Penyusutan Jumlah Angka Tahun
Adapun rumus metode penyusutan jumlah angka tahun yaitu:
Biaya Penyusutan = [Umur Ekonomis X (Biaya Perolehan Aset - Nilai Residu)]
Jumlah Angka Tahun
p> Jumlah angka tahun = 1+2+3+4+5 = 15

Dengan demikian, jika perusahaan A ingin nilai residu saat dijual adalah Rp1 juta,
maka total biaya depresiasi wajib ada di angka Rp7 juta, dengan biaya penyusutan
per tahun seperti tertera di atas.
e) Penyusutan Satuan Hasil Produksi
Rumus metode penyusutan berdasarkan satuan hasil produksi yaitu:
Biaya Penyusutan = Jumlah Produksi X (Biaya Perolehan - Nilai Residu)
Total Produksi Usia Ekonomis
Adapun data produksi per tahunnya adalah sebagai berikut:
Tahun ke-1 = 15,000
Tahun ke-2 = 22,000
Tahun ke-3 = 25,000
Tahun ke-4 = 21,000
Tahun ke-5 = 17,000
Jika menggunakan metode satuan hasil produksi, biaya penyusutannya yaitu sebagai
berikut:

2021 Perencanaan Pajak Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


9 Dr. Deden Tarmidi, M.Ak., BKP. http://pbael.mercubuana.ac.id/
Dari penghitungan biaya penyusutan berdasarkan beberapa metode diatas, maka
perbandingan biaya penyusutan sebagai berikut:

Tahun Metode Biaya Penyusutan


1
Garis Lurus Rp 1.400.000

Saldo Menurun Ganda Rp 3.200.000

Saldo Menurun Tunggal Rp 1.600.000

Jumlah Angka Tahun Rp 2.333.333

Satuan Hasil Produksi Rp 1.050.000


2
Garis Lurus Rp 1.400.000

Saldo Menurun Ganda Rp 1.920.000

Saldo Menurun Tunggal Rp 1.856.000

Jumlah Angka Tahun Rp 1.866.667

Satuan Hasil Produksi Rp 1.540.000


3
Garis Lurus Rp 1.400.000

Saldo Menurun Ganda Rp 1.152.000

Saldo Menurun Tunggal Rp 908.800

Jumlah Angka Tahun Rp 1.400.000

Satuan Hasil Produksi Rp 1.750.000


4
Garis Lurus Rp 1.400.000

Saldo Menurun Ganda Rp 691.200

Saldo Menurun Tunggal Rp 727.040

Jumlah Angka Tahun Rp 933.333

Satuan Hasil Produksi Rp 1.470.000


5
Garis Lurus Rp 1.400.000

Saldo Menurun Ganda Rp 414.720

Saldo Menurun Tunggal Rp 581.632

Jumlah Angka Tahun Rp 466.667

Satuan Hasil Produksi Rp 1.190.000

2021 Perencanaan Pajak Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


10 Dr. Deden Tarmidi, M.Ak., BKP. http://pbael.mercubuana.ac.id/
Karena biaya penyusutan tersebut berdampak terhadap laporan laba rugi
perusahaan, maka perusahaan dapat mempertimbangkan metode mana yang akan
digunakan dalam menyusutkan aset tetapnya.

Ketentuan Pajak dan Laba Rugi Fiskal


Dengan masa manfaat yang lebih dari 1 tahun, aset tetap dapat dibebankan
sebagai pengurang penghasilan bruto dengan cara dilakukan penyusutan (pasal 11 UU
36/2008) atau dengan cara amortisasi (pasal 11A UU 36/2008). Adapun metode
penyusutan yang diperkenankan sesuai ketentuan pajak penghasilan adalah metode
garis lurus (ayat 1) dan metode saldo menurun (ayat 2).
Sedangkan menurut UU PPh, masa manfaat suatu aset tetap berwujud hanya
dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu:

UU PPh hanya mengenal umur manfaat 4, 8, 16 atau 20 tahun untuk aset selain
bangunan dan 10 dan 20 tahun untuk aset bangunan. Hal ini juga yang akan
menyebabkan terjadinya perbedaan penyusutan komersial dan fiskal, selain perbedaan
penentuan kapan suatu aset harus mulai disusutkan.
Secara detail, kelompok harta berwujud bukan bangunan untuk keperluan
penyusutan dijelaskan pada lampiran PMK Nomor 96 Tahun 2009 yang disesuaikan
dengan jenis usaha wajib pajak seperti usaha pertanian, perkebunan, kehutanan, industri
makanan dan minuman, usaha transportasi dan perdagangan, industri semi konduktor,
usaha jasa persewaan peralatan tambat air dalam, usaha jasa telekomunikasi selular dan
usaha lainnya secara umum. Penyusutan dan amortisasi sesuai ketentuan pajak
dilakukan mulai pada bulan diperolehannya aset tetap berwujud dan aset tetap tidak
berwujud tersebut, kecuali untuk bidang usaha tertentu seperti usaha kehutanan,
perkebunan, peternakan.

2021 Perencanaan Pajak Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


11 Dr. Deden Tarmidi, M.Ak., BKP. http://pbael.mercubuana.ac.id/
Berdasarkan penjelasan tersebut, beberapa hal yang merupakan perbedaan biaya
penyusutan antara laporan komersial dan laporan fiskal adalah sebagai berikut:
1) Pengakuan Biaya Perolehan Aset Tetap
Menurut Komersial, PSAK 16 mengisyaratkan untuk dapat dikapitalisasi ke dalam
aset tetap, biaya perolehan aset tetap harus memiliki ciri:
· Kemungkinan besar manfaat ekonomis aset akan mengalir ke perusahaan di
masa akan datang,
· Biaya perolehannya dapat diukur secara andal.
Biaya perolehan aset tetap adalah seluruh biaya yang dapat diatribusikan secara
langsung sehingga aset tetap tersebut dapat digunakan oleh perusahaan.
Sedangkan menurut Fiskal, Harga perolehan atau harga penjualan dalam hal terjadi
jual beli harta yang tidak dipengaruhi hubungan istimewa sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 18 ayat (4) adalah jumlah yang sesungguhnya dikeluarkan atau
diterima, sedangkan apabila terdapat hubungan istimewa adalah jumlah yang
seharusnya dikeluarkan atau diterima.
2) Umur Ekonomis Aset Tetap
Menurut Komersial, umur ekonomis aset tetap ditentukan oleh perusahaan, sesuai
dengan ekspektasi daya pakai aset, ekspektasi teknis dan keusangan komersial aset.
Sedangkan menurut Fiskal merujuk pada Pasal 11 UU PPh, umur manfaat aset tetap
adalah 4, 8, 16 atau 20 tahun untuk aset tetap selain bagunan. Lalu 10 dan 20 tahun
untuk aset tetap berupa bangunan.
3) Metode Penyusutan Aset Tetap
Menurut Komersial ada berbagai macam metode yang dapat digunakan seperti garis
lurus, saldo menurun, jumlah angka tahun, satuan jam kerja, satuan hasil produksi
dan lain-lain.
Sedangkan menurut Fiskal hanya ada dua metode yang digunakan yaitu garis lurus
dan saldo menurun.
4) Waktu Memulai Penyusutan Aset Tetap
Menurut Komersial, penyusutan dilakukan ketika aset siap digunakan.
Sedangkan menurut Fiskal, dimulai pada bulan dilakukannya pengeluaran, kecuali
untuk bulan dalam proses pengerjaan, penyusutan dilakukan pada bulan selesainya
pengerjaan harta tersebut.
5) Penggunaan nilai residu
Menurut Komersial, diperkenankan memiliki nilai residu.
Menurut Fiskal, tidak diperkenankan memiliki nilai residu.

2021 Perencanaan Pajak Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


12 Dr. Deden Tarmidi, M.Ak., BKP. http://pbael.mercubuana.ac.id/
Perencanaan Pajak dalam Penyusutan
Karena penggunaan metode penyusutan tidak dapat berubah-ubah sesuai
ketentuan pajak, maka Wajib Pajak dapat mempertimbangkan metode apa yang akan
digunakan dalam menghitung biaya penyusutan aset tetap.
Dari contoh kasus sebelumnya dapat diketahui bahwa antara 2 metode penyusutan
yang diperbolehkan dalam ketentuan pajak, biaya penyusutan yang dihitung
menggunakan metode saldo menurun lebih besar di tahun-tahun pertama dan kemudian
menurun atau lebih kecil setiap tahunnya, sedangkan biaya penyusutan yang dihitung
menggunakan metode garis lurus adalah tetap atau sama setiap tahunnya. Dan
perbedaan tersebut berdampak pada laba sebelum pajak dan biaya pajak penghasilan
pasal 17 di akhir tahun.
Perbedaan saat dimulainya penyusutan juga menjadi bahan pertimbangan wajib
pajak dalam menghitung biaya penyusutan sesuai ketentuan pajak. Sesuai pasal 11 ayat
(3) Undang-Undang Pajak Penghasilan bahwa penyusutan dimulai pada bulan
dilakukannya pengeluaran, maka wajib pajak dapat mempertimbangkan tanggal
penerimaan aset / pembayaran aset untuk menjadi dasar kapan dimulainya bulan
penyusutan. Bulan dalam ketentuan ini berarti 1 hari tetap dihitung 1 bulan. Artinya ketika
perusahaan membayar aset pada tanggal 31 Desember 2021, maka dalam ketentuan
pajak sudah dihitung biaya penyusutan untuk 1 bulan Desember, bukan 1 hari tanggal 31
Desember saja.
Selain tanggal dimulainya penyusutan, biaya-biaya yang melekat pada asetpun
dapat dipertimbangkan untuk dikapitalisasi menjadi aset atau tidak. Dengan
dikapitalisasikannya biaya sehubungan dengan aset menjadi aset (baik digabung dengan
aset utama atau dipisah), maka penyusutan akan dihitung berdasarkan pengakuan aset
tetap tersebut.

2021 Perencanaan Pajak Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


13 Dr. Deden Tarmidi, M.Ak., BKP. http://pbael.mercubuana.ac.id/
Daftar Pustaka
Pohan, C. A. 2013. Manajemen perpajakan. Jakarta. Gramedia
Siswanto, E.H. & Tarmidi, D. 2020. Akuntansi Pajak Teori dan Praktik. Jakarta. Raja
Grafindo
Suandi, E. 2011. Perencanaan Pajak. Jakarta. Salemba Empat
Waluyo. 2017. Perpajakan Indonesia Buku Satu. Jakarta. Salemba Empat.
Waluyo. 2016. Akuntansi Pajak. Jakarta. Salemba Empat.
Undang – Undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana diubah menjadi Undang – Undang
Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP)
Undang – Undang Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana diubah menjadi Undang – Undang
Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan
Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1983 sebagaimana diubah menjadi Undang – Undang
Nomor 42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai
Zain, M. 2007. Manajemen Pajak. Jakarta. Salemba Empat

2021 Perencanaan Pajak Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


14 Dr. Deden Tarmidi, M.Ak., BKP. http://pbael.mercubuana.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai