Anda di halaman 1dari 13

PERENCANAAN BISNIS USAHA KREATIF

EKM475 (A3)
“PERENCANAAN PEMBIAYAAN DAN ESTIMASI BIAYA USAHA”
(Metode Penyusutan Aktiva Tetap, Menetapkan Harga Pokok, Perkiraan Laporan Keuangan)

Dosen Pengampu: Prof. Dr. Tjokorda Gde Raka Sukawati, S.E., M.M.

Oleh:
Kelompok 9

Made Tarina Maha Lini : 2107521013 / (21)


Khalistra Rabbani Koeswara : 2107521073 / (22)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PROGRAM STUDI SARJANA MANAJEMEN
UNIVERSITAS UDAYANA
JIMBARAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
berkat-Nya, kami dapat menyelesaikan Ringkasan Mata Kuliah yang berjudul
“PERENCANAAN PEMBIAYAAN DAN ESTIMASI BIAYA USAHA” dengan baik dan
tepat waktu. Ringkasan mata kuliah ini kami tulis dengan harapan besar agar dapat memiliki
manfaat dan menambah wawasan serta pengetahuan mengenai Mata Kuliah Perencanaan
Bisnis Usaha Kreatif. Kami ingin mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang
sudah membantu dalam pembuatan kajian ilmiah ini. Kami juga ingin mengucapkan
berterima kasih secara khusus kepada yang terhormat Prof. Dr. Tjokorda Gde Raka Sukawati,
S.E., M.M. selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Perencanaan Bisnis Usaha Kreatif Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
Kami menyadari bahwa dalam proses pembuatan hingga penyelesaian ringkasan mata
kuliah ini, masih terdapat banyak kekurangan karena keterbatasan pengetahuan serta
wawasan kami. Berkat dukungan, bantuan serta saran dari berbagai pihak, ringkasan mata
kuliah ini pada akhirnya dapat diselesaikan dalam bentuk maupun isinya. Kami telah
berupaya dengan segala kemampuan untuk mencari referensi dari beberapa sumber terkait
dan menambah pengetahuan yang dimiliki sehingga ringkasan mata kuliah ini dapat
diselesaikan dengan baik. Kami dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima
masukan, saran serta usul guna penyempurnaan kajian ilmiah ini.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................... 1
1.3 Tujuan.......................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................2
2.1 Menetapkan Metode, Jumlah, dan Alokasi Penyusutan Aktiva Tetap..........................2
2.2 Menetapkan Harga Pokok (Produksi dan Penjualan).................................................. 3
2.3 Prakiraan Laporan Keuangan (Laba/Rugi, Neraca, dan Cashflow)............................. 5
SIMPULAN.............................................................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Aktiva tetap merupakan salah satu faktor produksi yang digunakan oleh perusahaan
untuk menghasilkan barang ataupun jasa, sebagai penggerak usaha. Aktiva tetap bernilai
penting bagi suatu usaha, karena nilai materinya yang cukup besar juga mengalami
penyusutan.
Penyusutan perlu dilakukan karena manfaat yang diberikan dan nilai dari aktiva
tersebut semakin berkurang. Perusahaan harus menerapkan metode penyusutan yang tepat
bagi aktivanya, sebab pemilihan metode penyusutan yang berbeda tentunya akan sangat
berpengaruh terhadap biaya-biaya usaha, yang berarti mempengaruhi besarnya laba.
Besarnya laba yang dihasilkan oleh perusahaan tentu akhirnya akan berujung pada pengaruh
terhadap Pajak Penghasilan terutang yang harus dibayarkan oleh perusahaan. Standar
Akuntansi Keuangan (SAK) menyatakan penyusutan adalah jumlah yang bisa
disusutkan dialokasikan ke setiap periode akuntansi selama masa manfaat aset tetap
menggunakan berbagai metode penyusunan yang sistematis. Adapun metode penyusunan
yang digunakan, diperlukan konsistensi dalam aplikasinya, tidak berubah-ubah tanpa
memandang pertimbangan pajak ataupun tingkat keuntungan perusahaan. Dalam bahasa
sederhana, penyusutan aset tetap iyalah biaya perolehan aset tetap yang dialokasikan pada
Biaya Operasional akibat penggunaan aset tetap.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana menetapkan metode, jumlah, dan alokasi penyusutan aktiva tetap?

1.2.2 Bagaimana menetapkan harga pokok (produksi dan penjualan)?

1.2.3 Bagaimana menetapkan harga pokok produksi (laba/rugi, neraca, cashflow)?

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk mengetahui cara menetapkan metode, jumlah, alokasi penyusutan aktiva tetap.

1.3.2 Untuk mengetahui cara menetapkan harga pokok (produksi dan penjualan).

1.3.3 Untuk mengetahui cara menetapkan harga pokok produksi (laba/rugi, neraca,

cashflow).

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Menetapkan Metode, Jumlah, dan Alokasi Penyusutan Aktiva Tetap

Nilai aktiva tetap akan menjadi berkurang karena adanya pemakaian aktiva tetap
tersebut sehingga dalam akuntansi dikenal adanya penyusutan aktiva tetap. Penyusutan atau
depresiasi adalah pengalokasian harga perolehan dari suatu aktiva tetap karena adanya
penurunan nilai aktiva tetap tersebut. Aktiva tetap mempunyai nilai yang semakin berkurang
dari suatu periode ke periode berikutnya. Namun ada aktiva tetap yang nilainya tidak akan
turun melainkan akan semakin tinggi nilainya yaitu tanah. Aktiva tetap dalam bentuk tanah
nilainya akan semakin tinggi seiring dengan pertambahan waktu.
Ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan saat melakukan penyusutan
aktiva/aset tetap, sebagai berikut:
- Harga Perolehan Aset (Acquisition Cost)
Harga perolehan aset, baik dalam kondisi baru atau bekas. Sebelum menghitung nominal
penyusutan aset, wajib untuk mengetahui terlebih dulu berapa harga aktiva sebelum
dimiliki perusahaan. Harga perolehan tersebut nantinya digunakan sebagai dasar
depresiasi nilai aktiva tiap periode tertentu.
- Umur Ekonomis (Estimated Economic Life)
Umur aktiva sampai nilai kegunaannya mencapai 0 atau diputuskan untuk dijual oleh
perusahaan. Umur ekonomis aktiva dapat bervariasi tergantung jenisnya, mulai dari
beberapa bulan hingga puluhan tahun.
- Nilai Residu
Nilai residu, yaitu nilai aktiva setelah dikurangi nominal depresiasi tiap periode tertentu.
Nilai residu merupakan nilai akhir aset setelah mengalami pengurangan
kualitas/kerusakan, sehingga nominalnya bisa mencapai Rp0 jika memang sudah tidak
bisa dimanfaatkan.
Jenis-jenis metode penyusutan aktiva tetap antara lain:

A. Metode penyusutan saldo menurun (double declining balance method)


Metode saldo menurun adalah metode penyusutan aktiva tetap ditentukan berdasarkan
persentase tertentu dihitung dari harga buku pada tahun yang bersangkutan. Persentase
penyusutan besarnya dua kali persentase atau tariff penyusutan metode garis lurus.

2
Rumusnya:
Biaya Penyusutan = Biaya Perolehan Aset X (Persentase Depresiasi Ganda)

Contoh:
Perusahaan A ingin menjual 1 mesin produksi seharga Rp8 juta dalam 5 tahun
mendatang, dengan estimasi nilai residu saat dijual adalah Rp1 juta. Jika menggunakan
metode saldo menurun ganda, biaya penyusutannya yaitu sebagai berikut:

% Depresiasi per tahun = ⅕ tahun X 100% = 20%

% Depresiasi berganda = 2 X 20% = 40%

Maka, biaya penyusutan per tahunnya adalah:

Total nilai residu = Rp8,000,000 - Rp7,377,920 = Rp622,080


Jadi, berdasarkan metode saldo menurun ganda, mesin produksi perusahaan A tidak bisa
dijual dengan harga Rp1 juta, tapi Rp622 ribu saja dalam 5 tahun mendatang.

B. Metode penyusutan satuan jam kerja (service hours method)

Menurut metode ini, beban penyusutan aktiva tetap ditetapkan berdasarkan jumlah
satuan produk yang dihasilkan dalam periode yang bersangkutan.

Rumus:
Biaya Penyusutan = [Umur Ekonomis X (Biaya Perolehan Aset - Nilai Residu)]

/ Jumlah Angka Tahun

Contoh:
Perusahaan A ingin menjual 1 mesin produksi seharga Rp8 juta dalam 5 tahun
mendatang, dengan estimasi nilai residu saat dijual adalah Rp1 juta. Jika menggunakan
metode jumlah angka tahun, biaya penyusutannya yaitu sebagai berikut:

p> Jumlah angka tahun = 1+2+3+4+5 = 15

Maka perhitungan biaya penyusutan per tahunnya adalah:

3
Jadi, jika perusahaan A ingin nilai residu saat dijual adalah Rp1 juta, maka total biaya
depresiasi wajib ada di angka Rp7 juta, dengan biaya penyusutan per tahun seperti
tertera di atas.

2.2 Menetapkan Harga Pokok (Produksi dan Penjualan)

A. Harga Pokok Penjualan

HPP = Pembelian Bersih + Persediaan Awal – Persediaan Akhir

1) Pembelian Bersih
Pembelian bersih adalah keseluruhan pembelian barang dagangan yang dilakukan
oleh perusahaan untuk pembelian barang secara tunai maupun kredit, ditambah
dengan biaya langsung seperti ongkos angkut. Pembelian tersebut kemudian
dikurangi dengan potongan pembelian dan juga retur pembelian. Sehingga akan
diperoleh nilai pembelian yang bersih atau sebenarnya dalam satu periode itu
sendiri.
2) Persediaan Awal
Persediaan awal barang dagang adalah persediaan barang yang tersedia di awal
periode akuntansi perusahaan. Misalnya saja saat awal bulan ataupun awal tahun.
Saldo persediaan awal barang tersebut dapat dicek di laporan neraca saldo periode
berjalan ataupun di neraca saldo yang ada di awal perusahaan pada tahun
sebelumnya.
3) Persediaan Akhir
Persediaan akhir barang dagang merupakan persediaan barang yang masih
tersedia di akhir periode akuntansi perusahaan. Misalnya saja di akhir bulan
maupun di akhir tahun buku berjalan. Nilai saldo tersebut umumnya diperoleh
dari perhitungan stok opname atau stok fisik. Ini berlaku untuk berbagai
perusahaan yang belum memakai aplikasi stok ataupun akuntansi.

Contoh:

Persediaan Awal Barang Tahun 2021 = Rp300.000.000

4
Pembelian baru selama Tahun 2021 = Rp500.000.000
Persediaan Akhir Barang Tahun 2021 = Rp200.000.000

Penyelesaian :

HPP = Pembelian Bersih + Persediaan Awal Barang – Persediaan Akhir Barang


HPP = Rp500.000.000 + Rp300.000.000 – Rp200.000.000
HPP = Rp. 600.000.000
Jadi, toko ritel camilan di atas menjual produk dagangannya sebesar Rp600.000.000
selama tahun 2021.
B. Harga Pokok Produksi

Harga Pokok Produksi merupakan harga yang diperoleh dari Bahan Baku yang dipakai
ditambah dengan biaya produksi yang timbul guna mengubah Bahan Baku menjadi
barang yang sudah jadi.
Tahapan menghitung Harga Pokok Produksi:

1) Menghitung Bahan Baku yang Dipakai

Rumusnya:
Bahan Baku Yang Digunakan = Persediaan Awal Bahan Baku + Pembelian Bahan
Baku – Persediaan Akhir Bahan Baku

2) Menghitung Biaya Produksi

Rumusnya:
Total Biaya Produksi = Bahan Baku yang Digunakan + Biaya Tenaga Kerja
Langsung + Biaya Overhead Produksi

3) Menghitung Harga Pokok Produksi

Rumusnya:
Harga Pokok Produksi = Total Biaya Produksi + Persediaan Awal Barang
dalam Proses Produksi – Persediaan Akhir Barang
dalam Proses Produksi

5
2.3 Prakiraan Laporan Keuangan (Laba/Rugi, Neraca, dan Cashflow)

A. Perbedaan Laporan Laba-Rugi, Neraca, dan Perubahan Modal


1) Laporan laba rugi, laporan yang menggambarkan hasil-hasil yang telah dicapai
oleh perusahaan serta beban yang terjadi selama periode tertentu, di mana hasil
akhir yang disajikan yaitu laba bersih atau rugi bersih.
2) Laporan perubahan modal, laporan yang menunjukkan sumber dan penggunaan
modal perusahaan yang dapat dihitung setelah mengetahui adanya hasil dari
laporan laba-rugi.
3) Neraca, merupakan laporan yang menunjukkan jumlah aktiva, utang, dan modal
dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu, yang dapat dituliskan setelah
mengetahui adanya perubahan modal dari laporan perubahan modal.
B. Contoh Skema Pembuatan Neraca dari Laporan Laba-Rugi dan Perubahan Modal
1) Laporan Laba/Rugi
- Menyajikan pendapatan, beban, dan laba atau rugi perusahaan untuk suatu
periode tertentu. Dari Sini dapat mengetahui kinerja keuangan perusahaan,
apakah mengalami keuntungan atau kerugian.
- Akun-akun yang diperlukan hanyalah akun Pendapatan dan Beban pada buku
besar.

6
Hasilnya bisa dilihat bahwa laba kotor Bella Salon ialah sebesar Rp5.450.000 dan
pengeluaran yang dilakukan ialah sebesar Rp3.770.000. Sehingga secara
keseluruhan, pada periode tersebut Bella Salon mendapatkan pendapatan bersih
sebesar Rp1.630.000
2) Laporan Perubahan Modal
Diperlukan untuk mengetahui maju atau mundurnya kondisi perusahaan. Jika
modal perusahaan bertambah, berarti terdapat kemajuan. Begitu sebaliknya, jika
modal awal lebih besar daripada modal akhir maka hal ini menunjukkan
perusahaan mengalami kemunduran. Jadi, laporan perubahan modal ini
menceritakan perubahan yang terjadi pada modal pemilik perusahaan. Perubahan
ini disebabkan oleh hasil operasi perusahaan dalam suatu periode tertentu.
Memerlukan data mengenai besar nominal modal awal, jumlah laba bersih, prive,
dan penambahan modal.
3) Neraca
Menyajikan informasi mengenai posisi keuangan perusahaan pada periode tertentu.
Berikut contoh Neraca:

7
C. Hubungan antara laporan laba rugi, neraca, perubahan modal, dan arus kas
1) Angka laba bersih dalam laporan laba rugi ditambahkan ke item baris laba ditahan
di neraca yang mengubah jumlah ekuitas yang terdaftar di neraca.
2) Angka laba bersih juga muncul sebagai item baris di bagian arus kas dari aktivitas
operasi di laporan arus kas.
3) Perubahan berbagai item baris di neraca bergulir ke item baris arus kas yang
tercantum di laporan arus kas. Misalnya, peningkatan jumlah pinjaman yang
terhutang muncul di bagian kewajiban di neraca (sebagai saldo yang sedang
berjalan) dan di arus kas dari bagian aktivitas pendanaan di laporan arus kas (dalam
jumlah penambahan perubahan).
4) Saldo kas akhir di neraca juga muncul di laporan arus kas.
5) Pembelian, penjualan, atau disposisi aset lainnya muncul di neraca (sebagai
pengurangan aset) dan laporan laba rugi (sebagai keuntungan atau kerugian, jika
ada).

8
SIMPULAN

Kebutuhan dana dapat dibagi menjadi 2 jenis, yakni kebutuhan dana untuk aktiva
tetap dan kebutuhan dana untuk modal kerja. Oleh sebab itu, sangat penting juga untuk
memahami sumber dana yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut.
Nilai aktiva tetap akan menjadi berkurang karena adanya pemakaian aktiva tetap tersebut
sehingga dalam akuntansi dikenal adanya penyusutan aktiva tetap. Jenis-jenis metode
penyusutan aktiva tetap, yaitu metode penyusutan saldo menurun (double declining balance
method) dan metode penyusutan satuan jam kerja (service hours method).
Dalam menetapkan harga pokok (produksi dan penjualan) dapat menggunakan rumus
sebagai berikut.
a. Harga Pokok Penjualan

HPP = Pembelian Bersih + Persediaan Awal – Persediaan Akhir

b. Harga Pokok Produksi

Harga Pokok Produksi = Total Biaya Produksi + Persediaan Awal Barang


dalam Proses Produksi – Persediaan Akhir Barang
dalam Proses Produksi

Laporan laba rugi menggambarkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan
serta beban yang terjadi selama periode tertentu, di mana hasil akhir yang disajikan yaitu laba
bersih atau rugi bersih. Lalu laporan perubahan modal merupakan laporan yang menunjukkan
sumber dan penggunaan modal perusahaan yang dapat dihitung setelah mengetahui adanya
hasil dari laporan laba-rugi. Kemudian neraca merupakan laporan yang menunjukkan jumlah
aktiva, utang, dan modal dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu, yang dapat dituliskan
setelah mengetahui adanya perubahan modal dari laporan perubahan modal.

9
DAFTAR PUSTAKA

Binus University School of Accounting. 2015. Metode Penyusutan Aktiva Tetap dalam
Akuntansi, diakses melalui: https://accounting.binus.ac.id/2015/05/19/metode-
penyusutan-aktiva-tetap-dalam-akuntansi-2/
Redaksi OCBC NISP. 2021. 5 Metode Penyusutan Aktiva Tetap, Faktor dan Contohnya,
diakses melalui:https://www.ocbcnisp.com/id/article/2021/06/28/penyusutan-aktiva-
tetap
Gramedia Blog. 2022. Cara Menghitung Harga Pokok Penjualan (HPP) dan Rumus HPP,
diakses melalui:https://www.gramedia.com/best-seller/harga-pokok-penjualan/
Karangkong, K. R., Ventje Ilat, & Victorina Z. Tirayoh. (2018). Penerapan Akuntansi
Persediaan Barang Dagang Pada UD. Muda-Mudi Di Tolitoli. Jurnal Riset Akuntansi
Going Concern , 45-56.
Wiagustini, N. L., Jiwa Atmaja, & I Putu Mertadana. (2014). Manajemen Keuangan.
Kampus Universitas Udayana Denpasar: Udayana University Press.

10

Anda mungkin juga menyukai