Anda di halaman 1dari 17

PROJEK

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Kos


Dosen Pengampu : La Ane, Drs., M.Si

Disusun oleh Kelompok 2

Najila Harna Prameswari (7201220013)


Razita Fakhira (7203220033)

JURUSAN AKUNTANSI
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT atas berkat rahmatnya sehingga kami
masih diberikan kesempatan dan kesehatan untuk dapat menyelesaikan tugas PROJEK
pada mata kuliah Manajemen Kos. Kemudian kami mengucapkan terima kasih kepada
Bapak La Ane, Drs., M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Manajemen Kos yang telah
membimbing kami dalam pengerjaan tugas ini dan kedua orang tua kami yang telah
memberikan semangat kepada kami. PROJEK ini kami buat guna memenuhi penyelesaian
tugas pada mata kuliah Manajemen Kos. Kami harap PROJEK ini dapat menambah
wawasan dan pengetahuan untuk Kami selaku penulis dan para pembaca sekalian.

Kami menyadari bahwa PROJEK ini masih jauh dari kata sempurna karena masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna
perbaikan dan penyempurnaan PROJEK kami kedepannya.

Akhir kata, kami mengucapkan selamat membaca dan semoga isi yang ada dalam PROJEK
ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 1 November 2023

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ....................................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah................................................................................................................... 2

C. Tujuan Penulisan .................................................................................................................... 2

BAB II KAJIAN TEORI ...............................................................Error! Bookmark not defined.

A. Pengertian Activity Based Costing………………………………………………………..3


B. Konsep Activity Based Costing……………………………………………………………3
C. Manfaat dan Keterbatasan Activity Based Costing……………………………………..…4
D. Syarat Penerapan Activity Based Costing………………………………………………....5

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................................................. 6

A. Bentuk Penelitian……………………………………………………………………….…..6
B. Pengumpulan Data…………………………………………………………………………..6
BAB IV PEMBAHASAN…………………………………………………………………………7
BAB V PENUTUP……………………………………………………………………………….13
A. Kesimpulan………………………………………………………………………………...13
B. Saran…………………………………………………………………………………….…13
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………..……..14

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagian besar pemilik UMKM masih menganggap bahwa pencatatan biaya tidak begitu
penting sehingga banyak yang tidak melakukan pencatatan dan perhitungan biaya secara rinci dan
akurat. Pencatanan dan perhitungan biaya pada proses produksi merupakan hal yang penting guna
menentukan harga pokok produksi dan harga jual yang akurat sehingga dapat diperoleh laba yang
optimal untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan. Menurut Yuniawati (2018), untuk
menghitung harga jual yang tepat, organisasi harus dapat menghitung harga pokok produksi
dengan tepat pula sehingga produk tidak overcosted (dibebani biaya lebih dari seharusnya) dan
juga tidak undercosted (dibebani biaya kurang dari seharusnya). Perhitungan harga pokok produksi
merupakan semua biaya produksi yang digunakan untuk memproses suatu bahan baku menjadi
barang jadi dalam suatu periode waktu tertentu.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, telah lahir sebuah sistem perhitungan
biaya yang dirancang untuk mengatasi keterbatasan dari beberapa sistem terdahulunya. Pada
sistem ini mampu mencerminkan konsumsi biaya dalam setiap aktivitas untuk menghasilkan
produk secara tepat dan akurat. Sistem ini bernama Activity Based Costing System (ABC).
Menurut Vitalogi (2017), sistem ABC merupakan perhitungan biaya yang dapat memberikan
alokasi biaya overhead pabrik yang lebih akurat dan relevan. Biaya-biaya tidak langsung dengan
sistem ABC dapat ditentukan melalui aktivitas yang dilaluinya dan biaya untuk masing-masing
aktivitas tersebut kemudian dibebankan atas dasar konsumsi masing-masing produk pada aktivitas.
Salah satu UMKM yang bergerak di industri es krim adalah Sweet Sundae Ice Cream.
Perusahaan ini berdiri pada tahun 2008 di Yogyakarta. Perusahaan bekerja sama dengan para
petani lokal untuk mengolah bahan-bahan alami yang berkualitas tinggi untuk produknya. Produk
yang yang dihasilkan berupa es krim, gelato, susu, yoghurt, keju, milk shake, dan softmix.
Perusahaan dihadapkan dengan berbagai variasi produk yang mana dalam proses penyelesaianya
membutuhkan beberapa tahap sehingga muncul berbagai biaya di luar biaya bahan baku dan biaya
tenaga kerja langsung yang turut mendukung penyelesaian produk. Hal tersebut memerlukan
adanya pengalokasian biaya secara akurat ke produk yang didasarkan pada sumber daya yang
dikonsumsi atas berbagai aktivitas yang akhirnya mempengaruhi perhitungan harga pokok

1
produksi. Harga pokok produksi akan mempengaruhi harga jual apabila perhitunganya tidak
akurat. Harga jual yang ditawarkan akan menjadi tidak efektif dan dapat mempengaruhi laba
perusahaan. perhitungan harga pokok produksi dan harga jual yang efektif akan bermanfaat bagi
manajemen perusaaan untuk melakukan pengembangan bisnis jangka panjang.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah yang
menjadi fokus penulisan ini, yaitu:
1. Apa itu Activity based costing?
2. Apa manfaat dari Activity based costing?
3. Bagaimana penerapan Activity based costing dalam penentuan harga pokok produksi
produk es krim varian strawberry, greentea dan coklat di Sweet Sundae Ice Cream?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan pemahaman yang lebih baik
tentang serta mengetahui tentang :
1. Untuk mengetahui pengertian dari Activity based costing
2. Untuk mengetahui tujuan dari Activity based costing
3. Untuk mengetahui penerapan Activity based costing dalam penentuan harga pokok
produksi produk es krim varian strawberry, greentea dan coklat di Sweet Sundae Ice Cream

2
BAB II

KAJIAN TEORI
A. Pengertian Activity Based Costing

Activity Based Costing adalah suatu metode akuntansi yang berfokus pada aktivitas-aktivitas
yang dilakukan untuk menghasilkan produk/jasa. Selain itu metode ini menyediakan informasi
perihal aktivitas-aktivitas dan sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan aktivitas-
aktivitas tersebut, (Riadi Budiman:2012). Metode ini juga merupakan metode yang menerapkan
konsep-konsep akuntansi aktivitas untuk menghasilkan perhitungan harga pokok produk yang
lebih akurat. Metode ini menawarkan lebih dari sekedar informasi biaya produk yang akurat akan
tetapi juga menyediakan informasi tentang biaya dan kinerja dari aktivitas dan sumber daya serta
dapat menelusuri biaya-biaya secara akurat ke objek biaya selain produk, misalnya pelanggan dan
saluran distribusi, (Siti Suharni:2010).
Menururt Garisson dan Norren (2000:148), menyatakan bahwa Activity Based Costing ialah
metode perhitungan harga pokok produksi yang dirancang untuk menyediakan informasi biaya
bagi manajer untuk pembuatan keputusan strategi dan keputusan lain yang mempengaruhi
kapasitas dan biaya tetap. Activity Based Costing mengakui hubungan sebab akibat atau hubungan
langsung antara biaya sumber daya, penggerak biaya, aktivitas, dan objek biaya dalam
membebankan biaya pada aktivitas dan kemudian pada objek biaya.

B. Konsep Activity Based Costing

Activity Based Costing merupakan metode akuntansi yang berfokus pada aktifitas yang
dilakukan untuk memproduksi barang atau jasa. Activity based costing menyediakan informasi
perihal aktivitas-aktivitas dan sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan aktivitas-
aktivitas tersebut. Aktivitas adalah suatu unit dasar pekerjaan yang dilakukan oleh perusahaan
dengan tujuan membantu perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan bagi
manajemen. Aktivitas sangat dibutuhkan untuk membebankan biaya ke objek biaya, dikenal
dengan aktivitas biaya yang dihubungkan dengan faktor pemicu biaya (cost driver).
Ada dua dimensi activity based costing, yaitu :

3
a. Dimensi biaya (cost dimension), menyediakan informasi biaya mengenai sumber daya,
aktivitas-aktivitas, produk, dan pelanggan (dari objek biaya lainnya yang mungkin menjadi
perhatian perusahaan).
b. Dimensi proses (process dimension), menyediakan informasi mengenai aktivitas apa yang
dilakukan, mengapa, dan sebaik apa aktivitas tersebut dilakukan. Dimensi ini
memungkinkan perusahaan melakukan peningkatan-peningkatan kinerja yang
berkesinambungan dengan mengukur hasilnya.

C. Manfaat dan Keterbatasan Activity Based Costing

Manfaat dari Activity Based Costing, menurut Siti (2010)adalah sebagai berikut :
1. Memperbaiki mutu pengambilan keputusan dengan informasi biaya produk yang lebih
teliti, kemungkinan manajer mengambil keputusan yang salah dapat dikurangi.
2. Memungkinkan manajemen melakukan perbaikan terus menerus terhadap kegiatan untuk
mengurangi biaya overhead. Sistem ini mengidentifikasi biaya overhead dengan kegiatan
yang menimbulkan biaya tersebut. Pembebanan overhead harus mencerminkan jumlah
permintaan overhead (yang dikonsumsi) oleh setiap produk.
3. Memberikan kemudahan dalam menentukan biaya relevan karena sistem ini menyediakan
informasi biaya yang relevan yang dihubungkan dengan berbagai kegiatan untuk
menghasilkan produk, maka menajemen akan menghasilkan kemudahan dalam
memperoleh informasi yang relevan dengan pengambilan keputusan yang menyangkut
berbagai kegiatan bisnis mereka.

Kelemahan dari sistem Activity Based Costing ini adalah sebagai berikut:
a. alokasi, beberapa biaya dialokasikan secara sembarangan, karena sulitnya menemukan
aktivitas biaya tersebut.
b. Mengabaikan biaya-biaya tertentu yang diabaikan dari analisis.
c. Pengeluaran dan waktu yang dikonsumsi. Selain memerlukan biaya yang mahal juga
memerlukan waktu yang cukup lama.

4
D. Syarat Penerapan Activity Based Costing

Dalam penerapannya, penentuan harga pokok dengan menggunakan sistem Activity Based
Costing menyaratkan tiga hal, yaitu:
1. Perusahaan mempunyai tingkat diversitas yang tinggi. Activity Based Costing
mensyaratkan bahwa perusahaan memproduksi beberapa macam produk atau lini produk
yang diproses dengan menggunakan fasilitas yang sama.
2. Tingkat persaingan industri perusahaan jasa yang tinggi yaitu terdapat beberapa
perusahaan jasa yang menghasilkan produk yang sama atau sejenis. Dalam persaingan
antar perusahaan jasa yang sejenis tersebut misalnya rumah sakit, maka perusahaan akan
semakin meningkatkan persaingan untuk memperbesar pasarnya. Semakin besar tingkat
persaingan maka semakin penting peran informasi tentang harga pokok dalam mendukung
pengambilan keputusan manajemen.
3. Biaya pengukuran yang rendah yaitu bahwa biaya yang digunakan Activity Based Costing
untuk menghasilkan informasi biaya yang akurat harus lebih rendah dibandingkan dengan
manfaat yang diperoleh.

5
BAB III

METODE PENELITIAN
A. Bentuk Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah studi literatur. Metode studi literatur adalah
serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan
mencatat, serta mengelolah bahan penelitian (Zed, 2008:3).
Studi kepustakaan merupakan kegiatan yang diwajibkan dalam penelitian, khususnya
penelitian akademik yang tujuan utamanya adalah mengembangkan aspek teoritis maupun aspek
manfaat praktis. Studi kepustakaan dilakukan oleh setiap peneliti dengan tujuan utama yaitu
mencari dasar pijakan / fondasi utnuk memperoleh dan membangun landasan teori, kerangka
berpikir, dan menentukandugaan sementara atau disebut juga dengan hipotesis penelitian.
Sehingga para penelitidapat menggelompokkan, mengalokasikan mengorganisasikan, dan
menggunakan variasi pustaka dalam bidangnya. Dengan melakukan studi kepustakaan, para
peneliti mempunyai pendalaman yang lebih luas dan mendalam terhadap masalah yang hendak
diteliti.
Melakukan studi literatur ini dilakukan oleh peneliti antara setelah mereka menentukan topik
penelitian dan ditetapkannya rumusan permasalahan, sebelum mereka terjun ke lapangan untuk
mengumpulkan data yang diperlukan (Darmadi, 2011)

B. Pengumpulan Data

Data yang digunakan berasal dari textbook, journal, artikel ilmiah, literature review yang
berisikan tentang konsep yang diteliti.

6
BAB IV

PEMBAHASAN
Sweet Sundae Ice Cream merupakan perusahaan yang bergerak dibidang penyedia es krim
yang berdiri sejak tahun 2008. Produk yang dihasilkan perusahaan meliputi es krim, gelato, susu,
yoghurt, milkshake, keju mozzarella dan softmix. Selama satu bulan perusahaan mampu mengolah
sebanyak 2000 liter susu. Biaya produksi di Sweet Sundae Ice Cream terdiri dari biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Penentuan harga pokok produksi di Sweet
Sundae Ice Cream dihitung menggunakan metode full costing yaitu dengan cara menjumlahkan
seluruh biaya produksi kemudian dibagi dengan unit produk yang dihasilkan.
Pada Tabel 1, 2 dan 3 akan disajikan informasi tentang data biaya produksi produk es krim
perusahaaan:
Tabel 1. Biaya Bahan Baku
No Keterangan Biaya Bahan Baku (Rp) Unit Produk (Liter)
1 Es krim strawberry Rp. 10.785.125 650
2 Es krim green tea Rp. 9.055.500 600
3 Es krim coklat Rp. 11.170.941 750
Total Rp. 31.011.566 2.000

Tabel 2. Biaya Tenaga Kerja Langsung


No Keterangan Jumlah Tenaga Kerja BTKL (Rp)
1 Es krim strawberry 1 Orang Rp. 585.000
2 Es krim green tea 1 Orang Rp. 540.000
3 Es krim coklat 1 Orang Rp. 675.000
Total Rp. 1.800.000

Tabel 3. Biaya Overhead Pabrik


No Jenis Biaya Jumlah (Rp)
1 Biaya bahan penolong Rp. 421.175
2 Biaya pengemasan Rp. 7.904.000
3 Biaya administrasi Rp. 50.000
4 Biaya telekomunikasi Rp. 700.000
5 Biaya listrik Rp. 4.500.000
6 BTKTL Rp. 13.400.000
7 Biaya penyusutan bangunan Rp. 2.111.111
8 Biaya penyusutan mesin Rp. 3.371.031
9 Biaya penyusutan kendaraan Rp. 625.000
10 Biaya reparasi Rp. 100.000

7
11 Biaya pengiriman Rp. 350.000
Total Rp. 33.532.317

Perhitungan harga pokok produksi dengan Activity Based Costing


Perhitungan harga pokok produksi menggunakan sistem ABC dilakukan dengan dua tahap.
Tahap pertama meliputi :
1. Mengidentifikasi aktivitas, membebankan biaya, dan mengelompokan aktivitas sejenis.
Aktivitas yang dilakukan untuk memproduksi es krim meliputi aktivitas produksi, aktivitas
pengemasan, dan aktivitas pengiriman. Seluruh biaya yang dikeluarkan untuk melakukan
aktivitas tersebut akan dibebankan ke setiap aktivitas. Aktivitas-aktivitas tersebut
kemudian dikelompokan menjadi tiga level yang disajikan dalam Tabel 4.

Tabel 4. Klasifikasi Biaya ke dalam Aktivitas


Level Aktivitas Komponen BOP Jumlah (Rp)
Biaya bahan penolong Rp. 421.175
Biaya pengemasan Rp. 7.904.000
Level Unit Biaya pengiriman Rp. 350.000
Biaya telekomunikasi Rp. 700.000
Biaya administrasi Rp. 50.000
Biaya listrik Rp. 4.500.000
Level Batch
BTKTL Rp.13.400.000
Biaya reparasi Rp. 100.000
Biaya penyustan mesin Rp. 3.371.031
Level Fasilitas
Biaya penyusutan bangunan Rp. 2.111.111
Biaya penyusutan kendaraan Rp. 625.000
Total Rp.33.532.317

Penjelasan atas pengelompokan level aktivitas pada Tabel 4 adalah sebagai berikut:
a. Aktivitas level unit
Level unit meliputi aktivitas-aktivitas yang terjadi berulang untuk setiap unit produk dan
konsumsinya seiring mengikuti jumlah unit yang diproduksi. Aktivitas yang termask
level ini meliputi aktivitas pemakaian bahan pembantu, aktivitas pengemasan produk,
aktivitas pengiriman produk, aktivitas pemakaian komunikasi dan administrasi kantor.
b. Aktivitas level batch
Level batch meliputi aktivitas-aktivitas yang dikonsumsi oleh produk berdasarkan jumlah
batch produk yang diproduksi dan aktivitas penyebab biaya ini terjadi berulang setiap
satu batch. Aktivitas yang termasuk dalam level ini meliputi biaya listrik dan BTKTL.

8
c. Aktivitas level fasilitas
Level fasilitas meliputi aktivitas-aktivitas yang dikonsumsi oleh produk berdasarkan
fasilitas yang dinikmati oleh produk. Aktivitas yang termask level ini meliputi biaya
reparasi, biaya penyusutan mesin, biaya penyusutan bangunan, dan biaya penyusutan
kendaraaan.

2. Menentukan cost pool dan cost driver


Aktivitas-aktivitas yang telah teridentifikasi dan dikelompokan menjadi beberapa level
kemudian selanjutnya menentukan cost pool dan cost driver untuk setiap aktivitas tersebut.
Aktivitas yang dikelompokan dalam level unit dikendalikan oleh satu cost driver yaitu
jumlah unit produk. Aktivitas dalam level batch dikendalikan oleh dua cost driver yaitu
jumlah KWH listrik dan jumlah jam kerja karyawan, sedangkan aktivitas dalam level
fasilitas dikendalikan oleh jam kerja mesin, luas bangunan dan jumlah jam kerja kendaraan.
Rincian cost pool pada aktivitas pembuatan es krim varian strawberry, green tea, dan coklat
dapat dilihat dalam Tabel 5.

Tabel 5. Penentuan Cost Pool Dan Cost Driver


Cost pool Level Aktivitas Komponen BOP Cost driver Keterangan
Biaya bahan penolong Unit Produk
Biaya pengemasan Unit Produk
Pool 1 Level Unit Biaya pengiriman Unit Produk 2000 unit
Biaya telekomunikasi Unit Produk
Biaya administrasi Unit Produk
Biaya listrik jumlah KWH 7196 KWH
Pool 2 Level Batch
BTKTL jam kerja karyawan 1.040 jam
Biaya reparasi jam kerja mesin
8.400 jam
Biaya penyustan mesin jam kerja mesin
Biaya penyusutan luas bangunan
Pool 3 Level Fasilitas 675 m2
bangunan
Biaya penyusutan jam kerja
kendaraan 250 jam
kendaraan

3. Menghitung tarif kelompok overhead (pool rate)


Pada langkah ini dilakukan perhitungan tiap kelompok (cost pool) yang diperoleh dengan
membagi total biaya tiap kelompok dengan cost driver (pemicu biaya). Adapun hasil
penentuan pool rate disajikan pada Tabel 6.

9
Tabel 6. Penentuan Pool Rate
Cost Level Komponen BOP Cost Cost pool (Rp) Pool Rate Jumlah (Rp)
pool Aktivitas driver (Rp)
Biaya bahan Rp. 421.175 Rp. 211
2.000
penolong
Biaya pengemasan 2.000 Rp. 7.904.000 Rp. 3.952
Pool 1 Level Unit Biaya pengiriman 2.000 Rp. 350.000 Rp. 175 Rp. 4.713
Biaya Rp. 700.000 Rp. 350
2.000
telekomunikasi
Biaya administrasi 2.000 Rp. 50.000 Rp. 25
Level Biaya listrik 7.196 Rp. 4.500.000 Rp. 625
Pool 2 Rp.13.510
Batch BTKTL 1.040 Rp.13.400.000 Rp.12.885
Biaya reparasi 8.400 Rp. 100.000 Rp. 12
Biaya penyustan Rp. 3.371.031 Rp. 401
8.400
mesin
Level
Pool 3 Biaya penyusutan Rp. 2.111.111 Rp. 3.128 Rp. 6.041
Fasilitas 675
bangunan
Biaya penyusutan Rp. 625.000 Rp. 2.500
250
kendaraan
Total Rp.24.264

Tahap kedua dalam perhitungan harga pokok produksi dengan sistem ABC meliputi:
a. Pembebanan biaya overhead pabrik ke setiap kelompok pada setiap produk (Lihat Tabel 7).
b. Perhitungan harga pokok produksi dengan sistem ABC (Lihat Tabel 8).
c. Perbandingan harga pokok produksi sistem ABC dengan perhitungan perusahaan (Lihat Tabel
9).

Tabel 7. Pengenaan Biaya Overhead Ke Setiap Produk


Varian Es Krim (Rp)
Level Aktivitas Aktivitas
Strawberry Green tea Coklat
Jumlah unit produk
650 x Rp. 4.713 3.063.182
Level Unit
600 x Rp. 4.713 2.827.553
750 x Rp. 4.713 3.534.441
Jumlah KWH
2.339 x Rp. 625 1.462.500
2.159 x Rp. 625 1.350.000
Level Batch 2.699 x Rp. 625 1.687.500
Jam kerja karyawan
338 x Rp. 12.885 4.355.000
312 x Rp. 12.885 4.020.000

10
390 x Rp. 12.885 5.025.000
Jam kerja mesin
2.730 x Rp. 413 1.127.490
2.520 x Rp. 413 1.040.760
3.150 x Rp. 413 1.300.950
Luas bangunan
219 x Rp. 3.128 686.111
Level Fasilitas 203 x Rp. 3.128 633.333
253 x Rp. 3.128 791.667
Jam kerja
kendaraaan
81.3 x Rp. 2.500 203.125
75 x Rp. 2.500 187.500
93.8 x Rp. 2.500 234.375
Total 10.897.408 10.059.146 12.573.932

Tabel 8. Perhitungan harga Pokok Produksi Sistem ABC


Varian Es Krim (Rp)
Keterangan
Strawberry Green tea Coklat
Biaya Bahan Baku Rp. 10.785.125 Rp. 9.055.500 Rp.11.170.941
BTKL Rp. 585.000 Rp. 540.000 Rp. 675.000
BOP Rp.10.897.408 Rp.10.059.146 Rp.12.573.932
Jumlah Rp.22.267.533 Rp.19.654.646 Rp.24.419.873
Unit Produk 650 600 750
HPP per liter Rp. 34.258 Rp. 32.758 Rp. 32.560

Tabel 9. Perbandingan Harga Pokok Produksi


Varian Es Krim (Rp)
Keterangan
Strawberry Green tea Coklat
HPP Sistem ABC Rp. 34.258 Rp. 32.758 Rp. 32.560
HPP Sweet Sundae Ice Rp. 33.694 Rp. 32.194 Rp. 31.994
Cream
Harga Jual Rp. 35.000 Rp. 35.000 Rp. 35.000
Margin keuntungan 3,75% 6,4% 8,5%
Selisih HPP Rp. 564 Rp. 564 Rp. 566

Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan hasil perhitungan harga
pokok produksi antara sistem ABC dengan perhitungan Sweet Sundae Ice Cream. Harga pokok
produksi kemasan satu liter untuk es krim varian strawberry sebesar Rp, 34.258, es krim green tea
Rp. 32.758 dan es krim coklat Rp. 32.560. Hal ini menunjukan bahwa harga pokok produksi ketiga
varian es krim selama ini mengalami kondisi undercost (dibebani kurang dari biaya yang
seharusnya). Penyebab perbedaan hasil perhitungan ini selain dikarenakan perbedaan penggunaan
metode penentuan harga pokok produksi yaitu adanya ketidak tepatan perusahaan dalam

11
pembebanan biaya ke dalam unsur harga pokok produksi.Terdapat unsur biaya yang belum
dibebankan dalam biaya overhead pabrik yaitu biaya penyusutan bangunan. Selain itu perusahaan
juga membebankan unsur hutang dagang dalam penentuan harga pokok produksi yang mana dalam
sistem ABC tidak termasuk dalam unsur harga pokok produksi.
Penentuan harga pokok produksi di Sweet Sundae Ice Cream mengalami distorsi biaya atau
ketidaksempurnaan dalam pengalokasian biaya yang disebabkan oleh sistem harga pokok produksi
yang telah ditetapkan perusahaan. Hal tersebut dapat mengakibatkan penentuan harga pokok
produksi menjadi tidak akurat sehingga akan berdampak pada profitabilitas perusahaan. Penentuan
harga pokok produksi dengan sistem ABC menggunakan beberapa cost driver yang berbeda-beda
dalam setiap unsur biaya overhead pabrik, sehingga sistem ini mampu mengalokasikan biaya
aktivitas ke setiap produk yang dihasilkan secara tepat berdasarkan konsumsi setiap aktivitas. Oleh
karena itu sistem ini dinilai lebih akurat dan tidak menimbulkan distorsi biaya.

12
BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti dapat mengambil kesimpulan
bahwa penentuan harga pokok produksi di Sweet Sundae Ice Cream ditentukan dengan metode
full costing, akan tetapi dalam penentuan unsur harga pokok produksi terdapat pembebanan biaya-
biaya yang kurang tepat. Penerapan sistem ABC dalam penentuan harga pokok produksi es krim
mengahsilkan perhitungan per kemasan satu liter sebesar Rp 34.258 untuk varian strawberry, Rp.
32.758 untuk varian green tea dan Rp. 32.560 untuk varian cokat. Perbandingan harga pokok
produksi system ABC dengan perhitungan perusahaan dari ketiga varian es krim terlihat bahwa
perhitungan dengan sistem ABC lebih tinggi. Hal ini menunjukan bahwa harga pokok produksi es
krim yang selama ini ditentukan perusahaan mengalami undercost. Perusahaan mengalami distorsi
biaya atau ketidaksempurnaan dalam pengalokasian biaya yang disebabakan oleh sistem harga
pokok produksi perusahaan.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah diuraikan sebelumnya dan diseimpulkan, oleh
karena itu saran yang dapat penulis berikan yaitu Perusahaan Sweet Sundae Ice Cream harus
menggunakan sistem Activity Based Costing pada penentuan harga pokok produksi masing-
masing varian ice cream, agar Perusahaan tidak mengalami undercost (dibebani kurang dari biaya
yang seharusnya) dan tidak mengalami distorsi biaya atau ketidaksempurnaan dalam
pengalokasian biaya yang disebabakan oleh sistem harga pokok produksi perusahaan.

13
DAFTAR PUSTAKA
Ningsih, Yulia Nita, and Diska Arliena Hafni. "Penerapan Activity Based Costing untuk
Penentuan Harga Pokok Produksi pada Sweet Sundae Ice Cream." ULIL ALBAB: Jurnal
Ilmiah Multidisiplin 2.5 (2023): 1923-1932.

14

Anda mungkin juga menyukai