Anda di halaman 1dari 17

Makalah

Activity Based Management (ABM)


Dosen Pengampu : Herman Ernandi, SE. MM.

Disusun oleh
1. Shofia Fitri Marhamah (202010300112)
2. Linda Veromita (202010300150)
3. Siti Arifatul Korita (202010300158)

PROGRAM STUDI AKUTANSI


FAKULTAS BINIS HUKUM DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO
2021
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh
Segala puji bagi Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah memberikan nikmat serta hidayah-
Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “Activity Based Manajemen”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas
yang diberikan oleh Dosen Herman Ernandi, SE. MM dalam mata kuliah Akuntansi Manajemen
di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Fakultas Bisnis Hukum dan Ilmu Sosial Studi
Akuntansi.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya
kepada dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini. Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak
kekurangan baik pada teknik penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami
miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan
makalah ini.
Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Sidoarjo, 28 November 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI ............................................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 4
1. Latar Belakang ................................................................................................................................ 4
2. Rumusan Masalah ........................................................................................................................... 5
3. Tujuan Penulisan ............................................................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................................... 6
1. Definisi Activity Based Management ............................................................................................. 6
2. Siklus Hidup Produk ....................................................................................................................... 7
3. Tujuan dan Manfaat Activity Based Management .......................................................................... 8
4. Model Dimensi dan Penerapan Activity Based Manajemen............................................................ 8
1.2 Model Dimensi Activity Based Management .......................................................................... 8
2.2 Penerapan Activity Based Manajemen .................................................................................... 9
5. Faktor-faktor yang Mendukung Keberhasilan Penerapan ABM Dalam Suatu Organisasi ............ 10
6. Langkah-langkah Value Analysis Dalam Menghasilkan Informasi............................................... 11
BAB III ANALISIS / EVALUASI ......................................................................................................... 14
1. Contoh Kasus “UD. 3 S’Prima” .................................................................................................... 14
2. Analisis Contoh Kasus “UD. 3 S’Prima” ...................................................................................... 15
BAB IV PENUTUP ................................................................................................................................. 16
1. Kesimpulan ................................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................................. 17
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Permintaan akan informasi akuntansi manajemen yang lebih akurat dan relevan telah
mengarah pada perkembangan manajemen berdasarkan aktivitas. Manajemen berdasarkan
aktivitas adalah suatu pendekatan di seluruh sistem dan terintegrasi, yang memfokuskan
perhatian manajemen pada berbagai aktivitas, dengan tujuan meningkatkan nilai untuk
pelanggan (customer value) dan laba sebagai hasilnya. Manajemen berdasarkan aktivitas
menekankan pada biaya berdasarkan aktivitas/Activity Based Management (ABM) dan
analisis nilai proses. Biaya berdasarkan aktivitas meningkatkan keakuratan mengalokasikan
biaya dengan pertama-tama menelusuri biaya berbagai aktivitas, dan kemudian sampai pada
produk atau pelanggan yang menggunakan berbagai aktivitas tersebut.

Analisis nilai proses di lain pihak, menekankan pada analisis aktivitas, yaitu mencoba
untuk menetapkan mengapa melakukan aktivitas yang diperlukan secara lebih efisien, dan
untuk menghapus aktivitas yang tidak memberikan nilai bagi pelanggan. Manajemen
berdasarkan aktivitas memiliki tujuan untuk meningkatkan nilai bagi pelanggan dengan
mengelola aktivitas. Nilai bagi pelanggan adalah fokus utama karena perusahaan dapat
menciptakan keunggulan kompetitif dengan menciptakan nilai bagi pelanggan yang lebih
baik dengan biaya yang sama atau lebih rendah dari pesaing atau menciptakan nilai yang
sama dengan biaya lebih rendah dari pesaing.

Nilai bagi pelanggan adalah selisih antara apa yang pelanggan terima (realisasi untuk
pelanggan) dengan apa yang pelanggan serahkan (hal yang dikorbankan pelanggan). Apa
yang diterima, disebut sebagai produk total (total product). Produk total seluruh manfaat
baik wujud (tangible) maupun tidak berwujud (intangible) yang pelanggan terima dari
produk yang dibeli. Pengorbanan pelanggan meliputi biaya meliputi biaya pembelian
produk, waktu dan usaha yang dikeluarkan untuk mendapatkan dan mempelajari cara
menggunakan produk, dan biaya-biaya paska pembelian, yang didefinisikan sebagai biaya
penggunaan, pemeliharaan, dan menjual kembali produk tersebut. Meningkatkan nilai bagi
pelanggan berarti meningkatkan realisasi untuk pelanggan, menurunkan pengorbanan
pelanggan, atau keduanya.
2. Rumusan Masalah
1.2 Apa yang dimaksud dengan activity based manajemen ?
2.2 Apa itu siklus hidup produksi?
3.2 Bagaimana tujuan dan manfaat activity based management ?
4.2 Bagaimana model dimensi dan penerapan activity based manajemen ?
5.2 Bagaimana faktor-faktor yang mendukung keberhasilan penerapan activity based
management dalam suatu organisasi ?
6.2 Bagaimana langkah-langkah value analysis dalam menghasilkan informasi ?

3. Tujuan Penulisan
1.3 Untuk memahami dan mendeskripsikan maksud dari activity based manajemen.
2.3 Untuk memahami siklus hidup produksi
3.3 Untuk memahami dan mendeskripsikan tujuan dan manfaat activity based management.
4.3 Untuk memahami dan mendeskripsikan model dan penerapan dimensi activity based
manajemen.
5.3 Untuk memahami dan mendeskripsikan faktor-faktor yang mendukung keberhasilan
penerapan activity based management dalam suatu organisasi.
6.3 Untuk memahami dan mendeskripsikan langkah-langkah value analysis dalam
menghasilkan informasi
.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Definisi Activity Based Management

Aktivitas utama manjemen adalah mancari laba untuk kelangsungan hidup perusahaan.
Setiap aktivitas harus memperoleh manfaat yang lebih besar daripada
pengorbanannya, karena setiap aktivitas adalah biaya. Manajemen berdasarkan aktivitas
adalah perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian aktivitas untuk
mencapai sasaran kerja dan tujuan organisasi melalui proses perbaikan terus menerus.
Perbaikan itu meliputi bidang alat kerja, metode kerja, tenaga kerja, sasaran kerja, tingkat
harga, kualitas produk, dan kualitas pelanggan.

Semua aktivitas adalah biaya karena aktivitas adalah pengorbanan sumber-sumber daya
yang dapat diukur dengan satuan uang atau aktivitas adalah pengorbanan
input untuk memperoleh output dan keuntungan. Manajemen harus berusaha
meningkatkan aktivitas yang bernilai tambah dan mengurangi aktivitas yang tidak bernilai
tambah secara sistematis. Aktivitas bernilai tambah seperti riset pasar, merancang dan
mengembangkan produk, membuat dan menjual produk, serta pelayanan purna jual produk.
Sedangkan aktivitas yang tidak bernilai tambah seperti pemeriksaan pekerjaan, pengerjaan
ulang, memindahkan bahan baku dan barang setengah jadi, penjadwalan, waktu tunggu, dan
penyimpanan. Aktivitas ini harus dikurangi kalau mungkin dihapuskan.

Activity–Based Management (ABM) adalah suatu pendekatan di seluruh sistem dan


terintegrasi, yang memfokuskan perhatian manajemen pada berbagai aktivitas, dengan
tujuan meningkatkan nilai untuk pelanggan dan laba sebagai hasilnya (Hansen dan Mowen,
2006; 11).

Menurut Mulyadi (2007; 731), Activity-Based Management (ABM) adalah pendekatan


manajemen yang memusatkan pengelolaan pada aktivitas
dengan tujuan untuk melakukan improvement berkelanjutan terhadap value yang dihasilkan
bagi customer, dan laba yang dihasilkan dari penyedia value tersebut. Sedangkan menurut
Blocher (2007; 239), Activity–Based Management (ABM) analisis aktivitas yang digunakan
untuk memperbaiki nilai produk atau jasa bagi pelanggan dan meningkatkan keuntungan
perusahaan.

Berdasarkan definisi-definisi diatas, ABM mempunyai dua frasa penting, yaitu


manajemen berbasis aktivitas berfokus pada pengelolaan aktivitas untuk meningkatkan nilai
yang diterima oleh konsumen, dan pemusatan pengelolaan pada aktivitas untuk
menghasilkan laba dari penyedia nilai tersebut.
2. Siklus Hidup Produk
Dunia kapitalisme ditandai oleh dua kegiatan yaitu persaingan dan inovasi teknologi.
Oleh sebab itu adanya siklus kehidupan produk (Product Life Cycle) penting. Berikut adalah
siklus hidup produk :

a. Tahap Pengembangan
Pengembangan produk merupakan tahap inkubasi dan konseptualisasi dari produk baru
sebelum di launcing ke pasar. Pengembangan produk baru ini merupakan proses yang
krusial bagi organisasi terutama dalam mencapai pertambahan penjualan dan laba usaha
(Houston, 1985). Tahap pengembangan ini meliputi beberapa proses yaitu : ide
validation, conceptual design, specification and design, prototype and testing serta
manufacturing ramp-up (Answercom, 2007)
b. Tahap Perkenalan
Tahap ini dimulai saat produk mulai disediakan untuk dibeli oleh khalayak ramai
dipasaran (customers). Perkenalan suatu produk secara nyata pada satu atau beberapa
pasaran memakan waktu dan pertumbuhan lazimnya berjalan lambat. Menurut Buzzel
yang dikutip oleh Kotler (1998), bahwa lambatnya pertumbuhan para periode ini
disebabkan oleh terlambatnya perluasan kapasitas produksi, kesulitan teknik,
terlambatnya produk tersebut disediakan bagi konsumen di tingkat eceran dan
keengganan konsumen untuk mengubah tingkah laku yang mapan
c. Tahap Kedewasaan
Pada suatu saat tertentu laju pertumbuhan penjualan akan menjadi lamban, dan produk
memasuki suati tahap kedewasaan yang nisbi. Lazimnya tahap ini bertahan lebih lama
dari pada tahap-tahap sebelumnya. Tahap kedewasaan ini dapat dibagi menjadi tiga
fasa, yaitu : Pertama fasa kedewasaan pertumbuhan (Growth Maturity), dicirikan
dengan volume penjualan yang merosot, disebabkan oleh kejenuhan saluran distribusi.
Kedua fase kedewasaan mantap (Stable maturity) pada saat itu volume penjualan mulai
mendatar yang disebabkan kejenuhan pasar dan penjualan tergantung pada kelompok
late majorate and laggard (Nylen, 1987). Ketiga fase kedewasaan mengusang
(Decaying maturity) disini volume penjualan mutlak merosot dan sebagian besar
konsumen beralih kepda produk-produk pengganti lainnya (Kotler, 1980)
d. Tahap kemerosotan
sebagian terbesar dari bentuk produk dan merek produk pada waktunya memasuki
suatu tahap kemerosotan penjualan yang berkesinambungan. Kemerosotan ini ada yang
berlangsung secara lamban maupun cepat. Volume penjualan mungkin turun sampai
pada tingkat terendah sehingga produk ditarik dari pasaran. Kemerosotan ini biasanya
disebabkan oleh kemajuan teknologi yang menghasilkan bentuk produk baru dan
menggantikan produk lama, perubahan mode, dan selera konsumen atau masuknya
barang-barang impor yang lebih murah
3. Tujuan dan Manfaat Activity Based Management
ABM merupakan pusat dari sistem manajemen biaya oleh karena itu untuk mengelola
organisasi atau perusahaan dengan baik, harus menekankan pada ABM. ABM bertujuan
untuk meningkatkan nilai produk atau jasa yang diterima oleh para konsumen, dan oleh
karena itu dapat digunakan untuk mencapai laba dengan menyediakan nilai tambah bagi
konsumennya. Manfaat yang diperoleh dengan menggunakan ABM adalah manajemen
dapat menentukan wilayah untuk melakukan perbaikan operasi, mengurangi biaya, atau
meninggkatkan nilai bagi pelanggan. Dengan mengidentifikasi sumber daya yang dipakai
konsumen, produk, dan aktivitas, ABM memperbaiki fokus manajemen atas faktor-faktor
kunci perusahaan dan meningkatkan keunggulan kompetitif (Blocher, 2007; 239). Manfaat
ABM menurut Supriyono (1999; 365) adalah sebagai berikut

a. Mengukur kinerja keuangan dan pengoperasian (nonkeuangan) organisasi dan aktivitas-


aktivitasnya.
b. Menentukan biaya-biaya dan profitabilitas yang benar untuk setiap tipe produk dan jasa.
c. Mengidentifikasikan aktivitas-aktivitas dan mengendalikannya.
d. Mengelompokkan aktivitas-aktivitas bernilai tambah dan tidak bernilai tambah.
e. Mengefisienkan aktivitas bernilai tambah dan mengeliminasi aktivitas-aktivitas tidak
bernilai tambah.
f. Menjamin bahwa pembuatan keputusan, perencanaan dan pengendalian didasarkan pada
isu-isu bisnis yang keluar dan tidak semata berdasar informasi keuangan.
g. Menilai penciptaan rangkaian nilai tambah (value-added chain) untuk memenuhi
kebutuhan dan kepuasan konsumen.

4. Model Dimensi dan Penerapan Activity Based Manajemen

1.2 Model Dimensi Activity Based Management


Activity based management menekankan pada biaya berdasarkan aktivitas atau
Activity-Based Costing (ABC) dan analisis nilai proses. Jadi, Activity–Based
Management memiliki dua dimensi, yaitu dimensi biaya dan dimensi proses (Hansen
dan Mowen, 2006; 487).

a. Dimensi Biaya
Dimensi biaya adalah dimensi ABM yang memberikan informasi biaya mengenai
sumber, aktivitas, produk, dan pelanggan. Dimensi biaya ini bertujuan untuk
memperbaiki keakuratan pembebanan biaya. Sebagaimana sumber biaya ditelusuri
pada aktivitas dan kemudian biaya dibebankan pada produk dan pelanggan.
Dimensi biaya atau dimensi Activity-Based Costing (ABC), didasarkan pada ABC
generasi kedua yang merupakan perkembangan lebih lanjut dari ABC generasi
pertama. ABC generasi pertama adalah sistem penentuan biaya produk yang terdiri
atas dua tahap yaitu melacak biaya pada berbagai aktivitas dan membebankan biaya
pada produk.
ABC semula diakui sebagai metode untuk menyempurnakan ketelitian biaya
produk, namun ABC generasi kedua merupakan sistem pengukuran kinerja yang
bersifat komprehensif yang digunakan sebagai sumber informasi utama Activity-
Based Management (ABM). ABC generasi kedua adalah metodologi untuk
mengukur dan menyediakan informasi mengenai biaya sumber-sumber, aktivitas-
aktivitas, dan pembebanan biaya pada objek-objek biaya. Asumsi yang mendasari
adalah objek-objek biaya menciptakan perlunya aktivitas-aktivitas dan aktivitas-
aktivitas menciptakan perlunya sumber-sumber. ABC juga merupakan sistem yang
bermanfaat untuk mengorganisasi dan mengkomunikasikan informasi.

b. Dimensi Proses
Dimensi proses atau analisis nilai proses adalah dimensi ABM yang memberikan
informasi tentang aktivitas apa yang dikerjakan, mengapa dikerjakan dan seberapa
baik dikerjakannya. Tujuan dimensi proses adalah pengurangan biaya. Dimensi
inilah yang memberikan kemampuan untuk mengukur perbaikan berkelanjutan.
Dimensi proses adalah dimensi model ABM yang berisi informasi kinerja mengenai
pekerjaan yang dilaksanakan dalam organisasi sehingga mencakup analisis
penyebab biaya, analisis aktivitas-aktivitas dan evaluasi kinerja dengan
menggunakan informasi dari ABC. Dimensi proses menyediakan informasi
mengenai pekerjaan yang dilakukan dalam suatu aktivitas dan hubungan antara
pekerjaan tersebut dengan aktivitas lainnya. Proses adalah serangkaian aktivitas
yang terkait untuk melaksanakan tujuan tertentu.

2.2 Penerapan Activity Based Manajemen


Activity based Management lebih komprehensive dibandingakn ABC. ABM dapat
dipandang sebagai suatu sistem yang memliki 2 tujuan utama, yaitu:

 Meningkatkan kualitas pengambilan keputuan dengan menyajikan informasi biaya


yang lebih akurat.
 Melakukan pengurangan biaya dengan mendorong dilakukannya program-program
pengurangan biaya.
Tujuan penting dari ABM adalah untuk mengidentifikasi dan menghilangkan aktivitas
dan biaya tak bernilai tambah. Aktivitas yang tidak bernilai tambah adalah operasi yang
tidak perlu dan tidak penting, perlu tapi tidak efisien dan tidak dapat
dikembangkan. Biaya yang tidak bernilai tambah adalah hasil dari beberapa aktivitas,
biaya dari beberapa aktivitas yang bisa dihilangkan tanpa mengurangi kualitas produk,
daya guna, dan nilai yang dirasakan. Berikut adalah lima langkah yang menyediakan
strategi untuk menghilangkan biaya tak bernilai tambah pada perusahaan manufaktur
dan jasa, yaitu:
 Mengidentifikasi aktivitas, langkah pertama adalah analisis aktivitas, yang
mengidentifikasi semua aktivitas penting organisasi.
 Mengidentifikasi aktivitas tak bernilai tambah, tiga kriteria untuk menentukan
aktivitas yang bernilai tambah adalah:
1. Apakah aktivitas tersebut perlu ?
2. Apakah aktivitas tersebut efisien ?
3. Apakah aktivitas tersebut kadang bernilai tambah, kadang tidak ?
 Memahami rantai aktivitas, akar masalah, dan pemicunya, dalam mengidentifikasi
aktivitas yang tidak bernilai tambah, sangat penting untuk memahami jalan dimana
aktivitas terhubung bersama.
 Menetapkan ukuran kinerja, dengan pengukuran kenerja secara terus-menerus dan
membandingkan kinerja dengan tolak ukur, perhatian manajemen mungkin terarah
pada aktivitas yang tidak perlu dan tidak efisien.
 Melaporkan biaya yang tidak bernilai tambah, biaya tak bernilai tambah harus
disoroti pada laporan pusat biaya. Dengan mengedintifikasi akktivitas tak bernilai
tambah, dan melaporkan biayanya, manajemen dapat bekerja keras untuk
mengembangkan proses dan menghilangkan biaya tak bernilai tambah.

5. Faktor-faktor yang Mendukung Keberhasilan Penerapan ABM Dalam Suatu


Organisasi
Usaha perbaikan secara terus-menerus dengan cara penerapan system manajemen
biaya yang baru ke dalam suatu organisasi tidak secara otomatis bisa diterima oleh
organisasi tersebut. Karyawan dari organisasi tersebut umumnya cenderung untuk menolak
perubahan yang terjadi, karena perubahan dapat merupakan ancaman untuk berbagai alasan.
Faktor-faktor yang mendukung keberhasilan penerapan activity based management dalam
suatu organisasi adalah sebagai berikut:

a. Budaya Organisasi
Budaya organisasi mencerminkan kerangka berpikir dari karyawan termasuk perilaku,
nilai, keyakinan yang dianut oleh karyawan. Budaya organisasi menunjukkan
keterlibatan, kerja sama serta partisipasi yang tinggi dari seluruh karyawan. Budaya
organisasi sangatlah mendukung keberhasilan dari penerapan ABM di suatu organisasi.

b. Top management support and commitment


Penerapan suatu system manajemen biaya yang baru seperti ABM dan ABC
membutuhkan waktu dan sumber daya, oleh karena itu dukungan dan peran serta top
manajer sangatlah diperlukan untuk keberhasilan penerapannya.

c. Change process
Perubahan bisa terjadi apabila diterapkannya suatu proses yang sudah dirancang untuk
menghasilkan perubahan tersebut. Perbaikan dari proses yang sudah ada sangat
mendukung keberhasilan penerapannya. Elemen-elemen dari proses diantaranya adalah
daftar dari aktivitas, sekumpulan tujuan, dan tindakan lanjutan.

d. Continuing education
Memberikan kesempatan kepada karyawan untuk mengikuti pelatihan serta
meningkatkan keahlian mereka terhadap lingkungan kerja yang cepat sangatlah penting.
Keberhasilan penerapan dari program manajemen biaya yang baru membutuhkan
keahlian, peran serta dan kerja sama dari karyawan suatu organisasi.
6. Langkah-langkah Value Analysis Dalam Menghasilkan Informasi

Process Value Analysis merupakan suatu analisa yang menghasilkan informasi tentang
mengapa dan bagaimana suatu aktivitas atau pekerjaan dilakukan. Analisa ini menekankan
pada upaya untuk memaksimumkan sistem penilaian kinerja secara keseluruhan dari pada
performance individu. Process Value Analysis dilakukan dengan 3 langkah di bawah ini:

1. Driver analysis
Untuk menentukan faktor-faktor yang menyebabkan biaya suatu Aktivitas. Setiap
aktivitas pasti membutuhkan input dan menghasilkan output. Input aktivitas merupakan
sumber-sumber ekonomi yang dibutuhkan dalam melaksanakan suatu aktivitas,
sedangkan output aktivitas merupakan produk yang dihasilkan dari suatu aktivitas.
Output yang dihasilkan oleh suatu akitivitas perlu diukur dalam satuan kuantitatif tertentu
yang disebut dengan Activity Output Measure.
Apabila permintaan akan suatu aktivitas berubah akan menyebabkan perubahan
jumlah biaya aktivitas, akan tetapi satuan ukuran output aktivitas tidak selalu
berhubungan langsung dengan penyebab timbulnya biaya suatu aktivitas. Oleh karena itu
perlu dilakukan suatu analisa yang disebut dengan analisa driver. Analisa Driver
bertujuan untuk menunjukan penyebab munculnya biaya aktivitas.
2. Activity analysis
Untuk menentukan aktivitas apa yang dilakukan, jumlah pekerja yang telibat, waktu
dan sumber ekonomi yang digunakan serta rekomendasi bagi manajemen tentang
aktivitas tersebut. Analisa aktivitas akan diuraikan di bawah ini. Analisa aktivitas
merupakan inti dari process value analysis. Analisa aktivitas merupakan suatu proses
identifikasi, penjabaran serta evaluasi aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh suatu
organisasi. Analisa aktivitas diharapkan mampu menjawab 4 pertanyaan berikut ini:

a. Aktivitas-aktivitas apa saja yang dilaksanakan?


b. Berapa jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam pelaksanaan setiap aktivitas?
c. Berapa jumlah waktu dan sumber-sumber ekonomi lainnya yang dibutuhkan oleh
setiap aktivitas?
d. Bagaimana manfaat aktivitas bagi organisasi secara keseluruhan organisasi termasuk
rekomendasi untuk tetap mempertahankan nilai tambah setiap aktivitas bagi
organisasi.
Dari 4 hal tersebut di atas, hasil akhir dari suatu analisa aktivitas adalah penentuan
nilai tambah setiap aktivitas bagi organisasi. Oleh karena itu dalam analisa aktivitas,
aktivitas dapat dibedakan menjadi 2 jenis aktivitas yaitu:

a. Aktivitas bernilai tambah (value-added activities)


Merupakan aktivitas yang diperlukan untuk tetap dapat mempertahankan
kegiatan operasional perusahaan. Dapat pula dikatakan bahwa aktivitas bernilai
tambah adalah aktivitas yang diperlukan dan sudah dilaksanakan dengan efisien.
Biaya untuk melaksanakan aktivitas bernilai tambah disebut dengan biaya aktivitas
bernilai tambah. Biaya ini merupakan biaya yang seharusnya terjadi dalam
melaksanakan sutau aktivitas. Aktivitas yang dapat dikategorikan sebagai aktivitas
bernilai tambah meliputi:
1. Required Activities, merupakan aktivitas-aktivitas yang dilakukan untuk
memenuhi peraturan atau perundangan yang berlaku.
2. Discretionary activities, merupakan aktivitas yang dilakukan untuk memenuhi 3
kriteria berikut yaitu aktivitas menyebabkan adanya perubahan sifat atau bentuk,
perubahan sifat atau bentuk tidak dapat dilakukan oleh aktivitas sebelumnya dan
aktivitas yang memungkinkan aktivitas lain untuk dilaksanakan.

b. Aktivitas tidak bernilai tambah (non value-added activities)

Merupakan aktivitas yang tidak diperlukan atau diperlukan tetapi dilaksanakan


dengan tidak efisien. Biaya untuk melaksanakan aktivitas ini disebut dengan biaya
aktivitas tidak bernilai tambah. Biaya inilah yang harus dieliminasi karena
menimbulkan adanya pemborosan, contohnya:
1. Scheduling, merupakan aktivitas penjadwalan proses produksi untuk setiap jenis
produk
2. Moving, merupakan aktivitas pemindahan bahan, barang dalam proses dan
barang jadi dari satu departemen. ke departemen lain
3. Waiting, merupakan aktivitas menunggu tersedianya bahan baku, menunggu
datangnya BDP yang dikirimkan dari bagian atau departemen lain
4. Inspeksi, merupakan aktivitas pemeriksaan barang untuk meyakinkan bahwa
barang telah memenuhi spesifikasi atau kualitas yang diharapkan.
5. Storing, merupakan aktivitas penyimpanan bahan, Barang Dalam Proses, produk
selesai sebagai persediaan di gudang menunggu waktu pemakaian atau
pengiriman.
Hasil akhir yang ingin dicapai dalam analisa aktivitas adalah penurunan biaya
(cost reduction) yang ditimbulkan karena adanya continues improvement. Dalam
lingkungan yang kompetitif, perusahaan harus mampu mengirimkan produk yang
diinginkan konsumen dalam waktu yang tepat serta harga yang rendah. Hal ini
mendorong perusahaan harus selalau melakukan perbaikan yang terus menerus
dalam melaksanakan aktivitasnya. Analisa aktivitas dapat menurunkan biaya malalui
dengan 4 cara berikut ini:

a. Activity elimination, memfokuskan pada aktivitas tidak bernilai tambah dengan


mengidentifikasikan kemudian mengeliminasi aktivitas tersebut.
b. Activity selection, pemilihan serangkaian aktivitas yang berbeda disebabkan
kerena srtategi yang saling bersaing. Strategi berbeda membutuhkan aktivitas
berbeda. Dipilih aktivitas yang biayanya rendah untuk hasil yang sama.
c. Activity reduction, pengurangan waktu dan konsumsi sumber ekonomi yang
diperlukan suatu aktivitas. Pendekatan ini terutama ditujukan untuk peningkatan
efisiensi dan peningkatan aktivitas tidak bernilai tambah dapat dihilangkan.
d. Activity sharing, peningkatan efisiensi aktivitas dengan memanfaatkan skala
ekonomi, khususnya dengan meningkatkan jumlah kuantitas cost driver tanpa
meningkatkan biaya aktivitasnya.
3. Activity Performace Measurement
Yaitu pengukuran performance dalam pelaksanaan suatu aktivitas dengan
menggunakan alat ukur finansial maupun non finansial. Alat ukur yang digunakan harus
mampu mengetahui bagaimana suatu aktivitas dilaksanakan dan hasil yang dicapai. Alat
ukur ini juga diharapkan mampu menunjukan perbaikan yang secara terus menerus
dilakukan perusahaan. Penilaian dipusatkan pada 3 hal yaitu waktu, kualitas serta
efisiensi.
a. Waktu

1. Reliability : Jumlah pengiriman yang tepat waktu atau jumlah pengiriman


2. Responsiviness : cycletime (waktu untuk melaksanakan satu aktivitas), Velocity
(jumlah output aktivitas yang dihasilkan dalam satuan waktu tertentu)
3. Manufacturing cycle efficiency : waktu pemrosesan/ (waktu proses+ waktu
perpindahan + waktu inspeksi + waktu tunggu)

b. Kualitas
Jumlah produk cacat, jumlah produk cacat/total produksi, % kegagalan eksternal,
jumlah sisa bahan atau jumlah bahan yang digunakan. Untuk aktivitas pembelian
ukuran kualitas dapat dinilai dengan Jumlah kesalahan atau jumlah total permintaan
pembelian, jumlah kesalahan setiap order pembelian.
c. Efisiensi
1. Efisiensi operasi: Output/bahan, output/JKL, output/ jam mesin
2. Efisiensi mesin : % kapasitas mesin yang terpakai
3. Persediaan : Perputaran persediaan, jumlah persediaan, lamanya persediaan
BAB III

ANALISIS / EVALUASI

1. Contoh Kasus “UD. 3 S’Prima”


Sebagai contoh UD. 3 S’Prima Kota Batu merupakan salah satu UKM di Kota Sidoarjo yang
bergerak di bidang produksi tahu, ada dua jenis produk yang dihasilkan yaitu tahu mentah dan tahu
goreng. Ada beberapa proses yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengolah biji kedelai hingga
menjadi tahu mentah dan tahu goreng. Untuk meningkatkan profitabilitas dan efisiensi biaya
produksi maka UD. 3 S’Prima dapat menerapkan Activity Based Manajemen (ABM). Dengan
menerapkan ABM pengambilan keputusan dapat lebih akurat karena data yang disajikan lebih
relevan. Penerapan ABM dapat menghilangkan aktivitas yang bernilai tambah rendah sehingga dapat
menghindari biaya-biaya yang tidak memberikan manfaat bagi perusahaan.

Pada tahun 2011 di Kota Batu masih didominasi oleh industri kecil. Hal tersebut
menunjukkan bahwa peranan UKM dalam perekonomian di Kota Batu adalah sentral dalam
menyediakan lapangan pekerjaan dan menghasilakan output yang berguna bagi
masyarakatnya, akan tetapi permasalahannya terdapat pada perubahan lingkungan bisnis
membuat persaingan antar perusahaan dalam merebut pasar menjadi sangat kompetitif.
ABM memberikan suatu penawaran penyelesaian dari permasalahan tersebut dengan cara
pengendalian pada semua aktivitas normal perusahaan yang memfokuskan pada efektivitas
bisnis serta berguna untuk meningkatkan nilai yang diterima oleh pelanggan dan
memberikan laba bagi perusahaan.

Aktivitas merupakan poin utama dari sebuah perusahaan dalam memenuhi kepuasan
pelanggan. Dalam pembuatan produk diperlukan berbagai aktivitas dan setiap aktivitas
tersebut memerlukan sumber daya untuk melaksanakan aktivitas tersebut. Aktivitas inilah
penyebab timbulnya biaya. Aktivitas dibedakan menjadi dua yaitu, aktivitas yang memiliki
nilai tambah tinggi (perancangan produk,pemrosesan oleh tenaga kerja langsung,
penambahan bahan langsung atau pengiriman produk) dan aktivitas yang memiliki nilai
tambah rendah (scheduling, moving,waiting, inspecting, storing). Kegiatan suatu organisasi
atau unit organisasi dikatakan efisien jika :

a. Dalam melaksanakan kegiatannya telah dikonsumsi sumber-sumber atau biaya yang


lebih kecil untuk menghasilkan keluaran dalam jumlah tertentu.
b. Dalam melaksanakan kegiatannya telah dikonsumsi sumber-sumber atau biaya yang
lebih kecil untuk menghasilkan output dalam jumlah yang lebih besar.

Dengan adanya pengurangan pada aktivitas yang tidak bernilai tambah rendah maka
biaya yang digunakan untuk proses produksi menjadi menurun, dan penurunan biaya
produksi dapat meningkatkan laba yang diperoleh perusahaan. Pengukuran tingkat efisiensi
pada penelitian ini adalah dengan mengetahui biaya produksi (input) yang dapat dikurangi
dengan pengeleminasian low value added activity (LVA) tanpa adanya pengurangan total
penjualan tahu (output). Pengefisienan dapat dilakukan dengan cara mereduksi aktivitas
yang hanya sedikit memberikan nilai tambah bagi perusahaan, setelah terjadi pengurangan
biaya (cost reduction) maka dapat diketahui tingkat efisiensi dengan cara membandingkan
antara input dan output perusahaan sebelum dan setelah diterapkan activity based
manajemen (ABM).

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya


dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri, rasio profitabilitas digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba atau keuntungan,profitabilitas
suatu perusahaan mewujudkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang
menghasilkan laba tersebut.

2. Analisis Contoh Kasus “UD. 3 S’Prima”

Perusahaan Tahu UD. 3 S’Prima dalam aktivitas produksinya belum menerapkan


activity based manajemen sehingga masih ada beberapa aktivitas yang memiliki nilai
tambah rendah. Setelah aktivitas tersebut diidentifikasi maka dapat dianalisis mana yang
merupakan aktivitas bernilai tambah tinggi dan aktivitas yang bernilai tambah rendah.
Aktivitas yang bernilai tambah adalah aktivitas yang diharuskan untuk melaksanakan bisnis
atau menciptakan nilai yang dapat memuaskan konsumen. Pihak manajemen harus berusaha
untuk mengoptimalkan aktivitas bernilai tambah tersebut dengan cara mengelola aktivitas-
aktivitas tersebut secara efisien dan tepat waktu. Dengan diketahuinya penghematan yang
dapat dilakukan apabila UD. 3 S’Prima telah menerapkan activity based manajemen maka
dapat dipakai sebagai estimasi penghematan biaya yang akan terjadi untuk tahun yang akan
datang.
BAB IV

PENUTUP

1. Kesimpulan

a. Activity Based Management (ABM) adalah suatu pendekatan di seluruh sistem dan
terintegrasi yang memfokuskan perhatian manajemen pada berbagai aktivitas, dengan
tujuan meningkatkan nilai untuk pelanggan dan laba sebagai hasilnya. Berdasarkan
definisi-definisi diatas, ABM mempunyai dua frasa penting, yaitu manajemen berbasis
aktivitas berfokus pada pengelolaan aktivitas untuk meningkatkan nilai yang diterima
oleh konsumen, dan pemusatan pengelolaan pada aktivitas untuk menghasilkan laba
dari penyedia nilai tersebut.
b. ABM bertujuan untuk meningkatkan nilai produk atau jasa yang diterima oleh para
konsumen, dan oleh karena itu dapat digunakan untuk mencapai laba dengan
menyediakan nilai tambah bagi konsumennya. Manfaat yang diperoleh dengan
menggunakan ABM adalah manajemen dapat menentukan wilayah untuk melakukan
perbaikan operasi, mengurangi biaya, atau meninggkatkan nilai bagi pelanggan. Dengan
mengidentifikasi sumber daya yang dipakai konsumen, produk, dan aktivitas, ABM
memperbaiki fokus manajemen atas faktor-faktor kunci perusahaan dan meningkatkan
keunggulan kompetitif
c. Activity based management menekankan pada biaya berdasarkan aktivitas atau
Activity-Based Costing (ABC) dan analisis nilai proses. Jadi, activity based
management memiliki dua dimensi, yaitu dimensi biaya dan dimensi proses. Dimensi
biaya adalah dimensi ABM yang memberikan informasi biaya mengenai sumber,
aktivitas, produk, dan pelanggan. Dimensi biaya ini bertujuan untuk memperbaiki
keakuratan pembebanan biaya. Dimensi proses atau analisis nilai proses adalah dimensi
ABM yang memberikan informasi tentang aktivitas apa yang dikerjakan, mengapa
dikerjakan dan seberapa baik dikerjakannya. Tujuan dimensi proses adalah pengurangan
biaya.
d. Faktor-faktor yang mendukung keberhasilan penerapan activity based management
dalam suatu organisasi adalah budaya organisasi, top management support and
commitment, Change process dan Continuing education.
DAFTAR PUSTAKA

D2bnuhatama.(2012), Activity Based Management (ABM). Tersedia


http://d2bnuhatama.blogspot.co.id/ (Diakses 14 April 2016)
Dwisetiati.(2012), Activity Based Management. Tersedia https://dwisetiati.wordpress.com/
(Diakses 15 April 2016)
Indri,Ramadhani.(2013), Activity Based Management. Tersedia
http://indriramadhaniekonomi.blogspot.co.id/ (Diakses 14 April 2016)
Jimfeb, Jimfeb Article File 143/110. Tersedia www.jimfeb.ub.ac.id/ (Diakses 15 April 2016)
Larasati, Anissa Yuniar.(2013), Makalah ABM. Tersedia https://www.academia.edu/ (Diakses 15
April 2016)
Alamsyah, F. (2010). Konsep Siklus Produk. Jurnal Manajemen dan Bisnis (Peforma) Vol 7, No
1

Anda mungkin juga menyukai