Disusun Oleh :
Dosen Pengasuh :
Jl. Jenderal Ahmad Yani No.19, 13 Ulu, Seberang Ulu I, Kota Palembang, Sumatera Selatan
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadiran Allah SWT atas segala rahmatnya sehingga makalah ini dapat
tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari
pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materinya.unuk dapat tersusunya makalah akuntansi manajemen yang membahas tentang
“Activity Based Management”
Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman untuk
para pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa berguna untuk
kehidupan sehari – hari .
Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..........................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan masalah.....................................................................2
C. Tujuan Penulisan......................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penulisan
1. Untuk memahami dan mendeskripsikan maksud dari activity based
manajemen.
2. Untuk memahami dan mendeskripsikan tujuan dan manfaat activity based
management.
3. Untuk memahami dan mendeskripsikan model dan penerapan dimensi
activity based manajemen.
BAB II
PEMBAHASAN
Mengimplementasikan ABM
Penyebab Kegagalan Implementasi ABM. Salah satu alasan gagalnya implementasi sistem
ABM adalah kurangnya dukungan dari manajemen tingkat atas. Dukungan ini tidak hanya
harus didapatkan sebelum melakukan proyek implementasi, tetapi juga harus didapatkan
sebelum melakukan proyek implementasi, tetapi juga haus didapatkan. Hialanya dukungan
bisa terjadi jika implementasi membutuhkan waktu yang lama atau hasil yang diharapkan
tidak tampak nyata. Hasil yang didapat mungkin tidak seperti apa yang diharapkan karena
paa manajer operasional dan penjualan tidak ahli menggunakan informasi aktivitas yang baru.
Jadi, kegagalan dalam mengintregasikan sistem baru tersebut juga merupakan alasan lain dari
kegagalan sistem ABM.
Penetapan Ukuran Kinerja. Ukuran kinerja harus diidentifikasi dan standar harus
diterapkan untuk berfungsi sebagai benchmarking untuk ukuran kinerja. Beberapa perbedaan
yang sangat jelas untuk berbagai perusahaan yang beroperasi dalam lingkungan perbaikan
berkelanjutan. Pertama, ukuran kinerja berorientasi pada proses sehingga harus
memperhatikan berbagai atribut proses, seperti waktu proses, kualitas dan efesiensi. Kedua,
standar ukuran kinerja berubah untuk mencerminkan berbagai kondisi dan tujuan baru, serta
membantu mempertahankan kemajuan apapun yang telah dicapai. Ketiga, standar opeasional
membutuhkan peran penting.
Evaluasi Kinerja. Dalam kerangka kerja berdasarkan keuangan, kinerja diukur dengan
membandingkan berbagai hasil sesungguhnya denga hasil yang dianggarkan. Dalam
kerangka kerja berdasarkan aktivitas lebih berkaitan dengan kinerja daripada hanya perspektif
keuangan.
Pemberian Penghargaan. Dalam kedua sistem tersebut, tiap orang akan diberi penghargaan
atau hukuman sesuai dengan kebijakan dan kehendak pihak manajer yang lebih atas. Sistem
penghargaan dalam sistem akuntansi keuangan berdasarkan keuangan didesain untuk
mendorong setiap orang dalam mencapai atau mengalahkan standar anggaran. Dalam sistem
pertanggungjawaban berdasarkan aktivitas, sistem penghargaannya lebih rumit. Tiap orang
bertanggungjawab sebagai tim serta kinerja indiviual. Karena perbaikan yang berkaitan
dengan proses kenyakan dicapai melalui usaha tim, penghargaan berbasis kelompok adalah
paling tepat daripada penghagaan untuk perorangan.
Analisis Penggerak
Mengelola aktivitas memerlukan pemahaman tentang apa yang menyebabkan biaya
aktivitas. Setip aktivitas memiliki input dan output. Input aktivitas merupakan sumber daya
yang dibutuhkan oleh aktivitas untuk memproduksi keluaran. Output aktivitas merupakan
hasil atau produk dari aktivitas. Ukuran output aktivitas menunjukan berapa banyak aktivitas
tersebut dilakukan dan merupakan ukuran yang dapat dikuantifikasi.
Ukuran outpu yang efektif adalah ukuran dari permintaan yang ditempatkan pada
aktivitas dan itulah yang disebut penggerak aktivitas. Dengan berubahnya permintaan
aktivitas, biaya aktivitas juga berubah. Namun, ukuran output, mungkin tidak dan biasanya
tidak berhubungan dengan penyebab utama biaya aktivitas, ukuran tersebut merupakan
konsenkuensi dari aktivitas ynag dilakukan. Tujuan dari analisis penggerak adalah untuk
mencari penyebab utama. Jadi analisis penggerak adalah usaha untuk mengidentifikasi
faktor-faktor yang menjadi penyebab utama biaya aktivitas.
Aktivitas Bernilai – Tambah. Aktivitas penambah nilai adalah aktivitas yang perlu
dilakukan untuk menjaga agar perusahaan tetap bertahan dan berkembang dalam bisnis yang
dijalankannya. Sejumlah aktivitas, yang perlu dilakukan adalah aktivitas yang dimaksudkan
memenuhi ketentuan hukum yang disepakati. Sementara aktivitas perusahaan yang lain
disebut dengan discettionary activity, yang diklasifikasikan sebagai aktivutas penambah nilai
karena memenuhi tiga kondisi yaitu:
1. Aktivitas yang mampu menghasilkan perubahan suatu keadaan (change of state).
2. Perubahan sifat tersebut tidak dapat dicegah oleh aktivitas sebelumnya.
3. Aktivitas tersebut memungkinkan aktivitas lain dapat dilaksanakan.
Aktivitas Tak Bernilai – Tambah. Sedangkan aktivitas bukan penambahan nilai merupakan
aktivitas yang tidak perlu dilakukan karena tidak membuat perusahaan dapat bertahan atau
berkembang dalam bisnisnya. Aktivitas ini tidak dapat memenuhi salah satu dari tiga syarat
yang harus ada dalam aktivitas yang menambah nilai. Kegagalan memenuhi dua syarat yang
pertama merupak hal yang sering dijumpai dalam aktivitas perusahaan.
Contoh Aktivitas tak Bernilai – Tambah. Dalam operasi produk, lima aktivitas utama
berikut sering disebut sebagai aktivitas yang sia-sia dan tidak dibutuhkan yaitu penjadwalan,
perpindahan, waktu tunggu, pemeriksaan dan penyimpanan.
Pengukuran Kinerja
Penilaian terhadap seberapa baik suatu aktivitas atau proses dilaksanakan merupakan
hal yang sangat mendasar bagi manajemen dalam upaya untuk memperbaiki profitabilitas.
Ukuran prestasi aktivitas dapat dinilai atas dasar keuangan dan non keuangan. Ukuran ini
dirancang untuk menilai seberapa baik suatu aktivitas dilaksanakan dan apa hasil yang telah
dicapai. Mengukur prestasi aktivitas terletak pada tiga dimensi yaitu: efisiensi, kualitas, dan
waktu.
Efisiensi berfokus pada hubungan antara masukan aktivitas dan keluaran aktivitas.
Kualitas berhubungan dengan pelaksanaan aktivitas yang benar pada saat pertama dilakukan.
Waktu yang lebih lama berarti lebih banyak konsumsi sumber daya dan kekurang mampuan
untuk bereaksi terhadap permintaan pelanggan.
Pelaporan Biaya Bernilai dan Tak Bernilai Tambah. Mengurangi biaya tak bernilai
tambah adalah salah satu cara meningkatkan efisiensi aktivitas. Penekanan pada biaya tak
berniali tambah menunjukan tingkat pemborosan yang dialami perusahaan, hingga
memberikan informasi mengenai potensi perbaiksn. Hal ini akan mendorong manajer untuk
lebih menekankan pengendalian aktivitas tak berniali tambah. Biaya bernilai tambah adalah
berbagai biaya yang harus ditanggung perusahaan. Standar bernilai tambah membutuhkan
eliminasi atas seluruh aktivitas tak bernilai tambah. Untuk berbagai aktivitas ini, output
optimalnya adalah nol dengan biaya nol. Oleh karena itu standar bernilai tambah
mengidenfikasikan output yang optimal.
Pelaporan Tren. Pelaporan tren membandingkan berbagai biaya untuk tiap aktivitas dengan
berjalannya waktu. Tujuannya untuk perbaikan aktivitas yang diukur melalui pengurangan
biaya sehingga kita dapat melihat penurunan biaya tak bernilai tambah dari suatu periode ke
periode berikutnya.
Peran Standar Kaizen. Perhitungan biaya Kaizen berkaitan dengan penurunan biaya
berbagai produk dan proses yang telah ada. Pengendalian berbagai proses penurunan biaya
ini dapat dicapai melalui penggunaan berulang dua siklus utama: (1) kaizen atau perbaikan
berkelanjutan dan (2) siklus pemeliharaan.
Pengaruh Penggerak dan Perilaku. Ukuran output aktivitas dibutuhkan untuk menghitung
dan menelusuri berbagai biaya tak bernilai tambah. Mengurangi aktivitas tak bernilai tambah
seharusnya menghasilkan pengurangan kebutuhan aktivitas tersebut sehingga menimbulkan
pengurangan dalam ukuran output aktivitasnya. Jika kinerja suatu tim dipengaruhi oleh
kemampuannya untuk mengurangi biaya tak bernilai tambah, maka seleksi berbagai
penggerak aktivitas dan cara bagaimana mereka digunakan dapat memengaruhi perilaku.
Manajemen Kapasitas. Kapasitas aktivitas menunjukkan jumlah berapa kali suatu aktivitas
dapat dilakukan. Penggerak aktivitas akan mengukur kapasitas aktivitas. Dua pertanyaan
yang perlu dijawab, pertama seberapa besar seharusnya kapasitas aktivitas tersebut? Hal ini
menunjukkan kemampuan untuk mengukur jumlah peningkatan yang masih dimungkinkan.
Kedua, seberapa banyak kapasitas yang dimiliki digunakan? Hal ini menunjukkan biaya non
produktif dan sekaligus peluang untuk mengurangi kapasitas dan mengurangi biaya.
Perhitungan Biaya Pelanggan versus Perhitungan Biaya Produk. Pembebanan biaya dari
cutomer service pada pelanggan, dilakukan dengan cara yang sama untuk biaya produksi
yang dibebankan pada produk. Biaya sumber daya yang dipakai dibebankan ke aktivitas, dan
biaya aktivitas di bebankan ke tiap pelanggan.
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Hansen, Don. R & Maryanne M. Mowen. 2011. Akuntansi Manajerial, Buku 1 Edisi
8. Jakarta : Salemba Empat