Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

ACTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM) DAN AKUNTANSI PERTANGGUNG


JAWABAN

Makala Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Manajemen

Dosen Pengampu : Dr. Dwi Ermayanti Susilo, SE.,

Disusun Oleh :

Machda Anggrela Putri (2161152)

Martha Nur Laily (2161154)

Meiriska Dwi Kharisma (2161155)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

STIE PGRI DEWANTARA JOMBANG 2023/2024


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatnya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Perekonomian Indonesia yang berjudul “Activity Based Management (ABM)
Dan Akuntansi Pertanggung Jawaban”.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan bantuan berupa sumbangan baik pikiran maupun materinya. Penulis sangat berharap
semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Kami juga berharap
agar pembaca dapat mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal itu dikarenakan keterbatasan
kemampuan dan pengetahuan kami. Oleh karena itu, kami sebagai penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun dari pembaca, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Semoga makalah ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya guna menunjang proses pembelajaran mata
kuliah Akuntansi Manajemen.

Jombang, 19 Maret 2023

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Activity Based Management (ABM)


Activity–Based Management (ABM) adalah suatu pendekatan di seluruh sistem dan terintegrasi,
yang memfokuskan perhatian manajemen pada berbagai aktivitas, dengan tujuan meningkatkan nilai
untuk pelanggan dan laba sebagai hasilnya (Hansen dan Mowen, 2009; 11).
Menurut Mulyadi (2009;731), Activity-Based Management (ABM) adalah pendekatan
manajemen yang memusatkan pengelolaan pada aktivitas dengan tujuan untuk melakukan improvement
berkelanjutan terhadap value yang dihasilkan bagi customer, dan laba yang dihasilkan dari penyedia
value tersebut.
Sedangkan menurut Blocher (2011;239), Activity–Based Management (ABM) analisis aktivitas
yang digunakan untuk memperbaiki nilai produk atau jasa bagi pelanggan dan meningkatkan
keuntungan perusahaan.
Berdasarkan definisi-definisi diatas, ABM mempunyai dua frasa penting, yaitu: yang pertama
manajemen berbasis aktivitas berfokus pada pengelolaan aktivitas untuk meningkatkan nilai yang
diterima oleh konsumen, dan yang ke dua ialah pemusatan pengelolaan pada aktivitas untuk
menghasilkan laba dari penyedia nilai tersebut.
A. Dimensi Activity Based Management
Activity–Based Management menekankan pada biaya berdasarkan aktivitas atau Activity-Based
Costing (ABC) dan analisis nilai proses. Jadi, Activity–Based Management memiliki dua dimensi,
yaitu dimensi biaya dan dimensi proses, berikut pengertiannya :
a. Dimensi Biaya
Dimensi biaya adalah dimensi ABM yang memberikan informasi biaya mengenai sumber,
aktivitas, produk, dan pelanggan. Dimensi biaya ini bertujuan untuk memperbaiki keakuratan
pembebanan biaya. Dimensi biaya atau dimensi Activity-Based Costing (ABC), didasarkan
pada ABC generasi kedua yang merupakan perkembangan lebih lanjut dari ABC generasi
pertama. ABC generasi pertama adalah sistem penentuan biaya produk yang terdiri atas dua
tahap yaitu :
1. melacak biaya pada berbagai aktivitas
2. membebankan biaya pada produk.

Activity-Based Costing semula diakui sebagai metode untuk menyempurnakan ketelitian


biaya produk, namun ABC generasi kedua merupakan sistem pengukuran kinerja yang bersifat
komprehensif yang digunakan sebagai sumber informasi utama Activity- Based Management
(ABM). Activity-Based Costing generasi kedua adalah metodologi untuk mengukur dan
menyediakan informasi mengenai biaya sumber-sumber, aktivitas- aktivitas, dan pembebanan
biaya pada objek-objek biaya. Asumsi yang mendasari adalah objek-objek biaya menciptakan
perlunya aktivitas-aktivitas.

b. Dimensi Proses
Dimensi proses atau analisis nilai proses adalah dimensi ABM yang memberikan
informasi tentang aktivitas apa yang dikerjakan, mengapa dikerjakan dan seberapa baik
dikerjakannya. Tujuan dimensi proses adalah pengurangan biaya. Dimensi inilah yang
memberikan kemampuan untuk mengukur perbaikan berkelanjutan.

Dimensi proses adalah dimensi model ABM yang berisi informasi kinerja mengenai
pekerjaan yang dilaksanakan dalam organisasi sehingga mencakup berapa hal berikut ini :
1. Analisis penyebab biaya.
2. Analisis aktivitas-aktivitas.
3. Evaluasi kinerja dengan menggunakan informasi dari activity-Based Costing
Dimensi proses dapat menyediakan informasi mengenai pekerjaan yang dilakukan dalam
suatu aktivitas dan hubungan antara pekerjaan tersebut dengan aktivitas lainnya. Karena
proses adalah serangkaian aktivitas yang terkait untuk melaksanakan tujuan tertentu.
B. Konsep Dasar Model CAM-I Cross
Konsep Activity Based Management (ABM) secara umum adalah suatu bentuk pengelolaan
aktivitas untuk meningkatkan nilai (value) yang diterima oleh pelanggan dan untuk meningkatkan
laba melalui peningkatan nilai (value) tersebut. Pada Model CAM-I Cross ini menunjukkan ada
dua arus utama yaitu arus vertikal dan arus horisontal. Arus vertikal merupakan arus biaya yang
dimulai dari bahan baku menuju ke aktivitas dan kemudian ke objek biaya. Arus vertikal inilah
yang biasa disebut sebagai Activity Based Costing (ABC) dengan tujuan utama objek biaya,
dimana kita akan mengkalkulasikan biaya yang terjadi. Activity Based Costing (ABC) hanya efektif
apabila tujuannya hanya untuk mengetahui biaya yang dikeluarkan oleh aktivitas bisnis sebuah
perusahaan.

Kemudian arus horizontal pada model CAM-I Cross dimulai dari cost driver (pemicu biaya)
menuju ke aktivitas dan kemudian berakhir di pengukuran kinerja. Arus horizontal inilah yang
biasa disebut sebagai Activity Based Management (ABM). Pada dasarnya Activity Based
Management (ABM) digunakan apabila tujuannya tidak hanya melihat biaya yang ditimbulkan
terhadap suatu aktivitas, tetapi juga untuk meningkatkan kinerja biaya atau pengefisiensian biaya
dalam sebuah proses aktivitas. Jadi peninjauan proses dalam Activity Based Management (ABM)
merupakan komponen yang paling penting dalam pengefisiensian biaya yang timbul dari aktivitas
bisnis.

Dalam peninjauan proses, setiap aktivitas akan dianalisis untuk mengidentifikasi dan
menghitung pemicu biaya atau sumber yang menyebabkan timbulnya suatu aktivitas yang harus
dijalankan. Secara umum, analisis ini sendiri dapat dilakukan dengan beberapa metode seperti
diagram affinity dan flow-charting. Setelah pemicu biaya dapat diukur, maka penentuannya dapat
dilakukan pada nilai yang terkandung dalam sebuah aktivitas atau tugas. Untuk meningkatkan
efektivitas dari peninjauan proses dalam Activity Based Management (ABM), maka diperlukan
perubahan orientasi kerja dan mendedikasikan lebih banyak sumber daya untuk aktivitas kerja
yang bernilai tambah (value added) serta menyisihkan sumber daya yang dialokasikan untuk
aktivitas kerja yang tidak memiliki nilai tambah (non-value added).

C. Perbedaan Serta Hubungan Activity Based Costing (ABC) dengan Activity Based
Management (ABM)
Perbedaan Activity Based Costing dengan Activity Based Management ialah sebagai berikut :

 Activity Based Costing


Lebih dilihat sebagai sebuah metodologi yang digunakan untuk mengukur biaya berdasarkan
tingkatan aktivitasnya. Secara spesifik model ini menyatakan bahwa sumber daya digunakan untuk
suatu aktivitas berdasarkan pada tingkat penggunaannya dan aktivitas itu sendiri akan dijadikan
sebagai objek pengenaan biaya berdasarkan pada tingkat konsumsi sumber dayanya. “berapa biaya
aktivitasnya”.
 Activity Based Management
lebih dilihat sebagai suatu disiplin ilmu yang menfokuskan diri pada pengelolaan proses aktivitas
guna meningkatkan nilai yang akan diterima oleh konsumen dan mendapatkan keuntungan dari nilai
tersebut. lebih condong kepada pendekatan proses yaitu “apa yang menyebabkan suatu biaya
timbul”.
D. Tujuan Dan Manfaat Activity Based Management
ABM merupakan pusat dari sistem manajemen biaya, dan oleh karena itu untuk mengelola
organisasi atau perusahaan dengan baik, harus menekankan pada ABM, Berikut ini manfaat serta
tujuannya :
 Tujuan
Untuk meningkatkan nilai produk atau jasa yang diterima para konsumen. oleh karena
itu Activity Based Management (ABM) dapat digunakan untuk mencapai laba dengan
menyediakan nilai tambah bagi konsumennya.
 Manfaat
Manfaat ABM menurut Bolcher 2011:239 adalah dengan menggunakan ABM
manajemen dapat menentukan wilayah untuk melakukan perbaikan operasi, mengurangi
biaya, atau meninggkatkan nilai bagi pelanggan. Dengan mengidentifikasi sumber daya yang
dipakai konsumen, produk, dan aktivitas, ABM memperbaiki fokus manajemen atas faktor-
faktor kunci perusahaan dan meningkatkan keunggulan kompetitif.
2.2 Akuntansi Pertanggungjawaban
A. Pengertian Akuntansi Pertanggungjawaban
Akuntansi pertanggungjawaban merupakan salah satu konsep dari akuntansi manajemen dan sistem
akuntansi yang dikaitkan dan disesuaikan dengan pusat-pusat pertanggungjawaban yang ada dalam
organisasi. Istliah akuntansi pertanggungjawaban ini akan mengarah pada proses akuntansi yang
melaporkan sampai bagaimana baiknya manajer pusat pertanggungjawaban dapat memanage pekerjaan
yang langsung dibawah pengawasannya dan yang merupakan tanggungjawabnya atau suatu sistem yang
mengukur rencana dan tindakan dari setiap pusat pertanggungjawaban. Mulyadi menyimpulkan bahwa
syarat untuk dapat menerapkan akuntansi pertanggungjawaban adalah sebagai berikut :
a. Struktur organisasi
Dalam akuntansi pertanggungjawaban struktur organisasi harus menggambarkan aliran
tanggungjawab, wewenang dan posisi yang jelas untuk setiap unit kerja dari setiap tingkat manajemen
selain itu harus menggambarkan pembagian tugas dengan jelas pula.Dimana organisasi disusun
sedemikian rupa sehingga wewenang dan tanggungjawab tiap pimpinan jelas.Dengan demikian
wewenang mengalir dari tingkat manajemen atas ke bawah, sedangkan tanggungjawab adalah
sebaliknya.
b. Anggaran Dalam akuntansi pertanggungjawaban
setiap pusat pertanggungjawaban harus ikut serta dalam penyusunan anggaran karena anggaran
merupakan gambaran rencana kerja para manajer yang akan dilaksanakan dan sebagai dasar dalam
penilaian kerjanya. Diikut sertakannya semua manajer dalam penyusunan.
c. Penggolongan biaya
Karena tidak semua biaya yang terjadi dalam suatu bagian dapat dikendalikan oleh manajer,
maka hanya biaya-biaya terkendalikan yang harus dipertanggung jawabkan olehnya.Pemisahan biaya
kedalam biaya terkendalikan dan biaya tak terkendalikan perlu dilakukan dalam akuntansi
pertanggungjawaban.
1. Biaya terkendalikan adalah biaya yang dapat secara langsung dipengaruhi oleh manajer dalam
jangka waktu tertentu.
2. Biaya tidak terkendalikan adalah biaya yang tidak memerlukan keputusan dan pertimbangan
manajer karena hal ini tidak dapat mempengaruhi biaya karena biaya ini diabaikan.
d. System akuntansi
Oleh karena biaya yang terjadi akan dikumpulkan untuk setiap tingkatan manajer maka biaya
harus digolongkan dan diberi kode sesuai dengan tingkatan manajemen yang terdapat dalam struktur
organisasi. Setiap tingkatan manajemen merupakan pusat biaya dan akan dibebanidengan biaya yang
terjadi didalamnya yang dipisahkan antara biaya terkendalikan dan biaya tidak terkendalikan. Kode
perkiraan diperlukan untuk mengklasifikasikan perkiraan-perkiraan baik dalam neraca maupun dalam
laporan rugi laba.
e. System pelaporan biaya
Bagian akuntansi biaya setiap bulannya membuat laporan pertanggungjawaban untuk tiap-tiap
pusat biaya. Setiap awal bulan dibuat rekapitulasi biaya atas dasar total biaya bulan lalu,yang tercantum
dalam kartu biaya. Atas dasar rekapitulasi biaya disajikan laporan pertanggungjawaban biaya. Isi dari
laporan pertanggungjawaban disesuaikan dengan tingkatan manajemen yang akan menerimanya. Untuk
tingkatan manajemen yang terrendah disajikan jenis biaya, sedangkan untuk tiap manajemen diatasnya
disajikan total biaya tiap pusat biaya yang dibawahnya ditambah dengan biaya-biaya yang
terkendalikan dan terjadi dipusat biayanya sendiri.
B. Manfaat Akuntansi Pertanggungjawaban
Adapun manfaat akuntansi pertanggungjawaban menurut Soekarno (2002:35) adalah:
1. Mutu berbagai keputusan lebih baik, sebab dibuat oleh pimpinan yang berada di tempat terjadinyaisu-isu
yang relevan.
2. Berkurangnya beban manajemen puncak sehingga bisa lebih memfokuskan pada konsep pengendalian
manajemen yang lebih strategis.
3. Bagi pimpinan pusat pertanggungjawaban, pendelegasian wewenang dapat dimanfaatkan untuk
pengembangan inovasi dan kreativitasnya
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai