Anda di halaman 1dari 14

AKTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM) DAN ACTIVITY BASED

BUDGETING (ABB)

KELOMPOK 10

NICKY NUR AZIZ SETYAWAN A021171510

MUHAMMAD ALFIAN A021171540

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2019
BAB I
PENDAHULUAN
Kemajuan di bidang teknologi dan proses produksi berdampak
dramatis terhadap lingkungan manufaktur. Perubahan terhadap lingkungan bisnis
tersebut tujuan keseluruhannya adalah untuk meningkatkan kualitas, kepuasan,
relevansi, dan penetapan waktu informasi biaya. Untuk mencapai itu juga
dilakukan beberapa riset yaitu seperti budgeting, balanced scorecard (BSC), just
in time (JIT), total quality management, dan activity based costing system (ABC
system), dsb.
Dewasa ini pembebanan biaya secara konvensional (tradisional) sudah mulai
ditinggalkan dan beralih ke pembebanan biaya berdasarkan aktivitas/activity
based costing system (ABC-system), sebab sistem ABC menawarkan lebih dari
sekedar informasi biaya produk yang akurat. System ABC juga menyediakan
informasi tentang biaya dan kinerja dari aktivitas dan sumber daya serta
dapat menelusuri biaya-biaya secara akurat ke objek biaya selain produk,
misalnya pelanggan dan saluran distribusi.
Dalam sistem ABC, keakuratan kalkulasi biaya produk ditingkatkan dengan
menciptakan kelompok biaya dan mengidentifikasikan penggerak aktivitas
yang dapat digunakan untuk membebankan biaya ke setiap kelompok. Karena
sejumlah besar aktivitas overhead dikonsumsi secara bersama oleh produk, upaya
dan beban dari sistem ABC dapat dipertimbangkan. Selain sistem ABC yang
dapat memberikan suatu perubahan pada fungsi biaya suatu perusahaan ada
sistem JIT yang dipandang sebagai langkah pertama dalam penyederhanaan dan
pengurangan atas produk buangan (waste) dalam proses produksi, sistem JIT
juga dapat diharapkan untuk memperpendek waktu produksi yang diperlukan
dengan mengurangi waktu penanganan dan penyimpanan barang dalam proses.
Dengan mengurangi penanganan bahan, pergudangan, dan inspeksi, sistem JIT
akan menurunkan biaya overhead. Sistem JIT juga membantu menelusuri
secara langsung beberapa biaya yang biasanya diklasifikasikan sebagai biaya tidak
langsung.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Activity Based Management (ABM)


1. Definisi
Menurut Blocher (2010) Activity Based Management (ABM) adalah
pengelolaan aktivitas untuk meningkatkan nilai (value) yang diterima oleh
pelanggan dan untuk meningkatkan laba melalui peningkatan nilai tersebut.
ABM menggunakan ABC sebagai sumber informasi utamanya. Sedangkan
menurut Hansen dan Mowen (2006) Activity Based Management (ABM) atau
manajemen berdasarkan aktivitas adalah pendekatan yang luas dan terpadu
yang memfokuskan perhatian manajemen pada aktivitas dengan tujuan
perbaikan nilai pelanggan dan laba yang dicapai dengan menyediakan nilai ini.
Activity Based Management (ABM) ini merupakan pendekatan yang
berfokus untuk dapat :
a) Meningkatkan nilai yang diterima oleh pelanggan dari setiap aktivitas
yang dilakukan
b) Menentukan aktivitas perusahaan yang merupakan aktivitas value
added dan non value added
c) Meningkatkan value added activity dan mengurangi bahkan
menghilangkan non value added activity

2. Tujuan ABM
ABM dapat dipandang sebagai suatu sistem yang memliki 2 tujuan utama,
yaitu:
a. Meningkatkan kualitas pengambilan keputuan dengan menyajikan
informasi biaya yang lebih akurat
b. Memperbaiki laba dengan memberikan nilai pelanggan
Tujuan penting dari ABM adalah untuk mengidentifikasi dan menghilangkan
aktivitas dan biaya tak bernilai tambah. Aktivitas yang tidak bernilai tambah
adalah operasi yang
(1) tidak perlu dan tidak penting
(2) perlu tapi tidak efisien dan tidak dapat dikembangkan. Biaya yang tidak
bernilai tambah adalah hasil dari beberapa aktivitas, biaya dari beberapa
aktivitas yang bisa dihilangkan tanpa mengurangi kualitas produk, daya
guna, dan nilai yang dirasakan.
3. Dimensi Activity Based Management (ABM)
ABC memberikan informasi dan ABM menggunakan informasi ini dalam
berbagai analisis yang di desain untuk menghasilkan perbaikan yang
berkesinambungan. Jadi setelah menerapkan Activity Based Costing (ABC),
perusahaan kemudian melakukan Activity Based Management (ABM) untuk
menghilangkan Aktivitas dan Biaya yang Tidak Bernilai Tambah.
Menurut Hansen dan Mowen, ABM ini meliputi perhitungan biaya produk
dan analisis nilai proses. Jadi di dalam model ABM terdapat 2 dimensi
utama,yaitu:
a. Cost Dimension
Dimensi biaya atau dimensi ABC atau dimensi vertikal atau dimensi
pembebanan biaya adalah dimensi ABM. Yang bertujuan
menyempurnakan keakuratan biaya pada objek – objek biaya dengan cara:
1) Sumber – sumber. Tahap pertama ABC adalah mengidentifikasi
biaya sumber – sumber.
2) Aktivitas – aktivitas. Tahap kedua ABC adalah menelusuri biaya –
biaya sumber – sumber pada aktivitas – aktivitas.
3) Objek biaya. Tahap ketiga ABC adalah membebankan biaya pada
objek – objek biaya misalnya berbagai produk atau konsumen yang
mengkonsumsi aktivitas – aktivitas.
Jadi, dalam dimensi ini dilakukan penelusuran biaya ke setiap aktivitas,
kemudian biaya setiap aktivitas dibebankan ke produk.
b. Process Dimension
Dimensi proses atau dimensi mendatar atau analisis nilai proses adalah
dimensi ABM yang mengendalikan aktivitas – aktivitas dengan cara :
1) Menganalisis driver – driver biaya. Analisis driver biaya adalah
mengidentifikasi faktor – faktor yang menyebabkan biaya atau
menjelaskan mengapa biaya aktivitas terjadi (analisis driver aktivitas).
2) Mengidentifikasikan aktivitas. Mengidentifikasikan aktivitas adalah
menilai aktivitas – aktivitas apa yang dilaksanakan.
3) Menganalisis kinerja. Menganalisis kinerja adalah mengevaluasi
aktivitas – aktivitas yang dilaksanakan untuk menilai seberapa baik
kinerja.
Jadi, dimensi ini ingin mengetahui kinerja setiap aktivitas yang dilakukan
perusahaan. Dimensi ini menunjukkan informasi tentang continoues
improvement yang dilakukan perusahaan.
4. Keunggulan Utama Pendekatan ABM
Keunggulan utama pendekatan ABM meliputi:
a. ABM mengukur efektivitas proses dan aktivitas tersebut bisnis kunci
dan mengidentifikasi bagaimana proses dan aktivitas tersebut bisa
diperbaiki untuk menurunkan biaya dan meningkatkan nilai bagi pelanggan.
b. ABM memperbaiki fokus manajemen dengan cara mengalokasikan
sumber daya untuk menambah nilai aktivitas kunci, pelanggan kunci,
produk kunci, dan metode untuk mempertahankan keunggulan kompetitif
perusahaan.
5. Tahapan Pelaksanaan ABM
Tahapan Pelaksanaan ABM meliputi :
a. Activity analysis
Pengendalian dimulai dari pemahaman kegiatan yang dikerjakan.
b. Market Targetting
ABM menuntut pihak manajemen senior untuk selalu menetapkan
apa yang dibutuhkan pelanggan dan menyiapkan target operasional
untuk mencapai kebutuhan tersebut.
c. Bussiness Process Improvement
Manajer harus menyelaraskan bermacam-macam proses yang ada
dalam perusahaan
d. Activity Improvement
Pemfokusan perhatian terhadap perbaikan jasa, proses bisnis dan
aktivitas
e. Procces control
Pengendalian terhadap proses merupakan tindakan untuk
meyakinkan bahwa proses (aktivitas) yang dilaksanakan untuk
menghasilkan output beroperasi secara efektif dan konsisten

B. Activty Based Budgeting (ABB)


Activity-based budgeting merupakan pendekatan baru dalam proses
penyusunan anggaran. Pendekatan ini merupakan proses merencanakan dan
mengendalikan aktivitas yang diharapkan dapat mencapai efektivitas biaya
dalam anggaran, sehingga memenuhi beban kerja yang diramalkan dan tujuan
strategik yang telah disepakati. Activity-based budgeting merupakan proses
penyusunan anggaran yang berfokus pada improvement terhadap sistem yang
digunakan oleh organisasi agar dapat menghasilkan value bagi pelanggan
(Brimson dan Antos, 1999) dan berfokus pada proses secara integral terhadap
suatu organisasi (McClenahen, 1995), serta merupakan proses perencanaan
dan pengendalian aktivitas-aktivitas yang diharapkan oleh organisasi agar
mencapai anggaran yang cost-effective dan memenuhiworkload sesuai dengan
tujuan dan strategi organisasi (Antos,1997).
Activity-based budgeting dapat diaplikasikan pada semua organisasi dan
fungsi, termasuk untuk perusahaan jasa, dan fungsi-fungsi overhead,
sedangkan pada perusahaan manufaktur, konsep ini mula-mula diterapkan
(lihat misalnya, Newberry dan Bacon, 1994; dan Brinson dan Antos, 1998).
Adanya tantangan baru mendorong semua organisasi komersial ataupun non
komersial memusatkan perhatiannya pada overall cost.
Activity-based budgeting berbeda secara signifikan jika dibandingkan
dengan traditional budgeting. Secara ringkas perbedaan traditional
budgeting dan activity-based budgeting dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2.1 Tabel perbedaan traditional budgeting dan activity-based budgeting

Perbedaan Traditional Budgeting Activity-Based Budgeting


Fokus Fungsi Sistem
Penyusun Manajer system, Ketua
Anggaran Manajer Fungsional tim, Manajer fungsi
(Budgetees) utama, Manajer fungsi pendukung
Menjalankan bagian dari Melakukan improvement terhadap
sistem yang system, Memuaskan
ada, Memenuhi kebutuhancustomers, Meraih
Tujuan kebutuhan kesempatan, Cost reduction
fungsi,Melaksanakan
pengendalian, Cost
control
Sumber: Brimson dan Antos (1999)

Tabel 2.2 Perbedaan Anggaran Tradisional Dengan Activity Based Budgeting

Perbedaan Penganggaran Activity Based


Tradisional Budgeting
Unit penganggaran Diekspresikan sebagai Diekspresikan sebagai
biaya fungsional atau biaya pelaksanaan
kategori pengeluaran aktivitas
Fokus Sumber daya yang Keluaran atau pekerjaan
dibutuhkan yang dilakukan
Orientasi Historis Countinuous
improvement
Peran pemasok dan Tidak secara normal Melakukan koordinasi
pelanggan mempertimbangkan dengan pemasok dan
pemasok dan pelanggan mempertimbangkan
dalam penganggaran kebutuhan pelanggan
dalam proses
penganggaran
Tujuan Memaksimalakan kinerja Menyelaraskan aktivitas
pengendalian manajer perusahaan secara
keseluruhan
Dasar anggaran Berdasarkan kinerja Berdasarkan
manajer kemanfaatan kapasitas
Sumber: Blocher, et. al. (2005)

Berdasarkan dari kedua tabel diatas, perbedaan yang


paling mendasar antara traditional budgeting dan activity based budgeting adalah
banyaknya informasi yang dibutuhkan untuk membangun anggaran.

2.2 PRINSIP-PRINSIP ACTIVITY-BASED BUDGETING


Amin (2003:6) mengemukakan prinsip-prinsip Activity Based
Budgeting (ABB) sebagai berikut:
1. ABB harus menggambarkan apa yang dilakukan, aktivitas atau proses
usaha (business processes), bukan unsur biaya (cost elements). Sumber
daya yang dibutuhkan atau elemen biaya harus berasal dari aktivitas
yang diharapkan atau proses usaha dan beban kerja
(workload). Workload adalah jumlah unit dari suatu aktivitas yang
dibutuhkan. Misalnya, dalam departemen sumber daya manusia, beban
kerja untuk aktivitas “merekrut karyawan” adalah merekrut 30 orang
karyawan. Biaya untuk melakukan aktivitas tersebut adalah gaji dan
tunjangan dari perekrut, perjalanan, advertensi, testing, peralatan
kantor, dan biaya lain termasuk untuk ruang yang ditempati perekrut
dan untuk wawancara. Apabila rencana perekrutan batal, beban kerja
untuk aktivitas tersebut akan nihil.
2. Anggaran berbasis aktivitas harus didasarkan pada beban kerja
(workload) mendatang agar dapat memenuhi; persyaratan pelanggan,
tujuan dan strategi organisasi/departemen, jasa dan bauran jasa (service
mix) yang baru atau yang diubah, perubahan dalam proses usaha,
perbaikan dalam efesiensi dan efektifitas, perubahan dalam tingkat
layanan (service level), mutu, fleksibilitas dan tujuan siklus waktu.
3. Anggaran akhir harus menggambarkan perubahan dalam biaya sumber
daya (resource cost).
4. Sebagai bagian dari proses pengganggaran, perusahaan perlu memberi
perhatian pada usaha perbaikan yang berkesinambungan. Setiap
departemen harus mengidentifikasi aktivitas atau proses usaha untuk
melakukan perbaikan, jumlah perbaikan, dan bagaimana
merencanakan mencapai target perbaikan.
Menurut Gunawan Adisaputro dan Yunita Anggarini (2007:375), ada tiga
prinsip dasar Activity Based Budgeting(ABB) sebagai berikut:
1. Activity based budgeting berfokus pada pemahaman tentang aktivitas
dan hubungannya untuk mencapai tujuan strategik.
Activity-based budgeting ini diawali dengan manajemen mendefinisikan
visi, misi, strategi dan usulan nilai dari produk/jasa. Strategi dirumuskan
berbasis pada analisis customer requirement, pengetahuan pasar dan
persaingan untuk menentukan nilai (value) yang dapat diberikan
kepada customer. Melalui serangkaian langkah, strategi ini didefinisikan
untuk mendukung atribut performance yang mengusulkan nilai suatu
produk/jasa. Proses cascading dapat digunakan untuk mengartikulasi
bagaimana strategi seharusnya direfleksikan dalam proses dan aktivitas.
Berikut ini contoh bagaimana suatu bank melalui proses cascading :

Tabel 2.3 Contoh proses cascading

Tahap Contoh
Mendefinisikan Menjadi penyedia pinjaman
Pernyataan Misi terbesar di Propinsi X
Mendefinisikan Tujuan Meningkatkan Cash Flow $
Organisasi 5000
Menetapkan Faktor-Faktor Menumbuhkan market share
Kritis Kesuksesan melalui pengurangan unit biaya
Menetapkan Target Meningkatkan market share
Produk untuk kredit mobil sebesar
50%
Meningkatkan pendapatan
kredit modal sebesar 5%
Mengurangi biaya 9,75%

Untuk mencapai visi, perusahaan perlu mengidentifikasi berbagai desain


strategi yang mengarah ke area kunci. Kesuksesan akan dapat dicapai jika
strategi difokuskan pada proses-proses ktitis. Melalui feature costing,
activity-based budgeting mengidentifikasi proses-proses yang berbeda akibat
persyaratan dan kondisi yang unik (feature) dari setiap produk/jasa. Dengan
mengkombinasikan activity-based budgeting dan feature costing, organisasi
dapat menyusun rencana pemacu nilai (a value-driven planning).
2. Activity based budgeting berfokus ke penciptaan nilai.
Nilai dapat diciptakan ketika costumer bersedia menggunakan produk/jasa.
Sasaran yang diperlukan untuk menciptakan nilai yaitu:
a. Pemerolehan/pertumbuhan pangsa pasar
Dapat dilakukan dengan pengenalan produk/jasa baru, penempatan
perusahaan pada ceruk pasar tertentu, pembukaan wilayah pemasaran
baru, pembangunan kerjasama operasi dengan perusahaan lain, dan
pemerolehan bisnis pesaing.
b. Peningkatan laju pertumbuhan penjualan
Dapat dilakukan dengan penawaran baru atau melakukan perbaikan
secara berkelanjutan atas produk dan jasa yang disediakan costumer.
c. Peningkatan profit margin
Penciptaan nilai mrnuntut personel untuk menungkatkan
pendapatan yang diikuti dengan penurunan biaya, sehingga profit
margin menjadi lebih besar.
d. Pengurangan biaya
Biaya yang dapat dikurangi meliputi biaya pokok produksi (seperti
biaya bahan mentah, tenaga kerja danoverhead pabrik).
e. Pengurangan pajak penghasilan
Pengurangan pajak penghasilan dapat diwujudkan jika personel
memahami dampak setiap keputusan yang diambilnya terhadap biaya
dan pendapatan, yang pada gilirannnya akan menentukan besarnya tax
loss dan tax saving berdasarkan peraturan perpajakan yang berlaku.
f. Peningkatan produktivitas aktiva
Saat perputaran modal kerja naik maka pendapatan juga akan naik
dan mengurangi cost of capital dan biaya.
g. Pengurangan biaya modal
Pengurangan biaya modal dapat diperoleh dengan mencari
pinjaman dengan tingkat bunga yang rendah.

3. Activity based budgeting


merupakan proses yang mengarahkan seluruh aktivitas perusahaan untuk
menciptakan nilai.
Aktivitas perusahaan untuk penciptaan nilai dikelompokkan pada 4
golongan yaitu aktivitas yang secara langsung berkaitan dengan penyediaan
produk dan jasa bagi costumer luar, aktivitas yang meberikan dukungan
secara langsung kepada result producting activities dalam penyediaan produk
dan jasa bagi costumer, pusat jasa yang menyediakan layanan bagi result
producing activities dan result contributing activities, dan pusat jasa yang
menyediakan layanan kebersihan dan kerumahtanggaan bagi ketiga aktivitas
lainnya.
ABB merupakan kebalikan dari proses ABC. Perbandingan keduanya
digambarkan dalam diagram berikut.
Oleh karena itu, langkah-langkah dalam menyusun ABB adalah
1. Menentukan output yang ingin dicapai
2. Menentukan jenis aktivitas dan pemicu aktivitas yang dibutuhkan dalam
mencapai output tersebut
3. Menentukan kapasitas aktivitas yang telah diidentifikasi dalam nomor 2.
4. Menentukan biaya dari aktivitas yang telah diidentifikasi dan ditentukan
dalam langkah 2 dan 3.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Activity Based Management (ABM) atau manajemen berdasarkan aktivitas


adalah pendekatan yang luas dan terpadu yang memfokuskan perhatian
manajemen pada aktivitas dengan tujuan perbaikan nilai pelanggan dan laba
yang dicapai dengan menyediakan nilai ini. Activity Based Management
(ABM) ini merupakan pendekatan yang berfokus untuk dapat :Meningkatkan
nilai yang diterima oleh pelanggan dari setiap aktivitas yang dilakukan,
menentukan aktivitas perusahaan yang merupakan aktivitas value added dan
non value added, meningkatkan value added activity dan mengurangi bahkan
menghilangkan non value added activity. Activity-based budgeting merupakan
pendekatan baru dalam proses penyusunan anggaran. Pendekatan ini
merupakan proses merencanakan dan mengendalikan aktivitas yang diharapkan
dapat mencapai efektivitas biaya dalam anggaran, sehingga memenuhi beban
kerja yang diramalkan dan tujuan strategik yang telah disepakati. Activity-
based budgeting merupakan proses penyusunan anggaran yang berfokus
pada improvement terhadap sistem yang digunakan oleh organisasi agar dapat
menghasilkan value bagi pelanggan
DAFTAR PUSTAKA

Garrison, Eric W. Noreen, dan Peter C. Brewer. 2013. Akuntansi Manajerial.


Jakarta : Salemba Empat
Blocher, Edward J., Chen, Kung H., dan Lin, Thomas W. 2010. Cost
Management: A Strategic Emphasis. McGraw-Hill. USA. (BCL)
Hansen Don R, Mowen Marryanne M. 2006. Management Accounting, Seventh Edition

Anda mungkin juga menyukai