Activity–Based Management (ABM) adalah suatu pendekatan di seluruh sistem dan terintegrasi,
yang memfokuskan perhatian manajemen pada berbagai aktivitas, dengan tujuan meningkatkan
nilai untuk pelanggan dan laba sebagai hasilnya (Hansen dan Mowen, 2006; 11).
Menurut Mulyadi (2007; 731), Activity-Based Management (ABM) adalah pendekatan manajemen
yang memusatkan pengelolaan pada aktivitas dengan tujuan untuk melakukan improvement
berkelanjutan terhadap value yang dihasilkan bagi customer, dan laba yang dihasilkan dari penyedia
value tersebut.
Sedangkan menurut Blocher (2007; 239), Activity–Based Management (ABM) analisis aktivitas yang
digunakan untuk memperbaiki nilai produk atau jasa bagi pelanggan dan meningkatkan keuntungan
perusahaan.
1. Manajemen berbasis aktivitas berfokus pada pengelolaan aktivitas untuk meningkatkan nilai
yang diterima oleh konsumen
2. Pemusatan pengelolaan pada aktivitas untuk menghasilkan laba dari penyedia nilai tersebut.
Activity Based Management (ABM) merupakan pendekatan manajemen yang berfokus untuk
dapat :
1. Meningkatkan nilai yang diterima oleh pelanggan dari setiap aktivitas yang dilakukan.
2. Menentukan aktivitas perusahaan yang merupakan aktivitas value added dan aktivitas non-
value added.
3. Meningkatkan value added activity dan mengurangi bahkan menghilangkan non-value added
activity.
4. Memperbaiki laba dengan memberikan nilai pelanggan.
ABM merupakan pusat dari sistem manajemen biaya, dan oleh karena itu untuk mengelola
organisasi atau perusahaan dengan baik, harus menekankan pada ABM. ABM bertujuan untuk
meningkatkan nilai produk atau jasa yang diterima oleh para konsumen, dan oleh karena itu dapat
digunakan untuk mencapai laba dengan menyediakan nilai tambah bagi konsumennya.
Manfaat Manajemen Accounting System (ABM):
Manfaat yang diperoleh dengan menggunakan ABM adalah manajemen dapat menentukan wilayah
untuk melakukan perbaikan operasi, mengurangi biaya, atau meninggkatkan nilai bagi pelanggan.
Dengan mengidentifikasi sumber daya yang dipakai konsumen, produk, dan aktivitas, ABM
memperbaiki fokus manajemen atas faktor-faktor kunci perusahaan dan meningkatkan keunggulan
kompetitif (Blocher, 2007; 239).
Manfaat ABM menurut Supriyono (1999; 356) adalah: a. Mengukur kinerja keuangan dan
pengoperasian (nonkeuangan) organisasi dan aktivitas-aktivitasnya. b. Menentukan biaya-biaya dan
profitabilitas yang benar untuk setiap tipe produk dan jasa. c. Mengidentifikasikan aktivitas-aktivitas
dan mengendalikannya. d. Mengelompokkan aktivitas-aktivitas bernilai tambah dan tidak bernilai
tambah. e. Mengefisienkan aktivitas bernilai tambah dan mengeliminasi aktivitas-aktivitas tidak
bernilai tambah. f. Menjamin bahwa pembuatan keputusan, perencanaan dan pengendalian
didasarkan pada isu-isu bisnis yang keluar dan tidak semata berdasar informasi keuangan. g. Menilai
penciptaan rangkaian nilai tambah (value-added chain) untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan
konsumen.
Activity Based Management dapat di terapkan untuk berbagai jenis perusahaan, termasuk
perusahaan manufaktur, operator seluler, perusahaan non profit, sekolah dan instansi pemerintah.
1 Dimensi Biaya
Dimensi biaya adalah dimensi ABM yang memberikan informasi biaya mengenai sumber,
aktivitas, produk, dan pelanggan. Dimensi biaya ini bertujuan untuk memperbaiki
keakuratan pembebanan biaya. Sumber biaya ditelusuri pada aktivitas dan kemudian biaya
dibebankan pada produk dan pelanggan. Dimensi biaya atau dimensi Activity-Based Costing
(ABC), didasarkan pada ABC generasi kedua yang merupakan perkembangan lebih lanjut
dari ABC generasi pertama.
ABC generasi pertama adalah sistem penentuan biaya produk yang terdiri atas dua tahap
yaitu: (1) melacak biaya pada berbagai aktivitas
(2) membebankan biaya pada produk.
ABC semula diakui sebagai metode untuk menyempurnakan ketelitian biaya produk, namun
ABC generasi kedua merupakan sistem pengukuran kinerja yang bersifat komprehensif yang
digunakan sebagai sumber informasi utama Activity Based Management (ABM).
ABC generasi kedua adalah metodologi untuk mengukur dan menyediakan informasi
mengenai biaya sumber-sumber, aktivitasaktivitas, dan pembebanan biaya pada objek-
objek biaya.
Asumsi yang mendasari adalah:
1. Objek-objek biaya menciptakan perlunya aktivitas-aktivitas
2. aktivitas-aktivitas menciptakan perlunya sumber-sumber.
ABC juga merupakan sistem yang bermanfaat untuk mengorganisasi dan
mengkomunikasikan informasi.
2 Dimensi Proses
Dimensi proses atau analisis nilai proses adalah dimensi ABM yang memberikan informasi
tentang aktivitas apa yang dikerjakan, mengapa dikerjakan dan seberapa baik
dikerjakannya.
Tujuan dimensi proses adalah pengurangan biaya. Dimensi inilah yang memberikan
kemampuan untuk mengukur perbaikan berkelanjutan.
Dimensi proses adalah dimensi model ABM yang berisi informasi kinerja mengenai
pekerjaan yang dilaksanakan dalam organisasi sehingga mencakup :
(a) analisis penyebab biaya, (b) analisis aktivitas-aktivitas, dan (c) evaluasi kinerja dengan
menggunakan informasi dari ABC.
Dimensi proses menyediakan informasi mengenai pekerjaan yang dilakukan dalam suatu
aktivitas dan hubungan antara pekerjaan tersebut dengan aktivitas lainnya. Proses adalah
serangkaian aktivitas yang terkait untuk melaksanakan tujuan tertentu.
Menurut Supriyono (2002; 77), aktivitas adalah kombinasi manusia, teknologi, bahan
mentah, metode dan lingkungan yang memproduksi produk atau jasa tertentu. Aktivitas itu
menunjukkan apa yang dilakukan oleh suatu perusahaan atau organisasi, yaitu cara
perusahaan atau organisasi menggunakan waktu untuk melaksanakan proses untuk
menghasilkan keluaran atau output dari proses dan mencapai tujuan organisasi atau
perusahaan. Salah satu unsur organisasi adalah manusia, perubahan organisasi
mengakibatkan perubahan mengenai apa yang dikerjakan manusia, sehingga mengubah
aktivitas. Berkaitan dengan hal ini, dapat dikatakan pula bahwa aktivitas merupakan suatu
proses yang mengkonsumsi sumber daya untuk menghasilkan output.
Pada intinya fungsi dari aktivitas adalah untuk mengubah sumberdaya (material, tenaga
kerja, teknologi) menjadi output (barang atau jasa).
Klasifikasi Aktivitas
Akivitas dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu aktivitas bernilai tambah dan aktivitas
tidak bernilai tambah. Kedua aktivitas ini biasanya terjadi pada perusahaan manufaktur
ataupun perusahaan jasa. 1). Aktivitas Bernilai Tambah Aktivitas bernilai tambah adalah
aktivitas-aktivitas yang diharuskan untuk melaksanakan bisnis atau menciptakan nilai yang
dapat memuaskan bagi para konsumennya (Supriyono, 1999; 377).
Menurut Hansen dan Mowen (2006; 489), 17 aktivitas bernilai tambah adalah aktivitas-
aktivitas yang diperlukan untuk dipertahankan dalam bisnis. Aktivitas ini harus terus
dipertahankan oleh perusahaan, karena aktivitas inilah yang menjadikan suatu produk atau
jasa lebih kompetitif dipasar. Jika aktivitas bernilai tambah dieliminasi, akan mengurangi
nilai yang akan didapat oleh konsumen, sehingga konsumen tidak lagi membeli atau
mengkonsumsi produk atau jasa perusahaan tersebut. Dengan kata lain, perusahaan
tersebut akan mengalami kekalahan persaingan di dalam pasar. Aktivitas bernilai tambah
menimbulkan biaya aktivitas bernilai tambah, yaitu biaya yang digunakan untuk
melaksanakan aktivitas-aktivitas bernilai tambah.
Aktivitas dapat dikelompokkan kedalam aktivitas bernilai tambah apabila secara bersamaan
memenuhi ketiga kondisi berikut ini (Hansen dan Mowen, 2006; 489):
2. Perubahan tersebut tidak dapat dicapai oleh aktivitas yang sebelumnya, dan
aktivitas tidak bernilai tambah adalah aktivitas-aktivitas yang tidak perlu atau aktivitas-
aktivitas yang perlu namun tidak efisien dan dapat disempurnakan.
Sedangkan menurut Hansen dan Mowen (2006; 490), aktivitas tidak bernilai tambah adalah
semua aktivitas selain aktivitas yang sangat penting untuk dipertahankan dalam bisnis,
sehingga dianggap sebagai aktivitas yang tidak diperlukan.
Pengukuran kinerja aktivitas berpusat pada tiga dimensi: efisiensi, kualitas dan waktu
(Mulyadi dan Johny Setyawan, 2001; 629). Efisiensi memfokuskan hubungan antara
masukan dengan keluaran aktivitas. Kualitas berkaitan dengan apakah sejak pertama kali
aktivitas telah dilaksanakan dengan benar. Waktu digunakan dalam menjalankan aktivitas.
Sistem akuntansi manajemen berdasarkan fungsi atau FBM telah dikenal dari tahun 1900-an dan
masih secara luas digunakan baik dalam sektor manufaktur maupun jasa. Model umum untuk sistem
akuntansi manajemen berdasarkan fungsional ditunjukkan dalam gambar berikut ini. (Hansen
Mowen, 2006:57)
Tinjauan biaya FBM dalam sistem akuntansi FBM, biaya-biaya sumber daya dibebankan ke
unit-unit fungsional dan kemudian ke produk. Dalam pembebanan biaya, digunakan penelusuran
langsung dan penelusuran penggerak, akan tetapi dalam sistem FBM penelusuran penggerak hanya
menggunakan penggerak produksi (tingkat unit), pengukuran konsumsi sangat berkorelasi dengan
keluaran produksi. Jadi, produk unit atau penggerak yang saling berkorelasi dengan unit yang di
produksi, seperti jam kerja dari tenaga kerja langsung, material langsung dan jam kerja mesin adalah
hanya penggerak yang di asumsikan penting.
Karena sistem FBM hanya menggunakan penggerak yang berhubungan dengan sistem
produksi untuk membebani biaya, pendekatan pembebanan biaya ini dianggap sebagai pembiayaan
berdasarkan produksi atau fungsional (Functional Based Costing -FBC). Produksi atau penggerak
tingkat unit dimana FBC sering tergantung padanya adalah bukan satu satunya penggerak yang
menjelaskan hubungan sebab akibat. Penggerak selain dari penggerak produksi yang
menggambarkan hubungan sebab akibat dianggap sebagai penggerak tingkat non unit.
Tujuan pembiayaan produk dari pembiayaan berdasarkan funsional dapat dipenuhi dengan
pembebanan biaya produksi untuk persediaan dan harga pokok penjualan untuk tujuan pelaporan
keuangan eksternal. (Hansen, Mowen, 2006: 55-57)
Jadi, penulis berkesimpulan bahwa sistem FBM merupakan sistem yang dianggap dan dinilai
lebih baik daripada sistem tradisional yang dahulu digunakan. Perkembangan teknlogi dan
pengetahuan menyebabkan semakin akuratnya sistem yang dimodifikasi oleh praktisi dan akademisi.
Tinjauan biaya FBM
Dalam sistem akuntansi FBM, biaya-biaya sumber daya dibebankan pada unit-unit yang
berfungsi, kemudian produk. Dalam pembebanan biaya, penelusuran langsung dan penelusuran
penggerak digunakan. Namun, penelusuran penggerak dalam siistem FBM hanya menggunakan
penggerak produksi (tingkat unit) yang merupakan pengukuran konsumsi yang sangat berkorelasi
dengan keluaran produksi, seperti jam kerja dari tenaga kerja langsung, baghan langsung, dan jam
kerja mesin adalah hanya pengerak yang diasumsikan penting. Karena sistem FBM hanya
menggunakan penggerak yang berhubungan dengan fungsi produksi untuk membebani biaya,
pendekatan pembebanan biaya ini dianggap sebagai perhitungan biaya berdasarkan produksi atau
fungsi (functional based costing-FBC).