ACTIVITY-BASED MANAGEMENT
ANALISA KASUS SLOAN STYLES INC.
Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Manajemen dan Biaya
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh :
KELOMPOK 4
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Azza Wa Jalla yang telah melimpahkan
nikmat, rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis diberikan kemudahan dan kelancaran dalam
menyelesaikan makalah yang berjudul “Activity Based Management (ABM)”.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas kelompok mata kuliah Akuntansi Manajemen
dan biaya. Dengan tersusunnya makalah ini adalah berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada Dosen, serta teman-teman Program Studi Magister Akuntansi Pascasarjana
Universitas Riau.
Dalam menyelesaikan makalah ini tim penulis menyampaikan ucapakan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang memabntu dalam menyelesaikan makalah ini,
khususnya Kepada Dosen kami Ibu Alfiati Silfi, S.E., M.Si., Ak yang telah memberikan tugas
dan petunjuk kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Dengan disusunnya makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada berbagai
pihak yang membutuhkan. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik ataupun masukan yang membangun demi
kesempurnaan pembuatan makalah ini untuk masa yang akan datang dan lebih bermanfaat bagi
pembaca sekalian.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Rumusan masalah........................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Activity Based Management.........................................................3
2.2 Tujuan dan Manfaat Activity Based Management......................................5
2.3 Keunggulan Activity Based Management..................................................5
2.4 Langkah Langkah Activity Based Management.........................................6
2.5 Dimensi Activity Based Management........................................................7
2.6 Faktor yang mendukung Activity Based Management.............................10
2.7 Klasifikasi Aktivitas..................................................................................11
2.8 Analisis Nilai Proses.................................................................................13
2.9 Perhitungan biaya pelanggan dan pemasok berdasarkan aktivitas...........16
2.10 Komponen Activity Based Management..................................................18
2.11 Pembahasan Kasus Sloan Styles Inc.........................................................20
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................28
BAB I
PENDAHULUAN
Permintaan akan informasi akuntansi manajemen yang lebih akurat dan relevan telah
mengarah pada perkembangan manajemen berdasarkan aktivitas. Manajemen berdasarkan
aktivitas adalah suatu pendekatan di seluruh sistem dan terintegrasi, yang memfokuskan
perhatian manajemen pada berbagai aktivitas, dengan tujuan meningkatkan nilai untuk pelanggan
(customer value) dan laba sebagai hasilnya. Manajemen berdasarkan aktivitas menekankan pada
biaya berdasarkan aktivitas/Activity Based Costing (ABC) dan analisis nilai proses. Biaya
berdasarkan aktivitas meningkatkan keakuratan mengalokasikan biaya dengan pertama-tama
menelusuri biaya berbagai aktivitas, dan kemudian sampai pada produk atau pelanggan yang
menggunakan berbagai aktivitas tersebut. Analisis nilai proses, di lain pihak, menekankan pada
analisis aktivitas, yaitu mencoba untuk menetapkan mengapa melakukan aktivitas yang
diperlukan secara lebih efisien, dan untuk menghapus aktivitas yang tidak memberikan nilai bagi
pelanggan.
Manajemen berdasarkan aktivitas memiliki tujuan untuk meningkatkan nilai bagi
pelanggan dengan mengelola aktivitas. Nilai bagi pelanggan adalah fokus utama karena
perusahaan dapat menciptakan keunggulan kompetitif dengan menciptakan nilai bagi pelanggan
yang lebih baik dengan biaya yang sama atau lebih rendah dari pesaing atau menciptakan nilai
yang sama dengan biaya lebih rendah dari pesaing. Nilai bagi pelanggan adalah selisih antara apa
yang pelanggan terima (realisasi untuk pelanggan) dengan apa yang pelanggan serahkan (hal
yang dikorbankan pelanggan). Apa yang diterima, disebut sebagai produk total (total product).
Produk total seluruh manfaat baik wujud (tangible) maupun tidak berwujud (intangible) yang
pelanggan terima dari produk yang dibeli. Pengorbanan pelanggan meliputi biaya meliputi biaya
pembelian produk, waktu dan usaha yang dikeluarkan untuk mendapatkan dan mempelajari cara
menggunakan produk, dan biaya-biaya paska pembelian, yang didefinisikan sebagai biaya
penggunaan, pemeliharaan, dan menjual kembali produk tersebut. Meningkatkan nilai bagi
pelanggan berarti meningkatkan realisasi untuk pelanggan, menurunkan pengorbanan pelanggan,
atau keduanya. Manajemen berdasarkan aktivitas adalah suatu system yang terintegrasi yang,
yang mengarahkanperhatian manajemen pada aktivitas – aktivitas yang dapat memperbaiki
nilai – nilai yang diterima dan meningkatkan laba yang diperoleh dengan menyediakan nilai–
nilai yang sudah diperbaiki tersebut.
Manajemen berdasarkan aktivitas mencakup dua dimensi yaitu dimensi biaya dan dimensi
proses. Dimensi biaya memberikan informasi biaya mengenai sumber daya, aktivitas, produk,
dan pelanggan, pemasok dan saluran distribusi. Aktivitas berbasis biaya ini berguna memperbaiki
akurasi pembebanan biaya. Dimensi proses memberikan informasi tentang aktivitas apa yang
dilakukan, mengapa harus dilaksanakan, bagaimana sebaiknya suatu aktivitas dilaksanakan
dengan tujuan untuk mengurangi biaya.
Meningkatkan nilai yang diterima oleh pelanggan dari setiap aktivitas yang
dilakukan.
Menentukan aktivitas perusahaan yang merupakan aktivitas value added dan
aktivitas non-value added.
Meningkatkan value added activity dan mengurangi bahkan menghilangkan non-
value added activity.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Activity Based Management adalah suatu sistem
yang terintegrasi dan menyeluruh yang memusatkan perhatian manajemen pada aktivitas-
aktivitas yang dilakukan untuk meningkatkan customer value dan profitabilitas organisasi.
Aktivitas utama manajemen adalah mancari laba untuk kelangsungan hidup
perusahaan. Setiap aktivitas harus memperoleh manfaat yang lebih besar daripada
pengorbanannya, karena setiap aktivitas adalah biaya.
Manajemen berdasarkan aktivitas adalah perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengendalian aktivitas untuk mencapai sasaran kerja dan tujuan
organisasi melalui proses perbaikan terus menerus. Perbaikan itu meliputi bidang alat
kerja, metode kerja, tenaga kerja, sasaran kerja, tingkat harga, kualitas produk, dan kualitas
pelanggan.
Semua aktivitas adalah biaya karena aktivitas adalah pengorbanan sumber-sumber
daya yang dapat diukur dengan satuan uang atau aktivitas adalah pengorbanan input untuk
memperoleh output dan keuntungan. Manajemen harus berusaha meningkatkan aktivitas
yang bernilai tambah dan mengurangi aktivitas yang tidak bernilai tambah secara
sistematis.
Aktivitas bernilai tambah seperti riset pasar, merancang dan mengembangkan
produk, membuat dan menjual produk, serta pelayanan purna jual produk. Sedangkan
aktivitas yang tidak bernilai tambah seperti pemeriksaan pekerjaan, pengerjaan ulang,
memindahkan bahan baku dan barang setengah jadi, penjadwalan, waktu tunggu, dan
penyimpanan. Aktivitas ini harus dikurangi kalau mungkin dihapuskan.
Cooper dan Kaplan mengelompokkan penerapan ABM ini ke dalam 2 kategori,
yaitu:
ABM Operasional
Berusaha untuk meningkatkan efisiensi operasi dan tingkat penggunaan
asset serta menurunkan biaya, fokusnya adalah melakukan sesuatu dengan benar
dan melakukan aktivitas dengan lebih efisien.
ABM Strategis
Menurut Mulyadi dalam Avrillianti (2006) tujuan ABM adalah untuk improvement
secara berkelanjutan terhadap customer value dan menghilangkan pemborosan. Menurut
Solikin (2008) ABM memiliki dua tujuan, yaitu:
Keunggulan yang dimiliki ABM menurut Blocher dalam Avrillianti (2006) adalah
sebagai berikut:
1) ABM mengukur efektifitas proses dan aktivitas bisnis dan mengidentifikasi
bagaimana proses dan aktivitas tersebut bisa diperbaiki untuk menurunkan biaya dan
meningkatkan nilai bagi pelanggan.
2) ABM memperbaiki fokus manajemen dengan cara mengalokasikan sumber daya
untuk menambah nilai aktivitas kunci, pelanggan, dan metode untuk
mempertahankan keunggulan bersaing perusahaan.
Adanya keunggulan-keunggulan di atas menyebabkan ABM memiliki manfaat
yang cukup banyak bagi perusahaan khususnya pihak manajemen. Beberapa manfaat dari
ABM menurut Tunggal dalam Suci (2011) sebagai berikut:
Dimensi biaya
Dimensi biaya memberikan informasi biaya mengenai sumber, aktivitas produk dan
pelanggan (objek biaya lainnya yang mungkin diperlukan). Tujuannya adalah
memperbaiki keakuratan biaya.
Dimensi proses
Dimensi proses memberikan informasi tentang aktivitas apa yang dikerjakan, mengapa
dikerjakan, dan seberapa baik dikerjakan. Tujuannya adalah untuk pengurangan biaya.
Budaya organisasi
Budaya organisasi mencerminkan kerangka berpikir dari karyawan termasuk perilaku,
nilai, keyakinan yang dianut oleh karyawan. Budaya organisasi menunjukkan
keterlibatan, kerja sama serta partisipasi yang tinggi dari seluruh karyawan. Budaya
organisasi sangatlah mendukung keberhasilan dari penerapan ABM di suatu
organisasi.
Change process
Perubahan bisa terjadi apabila diterapkannya suatu proses yang sudah dirancang untuk
menghasilkan perubahan tersebut. Perbaikan dari proses yang sudah ada sangat
mendukung
keberhasilan penerapannya. Elemen-elemen dari proses diantaranya adalah daftar dari
aktivitas, sekumpulan tujuan, dan tindakan lanjutan.
Continuing education
Memberikan kesempatan kepada karyawan untuk mengikuti pelatihan serta
meningkatkan keahlian mereka terhadap lingkungan kerja yang cepat sangatlah
penting. Keberhasilan penerapan dari program manajemen biaya yang baru
membutuhkan keahlian, peran serta dan kerja sama dari karyawan suatu organisasi.
2.8.11 Benchmarking.
Dengan benchmarking, manajemen mengidentifikasi peluang perbaikan aktivitas
serta menggunakan praktik terbaik sebagai standar dalam evaluasi kinerja aktivitas.
Tujuan benchmarking adalah menjadi yang terbaik dalam melakukan berbagai
aktivitas dan proses. Jadi, benchmarking juga harus melibatkan perbandingan dengan
para pesaing atau industri lainnya.
Chet Sloan mendirikan perusahaan pada tahun 1975 sebagai distributor pakaian
perempuan dengan branded pakaian wanita. Dia segera pindah ke label pribadi pada pabrik
pakaian dan distribusi. Usahanya berkembang terus dan berhasil melalui awal tahun 1990
an yang reputasinya berkembang dengan sejumlah account besar dan menguntungkan.
Pendapatan dan keuntungan mencapai rekor sebesar $ 46 juta dan $ 2.6 juta khususnya
tahun 1993.
Kemudian pada tahun 1994, salah satu Account utama memutuskan untuk keluar
dari pakaian wanita dan berkonsentrasi pada pakaian pria. Akibatnya, SS kehilangan
penjualan hingga
$7 juta . Account baru ditambahkan sehingga total penjualan untuk tahun itu jatuh
menjadi $2 juta. Upaya untuk membangun kembali pendapatan melibatkan perluasan
kekuatan penjualan, meningkatkan perdagangan melalui iklan, dan menyewa designer
tambahan. Biaya tetap yang bertambah mengakibatkan laba menurun $ 2 juta dibanding
tahun 1993.
Pada tahun 1997, pendapatan mencapai $52 juta melampaui pendapatan dari tahun-
tahun sebelumnya, tetapi keuntungan masih jauh di bawah puncak tahun 1993. Manajemen
mengetahui bahwa perlu mengubah strategi perusahaan untuk meningkatkan keuntungan
secara keseluruhan. Ringkasan Laporan keuangan untuk tahun 1997 dan 1998 ditampilkan
pada exhibit 1.
Biaya Lain-lain :
Perusahaan ini sebagian terpadu seperti yang ditunjukkan di bawah ini bahwa
dalam hal skema , prinsip sistem pengiriman. Perusahaan mendesain setiap gaya, bekerja
sama dengan pelanggan, sumber kain dan trim (lapisan, kancing, dll) , memproduksi
sampel produksi, dan pengepakan pakaian jadi untuk pengiriman langsung ke outlet
penjualan pelangan. Informasi lebih lanjut pada prinsip proses pengiriman (value delivery
process) adalah di presentasikan di catatan tambahan di akhir dari kasus ini.
Pelanggan
Berpikir tentang tekanan laba, Gary secara teratur memperhatikan tentang kenaikan
dalam jumlah gaya dengan jumlah yang lebih sedikit 500 unit. Kemauan untuk menerima
pesanan kecil adalah bagian dari Strategi kompetitif SS, tetapi ketegangan tambahan pada
prinsip sistem pengiriman yang tidak signifikan. Gary takjub tentang pengaruh laba dari
pesanan yang kecil yang nampaknya dapat melintasi seluruh produk dan langganan.
Exhibit 7 menunjukkan secara detail overhead perusahaan untuk tahun 1998, yang
diperinci secara garis besar seperti yang ditunjukkan dalam laporan keuangan bulanan.
Rincian untuk 1997 tidak ada perbedaan yang material. Gary menemukan rincian
pengeluaran overhead yang berguna dalam menyelesaikan
masalah-masalah bisnisyangdihadapinya. Exhibit 8 adalah
menunjukkan analisis "ABC" overhead yang disusun Gary, dipecah ke tahap prinsip
pengiriman utama. Dalam menafsirkan Exhibit 8, ada tiga hal yang harus diingat:
2.10.1 Perbedaan biaya variabel dengan biaya tetap, Sangat penting untuk
memahami bagaimana penggerak biaya tingkat unit akan berubah dengan
perubahan volume, baik kenaikan maupun penurunan. Sangat sedikit biaya
variabel yang murni dalam jangka-pendek, tapi hampir semua biaya
berubah selama jangka waktu 3 - 5 tahun.
2.10.4 PERTANYAAN
Perusahaan bisa menaikkan harga jual produk dengan order size dibawah 100 unit,
karena harga rata-ratanya dibawah harga rata-rata order lain, padahal dalam hal
penerimaan order dibawah100 unit hanya SS yang mau menerimanya. Jadi, apabila SS
akan menaikkan harga khusus untuk order dibawah 100 unit maka pelanggan masih bisa
menerimanya.
Jika konsumen sensitif dengan harga, dalam arti jika harga dinaikkan dan
konsumen tidak menerimanya, maka sebaiknya SS tidak lagi memproduksi order size
dibawah 100 unit karena hanya akan menimbulkan kerugian yang lebih besar.
Jadi selama ini Sloan Style tidak menerapkan system insentif untuk para karyawan
walaupun produksi yang dihasilkan dalam jumlah besar, usulan dari kami adalah Sloan
Style menerapkan system insenstif pada karyawan, karena system insentif bias mendorong
karyawan untuk bekerja lebih baik lagi.
Langkah Sloan Style dalam ”house brand” harus lebih terencana, karena dengan
membawa label pribadi, setiap perusahaan harus benar-benar menjaga kualitas dari produk
yang dihasilkan. konsumen akan melihat label tersebut sebagai refleksi perusahaan secara
keseluruhan dan Sloan Style harus meningkatkan penjualannya dengan cara cara diatas.
Tetapi jika cara tersebut tidak juga berhasil menaikkan angka penjualan maka
sebaiknya perusahaan tidak menerima order Tops karena dari data yang didapat,
perusahaan akan mengalami kerugian apabila memproduksi Tops walaupun dijual diatas
1000 unit. Selain itu juga karena sangat sulit meningkatkan kuantiti yang terjual padahal
Sloan Style sudah meningkatkan tenaga penjual, iklan penjualan dan menggunakan
designer tambahan.
1. Cost driver merupakan hal yang paling mempengaruhi jumlah biaya dalam metode
ABC, karena setiap aktivitas akan mendapatkan alokasi biaya sesuai dengan cost
driver. Sehingga adanya peningkatan produksi dan penjualan juga akan
memberikan efek biaya per unit akan semakin kecil. Sehingga akan menaikkan juga
margin / keuntungan untuk setiap unit. Jika kita lihat dari hasil analisis percustomer
Dillard dan Nortdstrom serta jackets dan Tops terhadap size maka dapat dilihat
bahwa produksi <100 kebanyakan menimbulkan kerugian. Walaupun hal ini tidak
serta merta dapat diambil kesimpulan untuk menghapus produksi <100 akan tetapai
Gary sebaiknya sudah mulai mengurangi size < 100 untuk mengurangi dan
menghindari peningkatan biaya produksi yang lebih tinggi yang akan berpengaruh
pada margin dan keuntungan Sloan Style
2. Strategi peningkatan penjualan memang sesuatu yang musti dilakukan oleh Gary,
namun disisi efektifitas dan efisiensi produksi juga harus diperhatikan oleh Gary.
Karna peningkatan penjualan akan berimbang dengan peningkatan jumlah produksi
yang artinya jika tidak hati hati maka biaya juga akan meningkat seiring
peningkatan aktivitas produksi. Oleh karena itu Gary harus jeli untuk memilih
produk yang mungkin akan lebih dikembangkan dan memberikan nilai margin
yang tinggi bagi perusahaan. Jika kita lihat dari hasil analisis ABC maka produk
jackets mungkin bisa dijadikan prioritas karna memberikan keuntungan yang paling
tinggi. Walaupun tanpa mengesampingkan produk yang lain karna
mempertahankan customer aktif untuk lini produk yang lain juga merupakah hal
yang tidak boleh ditinggalkan. Kemudian ketersediaan bahan baku sehubungan
dengan prioritas peningkatan produksi juga harus diperhatikan jangan sampai
ketidak tersediaan bahan baku akan menghambat proses produksi dan
menimbulkan kekecewaan customer aktif.
BAB III
PENUTUP
Hansen, Don. R & Maryanne M. Mowen. 2011. Akuntansi Manajerial, Buku 1 Edisi 8. Jakarta :
Salemba Empat
Blocher, Edward J., Chen, Kung H., dan Lin, Thomas W. 2010. Cost Management: A
Garrison, Eric W. Noreen, dan Peter C. Brewer. 2013. Akuntansi Manajerial. Jakarta : Salemba
Empat