Disusun oleh:
Kelompok 7
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya dalam proses
pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 7
i
DAFTAR ISI
ii
2.4 Contoh Perusahaan yang Menerapkan Sistem Activity Based Costing
(ABC) ................................................................................................ 20
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Sejak awal tahun 1980-an banyak perusahaan Amerika Serikat seperti IBM,
Hewlett Packard, Allen Bradley, Westinghouse, General Motor, General Electric,
Eastman Kodak, dan Locheed telah mengadopsi teknologi pemanufakturan maju
agar dapat bersaing dalam persaingan global. Modernisasi pabrik-pabrik Amerika
Serikat meningkatkan kuatitas dan menurunkan biaya. Dengan adanya perubahan-
perubahan ini maka praktek- praktek manajemen biaya juga mengalami perubahan
dan peningkatan.
1
ABC dan ABM berkaitan erat dengan manajemen biaya strategik. Para
manajer menerima informasi yang bermakna mengenai dampak potensial terhadap
penentuan harga jual dan keputusan tentang lini produk jika perusahaan berubah
dari sistem penentuan harga pokok tradisional dengan activity-based costing dan
penghematan potensial yang dapat diperoleh jika perusahaan menggunakan ABM
untuk mengidentifikasi dan mengeliminasi aktivitas yang tidak bernilai tambah
untuk mencapai strategi costleadership.
2
1.3 Tujuan
Dari uraian rumusan masalah diatas, maka tujuan makalah ini adalah
sebagai berikut:
3
BAB II
PEMBAHASAN
Dengan ABC, biaya overhead pabrik dibebankan kepada objek biaya seperti
produk atau jasa dengan mengidentifikasikan sumber daya yang dibutuhkan untuk
memproduksi output. Cost driver digunakan untuk menghitung biaya sumber daya
dari setiap unit aktivitas. Kemudian setiap biaya sumber daya dibebankan kepada
produk atau jasa dengan mengalikan biaya setiap aktivitas dengan kuantitas setiap
aktivitas yang dikonsumsi pada periode tertentu.
Pada gambar 1 dapat dilihat perbedaan sistem alokasi dua tahap antara ABC
dengan tradisional. Pada sistem tradisional, tahap pertama biaya overhead
dialokasikan kepada setiap departemen, selanjutnya pada tahap kedua
dialokasikan kepada setiap produk. Sedangkan pada sistem ABC, tahap pertama
biaya overhead dialokasikan kepada setiap aktivitas, selanjutnya tahap kedua
dialokasikan kepada setiap produk.
4
Banyak perusahaan mengelola aktivitas-aktivitas ke dalam empat kategori-
kategori untuk memperbaiki penelusuran biaya yaitu (1) unit-level activities, (2)
product-level activities, (3) batch- level-activities, dan (4) facility-level activities.
Untuk mengilustasikan alokasi biaya overhead berdasarkan ABC, diberikan
contoh pada perusahaan Unterman Shirt. Perusahaan ini mempunyai dua lini
produk yaitu dress shirts dan casual shirts. Biaya overhead yang diharapkan
perusahaan ini sebesar $5,730,000 dengan memproduksi 680,000 dress shirts dan
120,000 casual shirts selama tahun 2003. Pada saat ini, perusahaan Unterman
membebankan biaya overhead kepada setiap lini produk dengan jumlah yang
sama, secara sederhana rumusnya yaitu total expected overhead cost dibagi
dengan total expected production ($5,730,000: 800,000 shirt = $7.16 per shirts.
Setiap, tipe shirts membutuhkan jumlah bahan baku yang sama yaitu $8.20 per
shirts dan jumlah tenaga kerja langsung yang sama yaitu $6.80 per shirts. Total
cost per shirt adalah $22.167 ($7.16 + $8.20 + S6.80). Pemisahan Unterman
menjual shirts dengan harga $31 per shirt dan menghasilkan gross margin $8.84
per shirts ($31 -$22.16).
Bob Unterman, presiden direktur dan pemilik perusahaan Unterman merasa
bahwa perhitungan biaya untuk tenaga kerja langsung dan bahan baku sudah
benar, tetapi untuk biaya overhead seharusnya dialokasikan dengan jumlah yang
5
tidak sama kepada setiap lini produk. Bob Unterman mengangkat Rebecca Lynch
untuk menelusuri biaya overhead. Lynch memutuskan untuk menggunakan sistem
activity-based costing. Dia telah mengidentifikasi aktivitas-aktivitas yang penting
untuk memproduksi shirts dan mengklasifikasikannya ke dalam empat activity
cost centers.
6
2.1.2 Batch-Level Activity Center
7
2.1.3 Product-Level Activity Center
8
2.1.4 Facility-Level Activity Center
Skema ikhtisar
9
Selanjutnya adalah perbandingan gross margin antara sistem
tradisional dengan ABC costing dibawah ini:
Tabel Perbandingan
10
Perbedaan dalam gross margin disebabkan oleh alokasi biaya
overhead. Pada sistem tradisional, biaya overhead dialokasikan dalam jumlah
yang sama baik untuk dress mauun casual. Sedangkan pada ABC costing,
biaya overhead antara kedua produk tersebut berbeda keduanya, untuk dress
sejumlah $5,29 dan untuk produk casual sejumlah $17,75.
11
produk pakaian dress, sehingga produk untuk harga jual produk pakaian dress
menjdi overprice. Overpricing dapat menyebabkan pakaian dress menjadi
tidak kompetitif di pasar. Jika volume produksi menurun karena kehilangan
pangsa pasar, maka dampaknya adalah penjualan akan menurun dan biaya
tetap akan dialokasikan kepada produk dengan unit yang lebih sedikit,
nantinya akan menyebbakan biaya per unit menjadi lebih tinggi. Kenaikan
biaya per unit akan mendorong kenaikan harga sehingga perusahaan akan
kehilangan pasar. Maka dari itu perlu adanya pertimbangan dari perusahaan
untuk mengurangi harga jual pakaian dress agar dapat meningkatkan maupun
mempertahankan pangsa pasarnya.
12
2.2 Activity Based Management (ABM)
13
diterima pelanggan akan lebih bernilai. Berikut akan disajikan gambar
mengenai hubungan serta interaksi bagaimana ABM menggunakan informasi
ABC:
14
Secara vertikal (Profitability View) adalah pandangan ABM yang
memiliki tujuan untuk menyempurnakan keakuratan penelusuran biaya pada
objek-objek biaya dengan cara:
1. Sumber daya yang diperoleh dari G/L data diidentifikasi dan sumber
daya tersebut merupakan pemicu biaya untuk dapat menentukan biaya
2. Kemudian biaya-biaya dari sumber daya tersebut ditelusuri pada
aktivitas-aktivitas apa yang akan dilakukan
3. Setelah menelusuri biaya pada aktivitas-aktivitas, maka dapat ditentukan
biaya-biaya aktivitas tersebut yang juga sebagai pemicu aktivitas.
Kemudian biaya-biaya aktivitas tersebut dibebankan pada produk dan
pelanggan, sehingga dapat ditentukan biaya produk dan keuntungan yang
diperoleh.
2. Strategic Planning
3. Activity Accounting
15
4. Life Cycle Management
5. Performance Management
6. Investment Management
7. Continuous Improvement
8. Benchmarking
9. Target Costing
16
10. Customer Value Analysis
17
2.3 Isu Perilaku dan Implementasi ABC/ABM
18
Tabel 5
19
sesuai akan menambah motivasi karyawan
dalam melakukan pekerjaannya.
6 Mendidik Manajemen Seminar yang mendidik manajemen tentang
ABC/ABM dapat menyebabkan para manajer
memahami konsep-konsep dan menghargai
manfaatnya. Manajeinen menjadi sadar
terhadap aktivitas yan memicu bisnis.
Pada PT. Industri Sandang Nusantara Unit Patal Secang aktivitas dapat
digolongkan menjadi empat level aktivitas. Rincian penggolongan aktivitas-
aktivitas sebagai berikut:
20
Aktivitas Level Produk Biaya pemasaran 5.063.804
Biaya pemeliharaan 352.894.800
Aktivitas Level Fasilitas bangunan
Biaya penyusutan 968.594.000
bangunan
Biaya asuransi bangunan 6.085.260
Total 13.848.818.931
Berikut ini penjelasan dari tiap level aktivitas yang dapat diidentifikasi meliputi:
Aktivitas ini terjadi berulang untuk setiap unit produksi dan konsumsinya
seiring dengan jumlah unit yang diproduksi. Jenis aktivitas ini meliputi pemakaian
bahan pembantu, aktivitas pemakaian energi, dan aktivitas penyusutan mesin.
21
b) Aktivitas pemakaian energi listrik dalam proses produksi menkonsumsi biaya
listrik.
c) Aktivitas penyusutan mesin mengkonsumsi biaya penyusutan mesin.
d) Aktivitas penyusutan bangunan mengkonsumsi biaya penyusutan bangunan.
e) Aktivitas pemakaian tenaga kerja tak langsung mengkonsumsi biaya tenaga
kerja tak langsung.
f) Aktivitas reparasi dan pemeliharaan mesin mengkonsumsi biaya
pemeliharaan mesin.
g) Aktivitas reparasi dan pemeliharaan bangunan mengkonsumsi biaya
pemeliharaan bangunan.
h) Aktivitas asuransi bangunan mengkonsumsi biaya asuransi.
i) Aktivitas pemasaran dalam proses produksi mengkonsumsi biaya pemasaran.
22
5. Penentuan tarif kelompok (Pool Rate)
23
Berdasarkan pembebanan Biaya Overhead Pabrik yang telah dilakukan,
maka perhitungan Harga Pokok Produksi dengan menggunakan Activity-Based
Costing System pada PT. Industri Sandang Nusantara Unit Patal Secang Tahun
2009 dapat disajikan pada Tabel 23 sebagai berikut:
Hasil perhitungan Harga Pokok Produksi per unit pada tahun 2009
menggunakan Activity-Based Costing System diperoleh hasil Harga Pokok
24
Produksi untuk Cotton 30/1 adalah sebesar Rp1.519.713,00, untuk Cotton 40/1
sebesar Rp1.131.135,00 dan untuk Rayon 30/1 sebesar Rp908.139,00.
Biaya-biaya divisi room hotel ini timbul dari semua biaya yang berkaitan
dengan aktivitas pemberian jasa penginapan yaitu dari departemen front office
yang terdiri dari unit aktivitas administrasi, concierge serta departemen
housekeeping yang terdiri dari unit aktivitas housekeeping & laundry.Data biaya
divisi room ini diperoleh dari Chief Accounting & Finance selama tahun 2013.
25
Analisis Aktivitas
26
perusahaan sedangkan Non Value Added Activities (NVA) nantinya dapat
digabung dengan aktivitas lain, direduksi volume aktivitasnya, ataupun dapat
dieliminasi. Aktivitas yang tergolong non value added activities (NVA) adalah:
27
a) Melalui eliminasi aktivitas reservation confirmation juga dieliminasi sebesar
100% dan hal ini berarti biaya yang diserap oleh aktivitas ini juga dapat
dikurangi sebesar Rp.19.079.253
b) Melalui eliminasi aktivitas Room numbering blocking sebesar Rp.18.570.467
c) Aktivitas arrangement room occupied akan dieliminasi sebesar 100%
akibatnya akan terjadi pengurangan biaya untuk aktivitas ini sebesar Rp.
8.400.341
d) Aktivitas Inspeksi kamar dieliminasi sebesar 100% sehingga biaya untuk
melakukan aktivitas ini dapat berkurang sebesar Rp.6.059.681
28
Pembahasan
29
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
30
Dengan Activity-Based Management (ABM), suatu perusahaan dapat
melakukan evaluasi biaya dan nilai (value) dari suatu aktivitas proses sehingga
akan teridentifikasi peluang (akan terjadi perbaikan posisi kompetitif) dan
meningkatnya efisiensi proses (process improvement).
31
DAFTAR PUSTAKA
Blocher, Edward J. Kung H_Chen, Gary Cokins, Thomas W. Lin. 2005. Cost
Management: A Strategic hinphasisjhird Edition, Prentice Flall
International Ltd.
Edmonds, Thomas P., Cindy D. Edmonds, Bor Y1 Tsay, Philip R Olds. 2006.
Fundamental Managerial Accounting Concept, McGraw-Hill International
Edition
Garrison, Ray H., Noreen, Eric W., Brewer Peter C. 2006. Managerial
Accounting, leven th Edition, lklc Graw-H 111 International Edition.
Hansen, Don R., dan Maryanne M. Mowen. 2004. Cost Management: Accounting
and Control, Fifth Edition, Ohio: South-Western College Publishing.
Hansen, Don R., dan Maryanne M. Mowen. 2005. Management Accounting, Sixth
Edition; Ohio: South-Western College Publishing.
Hubbell, William W. A Case Study in Economic Value Added and Activity-
Based Management. Artikel
Martin, James R. Activity-Based Management Models. Summary.
Supriyono, R.A. 1999. Allanajemen Biaya. Edisi Pertama, BPFE Yogyakarta.
Swensen, Dan. Best Practice in Activity-Based Management. Artikel
https://journal.uny.ac.id/index.php/jkpai/article/view/874 (diakses pada 2 Februari
2022)
https://media.neliti.com/media/publications/2261-ID-penerapan-activity-based-
management-untuk-meningkatkan-efisiensi-pada-hotel-sahi.pdf (diakses
pada 2 Februari 2022)
32