Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

ACTIVITY BASED COSTING (ABC)


AND
ACTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM)

Disusun oleh :
Kelompok V
Materi III

- Astriana (2014-35-2712)
- Dini umami afniantini (2011-35-1499)
- Hendra (2013-35-2333)
- Irna Safringga (2016-35-3376)
- Nurhayati (2014-35-2717)
- Risa Purnama (2014-35-2681)
- Ratih Susilowati (2014-35-2798)
- Triyana (2014-35-2684)

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI STIE AHMAD DAHLAN


PROGRAM PERKULIAHAN KARYAWAN (P2K) STRATA SATU
EKONOMI AKUNTANSI
Jl.Cirendeu Raya no.77 B Ciputat Raya
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Kelompok
tentang “SISTEM ACTIVITY BASED COSTING AND ACTIVITY BASED
MANAGEMENT”

Makalah kelompok ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah
ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah kelompok tentang Activity based Costing dan
Activity Based Management dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Jakarta, April 2016

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR . ......................................................................................................... i

DAFTAR ISI . .......................................................................................................................ii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang. ............................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah . ......................................................................................................... 2

BAB II : ISI

A. Pengertian Activity Based Costing (ABC) ..................................................................... 3

B. Pengertian Activity Based Management (ABM) . ......................................................... 3

C. Hubungan ABC dan ABM . ............................................................................................. 4

D. Alasan timbulnya harga pokok produksi . ......................................................................... 5

E. Analisis Pemicu Biaya dalam Operasional Perusahaan . ................................................... 9

F. Tahapan Perhitungan HPP berdasarkan ABC ................................................................. 11

G. Manfaat ABM . ............................................................................................................... 17

BAB III : KESIMPULAN ................................................................................................. 18

DAFTAR PUSTAKA . ....................................................................................................... 19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejak awal tahun 1980-an banyak perusahaan Amerika Serikat seperti IBM, Hewlett
Packard, Allen Bradley, Westinghouse, General Motor, General Electric, Eastman
Kodak, dan Locheed telah mengadopsi teknologi pemanufakturan maju agar dapat
bersaing dalam persaingan global. Modernisasi pabrik-pabrik Amerika Serikat
meningkatkan kualitas dan menurunkan biaya. Dengan adanya perubahan-perubahan ini
maka praktek-praktek manajemen biaya juga mengalami perubahan dan peningkatan.

Metode manajemen biaya yang canggih seperti Activity Based Costing (ABC) dan
Activity-Based Management (ABM) banyak diterapkan pada perusahaan perusahaan
dunia. ABC membantu perusahaan mengurangi distorsi yang disebabkan oleh sistem
penentuan harga pokok tradisional, sehingga dengan ABC dapat diperoleh biaya produk
yang lebih akurat. ABC menyediakan pandangan yang jelas mengenai bagaimana
perusahaan membedakan produk, jasa, dan aktivitas yang memberikan kontribusi dalam
jangka panjang. Activity-Based Management (ABM) menfokuskan pada pengelolaan
aktivitas untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas bisnis, meningkatkan nilai yang
diterima pelanggan, dan memberikan laba bagi perusahaan. Sistem ABC/ABM telah
dikembangkan dan diimplementasikan pada banyakperusahaan seperti General Motor,
Data Technologies, Hewlett-Packard, Advances Micro Devices, Avery International,
Cal Electronic Circuits, General Electric, Siemens Electric Motor Works, John Deere
Component Work, Merck, Amtrak, Data Service, AT&T, Fireman' Fund, Tekronik,
Texas Instrument, Alexandria Hospital, Union Pacific Railroad, American Express, dan
Naval Supply System Command.

Activity Based Costing (ABC) dan Activiy Based management (ABM) mempunyai
keterkaitan yang erat dengan manajemen biaya strategik. dimana ABC merupakan
sumber informasi utama dari pengembangan Activity Based Management

1
Para manajer menerima informasi yang bermakna mengenai dampak potensial terhadap
penentuan harga jual dan keputusan tentang lini produk jika perusahaan berubah dari sistem
penentuan harga pokok tradisional dengan activity-based costing dan penghematan potensial
yang dapat diperoleh jika perusahaan menggunakan ABM untuk mengidentifikasi dan
mengeliminasi aktivitas yang tidak bernilai tambah untuk mencapai strategi cost leadership.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Sistem Activity Based Costing and Activity Based Management?
2. Apa saja alasan timbulnya Konsep dasar ABC dan ABM dan Contoh aktivitas
yang tidak menambah nilai dan menambah nilai?
3. Apakah yang dimaksud dengan pusat pemicu biaya dalam operasional
perusahaan?
4. Bagaimana cara menghitung harga pokok produk berdasarkan aktivitas?
5. Apa saja pentingnya menggunakan ABM?

2
BAB II
ISI
A. Pengertian Activity Based Costing
Activity Based Costing (ABC) adalah suatu pendekatan terhadap sistem akuntansi yang
memfokuskan pada aktivitas yang dilakukan untuk memproduksi produk, dimana
aktivitas tersebut merupakan titik akumulasi biaya yang mendasar serta pengurangan
biaya dan penentuan secara akurat biaya produk atau jasa sebagai tujuan. Sistem
informasi ini diterapkan dalam perusahaan manufaktur, jasa, dan dagang. Dengan metode
ini diharapkan manajemen dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan aktivitas-
aktivitas yang tidak bernilai tambah (aktivitas yang dipertimbangkan tidak memberi
kontribusi terhadap nilai pelanggan atau terhadap kebutuhan organisasi).

Secara umum pengertian Activity Based Costing System (ABC System) adalah suatu
sistem biaya yang mengumpulkan biaya-biaya ke dalam aktivitas-aktivitas yang terjadi
dalam perusahaan lalu membebankan biaya atau aktivitas tersebut kepada produk atau
jasa, dan melaporkan biaya aktivitas dan produk atau jasa tersebut pada manajemen agar
selanjutnya dapat digunakan untuk perencanaan, pengendalian biaya, dan pengambilan
keputusan.

B. Pengertian Activity Based Management (ABM)


Activity Based Management (ABM) adalah suatu pendekatan di seluruh sistem dan
terintegrasi, yang memfokuskan perhatian manajemen pada berbagai aktivitas, dengan
tujuan meningkatkan nilai untuk pelanggan dan laba sebagai hasilnya (Hansen dan
Mowen, 2006; 11).
Menurut Mulyadi (2007; 731), Activity Based Management (ABM) adalah pendekatan
manajemen yang memusatkan pengelolaan pada aktivitas dengan tujuan untuk
melakukan improvement berkelanjutan terhadap value yang dihasilkan bagi customer,
dan laba yang dihasilkan dari penyedia value tersebut. Sedangkan menurut Blocher
(2007; 239), Activity Based Management (ABM) analisis aktivitas yang digunakan untuk
memperbaiki nilai produk atau jasa bagi pelanggan dan meningkatkan keuntungan
perusahaan. Berdasarkan definisi-definisi diatas, ABM mempunyai dua frasa penting,
yaitu: (1) manajemen berbasis aktivitas berfokus pada pengelolaan aktivitas untuk
3
meningkatkan nilai yang diterima oleh konsumen, dan (2) pemusatan pengelolaan pada
aktivitas untuk menghasilkan laba dari penyedia nilai tersebut.

ABC adalah sumber utama informasi ABM. Jadi, model ABM memiliki dua dimensi
yaitu dimensi biaya dan dimensi proses. Dimensi biaya memberikan informasi biaya
mengenai berbagai sumber daya, aktivitas dan obyek biaya yang menjadi perhatian
seperti produk, pelanggan, pemasok, dan saluran distribusi. Tujuan dimensi biaya adalah
memperbaiki akurasi dan pembebanan biaya. Dimensi kedua, dimensi proses,
memberikan informasi mengenai aktivitas apa saja yang dilakukan, mengapa harus
dilakukan, dan seberapa baik aktivitas-aktivitas tersebut dilakukan. Tujuan dimensi ini
adalah mengurangi biaya.

C. Hubungan Activity Based Costing (ABC) dan Activity Based Management (ABM)
ABC memberikan informasi dan ABM menggunakan informasi ini dalam berbagai
analisis yang didesain untuk menghasilkan perbaikan yang berkesinambungan. Jadi
setelah menerapkan Activity Based Costing (ABC), perusahaan kemudian melakukan
Activity Based Management (ABM) ini, maka nilai yang diterima pelanggan akan lebih
bernilai. Untuk melihat bagaimana ABM menggunakan ABC, dapat dilihat pada gambar
berikut ini:

G/L Data

Activity View
Resources
Assign Cost
Driver

Define Activity Activity


Activity Analisis Measures
Activities

Profitability View
Assign Activity
Cost

Product Cost and


4
Profitabilitas
Bagian Vertikal (Profitability View) adalah pandangan ABM yang bertujuan untuk
menyempurnakan keakuratan penelusuran biaya pada objek-objek biaya dengan cara :
1. Sumber daya yang diperoleh dari G/L data diidentifikasi dan sumber daya
tersebutmerupakan pemicu biaya untuk dapat menentukan biaya
2. Kemudian biaya-biaya dari sumber daya tersebut ditelusuri pada aktivitas-aktivitas
apa yang akan dilakukan
3. Setelah menelusuri biaya pada aktivitas-aktivitas, maka dapat ditentukan biaya-biaya
aktivitas tersebut yang juga sebagai pemicu aktivitas. Kemudian biaya-biaya
aktivitas tersebut dibebankan pada produk dan pelanggan, sehingga dapat ditentukan
biaya produk dan keuntungan yang diperoleh.

Bagian horizontal (Activity View) adalah pandangan ABM untuk mengendalikan aktivitas
– aktivitas dengan cara :
1. Mengidentifikasi aktivitas untuk mengetahui mengapa aktivitas tersebut dilakukan
2. Setelah aktivitas diidentifikasi maka dapat ditentukan aktivitas-aktivitas apa saja
yang akan dilakukan
3. Kemudian aktivitas-aktivitas dianalisis dengan mengukur aktivitas tersebut. Hasilnya
aktivitas-aktivitas tersebut dapat diklasifikasikan sebagai aktivitas yang mempunyai
nilai tambah (Value Added Activity) dan aktivitas yang tidak mempunyai nilai tambah
(non-value added activity)

D. Alasan timbulnya Konsep dasar Penentuan Harga Pokok Produksi berdasarkan


aktivitas
SistemActivity Based Costing timbul sebagai akibat dari kebutuhan manajemen akan
informasi akuntansi yang mampu mencerminkan konsumsi sumber daya dalam berbagai
aktivitas untuk menghasilkan produksecara akurat. Hal ini didorong oleh:
· Persaingan global yang tajam yang memaksa perusahaan untuk cost effective
· Advanced manufacturing technology yang menyebabkan proporsi biaya overhead
pabrik dalam product cost menjadi lebih tinggi dari primary cost.
· Adanya strategi perusahaan yang menerapkan market driven strategy
Dalam Activity Based Costing (ABC) semua biaya dibebankan ke produk yang
menimbulkan aktivitas atau apabila ada alasan yang mendasar bahwa biaya tersebut
dipengaruhi oleh produk yang dibuat, baik biaya produksi, maupun biaya non-
5
produksi. ABC atau penentu harga pokok produk berbasis aktivitas merupakan sistem
informasi tentang pekerjaan atau kegiatan yang mengkonsumsi sumber daya dan
menghasilkan nilai bagi konsumen.

Analisis Aktivitas

adalah suatu analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi dan menentukan kandungan
nilai suatu analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi dan menentukan kandungan
nilai suatu aktivitas. Umumnya , perusahaan melakukan aktivitas untuk alasan-alasan
berikut ini :

1. Memenuhi spesifikasi produk atau untuk memuaskan keinginan konsumen.


2. Menjaga keberlangsungan usaha perusahaan.
3. Menjanjikan manfaat bagi organisasi.

Contoh aktivitas yang dibutuhkan untuk menjaga kelangsungan usaha adalah


pemeliharaan bangunan, keamanan pabrik, dan pemenuhan aturan-aturan pemerintahan.
Walaupun aktivitas–aktivitas ini tidak menambah nilai (value) bagi konsumen, tetapi
tidak dapat hilangkan.

Inti analisis nilai proses adalah analisis aktivitas. Analisis aktivitas adalah proses
mengidentifikasi, menjelaskan, dan mengevaluasi aktifitas-aktifitas yang dilakukan oleh
sebuah organisasi. Analisis aktivitas harus menghasilkan empat keluaran berikut ini :

1. Aktivitas yang dilakukan


2. Jumlah orang yang melakukan aktivitas
3. Jumlah sumber daya dan waktu yang digunakan untuk melaksanakan aktivitas
4. Penentuan nilai aktivitas terhadap organisasi, termasuk rekomendasi untuk memilih
dan mempertahankan hanya aktivitas yang bernilai tambah.
Poin pertama sampai tiga penting dalam penentuan biaya. Sedangkan poin keempat lebih
focus dalam pengurangan biaya dari pada pembebanan biaya. Pada tahap inilah aktivitas
dapat dikatagorikan sebagai aktivitas bernilai tambah atau tidak bernilai tambah.

Analisis Bertambah dan Tidak Bertambah Nilai

Penghilangan aktivitas yang tidak memberi value atau sedikit memberi value bagi
konsumen akan berdampak pada pengurangan konsumsi sumber daya. Perusahaanpun
6
menjadi lebih focus pada aktivitas yang meningkatkan kepuasan konsumen. Dengan
mengetahui nilai aktivitas, karyawan menjadi tahu bagaimana cara agar pekerjaannya
dapat meningkatkan kepuasan konsumen. Jadi, manajemen dapat memberdayakan
mereka dalam melakukan pengurangan aktivitas yang tidak bernilai tambah.

- Aktivitas bernilai tambah adalah aktivitas yang dapat meningkatkan nilai produk
atau jasa untuk konsumen. Penghilangan aktivitas ini secara otomatis
akanmenurunkan nilai produk atau jasa untuk konsumen. Sehingga harus dijaga
keberadaannya didalam bisnis. Aktivitas memotong kainpada saat membuat
baju,memasang paku pada saat mencetak plat merupakan contoh aktivitas bernilai
tambah. Aktivitas bernilai tambah merupakan aktivitas yang memenuhi hal-hal
berikut :

1. Ada perubahan bentuk


2. Bentuk yang dihasilkan tidak diperoleh dari aktivitas sebelumnya
3. Aktivitas lain menjadi dapat dilakukan
4. Dapat memenuhi permintaan atau harapan konsumen
5. Mendorong pembeli material atau komponen produk
6. Berkontribusi terhadap kepuasan konsumen
7. Salah satu langkah penting dalam proses bisnis
8. Dapat memecahkan atau menghilangkan masalah kualitas
9. Dilakukan atas permintaan konsumen atau memuaskan konsumen

-Aktivitas tidak bernilai tambah adalah suatu aktivitas yang mengonsumsi waktu,
sumber daya, atau tempat tetapi hanya memberikan sedikit nilai tambah bagi kepuasan
konsumen atau bahkan sama sekali tidak memberi nilai tambah. Jika aktivitas ini
dihilangkan, nilai atau kepuasan konsumen tidak akan berkurang, tetapi kosumen tidak
akan menyadarinya. Aktivitas tidak bernilai tambah adalah aktivitas yang memiliki
ciri-ciri seperti berikut :

1. Dapat dihilangkan tanpa memengaruhi bentuk, kenyamanan, atau fungsi produk atau
jasa
2. Menimbulkan pemborosan dan hanya memberikan sedikit nilai tambah bagi produk
atau jasa atau bahkan tidak memberi nilai tambah sama sekali
3. Dilakukan karena adanya kesalahan dalam aliran proses
7
4. Pekerjaan ulang atas suatu pekerjaan yang telah dilakukan pada bagian atau
departemen lain
5. Dilakukan untuk mengawasi masalah kualitas
6. Menghasilkan output yang tidak perlu atau tidak diinginkan

Sebuah aktivitas dikategorikan sebagai aktivitas tidak bernilai tambah apabila tidak dapat
memenuhi sebagian atau semua kriteria dari tiga kriteria aktivitas bernilai tambah.
Contoh aktivitas tidak bernilai tambah adalah aktivitas inspeksi pemotong kain. Aktivitas
inspeksi merupakan aktivitas pendeteksian bukan aktivitas mengubah bentuk.
Berdasarkan hal tersebut, aktivitas ini tidak dapat memenuhi kriteria pertama. Penjahitan
ulang akibat adanya kesalahan menjahit juga bukan merupakan aktivitas bernilai tambah.
Aktivitas ini dilakukan karena ada kesalahan pada saat dilakukan penjahitan pertama kali.
Kriteria aktivitas bernilai tambah yang kedua tidak dapat dipenuhi sebab perubahan
bentuk telah terjadi pada aktivitas menjahit yang pertama.

Pelaksanaan aktivitas tidak bernilai tambah menyebabkan munculnya biaya tidak bernilai
tambah. Munculnya biaya tersebut mengindiasikan terjadinya inefisiensi. Seiring dengan
semakin ketatnya persaingan, banyak perusahaan berusaha keras untuk menghilangkan
aktivitas tidak bernilai tambah ini karena menyebabkan biaya semakin tinggi.

Tujuan analisis aktivitas adalah untuk menghilangkan pemborosan (waste). Seiring


hilangnya pemborosan, biaya menjadi berkurang. Pengurangan biaya mengikuti
penghapusan pemborosan. Hal yang terpenting adalah cara mengelola penyebab biaya
bukan cara mengelola biaya itu sendiri. Walaupun pengelolaan biaya akan meningkatkan
efisiensi aktivitas tetapi menjadi tidak penting jika aktivitas tersebut tidak dibutuhkan
dalam proses memuaskan konsumen. Aktivitas yang tidak dibutuhkan merupakan
pemborosan.

E. Analisis Pemicu Biaya dalam Operasional Perusahaan

Landasan penting untuk menghitung biaya berdasarkan aktivitas adalah dengan


mengidentifikasi pemicu biaya atau cost driver untuk setiap aktivitas. Pemahaman yang
tidak tepat atas pemicu akan mengakibatkan ketidaktepatan pada pengklasifikasian
biaya, sehingga menimbulkan dampak bagi manajemen dalam mengambil keputusan.

8
Jika perusahaan memiliki beberapa jenis produk maka biaya overhead yang terjadi
ditimbulkan secara bersamaan oleh seluruh produk. Hal ini menyebabkan
jumlah overhead yang ditimbulkan oleh masing-masing jenis produk harus diidentifikasi
melalui cost driver.

Cost driver merupakan faktor yang dapat menerangkan konsumsi biaya-


biaya overhead.Faktor ini menunjukkan suatu penyebab utama tingkat aktivitas yang
akan menyebabkan biaya dalam aktivitas.Ada dua jenis cost driver, yaitu:

1. Cost Driver berdasarkan unit


Cost Driver berdasarkan unit membebankan biaya overhead pada produk melalui
penggunaan tarif overhead tunggal oleh seluruh departemen.
2. Cost Driver berdasarkan non unit
Cost Driver berdasarkan non unit merupakan factor-faktor penyebab selain unit yang
menjelaskan konsumsi overhead.Contoh cost driver berdasarkan non unit pada
perusahaan jasa adalah luas lantai, jumlah pasien, jumlah kamar yang tersedia.

Aktivitas yang ada dalam perusahaan sangat kompleks dan banyak jumlahnya. Oleh
karena itu perlu pertimbangn yang matang dalam menentukan penimbul biayanya atau
cost driver.Penentuan jumlah yang dibutuhkan berdasarkan pada keakuratan laporan
product cost yang diinginkan dan kompleksitas komposisi output perusahaan. Semakin
banyak cost driver yang digunakan, laporan biaya produksi semakin akurat. Dengan kata
lain semakin tinggi tingkat keakuratan yang diinginkan, semakin banyak cost driveryang
dibutuhkan.

Dalam pemilihan cost driver yang tepat ada tiga faktor yang harus dipertimbangkan:

1. Kemudahan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam pemilihan cost driver
(cost of measurement). Cost driver yang membutuhkan biaya pengukuran lebih
rendah akan dipilih.
2. Korelasi antara konsumsi aktivitas yang diterangkan oleh cost driver terpilih dengan
konsumsi aktivitas sesungguhnya (degree of correlation). Cost driver yang memiliki
korelasi tinggi akan dipilih.
3. Perilaku yang disebabkan oleh cost driver terpilih (behavior effect). Cost driver
yang menyebabkan perilaku yang diinginkan yang akan dipilih.

9
F. Tahapan Perhitungan Harga Pokok Produksi berdasarkan Activity Based Costing

Produk Jumlah Produksi (Unit) BBB (Rp) BTKL (Rp)

Sarung Tenun Dewasa 218.400 1.911.000.000 529.620.000


Sarung Tenun Anak 74.880 411.840.000 144.144.000
Total 293.280 2.322.840.000 673.764.000
*) Biaya Overhead Pabrik Perusahaan Edytex Tahun 2014

No Keterangan Jumlah (Rp)


1 Biaya Bahan Penolong 1.115.712.000
2 Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung 825.276
3 Biaya Listrik, Air, dan Bahan Bakar 197.400.000
4 Biaya Telepon 2.400.000
5 Biaya Pemeliharaan Pabrik 6.000.000
6 Biaya Pemeliharaan Kendaraan 6.000.000
7 Biaya Asuransi Pabrik 18.000.000
8 Biaya Spare Part 84.000.000
9 Biaya Angkut 3.600.000
10 Biaya Paket 31.824.000
11 Biaya Bank 360.000.000
12 Biaya Mika 208.728.000
13 Biaya Etiket 21.996.000
14 Biaya Sablon 4.399.000
15 Biaya Tali 2.199.000
16 Biaya Solasi 733.000
17 Biaya Karung 5.304.000
18 Biaya Slip/Label 8.065.000
Total BOP 2.077.185.276

*) Data Produksi Perusahaan Edytex Tahun 2014

Daftar Cost Driver Tahun 2014

Cost Driver Sarung Tenun Dewasa Sarung Tenun Anak Jumlah


Jumlah Unit 218.400 74.880 293.280
Jumlah KWH 1.260.000 792.000 2.052.000
Jumlah Jam Mesin 2.496 2.496 4.992
Luas Pabrik 2.200 2.200 4.400

10
PROSEDUR TAHAP PERTAMA
A. Penggolongan biaya

Berbagai aktivitas diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok yang mempunyai suatu


interpretasi fisik yang mudah dan jelas serta cocok dengan segmen-segmen proses
produksi yang dapat dikelola.

B. Mengasosiasi berbagai biaya dengan berbagai aktivitas

Menghubungkan berbagai biaya dengan setiap kelompok-kelompok biaya yang homogen


ditentukan.

- Unit-Level Activity Costing, yaitu, aktivitas yang dilakukan untuk memproduksi setiap
satu unit Produk

Level Aktivitas Komponen BOP Jumlah (Rp)


Biaya Bahan Penolong 1.115.712.000
Biaya listrik, air dan Bahan Bakar 197.400.000
UNIT LEVEL ACTIVITY Biaya Slip/Label 8.065.000
COSTING
Biaya Mika 208.728.000
Biaya Etiket 21.996.000
Biaya Sablon 4.399.000

- Batch Level Activity, yaitu aktivitas yang dilakukan setiap waktu suatu batch ditangani
atau diproses, tanpa memperhatikan beberapa banyak unit yang terdapat dalam batch.

Level Aktivitas Komponen BOP Jumlah (Rp)


Biaya Tenaga kerja langsung 825.276
Biaya Pemeliharaan 6.000.000
Biaya Sparepat 84.000.000
BATCH LEVEL ACTIVITY
Biaya Solasi 733.000
Biaya Tali 2.199.000
Biaya Karung 5.304.000

11
- Product Level Activity, adalah aktivitas yang berhubungan dengan produk yang spesifik
dan secara khusus dilakukan tanpa memperhatikan beberapa banyak batch atau unit yang
diproduksi atau dijual.

Level Aktivitas Komponen BOP Jumlah (Rp)

PRODUCT LEVEL ACTIVITY Biaya Angkut 3.600.000


Biaya Paket 31.824.000

- Facility Level Activity, yaitu aktivitas yang dilakukan tanpa memperhatikan siapa
pelanggan yang dilayani, berapa banyak batch atau unit yang diproduksi atau dijual.

Level Aktivitas Komponen BOP Jumlah (Rp)

Biaya Telepon 2.400.000


FACILITY LEVEL ACTIVITY
Biaya Pemeliharaan 6.000.000

Biaya Asuransi 18.000.000

C. Penentuan kelompok-kelompok biaya ( cost pools) yang homogen.


Kelompok biaya homogen (homogenius cost pool) : adalah sekumpulan biaya overhead
yang terhubungkan secara logis dengan tugas-tugas yang dilaksanakan dan berbagai
macam biaya tersebut dapat diterangkan oleh cost driver tunggal. Jadi agar dapat
dimasukkan ke dalam suatu kelompok biaya yang homogen, aktivitas-aktivitas overhead
harus dihubungkan secara logis dan mempunyai rasio konsumsi yang sama untuk semua
produk. Rasio konsumsi yang sama menunjukkan eksistensi dari sebuah cost driver.

D. Penentuan tarif kelompok ( pool rate )

Tarif kelompok (pool rate) adalah tarifbiaya overhead per unit cost driver yang dihitung
dengan rumus total biaya overhead untuk kelompok aktivitas tertentu dibagi dasar
pengukur aktivitas kelompok tersebut.

12
Cost Pool Komponen BOP Jumlah (Rp)

Biaya Bahan Penolong 1.115.712.000


Biaya Slip/Label 8.065.000
Biaya Mika 208.728.000
COST POOL I
Biaya Etiket 21.996.000
Biaya Sablon 4.399.000

Biaya Tali 2.199.000


Biaya Isolasi 733.000

Biaya Karung 5.304.000


Jumlah Biaya Produksi (Rp) 1.367.136.000

Jumlah Unit Produksi (Unit) 293.280

Pool Rate I (Rp)


4.661,538

Cost Pool Komponen BOP Jumlah (Rp)

Biaya Listrik 197.400.000

Biaya Telepon 2.400.000

COST POOL II Jumlah Biaya (Rp) 199.800.000

Jumlah KWH 2.052.000

Pool Rate II(Rp) 97,368

Cost Pool Komponen BOP Jumlah (Rp)

Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung 825.276


Jumlah Biaya (Rp) 825.276
COST POOL III
Jam Mesin 4.992

Pool Rate III(Rp) 165, 320

13
Cost Pool Komponen BOP Jumlah (Rp)

Biaya Angkut 3.600.000

Biaya Paket 31.824.000

Biaya Sparepat 84.000.000


COST POOL IV
Jumlah Biaya 119.424.000

Unit Produk (Unit) 293.280

Pool Rate IV (Rp) 407,201

Cost Pool Komponen BOP Jumlah (Rp)

Biaya Pemeliharaan Pabrik 6.000.000

Biaya Asuransi Pabrik 18.000.000

Biaya Pemeliharaan Pabrik 6.000.000


COST POOL V
Jumlah Biaya 30.000.000

Luas Pabrik 4.400

Pool Rate IV (Rp) 6.818,182

PROSEDUR TAHAP KEDUA


Berdasarkan pembebanan biaya overhead pabrik yang telah dilakukan, maka perhitungan
harga pokok produksi dengan menggunakan Activity Based Costing adalah :

A. Perhitungan Harga Pokok Produksi Sarung Tenun Dewasa dengan sistem Activity
Based Costing pada perushaan Edytex Jaya Tahun 2014

Keterangan Unit Batch Product Facility TOTAL

BBB 1.911.000.000 - - - 1.911.000.000


BTKL 132.405.000 286.877.500 44.135.000 66.202.500 529.620.000
BOP 1.140.763.579.2 412.638,72 88.932.698,4 15.000.000,4 1.245.108.916
HPP 3.685.728.912
Unit Produk 218.400
HPP per Unit (Pembulatan) Rp 16.876

14
B. Perhitungan Harga Pokok Produksi Sarung Tenun Anak dengan sistem Activity Based
Costing pada perushaan Edytex Jaya Tahun 2014

Keterangan Unit Batch Product Facility TOTAL

BBB 411.840.000 - - - 411.840.000


BTKL 83.160.000 18.888.000 27.720.000 14.376.000 144.144.000
BOP 426.171.421,44 412.638,72 30.491.210,88 15.000.000,4 472.075.271,44
HPP 1.028.059.271,44
Unit Produk 74.880
HPP per Unit (Pembulatan) 13.729

PERHITUNGAN HARGA JUAL PADA PERUSAHAAN EDYTEX JAYA TAHUN


2014
Keterangan Sarung Tenun Sarung Tenun Anak
Dewasa (Rp) (Rp)
Harga Pokok Produksi 16.876 13.729
Biaya Administrasi 1.000 1.000
Biaya Gaji Manajemen 1.500 1.500
Biaya Bank 4.800 4.800
Total Biaya non produksi 7.300 7.300
Harga pokok penjualan 24.176 21.029
Laba yang diharapkan 30% 20%
Harga jual 31.428,8 25.234,5

PERBANDIGAN BIAYA PERUSAHAAN EDYTEX JAYA TAHUN 2014

Produk Harga Pokok Produksi Harga Jual Keterangan


Perusahaan ABC Perusahaan ABC
Sarung tenun Rp 21.394 Rp 16.876 Rp 23.000 Rp 31.428,8 Undercosting
dewasa
Sarung tenun Rp 14.953 Rp 13.729 Rp 16.000 Rp 25.234,5 Undercosting
anak

15
1. Perhitungan Sarung Tenun Dewasa

a. Berdasarkan Unit

Cost Pool I : 4.661,538 X 218.400 = Rp. 1.018.079.899,2

Cost Pool II : 97,368 X 1.260.000 = Rp. 122.683.680 +

Rp. 1.140.763.579,2

b. Berdasarkan Batch

Cost Pool III : 165,320 X 2.496 = Rp. 412.638,72

c. Berdasarkan Product

Cost Pool IV : 407,201 X 218.400 = Rp. 88.932.698,4

d. Berdasarkan Fasility

Cost Pool VI : 6.818,182 X 2.200 = Rp. 15.000.000,4 +

Rp. 1.245.108.916,72

2. Perhitungan sarung Anak

a. Berdasarkan Unit

Cost Pool I : 4.661,538 X 74.880 = Rp. 349.055.965,44

Cost Pool II : 97.368 X 792.000 = Rp. 77.115.456 +

Rp. 426.171.421,44

16
b. Berdasarkan Batch

Cost Pool III : 165,320 X 2.496 = Rp. 412.638,72

c. Berdasarkan Product

Cost Pool IV : 407,201 X 74.880 = Rp. 30.491.210,88

d. Berdasarkan Fasility

Cost Pool VI : 6.818,182 X 2.200 = Rp. 15.000.000,4 +

Rp. 472.075.271,44

17
G. Manfaat Metode ABM:
1. ABM mengukur efektivitas proses dan aktivitas bisnis kunci dan mengidentifikasikan
bagaimana proses dan aktvitas tersebut dapat diperbaiki untuk menurunkan biaya dan
meningkatkan nilai (Value) bagi pelanggan
2. ABM memperbaiki fokus manajemen dengan cara mengalokasikan sumber daya untuk
menambah nilai aktivitas kunci, pelanggan kunci, produk kunci, dan metode untuk
mempertahankan keunggulan kompetitif perusahaan
3.Mengukur kinerja keuangan dan pengoperasian (nonkeuangan) organisasi dan
aktivitas-aktivitasnya
4. Menentukan biaya-biaya dan profitabilitas yang benar untuk setiap tipe produk dan
jasa
5. Mengidentifikasikan aktivitas-aktivitas dan mengendalikannya
6. Mengelompokkan aktivitas-aktivitas bernilai tambah dan tidak bernilai tambah
7. Mengefisienkan aktivitas bernilai tambah dan mengeliminasi aktivitas tidak bernilai
tambah
8. Menjamin bahwa pembuatan keputusan, perencanaan dan pengendalian didasarkan
pada isu-isu bisnis yang keluar dan tidak semata berdasar informasi keuangan
9. Menilai penciptaan rangkaian nilai tambah (value-added chain) untuk memenuhi
kebutuhan dan kepuasan konsumen

18
BAB IV
KESIMPULAN

Metode manajemen biaya yang canggih seperti Activity Based Costing (ABC) dan Activity
Based Management (ABM) banyak diterapkan pada perusahaan-perusahaan dunia. ABC
membantu perusahaan mengurangi distorsi yang disebabkan oleh sistem penentuan harga
pokok tradisional, sehingga dengan ABC dapat diperoleh juga biaya produk yang lebih
akurat. ABC menyediakan pandangan yang lebih jelas mengenai bagaimana perusahaan
membedakan produk, jasa, dan aktivitas yang memberikan kontribusi dalam jangka panjang.

ABM memfokuskan pada pengelolaan aktivitas untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
bisnis, meningkatkan nilai yang diterima pelanggan, dan memberikan laba bagi perusahaan.

Activity Based Costing (ABC) adalah pendekatan penentuan biaya produk yang
membebankan biaya kepada produk atau jasa berdasarkan konsumsi sumber daya yang
disebabkan karena aktivitas. Dasar pemikiran pendekatan penentuan biaya ini adalah bahwa
produk atau jasa perusahaan dilakukan oleh aktivitas dimana aktivitas yang dibutuhkan
tersebut menggunakan sumber daya yang menyebabkan timbulnya biaya. Sumber daya
dibebankan kepada aktivitas, kemudian aktivitas dibebankan kepada objek biaya berdasarkan
penggunaannya. ABC memperkenalkan hubungan sebab akibat antara Cost driver dengan
aktivitas. Banyak perusahaan mengelola aktivitas-aktivitas kedalam empat kategori untuk
memperbaiki penelusuran biaya yaitu : Unit level Activities, Batch level Activities, Product-
level Activities , Facility level activities.

Activity Based Management (ABM) adalah pengelolaan aktivitas untuk meningkatkan nilai
(value) yang diterima oleh pelanggan dan untuk meningkatkan laba melalui peningkatan nilai
(value) tersebut. Dengan Activity Based Management (ABM), suatu perusahaan dapat
melakukan evaluasi baiya dan niali (value) dari suatu aktivitas proses sehingga akan
terindentifikasi peluang (akan terjadi perbaikan posisi kompetitif) dan meningkatkan efisiensi
proses (Process Improvement)

19
DAFTAR PUSTAKA

http: e-journal.uajy.ac.id/2732/2/2EA15193.pdf
Supriyono, Akuntansi Biaya dan Akuntansi Manajemen untuk Teknologi Maju dan Globalisasi, BPFE, 1994
http://youthforaccounting.blogspot.co.id/2014/06/abm-vs-abc.html
http://kingboer99.blogspot.co.id/
http://briyanworld.blogspot.co.id/2015/02/pengimplementasian-abc-dan-abm-sistem.html
http://briyanworld.blogspot.co.id/2015/02/pengimplementasian-abc-dan-abm-sistem.html
http://jurnalakuntansikeuangan.com/2012/12/mengelola-biaya-dengan-memahami-pola-perilaku-biaya-
bag-1/

20

Anda mungkin juga menyukai