net/publication/359700250
CITATIONS READS
0 341
3 authors, including:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Marcha Addina on 03 April 2022.
Disusun Oleh :
Kelompok 4
1. Indah Tri Utami (43220010124)
2. Marcha Addina Firmansyah (43220010125)
3. Tiara Diva Pratsetyanti (43220010126)
Dosen Pengampu :
Rona Tumiur Mauli Carolin, SE., MM., CMA
Assalamualaikum wr.wb
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kelompok 4 dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Activity Based
Costing (ABC) ” dengan baik dan tepat pada waktunya.
Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam materi serta guna memenuhi Tugas Besar
1 mata kuliah Manajemen Biaya Stratejik di Universitas Mercu Buana Jakarta. Kami
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Rona Tumiur Mauli Carolin, SE.,MM.,CMA selaku dosen
mata kuliah Manajemen Biaya Stratejik dan kepada para pihak yang mendukung penulisan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami terima demi
kesempurnaan makalah ini. Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah
Manajemen Biaya Stratejik ini dapat bermanfaat dan mampu memberikan sudut pandang baru
bagi para pembaca.
Wassalamualaikum wr.wb
Penyusun
2
DAFTAR ISI
BAB I ...................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 4
BAB II ..................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 6
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
4
Oleh karena itu, muncul metode baru dalam perhitungan Harga Pokok Produksi yang
dikenal dengan nama Activity-Based Costing (ABC) System. Activity-Based Costing
System merupakan metode perbaikan dari Sistem Tradisional. Activity-Based Costing
System ini merupakan metode perhitungan biaya yang dapat memberikan alokasi Biaya
Overhead Pabrik yang lebih akurat dan relevan.
Pada metode ini, seluruh Biaya Tidak Langsung dikelompokkan sesuai dengan aktivitas
masing-masing, kemudian masing-masing kelompok biaya (Cost Pool) tersebut
dihubungkan dengan masing-masing aktivitas dan dialokasikan berdasar aktivitasnya
masing-masing. Dasar alokasi yang digunakan adalah jumlah aktivitas dalam setiap Cost
Pool tersebut. Metode ini menggunakan jenis pemicu biaya yang lebih banyak sehingga dapat
mengukur sumber daya yang digunakan oleh produk secara lebih akurat.
1. Menambah pemahaman mengenai apa itu sistem Activity Based Costing (ABC)
2. Untuk mengetahui konsep dasar Activity Based Costing ( ABC)
3. Untuk mengetahui pengimplementasian strategi kompetitif dengan menggunakan sistem
ABC
5
BAB II
PEMBAHASAN
Activity Based Costing System (ABC System) adalah salah satu metode yang digunakan
dalam menghitung biaya berdasarkan aktivitas. Perhitungan yang dihasilkan akan bermanfaat
bagi manajemen untuk menelusuri keterangan mengenai aktivitas apa saja yang diperlukan
dan yang tidak diperlukan perusahaan dalam proses produksi.
Metode activity based costing adalah metode yang berfungsi untuk mengalokasikan
semua biaya dari berbagai sumber daya yang digunakan dalam menjalankan aktivitas
produksi atau menjalankan usaha jasa. Konsep yang mendasari metode ini adalah perusahaan
yang menjalankan suatu rencana maka manajemen perusahaan akan menjalankan suatu
rangkaian aktivitas. Untuk menjalankan rangkaian aktivitas tersebut dibutuhkan berbagai
sumber daya seperti material, mesin, tenaga kerja, gedung dan lain-lain. Untuk mendapatkan
sumber daya tersebut tentu dibutuhkan biaya.
Berikut definisi dan pengertian Activity Based Costing (ABC) dari beberapa sumber buku:
Menurut Mulyadi (2007), activity based costing adalah sistem informasi biaya berbasis
aktivitas yang didesain untuk memotivasi personel dalam melakukan pengurangan biaya
dalam jangka panjang melalui pengelolaan aktivitas.
Menurut Raiborn dan Kinney (2011), activity based costing adalah sistem akuntansi biaya
yang berfokus pada aktivitas organisasi dan pengumpulan biaya-biaya berdasarkan sifat
pokok yang masih mendasari tingkat beberapa overhead yang telah ditetapkan kemudian
dihitung menggunakan berbagai macam pemicu biaya dalam aktivitas suatu organisasi.
Menurut Siregar, dkk (2014), activity based costing adalah suatu pendekatan perhitungan
biaya yang membebankan biaya sumber daya ke dalam objek biaya, seperti produk, jasa
atau konsumen berdasarkan aktivitas yang dilakukan untuk objek biaya.
Menurut Rudianto (2013), activity based costing adalah pendekatan penentuan biaya
produk yang membebankan biaya ke produk atau jasa berdasarkan konsumsi sumber daya
oleh aktivitas. Dasar pemikiran pendekatan penentuan biaya ini adalah bahwa produk atau
jasa perusahaan dilakukan oleh aktivitas, dan aktivitas yang dibutuhkan tersebut
menggunakan sumber daya yang menyebabkan timbulnya biaya.
6
Menurut Brimson (1991), activity based costing adalah proses pengumpulan dan
penelusuran data biaya dan kinerja aktivitas aktivitas perusahaan dan pengujian informasi
umpan balik antara biaya yang sesungguhnya dengan biaya yang direncanakan untuk
membuat tindakan korelasi yang diperlukan.
Metode ABC mampu digunakan untuk menentukan biaya produk secara objektif karena
mampu mengidentifikasi hubungan sebab dan akibat. Pada metode ABC,
biaya overhead, biaya variabel dan produksi memiliki hubungan.
Activity Based Costing adalah suatu sistem yang terfokus pada aktivitas-aktivitas yang
dilakukan untuk menghasilkan produk atau jasa. Menyediakan informasi perihal aktivitas-
aktivitas dan sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan kejadian atau transaksi yang
merupakan pemicu biaya (cost driver) yang bertindak sebagai faktor penyebab dalam
pengeluaran biaya dalam organisasi. Aktivitas-aktivitas ini menjadi titik perhimpunan biaya.
Dalam sistem ABC, biaya ditelusur ke aktivitas dan kemudian ke produk. Sistem ABC
mengasumsikan bahwa aktivitas-aktivitas yang mengkonsumsi sumber daya dan bukannya
produk.
7
Menurut Rudianto (2013), terdapat dua konsep dasar yang harus diketahui dalam sistem
ABC, yaitu:
1. Biaya memiliki penyebab. Biaya ada penyebabnya dan penyebab biaya adalah
aktivitas. Dengan demikian, pemahaman yang mendalam tentang aktivitas yang
menyebabkan timbulnya biaya akan menempatkan personil perusahaan pada posisi
dapat mempengaruhi biaya. Sistem ABC berangkat dari keyakinan dasar bahwa
sumber daya menyediakan kemampuan untuk melaksanakan aktivitas, bukan sekedar
menyebabkan timbulnya alokasi biaya.
2. Penyebab biaya dapat dikelola. Penyebab biaya (yaitu aktivitas) dapat dikelola.
Melalui pengelolaan terhadap aktivitas yang menjadi penyebab terjadinya biaya,
personil perusahaan dapat memengaruhi biaya. Pengelolaan terhadap aktivitas
memerlukan berbagai informasi tentang aktivitas.
Agar penerapan Activity Based Costing menjadi optimal, perlu diperhatikan beberapa hal
sebagai berikut:
Untuk mengidentifikasi biaya sumber daya pada berbagai aktivitas, perusahaan perlu
mengklasifikasikan seluruh aktivitas berdasarkan bagaimana aktivitas tersebut
mengkonsumsi sumber daya. Pengklasifikasian aktivitas dalam beberapa level ini akan
8
memudahkan perhitungan karena biaya aktivitas yang berkaitan dengan level yang
berbeda akan menggunakan jenis Cost Driver yang berbeda. Menurut Firdaus dan
Wasilah (2009), tingkatan aktivitas dalam sistem ABC adalah sebagai berikut:
Biaya untuk setiap unit adalah sumber daya yang digunakan untuk aktivitas yang akan
meningkat pada setiap unit produksi atau jasa yang dihasilkan. Dasar pengelompokan
untuk level ini adalah hubungan sebab akibat setiap unit yang dihasilkan. Contoh
aktivitas tingkat unit mencakup pemakaian bahan baku langsung, pemakaian jam tenaga
kerja langsung, serta pemasukan komponen dan inspeksi setiap unit. Aktivitas tingkat
unit merupakan aktivitas berdasarkan volume. Aktivitas yang dibutuhkan bervariasi
secara proporsional dengan jumlah objek biaya. Penggerak biaya untuk konsumsi
sumber daya dan penggerak biaya untuk konsumsi aktivitas cenderung sama dengan
aktivitas tingkat unit.
Biaya untuk setiap produk/jasa tertentu adalah sumber daya digunakan untuk aktivitas
yang menghasilkan suatu produk dan jasa. Dasar pengelompokan untuk level ini adalah
biaya yang memiliki hubungan sebab akibat dengan setiap produk atau jasa yang
dihasilkan. Contoh aktivitas tingkat produk mencakup desain produk, pembelian suku
cadang yang dibutuhkan oleh produk, dan keterlibatan dalam perubahan rekayasa untuk
memodifikasi produk.
9
ini sulit dicari hubungan sebab akibatnya dengan produk atau jasa yang dihasilkan tetapi
dibutuhkan untuk kelancaran kegiatan perusahaan yang berhubungan dengan proses
produksi barang atau jasa. Aktivitas ini tidak disebabkan oleh produk atau kebutuhan
pelayanan pelanggan dan tidak dapat ditelusuri ke satu unit, batch, atau produk. Contoh
aktivitas tingkat fasilitas mencakup penyediaan keamanan untuk memelihara mesin pabrik
dengan fungsi umum, pengelolaan pabrik, pembayaran pajak bangunan dan asuransi
pabrik, serta penutupan buku setiap bulan. Beberapa perusahaan menyebutkan aktivitas
ini sebagai aktivitas pendukung bisnis atau infrastruktur.
Cost driver adalah faktor-faktor yang menyebabkan perubahan biaya aktivitas, cost driver
merupakan faktor yang dapat diukur yang digunakan untuk membebankan biaya ke
aktivitas dan dari aktivitas ke aktivitas lainnya, produk, atau jasa (Blocher dkk, 2011).
Cost driver merupakan faktor yang dapat menerangkan konsumsi biaya-biaya overhead.
Jika perusahaan memiliki beberapa jenis produk maka biaya overhead yang terjadi
ditimbulkan secara bersamaan oleh seluruh produk. Hal ini menyebabkan jumlah overhead
yang ditimbulkan oleh masing-masing jenis produk harus diidentifikasi melalui cost driver
1. Driver sumber daya (resources driver). Driver sumber daya merupakan ukuran
kuantitas sumber daya yang dikonsumsi oleh aktivitas. Driver sumber daya
digunakan untuk membebankan biaya sumber daya yang dikonsumsi oleh aktivitas
ke Cost Pool tertentu. Contoh dari driver sumber daya adalah persentase dari luas
total yang digunakan oleh suatu aktivitas.
2. Driver aktivitas (activity driver). Driver aktivitas adalah ukuran frekuensi dan
intensitas permintaan terhadap suatu aktivitas terhadap objek biaya. Driver aktivitas
digunakan untuk membebankan biaya dari Cost Pool ke objek biaya. Contoh dari
driver aktivitas adalah jumlah suku cadang yang berbeda yang digunakan dalam
produk akhir untuk mengukur konsumsi aktivitas penanganan bahan untuk setiap
produk.
10
2.2.3 Kelompok Biaya (Cost Pool) dalam Sistem ABC
Cost pool adalah sebuah wadah dimana biaya diakumulasi dan berkaitan dengan sebuah
pengukuran aktivitas tunggal dalam sistem ABC (Garrison dkk, 2014). Cost pool berisi
aktivitas yang biayanya memiliki hubungan yang kuat antara cost driver dengan biaya
aktivitas. Setiap cost pool menampung biaya-biaya dari transaksi-transaksi homogen.
Semakin banyak aktivitas dalam suatu kegiatan menyebabkan semakin bertambahnya
biaya dalam cost pool.
Aktivitas yang ada dalam perusahaan dapat digabungkan menjadi satu cost pool atau
beberapa cost pool. Semakin tinggi tingkat kesamaan aktivitas yang dilaksanakan dalam
perusahaan, semakin sedikit cost pool yang dibutuhkan untuk membebankan biaya-biaya
tersebut. Sistem biaya yang menggunakan beberapa cost pool akan lebih menjelaskan
hubungan sebab akibat antara biaya yang timbul dengan produk yang dihasilkan. Untuk
membebankan biaya pada setiap cost pool digunakan tarif tertentu yang dihitung dengan
membagi biaya cost pool dengan cost driver.
1. Menentukan harga pokok produk secara lebih akurat, terutama untuk menghilangkan
adanya subsidi silang sehingga tidak ada lagi pembebanan harga pokok jenis tertentu
terlalu tinggi (over costing) dan harga pokok jenis produk lain terlalu rendah (under
costing).
2. Memperbaiki pembuatan keputusan dengan menggunakan ABC tidak hanya
menyajikan informasi yang lebih akurat mengenai biaya produk, tetapi juga
memberikan informasi bagi manajer tentang aktivitas-aktivitas yang menyebabkan
timbulnya biaya khususnya biaya tidak langsung, yang merupakan hal penting bagi
manajemen dalam pengambilan keputusan baik mengenai produk maupun dalam
mengelola aktivitas-aktivitas sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas
usaha.
11
3. Mempertinggi pengendalian terhadap biaya overhead. Biaya overhead di sebabkan oleh
aktivitas-aktivitas yang terjadi di perusahaan. Sistem ABC memudahkan manajer
dalam mengendalikan aktivitas-aktivitas yang menimbulkan biaya overhead tersebut
Proses penerapan ABC untuk menentukan harga pokok produksi dapat dibagi menjadi
dua tahap, yaitu mengidentifikasi dan mengelompokkan aktivitas serta pembebanan biaya
sumber daya ke aktivitas dan pembebanan biaya aktivitas ke produk. Adapun penjelasan
tahapan penerapan sistem ABC adalah sebagai berikut:
12
2. Mengidentifikasi Biaya. Untuk membebankan biaya dari sumber daya ke aktivitas,
terlebih dahulu harus dilakukan identifikasi elemen biaya utama. Penentuan elemen biaya
ini dapat dilihat pada buku besar perusahaan. Biaya yang perlu diperhatikan adalah biaya
overhead karena biaya overhead ini merupakan biaya yang dikonsumsi secara tidak
langsung sehingga harus dianalisis. Berbeda dengan biaya tenaga kerja langsung yang
pembebanannya dapat dilakukan tanpa dianalisis. Biaya aktivitas meliputi semua nilai
sumber daya yang dikonsumsi untuk melakukan aktivitas tersebut.
3. Penentuan Aktivitas dengan Biaya. Suatu aktivitas mempunyai hubungan langsung
dengan biaya. Selain itu aktivitas memegang peranan penting dalam menginterpretasikan
data. Biaya-biaya dikelompokkan berdasarkan tujuan dan pemicu biaya yang sama agar
biaya tersebut memiliki sifat homogen untuk memudahkan pengendalian dan untuk
menghindari disorientasi alokasi produk.
1. Penentuan Cost Driver. Penentuan cost driver pada sistem activity based costing sangat
berbeda dengan sistem konvensional. Pada sistem konvensional, cost driver yang
digunakan adalah volume based measurement, sedangkan pada sistem activity based
costing cost drivernya yang digunakan tidak hanyalah volume based measurement saja,
tetapi juga batch level, product level related measurement dan facility level related
measurement. Akumulasi biaya yang telah dikumpulkan pada tiap-tiap cost pool
kemudian dialokasikan pada produk yang mengkonsumsinya dengan menggunakan cost
driver yang telah ditetapkan sebagai dasar alokasinya. Banyak biaya yang dialokasikan
pada produk tergantung banyaknya cost driver yang dikonsumsi oleh produk tersebut.
Pemicu biaya (cost driver) merefleksikan permintaan yang ditempatkan terhadap aktivitas
pada tiap jenis oli yang mengkonsumsinya. Cost driver inilah yang digunakan untuk
menelusuri biaya ke objek biaya. Pada sistem ABC berlaku lebih dari satu pemicu biaya
(cost driver) untuk dijadikan dasar alokasi biaya ke produk.
2. Pengalokasian Biaya. Setelah ditetapkan cost driver untuk masing-masing kelompok
biaya (cost pool), maka dapat dilakukan pengalokasian biaya-biaya dalam cost pool ke
masing-masing produk berdasarkan cost driver masing-masing cost pool yang telah
ditetapkan. Pada tabel-tabel diatas, kita dapat ketahui besarnya biaya untuk masing-
masing cost pool dan dari informasi biaya tersebut kita pun dapat mengetahui
pengalokasian biaya berdasarkan cost driver, tarif per cost pool serta harga pokok untuk
masing-masing produk.
13
Berikut adalah Prosedur Dua Tahap Activity Based Costing :
Cost Objects
Tujuan utama menggunakan rumus activity based costing adalah memperoleh harga produk
setiap unit. Oleh sebab itu, untuk mendapatkan biaya harga per unit, kamu bisa
menjumlahkan total biaya utama dengan total biaya overhead. Selanjutnya bagi dengan
jumlah unit yang diproduksi.
Harga per unit =( Total Biaya Utama+ Total Biaya Over Head)Jumlah unit yang diproduksi
14
= Biaya utama x Volume produksi+(Biaya Over Head x Volume Produksi)Jumlah unit
yang diproduksi
15
Rumus :
JKL /unitproduk = jam kerja cutting stiker + jam kerja temple stiker + sandblast + finishing
JKM /unitproduk = jam kerja mesin cutting + jam kerja mesin +sandblast
Biaya overhead menurut kelompok aktivitas dan pemicu biaya aktivitas (cost driver activity)
pada periode tersebut adalah sebagai berikut :
16
2. Pemicu biaya aktivitas pemeliharaan
Rumus :
Pemicu biaya aktivitas pemeliharaan = unit yang diproduksi * JKM /unit
= (5.000 unit * 2 jam) + (10.000 unit * 1 jam) = 10.000 + 10.000 = 20.000
Alokasi biaya tenaga listrik per produk = tarif /satuan * JKL /unit produk
Alokasi biaya pemeliharaan per produk = tarif /satuan * JKM /unit produk
Alokasi biaya penanganan material per produk = tarif /satuan * kebutuhan bahan /unit produk
Alokasi biaya inspeksi = tarif per satuan unit produk
Dengan alokasi biaya overhead per unit produk seperti itu, maka biaya produksi untuk
setiap unit produk dengan metode ABC adalah :
17
Tabel 5. Perhitungan HPP dengan metode ABC
Jenis Biaya Mug Botol
Biaya Bahan Baku Rp 15.000,- Rp 8.000,-
Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 15.000,- Rp 7.500,-
Biaya Overhead Pabrik Rp 1.000,- Rp 700,-
Biaya Produksi/ unit produk Rp 31.000,- Rp 16.200,-
Hasil penerapan metode Activity Based Costing dari tabel Perhitungan HPP dapat diperoleh
hasil penerapan metode ABC terletak pada alokasi biaya overhead, sehingga diperoleh biaya
produksi/unit produk yang sudah diakumulasikan dari sisi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung dan biaya overhead pabrik yaitu sebesar Rp. 31.000 untuk Mug dan Rp 16.200 untuk
botol.
18
2.4 Pembahasan Kasus
UD.Karimunjawa Perkasa adalah pengrajin sandal yang berada di Desa Berbek Waru
Sidoarjo, pada perhitungannya masih menggunakan metode tradisional yaitu metode full
costing dimana biaya produksi (biaya langsung dan tidak langsung) dibebankan dengan
menyeluruh pada produk yang dihasilkan.
Hal tersebut dapat menimbulkan masalah sebab produk yang dihasilkan tidak dapat
menggambarkan biaya yang sebenarnya terjadi sehingga akan muncul produk undercosting
dan overcosting dan hasil yang didapat kurang akurat.
Untuk mengatasi kelemahan metode full costing tersebut maka perlu dikembangkannya
suatu metode yaitu activity based costing. Activity based costing merupakan metode yang
efektif dalam menentukan harga pokok produksi sebab pembebanan biayanya berdasarkan
aktivitas yang dikerjakan serta menggunakan lebih dari satu pemicu biaya.
KERANGKA KONSEPTUAL
Mengidentifikasi aktivitas
Perbandingan
Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Metode Activity Based Costing
Sistem activity based costing mengalokasikan biaya overhead pabrik melalui dua tahap, yaitu
sebagai berikut :
a. Tahap Pertama
Menentukan harga pokok produksi menggunakan sistem activity based costing dilakukan
dengan menelusuri biaya pada aktivitas. Prosedur tahap pertama meliputi 5 langkah yaitu :
1. Mengidentifikasi dan menggolongkan aktivitas
UD. Karimunjawa Perkasa menggolongkan aktivitas menjadi empat level aktivitas.
Penggolongan beberapa aktivitas dapat dilihat sebagai berikut :
Berikut ini penjelasan dari tiap level yang dapat diidentifikasikan meliput:
a. Aktivitas Unit Level
Aktivitas yang terjadi berulang pada tiap unit yang diproduksi dan konsumsinya
seiring dengan jumlah unit yang diproduksi. Contoh : biaya bahan pembantu, biaya
utility
b. Aktivitas Batch Level
Aktivitas yang dikonsumsi oleh produk berdasarkan jumlah batch produk yang
diproduksi dan aktivitas ini terjadi berulang setiap satu batch (kelompok). Contoh :
BTKTL, biaya pem.mesin, biaya peny.mesin.
20
Aktivitas yang dikonsumsi berdasarkan fasilitas yang dinikmati oleh produk, aktivitas
ini berkaitan dengan aktivitas yang lainnya. Contoh : biaya pemeliharaan bangunan.
2. Pengalokasian berbagai biaya dengan berbagai aktivitas
3. Menentukan cost driver
Menentukan cost driver yang tepat untuk masing-masing aktivitas setelah aktivitas di
identifikasi sesuai dengan levelnya. Langkah selanjutnya mengidentifikasi cost driver dari
setiap biaya, identifikasi tersebut dilakukan untuk menentukan tarif per unit cost driver.
Daftar cost driver pada UD. Karimunjawa Perkasa sebagai berikut :
Daftar Cost Driver
Sandal Sandal
Sandal
No Cost Driver Gunung Gunung Jumlah
Flat
Japiit Slop
1 jumlah produksi (unit) 8.400 9.600 4.800 22.800
2 jam kerja mesin (jam) 700 Jam 800 Jam 480 Jam 1.980 Jam
3 Luas area (m²) 24 m² 30 m² 18 m² 72 m²
Cost Pool
Biaya Overhead Pabrik Level Aktivitas Cost Driver
Homogen
Biaya Bahan Pembantu Aktivitas Unit Unit Produk
pool 1
Biaya utilty (listrik, tlp, dan bb) Level
BTKTL Jam Kerja
Aktivitas Batch Mesin
pool 2 Biaya Penyusutan Mesin Level
Biaya Pemeliharaan Mesin
Aktivitas
pool 3 Biaya Pemasaran Unit Produk
Produk Level
Aktivitas
pool 4 Biaya Pemeliharaan Bangunan Luas Area
Fasilitas Level
21
5. Penentuan tarif kelompok (pool rate)
Tarif kelompok (pool rate) merupakan tarif biaya overhead per unit cost driver yang dihitung
untuk suatu kelompok aktivitas. Tarif kelompok dihitung menggunakan rumus :
Tarif BOP per kelompok aktivitas = BOP kelompok aktivitas tertentu
cost driver
pool rate aktivitas unit level pada UD. Karimunjawa Perkasa dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tarif Kelompok (Pool Rate)
Biaya Overhead Pabrik Jumlah
Cost Pool Biaya Bahan Pembantu Rp. 119.845.000
1 Total Biaya Rp. 119.845.000
Unit Produk 22.800 unit
Pool Rate 1 Rp. 5.256,359
pool rate aktivitas batch level pada UD. Karimunjawa Perkasa dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tarif Kelompok (Pool Rate)
Biaya Overhead Pabrik Jumlah
Biaya utility Rp. 590.000
Biaya Tenaga Kerja tidak Langsung Rp. 500.000
Cost Pool 2 Biaya Penyusutan Mesin Rp. 131.000
Biaya Pemeliharaan mesin Rp. 120.000
Total Biaya Rp. 1.341.000
Jam Kerja Mesin 1.980 Jam
Pool Rate 1 Rp. 677,272
pool rate aktivitas produk level pada UD. Karimunjawa Perkasa dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tarif Kelompok (Pool Rate)
22
pool rate aktivitas fasilitas level pada UD. Karimunjawa Perkasa dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tarif Kelompok (Pool Rate)
Biaya Overhead Pabrik Jumlah
Biaya Pemeliharaan bangunan Rp. 100.000
Cost pool 4 Total Biaya Rp. 100.000
Luas Area 72 m²
Pool Rate 1 Rp. 1.388,888
BOP yang dibebankan = tarif kelompok x unit cost driver yang digunakan
Perhitungan harga pokok produksi per unit menggunakan activity based costing
sebagai berikut :
Perhitungan Harga Pokok Produksi per unit
Dengan Metode Activity Based Costing untuk Sandal Gunung Japit
Keterangan Jumlah
Biaya Bahan Baku Rp. 95.692.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp. 23.730.000
Biaya Overhead Pabrik :
Cost Pool 1
Rp. 5.256,359× 8.400 Unit Rp. 44.153.415,6
Cost Pool 2
Rp. 677,272 × 700 Jam Rp. 474.090,4
Cost Pool 3
Rp. 204,385 × 8.400 Unit Rp. 1.716.834
Cost Pool 4
1.388,888 × 24 m² Rp. 33.333,312
Total BOP Rp. 46.377.673,312
Total Biaya Produksi Rp.165.799.673,31
Jumlah Produksi 8.400 Unit
Harga Pokok Produksi Per Unit Rp. 19.738,056
23
Perhitungan Harga Pokok Produksi per unit
Dengan Metode Activity Based Costing untuk Sandal Gunung Slop
Keterangan Jumlah
Biaya Bahan Baku Rp. 124.704.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp. 41.520.000
Biaya Overhead Pabrik :
Cost Pool 1
Rp. 5.256,359× 9.600 Rp. 50.461.046,4
Cost Pool 2
Rp. 677,272 × 800 Jam Rp. 541.817,6
Cost Pool 3
Rp. 204,385 × 9.600 Rp. 1.962.096
Cost Pool 4
1.388,888 × 30 m² Rp. 41.666,64
Total BOP Rp. 53.006.626,64
Total Biaya Produksi Rp. 219.230.626,64
Jumlah Produksi 9.600 Unit
Harga Pokok Produksi Per Unit Rp. 22.836,523
Keterangan Jumlah
Biaya Bahan Baku Rp. 23.724.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp. 13.680.000
Biaya Overhead Pabrik :
Cost Pool 1
Rp. 5.256,359× 4.800 Rp. 25.230.523,2
Cost Pool 2
Rp. 677,272 × 480 Jam Rp. 325.090,56
Cost Pool 3
Rp. 204,385 × 4.800 Rp. 981.048
Cost Pool 4
1.388,888 × 18 m² Rp. 24.999,984
Total BOP Rp. 26.561.661,744
Total Biaya Produksi Rp. 63.965.661,744
Jumlah Produksi 4.800 Unit
Harga Pokok Produksi Per Unit Rp. 13.326,179
Hasil perhitungan harga pokok produksi per unit pada UD. Karimunjawa Perkasa
menggunakan metode activity based costing diperoleh hasil harga pokok produksi
per unit untuk sandal gunung japit sebesar Rp. 19.738,056, untuk sandal gunung
slop sebesar Rp.22.836,523, dan untuk sandal flat sebesar Rp.13.326,179.
24
BAB III
1.1 Kesimpulan
Perhitungan harga pokok produksi pada UD. Karimunjawa Perkasa menggunakan metode
activity based costing dilakukan berdasarkan dua tahapan. Tahap pertama dilakukan dengan
menelusuri biaya dari sumber daya ke aktivitas yang mengkonsumsinya. Tahap ini terdiri
dari : mengidentifikasi dan menggolongkan aktivitas ke dalam empat level aktivitas,
mengalokasikan berbagai biaya dengan berbagai aktivitas, menentukan cost driver yang
tepat pada masing-masing aktivitas, menentukan kelompok biaya (cost pool) yang homogen,
menentukan tarif kelompok (pool rate). Tahap kedua membebankan tarif kelompok
berdasarkan cost driver. Biaya overhead ditentukan berdasarkan tarif kelompok dikali
dengan cost driver yang digunakan. Perhitungan harga pokok produksi dengan
menggunakan metode activity based costing pada UD. Karimun Jawa Perkasa menunjukkan
hasil perhitungan untuk sandal gunung japit sebesar Rp.19.738,056/unit untuk sandal gunung
slop sebesar Rp.22.836,523/unit dan sandal flat sebesar Rp.13.326,179/unit.
1.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan serta kesimpulan yang telah dikemukakan maka
peneliti memberikan saran yang diharapkan dapat memberikan pandangan yang positif dan
bermanfaat dimasa yang akan datang, saran tersebut yaitu :
1. Perusahaan saat ini tetap dapat menggunakan metode tradisional dalam
menentukan harga pokok produksi, sebab dengan menggunakan metode
tradisional dianggap sudah tepat jika diterapkan pada UD.Karimunjawa Perkasa
karena produk yang dihasilkan tidak begitu banyak dan beragam.
2. Perusahaan dapat mempertimbangkan untuk menggunakan metode activity based
costing sebagai alternatif pengganti metode tradisional jika produk yang
diproduksi semakin bervariasi dan beragam jenisnya. Metode activity based
costing akan membantu manajemen dalam mengalokasikan biaya overhead secara
tepat, selain itu dapat menelusuri biaya secara lebih menyeluruh tidak hanya pada
unit produk tetapi ke aktivitas yang diperlukan untuk menghasilkan produk.
penggunaan metode ini akan mampu memberikan informasi harga pokok produksi
25
yang lebih akurat bagi perusahaan.
3. Sebelum menerapkan activity based costing UD. Karimunjawa Perkasa harus
melakukan pengenalan terhadap metode activity based costing kepada semua
pihak yang terkait dalam perusahaan. Hal ini perlu dilakukan karena dalam
menerapkan metode activity based costing memerlukan persiapan dan waktu yang
cukup lama untuk menelusuri biaya ke masing-masing aktivitas dan juga
membutuhkan tenaga kerja yang memadai dan biaya yang cukup besar.
4. Bagi peneliti yang akan melakukan penelitian sejenis, khususnya yang
memproduksi lebih dari satu produk diharapkan meneliti perusahaan yang lain
yang lebih besar dan memiliki biaya overhead dalam jumlah yang besar dalam
akumulasi biaya produksi. Sehingga akan ada lebih banyak keragaman produk
yang dihasilkan untuk diteliti kembali.
26
DAFTAR PUSTAKA
Carter, William K. & Usri, Milton F., 2006, Akuntansi Biaya 1, Salemba Empat, Jakarta
Cost Accounting: Amanagerial Emphasis, 14th ed, bv Hornsren
Cost Management: A Strategic emphasis, 7th ed, Blocher, Stout and Cokins
Cost Manasement 5th ed, bv Hansen and Mowen
Hadi Sutrisno. 2000, Metodologi Research, Andi, Yogyakarta
Hansen, 2000, Akuntansi Manajemen Jilid 2, Erlangga, Jakarta
Managerial Accounting 9th ed, by Hilton
Managerial Acounting 8th ed, by Hansen and Mowen
https://jsi.stikom-bali.ac.id/index.php/jsi/article/download/160/142
Prastiti, A. E., Saifi, M., & Z.A, Z. (2016). Analisis Penentuan Harga Pokok Produksi
dengan Metode Activity Based Costing System (Sistem ABC). Jurnal Administrasi Bisnis
(JAB), 39(1).
Prawiyataningrum, A. N., Sudjana, N., & Z.A, Z. (2014). Penerapan Activity Based
Costing System untuk Menentukan Harga Pokok Produksi (Studi pada PT.Indonesia Pet
Bottle Pandaan Pasuruan). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), 10(1).
Wijayanti, R. (2011). Penerapan Activity Based Costing system untuk menentukan harga
pokok produksi pada PT.Industri Sandang Nusantara Unit Patal Secang. Yogyakarta:
Universitas Negri Yogyakarta.
27
28
29