Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

E-COMMERCE

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT


(SCM)

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas

Mata Kuliah E-Commerce


Dosen Pembimbing: Muhammad Sabirin Hadis, S.Pd., M.T.

Disusun Oleh :

TIM 3

1. Andi Fazzar Fardiansyah (20182205057)


2. Nurafni Hidayah (20182205063)
3. Hastini (20182205064)
4. Muh. Fadjril (20182205102)
5. Al Mualim (20182205113)
6. Paramesti Nursaid (20182205119)

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA


STMIK AKBA MAKASSAR
2021
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 2
C. Tujuan dan Manfaat .................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................ 3
A. E-Supply Chain .......................................................................... 3
B. Masalah dan Solusi dalam E-Supply .......................................... 5
C. Kolaborasi Perdagangan ............................................................. 5
D. Rencana dan Desain Kolaborasi ................................................. 7
E. Solusi Rantai Pasokan Internal ................................................... 7
F. Integrasi Supply Chain ............................................................... 8
G. Alat-alat yang digunakan dalam Kolaborasi Supply Chain ....... 9
BAB IIIPENUTUP ........................................................................................ 11
A. Kesimpulan ................................................................................. 11
B. Saran ........................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 12

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-
Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Supply
Chain Management (SCM)”.
Terima kasih kepada Bapak Muhamamad Sabirin Hadis, S.Pd., M.T. selaku
Dosen Pengampuh Mata Kuliah E-Commerce yang telah memberikan tugas
sehingga dapat menambah wawasan kami serta dapat memberikan pengetahuan
bagi seluruh pembaca.
Kami sangat menyadari dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak
kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan
saran dari Bapak. Sehingga dikemudian hari kami dapat membuat makalah yang
lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat digunakan dengan baik dan bermanfaat
bagi kita semua. Aamiin.

Makassar, 25 Juni 2021


Penyusun

Tim 3

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada masa lalu di sebuah perusahaan untuk pengiriman produk
menggunakan perkiraan dan terkadang tidak sesuai dengan permintaan pasar,
mulai dari pengaturan inventory, pengiriman produk hingga pemenuhan akhir
ke konsumen. Saat ini keadaan mulai berubah karena dari pihak industri
sudah mulai sadar akan perlunya kolaborasi dengan partner, seperti supplier,
distributor, dan customer, baik itu customer bisnis maupun individu.
Customer dan supplier berkumpul secara bersama- sama dalam
membicarakan keuntungan, kebutuhan yang lebih baik atas proses supply
chain management berikut sistemnya yang jelas lebih banyak bermanfaat dan
mendatangkan tingginya prioritas bisnis. Pelaku industri mulai sadar bahwa
untuk menyediakan produk yang murah, berkualitas, dan cepat, perbaikan di
internal perusahaan manufaktur adalah tidak cukup. Peran serta supplier,
perusahaan transportasi dan jaringan distributor adalah dibutuhkan.
Kesadaran akan adanya produk murah, cepat dan berkualitas inilah yang
membuat lahirnya konsep Supply Chain Management (SCM) pada tahun
1990-an.
Supply Chain Management (SCM) merupakan bagian penting dalam
industri manufaktur. Dalam industri manufaktur, SCM berkaitan dengan
kegiatan-kegiatan utama seperti, merancang produk baru, merencanakan
produksi dan persediaan, melakukan produksi, kegiatan pengiriman dan juga
pengadaan bahan baku. Pengadaan bahan baku atau material merupakan
aktivitas yang penting di dalam sebuah industri. Kegiatan ini bertujuan untuk
menyediakan input, berupa barang maupun jasa yang dibutuhkan dalam
kegiatan produksi maupun kegiatan lain dalam perusahaan (Pujawan, 2010).
Oleh karena itu, prosedur kerja dalam pengadaan bahan baku haruslah
memiliki struktur kerja yang jelas sehingga mampu efektivitas dan efisiensi
kerja dapat terpenuhi.

1
B. Rumusan Masalah
1. E-Supply Chain
2. Masalah dan Solusi dalam E-Supply
3. Kolaborasi Perdagangan
4. Rencana dan Desain Kolaborasi
5. Solusi Rantai Pasokan Internal
6. Integrasi Supply Chain
7. Alat-alat yang digunakan dalam Kolaborasi Supply Chain

C. Tujuan dan Manfaat


1. Dapat memahami definisi E-Supply Chain
2. Memahami Masalah dan Solusi dalam E-Supply
3. Mengetahui Kolaborasi Perdagangan
4. Dapat Mengetahui Rencana dan Desain Kolaborasi
5. Memahami Solusi Rantai Pasokan Internal
6. Memberikan pemahaman mengenai Integrasi Supply Chain
7. Untuk mengetahui Alat-alat yang digunakan dalam Kolaborasi Supply
Chain

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. E-Supply Chain
Supply Chain Management atau Manajemen Rantai Pasokan adalah
rangkaian kegiatan yang diperlukan untuk merencanakan, mengendalikan,
dan menjalankan arus produk. Ini meliputi proses perolehan bahan baku,
proses produksi, hingga distribusi produk ke konsumen akhir, dengan cara
yang paling efisien dan hemat biaya. SCM merupakan usaha yang luas dan
kompleks yang bergantung pada setiap mitra – dari pemasok hingga produsen
dan seterusnya – supaya dapat berjalan dengan baik. Tujuan dari manajemen
rantai pasokan sendiri adalah untuk memaksimalkan nilai pelanggan dan
mendapatkan keunggulan kompetitif di pasar. Untuk mencapainya,
dibutuhkan berbagai upaya, baik strategi bisnis dan perangkat lunak khusus.
E-Supply Chain merupakan penggunaan teknologi untuk meningkatkan
proses B2B dan peningkatan kecepatan, ketahanan, kontrol langsung, serta
kepuasan pelanggan. selain teknologi, juga melibatkan perubahan-perubahan
pada kebijakan manajemen, budaya organisasi, proses bisnis, dan struktur
organisasi. Kesuksesan E-Supply chain bergantung pada:
1. Kemampuan dari semua partner pada Supply Chain untuk memandang
kolaborasi ini sebagai sebuah aset strategi
2. Kemampuan untuk melihat informasi yang ada pada semua partner
Supply Chain
3. Kecepatan, biaya, kualitas, dan layanan pelanggan
4. Pengintegrasian rantai persediaan yang lebih erat
Agar proses rantai pasokan bisa berjalan dengan lancar, maka tiga komponen
dalam manajemen rantai pasokjuga harus berlangsung baik. Tiga komponen
manajemen rantai pasok yang dimaksud yakni:

3
 Upstream Supply Chain Management adalah proses dimana perusahaan
mendapat pasokan dari luar perusahaan berupa bahan baku untuk
melakukan produksi.
 Internal Supply Chain Management adalah tahap selanjutnya dimana
bahan baku yang telah diterima lalu diproses dan diproduksi menjadi
bahan jadi.
 Downstream Supply Chain Management merupakan proses
pendistribusian produk yang telah jadi kepada konsumen melalui
distributor.
Untuk bisa mengelola rantai pasokan perusahaan, ada beberapa proses yang
harus dilakukan. Diantaranya adalah:
- Pelanggan melakukan pesanan. Dalam sebuah bisnis manufaktur,
khususnya perusahaan yang berorientasi pada Original Equipment
Manufacture, pelanggan merupakan mata rantai pertama. Proses
pengelolaan rantai pasok baru bisa dilakukan apabila pesanan dari
pelanggan masuk ke perusahaan.
- Perencanaan. Dari pesanan pelanggan yang masuk, perusahaan
mendapatkan informasi penting seperti tanggal penerimaan produk, serta
jumlah pesanan. Dari situ, dibuatlah sebuah perencanaan produksi barang
yang dipesan konsumen. Perencanaan yang dilakukan meliputi bahan-
bahan yang dibutuhkan dalam produksi, serta penjadwalanya.
- Pembelian. Setelah rencana sudah jadi dan matang, departement
purchasing melakukan pesanan bahan baku dan bahan pendukung yang
sudah direncanakan sebelumnya. Mereka harus menetapkan jadwal
penerimaan barang serta jumlah yang dibutuhkan.
- Inventory. Bahan baku dan bahan pendukung yang diterima perusahaan
harus melalui proses uji kualitas dan ketetapan terlebih dahulu. Setelah
itu, barang masuk ke dalam gudang.
- Produksi. Proses manajemen rantai pasokan yang terahir adalah produksi.
Bahan mentah yang sudah siap kemudian dikeluarkan dari gudang dan
dimulailah proses produksi pesanan pelanggan.

4
B. Masalah dan Solusi dalam E-Supply
1. Permasalahan dalam Supply Chain
a. Supply Chain dapat menjadi sangat lama karena melibatkan partner
internet dan eksternal yang berada di banyak tempat berbeda
b. Masalah kualitas material, yang bisa terjadi karena kesalahan
pengiriman jenis material
c. Tidak adanya infrastruktur logistik (sistem)
d. Order yang tidak menentu baik dari pemasok maupun distributor
2. Solusi E-commerce untuk Supply Chain
a. Order melalui internet, EDI, ekstranet secara otomatis. Contoh: pada
B2B, order transmisikan secara otomatis ke pemasok ketika level
inventori sudah mencapai titik tertentu
b. Memenuhi order secara langsung
c. Pembayaran Elektronik dapat mempercepat pemenuhan order dan
jangka waktu pembayaran
d. Persediaan dapat diperkecil dengan melakukan pemesanan bila akan
ada produksi dan dengan memberikan informasi yang cepat dan
akurat kepada pemasok
e. Kolaborasi perdagangan antara anggota Supply Chain dapat
dilakukan di banyak area sehingga dapat mengurangi keterlambatan,
gangguan pada pekerjaan, biaya administrasi dan inventori

C. Kolaborasi Perdagangan
Penggunaan teknologi digital yang memungkinkan perusahaa-perusahaan
untuk secara bersama-sama merencanakan, merencang, mengatur, dan
meneliti produk, servis, dan aplikasi EC yang inovatif. Kegiatan ini
dibedakan dari penjualan dan pembelian. Contoh : Sebuah perusahaan yang
berkolaborasi secara elektronik dengan pemasoknya yang mendesain produk
atau bagian-bagiannya untuk perusahaan tersebut. Keuntungannya,
pengurangan biaya, peningkatan pendapatan hubungan yang lebih baik
dengan customer.

5
1. Kolaborasi Tradisional
Terjadi di antara anggota-anggota Supply Chain, biasanya yang dekat
satu dengan yg lainnya seperti manufaktur dan distributornya atau
distributor dan pedagang. Bahkan bila ada lebih banyak partner yang
terlibat, fokusnya adalah peningkatan informasi dan aliran produk di
antara mereka.

2. Kolaborasi Jaringan
Setiap partner dapat berinteraksi dengan semua unsur dalam Supply
Chain. Interaksinya dapat terjadi diantara beberapa manufaktur atau
distributor. Kolaborasi jaringan dapat berbeda-beda bentuk, tergantung
pada industri yang dijalankan, produk/servis, volume arus informasi, dan
lainnya.

6
D. Rencana dan Desain Kolaborasi
Kolaborasi adalah bentuk kerjasama, interaksi, kompromi beberapa elemen
yang terkait baik individu, lembaga dan atau pihak-pihak yang terlibat secara
langsung dan tidak langsung yang menerima akibat dan manfaat. Nilai-nilai
yang mendasari sebuah kolaborasi adalah tujuan yang sama, kesamaan
persepsi, kemauan untuk berproses, saling memberikan manfaat, serta
kejujuran.
Contoh E-Collaboration (E-Kolaborasi)
 Berbagi informasi antara Pedagang dan Pemasok barang
 Kolaborasi Pedagang-Pemasok (mengumpulkan partner sebanyak
mungkin)
 Pengurangan waktu perencanaan pemesanan bahan baku
 Pengurangan waktu untuk pengembangan produk

E. Solusi Rantai Pasokan Internal


Rantai pasokan internal atau internal supply chain, yaitu pengelolaan
ketersediaan bahan baku, pasokan bahan baku, serta proses pabrikasi yang
dilakukan oleh sistem manajemen.
Pencapaian optimal secara khusus berasal dari kebijakan internal perusahaan
sendiri. Langkah pertama yang sangat penting dalam melakukan manajemen
supply chain yang baik adalah menggalang dan memperbaiki komunikasi
harian di antara semua pelaku, mulai dari hilir sampai ke hulu (retailer,
distributor, manufacturer, dan supplier).
Komunikasi yang baik ini dapat mencegah keterlambatan dalam pengadaan
barang maupun penumpukan barang di gudang yang berlebihan. Sayangnya,
dalam prakteknya, seringkali dijumpai pihak yang mengabaikan pentingnya
komunikasi ini. Realitanya adalah masih banyak pihak yang menganggap
komunikasi sebagai sesuatu yang bersifat rahasia atau sering dikenal sebagai
“silo” (tertutup).

7
Kendala ini dijumpai dalam hubungan atau komunikasi antar perusahaan,
juga dalam satu internal perusahaan, misalnya antara bagian logistik
(penyedia barang) dan bagian teknik atau pabrik (pengguna barang).
Oleh karena itu, dalam hal ini semua pihak perlu diyakinkan terlebih dahulu
tentang perlunya membangun informasi yang terbuka, cepat, dan akurat
mengenai hal-hal yang menyangkut penyediaan barang, agar semua pihak
dapat memperoleh keuntungan yang optimal.

F. Integrasi Supply Chain


Ada tiga isu yang terkait dengan pengembangan efisiensi, integrasi rantai
pasokan yaitu:
1. Local Optimization. Anggota rantai pasokan akan memfokuskan pada
maksimisasi keuntungan local atau minimisasai biaya yang didasarkan
pada pengetahuan yang terbatas.
2. Incentives. Insentif mendorong munculnya perdagangan didalam rantai
penjualan yang sebelumnya tidak terjadi. Hal ini menimbulkan fluktuasi
yang pada akhirnya menjadikan kemahalan bagi semua anggota. Wujud
insentif berupa insentif penjualan, potongan kuantitas, kuota dan
promosi.
3. Large lots/ Dalam hal ini seringkali terjadi bias yang mengarah pada
large lots karena cenderung mengurangi biaya per unit. Disatu sisi jika
pengiriman dalam jumlah yang banyak misalnya ukuran truk penuh akan
mengurangi biaya per unit, tetapi tidak merefleksikan nilai penjualan
sebenarnya.
Ketiga isu tersebut biasanya memberikan kontribusi munculnya distorsi
informasi tentang apa yang sebenarnya terjadi dalam rantai pasokan. Oleh
karena itu diperlukan sistem yang didasarkan pada informasi yang akurat
tentang berapa banyak produk yang benar-benar ditarik melalui rantai
pasokan. Ketidakakuratan informasi bukan kesengajaan, tetapi menimbulkan
distorsi dan fluktuasi dalam rantai pasokan dan menyebabkan apa yang
diketahui sebagai bullwish effect. Bullwish effect adalah fluktuasi kenaikan

8
dalam order yang sering terjadi sebagai order yang bergerak melalui rantai
pasokan yang mengakibatkan kenaikan biaya seperti inventory, transportasi,
pengiriman dan penerimaan.
Sebagai manajer yang mengarah pada integrasi rantai pasokan, efisiensi
menjadi suatu substansi yang memungkinkan. Siklus material yang berasal
dari pemasok, ke produksi, ke pergudangan, ke distribusi, ke konsumen,
merupakan penempatan yang berbeda-beda dan seringkali berhubungan
dengan organisasi yang independen. Oleh karena itu agar semuanya dapat
berhasil dimulai dengan memperhatikan tiga hal yaitu:
a. Mutual Aggrement on Goal, suatu integrasi rantai pasokan mensyaratkan
lebih dari kesepakatan dalam kontrak hubungan jual beli, tetapi patner
harus diapresiasikan tidak hanya dalam uang tetapi pada rantai pasokan
sampai dengan konsumen akhir. Hal ini dapat terwujud apabila adanya
pengertian tentang misi, strategi, dan tujuan dari organisasi yang
berpartisipasi. Integrasi rantai pasokan adalah sesuatu yang menambah
nilai tambah ekonomi dan memaksimalkan total konten produk.
b. Trust, merupakan hal kritis bagi efektifitas dan efisiensi rantai pasokan.
Anggota dari rantai pasokan harus masuk kedalam hubungan yang
membagi informasi dalam rangka membangun kepercayaan. Hubungan
diantara pemasok akan lebih sekses jika resiko dan penghematan biaya
dibagi dan aktifitas seperti riset konsumen, analisa penjualan, peramalan,
perencanaan produksi merupakan aktifitas bersama.
c. Compatible Organizational Cultures, budaya organisasi yang setara akan
menjadikan hubungan yang positif diantara pembelian dan penawaran
apabila hal tersebut terjadi, dan akan menjadi keunggulan riel dalam
pembuatan rantai pasokan.

G. Alat-alat yang digunakan dalam Kolaborasi Supply Chain


Kolaborasi ini dibedakan menjadi empat yang pertama adalah transaksi
kolaborasi tujuannya adalah mencapai transaksi yang lebih efektif dan juga
efisien. Untuk kolaborasi jenis ini tidak memerlukan kesepahaman dalam

9
strategi jangka panjang. Yang kedua adalah cooperative collaboration yang
mana untuk mencapai ini diperlukan komitmen antar supply chain untuk
berbagi informasi peramalan, inventori, pengadaan barang, pengiriman
barang termasuk kapasitas produksi.
Yang ketiga adalah coordinated collaboration yang mana membutuhkan arus
informasi dua arah dan proses perencanaan maupun eksekusi ini selaras dan
antar pihak di dalam supply chain. Yang keempat adalah synchronized
collaboration dimana komponen di dalam rantai pasokan ini bekerja sama
dalam riset dan pengembangan produk, berbagai aset, kapasitas, kinerja, dan
lain sebagainya.
Untuk bisa membuat manajemen kolaborasi ini berjalan secara efektif penting
bagi Anda untuk menggunakan software atau sistem Supply Chain
Management kolaborasi yang tepat dan akurat. Dengan menggunakan Supply
Chain Management Kolaborasi sistem ini mudah bagi perusahaan untuk
memastikan efisiensi, menentukan barang dan jumlahnya selain itu SCM
kolaborasi yang baik akan membantu Anda dalam membuat keputusan yang
lebih baik dan juga merespons peluang baru lebih cepat untuk membuat Anda
selangkah lebih maju dalam persaingan bisnis.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dengan adanya konsep Supply Chain Manajement (SCM), para pelaku-
pelaku bisnis lebih mudah untuk menciptakan produk-produk handal,
berkualitas dan cepat. Proses Pengolahan produk dari awal perencanaan,
pemrodukan sampai pendstribusian menjadi semakin terstruktur dan
terkoordinir dengan baik. Lebih efisien dan efektif dalam mengelola produk
di sebuah instansi perusahaan. Penerapan konsep SCM dalam perusahaan
akan memberikan manfaat yaitu (Jebarus, 2001) kepuasan pelanggan,
meningkatkan pendapatan, menurunnya biaya, pemanfaatan asset yang
semakin tinggi, peningkatan laba, dan perusahaan semakin besar. Syarat
utama dari penerapan SCM tentunya memberikan dukungan mulai dari proses
perencanaan, pengorganisasian, koordinasi, pelaksanaan, sampai
pengendalian. Tantangan yang harus dihadapi dan disikapi oleh perusahaan
apabila akan menerapkannya SCM yang pertama berasal dari lingkungan
makro dan juga lingkungan eksternal.

B. Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari banyak sekali
kekurangan-kekurangan karena disebabkan oleh sedikitnya referensi yang
ditemukan dan juga keterbatasan waktu. Oleh karena itu penulis meminta
kritik dan saran dari pembaca supaya makalah ini lebih baik kedepannya.

11
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/36881868/MAKALAH_TUGAS_SUPPLY_CHAIN_
MANAJEMEN (diakses 22 Juni 2021)
https://www.hashmicro.com/id/blog/pengertian-supply-chain-management/
(diakses 22 Juni 2021)
https://slideplayer.info/slide/3328084/ (diakses 22 Juni 2021)
https://www.simplidots.com/pengertian-manajemen-supply-chain-dan-6-
tantangan-solusi-untuk-perusahaan/ (diakses 22 Juni 2021)
http://mohamadandy.blogspot.com/2012/12/e-supply-chain.html (diakses 22 Juni
2021)
https://sites.google.com/site/operasiproduksi/manajemen-rantai-pasokan (diakses
22 Juni 2021)
https://www.diklatkerja.com/course/prinsip-kolaborasi-dalam-mendukung-rantai-
pasok-industri-konstruksi-indonesia-era-industri-40 (diakses 22 Juni 2021)
https://www.workmate.asia/id/blog/sistem-dan-manajemen-rantai-pasok (diakses
22 Juni 2021)
https://www.soltius.co.id/id/blog/maksimalkan-supply-chain-management-
kolaborasi-terintegrasi (diakses 22 Juni 2021)

12

Anda mungkin juga menyukai