Anda di halaman 1dari 27

BAB I

Pendahuluan
1.1  Latar Belakang
Dalam beberapa dekade ini PT Indofood Sukses Makmur Tbk (Indofood)
telah bertransformasi menjadi sebuah perusahaan Total Food Solutions dengan
kegiatan operasional yang mencakup seluruh tahapan proses produksi makanan,
mulai dari produksi dan pengolahan bahan baku hingga menjadi produk akhir
yang tersedia di rak para pedagang eceran. Kini, Indofood dikenal sebagai
perusahaan yang mapan dan terkemuka di setiap kategori bisnisnya.
Seperti halnya perusahaan lain, PT Indofood juga menghadapi berbagai
risiko yang mengancam keberlangsungan perusahaan. Semakin besar sebuah
perusahaan maka akan semakin banyak pula risiko yang akan dihadapinya. Risiko
yang mungkin dihadapi perusahaan dapat disebabkan oleh kondisi ekonomi,
politik, kondisi industri, lingkungan usaha dan sosial, serta kondisi dalam negeri
tempat dimana Indofood melakukan kegiatan usaha utamanya.
PT Indofood Sukses Makmur Tbk dapat saja menghadapi berbagai macam
risiko, misalnya terjadi kebakaran atau pencurian asset seperti pencurian
persediaan. Sedangkan jenis risiko lainnya adalah risiko yang bersifat spekulatif,
dapat meliputi variabilitas dari biaya input, harga jual, permintaan, kemudian
dapat juga meliputi kemampuan menjual produk baru dan mengembangkan
produk yang sudah ada, dan tingkat nilai tukar rupiah terhadap dolar.
Meskipun ada berbagai macam risiko yang harus dihadapi PT Indofood
Sukses Makmur Tbk, pihak manajemen risiko telah menerapkan sistem
Enterprise Risk Management (ERM) dengan baik. Misalnya dengan menjalin
hubungan dengan pemasok dan petani dengan baik, melakukan simulasi dalam
menentukan harga jual sebelum produk tersebut dipasarkan, melakukan inovasi
produk agar dapat tetap unggul dibandingkan dengan pesaingnya. Semua strategi
ERM yang dilakukan oleh PT Indofood Sukses Makmur Tbk tetap memandang
kode etik yang berlaku. Sistem ERM ini sangat penting bagi perusahaan untuk
meminimalisir bahkan menghindari berbagai risiko yang mungkin akan muncul.

1
1.2  Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang muncul terkait latar belakang di atas adalah:
1.2.1 Risiko apa sajakah yang dihadapi PT Indofood Sukses Makmur Tbk.?
1.2.2 Bagaimana analisis risiko perusahaan tersebut?
1.2.3 Respon apa sajakah yang dilakukan perusahaan untuk mencegah dan/atau
menghadapi risiko?
1.3  Tujuan Penulisan
Penulisan paper ini bertujuan untuk:
1.3.1 Menjabarkan analisis risiko PT Indofood Sukses Makmur Tbk.
1.3.2 Mengetahui sumber risiko perusahaan dan bagaimana cara perusahaan
merespon risiko yang dihadapi.
1.4  Manfaat Penulisan
Penulisan paper ini diharapkan dapat memberikan manfaat diantaranya:
1.4.1 Menambah pengetahuan pembaca mengenai risiko yang dihadapi PT
Indofood Sukses Makmur Tbk.
1.4.2 Membantu investor dalam pengambilan keputusan investasi.

2
BAB II
Gambaran Umum Perusahaan
2.1 Sejarah dan Perkembangan PT Indofood Sukses Makmur Tbk.
PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. merupakan produsen berbagai
jenis makanan dan minuman yang bermarkas di Jakarta, Indonesia. Perusahaan ini
didirikan pada tanggal 14 Agustus 1990 oleh Sudono Salim dengan nama PT.
Panganjaya Intikusuma yang pada tanggal 5 Februari 1994 menjadi Indofood
Sukses Makmur. Perusahaan ini mengekspor bahan makanannya
hingga Australia, Asia, dan Eropa.
Dalam beberapa dekade ini Indofood telah bertransformasi menjadi sebuah
perusahaan total food solutions dengan kegiatan operasional yang mencakup
seluruh tahapan proses produksi makanan, mulai dari produksi dan pengolahan
bahan baku hingga menjadi produk akhir yang tersedia di rak para pedagang
eceran.
PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. merupakan salah satu perusahaan
mie instant dan makanan olahan terkemuka di Indonesia yang menjadi salah satu
cabang perusahaan yang dimiliki oleh Salim Group.
Sejarah PT Indofood Sukses Makmur dapat diringkas sebagai berikut:
Tahun Kejadian
1968 PT Lima Satu Sankyu (selanjutnya berganti nama menjadi PT
Supermi Indonesia) didirikan, pertama kali memproduksi
Supermi sebagai mi instan pertama di Indonesia.
1970 PT Sanmaru Foods Manufacturing Co Ltd (PT Sanmaru)
didirikan sebagai salah satu anak perusahaan Jangkar Jati Group.
1972 PT Sanmaru mulai memproduksi Indomie.
1982 PT Sarimi Asli Jaya didirikan dan mulai memproduksi Sarimi.
1984 PT Sarimi Asli Jaya diakuisisi oleh PT Sanmaru dan bersama
dengan Salim Group membentuk perusahaan dengan nama PT
Indofood Interna Corporation.
1986 PT Supermi Indonesia diakuisisi oleh PT Indofood Interna
Corporation melalui anak perusahaannya PT Lambang Insan

3
Makmur.
1987 PT Sanmaru meluncurkan mi instan dalam bentuk cup
bermerek Pop Mie.
1989 PT Sanmaru mengakuisi PT Sari Pangan Nusantara, yang
memproduksi makanan bayi bermerek SUN.
1990 PT Sanmaru membentuk perusahaan patungan dengan PepsiCo,
Inc yang memiliki merek FritoLay yang pada tahun 1994
bernama PT Indofood Fritolay Makmur dan mulai memproduksi
makanan ringan seperti Chitato, Chiki, Cheetos dan Jetz yang
kemudian pada tahun 2000an disusul dengan Lay's dan Qtela.
1990 Indofood didirikan oleh Sudono Salim dengan nama PT
Panganjaya Intikusuma.
1992 PT Sanmaru melalui anak perusahaan Jangkar Jati Group diambil
alih seluruh sahamnya oleh Salim Group.
1993 PT Panganjaya Intikusuma dan PT Sanmaru membentuk
perseroan dengan nama PT Indomie Sukses Makmur Tbk.
1994 PT Panganjaya Intikusuma berganti nama menjadi PT Indofood
Sukses Makmur Tbk.
1995 Mengakuisisi pabrik penggilingan gandum Bogasari.
1997 Mengakuisisi 80% saham perusahaan yang bergerak di bidang
perkebunan, agribisnis serta distribusi.
2005 PT Indosentra Pelangi sebagai produsen bumbu, kecap dan
sambal bermerek Indofood membentuk perusahaan patungan
dengan Nestlé bernama PT Nestlé Indofood Citarasa Indonesia,
mengakuisisi perusahaan perkebunan di Kalimantan Barat.
2006 Mengakuisisi 55% saham perusahaan perkapalan Pacsari Pte.
Ltd.
2007 Mencatatkan saham Grup Agribisnis di Bursa Efek Singapura
dan menempatkan saham baru.
2008 Mengakuisisi 100% saham Drayton Pte. Ltd. yang memiliki
secara efektif 68,57% saham di PT Indolakto, sebuah perusahaan
dairy terkemuka.
2009 Memulai proses restrukturisasi internal Grup CBP melalui
pembentukan PT. Indofood CBP Sukses Makmur dan pemekaran
kegiatan usaha mi instan dan bumbu yang diikuti dengan

4
penggabungan usaha seluruh anak perusahaan di Grup Produk
Konsumen Bermerek (CBP), yang seluruh sahamnya dimiliki
oleh Perseroan, ke dalam ICBP.
2010 Menyelesaikan restrukturisasi internal Grup CBP melalui
pengalihan kepemilikan saham anak perusahaan di Grup CBP
dengan jumlah kepemilikan kurang dari 100% ke ICBP dan
melakukan Penawaran Saham Perdana yang dilanjutkan dengan
pencatatan saham ICBP di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 7
Oktober 2010. Peningkatan kepemilikan di Pacsari Pte. Ltd
sebesar 10% menjadi pemilik 100%.
2011 Pada bulan Januari 2011, PT Indofood CBP Sukses Makmur, PT
Gizindo Primanusantara, PT Indosentra Pelangi, PT Indobiskuit
Mandiri Makmur dan PT Ciptakemas Abadi digabung
sepenuhnya dengan status perusahaan terbuka (Tbk.) menjadi PT
Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. PT Salim Ivomas Pratama
(SIMP), anak perusahaan langsung dan tidak langsung Perseroan,
melakukan IPO diikuti dengan pencatatan saham di BEI pada 9
Juni 2011.
2012 Sudono Salim, pendiri ICBP meninggal dunia di Singapura pada
tanggal 10 Juni 2012. Tidak lama sesudah meninggalnya, salah
satu produk mi instan dari Indofood, Indomie, menyelenggarakan
program ulang tahunnya yang ke-40 tahun, pada bulan Agustus
2012 di Jakarta.
2013 Menyelesaikan akuisisi PT Pepsi-Cola Indobeverages,
perusahaan yang memproduksi minuman ringan
bermerek Pepsi, 7 Up dan sebagainya. Akuisisi ini dilakukan
oleh PT Indofood Asahi Sukses Beverage dan PT Asahi Indofood
Beverage Makmur, yang masing-masing adalah 51% dan 49%
dimiliki oleh ICBP.
2014 Indofood masuk ke bisnis minuman bernama Indofood Asahi dan
mulai mengimpor dua merek minuman dari Malaysia, yaitu Ichi
Ocha dan Caféla Latte dan mengakuisisi merek air mineral Club

5
dari PT Tirta Bahagia.

2.2 Produk Perusahaan


Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, Indofood memperoleh
manfaat dari ketangguhan model bisnisnya yang terdiri dari empat kelompok
usaha strategis (grup) yang saling melengkapi sebagai berikut:
2.2.1 Produk Konsumen Bermerek (CBP)
Kegiatan usahanya dilaksanakan oleh PT Indofood CBP Sukses Makmur
Tbk (ICBP), yang sahamnya tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak tanggal
7 Oktober 2010. ICBP merupakan salah satu produsen makanan dalam kemasan
terkemuka di Indonesia yang memiliki berbagai jenis produk makanan dalam
kemasan. Berbagai merek produk ICBP merupakan merek-merek yang terkemuka
dan dikenal di Indonesia untuk makanan dalam kemasan. Divisi-divisi yang
berada di bawah ICBP diantaranya:
1. Mie Instan  Pop Mie
 Sarimi
 Supermi
 Indomie
 Sakura
 Mie Telur Cap 3 Ayam
 Pop Bihun
2. Diary  Indomilk
 Cap Enaak
 Indoeskrim
 Orchid Butter
 Milkuat
3. Makanan Ringan  Cheetos 
 Chiki
 Jet-Z
 Lay's 
 Chitato
 Qtela

6
 Trenz
4. Penyedap Makanan  Bumbu Kaldu Indofood
 Maggi
 Bumbu Instan Indofood
 Bumbu Racik Indofood
 Piring Lombok
 Kecap Indofood
 Sambal Indofood
5. Nutrisi dan Makanan  Promina
Khusus  SUN

6. Minuman & Sirup  Pepsi


(Indofood Asahi &  Pepsi Blue
PepsiCo)  7 Up
 Mirinda
 Freiss
 Tehkita
 Fruitamin
 Tropicana Twister
 Ichi Ocha
 Caféla Latte
 Club

2.2.2 Bogasari
Memiliki kegiatan usaha utama memproduksi tepung terigu dan pasta.
Kegiatan usaha Grup ini didukung oleh unit perkapalan dan kemasan. Produknya
berupa :
 Cakra Kembar Emas
 Cakra Kembar
 Segitiga Biru
 Lencana Merah
 Kunci Biru
 La Fonte

7
2.2.3 Agribisnis
Kegiatan usahanya terkonsentrasi pada Indofood Agri Resources Ltd.
(IndoAgri), yang tercatat di Bursa Efek Singapura, dan anak-anak perusahaannya
termasuk PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (Lonsum), yang tercatat di BEI.
Kegiatan usaha utama Grup ini meliputi penelitian dan pengembangan,
pembibitan, pemuliaan dan pengolahan kelapa sawit hingga produksi dan
pemasaran minyak goreng, margarin dan shortening bermerek. Di samping itu,
kegiatan usaha grup ini juga mencakup pemuliaan dan pengolahan karet dan tebu
serta tanaman lainnya. Produk yang dihasilkan :
 Bimoli
 Simas Palmia
 Royal Palmia
 Happy Salad Oil
 Amanda
 Delima
 Palmia

8
2.2.4 Distribusi
Memiliki jaringan distribusi yang paling luas di Indonesia. Grup ini
mendistribusikan hampir seluruh produk konsumen Indofood dan anak-anak
perusahannya, serta berbagai produk pihak ketiga. Indofood juga melakukan
berbagai strategi dalam memasarkan produknya, diantaranya:
 Tagline : Indomie Seleraku
 Iklan : billboard, iklan TV, sponsor acara
 Event : Indomie menggelar ajang membuat lagu ”jingle” untuk pelajar
SMA, acara tersebut berjudul Jingle Dare, yang berlangsung pada 24 April
2008
 Pembuatan Shop Sign (Spanduk Nama Burjo dengan tema Indomie untuk
setiap Burjo di Yogyakarta)

2.3 Visi, Misi, dan Strategi Perusahaan


Setiap perusahaan memiliki visi dan misi yang menjadi landasan bagi
perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya.
2.3.1 Visi PT Indofood Tbk.:
Menjadi Perusahaan Total Food Solutions.
2.3.2 Misi PT Indofood Tbk.:
 Senantiasa meningkatkan kompetensi karyawan, proses produksi, dan
teknologi.
 Menyediakan produk yang berkualitas tinggi, inovatif dengan harga terjangkau,
yang merupakan pilihan pelanggan.
 Memastikan ketersediaan produk bagi pelanggan domestik maupun
internasional.
 Memberikan kontribusi dalam peningkatan kualitas hidup bangsa Indonesia,
khususnya dalam bidang nutrisi.
 Meningkatkan stakeholders’ value secara berkesinambungan.

9
2.3.3 Strategi perusahaan
Untuk mencapai visi dan misi tersebut, PT Indofood Sukses Makmur Tbk.
menggunakan strategi:
Menjalin kerjasama dengan pemasok bahan baku untuk meningkatkan
kualitas produk, dan meningkatkan distribusi produk-produk.

10
BAB III
Pembahasan
3.1  Identifikasi Risiko Perusahaan
Risiko bisnis yang dihadapi oleh PT Indofood Sukses Makmur Tbk
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Jenis risiko yang pertama adalah risiko murni,
PT Indofood Sukses Makmur Tbk. mungkin saja menanggung risiko tersebut
apabila misalnya terjadi kebakaran atau pencurian asset seperti pencurian
persediaan. Sedangkan jenis risiko berikutnya adalah risiko spekulatif. Risiko
spekulatif ini dapat meliputi variabilitas dari biaya input, harga jual, dan
permintaan, kemudian dapat juga meliputi kemampuan menjual produk baru dan
mengembangkan produk yang sudah ada, dan tingkat nilai tukar rupiah terhadap
dolar. Risiko yang dihadapi perusahaan diantaranya:
3.1.1 Risiko Operasional
Resiko yang timbul akibat gagal fungsi proses internal.
3.1.1.2 Risiko keamanan pangan
Pemeriksaan produk Indomie dari Januari-20 Mei 2010 terdapat bahan
pengawet yang tidak diizinkan di Taiwan di bumbu Indomie goreng dan saus
barberque. Pada 8 Oktober 2010 tiba-tiba mendengar pengumuman di media
Taiwan dan Hongkong di kecap Indomie terdapat pengawet yang tidak sesuai.
Indomie ditarik karena mengandung Methyl P-Hydroxybenzoate yang dilarang di
Taiwan.
Sebagai produsen makanan olahan dalam kemasan dan memiliki
konsumen dari segala usia, Perseroan menghadapi risiko yang berhubungan
dengan keamanan produk barang jadi yang dipasarkan. Walaupun Perseroan telah
memperhatikan faktor higienis makanan dan memastikan bahwa bahan baku yang
dipergunakan telah memenuhi peraturan dari Departemen Kesehatan Biro
Keamanan Indonesia. BPOM juga telah menyatakan Indomie tidak berbahaya.
dengan yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang dan memenuhi persyaratan
untuk memperoleh sertifikat halal. Dalam kasus penarikan Indomie di Taiwan
ternyata bermula pada 9 Juni lalu saat Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia di
Taiwan mendapatkan surat dari Food and Drugs Administration (FDA) Taiwan

11
yang memberitahukan mi instan produk Indofood tidak sesuai persyaratan FDA.
adanya perbedaan standar mutu yang digunakan produsen indomie dengan
pemerintahan Thailand yang masing-masing berbeda ketentuan batas aman dan
tidak aman suatu zat digunakan dalam pengawet,dalm hal ini Indonesia memakai
standart BPOM dan CODEX Alimentarius Commission (CAC) yang diakui secara
internasional. Risiko ini sering terjadi pada perusahaan produsen berbagai jenis
makanan entah itu isu berita, atau fakta.
Dampak dari risiko ini :
 Apabila dikonsumsi masyarakat akan berpotensi menimbulkan keracunan
massal, gangguan kesehatan, hingga kematian.
 Risiko ini juga akan berdampak negatif pada manajemen pemasaran
karena masyarakat tidak akan percaya untuk membeli mie instan Indofood
bahkan bisa berimbas pada produk yang lain karena rasa trauma. Dan
bagian pemasaran juga harus bekerja keras lagi untuk meyakinkan
masyarakat.
 Pada manajemen keuangan juga akan berdampak negatif karena
pendapatan atas penjualan akan berkurang.
3.1.1.3 Risiko Tidak Ada Diferensiasi di Pasar
Tidak memiliki perbedaan kualitas produk dari rasa atau bentuk antara PT
Indofood dengan perusahaan yang lain. Sehingga akan mengakibatkan kehilangan
konsumen dan mengurangi jumlah produk yang diproduksi. Kondisi keuangan
perusahaan mengalami penurunan karena pendapatan dari penjualan menurun.
3.1.2 Risiko Financial
Manajemen risiko finansial yaitu upaya pengawasan resiko dan
perlindungan hak milik, keuntungan, harta dan aset sebuah badan usaha. 
3.1.2.1 Risiko fluktuasi harga bahan baku dan komoditas
Harga dan biaya produksi Perseroan dipengaruhi oleh harga bahan baku di
pasar internasional, terutama gandum yang digunakan untuk memproduksi tepung
terigu Grup Bogasari, dan bahan baku lainnya yang diimpor seperti resin (bahan
baku untuk pembuatan kemasan).

12
Fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sejak
awal tahun ini berimbas pada ke akan harga tepung terigu. Tepung terigu yang
dari sisi bahan hingga pengolahan masih impor tersebut, membuat
PT Indofood Sukses Makmur Tbk sudah mulai menaikkan harga jual produk-
produknya. Namun, kenaikan itu tidak terlalu tinggi sehingga tidak dirasakan
sangat signifikan oleh konsumen. Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk,
Fransiscus Welirang, mengatakan kenaikan harga jual tepung terigu sebesar 2
hingga 3 persen tidak begitu signifikan.
"Padahal kenaikan dolarnya sudah sekitar 10 persen. Jadi tidak masalah
kenaikan harga jualnya," kata Fransiscus usai Public Expose di acara Investor
Summit 2018 di kantor BEI Surabaya, Selasa (18/9/2018). Artikel ini telah tayang
di surya.co.id dengan judul Fluktuasi Nilai Tukar Dolar, Indofood Sudah Naikkan
Harga Produknya.
Harga tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
o Tingkat produksi bahan baku dunia.
o Tingkat penawaran dan permintaan produk.
o Tingkat konsumsi dunia atas produk-produk; dan
o Perkembangan perekonomian dunia pada umumnya.
Fluktuasi harga bahan baku di pasar internasional dan depresiasi nilai
tukar Rupiah terhadap mata uang asing dapat memberikan dampak negatif
terhadap kegiatan operasional dan kondisi keuangan Perseroan. Walaupun
Perseroan dapat menaikkan harga jual produknya akan tetapi Perseroan tidak
dapat secara langsung meningkatkan harga jual produk sedemikian rupa sejalan
dengan kenaikan harga bahan baku di pasar internasional dan depresiasi nilai
tukar Rupiah terhadap mata uang asing.
Dampak dari risiko fluktuasi harga bahan baku :
 Akan mempengaruhi bagian keuangan karena beban PT Indofood
meningkat daripada sebelumnya. Dan bagian keuangan juga harus
melakukan perhitungan kembali untuk harga jual dengan beberapa
pertimbangan.
 Masyarakat akan merasa keberatan apabila harga dinaikkan.

13
3.1.3 Risiko Strategi
Risiko yang biasanya muncul adalah kondisi tak terduga yang mengurangi
kemampuan pelaku bisnis untuk menjalankan strategi yang direncanakan. 
3.1.3.1 Risiko peningkatan kompetisi pada segmen usaha
Sebagian besar produk Perseroan menghadapi kompetisi baik dari
perusahaan lokal maupun internasional. Tidak dapat dipastikan bahwa kompetitor
tidak akan mengoptimalkan upayanya dalam berkompetisi untuk meningkatkan
pangsa pasarnya dan/atau tidak akan ada tambahan pesaing domestik maupun
asing yang memasuki pasar dimana Perseroan beroperasi. Peningkatan kompetisi
tersebut dapat mempengaruhi kemampuan Perseroan untuk mempertahankan atau
menaikkan pendapatannya.
Penjualan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, produsen Indomie, susu
Indomilk dan makanan ringan Chitato, turun 2,7% pada kuartal kedua 2017.
Penurunan ini yang pertama kali sejak beberapa tahun terakhir, di tengah
meningkatnya kompetisi dan pelemahan daya beli. Penjualan turun menjadi Rp 9
triliun pada periode April-Juni 2017, dibanding Rp 9,25 triliun pada periode yang
sama tahun lalu. Angka kuartal kedua ini diperoleh dari pendapatan perusahaan
enam bulan pertama yang dikurangi dengan pendapatan tiga bulan pertama.
Penyebabnya adalah uang sedang berpindah, atau shifting, dari kalangan
menengah-atas ke ekonomi rakyat," ujar Rhenald. "Dan para elit sekarang sedang
sulit karena peran sebagai 'middleman' mereka pudar akibat disruptive innovation,
lalu meneriakkan daya beli turun". Artikel ini telah tayang
di Katadata.co.id dengan judul "Penjualan Produsen Indomie Turun Akibat
Kompetisi Ketat dan Daya Beli" .
Dampaknya :
 Kondisi keuangan perusahaan pada posisi pendapatan akan menurun.
 Konsumen akan berkurang.

14
3.1.3.2 Tidak Terjalinnya Kontak Dialog dengan Pelanggan Secara
Mendalam
Perusahaan melihat sebuah peluang potensial di pasaran dan memiliki ide
baru untuk suatu produk atau jasanya, itu merupakan hal yang sangat
menakjubkan. Tetapi banyak sekali perusahaan yang melupakan pelanggan yang
telah mereka dapatkan, karena fokus dengan pencarian pelanggan baru.
Dampaknya adalah perusahaan akan kehilangan konsumen yang loyal terhadap
perusahaan, kondisi keuangan menuru, dan image perusahaan kurang baik dimata
masyarakat.
3.1.4 Risiko suksesi dan ketrampilan tenaga kerja
Kesuksesan Perseroan tidak luput dari faktor ketersediaan tenaga kerja
yang handal untuk terus dapat melakukan yang terbaik serta mendukung budaya
untuk terus berinovasi agar memperoleh hasil yang unggul. Oleh karena itu
Perseroan menyadari risiko kegagalan pengembangan karyawan atau
mempertahankan tenaga kerja bertalenta dapat mempengaruhi kegiatan bisnis,
daya saing, dan pertumbuhan Perseroan secara nyata.
3.1.4.1 Risiko Kesejahteraan Karyawan
Akhmad Baihaqi dan Firmansyah yang masih dianggap sebagai pekerja
waktu tertentu (kontrak) setelah bekerja selama empat tahun, serta Agus Hartanto
yang telah sembilan tahun bekerja, akhirnya menggugat PT. Indofood Sukses
Makmur, Tbk ke Pengadilan Hubungan Industrial (PHI) pada Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat. Ketiganya meminta Majelis Hakim yang diketuai oleh Hakim
Yuzaida, untuk menyatakan hubungan kerjanya dengan PT. Indofood sebagai
pekerja tetap. Diwakili kuasa hukumnya, Sri Suyati mengatakan, pihaknya telah
berusaha untuk menyelesaikan permasalahan tersebut melalui musyawarah hingga
mediasi, namun tidak tercapai perdamaian.
Sri keberatan dengan anjuran dari Suku Dinas Tenaga Kerja Kota Jakarta
Utara, yang menyatakan sah perjanjian kontrak yang dibuat PT. Indofood.
“Anjurannya sih menurut Dinas Tenaga Kerja, PKWT (perjanjian kerja waktu
tertentu) yang berlaku sudah benar,” ujarnya. Menurut Sri, perjanjian kontrak
yang dibuat telah bertentangan dengan undang-undang, karena masa kerja ketiga

15
Pekerja telah lebih dari tiga tahun. Selain itu, dikatakannya, jenis pekerjaan yang
berlangsung di PT. Indofood termasuk kegiatan utama (core business). “Jenis
pekerjaannya juga selama empat tahun mengerjakan kegiatan yang sama dan
masuk dalam core business,” terang Sri usai menghadiri persidangan dalam
perkara yang diregister dengan Nomor 141/Pdt.Sus-PHI/2019/PN.Jkt.Pst tersebut.
Dampaknya :
 Perusahaan bisa kehilangan karyawan.
 Perusahaan terjerat masalah hukum.
 Image perusahaan tercemar.
 Mengganggu kegiatan operasional perusahaan.
3.1.4.2 Risiko Kesalahan Pada Kepemimpinan
Apabila pemimpin PT Indofood salah dalam pengambilan keputusan ini
sangat berakibat fatal karena semua keputusan pemimpin untuk mengelola
perusahaan. Jika pemimpin salah dalam mengambil langkah ini akan berdampak
kepada bagian pemasaran akan kehilangan konsumennya, bagian produksi akan
terjadi produk gagal atau gagal produksi, bagian keuangan akan mempengaruhi
laba atau rugi. Perusahaan tidak akan mengalami peningkatan atau bahkan terjadi
kebangkrutan.
3.1.5 Risiko bencana alam, iklim dan cuaca ekstrim
Secara geografis, fasilitas Perseroan berupa kantor, pabrik, perkebunan
dan gudang distribusi, hampir seluruhnya berlokasi di Indonesia yang berlokasi di
pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi.
Letak Indonesia berada di zona pertemuan dari tiga lempengan bumi
utama yang berpotensi mengalami gempa bumi, tsunami, gelombang laut dan
letusan gunung berapi. Hal ini dapat terjadi di luar kendali Perseroan, dan dapat
membahayakan keselamatan karyawan, merusak fasilitas, dan mengganggu jalur
distribusi. Walaupun risiko ini tidak berdampak negatif secara langsung terhadap
kegiatan usaha Perseroan di masa lampau, tetapi bencana tersebut dapat
berdampak negatif terhadap keadaan ekonomi Indonesia pada umumnya yang
secara tidak langsung akan berdampak juga terhadap Perseroan. Selain itu,

16
beberapa kegiatan usaha dan hasil operasional Perseroan juga tergantung pada
iklim dan kondisi cuaca.
Risiko yang berhubungan dengan hal tersebut akhir-akhir ini meningkat
dengan adanya efek rumah kaca di atmosfer yang berdampak buruk terhadap suhu
global dan perubahan suhu secara ekstrim. Kondisi tersebut dapat berdampak
negatif terhadap produktivitas, kinerja dan prospek usaha Perseroan.

17
BAB III
Penutup
3.1  Kesimpulan
PT Indofood Sukses Makmur Tbk merupakan produsen berbagai jenis
makanan dan minuman terkemuka. Produk yang dihasilkan perusahaan terbagi
dalam 4 grup yaitu, CPB (Customer Branded Product), Bogasari, agribisnis, dan
distribusi.
Perusahaan ini dihadapkan oleh berbagai macam risiko yang dapat
mengancam keberlangsungan perusahaan tersebut diantaranya adalah risiko
keamanan pangan, risiko fluktuasi harga bahan baku dan komoditas, risiko
peningkatan kompetisi pada segmen usaha, risiko suksesi dan keterampilan tenaga
kerja, serta risiko bencana alam, iklim, dan cuaca ekstrim.
Untuk dapat menghadapi dan meminimalisir risiko tersebut, perusahaan
menerapkan manajemen risiko dengan sistem ERP (Enterprise Risk
Management). Contohnya dengan menjalin hubungan yang baik dengan pemasok
dan petani, melakukan simulasi dalam menentukan harga jual sebelum produk
tersebut dipasarkan, melakukan inovasi produk agar dapat tetap unggul
dibandingkan dengan pesaingnya.

3.2 SARAN

Menurut kelompok kami PT Indofood harus lebih meningkatkan


manajemen risiko agar perusahaan dapat tumbuh dan berkembang lebih baik
sehingga menjadi perusahaan sehat.
Demikianlah makalah yang dapat kami buat, kami menyadari bahwa
dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat kami harapkan, semoga makalah ini bermanfaat
bagi pembaca pada umumnya dan bagi pemakalah pada khususnya.

18
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Indofood_Sukses_Makmur

19
LAMPIRAN
Risiko Keamanan Pangan
Dikutip dari https://jhohandewangga.wordpress.com/2010/10/27/analisis-kasus-
indomie-di-taiwan/

KRONOLOGIS PENARIKAN INDOMIE DARI TAIWAN


Tanggal 9 Juni 2010, Food and Drugs Administration (FDA) Taiwan melayangkan surat teguran
kepada Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia di Taiwan karena produk tersebut tidak sesuai
persyaratan FDA.“Dalam surat itu juga dicantumkan tanggal pemeriksaan Indomie dari Januari-20
Mei 2010 terdapat bahan pengawet yang tidak diizinkan di Taiwan di bumbu Indomie goreng dan
saus barberque,” ucap Direktur Indofood Sukses Makmur, Franciscus Welirang, Kamis (14/10)
kemarin.
Dalam surat tersebut dilampirkan pemeriksaan produk Indomie dari Januari-20 Mei 2010 terdapat
bahan pengawet yang tidak diizinkan di Taiwan di bumbu Indomie goreng dan saus barberque,”
katanya.Dalam kasus penarikan Indomie di Taiwan ternyata bermula pada 9 Juni lalu saat Kantor
Dagang dan Ekonomi Indonesia di Taiwan mendapatkan surat dari Food and Drugs Administration
(FDA) Taiwan yang memberitahukan mi instan produk Indofood tidak sesuai persyaratan FDA.
Franciscus Welirang didampingi direktur Indofood lainnya menyatakan, pertengahan Juni 2010
Indofood merespon surat itu. Namun, dalam surat balasan tersebut, Indofood menyatakan selalu
menyesuaikan persyaratan dan peraturan yang berlaku di Taiwan.Pada 2 Juli 2010 telah terjadi
pertemuan antara Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan dan Importir tunggal
Indomie di Taiwan untuk merencanakan Nota Kesepahaman.
Indomie sendiri, menurut Franciscus, memiliki dua jenis label Indomie untuk ekspor dan
domestik.Sejak Juli hingga awal Oktober 2010, Fransiscus tidak mendengar masalah apapun
terhadap Indomie yang diekspor ke Taiwan. Pada 8 Oktober 2010 tiba-tiba mendengar pengumuman
di media Taiwan dan Hongkong di kecap Indomie terdapat pengawet yang tidak sesuai.
Atas laporan inilah kemudian pihak Indofood mencari fakta di Taiwan untuk mencari tau apa yang
sebenarnya terjadi.“Saat ini kami belum menemukan konteks yang tepat karena dari pihak Taiwan
belum ada pengumuman lebih lanjut,” ucapnya.

20
Pada kesempatan itu Mendag RI meminta Taiwan untuk memberikan klarifikasi terutama tentang
adanya dua standar yang berbeda tetapi kedua-duanya diakui secara internasional dan produk yang
memenuhi standar tersebut aman untuk konsumen.Selain itu produk yang masuk melalui jalur
distribusi Indofood sudah memenuhi standar Taiwan. “Mendag juga meminta otoritas setempat
meletakkan persoalan ini secara proporsional tidak menyemaratakan semua produk yang beredar di
Taiwan yang masuk dengan cara berbeda-beda,” katanya.
Pihaknya juga meminta kerja sama otoritas Taiwan untuk memperlakukan isu tersebut sesuai dengan
prosedur yang berlaku dalam perdagangan internasional dan melakukan komunikasi dengan otoritas
yang berkompeten untuk bidang itu.Berdasarkan rilis Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)
RI, produk Indomie aman dikonsumsi dan sesuai dengan standar CODEX Alimentarius Commission
(CAC) yang diakui secara internasional.
Sementara itu, Taiwan bukanlah anggota CAC sehingga menerapkan standar yang berbeda dengan
standar internasional itu, sehingga ada perbedaan standar walaupun kedua standar itu diakui sebagai
standar internasional dan aman untuk konsumen.Sekretaris Jenderal Kemendag, Ardiansyah Parman,
pada kesempatan yang sama mengatakan, pada prinsipnya pemerintah mempunyai komitmen tinggi
untuk melindungi keamanan konsumsi pangan. (Ant/OL-9)
AKAR MASALAH
 Dalam surat tersebut dilampirkan pemeriksaan produk Indomie dari Januari-20 Mei 2010
terdapat bahan pengawet yang tidak diizinkan di Taiwan di bumbu Indomie goreng dan saus
barberque
 Pada 8 Oktober 2010 tiba-tiba mendengar pengumuman di media Taiwan dan Hongkong di
kecap Indomie terdapat pengawet yang tidak sesuai.
 Indomie ditarik karena mengandung Methyl P-Hydroxybenzoate yang dilarang di Taiwan.,
Analisis kasus berdasar Undang Undang No 8 Tahun1999 tentang Perlindungan Konsumen
Kasus penarikan indomie di Taiwan dikarena pihak Taiwan menuding mie dari produsen indomie
mengandung bahan pengawet yang tidak aman bagi tubuh yaitu bahan Methyl P-Hydroxybenzoate
pada produk indomie jenis bumbu Indomie goreng dan saus barberque
Hal ini disanggah oleh Direktur Indofood Sukses Makmur, Franciscus Welirang berdasarkan rilis
resmi Indofood CBP Sukses Makmur, selaku produsen Indomie menegaskan, produk mie instan yang
diekspor ke Taiwan sudah memenuhi peraturan dari Departemen Kesehatan Biro Keamanan
Makanan Taiwan. BPOM juga telah menyatakan Indomie tidak berbahaya.
Permasalahan diatas bila ditilik dengan pandangan dalam hokum perlindungan maka akan
menyangkutkan beberapa pasal yang secara tidak langsung mencerminkan posisi konsumen dan
produsen barang serta hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh produsen
Berikut adalah pasal-pasal dalam UU No 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen yang
berhubungan dengan kasus diatas serta jalan penyelesaian

21
 Pasal 2 UU NO 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
 Pasal 3 UU NO 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
 Pasal 4 (c) UU NO 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
 Pasal 7  ( b dan d )UU NO 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
 
Pasal 2 UU PK adalah tentang tujuan perlindungan konsumen yang akan menyinggung tentang
 Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum dan
keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi.
 Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi
barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen
Perlu ditilik dalam kasus diatas adalah adanya perbedaan standar mutu yang digunakan produsen
indomie dengan pemerintahan Thailand yang masing-masing berbeda ketentuan batas aman dan
tidak aman suatu zat digunakan dalam pengawet,dalm hal ini Indonesia memakai standart BPOM
dan CODEX Alimentarius Commission (CAC) yang diakui secara internasional
Namun hal itu menjadi polemic karena Taiwan menggunakan standar yang berbeda yang melarang
zat mengandung Methyl P-Hydroxybenzoate yang dilarang di Taiwan.hal ini yang dijadikan pokok
masalah penarikan indomie oleh karana itu akan dilakukan penyelidikan dan investigasi yg lebih
lanjut
Pada pasal 3 UU PK menjelaskan tentang asas perlindungan konsumen yang isinya sebagai berikut
 Asas keamanan dan keselamatan konsumen
Diharapkan penerapan UU PK akan memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan
konsumen dalam penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang
dikonsumsi atau digunakan
 Asas manfaat
Asas ini mengandung makna bahwa penerapan UU PK harus memberikan manfaat yang
sebesar-besarnya kepada kedua pihak, konsumen dan pelaku usaha. Sehingga tidak ada satu
pihak yang kedudukannya lebih tinggi dibanding pihak lainnya. Kedua belah pihak harus
memperoleh hak-haknya.
Asas keamanan dan keselamatan konsumen digunakan karena sebagai jaminan keamanan dan
keselamatan konsumen dalam mengkonsumsi produk indomie tersebut terlebih sebagian besar
konsumen produk indomie di Taiwan adalah TKI yang bekerja disana jadi walaupun UU PK adalah
hokum Indonesia tetapi haruslah tetap diberlakukan ditilik dari banyaknya konsumen yang
merupakan WNI
Asas manfaat digunakan karena kedua pihak yaitu PT Indofood Sukses Makmur selaku produsen
dan Taiwan selaku Konsumen sehingga kedua pihak haruslah sama kedudukannya sehingga kedua
belah pihak memperoleh hak-haknya.terlebih PT Indofood sukses malamur selalu menyesuaikan
denagn syarat dan peraturan yang berlaku di Taiwan.
22
dengan syarat dan peraturan yang berlaku di Taiwan.
Pada Pasal 4 ( C )UU PK adalah menyinggung tentang hak knsumen (konsumen di Taiwan)
 Hak atas informasi yang benar,jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan
/atau jasa
Untuk menyikapi hal tersebut PT Indofood sukses makmur harusnya mencantumkan segala bahan
dan juga campuran yang dugunakan dalam bumbu produk indomie tersebut sehinnga masyarakat/
atau konsumen di Taiwan tidak rancu dengan berita yang dimuat di beberapa pers di Taiwan
Pada pasal 7 ( b dan d ) adalah menyinggung tentang
 Memberikan informasi yang benar,jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang
dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan,perbaikan dan pemeliharaan
 menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan berdasarkan
ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku
berdasar pasal 7 (b dan d) diatas maka diwajibkan kepada produsen untuk mencantum segala
informasi mengenai produknya disini adalah kewajiban PT Indofood untuk mencantum informasi
bahan apa saja yang digunakan dalam produknya
Namun, berdasarkan rilis resmi Indofood CBP Sukses Makmur, selaku produsen Indomie
menegaskan, produk mie instan yang diekspor ke Taiwan sudah memenuhi peraturan dari
Departemen Kesehatan Biro Keamanan Makanan Taiwan. BPOM juga telah menyatakan Indomie
tidak berbahaya.
Direktur Indofood Franciscus Welirang bahkan menegaskan, isu negatif yang menimpa Indomie
menunjukkan produk tersebut dipandang baik oleh masyarakat internasional, sehingga sangat
potensial untuk ekspor. Menurutnya, dari kasus ini terlihat bahwa secara tidak langsung konsumen
di Taiwan lebih memilih Indomie ketimbang produk mi instan lain.Ini bagus sekali. Berarti kan
(Indomie) laku sekali di Taiwan, hingga banyak importir yang distribusi
KESIMPULAN
Kedua belah harusnya menganbil jalan tengah dari masalah penarikan tersebut dengan melakukan
pembicaraan mendalam mengenai jalan keluar yang harus ditempun dengan tujuan agar kedua belah
pihak tidak merasa dirugikan karna masalah tersebut. Mengenai zat pengawet yang dilarang di
Taiwan tersebut alangkah lebih baik jika produsen indomie yaitu PT.Indofood menyesuikan dengan
Taiwan dengan tujuan sesuai dengan asas keselamatan konsumen dan pasal 7(b) UU PK.dan tentu
saja agar exspor tetap berlangsung karena komoditi yang besar Dijelaskan, Indomie sangat disukai
di Taiwan, terutama warga Indonesia di Taiwan karena mudah didapat, enak, dan harganya
murah.”Sehingga bagi eksportir pun pengiriman mi instant ke Taiwan merupakan komoditas besar
dan untung besar, dimana rata-rata harganya 50 NT$ (New Taiwan Dollar) untuk 7 bungkus
Indomie.
Pemerintah mencatat ada sekitar 300 toko di Taiwan yang menjual produk Indomie sampai saat ini.
Permintaan terhadap Indomie di negara tersebut tumbuh pesat apalagi banyak pekerja dari Indonesia
23
Permintaan terhadap Indomie di negara tersebut tumbuh pesat apalagi banyak pekerja dari
Indonesia yang menetap di sana
Walaupun ada isu perang dagang seperti dilansir TRIBUNNEWS.COM JAKARTA,(wawncaraa
dengan Bambang Mulyano di sela rapat kerja dengan Komisi VI (Komisi Perdagangan) DPR RI
di gedung DPR/MPR RI Jakarta, Senin (11/11/2010).apakah kemungkinan terjadi perang dagang?
Bambang mengatakan. “Ya, mungkin begitulah,” kata Bambang.Dugaan itu diperkuat dengan
penjualan Indomie di rumah-rumah makan atau cafe yang banyak digemari di Taiwan. “Mungkin
industri mereka kena masalah dan muncul seperti itu (isu Indomie mengandung pengawet),” kata
dia.Menurut dia, Indomie di Taiwan banyak disukai karena produknya lebih gurih dari produk
lokal diTaiwan. “Kami sudah lakukan klarifikasi di sana, dan laporan yang kami terima, toko-toko
di sana masih dilarang menjual Indomie,” papar Bambang.
Dari itu maka sangat penting kedua belah pihak untuk duduk bersama sama untuk menyelesaikan
masalah tersebut dengan tidak melupakan asas manfaat memberikan manfaat yang sebesar-
besarnya kepada kedua pihak, konsumen dan pelaku usaha. Sehingga tidak ada satu pihak yang
kedudukannya lebih tinggi dibanding pihak lainnya. Kedua belah pihak harus memperoleh hak-
haknya.

Risiko fluktuasi harga bahan baku dan komoditas

Dikutip di surya.co.id dengan judul Fluktuasi Nilai Tukar Dolar, Indofood Sudah
Naikkan Harga Produknya,https://surabaya.tribunnews.com/2018/09/19/fluktuasi-
nilai-tukar-dolar-indofood-sudah-naikkan-harga-produknya.
Penulis: Sri Handi Lestari
Editor: irwan sy

SURYA.co.id | SURABAYA - Fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS)
sejak awal tahun ini berimbas pada ke akan harga tepung terigu. Tepung terigu yang dari sisi
bahan hingga pengolahan masih impor tersebut, membuat PT Indofood Sukses Makmur Tbk
sudah mulai menaikkan harga jual produk-produknya.
Namun, kenaikan itu tidak terlalu tinggi sehingga tidak dirasakan sangat signifikan oleh
konsumen. Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk, Fransiscus Welirang, mengatakan
kenaikan harga jual tepung terigu sebesar 2 hingga 3 persen tidak begitu signifikan.
"Padahal kenaikan dolarnya sudah sekitar 10 persen. Jadi tidak masalah kenaikan harga jualnya,"
kata Fransiscus usai Public Expose di acara Investor Summit 2018 di kantor BEI Surabaya,
Diakui Fransiscus, pihaknya memang tidak bisa menaikkan harga yang terlalu tinggi. Apalagi saat
ini persaingan industri ini sangat ketat. Ada 25 pemain di bisnis ini yang berebut pasar.

24
"Tapi Alhamdulillah kami masih memegang pangsa pasar tertinggi yakni sebesar 50 persen,"
tambahnya.
Kenaikan harga teping terigu itu sudah diketahui konsumen sejak pertengahan tahun ini. Dan
konsumen sudah menyadari bahwa kenaikan harga itu tidak bisa dihindari.
"Padahal konsumen kita itu 65 persen adalah kalangan usaha mikro kecil dan menengah
(UMKM)," ujarnya.
Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk, Thomas Tjhie, menambahkan kalau dari sisi
keseluruhan bisnis perusahaan, kenaikan dolar AS belum berdampak secara signifikan terhadap
perusahaan.
"Kami masih bisa me-manage hal itu," kata Thomas.
Sampai saat ini bisnis PT Indofood Sukses Makmur Tbk paling besar memberikan kontribusi
adalah dari divisi Indofood CBP sebesar 54 persen.
Divisi Bogasari sebesar 23 persen, agribisnis sebesar 23 persen dan distribusi sebesar 8 persen.
Sampai semester pertama 2018 ini untuk Indofood CBP Tbk, sales terbesar disumbang dari divisi
mie atau noodle sebesar 64 persen.
Dari divisi dairy atau susu sebesar 20 persen dan snack food sebesar 7 persen.
"Karena kontribusi noodle banyak, maka kami akan menambah kapasitas produksi. Tapi
penambahan tidak banyak hanya 10 persen dari kapasitas sekarang sebesar 16 miliar bungkus per
tahun," tandas Thomas.

Risiko peningkatan kompetisi pada segmen usaha

Dikutip di Katadata.co.id dengan judul "Penjualan Produsen Indomie Turun


Akibat Kompetisi Ketat dan Daya Beli"
https://katadata.co.id/berita/2017/07/29/penjualan-produsen-indomie-turun-akibat-
kompetisi-ketat-dan-daya-beli
Penulis: Yudi S.A.
Editor: Yura Syahrul
"Kondisi makroekonomi domestik tetap positif pada semester pertama 2017, tapi permintaan
untuk fast moving consumer goods melandai. Kompetisi terhadap produk perusahaan kami
meningkat."
Penjualan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, produsen Indomie, susu Indomilk dan
makanan ringan Chitato, turun 2,7% pada kuartal kedua 2017. Penurunan ini yang pertama kali
sejak beberapa tahun terakhir, di tengah meningkatnya kompetisi dan pelemahan daya beli.
Penjualan turun menjadi Rp 9 triliun pada periode April-Juni 2017, dibanding Rp 9,25 triliun
pada periode yang sama tahun lalu. Angka kuartal kedua ini diperoleh dari pendapatan
perusahaan enam bulan pertama yang dikurangi dengan pendapatan tiga bulan pertama.
Secara per semester, pendapatan perusahaan naik sedikit menjadi Rp 18,46 triliun pada Januari-
Juni, dibanding Rp 18,18 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya, menurut laporan
keuangan yang dipublikasikan Indofood CBP, Jumat (28/7) .

25
"Kondisi makroekonomi domestik tetap positif pada semester pertama tahun 2017, tapi
permintaan untuk fast moving consumer goods melandai. Kompetisi terhadap produk
perusahaan kami meningkat," ujar Anthoni Salim, Presiden Direktur ICBP, dalam keterangan
pers yang dimuat di website perusahaan. Anthoni menambahkan, perusahaan akan tetap berhati-
hati selama paruh kedua tahun ini.”Sambil meningkatkan usaha kami untuk melayani konsumen
dengan lebih baik dan meyakinkan bahwa kami tetap kompetitif di pasar," katanya. Laba bersih
produsen mi instan terbesar di Asia Tenggara ini turun tipis menjadi Rp 1 triliun pada kuartal
kedua tahun ini, dari Rp 1,03 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Meski begitu, secara
umum, Ekonom Rhenald Kasali meragukan adanya penurunan daya beli saat ini, seperti
disuarakan oleh beberapa pihak termasuk Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo).
"Kajian yang kami lakukan pada dataran mikro menunjukkan uang sedang berpindah, atau
shifting, dari kalangan menengah-atas ke ekonomi rakyat," ujar Rhenald. "Dan para elit
sekarang sedang sulit karena peran sebagai 'middleman' mereka pudar akibat disruptive
innovation, lalu meneriakkan daya beli turun". Mengutip Aprindo yang melaporkan bahwa
penjualan yang dicapai anggota asosiasi turun 20% pada semester pertama, Rhenald
menjelaskan bahwa hal itu juga menggambarkan uang yang sedang berpindah. "Ini mulai
mengikuti pola angkutan taksi yang sudah turun sekitar 30%-40% tahun lalu. Apakah karena
daya beli? Bukan. Penyebabnya adalah shifting ke taxi online," ujar Rhenald memberikan
analogi.

Risiko Kesejahteraan Karyawan

Dikutip https://buruh-online.com/2019/06/empat-tahun-bekerja-masih-dianggap-
kontrak-pt-indofood-digugat-pekerjanya.html

Jakarta, Buruh-Online.com – Akhmad Baihaqi dan Firmansyah yang masih dianggap sebagai
pekerja waktu tertentu (kontrak) setelah bekerja selama empat tahun, serta Agus Hartanto yang
telah sembilan tahun bekerja, akhirnya menggugat PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk ke
Pengadilan Hubungan Industrial (PHI) pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
Ketiganya meminta Majelis Hakim yang diketuai oleh Hakim Yuzaida, untuk menyatakan
hubungan kerjanya dengan PT. Indofood sebagai pekerja tetap. Diwakili kuasa hukumnya, Sri
Suyati mengatakan, pihaknya telah berusaha untuk menyelesaikan permasalahan tersebut
melalui musyawarah hingga mediasi, namun tidak tercapai perdamaian.
Sri keberatan dengan anjuran dari Suku Dinas Tenaga Kerja Kota Jakarta Utara, yang
menyatakan sah perjanjian kontrak yang dibuat PT. Indofood. “Anjurannya sih menurut Dinas
Tenaga Kerja, PKWT (perjanjian kerja waktu tertentu) yang berlaku sudah benar,” ujarnya.
Menurut Sri, perjanjian kontrak yang dibuat telah bertentangan dengan undang-undang, karena
masa kerja ketiga Pekerja telah lebih dari tiga tahun.

26
Selain itu, dikatakannya, jenis pekerjaan yang berlangsung di PT. Indofood termasuk kegiatan
utama (core business). “Jenis pekerjaannya juga selama empat tahun mengerjakan kegiatan
yang sama dan masuk dalam core business,” terang Sri usai menghadiri persidangan dalam
perkara yang diregister dengan Nomor 141/Pdt.Sus-PHI/2019/PN.Jkt.Pst tersebut.
Sri berharap permasalahan tersebut dapat mencapai perdamaian diluar persidangan. Namun
jika tidak tercapai, pihaknya meminta Majelis Hakim menghukum PT. Indofood untuk
membayar uang kompensasi pemutusan hubungan kerja, dan upah selama proses di pengadilan
sebesar Rp340 juta lebih.

27

Anda mungkin juga menyukai