Anda di halaman 1dari 11

TIANSY ANNISA BURHANSYAH

20808144077

PRAKTIK MANAJEMEN RISIKO

BAB 5

1. Misalkan anda menjadi manajer risiko suatu perusahaan, anda diminta untuk membuat
kerangka yang sistematis untuk menganalisis eksposur perusahaan terhadap risiko
kerusakan properti. Bagaimana anda melakukannya?
Berikut kerangka sistematis untuk menganalisis eksposur perusahaan terhadap risiko
kerusakan properti:
▪ Mengidentifikasi cakupan property yang ada di perusahaan
a) Properti Rill : tanah, bangunan yang berdiri diatasnya, atau tanaman yang tumbuh
pada tanah tersebut.
b) Properti Personal : apa saja yang di miliki selain property rill, seperti mobil, pakaian,
computer, uang, dll.
▪ Mengidentifikasi sumber pada kerusakan property yang mungkin terjadi
a) Sumber fisik, mencakup kekuatan alam, seperti api, badai, ledakan yang bisa
menghancurkan harga benda.
b) Sumber social, mencakup kejadian yang muncul karena dorongan social, contohnya
kerusuhan yang terjadi yang berakibat pada kerusakan properti
c) Sumber ekonomi, mencakup kekuatan ekonomi yang mengakibatkan kerusakan,
contohnya perubahan model menyebabkan barang stok lama menjadi kehilangan
nilainya.
▪ Mengidentifikasi klasifikasi kerugian yang mungkin dialami harta benda
a) Kerugian langsung, terjadi jika kejadian buruk mempunyai dampak langsung terhadap
property.
Contoh : suatu kebakaran menghancurkan bangunan. Kerugian langsung akibat
kebakaran tersebut meliputi kegiatan bisnis dan perkantoran terganggu sehingga
perusahaan terpaksa mengeluarkan biaya ekstra untuk membangun fasilitas
perkantoran darurat.
b) Kerugian tidak langsung, bisa jadi mempunyai elemen waktu jika waktu dilibatkan
dalam perhitungan kerugian tersebut.
Contoh : Karena kebakaran bangunan tidak dapat disewakan hingga rekonstruksi
selesai dilakukan, kerugian tersebut akan berhubungan positif dalam jangka waktu
perbaikan, semakin lama jangka waktu yang dibutuhkan untuk perbaikan, semakin
besar kerugian yang dialami oleh perusahaan.
▪ Mengidentifikasi penilaian kerugian asset fisik perusahaan dengan 3 metode
a) Nilai harga pasar, biasanya mencerminkan biaya kesempatan (opportunity cost) dari
asset tersebut.
b) Replacement Cost, dapat dilakukan dengan melihat biaya yang di perlukan untuk
mengganti barang yang rusak dengan barang baru yang sama.
c) Replacement Cost dikurangi depresiasi, Teknik ini dilakukan dengan menghitung
replacement cost dikurangi depresiasi.

2. Jelaskan kelebihan dan kekurangan metode nilai pasar, replacement cost, dan replacement
cost dikurangi depresiasi!
a) Nilai Pasar
Kelebihan :
▪ Bersifat lebih objektif karena bersumber dari data aktual, menjadi acuan untuk
menguji ketepatan metode-metode lain, sederhana dan mudah untuk dipahami, dapat
di terapkan pada seluruh jenis property.

Kekurangan :

▪ Penilaian properti riil dengan menggunakan metode harga pasar lebih sulit
dibandingkan untuk property personal. Untuk property personal, karena lebih likuid
(sering diperdagangkan), harga-harga biasanya lebih mudah diperoleh.
▪ Properti pembanding yang digunakan wajib memiliki kriteria sebanding dan sejenis.
▪ Karena di dalam penilaian berbasis nilai pasar dibutuhkan data pembanding untuk
menentukan nilai properti, maka dibutuhkan adjustment terhadap setiap data yang
diperoleh.
b) Replacement Cost
Kelebihan :
Dapat menghitung biaya yang diperlukan untuk membuat/membangun Kembali
bangunan/property yang baru agar sama seperti sebelum terjadi kerusakan, manajer
risiko dapat menggunakan bantuan pihak luar untuk menaksir replacement cost.
Kekurangan :
Perhitungan nilai yang dimiliki properti untuk penggunaan tertentu tanpa
mempedulikan penggunaan terbaik tdan tertinggi dari properti atau jumlah uang yang
dapat diperoleh atas penjualannya dan tidak berkaitan dengan nilai pasar.
Kemungkinan ada nilai yang hilang, nilai yang hilang merupakan nilai aset untuk
pemilik saat ini yang merupakan nilai yang lebih tinggi di antara nilai penggunaan
atau nilai penjualan untuk pemilik.
c) Replacement Cost dikurangi Depresiasi
Kelebihan :
▪ Biaya Pengganti Baru (Replacement Cost New) atas properti pembanding dapat
dilakukan dengan akurat.
▪ Dapat digunakan sebagai acuan untuk membayar tanggungan risiko kerugian
property

Kekurangan :

▪ Perusahaan tidak akan menerima uang asuransi dengan jumlah yang sama saat
property masih baru, karena setelah jangka waktu tertentu nilai property tersebut
telah berkurang
▪ Diperlukan tahapan perhitungan penyusutan yang detil menyangkut: kerusakan
fisik, kemunduran ekonomi, kerusakan fungsional.

3. Jelaskan sistem hukum di Indonesia, kontraskan dengan sistem hukum di Amerika Serikat
yang menggunakan sistem common law!
Indonesia menganut system Civil Law, pada sistem ini putusan pengadilan berdasarkan
pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, contohnya UUD 45, Tap MPR,
UU/Perpu, Peraturan Pemerintah, Perpres, MA, Keputusan Menteri, dll. Menurut prinsip ini
seseorang dianggap melakukan kesalahan hukum jika ia melanggar perundangan yang telah
ditetapkan. Pada civil law, perundangan dipandang sebagai sumber hukum utama.
Pengadilan mendasarkan keputusannya pada perundangan tersebut Sehingga keputusan
pengadilan bersifat fleksibel tergantung hakim yang memutuskan berdasarkan fakta/bukti
yang ada.
Sedangkan di Amerika Serikat menggunakan sistem hukum common law yaitu sistem
hukum yang didasarkan pada yurisprudensi, yaitu putusan hakim-hakim terdahulu yang
kemudian menjadi dasar putusan hakim-hakim selanjutnya. Menurut system ini pihak-pihak
yang berselisih akan mengajukan kasus kemudian pengadilan akan mendengarkan argument
dari pihak yang menuduh (plaintiff) dan pihak tertuduh (defendant), untuk sampai pada
keputusan hukum tertentu. Sistem hukum common law cenderung lebih mengutamakan
hukum kebiasaan dan lebih memfokuskan pada hak individu. Pada sistem hukum ini, kasus-
kasus merupakan sumber utama hukum, sementara perundangan hanya sebagai pelengkap.

4. Jelaskan pelanggaran hukum yang berakibat pada tuntutan hukum dan ganti rugi dengan
menggunakan kerangka sistem hukum di Indonesia!
Menurut Pasal 1365 KUHPerdata, setiap orang yang melakukan perbuatan melanggar
hukum diwajibkan untuk mengganti kerugian yang timbul dari kesalahannya tersebut.
Merujuk dari penjelasan ini, terdapat 4 (empat) unsur yang harus dibuktikan keberadaannya
jika ingin menggugat berdasarkan Perbuatan Melawan Hukum, yaitu:
i. Perbuatan melawan hukum
Unsur ini menekankan pada tindakan seseorang yang dinilai melanggar kaidah hukum
yang berlaku di masyarakat. Sejak tahun 1919, pengertian dari kata “hukum” diperluas
yaitu bukan hanya perbuatan yang melanggar peraturan perundang-undangan, tetapi
juga setiap perbuatan yang melanggar kepatutan, kehati-hatian, dan kesusilaan dalam
hubungan antara sesama warga masyarakat dan terhadap benda orang lain. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa perbuatan yang dianggap melawan hukum bukan hanya
didasarkan pada kaidah-kaidah hukum tertulis, tetapi juga kaidah hukum tidak tertulis
yang hidup di masyarakat, seperti asas kepatutan atau asas kesusilaan.
ii. Kesalahan
Menurut ahli hukum perdata Rutten menyatakan bahwa setiap akibat dari perbuatan
melawan hukum tidak bisa dimintai pertanggungjawaban jika tidak terdapat unsur
kesalahan. Unsur kesalahan itu sendiri dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua) yaitu
kesalahan yang dilakukan dengan kesengajaan dan kesalahan karena kekurang hati-
hatian atau kealpaan. Dalam hukum perdata, baik kesalahan atas dasar kesengajaan
ataupun kekurang hati-hatian memiliki akibat hukum yang sama. Hal ini dikarenakan
menurut Pasal 1365 KUHPerdata perbuatan yang dilakukan dengan sengaja ataupun
dilakukan karena kurang hati-hati atau kealpaan memiliki akibat hukum yang sama,
yaitu pelaku tetap bertanggung jawab mengganti seluruh kerugian yang diakibatkan
dari Perbuatan Melawan Hukum yang dilakukannya. Contohnya seorang pengendara
mobil menabrak pejalan kaki dan mengakibatkan pejalan kaki tersebut pingsan. Atas
hal tersebut baik terhadap pengendara yang memang sengaja menabrak pejalan kaki
tersebut ataupun lalai misalnya karena mengantuk, tetap harus bertanggung jawab atas
kerugian yang dialami pejalan kaki tersebut.
iii. Kerugian
Kerugian dalam hukum perdata dapat dibagi menjadi dua klasifikasi,
• Kerugian materil adalah kerugian yang secara nyata diderita.
• Kerugian immateril adalah kerugian atas manfaat atau keuntungan yang mungkin
diterima di kemudian hari. Pada praktiknya, pemenuhan tuntutan kerugian immateril
diserahkan kepada hakim, hal ini yang kemudian membuat kesulitan dalam
menentukan besaran kerugian immateril yang akan dikabulkan karena tolak ukurnya
diserahkan kepada subjektifitas Hakim yang memutus.
iv. Hubungan kausal antara perbuatan melawan hukum oleh pelaku dan kerugian yang
dialami korban.
Ajaran kausalitas dalam hukum perdata adalah untuk meneliti hubungan kausal antara
perbuatan melawan hukum dan kerugian yang ditimbulkan, sehingga si pelaku dapat
dimintakan pertanggungjawaban. Unsur ini ingin menegaskan bahwa sebelum meminta
pertanggungjawaban perlu dibuktikan terlebih dahulu hubungan sebab-akibat dari
pelaku kepada korban. Hubungan ini menyangkut pada kerugian yang dialami oleh
korban merupakan akibat dari perbuatan melawan hukum yang dilakukan pelaku.
Dapat disimpulkan, penggugat yang mengajukan gugatan perbuatan melawan hukum
wajib membuktikan keempat syarat tersebut. Apabila salah satunya tidak terpenuhi,
gugatan akan ditolak. Akan tetapi, penyelesaian permasalahan secara musyawarah
lebih baik daripada pengajuan perkara ke pengadilan. Hal ini dikarenakan pengajuan
ke pengadilan akan menghabiskan waktu dan biaya yang tidak sedikit serta hal yang
diajukan juga belum tentu akan dikabulkan.

5. Misalkan anda diminta memberi nasihat kepada pasien yang sedang menuntut ganti rugi
pada rumah sakit atas tuduhan melakukan mal praktik, bagaimana saran anda untuk
memenangkan gugatan tersebut?
Saran saya yaitu saya akan meminta pasien tersebut untuk memberikan bukti dalam bentuk
menunjukkan sebuah kegiatan medis yang dinilai mal praktik seperti yang dituduhkan
pasien. Bukti bisa berupa pembuktian secara medis, misalnya ada ada seorang pasien
dioperasi tetapi setelah operasi selesai terdapat alat-alat kedokteran yang tertinggal
(seharusnya tidak tertinggal) di dalam tubuh pasien itu. Selain itu, adanya dokumen-
dokumen medis, laporan hasil pemeriksaan penunjang serta catatan observasi dapat
dijadikan alat bukti di pengadilan.

6. Misalkan Anda berada di pihak rumah sakit pada pertanyaan lima di atas, bagaimana saran
Anda untuk mempertahankan diri?
Menurut saya, pihak rumah sakit bisa mencari dan memberikan bukti yang jelas untuk
menunjukkan bahwa kegiatan medis yang dilakukan bukanlah sebuah kegiatan mal praktik
seperti yang di tuduhkan. Selain itu juga pihak rumah sakit bisa mengajukan
permasalahannya kepada jasa penasihat hukum, karena dengan ini jasa penasihat hukum
dapat membantu mengajukan pembelaan dengan menunjukkan bahwa rumah sakit tidak
bersalah.

7. Kembali ke kasus Liebeck vs McDonald’s, menurut Anda siapa yang salah, siapa yang
benar? Apa argument Anda?
Menurut saya bahwa yang memiliki porsi kesalahan lebih besar adalah Stella Liebeck.
Tidak salah jika Mcd menyediakan secangkir kopi yang panas karena pada umumnya kopi
memang disajikan dalam bentuk panas. Kemudian hal lainnya yang menyebabkan
kecelakaan tersebut terjadi adalah karena Liebeck meletakkan wadah kopi styrofoam
tersebut diantara kedua pahanya dengan cara diapit, padahal sudah jelas paha bukan
merupakan tempat yang tepat untuk meletakkan kopi apalagi kopi yang panas. Seharusnya
Liebeck lebih berhati-hati apalagi ia menyadari hanya menggunakan celana jenis katun.
Pihak Mcd menyajikan kopi dalam suhu mencapai 180o-190oF yang mana hal tersebut agar
kualitas kopi mendapatkan rasa yang optimal. Konsumen seharusnya tau kopi memang
dalam kondisi panas dan itu yang diinginkan oleh konsumen. Selain itu pastinya terdapat
semacam “peringatan” pada cup kopi tersebut sehingga konsumen bisa lebih berhati-hati.
Akan tetapi mungkin pada hal tersebut letak kesalahan dari Mcd sendiri yaitu di tulisan
peringatannya yang kecil dan kurangnya himbauan terhadap pembeli bahwa kopi itu sangat
panas. Meskipun demikian Menurut kami kasus diatas termasuk suatu hazard, yang mana
hazard tersebut sebagai keadaan yang menimbulkan atau meningkatkan terjadinya chance
of loss dari suatu bencana atau kecelakaan tertentu.
BAB 6

1. Tabel jumlah kematian Wanita menggunakan CSO 1980

Kematian Kematian Kematian Kematian


Usia Usia
per 1000 per 10 juta per 1000 per 10 juta
0 2,89 28.900 50 4,96 49.600
1 0,87 8.700 51 5,31 53.100
2 0,81 8.100 52 5,7 57.000
3 0,79 7.900 53 6,15 61.500
4 0,77 7.700 54 6,61 66.100
5 0,76 7.600 55 7,09 70.900
6 0,73 7.300 56 7,57 75.700
7 0,72 7.200 57 8,03 80.300
8 0,7 7.000 58 8,47 84.700
9 0,69 6.900 59 8,94 89.400
10 0,68 6.800 60 9,47 94.700
11 0,69 6.900 61 10,13 101.300
12 0,72 7.200 62 10,96 109.600
13 0,75 7.500 63 12,02 120.200
14 0,8 8.000 64 13,25 132.500
15 0,85 8.500 65 14,59 145.900
16 0,9 9.000 66 16 160.000
17 0,95 9.500 67 17,43 174.300
18 0,98 9.800 68 18,84 188.400
19 1,02 10.200 69 20,36 203.600
20 1,05 10.500 70 22,11 221.100
21 1,71 17.100 71 24,23 242.300
22 1,9 19.000 72 26,87 268.700
23 1,11 11.100 73 30,11 301.100
24 1,14 11.400 74 33,93 339.300
25 1,16 11.600 75 38,24 382.400
26 1,19 11.900 76 42,97 429.700
27 1,22 12.200 77 48,04 480.400
28 1,26 12.600 78 54,45 544.500
29 1,3 13.000 79 59,35 593.500
30 1,35 13.500 80 65,99 659.900
31 1,4 14.000 81 73,6 736.000
32 1,45 14.500 82 82,4 824.000
33 1,5 15.000 83 92,53 925.300
34 1,58 15.800 84 103,81 1.038.100
35 1,65 16.500 85 116,1 1.161.000
36 1,76 17.600 86 129,29 1.292.900
37 1,89 18.900 87 143,32 1.433.200
38 2,04 20.400 88 158,18 1.581.800
39 2,22 22.200 89 173,94 1.739.400
40 2,42 24.200 90 190,75 1.907.500
41 2,64 26.400 91 208,87 2.088.700
42 2,87 28.700 92 228,81 2.288.100
43 3,09 30.900 93 251,51 2.515.100
44 3,32 33.200 94 279,31 2.793.100
45 3,56 35.600 95 317,32 3.173.200
46 3,8 38.000 96 375,74 3.757.400
47 4,05 40.500 97 474,97 4.749.700
48 4,33 43.300 98 665,85 6.658.500
49 4,63 46.300 99 1000 10.000.000
Total 58.071.300
2. Tabel jumlah kematian Wanita menggunakan CSO 2001

Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah


Usia kematian kematian Usia kematian kematian Usia kematian kematian
per 1000 per 10jt per 1000 per 10jt per 1000 per 10jt
0 42 4200 34 92 9200 68 1571 157100
1 31 3100 35 100 10000 69 1708 170800
2 23 2300 36 107 10700 70 1863 186300
3 20 2000 37 114 11400 71 2038 203800
4 19 1900 38 120 12000 72 2229 222900
5 18 1800 39 126 12600 73 2439 243900
6 19 1900 40 134 13400 74 2668 266800
7 21 2100 41 143 14300 75 2920 292000
8 21 2100 42 153 15300 76 3195 319500
9 21 2100 43 165 16500 77 3497 349700
10 22 2200 44 179 17900 78 3828 382800
11 25 2500 45 196 19600 79 4192 419200
12 27 2700 46 216 21600 80 4643 464300
13 31 3100 47 238 23800 81 5196 519600
14 34 3400 48 264 26400 82 5780 578000
15 36 3600 49 293 29300 83 6394 639400
16 39 3900 50 324 32400 84 7074 707400
17 41 4100 51 360 36000 85 7759 775900
18 44 4400 52 399 39900 86 8568 856800
19 46 4600 53 441 44100 87 9569 956900
20 47 4700 54 486 48600 88 10625 1062500
21 49 4900 55 536 53600 89 11668 1166800
22 50 5000 56 591 59100 90 12422 1242200
23 51 5100 57 649 64900 91 13153 1315300
24 53 5300 58 709 70900 92 14372 1437200
25 55 5500 59 770 77000 93 16021 1602100
26 58 5800 60 834 83400 94 18090 1809000
27 61 6100 61 903 90300 95 20348 2034800
28 64 6400 62 976 97600 96 22569 2256900
29 67 6700 63 1055 105500 97 24007 2400700
30 70 7000 64 1140 114000 98 24779 2477900
31 75 7500 65 1233 123300 99 26398 2639800
32 79 7900 66 1335 133500 Total
31.985.600
33 85 8500 67 1448 144800
1000−(1,77+1,73+1,71+1,70+1,71)
3. 5P25 = 1000
1000−8,62
= 1.000
991,38
= 1.000

= 0,99138

4. Probabilitas kematian orang yang merupakan nasabah sejak usia 25 tahun


17.104+16.687+16.466+16.410+16.573
6Q25 = 9.663.007
99.582
=
9.663.007

= 0,010305
Probabilitas kematian orang yang merupakan nasabah sejak usia 30 tahun
16.573
1Q30 = 9.579.998

= 0,001729
Terlihat dari perbandingan di atas, orang yang menjadi nasabah sejak usia 25 tahun
mempunyai probabilitas kematian yang lebih besar dibandingkan orang yang menjadi
nasabah sejak usia 30 tahun. Hal ini dikarenakan penghitungan probabilitas kematian
dimulai sejak orang tersebut menjadi nasabah.

5.
a) Mencari PV Premi yang Diharapkan

Usia Probabilitas
Probabilitas PV Faktor Premi yang PV Premi yang
(Akhir Premi Bertahan
Kematian (10%) diharapkan diharapkan
Tahun) Hidup
(1.) (2.) (3.) (4.) (5.) (6) = (2)x (4) (7) = (6) x(5)
50 Rp 3.000.000 0,00671 1 1 Rp 3.000.000 Rp 3.000.000
51 Rp 3.000.000 0,0073 0,99329 0,909091 Rp 2.979.870 Rp 2.708.973
52 Rp 3.000.000 0,00796 0,98599 0,826446 Rp 2.957.970 Rp 2.444.602
53 Rp 3.000.000 0,00871 0,97803 0,751315 Rp 2.934.090 Rp 2.204.426
54 Rp 3.000.000 0,00956 0,96932 0,683013 Rp 2.907.960 Rp 1.986.174
55 Rp 3.000.000 0,01047 0,95976 0,620921 Rp 2.879.280 Rp 1.787.805
56 Rp 3.000.000 0,01146 0,94929 0,564474 Rp 2.847.870 Rp 1.607.549
57 Rp 3.000.000 0,01249 0,93783 0,513158 Rp 2.813.490 Rp 1.443.765
58 Rp 3.000.000 0,01359 0,92534 0,466507 Rp 2.776.020 Rp 1.295.033
59 Rp 3.000.000 0,01477 0,91175 0,424098 Rp 2.735.250 Rp 1.160.014
TOTAL Rp 28.831.800 Rp19.638.341
b) Mencari PV Tanggungan yang Diharapkan

Usia
Probabilitas PV Faktor PV Tanggungan
(Akhir Tanggungan (Rp)
Kematian (10%) yang diharapkan
Tahun)
(1.) (2.) (3.) (4.) (5) = (4)x (3) (6) = (2)x(3)x(4)
50 Rp 332.436.060 0,00671 0,909091 0,0061000 Rp 2.027.860
51 Rp 332.436.060 0,0073 0,826446 0,0060331 Rp 2.005.605
52 Rp 332.436.060 0,00796 0,751315 0,0059805 Rp 1.988.123
53 Rp 332.436.060 0,00871 0,683013 0,0059490 Rp 1.977.676
54 Rp 332.436.060 0,00956 0,620921 0,0059360 Rp 1.973.342
55 Rp 332.436.060 0,01047 0,564474 0,0059100 Rp 1.964.711
56 Rp 332.436.060 0,01146 0,513158 0,0058808 Rp 1.954.987
57 Rp 332.436.060 0,01249 0,466507 0,0058267 Rp 1.936.996
58 Rp 332.436.060 0,01359 0,424098 0,0057635 Rp 1.915.993
59 Rp 332.436.060 0,01477 0,385543 0,0056945 Rp 1.893.047
TOTAL 0,059074 Rp 19.638.341

Y = 19.638.341 / ( (Probabilitas meninggal usia 50 akhir tahun) x (PV Faktor 1 tahun) )

+ … + ( (Probabilitas meninggal usia 59 akhir tahun) x (PV Faktor 10 tahun) )

Y = 19.638.341/0,059074 = Rp 332.436.060

Dengan demikian, nilai pertanggungan yang diberikan perusahaan asuransi tersebut adalah

Rp332.436.060,00

Nilai Tanggungan yang Diharapkan = 0,00671 x Rp 332.436.060


= Rp2.230.646,00
(Akhir usia 50)

PV Nilai Tanggungan yang Diharapkan = Rp2.230.646,00/ (1+0,1)^1


= Rp2.027.860 ,00
(dibulatkan)
Proses tersebut diulang sampai 10 tahun mendatang. PV dari nilai tanggungan yang diharapkan
adalah Rp19.638.341,00, sama dengan PV nilai premi yang diharapkan.

Penjelasan:

Kolom [1] menyajikan usia, yang dalam hal ini adalah akhir tahun usia, karena tanggungan
diasumsikan dibayarkan pada akhir tahun kematian orang tsb.

Kolom [2] menyajikan jumlah premi asuransi yang diterima perusaahaan asuransi

Kolom [3] menyajikan probabilitas kematian, didapatkan dengan cara jumlah kematian tahun
tersebut dibagi jumlah orang yg hidup pada tahun tsb. Contoh

Usia 50 = (60.166 / 8.966.618) = 0,00671

Usia 51 = (65.017 / 8.906.452) = 0,0073

Kolom [4] menyajikan probabilitas bertahan hidup, didapatkan dengan cara 1 – (probabilitas
kematian). Contoh

Usia 51 = 1 - 0,00671 = 0,99329

Usia 52 = 1 - 0,0073 = 0,9927

Kolom [5] menyajikan Present Value yang relevas dengan tingkat discount rate 10%

Kolom [6] menyajikan premi yang diharapkan, didapatkan dengan cara perkalian antara
probabilitas bertahan hidup dengan nilai premi yg dibayarkan.

Kolom [7] menyajikan nilai sekarang dari premi yang diharapkan. Total nilai sekarang dari
premi yang diharapkan adalah sekitar Rp20.116.930.

20.116.930
Y = 0,05907404 = Rp340.537.577

Sehingga, nilai pertanggungan yang diberikan perusahaan asuransi tersebut sebesar


Rp340.537.577

Anda mungkin juga menyukai